Anda di halaman 1dari 14
a Keperawatan Jiwa sa 3) Sosial. Kurangnye —dukungan soslal dan situasi lingkungan mengakibatkan Penurunan kemampuan dalam perawatan di. b. Faktor presipitasi Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah penurunan ‘motivasi, Kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang diatamt individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakuken perawatan dici. 3. Tanda dan Gejata Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyatzan pasien tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung dengan data hasil observasi a. Data subjektit Paslen mengatakan tentang : + Malas mandi Tidak mau menyisie rambut # Tidak mau menggosok gig! ‘Tidak mau memotong kuku Tidak mau berhias/ berdandan Tidak bisa / tidak mau menggunakan alat mandi / kebersihan diri Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum BAB dan BAK sembarangan Tidak membersihken diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar b. Data objektit ‘* Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, © Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan benar Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu berdandan pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju atau cetana. ‘+ Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian,mis memakai pakaian berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-barang ‘yang perlu dalam berpakaian, mis telajang. Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat makan (dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan), memegang alat makan, membawa 163 172/182 > Keperawatan Jiwa >a ‘© Tidak bisa / tidak mau menggunakan alat mandi / kebersihan dirt ‘© Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum BAB dan BAK sembarangan ‘© Tidak membersinkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK © Tidak mengetahul cara perawatan dir yang benar Data objektit © Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gig kotor, kuku panjang, © Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan benar © Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu berdandan © pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakal sepatu, tidak mengkancingkan baju atau celana. © Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakalan,mis memakal pakaian berlapls-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesval. Melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian, mis telajang. = Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat makan (dari pancl ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan sendok dan tidak mengetahui {ungsi alat-alat makan), memegang alat makan, membawa 163 Koperawatan Jiwa > makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskan makanaan). * BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak mampu ( menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah BAB atau BAK) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI 1. Pengkajian defistt perawatan dirt Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observas! kepada pasien dan keluarga. melalui pertanyaan sebagai berik a b fang dapat ditemukan dengan wawancara, Tanda dan gejala defisit perawatan di Coba ceritakan kebiasaan/ cara pasien dalam membersihkan diri? ‘Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gig! danymenggunting kuku? Bagaimana pendapat pasisen tentang penampilan dirinya? ua dengan penampilan sehari-hari pasien? 173/182 Berapa kali sehari pasien menyisir rambut , berdAndan, bercur-yurnarn-sekilaki) secara teratur? Menurut pasien apakeh pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan a> meet Re ae) EOD OehMh ib etetem te ae) ee perawatan iri, maka pelajarilah Topik 3 ini dengan sebatk-baiknya. A. KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI 1. Pengertian Herdman (2012) mendefinisi defisit perawatan diri sebagai suatu gangguan didalam ‘melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan diri, berhias, makan, toileting). Sedangkan perawatan dirl merupakan salah satu kemampuan dasar manusia untuk memenuhi Kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondis! kesehatannya. 2. Prosesterjadinya masalah Bagaimanakah seorang individu bisa mengalami masalah dalam perawatan diti? Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabakan individu mengalami deficit perawatan dir, yaitu: a. Faktor prediposis! 1) Biologis, seringkali defisit perawaan diri disebabkan karena adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri dan adanya faktor herediter yaitu ada anggota kelvarga yang mengalami gangguan jiwa. 2) Psikologis, factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah penting hal Ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu sehingga erkembangan Inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa mengalamai defisit perawatan iri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang sehingga menyebabkan pasien tidakpeduli terhadap diri dan lingkungannya termasuk perawatan dirl, 162 Keperawatan Jiwa 3 3) Sosial. Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan mengakibatkan Penurunan kemampuan dalam perawatan dir. b. Faktor presipitasi Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah penurunan ‘motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. 3. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilal dari pernyataan pasien tentang kebersihan dirl, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung dengan data hasil observasi a, Data subjektif Pasien mengatakan tentang : © Malas mandi 172/182 Tidak mau menyisir rambut ‘Tidak mau menggosok gigi Tidak mau memotong kuku Tidak mau berhias/ berdandan @Tidat hiea Ztidat mani mencounatan alat mandi Maherchan dich PADA PASIEN GANGGUAN JIWA Kurangnya perawatan diri paca pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir schingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (buang air besar [BAB] atau buang air kecil (BAK]) secara manditi. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ‘Untuk mengetahut apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu sebagai berikut. nde 958 ® vorsean ® BABIZ ecconte pbiPiendengn et eam 155 1. Gangguan kebersihan diriditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan. bau, serta kuku panjang dan kotor. 2. Ketidakmampuan berhias/berdandan ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak raps, pakalan tidak sesual, pada pasien laki-laki tidak bercukur, serta pada pasien wanita tidak berdandan, 3. Ketidakmampuan makan secara mandir ditandat dengan ketidakmampuan mengambil ‘makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya, 4, Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan BAB atau BAK tidak pada tempatnya, serta tidak membersihkan diri dengan batk setelah BAB/BAK. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan, dan BAK/BAB. RENCANA INTERVENSI Tindakan Keperawatan untuk Pasien 1. Tujuan a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri. b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik. ¢. Pasien mampu melakukan makan dengan baik. 4. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri. 2, Tindakan keperawatan a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan di Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, Anda dapat melakukan merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015) 2. Rentang Respon Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri sebagai berikut : Adaptif Maladaptit 6 Pola perawatan diri Kadang perawatan diri_ Tidak melakukan seimbang kadang tidak perawatan diri pada saat stress Gambar 2.1 Rentang Respon a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri. b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang ~ kadang Klien tidak memperhatikan perawatan dirinya, ¢. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor, 3. Proses ‘Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan diti adalah = a. Faktor predisposisi 1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan Klien sehingea perkembangan inisiati terganggu. 2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan dir. > Keporawatan Jiwa > d. _ Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandirl, ditAndai dengan BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan balk setelah BAB dan BAK. Data hasil observasi dan wawancara_didokumentasikan pada kartu status pasien di Contoh pendokumentasian hasil pengkalian sebagal berikut: Data : Pasien mengatakan belum mandi, rambut kotor, gigi Kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor. Rambut acak-acakan,tidak disisir, pakaian kotor dan tidak rapi, pakalan tidak sesual, makan dan minum diambilkan oleh keluarga, makan berceceran, dan tidak pada tempatnya. Tidak menyiram dan membersihkan diri setelah BAB dan BAK . 2. Diagnosis Keperawatan Defisit Perawatan Dirl Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tAnda dan gejala defisit perawatan iri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tAnda dan gejala defisit perawatan dir, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah Defisit perawatan diri : Kebersihan dirl,berdAndan, makan dan minum, BAB dan BAK 3. Tindakan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Tindakan keperawatan defisit perawatan diri dilakukan terhadap pasien dan keluarga. Saat memberikan pelayanan di rumah sakit (bila ada pasien dikunjungi atau didampingi keluarga), puskesmas atau kunjungan rumah, maka perawat menemui kelvarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi defisit perawatan diri yang dialami pasien. Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga dan melatih keluargauntuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi defisit perawatan diri yang telah diajarkan oleh perawat. Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan, minimal empat kali pertemuan hingga pasien dan keluarga mampu mengatasi defisit perawatan diri. a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Defisit Perawatan Diri ‘Tujuan: Pasien mampu: 1) Membina hubungan saling percaya 165 18.30 @ featit € bukuajarkeperaw.. [Q @& : 154 BAGIAN I -Norsep Dat Feperanatar Reet tan Ira PENGERTIAN DEFISIT PERAWATAN DIRI Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa, Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat. LINGKUP DEFISIT PERAWATAN DIRI 1, Kebersihan dirt Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. 2. Berdandan atau berhias, Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang se mencukur kumis, 3. Makan Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan daci piring. 4. Toileting Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau berkemih, tanpa bantuan, tidak menyisir rambut, atau PROSES TERJADINYA DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jw terjadi akibat adanya perubahan, proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan dirl tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias dirl secara mandiri, dan toileting (buang air besar [BAB] atau buang airkecil [BAK]) secara mandiri. PENGKAJIAN KEPERAWATAN Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu sebagai berikut. santa 150 © ves Wal = 19.04 @ y04 < — NASKAHPUBLIKA.. [QQ @& Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2019 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Rintan Andini Septyaningtyas ABSTRAK Resiko Perilaku kekerasan adalah suatu Keadaan dimana sescorang dapat membahayakan fisik baik pada diri sendiri, oranglain maupun lingkungan dimana resiko perilaku kekerasan ini dapat dilakukan secara verbal maupun fisik dengan tingkah laku yang tidak terkontrol. orang dengan gangguan jiwa. Resiko Perilaku Kekerasan perlu di kontrol dengan pemberian perawatan yang baik dan terapi psikoreligi. Tujuan dari studi ini adalsh mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan Resiko Perilaku Kekerasan dengan penerapan terapi Psikoreligi untuk mengontrol marah secara mandiri. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah 1 pasien gangguan jiwa dengan Resiko Perilaku Kekerasan. Asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien meliputi tindakan generalis pada pasien Resiko Perilaku Kekekeran dan terapi Psikorcligi. Terapi meliputi berwudiw, sholat, berdzikir dan mendengarkan murrotal diberikan selama 6 hari, Hasil didapatkan Resiko Perilaku Kekekerasan dengan Penurunan score tanda dan gejala Resiko Perilaku Kekerasan sebesar 110. Kesimpulan: Asuhan Keperawatan dengan penerapan terapi Psikoreligi mampu ‘menurunkan tanda dan gejala Resiko Perilaku Kekerasan pasien, namun masalsh Resiko Perilaku Kekerasan belum teratasi secara sempurna. Kata Kuncl : Terapi psikoreligi meliputi berwudhu, doa’ sholat, dzikir dan mendengarkan murrotal, strategi pelaksanaan 4, Resiko Perilaku Kekerasan. stl So 19.03 & 99%! LY laporan pendahuluan resiko perilaku... C | XK weesccsvee > eprints.ukh.ac.id ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN RINTAN ANDINI SEPTYANINGTYAS STIlKes Kusuma Husada Surakarta, 2019 Resiko Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat membahayakan fisik baik pada diri sendiri, oranglain maupun lingkungan dimana resiko perilaku kekerasan ini dapat dilakukan secara verbal maupun fisik dengan tingkah laku yang tidak terkontrol. orang dengan gangguan jiwa. Resiko Perilaku Kekerasan perlu di kontrol dengan pemberian perawatan yang baik dan Seaminiet il Lenenliat Tohian daci atedi ini adalah < > @ A c. Takut sakit, d. Hilang kontrol 2. Eksternal a. Penganiayaan fisik. b. Kehilangan orang yang dicintai. c. Kritik, Diagnosis Pohon Masalah Risiko mencederai dir sendiri, orang lain, dan lingkungan. a i Perilaku kekerasan. Gangguan konsep Diagnosis Keperawatan 1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan kekerasan. 2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah. RENCANA INTERVENSI Risiko Per ku Kekerasan Tindakan Keperawatan untuk Pasien 1. Tujuan a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan. .. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakuka |. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan. .. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasat Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka. mpep ne 3 ® Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal, interna! maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustrasi-Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperiiaku", apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang ‘akan muncul adalah individu tersebut berperilaku destruktf. 3) Faktor Sosiokultural Teoti lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah.Norma budaya dapat _mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory). 1b, Foktor Presipitast Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal dari dari dalam maupun lvar individu. Faktor dari dalam individu meliputi Kehilangan relas! atau hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacer, perceraian, kematian), kehilangen rasa cinta, kekhawatiran temhadap penyakit fisik, dl. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan. 149 Keperawatan Jiwa sa 6. Rentang Respon Marah Marah yang dialami setiop individu memiliki tentang dimulai dari respon adaptif sampai maladaftif. Sekarang mariiah kita bersama-sama_mempelajarinya untuk mempermudah pemahaman Anda dibawah ini akan digambarkan rentang respon perilaku kekerasan Respon adaptif, << TI Respon maladapti Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk Gambar6 2 Rentang respon Keterangan ‘Asertif _: Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain Frustasi_ _: Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat Pasif + Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan perasaannya Agresif ——_: Perilaku destruktif apt masih terkontrol ‘Amuk + Perilaku destruktif dan tidak terkontrol <3 Keperawatan Jiwa 3 # ©. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang, Iain, dan tingkungan. 5. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan presipitasi, 0. — Faktor Predisposisi Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi : 1) Faktor Biologis Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu adanya anggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan, adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti, psikotropika dan zat aditif lainnya). 2) Faktor Psikologis Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang, akan muncul adalah individu tersebut berperilaku destruktif. 3) Faktor Sosiokultural Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah.Norma budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory). b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal dari dari dalam maupun luar individu. Faktor dari dalam individu. meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan EAD ae 20.07 @ ole Q & € Naspub LOVINDA.. Program Studi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2020 Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Lovinda Pristalia '* Maula Mar‘atus Solikhah”? Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta Jovindapristalia@ gmail.com > Dosen Program Studi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta mmaula.mar‘atus@ ukh.ac.id Abstrak Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang melakukan tindakan yang dapat mencederai diri senditi bahkan orang Jain dan lingkungan akibat ketidakmampuan. Salah satu tindakan keperawatan mandiri yang dapat diberikan pada Klien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu pemberian teknik relaksasi napas dalam yang tujuannya diyakini seeara perlahan menurunkan intensitas marah, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkon oksigenasi darah. Tujuan studi kasus ini untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan jiwa klien dengan resiko perilaku kekerasan. ek studi kusus ini adalah satu klien dengan resiko perilaku kekerasan. Hasil studi kasus menunjukan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan sclama 10 hari didapatkan hasil terjadi penurunan tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dari skor 10 menjadi skor 1, Rekomendasi tindakan pemberian teknik relaksasi napas dalam efektif dilakukan pada klien yang mengalami resiko perilaku kekerasan, Kata kunci : Resiko Perilaku Kekerasan, Teknik Relaksasi Napas Dalam a Keperawatan Jiwa sa Rentang Respon Marah Marah yang dialami setiap individu memiliki rentang dimulal dari respon adaptif sampai maiadaftif. Sekarang marilah kita bersama-sama_mempelajarinya untuk mempermudah pemiahaman Anda dibawah ini akan digambarkan rentang respon perilaku kekerasan Respon ad pti << ST Fespon matadaptif Asertif Frustast Pasit Agr Amuk Gambar6.2 Rentang respon Keterangan Asertif smarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain Frustasi Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realists terhambat Pa Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan perasaannya Agresit Perilaku destruktif tapi masih terkontrol Amuk + Perilaku destruktif dan tidak terkontrol ©. Hierorki Periloku Kekerasan Setelah Anda memahami rentang respon marah, sekarang marilah kita mempelajari ‘mengenai hirarki agresif seperti dibawah ini. Renan Memperlihatkan permusuhan rendoh Keros menuntut ‘Mendetat orang iin dengon oncoman ‘Memberi kote-kota ancaman tanpo niat meluko! ‘Menyentuh orang loin dengan coro yang menokuthon ‘Memberi koto-kota ancaman dengan rencana melukal 7. Melukal dalam tingkat ingen tonpa membutuhkan ‘perawatan medis ‘Melukoi dalom tingkat serius dan memerivkon perawaton medis Tingg! Telah kita pelajari bersama mengenal rentang respon marah serta hirarki agr Selanjutnya kita akan mempelajari mengenai bagaimana skema proses marah yang dialami 150

Anda mungkin juga menyukai