Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ervina Damayanti

NIM : 31210005
Prodi : DIV MIK/Semester 3
A. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan mental yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan
komunikasi. Penderita skizofrenia dapat mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir,
dan perubahan perilaku. Skizofrenia sering disamakan dengan psikosis, padahal keduanya
berbeda. Psikosis hanyalah salah satu gejala dari gangguan mental, seperti gangguan bipolar,
delusi, depresi berat, dan skizofrenia. Meski gejala psikosis dapat muncul pada skizofrenia,
tidak semua penderita skizofrenia pasti mengalaminya. Perlu diketahui bahwa penderita
skizofrenia berisiko 2–3 kali lebih tinggi mengalami kematian di usia muda. Hal ini karena
skizofrenia umumnya disertai penyakit lain, seperti penyakit jantung, diabetes, atau infeksi.

 Penyebab Skizofrenia
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan skizofrenia. Meski demikian,
skizofrenia diduga terkait dengan sejumlah faktor berikut ini:
1. Faktor Genetik
Seseorang dari keluarga penderita skizofrenia 10% lebih berisiko terserang kondisi
yang sama. Risiko akan menjadi 40% lebih besar bila kedua orang tua sama-sama
menderita skizofrenia. Pada orang yang memiliki saudara kembar identik dengan
skizofrenia, risiko meningkat hingga 50%.
2. Ketidakseimbangan Kimia Otak
Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kadar dopamin dan serotonin
berisiko menimbulkan skizofrenia. Dopamin dan serotonin adalah bagian
dari neurotransmitter, yaitu zat kimia yang berfungsi mengirimkan sinyal antar sel
otak. Penelitian juga menunjukkan bahwa penderita skizofrenia memiliki perbedaan
pada struktur dan fungsi otaknya, antara lain:
 Koneksi antar sel-sel otak yang lebih sedikit
 Ukuran lobus temporalis (bagian otak yang terkait dengan ingatan) yang lebih
kecil
 Ukuran ventrikel otak (bagian di dalam otak yang berisi cairan) yang lebih
besar
3. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan
Kondisi pada masa kehamilan diduga berisiko menyebabkan skizofrenia pada janin.
Kondisi tersebut meliputi kekurangan nutrisi, paparan racun atau virus, preeklamsia,
diabetes, dan perdarahan pada masa kehamilan.
Komplikasi saat persalinan juga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak,
misalnya kekurangan oksigen saat dilahirkan (asfiksia), berat badan lahir rendah, atau
lahir prematur.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan juga dapat memengaruhi perkembangan skizofrenia pada beberapa
penderita, antara lain:

 Stres, misalnya karena perceraian, ketidakharmonisan dalam keluarga,


kehilangan pekerjaan, atau ditinggal oleh orang yang dicintai
 Pengalaman traumatis, seperti bullying, pelecehan seksual, serta kekerasan fisik
atau emosional
 Penyalahgunaan NAPZA, seperti kokain, ganja, dan amfetamin

 Gejala Skizofrenia
Gejala awal skizofrenia umumnya muncul di usia dewasa muda. Pada pria, gejala awal
muncul di awal usia 20 tahun. Sementara, gejala pada wanita biasanya akan mulai terlihat
pada usia 20 tahunan atau awal 30 tahunan. Sejumlah gejala awal yang dialami oleh
penderita adalah:

 Kecenderungan mengasingkan diri dari orang lain


 Kesulitan untuk berkonsentrasi dan kurang motivasi
 Perubahan pada pola tidur
 Kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah
 Depresi dan mudah marah

Berdasarkan tipenya, gejala skizofrenia dibagi menjadi dua jenis, yaitu gejala positif dan
gejala negatif.
1. Gejala Positif
Gejala positif meliputi perubahan pada pola pikir dan perilaku, misalnya:
 Halusinasi
 Delusi
 Kekacauan dalam berfikir

2. Gejala Negatif
Gejala negatif mengacu pada hilangnya minat, motivasi, dan ekspresi wajah. Gejala
ini bisa berlangsung beberapa tahun sebelum penderita mengalami gejala awal.
Gejala negatif umumnya muncul bertahap dan memburuk seiring waktu. Beberapa
gejala tersebut adalah:
 Respons emosional yang ganjil, seperti ekspresi wajah dan nada bicara yang
tidak sesuai dengan situasi
 Enggan bersosialisasi dan lebih memilih untuk berdiam di rumah
 Hilang minat dan motivasi pada berbagai aktivitas
 Perubahan pada pola tidur
 Tidak peduli pada penampilan dan kebersihan diri
 Diagnosis Skizofrenia
Untuk mendiagnosis skizofrenia, dokter akan menjalankan beberapa tahap pemeriksaan,
yaitu tanya jawab, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kejiwaan, dan pemeriksaan penunjang.
Pada sesi tanya jawab, dokter akan mencari tahu terkait beberapa hal berikut:

 Riwayat kesehatan fisik dan mental pada pasien dan keluarganya


 Riwayat saat pasien masih berada dalam kandungan sampai pada masa kecilnya
 Riwayat pengobatan dan penyalahgunaan zat tertentu

Berdasarkan DSM–5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,


5th  Edition), seseorang dapat dikatakan menderita skizofrenia apabila memiliki sejumlah
kriteria berikut ini:
1. Pasien mengalami minimal dua dari sejumlah gejala berikut:

 Delusi atau waham


 Halusinasi
 Bicara kacau
 Perilaku kacau
 Gejala negatif.

2. Gejala sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, sekolah, pekerjaan, atau kehidupan


sosial pasien.
3. Gejala di atas harus dialami pasien setidaknya selama 6 bulan.
4. Gejala di atas bukan disebabkan oleh kondisi gangguan mental lain, seperti gangguan
bipolar atau penyalahgunaan NAPZA.

Selain itu, diperlukan juga beberapa pemeriksaan penunjang untuk diagnosis skizofrenia
dan menyingkirkan kemungkinan akibat penyakit lain, yaitu:

 Tes darah lengkap


 Pemeriksaan fungsi hati, tiroid, dan ginjal
 Tes kadar elektrolit, gula darah, vitamin B12, vitamin D, asam folat, dan kalsium
 Pemeriksaan kehamilan, jika pasien adalah wanita usia subur
 Uji sampel urine untuk mendeteksi penyalahgunaan NAPZA
 MRI atau CT scan otak, untuk mendeteksi gangguan otak seperti hematoma subdural,
vaskulitis, abses, atau tumor otak

 Pengobatan Skizofrenia
Sampai saat ini, belum ada metode untuk mengatasi skizofrenia. Pengobatan yang dilakukan
bertujuan untuk mengendalikan dan meredakan gejala. Beberapa metode pengobatan tersebut
adalah:
1. Obat-obatan
Untuk menangani halusinasi dan delusi, dokter akan meresepkan obat antipsikotik.
Obat ini dapat mengurangi gejala seperti halusinasi, delusi, sulit berkonsentrasi, serta
rasa cemas dan bersalah. Dengan begitu, kualitas hidup dan kemampuan pasien dalam
berinteraksi dengan orang lain dapat membaik.
Perlu diketahui, obat antipsikotik harus tetap dikonsumsi seumur hidup, meski gejala
sudah membaik. Beberapa jenis obat antipsikotik yang diberikan oleh dokter adalah:
 Chlorpromazine
 Fluphenazine
 Haloperidol
 Aripiprazole
 Trifluoperazine

2. Psikoterapi
Psikoterapi bertujuan agar pasien dapat mengendalikan gejala yang dialaminya.
Terapi ini akan dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan.Beberapa metode
psikoterapi yang digunakan adalah:
 Terapi individual
 Terapi perilaku kognitif
 Terapi remediasi kognitif
 Terapi Elektrokonvulsi
 Pencegahan Skizofrenia
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti cara untuk mencegah skizofrenia. Namun,
diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu mencegah penderita skizofrenia mengalami
perburukan gejala dan kekambuhan.
Selain itu, keluarga dan kerabat penderita juga diharapkan dapat mempelajari cara
mendeteksi dini gejala skizofrenia, mengenali faktor risiko, dan cara hidup bersama
penderita. Dengan begitu, komunikasi dan interaksi antara keluarga dengan penderita dapat
menjadi lebih baik

Anda mungkin juga menyukai