Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERANAN HUKUM DALAM EKONOMI

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN EKONOMI DENGAN


PROGRAM BANTUAN SOSIAL
Dosen Pengampu : Muh. Amin Choiri, S.E, M.H.

Disusun oleh:

Muhammad Ashif Musyofa 20.61201.069

KELAS MANAJEMEN 4B
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kebijakan Pemerintah Dalam
Meningkatkan Ekonomi Dengan Program Program Bantuan Sosial ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Peranan Hukum Dalam Ekonomi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Kebijakan Pemerintah Dalam Meningkatkan Ekonomi Dengan Program
Program Bantuan Sosial bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Muh. Amin Choiri, S.E, M.H.telah membantu
kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman
yang telah membantu dalam pembuatan makalah inisehingga bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik deri
segipenyusunan maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna agar penulis bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.

Surakarta, 21 Juli 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan yang tidak merata di negara-negara berkembang saat ini, termasuk


Indonesia meninggalkan permasalahan dengan tingginya angka kemiskinan. Kemiskinan
merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak
dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan
bersifat multidimensional. Kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang ditandai dengan
pengangguran, keterbelakangan dan keterpurukan. Masyarakat miskin lemah dalam kemampuan
berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi.
Seperti yang tercantum dalam (Pembukaan UUD 1945) dan secara lebih spesifik dimuat
dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 19,20,21
tentang Penanggulangan Kemiskinan yang isinya: “Penanggulangan kemiskinan merupakan
kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan atau
masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.
Kemiskinan dalam pengertian konvensional merupakan pendapatan (income) dari suatu
kelompok masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, seringkali
berbagai upaya pengentasan kemiskinan hanya berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan
kelompok masyarakat miskin. akuntansi persediaan merupakan barang dagang yang disimpan
kemudian dijual dalam operasi normal perusahaan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagaimana dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari pelaksanaan kebijakan
pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan pemberian bantuan sosial
terhadap masyarakat miskin
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian BANSOS ( Bantuan Sosial )


Bantuan sosial (Bansos) adalah pemberian bantuan berupa uang atau barang dari
pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan atau masyarakat yang
sifatnya tidak secara terus menerus dan bersifat selektif, yang bertujuan untuk melindungi
dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa
yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh
individu, keluarga, kelompok dan atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis
ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan
belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.
Sistem dan prosedur penganggaran, pemberian dan pertanggungjawaban belanja
bantuan sosial harus ditetapkan dalam peraturan kepala daerah dengan memperhatikan
Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun 2011 tentang pedoman pemberian bantuan sosial
yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah . Pasal 24,25, dan 26
tentang tujuan pemberian bantuan sosial yang juga diharapkan mampu memberikan
dampak dalam berbagai aspek.
Pemberian Bansos ini dari keuangan daerah (APBD) diperbolehkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan
Permendagri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Permendagri 21 Tahun 2011. Kedua peraturan
tersebut tdk mensyaratkan calon penerima bansos sudah tercantum dalam APBD yang
telah dibahas dan ditetapkan tahun sebelumnya, sehingga kepala daerah diberi wewenang
untuk menetapkn penerimaan besaran

2.2 Tujuan Bantuan Sosial


Bantuan sosial menjadi menarik karena banyak pihak yang membutuhkan terutama
masyarakat miskin. Masyarakat membutuhkannya untuk kepentingan sosial dan
kesejahteraan. Bantuan sosial sebenarnya merupakan bantuan berupa uang atau barang
seperti beras raskin, bedah rumah, bantuan langsung tunai (BLT), kartu sehat, dan bantuan
bencana alam. Karena itu, bantuan sosial mempunyai kontribusi yang akan diberikan kepada
manusia berupa dampak yang positif. Tujuan menurut Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun
2011 tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perlindungan sosial, bertujuan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan
kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat agar kelangsungan hidupnya
dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
b. Pemberdayaan sosial, bertujuan untuk menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat
yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya.
c. Jaminan sosial, bertujuan untuk menjamin penerima bantuan agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
d. Penanggulangan kemiskinan, merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan
terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai
sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi
kemanusiaan.
2.3 Pengertian Kemiskinan

Di masa krisis ekonomi yang sudah berlangsung lebih dari lima tahun jumlah orang
miskin di Indonesia kembali bertambah sehingga orang-orang yang berasal dari lapisan
menengah, karena terkena PHK ataupun bagi mereka yang memiliki usaha sendiri menjadi
lumpuh atau gulung tikar telah masuk menjadi lapisan masyarakat miskin sedangkan untuk
kembali menjadi kekeadaan semula mereka dihadapkan pada berbagai kendala yaitu masih
terbatasnya peluang usaha dan kesempatan kerja.

Persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak dari berbagai aspek, sosial,
ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan
penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi,
upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek
psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari
aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan,
diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambilan keputusan.
Penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (6) huruf e, merupakan
kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok
masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.

Departemen sosial dan Badan Pusat Statistik sebagai suatu badan yang berkepentingan langsung dengan
masalah kemiskinan merumuskan konsep kemiskinan bahwa,“Kemiskinan merupakan sebuah kondisi
yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan,
yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis
kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar
kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri
dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya”
(BPS dan Depsos, 2002:4). Indikator kemiskinan menurut Badan Pusat Stastik:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamboo/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa
diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/suangai/air hujan.

2.4 Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (BANSOS) Terhadap Masyarakat


Miskin

Menurut Dye dalam Winarno (2008:232-235) yaitu, Dampak kebijakan kepada keadaan-
keadaan atau kelompok-kelompok di luar sasaran atau tujuan kebijakan. Kebijakan ini
dinamakan eksternalitas atau dampak yang melimpah seperti dampak positif dan dampak negatif.
1. Dampak Positif

Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh yang
mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul
dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat
antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. (KBBI Edisi ke 3, 2010). Dampak
secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan yang
diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik itu dampak positif
maupun dampak negatif. Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan
pengawasan internal. Seorang pemimpin yang handal sudah selayaknya bisa memprediksi jenis
dampak yang akan terjadi atas sebuah keputusan yang akan diambil.

Dampak adalah akibat yang ditimbulkan dari suatu kegiatan baik direncanakan maupun tidak
direncanakan. Dampak merupakan suatu yang harus terjadi yang dapat menyebabkan adanya
perubahan yang diinginkan. Sedangkan 52 positif adalah yang biasanya selalu diharapkan oleh
semua orang. Positif adalah suasana jiwa yang mengutamakan kegiatan kreatif dari pada
kegiatan yang menjemukan, kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme dari pada pesimisme.
Dampak positif adalah pengaruh dari suatu kegiatan yang dijalankan sehingga menimbulkan
unsur kebaikan terhadap masyarakat.

Dampak positif yang dapat dilihat dari berbagai tujuan yang sejalan dengan Peraturan Bupati
tentang Pemberian Bantuan Sosial yaitu:

a. Memberikan perlindungan sosial melalui bedah rumah Kondisi rumah tidak layak huni
adalah salah satu indikator kemiskinan. Dengan menelisik masalah kesejahteraan
masyarakat tersebut. Definisi perlindungan sosial menurut Suharto (2006) adalah
seperangkat kebijakan dan program kesejahteraan sosial yang dirancang untuk
mengurangi kemiskinan dan kerentanan (vulnerability) melalui perluasan pasar kerja
yang efisien.
b. Membantu masyarakat dalam bekerja untuk memberdayakan hidupnya
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata
“berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya 57 kekuatan. Berdaya
artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau
mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan sosial adalah semua upaya
yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial
mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Pemberdayaan
menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang
cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya.
c. Memberikan bantuan pengobatan secara gratis
Keterbatasan akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh kesulitan
mendapatkan layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar,
kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan
reproduksi, jarak fasilitas layanan kesehatan yang jauh, biaya perawatan dan pengobatan
yang mahal. Pemberian Bansos dalam bentuk pemberian Jaminan Kesehatan bagi
masyarakat khususnya masyarakat miskin yang berdomisili di Kelurahan Padduppa
diharapkan memberikan dampak positif dalam hal jaminan sosial kepada masyarakat.
d. Membantu korban bencana alam Penanggulangan bencana, merupakan serangkaian
upaya yang ditujukan untuk tanggap darurat, dan rehabilitasi. Dalam undang-undang
nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana ini yang dimaksud dengan: 62
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2.5 Dampak Negatif

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dampak negatif adalah pengaruh kuat yang
mendatangkan akibat negatif. Dampak adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan,
mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka
mengikuti atau mendukung keinginannya. Berdasarkan beberapa 65 penelitian ilmiah
disimpulkan bahwa negatif adalah pengaruh buruk yang lebih besar dibandingkan dengan
dampak positifnya. Jadi dapat disimpulkan pengertian dampak negatif adalah keinginan
untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,
dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang buruk dan
menimbulkan akibat tertentu.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, menunjukkan bahwa, selain
berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, Bansos juga berdampak negatif bagi
masyarakat, meskipun pada dasarnya, dampak negatif yang diberikan tak sebesar dampak
positif yang ada. Beberapa dampak negatif dari Bantuan Sosial adalah sebagai berikut:
1. Mendidik hidup malas Pemberian Bantuan Sosial (BANSOS) akan membuat malas
penerimanya. Biasanya BANSOS akan memicu rasa malas bagi sebagian
penerimanya. Beberapa orang hanya tinggal menunggu tanpa bekerja.
2. Rentan konflik Pada umumnya, penyaluran Bansos ini rawan terhadap konflik. Hal ini
terjadi ketika bantuan tersebut tidak tepat sasaran, misalnya orang yang mampu
menerima bantuan tersebut, sementara orang yang benar-benar membutuhkan ternyata
tidak terdaftar sebagai warga penerima bantuan sosial.
3. Mendidik hidup konsumtif Kata “konsumtif” (sebagai kata sifat; lihat akhiran –if)
sering diartikan sama dengan kata “konsumerisme”. Padahal kata yang terakhir ini
mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan
konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang
yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang
maksimal. Sesungguhnya perilaku hidup konsumsi memiliki banyak dampak
negatifnya dari pada dampak positifnya. Dampak negatif dari perilaku pola hidup
konsumtif terjadinya pada seseorang yang tidak memiliki keseimbangan antara
pendapatan dengan pengeluarannya (boros).

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Bantuan Sosial


(BANSOS) Terhadap Masyarakat Miskin

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Bantuan Sosial (Bansos) terhadap


masyarakat miskin di Kelurahan Padduppa sebagai berikut:

a) Anggaran atau dana Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyaluran
Bantuan Sosial adalah anggaran atau dana yang tersedia. Padahal anggaran yang tersedia
untuk alokasi Bantuan Sosial dinilai belum cukup untuk memenuhi kebutuhan yang
jumlahnya semakin meningkat. Seringkali jumlah nominal Bansos yang diterima dirasa
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat miskin.
b) Koordinasi dengan bidang-bidang tertentu Dalam penyaluran Bantuan Sosial, tentu saja
membutuhkan koordinasi dengan bidang-bidang tertentu yang sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Hal ini demi kelancaran pelaksanaan kebijakan Bantuan Sosial. Dalam
hal ini pihak Kelurahan Padduppa berkoordinasi dengan berbagai pihak dan instansi
tertentu yang dapat menunjang keberhasilan kebijakan bantuan sosial ini.
c) Keaktifan masyarakat Bantuan Sosial dan masyarakat khususnya masyarakat miskin
merupakan hal yang saling berkaitan. Oleh sebab itu, keaktifan masyarakat juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan ini,
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil dari pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Dampak kebijakan pemberian bantuan sosial (Bansos) terhadap masyarakat miskin di


masyarakat telah memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari
pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin, dengan adanya bantuan sosial yaitu dapat
(1) memberikan perlindungan sosial melalui bedah rumah,

(2) membantu masyarakat dalam bekerja untuk memberdayakan hidupnya,

3) memberikan bantuan pengobatan secara gratis, dan

(4) membantu korban bencana alam. Sedangkan dampak negatif dari pemberian bantuan sosial
yaitu dapat (1) mendidik hidup malas (2) rentan konflik dan (3) mendidik hidup konsumtif. 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pemberian bantuan sosial (Bansos) terhadap
masyarakat miskin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dari kebijakan bantuan sosial yaitu anggaran atau dana,
koordinasi dengan bidang-bidang tertentu, dan perlunya juga keaktifan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo, 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Anderson, James E,
1969. Public Policy Making. New York: Holt, Rinehart and Winston, 2nd ed. Dye, Thomas R,
(1975). Understanding Public Policy. Englewood Cliff, N.J: Printice-Hall 2nd ed. Kadji,
Yulianto, 2003. Implementasi Kebijakan Publik (dalam perspektif realita). Cahaya Abadi,
Tulungagung. Lester, James P. and Joseph Stewart, 2000. Public Policy: An Evolutionary
Approach. Australia: Wadsworth, Second Edition

Anda mungkin juga menyukai