Anda di halaman 1dari 120

BAHAN KULIAH 4

PENGANTAR HUKUM BISNIS

BADAN USAHA

MUHAMMAD INSA ANSARI


DOSEN UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH
E-mail: insa.ansari@unsyiah.ac.id
PENGANTAR
❑ SEMULA DALAM HUKUM HANYA DIKENAL SATU
SUBYEK HUKUM, YAITU MANUSIA
(NATUURLIJKE PERSON).
❑ NAMUN KARENA KETERBATASAN MANUSIA
UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM MAKA
DIPERLUKAN KETERLIBATAN BANTUAN ORANG
LAIN, BAIK BERUPA TENAGA, PIKIRAN MAUPUN
MODAL.
❑ UNTUK ITU MAKA DIPERLUKAN WAHANA
UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN SECARA
BERSAMA.
PERSEKUTUAN
SINGKATNYA MANUSIA AKHIRNYA
BERSEKUTU, BAIK BERBENTUK:
1. PERSEKUTUAN ORANG;
2. PERSEKUTUAN MODAL;
3. PERSEKUTUAN ORANG SEKALIGUS
MODAL.
PERSEKU…
❑ PERSEKUTUAN - PERSEKUTUAN INI
SELANJUTNYA MENJALANKAN
KEGIATAN USAHA.
❑ AKHIRNYA MUNCULAH
PERUSAHAAN, WALAUPUN DALAM
PRAKTEK ADA PERUSAHAAN
PERSEORANGAN.
PENGERTIAN PERUSAHAAN
MENURUT MOLENGRAAFF (1966)
PERUSAHAAN ADALAH KESELURUHAN PERBUATAN YANG
DILAKUKAN SECARA TERUS-MENERUS, BERTINDAK KE
LUAR, UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN, DENGAN CARA
MEMPERDAGANGKAN ATAU MENYERAHKAN BARANG ATAU
MENGADAKAN PERJANJIAN PERDAGANGAN.
PENGERTIAN PERUSAHA…
MENURUT POLAK (1935)
BARU DAPAT DIKATAKAN PERUSAHAAN APABILA
DIPERLUKAN PERHITUNGAN LABA DAN RUGI YANG DAPAT
DIPERKIRAKAN DAN DICATAT DALAM PEMBUKUAN.
PENGERTIAN PERUSAHAAN…
PROF. ABDULKADIR MUHAMMAD, S.H.,
DEFINISI PERUSAHAAN DARI SEGI
HUKUM:
“PERUSAHAAN ADALAH SETIAP BADAN
USAHA YANG MENJALANKAN KEGIATAN
DALAM BIDANG PEREKONOMIAN SECARA
TERUS MENERUS, BERSIFAT TETAP, DAN
TERANG-TERANGAN DENGAN TUJUAN
MEMPEROLEH KEUNTUNGAN DAN ATAU
LABA YANG DIBUKTIKAN DENGAN
CATATAN (PEMBUKUAN).”
PENGERTIAN PERUSAHA…
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN
PERUSAHAAN ADALAH :
A. SETIAP BENTUK USAHA YANG BERBADAN HUKUM ATAU
TIDAK, MILIK ORANG PERSEORANGAN, MILIK
PERSEKUTUAN, ATAU MILIK BADAN HUKUM, BAIK MILIK
SWASTA MAUPUN MILIK NEGARA YANG
MEMPEKERJAKAN PEKERJA/BURUH DENGAN
MEMBAYAR UPAH ATAU IMBALAN DALAM BENTUK
LAIN;
B. USAHA-USAHA SOSIAL DAN USAHA-USAHA LAIN YANG
MEMPUNYAI PENGURUS DAN MEMPEKERJAKAN ORANG
LAIN DENGAN MEMBAYAR UPAH ATAU IMBALAN DALAM
BENTUK LAIN.
PENGERTIAN PERUSAHA…
UU NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR
PERUSAHAAN:
PERUSAHAAN ADALAH SETIAP BENTUK USAHA YANG
SETIAP JENIS USAHA YANG BERSIFAT TETAP DAN TERUS
MENERUS DAN DIDIRIKAN, BEKERJA SERTA
BERKEDUDUKAN DALAM WILAYAH NEGARA INDONESIA
DENGAN TUJUAN MEMPEROLEH KEUNTUNGAN DAN ATAU
LABA.
UNSUR-UNSUR PERUSAHAAN
UNSUR PERUSAHAAN TERDIRI:
❑ BADAN USAHA;
❑ KEGIATAN DALAM BIDANG
PEREKONOMIAN;
❑ TERUS MENERUS;
❑ BERSIFAT TETAP;
❑ TERANG-TERANGAN;
❑ KEUTUNGAN DAN ATAU LABA;
❑ PEMBUKUAN;
PENGGOLONGAN PERUSAHAAN

❑ PERUSAHAAN YANG
BERBENTUK BADAN
HUKUM;
❑ PERUSAHAAN YANG
TIDAK BERBENTUK
BADAN HUKUM.
PERUSAHAAN YANG TIDAK BERBENTUK BADAN
HUKUM
PERUSAHAAN YANG PEMILIKNYA HANYA SATU
ORANG:
❑ USAHA DAGANG (UD)
❑ PERUSAHAAN DAGANG (PD)
❑ PERUSAHAAN OTOBIS (PO)

PERUSAHAAN YANG DIMILIKI BEBERAPA ORANG:


❑PERSEKUTUAN PERDATA (PASAL1618-1652
KUHPERDATA)
❑PERSEKUTUAN FIRMA DAN PERSEKUTUAN
KOMANDITER (PASAL 15 – 35 KUHDAGANG)
PERUSAHAAN YANG BERBENTUK
BADAN HUKUM
❑ PERSEROAN TERBATAS
SEBAGAIMANA DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG
NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN
TERBATAS

❑ KOPERASI
SEBAGAIMANA DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG
NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

❑ YAYASAN
SEBAGAIMANA DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG
YAYASAN
UNSUR-UNSUR BADAN HUKUM
❑ ORGANISASI YANG TERATUR;
❑ HARTA KEKAYAAN SENDIRI;
❑ MELAKUKAN HUBUNGAN HUKUM SENDIRI;
❑ MEMPUNYAI TUJUAN SENDIRI.
TANGGUNG JAWAB YURIDIS PERUSAHAAN

SECARA HUKUM TANGGUNG JAWAB YANG


NORMAL DARI SEBUAH PERUSAHAAN DAPAT
DIBEDAKAN SEBAGAI BERIKUT:
1. TANGGUNG JAWAB DARI SUATU
PERSEROAN YANG TIDAK BERBENTUK
BERBADAN HUKUM;
2. TANGGUNG JAWAB DARI SUATU
PERUSAHAAN YANG BERBENTUK BADAN
HUKUM.
TANGGUNG JAWAB DARI SUATU PERUSAHAAN
YANG TIDAK BERBADAN HUKUM
❑ TIDAK ADA HARTA YANG TERPISAH
YANG MERUPAKAN HARTA
PERUSAHAAN;
❑ TANGGUNG JAWAB HUKUM TIDAK
TERPISAH ANTARA TANGGUNG JAWAB
PERUSAHAAN DENGAN TANGGUNG
JAWAB PRIBADI PEMILIK
PERUSAHAAN;
❑ PIHAK KETIGA DAPAT MEMINTAKAN
PEMILIK UNTUK BERTANGGUNG JAWAB
SECARA PRIBADI;
TANGGUNG JAWAB DARI SUATU PERUSAHAAN
YANG BERBENTUK BERBADAN HUKUM
❑ HARTA BENDA TERPISAH ANTARA
PENDIRI/PEMILIKNYA
❑ TANGGUNG JAWAB SECARA HUKUM
JUGA DIPISAHKAN DARI HARTA
PRIBADI PEMILIK PERUSAHAAN;
❑ PIHAK KETIGA TIDAK DAPAT
MEMINTAKAN PEMILIK UNTUK
BERTANGGUNG JAWAB SECARA
PRIBADI.
TEORI BADAN HUKUM PERUSAHAAN
❑TEORI FIKSI → ARTIFICIAL ENTITY THEORY →
CREATURE OF LAW;
❑TEORI INDIVIDUALISME → HANYA MANUSIA SEBAGAI
SUBYEK HUKUM;
❑TEORI SIMBOLIS → KOLEKTIF, KUMPULAN PARA
PEMEGANG SAHAM;
❑TEORI REALISTIS → REALIST THEORY (ORGAN THEORI)
→ BUKAN KHAYALAN, TAPI BENAR ADANYA;
❑TEORI CIPTAAN DIRI SENDIRI → SELF CREATING →
BUKAN CIPTAAN HUKUM & BUKAN JUGA FIKSI → REAL
PERSONALITY
❑TEORI KESATUAN BISNIS → KENYATAAN DALAM
BISNIS
❑TEORI KONTRAK → NEXUS OF CONTACT
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH
PERKULIAHAN 5
PENGANTAR HUKUM BISNIS

PERSEKUTUAN PERDATA

Muhammad Insa Ansari


Dosen Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
E-mail: insa.ansari@unsyiah.ac.id
ISTILAH PERSEKUTUAN
ISTILAH LAIN YANG SERING
DIPERGUNAKAN UNTUK PERSEKUTUAN
PERDATA ADALAH
1. MAATSCHAP
2. PERSEROAN PERDATA
3. PERSERIKATAN PERDATA
PENGATURAN PERSEKUTUAN PERDATA
BAB VIII DARI BUKU III KUHPERDATA, YANG
TERDIRI ATAS:
BAGIAN 1 KETENTUAN-KETENTUAN UMUM;
BAGIAN 2 PERSETUJUAN-PERSETUJUAN ANTARA
PARA PESERTA SATU SAMA LAIN ;
BAGIAN 3 IKATAN PARA PESERTA TERHADAP
ORANG LAIN;
BAGIAN 4 PERLBAGAI CARA BUBARNYA
PERSEKUTUAN PERDATA.
PENGERTIAN PERSEKUTUAN PERDATA
PERSEKUTUAN PERDATA ADALAH SUATU
PERJANJIAN DUA ORANG ATAU LEBIH
YANG MENGIKATKAN DIRI UNTUK
MEMASUKKAN SESUATU KE DALAM
PERSEKUTUAN, DENGAN MAKSUD
MEMBAGI KEUNTUNGAN YANG TERBIT
DARIPADANYA.
PASAL 1618 KUHPERDATA
PEMASUKAN PERSEKUTUAN PERDATA
PEMASUKAN UNTUK SUATU PERSEKUTUAN PERDATA
PERSEKUTUAN PERDATA DAPAT BERUPA:
1. UANG;
2. BARANG-BARANG;

3. KERAJINAN KEDALAM PERSEKUTUAN.


PASAL 1619 AYAT (2) KUHPERDATA
JENIS PERSEKUTUAN PERDATA
PERSEKUTUAN PERDATA PERSEKUTUAN PERDATA
TERBATAS TIDAK TERBATAS
(PASAL 1623 KUHPERDATA) (PASAL 1622 KUHPERDATA)
PERSEKUTUAN PERDATA HANYA PERSEKUTUAN PERDATA TIDAK
MENYANGKUT: TERBATAS MELIPUTI APA SAJA
❑ BARANG-BARANG TERTENTU; YANG AKAN DIPEROLEH PARA
❑ PEMAKAIAN ATAU HASIL- PESERTA SEBAGAI HASIL
HASIL YANG AKAN USAHA SELAMA PERSEKUTUAN
DIPEROLEH DARI BARANG- BERDIRI
BARANG ITU;
❑ USAHA
TERTENTU/PEKERJAAN
TERTENTU;
PENDIRIAN PERSEKUTUAN PERDATA
❑ PERSEKUTUAN DIDIRIKAN
DENGAN PERJANJIAN;
❑ TIDAK ADA KETEGASAN
BAHWA PERJANJIAN
DIMAKSUD TERTULIS
ATAUPUN TIDAK TERTULIS;
BUBARNYA PERSEKUTUAN PERDATA
❑ BERAKHIRNYA WAKTU YANG DIPERJANJIKAN;
❑ KARENA MUSNAHNYA BARANG YANG
DIPERGUNAKAN ATAU TERCAPAINYA TUJUAN;
❑ KARENA KEHENDAK BEBERAPA PESERTA ATAU
SALAH SEORANG PESERTA;
❑ KARENA SALAH SEORANG DIANTARA PESERTA:
❖ MENINGGAL DUNIA;
❖ DITEMPATKAN DIBAWAH PENGAMPUAN.
PASAL 1619 AYAT (2) KUHPERDATA
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH
BAHAN KULIAN 5
PENGANTAR HUKUM BISNIS

PERSEKUTUAN FIRMA

Muhammad Insa Ansari


Dosen Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
E-mail: insa.ansari@unsyiah.ac.id
PENGERTIAN PERSEKUTUAN FIRMA
FIRMA ADALAH PERSEKUTUAN
PERDATA YANG DIDIRIKAN UNTUK
MENJALANKAN PERUSAHAAN
DENGAN NAMA BERSAMA.
PASAL 16 KUHD
UNSUR PERSEKUTUAN FIRMA
❑ PERSEKUTUAN PERDATA (PASAL 1618
KUHPERDATA)
❑ MENJALANKAN PERUSAHAAN (PASAL 16
KUHD)
❑ DENGAN NAMA BERSAMA ATAU FIRMA
(PASAL 16 KUHD)
❑ TANGGUNG JAWAB SEKUTU BERSIFAT
PRIBADI UNTUK KESELURUHAN (PASAL
18 KUHD)
PENGGUNAAN NAMA BERSAMA
❑ MENGUNAKAN NAMA SEORANG SEKUTU
❑ MENGGUNAKAN NAMA SEORANG SEKUTU
DENGAN TAMBAHAN YANG MENUNJUKKAN
ANGGOTA KELUARGANYA
❑ MENGGUNAKAN NAMA SEMUA SEKUTU
❑ MENGGUNAKAN NAMA BIDANG USAHA
PERUSAHAAN
❑ MENGGUNAKAN NAMA LAIN
PENDIRIAN PERSEKUTUAN FIRMA
PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN
(PASAL 22 Jo. PASAL 26 KUHD)
FIRMA BERSIFAT UMUM NAMA-NAMA SEKUTU
NAMA LENGKAP, KETENTUAN
PENETAPAN NAMA ATAU TERBATAS PADA YANG TIDAK DIBERI KUASA SAAT MULAI DAN
PEKERJAAN , DAN TEMPAT LAINPENGATURAN LABA
BERSAMA ATAU FIRMA MENJALANKAN MENANDATANGANI BERAKHIRNYA FIRMA
TINGGAL PARA SEKUTU RUGI
PERUSAHAAN PERJANJIAN

PENDAFTARAN PADA KEPANITERAAN PENGADILAN NEGERI


(PASAL 23 KUHD)

PENGUMUMAN DALAM BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN TAMBAHAN BERITA NEGARA REPUBLIK
INDONESIA (PASAL 28 KUHD)
BUBARNYA PERSEKUTUAN FIRMA
❖ LEWAT JANGKA WAKTU YANG TELAH
DITENTUKAN
❖ PENGUNDURAN DIRI ATAU PEMBERHENTIAN
SEKUTU
❖ PEMBUBARAN ATAS KEHENDAK SEMATA-
MATA DARI PESERO
❖ JIKA SALAH SEORANG PESERO MENINGGAL
ATAU DIBAWAH PENGAMPUAN ATAU
DINYATAKAN PAILIT
PEMBERESAN

PESERO PENGURUS DARI FIRMA YANG BERSANGKUTAN

PEMBERES YANG DITENTUKAN DALAM AKTA PENDIRIAN

SELURUH PERSERO DARI PERSEKUTUAN FIRMA

PESERO YANG DIPILIH

PESERO YANG DITUNJUK


HAK, WEWENANG, DAN TUGAS PEMBERESAN

MELAKUKAN SEGALA
PERBUATAH HUKUM
UNTUK DAN ATAS
NAMA FIRMA DALAM
PENYELESAIAN

MEMEGANG SEGALA MENYELESAIKAN


BUKU-BUKU SEMUA UTANG
PERSEROAN FIRMA PERSEROAN FIRMA

MEMINTA ATAU
MEMBAGI UANG DAN MENARIK UANG-UANG
HARTA KEKAYAAN KEPADA PESERO
BILA MASIH ADA FIRMA DALAM
PENYELESAIAN
SEKIAN
&
TERIMA KASIH
BAHAN KULIAH 5
PENGANTAR HUKUM BISNIS

PERSEKUTUAN KOMANDITER

Muhammad Insa Ansari


Dosen Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
E-mail: insa.ansari@unsyiah.ac.id
ISTILAH

❑ PERSEKUTUAN KOMANDITER

❑ PERSEROAN KOMANDITER;

❑ COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP.
PENGATURAN PERSEROAN KOMANDITER
PERSEROAN KOMANDITER MENDAPAT
PENGATURAN DALAM :
❑ PASAL 19 SAMPAI DENGAN PASAL 21 KUHD;
❑ BEBERAPA PASAL DARI KUHPERDATA;
PENGERTIAN PERSEROAN KOMANDITER
PERSEROAN KOMANDITER MERUPAKAN BENTUK
BADAN USAHA YANG DIDIRIKAN OLEH 2 (DUA)
ORANG ATAU LEBIH, DIMANA 1 (SATU) ORANG
ATAU LEBIH DARI PENDIRINYA ADALAH PERSERO
AKTIF, YAKNI AKTIF MENJALANKAN
PERUSAHAAN DAN BERTANGGUNG JAWAB SECARA
PENUH ATAS KEKAYAAN PRIBADINYA,
SEMENTARA 1 (SATU) ORANG LAIN ATAU LEBIH
MERUPAKAN PERSERO PASIF, DIMANA IA HANYA
BERTANGGUNG JAWAB SEBATAS UANG YANG
YANG DISETOR SAJA.
PESERO DALAM PERSEROAN KOMANDITER

PESERO KOMANDITER PESERO PENGURUS

PESERO YANG HANYA PERSERO YANG MEMASUKKAN


MENYERAHKAN UANG ATAU MODAL DAN SEKALIGUS
BARANG SEBAGAI PEMASUKAN SEBAGAI PENGELOLA
PADA PERSEROAN PERSEROAN
PENDIRIAN PERSEROAN KOMANDITER
PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN
NAMA DAN
MAKSUD DAN JANGKA KEWENANGAN PENGATURAN
TEMPAT MODAL PESERO PEMBUKUAN
TUJUAN WAKTU PESERO LABA RUGI
KEDUDUKAN

PENDAFTARAN PADA KEPANITERAAN PENGADILAN


NEGERI

PENGUMUMAN DALAM BERITA NEGARA REPUBLIK


INDONESIA
SEKIAN
&
TERIMA KASIH
BAHAN KULIAH 6A
PENGANTAR HUKUM BISNIS

PERSEROAN TERBATAS

Dr. Muhammad Insa Ansari, S.H


Universitas Syiah Kuala, Darussalam – Banda Aceh
ISTILAH
❑ DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
DAGANG (KUHD) BERNAMA NAAMLOZE
VENNOOTSCHAP.
❑ DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995
TENTANG PERSEROAN TERBATAS DISEBUT
DENGAN ISTILAH PERSEROAN TERBATAS.
❑ TIADA UNDANG-UNDANG YANG SECARA
KHUSUS DAN RESMI MEMERINTAHKAN UNTUK
MENGUBAH SEBUTAN “NAAMLOZE
VENNOOTSCHAP” HINGGA HARUS DISEBUT
SEBAGAI “PERSEROAN TERBATAS”
PERKEMBANGAN PENGATURAN
❑ BAGIAN III DARI BUKU I KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG
(WETBOEK VAN KOOPHANDEL) DARI
PASAL 36 SAMPAI PASAL 56.
❑ UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995
TENTANG PERSEROAN TERBATAS
❑ UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN
2007 TENTANG PERSEOAN TERBATAS
PENGERTIAN PERSEROAN TERBATAS
PERSEROAN TERBATAS ADALAH BADAN
HUKUM YANG MERUPAKAN PERSEKUTUAN
MODAL, DIDIRIKAN BEDASARKAN
PERJANJIAN, MELAKUKAN KEGIATAN USAHA
DENGAN MODAL DASAR YANG SELURUHNYA
TERBAGI DALAM SAHAM DAN MEMENUHI
PERSYARATAN YANG DITETAPKAN DALAM
UNDANG-UNDANG INI DAN PERATURAN
PELAKSANAANYA.
Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
PENGERTIAN PERSEROAN …
BADAN HUKUM
• SUBYEK HUKUM
• MEMILIKI SYARAT-SYARAT

PERSEKUTUAN MODAL
• PARA PEMEGANG SAHAM MENEMPATKAN MODAL TERTENTU DENGAN CARA MEMILIKI SAHAM PADA PT
TERSEBUT

DIDIRIKAN BEDASARKAN • PERSEROAN TERBATAS DIDIRIKAN OLEH 2 (DUA) ORANG ATAU LEBIH DENGAN AKTE NOTARIS YANG

PERJANJIAN
DIBUAT DALAM BAHASA INDONESIA. (PASAL 7 AYAT (1) UUPT)

MODAL YANG TERBAGI • SEBAGAI SUATU BADAN HUKUM PT MEMILIKI KEKAYAAN DAN HARTA SENDIRI TERLEPAS DARI
KEKAYAAN DAN HARTA PENDIRI MAUPUN PEMEGANG SAHAMNYA.

DALAM SAHAM-SAHAM
• HARTA DALAM PT BERUPA MODAL DASAR YANG SUDAH DITENTUKAN DALAM UU PT DAN TERDIRI DARI
SAHAM-SAHAM.

MENJALANKAN USAHA / • KEGIATAN USAHA PT DALAM BIDANG EKONOMI BAIK INDUSTRI, PERDAGANGAN MAUPUN JASA YANG

KEGIATAN TERTENTU
BERTUJUAN MEMPEROLEH KEUNTUNGAN/LABA

MEMENUHI PERSYARATAN
• SETIAP PERSEROAN HARUS MEMENUHI UUPT DAN PERATURAN PELAKSANAANYA.
• UUPT MENGANUT SISTEM TERTUTUP ( CLOSED SYSTEM ).
DASAR HUKUM
❑ Dasar Hukum Umum (UU No. 40/2007)
❑ Dasar Hukum Khusus

1. UU Pasar Modal
2. UU Penanaman Modal
3. UU BUMN
4. UU Perbankan
5. UU khusus lainnya
KLASIFIKASI PT

PEMEGANG
• PT TERTUTUP
SAHAM
• PT TERBUKA

JENIS
• PERUSAHAAN MODAL DALAM
PENANAMAN NEGERI
MODAL • PERUSAHAAN MODAL ASING
KARAKTERISTIK PT
❑ SEBAGAI ASOSIASI MODAL
❑ KEKAYAAN DAN UTANG PT ADALAH
TERPISAH DARI KEKAYAAN DAN UTANG
PEMEGANG SAHAM
❑ TANGGUNG JAWAB PEMEGANG SAHAM
TERBATAS (LIMITED LIABILITY)
❑ ADANYA PEMISAHAN FUNGSI ORGAN PT
❑ MEMILIKI KOMISARIS YANG BERFUNGSI
SEBAGAI PENGAWAS
❑ KEKUASAAN TERTINGGI BERADA PADA RUPS
PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS
❑ PENDIRIAN;
❑ ANGGARAN DASAR DAN PERUBAHAN
ANGGARAN DASAR;
❑ DAFTAR PERSEROAN;
❑ PENGESAHAN; DAN
❑ PENGUMUMAN.
PENDIRIAN
(1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa
Indonesia.
(2) Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan didirikan.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam rangka Peleburan.
(4) Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri
mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.
(5) Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham menjadi kurang dari 2
(dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut
pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain
atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.
(6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dilampaui, pemegang saham
tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala
perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan
negeri dapat membubarkan Perseroan tersebut.
(7) Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat (5), serta ayat (6) tidak berlaku bagi:
a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau
b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan
penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal.
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
PENDIRIAN
(1) Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan
pendirian Perseroan.
(2) Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan
alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;
b. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali
diangkat;
c. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah
saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.
(3) Dalam pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan
surat kuasa.

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


PENDIRIAN
(1) Untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4), pendiri bersama-sama mengajukan permohonan
melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada
Menteri dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya:
a. nama dan tempat kedudukan Perseroan;
b. jangka waktu berdirinya Perseroan;
c. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
d. jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e. alamat lengkap Perseroan.
(2) Pengisian format isian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didahului dengan pengajuan
nama Perseroan.
(3) Dalam hal pendiri tidak mengajukan sendiri permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), pendiri hanya dapat memberi kuasa kepada notaris.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan dan pemakaian nama Perseroan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 9 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


PENDIRIAN
Pasal 10
(1) Permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) harus diajukan kepada
Menteri paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan
mengenai dokumen pendukung.
(2) Ketentuan mengenai dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
(3) Apabila format isian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan keterangan mengenai dokumen pendukung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung
menyatakan tidak berkeberatan atas permohonan yang bersangkutan secara elektronik.
(4) Apabila format isian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan keterangan mengenai dokumen pendukung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung
memberitahukan penolakan beserta alasannya kepada pemohon secara elektronik.
(5) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pernyataan tidak berkeberatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), pemohon yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri
dokumen pendukung.
(6) Apabila semua persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dipenuhi secara lengkap, paling lambat 14 (empat
belas) hari, Menteri menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum Perseroan yang ditandatangani secara
elektronik.
(7) Apabila persyaratan tentang jangka waktu dan kelengkapan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak
dipenuhi, Menteri langsung memberitahukan hal tersebut kepada pemohon secara elektronik, dan pernyataan tidak
berkeberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi gugur.
(8) Dalam hal pernyataan tidak berkeberatan gugur, pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat mengajukan kembali
permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).
(9) Dalam hal permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri tidak diajukan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), akta pendirian menjadi batal sejak lewatnya jangka waktu tersebut dan Perseroan yang belum memperoleh
status badan hukum bubar karena hukum dan pemberesannya dilakukan oleh pendiri.
(10) Ketentuan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi permohonan pengajuan kembali.
Pasal 10 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
PENDIRIAN
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengajuan permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) bagi daerah tertentu yang belum mempunyai atau tidak
dapat digunakan jaringan elektronik diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(1) Perbuatan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan saham dan penyetorannya yang dilakukan
oleh calon pendiri sebelum Perseroan didirikan, harus dicantumkan dalam akta pendirian.
(2) Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan dengan akta yang
bukan akta otentik, akta tersebut dilekatkan pada akta pendirian.
(3) Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan dengan akta
otentik, nomor, tanggal dan nama serta tempat kedudukan notaris yang membuat akta otentik
tersebut disebutkan dalam akta pendirian Perseroan.
(4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tidak dipenuhi,
perbuatan hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban serta tidak mengikat
Perseroan.
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
PENDIRIAN
(1) Perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan Perseroan yang belum
didirikan, mengikat Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum apabila RUPS
pertama Perseroan secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak
dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau
kuasanya.
(2) RUPS pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diselenggarakan dalam jangka
waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah Perseroan memperoleh status badan
hukum.
(3) Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah apabila RUPS dihadiri oleh
pemegang saham yang mewakili semua saham dengan hak suara dan keputusan disetujui
dengan suara bulat.
(4) Dalam hal RUPS tidak diselenggarakan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) atau RUPS tidak berhasil mengambil keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), setiap calon pendiri yang melakukan perbuatan hukum tersebut bertanggung jawab
secara pribadi atas segala akibat yang timbul.
(5) Persetujuan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diperlukan apabila
perbuatan hukum tersebut dilakukan atau disetujui secara tertulis oleh semua calon
pendiri sebelum pendirian Perseroan.

Pasal 13 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


PENDIRIAN
(1) Perbuatan hukum atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, hanya
boleh dilakukan oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua
anggota Dewan Komisaris Perseroan dan mereka semua bertanggung jawab secara
tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut.
(2) Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendiri
atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, perbuatan hukum
tersebut menjadi tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan tidak mengikat
Perseroan.
(3) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), karena hukum menjadi tanggung
jawab Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum.
(4) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya mengikat dan menjadi
tanggung jawab Perseroan setelah perbuatan hukum tersebut disetujui oleh semua
pemegang saham dalam RUPS yang dihadiri oleh semua pemegang saham Perseroan.
(5) RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah RUPS pertama yang harus
diselenggarakan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah Perseroan memperoleh status
badan hukum.

Pasal 14 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


MODAL PERSEROAN TERBATAS
MODAL DASAR PERSEROAN TERDIRI
ATAS SELURUH NILAI NOMINAL SAHAM.
PASAL 31 AYAT (1) UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
ORGAN PERSEROAN TERBATAS
ORGAN PERSEROAN:
❑ RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM;

❑ DIREKSI, DAN

❑ DEWAN KOMISARIS.

PASAL 1 ANGKA 2 UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS


RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM, YANG
SELANJUTNYA DISEBUT RUPS, ADALAH
ORGAN PERSEROAN YANG MEMPUNYAI
WEWENANG YANG TIDAK DIBERIKAN
KEPADA DIREKSI ATAU DEWAN KOMISARIS
DALAM BATAS YANG DITENTUKAN DALAM
UNDANG-UNDANG INI DAN/ATAU
ANGGARAN DASAR.
PASAL 1 ANGKA 4 UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
DEWAN KOMISARIS
DEWAN KOMISARIS ADALAH ORGAN
PERSEROAN YANG BERTUGAS
MELAKUKAN PENGAWASAN SECARA
UMUM DAN/ATAU KHUSUS SESUAI
DENGAN ANGGARAN DASAR SERTA
MEMBERI NASIHAT KEPADA DIREKSI.
PASAL 1 ANGKA 6 UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
PENGERTIAN DIREKSI
DIREKSI ADALAH ORGAN PERSEROAN YANG
BERWENANG DAN BERTANGGUNG JAWAB
PENUH ATAS PENGURUSAN PERSEROAN
UNTUK KEPENTINGAN PERSEROAN, SESUAI
DENGAN MAKSUD DAN TUJUAN PERSEROAN
SERTA MEWAKILI PERSEROAN, BAIK DI
DALAM MAUPUN DI LUAR PENGADILAN
SESUAI DENGAN KETENTUAN ANGGARAN
DASAR.
PASAL 1 ANGKA 1 UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
DIREKSI
(1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan.
(2) Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam
Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.
(3) Direksi Perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota Direksi atau lebih.
(4) Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang
kepada masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua)
orang anggota Direksi.
(5) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, pembagian tugas
dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan berdasarkan
keputusan RUPS.
(6) Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak menetapkan, pembagian
tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi.

Pasal 92 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


DIREKSI
(1) Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan
yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima)
tahun sebelum pengangkatannya pernah:
a. dinyatakan pailit;
b. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau
c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.
(2) Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan
persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(3) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dibuktikan dengan surat yang disimpan oleh Perseroan.

Pasal 93 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


DIREKSI
(1) Anggota Direksi diangkat oleh RUPS.
(2) Untuk pertama kali pengangkatan anggota Direksi dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b.
(3) Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali.
(4) Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi dan dapat
juga mengatur tentang tata cara pencalonan anggota Direksi.
(5) Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi juga menetapkan
saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut.
(6) Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota
Direksi, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi tersebut mulai berlaku sejak
ditutupnya RUPS.
(7) Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi, Direksi wajib memberitahukan
perubahan anggota Direksi kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.
(8) Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum dilakukan, Menteri menolak setiap
permohonan yang diajukan atau pemberitahuan yang disampaikan kepada Menteri oleh Direksi yang belum
tercatat dalam daftar Perseroan.
(9) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak termasuk pemberitahuan yang disampaikan oleh Direksi
baru atas pengangkatan dirinya sendiri.
Pasal 94 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
DIREKSI
(1) Pengangkatan anggota Direksi yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93 batal karena hukum sejak saat anggota Direksi lainnya
atau Dewan Komisaris mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut.
(2) Dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diketahui, anggota
Direksi lainnya atau Dewan Komisaris harus mengumumkan batalnya pengangkatan
anggota Direksi yang bersangkutan dalam Surat Kabar dan memberitahukannya
kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan.
(3) Perbuatan hukum yang telah dilakukan untuk dan atas nama Perseroan oleh anggota
Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum pengangkatannya batal, tetap
mengikat dan menjadi tanggung jawab Perseroan.
(4) Perbuatan hukum yang dilakukan untuk dan atas nama Perseroan oleh anggota
Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah pengangkatannya batal, adalah
tidak sah dan menjadi tanggung jawab pribadi anggota Direksi yang bersangkutan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak mengurangi tanggung jawab
anggota Direksi yang bersangkutan terhadap kerugian Perseroan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 97 dan Pasal 104.
Pasal 95 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
DIREKSI
(1) Ketentuan tentang besarnya gaji dan tunjangan
anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan
RUPS.
(2) Kewenangan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat dilimpahkan kepada Dewan Komisaris.
(3) Dalam hal kewenangan RUPS dilimpahkan kepada
Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
besarnya gaji dan tunjangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan keputusan rapat
Dewan Komisaris.
Pasal 96 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
DIREKSI
(1) Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).
(2) Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik
dan penuh tanggung jawab.
(3) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
(4) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.
(5) Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila
dapat membuktikan:
a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan;
c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang
mengakibatkan kerugian; dan
d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
(6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi
yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan.
(7) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak mengurangi hak anggota Direksi lain dan/atau anggota
Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama Perseroan.
Pasal 97 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
DIREKSI
(1) Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
(2) Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang
berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi,
kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar.
(3) Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah tidak terbatas dan tidak
bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini,
anggaran dasar, atau keputusan RUPS.
(4) Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau
anggaran dasar Perseroan.
Pasal 98 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
DIREKSI
(1) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila:
a. terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi
yang bersangkutan; atau
b. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan
dengan Perseroan.
(2) Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
berhak mewakili Perseroan adalah:
a. anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan
dengan Perseroan;
b. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan
kepentingan dengan Perseroan; atau
c. pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi
atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan
Perseroan.
Pasal 99 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
DIREKSI
(1) Direksi Wajib:
a. membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan risalah
rapat Direksi;
b. membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan dokumen
keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang
Dokumen Perusahaan; dan
c. memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan Perseroan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan dokumen Perseroan lainnya.
(2) Seluruh daftar, risalah, dokumen keuangan Perseroan, dan dokumen Perseroan
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan di tempat kedudukan
Perseroan.
(3) Atas permohonan tertulis dari pemegang saham, Direksi memberi izin kepada
pemegang saham untuk memeriksa daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah
RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan laporan tahunan, serta mendapatkan
salinan risalah RUPS dan salinan laporan tahunan.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menutup kemungkinan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal menentukan lain.
Pasal 100 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
DIREKSI
(1) Anggota Direksi wajib melaporkan kepada Perseroan
mengenai saham yang dimiliki anggota Direksi yang
bersangkutan dan/atau keluarganya dalam Perseroan
dan Perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam
daftar khusus.
(2) Anggota Direksi yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menimbulkan
kerugian bagi Perseroan, bertanggung jawab secara
pribadi atas kerugian Perseroan tersebut.

Pasal 101 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


DIREKSI
(1) Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:
a. mengalihkan kekayaan Perseroan; atau
b. menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan;
yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan
dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.
(2) Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah transaksi pengalihan
kekayaan bersih Perseroan yang terjadi dalam jangka waktu 1 (satu) tahun buku atau
jangka waktu yang lebih lama sebagaimana diatur dalam anggaran dasar Perseroan.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berlaku terhadap tindakan
pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang dilakukan oleh Direksi sebagai
pelaksanaan kegiatan usaha Perseroan sesuai dengan anggaran dasarnya.
(4) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tanpa persetujuan RUPS, tetap
mengikat Perseroan sepanjang pihak lain dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik.
(5) Ketentuan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang pengambilan keputusan RUPS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 mutatis mutandis berlaku bagi keputusan RUPS
untuk menyetujui tindakan Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 102 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


PENGGABUNGAN
Penggabungan adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain yang
telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari
perseroan yang menggabungkan diri beralih karena
hukum kepada perseroan yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status badan hukum
perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena
hukum.
PASAL 1 ANGKA 9 UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
PENGGABUNGAN
Skema Penggabungan Perusahaan

PT. ABC PT. EFG

Keterangan
PT. ABC : Perusahaan yang melakukan penggabungan
PT. EFG : Perusahaan target merger
PT. ABC : Perusahaan yang dibubarkan

PASAL 1 ANGKA 9 UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS


PENGGABUNGAN
Bentuk Penggabungan
❑ Penggabungan Horizontal

❑ Penggabungan Vertikal

❑ Penggabungan Konglomerat

❑ Penggabungan Kon Generik


PENGGABUNGAN
Manfaat Penggabungan
❑ Pertumbuhan atau diversifikasi

❑ Meningkatkan dana

❑ Sinergi

❑ Menambah ketrampilan manajemen atau


teknologi
❑ Meningkatkan likuiditas pemilik

❑ Melindungi diri dari pengambilalihan


PELEBURAN
Peleburan adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk
meleburkan diri dengan cara mendirikan satu
Perseroan baru yang karena hukum memperoleh
aktiva dan pasiva dari Perseroan yang
meleburkan diri dan status badan hukum
Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena
hukum.

PASAL 1 ANGKA 10 UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS


PELEBURAN
Skema Peleburan Perusahaan
PT. ABC PT. EFG

PT.KLM
Keterangan
PT. ABC : Perusahaan yang melakukan penggabungan
PT. EFG : Perusahaan target merger
PT. ABC : Perusahaan yang dibubarkan

PASAL 1 ANGKA 10 UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS


PENGAMBILALIHAN
Pengambilalihan adalah perbuatan hukum
yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan untuk mengambil alih saham
Perseroan yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian atas Perseroan tersebut.

PASAL 1 ANGKA 11 UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS


PENGAMBILALIHAN
Skema Pengambilalihan Perusahaan

PT. ABC PT.EFG

Keterangan
PT. ABC : Perusahaan yang melakukan pengambilalihan
PT. EFG : Perusahaan target pengambilalihan
PT. ABC dan PT. EFG tetap ada setelah pengambialihan

PASAL 1 ANGKA 11 UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS


PEMISAHAN
Pemisahan adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh Perseroan untuk memisahkan
usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan
pasiva Perseroan beralih karena hukum
kepada dua Perseroan atau lebih atau
sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih
karena hukum kepada satu Perseroan atau
lebih.
PASAL 1 ANGKA 12 UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
PEMISAHAN
❑ Pemisahan murni (split off) adalah pemisahan yang
mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan
beralih karena hukum kepada 2 (dua) perseroan lain
atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan
yang melakukan pemisahan tersebut berakhir karena
hukum.
❑ Pemisahan tidak murni (spin off) adalah pemisahan
yang mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva
perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu)
perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan dan
perseroan yang melakukan pemisahan tetap ada.
PEMISAHAN
Pemisahan harus memperhatikan
❑ kepentingan perseroan;

❑ pemegang saham minoritas;

❑ Karyawan;

❑ Kreditor;

❑ mitra usaha lainnya;

❑ Masyarakat;

❑ persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Pemisahan tidak dapat dilakukan apabila akan merugikan


kepentingan pihak-pihak tertentu.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
PERKULIAHAN
PENGANTAR HUKUM BISNIS

KOPERASI

DR. MUHAMMAD INSA ANSARI, S.H., M.H.


UNIVERSITAS SYIAH KUALA, DARUSSALAM – BANDA ACEH
PENGANTAR
❑ Koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya
kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi
orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan
itu sendiri maupun untuk masyarakat di
sekitarnya.
❑ Koperasi sebagai perkumpulan untuk
kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan
kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan bersama
dari para anggotannya
SEJARAH KOPERASI
❑ Koperasi pertama kali didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah pada
tahun 1898 dengan didirikan “hulp en spaarbank” oleh R. Aria
Wiriaatmadja seorang patih di Purwokerto yang tujuannya
menjaga kepentingan pegawai negeri, supaya mereka terlepas
dari utang kepada tukang riba.
❑ Walaupun bukan sepenuhnya sebagai bank koperasi, tetapi
kehadiran lembaga terssebut telah menggerakkan hati Assisten-
residen De Wolf van Westerrode untuk menganjurkan
pembangunan koperasi kredit untuk petani di seluruh karesidenan
Banyumas.
❑ De Wolf Van Westerrode kemudian menciptakan organisasi
kredit pertanian menurut type Bank Raiffeisen dari Jerman.
❑ Pemberian kredit tidak lagi terbatas kepada pegawai negeri
tetapi diperluas kepada petani yang menjadi mangsa tukang riba
dan ijon yang harus disembuhkan dari penyakit sosial.
SEJARAH...
❑ Koperasi semakin berkembang bersamaan dengan zaman pergerakan
nasional.
❑ Budi utomo yang didirikan pada tahun 1908 menganjurkan pendirian
koperasi untuk keperluan rumah tangga sedangkan sarekat islam
mengembangkan koperasi yang bergerak di bidang keperluan sehari-
hari.
❑ Sebelum lahirnya budi utomo, belum ada cita-cita untuk mendirikan
koperasi oleh rakyat.
❑ Koperasi yang didirikan pada saat itu memiliki semangat kebangsaan
menuju perbaikan nasib rakyat.
❑ Pendirian koperasi dipermudah oleh pemerintahan kolonial belanda
untuk menggerus kapitalisme muda indonesia yang mulai tumbuh.
❑ Kapitalisme kolonial tidak memberi kesempatan berkembang bagi
kapitalisme muda indonesia, sehingga membuka jalan hidup bagi
lawannya yaitu koperasi indonesia
SEJARAH...
❑ Sayangnya, dengan perkembangan koperasi yang begitu
pesat membuat pemerintah kolonial khawatir sebab
gerakan koperasi juga membawa semangat politik dan sosial
di dalamnya.
❑ Oleh karenanya pemerintah berusaha menghalangi tumbuh
kembang koperasi melalui peraturan perundang-undangan.
❑ Pengaturan Koperasi yang pertama adalah verordening op
de cooperative verenigingen (Statsblad 431 Tahun 1915).
❑ Peraturan ini mengatur koperasi secara umum baik yang
didirikan oleh orang belanda maupun oleh orang pribumi.
SEJARAH...
❑ Dalam peraturan tersebut terdapat beberapa ketentuan yang sangat
memberatkan bagi tumbuh kembangnya koperasi.
▪ Kesulitan tersebut pertama adalah akta pendirian yang dibuat secara
notariil.
▪ Kesulitan yang kedua adalah karena tidak mudahnya birokrasi yang
harus dihadapi dalam pendaftaran. Untuk mendirikan suatu koperasi
harus ke pengadilan maka harus terlebih dahulu memperoleh izin dari
Gubernur Jendral pemerintahan Hindia Belanda.
▪ Kesulitan yang ketiga adalah kewajiban mengumumkan dalam surat
kabar dalam bahasa melayu dan bahasa belanda.
▪ Kesulitan yang keempat adalah dalam pembiayaan, sebab biaya
materi yang ditanggung sangat besar, belum ditambah biaya di
notaris dan biaya untuk melakukan pengumuman surat kabar. Untuk
mengurus pendirian dan sebagainya Koperasi setidaknya harus
mengeluarkan 170 Gulden untuk pembiayaan. 50 Gulden setara
dengan sembilan kwintal beras.
PENGATURAN KOPERASI
❑ Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
❑ Peraturan Pemerintah 4/1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pengesahan Akta Pendirian, dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
❑ Peraturan Pemerintah 17/1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh
Pemerintah
❑ Peraturan Pemerintah 9/1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam oleh Koperasi
❑ Peraturan Pemerintah 98/1998 tentang Modal Penyertaan oleh Koperasi
❑ Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 98 Tahun 2004 tentang
Notaris Pembuat Akta Koperasi
❑ Peraturan Menteri koperasi dan UKM Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Kelembagaan Koperasi
❑ Peraturan Menteri Koperasi dan UKM 15 tahun 2015 tentang Usaha
Simpan Pinjam oleh Koperasi
❑ Perauran Menteri Koperasi dan UKM 9/2018 tentang Penyelenggaraan
dan Pembinaan Perkoperasian.
PENGERTIAN KOPERASI
Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatan berdasarkan
prinsip ekonomi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas Kekeluargaan.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.
PENGERTIAN...
KOPERASI DIBEDAKAN JADI KOPERASI
PRIMER DAN SEKUNDER.
❑ KOPERASI PRIMER BERANGGOTAKAN
SEJUMLAH ORANG (MINIMAL 20).
❑ KOPERASI SEKUNDER BERANGGOTAKAN
BADAN HUKUM KOPERASI (MINIMAL 3).
PENGERTIAN...
Berdasar jenis usaha atau kepentingan ekonomi anggotanya, lembaga
ini dibedakan menjadi:
❑ koperasi produsen,

❑ koperasi konsumen,

❑ koperasi jasa,

❑ koperasi simpan-pinjam, dan

❑ koperasi pemasaran.
PENDIRIAN KOPERASI
❑ Koperasi primer harus didirikan oleh minimal 20 orang yang punya
kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama, sedangkan pendiri
koperasi sekunder minimal 3 badan hukum Koperasi
❑ Para Pendiri atau kuasa pendiri koperasi mengajukan permintaan
pengesahan akta pendirian koperasi secara tertulis dan/atau
secara elektronik kepada Menteri Koperasi dan UKM
❑ Pengajuan pengesahan akta pendirian koperasi perlu
melampirkan: 2 rangkap akta pendirian koperasi dan satu di
antaranya bermaterai; Berita acara Rapat Pendirian Koperasi,
termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan permohonan
pengesahan; surat bukti penyetoran modal yang paling sedikit
sebesar simpanan pokok; dan rencana awal kegiatan usaha
Koperasi.
PENDIRIAN KOPERASI
❑ Berita acara Rapat Pendirian Koperasi harus dilengkapi: daftar
hadir rapat pendirian; foto copy KTP pendiri sesuai daftar hadir;
surat kuasa pendiri; surat rekomendasi instansi terkait dengan
bidang usaha yang akan dijalani
❑ Untuk koperasi sekunder harus ditambahkan dokumen: Hasil
berita acara rapat pendirian koperasi dan surat kuasa koperasi
primer dan/atau koperasi sekunder untuk pendirian koperasi
sekunder; Keputusan pengesahan badan hukum koperasi primer
dan/atau sekunder calon anggota; Koperasi primer dan/ atau
sekunder calon anggota melampirkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) aktif
❑ Ada syarat tambahan untuk pendirian koperasi simpan pinjam dan
koperasi simpan pinjam syariah (bisa dilihat di pasal 10 ayat 5
dan 6 Permen Koperasi dan UKM 9/2018).
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
PERKULIAHAN
PENGANTAR HUKUM BISNIS

YAYASAN

MUHAMMAD INSA ANSARI, S.H., M.H.


UNIVERSITAS SYIAH KUALA, DARUSSALAM – BANDA ACEH
DASAR HUKUM
❑ UU NO. 16 TAHUN 2001 TENTANG
YAYASAN (UUY) YANG DIUNDANGKAN 06
AGUSTUS 2001 DAN BERLAKU EFEKTIF 06
AGUSTUS 2002.
❑ SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN
UU NO. 28 TAHUN 2004 YANG
DIUNDANGKAN 06 OKTOBER 2004 DAN
BERLAKU EFEKTIF 06 OKTOBER 2005.
PENGERTIAN YAYASAN
❑ YAYASAN ADALAH BADAN HUKUM YANG
TERDIRI ATAS KEKAYAAN YANG
DIPISAHKAN DAN DIPERUNTUKKAN
UNTUK MENCAPAI TUJUAN TERTENTU DI
BIDANG SOSIAL, KEAGAMAAN, DAN
KEMANUSIAAN, YANG TIDAK MEMPUNYAI
ANGGOTA.
❑ BADAN HUKUM YAYASAN LAHIR SETELAH
AKTA PENDIRIAN YAYASAN DISAHKAN
OLEH MENKUMHAM.
PENDIRIAN YAYASAN
SYARAT SUBSTANSIAL YAYASAN
❑ DIDIRIKAN OLEH SATU ORANG ATAU
LEBIH, ATAU
❑ DIDIRIKAN BERDASARKAN SURAT
WASIAT
❑ KEKAYAAN AWAL DIPISAHKAN DARI
KEKAYAAN PENDIRI
❑ KEKAYAAN AWAL MINIMAL RP.
10.000.000,-
PENDIRIAN...
SYARAT FORMAL YAYASAN
❑ SALINAN AKTE YAYASAN BERMATERAI
YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DALAM
BAHASA INDONESIA 1 (SATU) EKSEMPLAR
❑ SURAT KETERANGAN DOMISILI YAYASAN
DARI LURAH/KEPALA DESA
❑ FOTOKOPI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
(NPWP) YAYASAN
❑ BUKTI PEMBAYARAN PENERIMAAN
NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SEBESAR
RP. 100.000,-
KEGIATAN YAYASAN
❑ SOSIAL
❑ KEAGAMAAN
❑ KEMANUSIAAN
KEGIATAN ...
❑ KEGIATAN SOSIAL, ANTARA LAIN:
⚫ PENDIDIKAN FORMAL DAN NON FORMAL.
⚫ PANTI ASUHAN, PANTI JOMPO, PANTI WREDA.
⚫ RUMAH SAKIT, POLIKLINIK, DAN
LABORATORIUM.
⚫ PEMBINAAN OLAHRAGA.
⚫ PENELITIAN DI BIDANG ILMU PENGETAHUAN.
⚫ STUDI BANDING.
KEGIATAN ...
❑ KEGIATAN KEAGAMAAN, ANTARA LAIN:
⚫ MENDIRIKAN SARANA IBADAH.
⚫ MENDIRIKAN PONDOK PESANTREN DAN
MADRASAH.
⚫ MENERIMA DAN MENYALURKAN AMAL ZAKAT,
INFAQ, DAN SEDEKAH.
⚫ MENINGKATKAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN.
⚫ MELAKSANAKAN SYIAR AGAMA.
⚫ STUDI BANDING KEAGAMAAN
KEGIATAN ...
❑ KEGIATAN KEMANUSIAAN, ANTARA LAIN:
⚫ MEMBERI BANTUAN KEPADA KORBAN
BENCANA ALAM.
⚫ MEMBERI BANTUAN KEPADA PENGUNGSI
AKIBAT PERANG.
⚫ MEMBERI BANTUAN KEPADA TUNA WISMA,
FAKIR MISKIN, DAN GELANDANGAN.
⚫ MENDIRIKAN DAN MENYELENGGARAKAN
RUMAH SINGGAH DAN RUMAH DUKA.
⚫ MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KONSUMEN.
⚫ MELESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP.
KEGIATAN BISNIS YAYASAN
YAYASAN DAPAT MELAKUKAN KEGIATAN USAHA
DENGAN MENDIRIKAN BADAN USAHA (PT) DAN ATAU
IKUT SERTA DALAM BADAN USAHA (PT) DENGAN
KETENTUAN :
1. PENYERTAAN (MODAL) MAKSIMAL 25 % DARI ASET
YAYASAN.
2. KEGIATAN BADAN USAHA (PT) YANG DIDIRIKAN
YAYASAN SESUAI DENGAN MAKSUD DAN TUJUAN
YAYASAN.
3. HASIL KEGIATAN USAHA TIDAK BOLEH DIBAGIKAN
KEPADA ORGAN YAYASAN.
4. ORGAN YAYASAN TIDAK BOLEH MERANGKAP SEBAGAI
DIREKSI DAN KOMISARIS PADA BADAN USAHA
(PT) YANG DIDIRIKANNYA.
ANGGARAN DASAR YAYASAN
❑ NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN.
❑ MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN.
❑ JANGKA WAKTU PENDIRIAN.
❑ KEKAYAAN AWAL (CARA MEMPEROLEH DAN PENGGUNAANNYA).
❑ ORGAN YAYASAN YANG TERDIRI DARI : PEMBINA, PENGURUS,
PENGAWAS.
❑ TATACARA PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN
PENGGANTIAN PEMBINA, PENGURUS DAN PENGAWAS.
❑ HAK DAN KEWAJIBAN PEMBINA, PENGURUS DAN PENGAWAS.
❑ TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT ORGAN YAYASAN.
❑ TAHUN BUKU (1 JANUARI S/D 31 DESEMBER).
❑ PERUBAHAN ANGGARAN DASAR.
❑ PENGGABUNGAN DAN PEMBUBARAN YAYASAN.
❑ PENGGUNAAN KEKAYAAN YAYASAN SISA LIKUIDASI ATAU
PENYALURAN KEKAYAAN YAYASAN SETELAH BUBAR.
❑ PERATURAN PENUTUP.
❑ IDENTITAS PENDIRI, PEMBINA, PENGURUS, DAN PENGAWAS.
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
⚫ DIPERBOLEHKAN ASALKAN TIDAK MENGUBAH
MAKSUD DAN TUJUAN.
⚫ BERDASARKAN PERMUFAKATAN RAPAT PEMBINA
ATAU PERSETUJUAN ⅔ ANGGOTA PEMBINA YANG
HADIR.
⚫ MERUBAH NAMA DAN KEGIATAN HARUS
MENDAPAT PERSETUJUAN MENHUKHAM.
⚫ MERUBAH SELAIN NAMA DAN KEGIATAN, CUKUP
DIBERITAHUKAN KEPADA MENHUKHAM.
⚫ ATAS PERSETUJUAN KURATOR, JIKA YAYASAN
PAILIT.
LARANGAN BAGI YAYASAN
❑ MEMBAGIKAN HASIL KEGIATAN USAHA
❑ MEMBAGIKAN KEKAYAAN YAYASAN
❑ MEMAKAI NAMA YANG SAMA DENGAN
NAMA YAYASAN LAIN
❑ MELAKUKAN PERUBAHAN ANGGARAN
DASAR PADA SAAT YAYASAN PAILIT,
KECUALI ATAS PERSETUJUAN KURATOR
ORGAN YAYASAN
PEMBINA
❑ Pembina minimal 3
orang
❑ Pengawas minimal 1
orang
❑ Pengurus terdiri dari
ORGAN
YAYASAN ❑ Ketua, Sekretaris,
PENGURUS PENGAWAS Bendahara
❑ Pengurus bertindak
untuk dan atas nama
Yayasan
❑ Masa tugas organ
Yayasan 5 tahun
SANKSI DALAM UUY
⚫ PIDANA PENJARA 5 TAHUN, JIKA
MELANGGAR PASAL 5 UNDANG-
UNDANG YAYASAN.
⚫ PIDANA TAMBAHAN BERUPA
KEWAJIBAN MENGEMBALIKAN:
⚫ UANG ;
⚫ BARANG ;
⚫ ATAU KEKAYAAN YAYASAN YANG
DIBAGIKAN.
KETENTUAN PERALIHAN UNDANG-UNDANG YAYASAN
⚫ Yayasan yang sudah ada sebelum Undang-undang Yayasan :
⚫ Tetap diakui sebagai badan hukum jika telah:
⚫ Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara R.I; atau
⚫ Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin
dari instansi terkait.
⚫ Paling lama 3 tahun sejak 06 Oktober 2005, yakni 06
Oktober 2008 wajib menyesuaikan anggaran dasar.
⚫ Paling lama 1 tahun sejak penyesuaian anggaran dasar,
wajib diberitahukan kepada Menhukham.
⚫ Yayasan yang diakui sebagai badan hukum tidak
menyesuaikan anggaran dasarnya dalam masa 3 tahun,
yakni paling lambat 06 Oktober 2008, dapat dibubarkan
berdasarkan putusan pengadilan.
⚫ Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi kriteria
sebagai badan hukum dapat memperoleh status badan
hukum dengan cara menyesuaikan anggaran dasarnya, dan
mengajukan permohonan kepada Menhukham dalam jangka
waktu paling lambat 1 tahun terhitung sejak 06 Oktober
2005.
PENGGABUNGAN YAYASAN
❑ PENGGABUNGAN YAYASAN DAPAT DILAKUKAN DENGAN
MENGGABUNGKAN 1 (SATU) ATAU LEBIH YAYASAN
DENGAN YAYASAN LAIN, DAN MENGANGKIBATKAN
YAYASAN YANG MENGGABUNGKAN DIRI MENJADI BUBAR
❑ PENGGABUNGAN YAYASAN DAPAT DILAKUKAN DENGAN
MEMPERHATIKAN:
A. KETIDAKMAMPUAN YAYASAN MELAKSANAKAN
KEGIATAN USAHA TANPA DUKUNGAN YAYASAN YANG
LAIN.
B. YAYASAN YANG MENERIMA PENGGABUNGAN DAN YANG
BERGABUNG KEGIATANNYA SEJENIS; ATAU
C. YAYASAN YANG MENGGABUNGKAN DIRI TIDAK PERNAH
MELAKUKAN PERBUATAN YANG BERTENTANGAN
DENGAN ANGGARAN DASARNYA, KETERTIBAN UMUM,
DAN KESUSILAAN.
PEMBUBARAN YAYASAN
❑ YAYASAN BUBAR KARENA:
1. JANGKA WAKTUNYA BERAKHIR

2. TUJUANNYA TELAH ATAU TIDAK TERCAPAI

3. PUTUSAN PENGADILAN DENGAN ALASAN:

❖ MELANGGAR KETERTIBAN UMUM DAN


KESUSILAAN.
❖ TIDAK MAMPU MEMBAYAR UTANG SETELAH PAILIT.

❖ ASETNYA TIDAK CUKUP MELUNASI UTANG


SETELAH PAILIT.
❖ TIDAK MENYESUAIKAN ANGGARAN DASARNYA
DALAM MASA TIGA TAHUN ( 06 – 10 – 05 S/D
06 – 10 – 08 )
❑ YAYASAN YANG BUBAR HARUS DILIKUIDASI
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai