Abstract
There’re variety of brackish to saline groundwater that found in coastal area of Purworejo
The research’s aims’re: (1) to review characteristic and spatial distribution of
hydrogeochemical in that area; and (2) to identify factors that potentially influence the
characteristic and spatial distribution of hydrogeochemical in that area.
The results shows there’re five types of groundwater. Factors that potentially influence
that’re: (1) dissolution minerals from marine and alluvium material also infiltration and
percolation of rain created bicarbonate and semi carbonate water, (2) intensive evaporation of
littoral zone that left salt crystals which dissolved into groundwater created evaporate water, (3)
reduction process of organic materials in ancient lagoon created sulfate water, and (4) cation
exchange of groundwater, mineral marine clay and mollusca fossil created fossil water.
Intisari
Terdapat variasi airtanah payau hingga asin di wilayah kepesisiran Purworejo. Tujuan
penelitian ini: (1) mengkaji karakteristik dan pola persebaran hidrogeokimia secara spasial di
wilayah tersebut; dan (2) menemukenali faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik dan pola
persebaran hidrogeokimia airtanah bebas di wilayah tersebut.
Metode pengambilan data secara systematic dan purposive sampling didasarkan pada
unit analisis bentuklahan. Tipe hidrogeokimia dianalisis dengan metode ion dominan, diagram
stiff, dan diagram piper segiempat.
Hasil menunjukkan terdapat lima tipe airtanah bebas. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tipe dan persebaran tersebut: (i) proses pelarutan mineral dari material marin dan alluvium serta
proses infiltrasi dan perkolasi air hujan membentuk air bikarbonat dan semi-bikarbonat, (ii)
proses evaporasi intesif zona perairan laut dangkal meninggalkan kristal-kristal garam terlarut
membentuk air evaporit, (iii) proses reduksi bahan organik pada laguna masa lampau
membentuk air sulfat, dan (iv) proses pertukaran kation airtanah dengan mineral lempung marin
dan penemuan fosil molluscca membentuk air fosil.
Kata kunci: airtanah bebas, bentuklahan, genesis, hidrogeokimia, dan wilayah kepesisiran.
1
PENDAHULUAN bebas di wilayah kepesisiran
Kabupaten Purworejo.
Wilayah kepesisiran merupakan
wilayah daratan yang meliputi area darat METODE PENELITIAN
baik yang terendam maupun tidak terendam
air laut namun terpengaruh aktivitas laut Pengumpulan dan Pengolahan Data
(marin), serta bagian laut mencakup area Data sekunder yang digunakan adalah
laut yang masih terpengaruh oleh proses- Peta RBI lembar Ngombol dan Purwodadi,
proses daratan (Sunarto, 2000). Salah satu Peta Geologi lembar Yogyakarta dan
wilayah kepesisiran yang terdapat di Kebumen, dan Citra Google Earth. Data
Indonesia ialah wilayah kepesisiran di tersebut digunakan sebagai peta dasar yang
Kabupaten Purworejo. yang terletak pada memerhatikan topografi, relief, proses
Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan geomorfologi, penggunaan lahan dan
langsung dengan Kabupaten Kulonprogo, formasi batuan sebagai dasar penentuan
Provinsi D.I. Yogyakarta. Topografi bentuklahan.
wilayah pesisir yang relatif datar hingga Data primer berupa ketinggian muka
bergelombang ini menjadikan kawasan ini airtanah (TMA), daya hantar listrik (DHL)
menarik untuk ditempati dan dibudidayakan dan sifat fisik airtanah (bau, rasa, warna,
oleh penduduk. Hal tersebut menyebabkan suhu) yang diukur secara systematic
terjadinya proses litoralisasi, sehingga sampling berdasarkan grid 500m x 500m
berpotensi menimbulkan permasalahan- karena wilayah kajian yang relatif
permasalahan kompleks pada area pesisir. homogeny. Sedangkan pengambilan sampel
Airtanah secara alamiah mengandung airtanah bebas dilakukan secara area
unsur-unsur kimia dalam jumlah tertentu purposive sampling yang
yang berasal dari berlangsungnya siklus memepertimbangkan distribusi satuan
hidrologi dari awal proses pembentukan uap bentuklahan, pola aliran airtanah bebas
air di atmosfer hingga penyerapan dan (flownets), dan zonasi DHL berdasarkan
pengalirannya di dalam tanah (Appelo dan klasifikasi Santosa 2010 (Tabel 1).
Postma, 1993). Kajian hidrogeokimia
menjadi sorotan yang penting untuk dikaji Tabel 1. Klasifikasi DHL Airtanah Bebas
dalam studi airtanah. Hal tersebut Klasifikasi Nilai DHL
Keterangan
disebabkan kondisi airtanah baik secara DHL (µmhos/cm)
DHL rendah <1200 Airtanah tawar (fresh)
kualitas maupun kuantitas dipengaruhi oleh DHL sedang 1200 – 2500 Airtanah payau
formasi geologi dari setiap mineral batuan (brackish)
yang akan membentuk unsur atau senyawa DHL tinggi 2500 – 4500 Airtanah asin (saline)
DHL sangat >4500 Airtanah sangat asin
kimia. Kajian ini berfungsi mengetahui tinggi (haline)
komposisi kimia penyusun airtanah. Sumber: Santosa, 2010
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
(1) Mengkaji karakteristik dan pola Analisis Data
persebaran hidrogeokimia secara Analisis data dilakukan baik kualitatif
spasial di wilayah kepesisiran maupun kuantitatif. Analisis kuantitatif
Kabupaten Purworejo; dan diawali dengan perhitungan Charge Balance
(2) Menemukenali faktor-faktor yang Error (CBE) yang merupakan indikator
memengaruhi karakteristik dan pola keakuratan sampel airtanah bebas dengan
persebaran hidrogeokimia airtanah toleransi 5% dan pemodelan hidrogeokimia
airtanah bebas dengan metode ion dominan,
2
diagram stiff, dan diagram segiempat. airtanah bebas dari berbagai arah secara
Sementara analisis kualitatif lokal-lokal pada lokasi tertentu.
mendeskripsikan pola distribusi spasial Apabila dibandingkan dengan sistem
bentuklahan, flownets, dan tipe akuifer pada dataran fluviomarin, maka pola
hidrogeokimia serta mengintegrasikannya aliran airtanah pada dataran fluviomarin
dengan faktor-faktor potensial yang bersifat lebih homogen. Airtanah mengalir
memengaruhinya. Adapun metode lurus memotong kontur airtanah, menuju
pengujian unsur kimia dalam airtanah bebas arah selatan (arah pesisir) dan jarang
berdasarkan metode sebagai berikut (Tabel ditemukan lokasi sebagai pusat
2.). terkumpulnya airtanah bebas. Hal tersebut
disebabkan topografi dataran fluviomarin
Tabel 2. Metode Uji Unsur Kimia yang cenderung datar hingga landai
Unsur Kimia Metode Uji sehingga aliran airtanah bebas mengikuti
Kalsium (Ca2+) SNI 06-6989. 12 - 2004 ketinggian tempat dengan arah aliran dari
Magnesium (Mg2+) SNI 06-6989. 12 - 2004
Kalium (K+) Flame Fotometrik tempat lebih tinggi (utara) menuju ke tempat
Natrium (Na+) Flame Fotometrik yang lebih rendah (selatan).
Sulfat (SO42-) SNI 06-6989. 20 - 2009
Klorida (Cl-) SNI 06-6989. 19 - 2009
Selain itu, pada bagian selatan dataran
Kebasaan (HCO3 )-
Titrimetri fluviomarin terdapat Sungai Lereng Timur
Sumber : Laboratorium Hidrologi dan Kualitas yang membentang dengan arah barat daya –
Air Fakultas Geografi UGM, 2015 timur laut yang bersifat sebagai Sungai
Efluent, sehingga aliran airtanah bebas
menjadi salah satu masukan/input pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
suplai sungai tersebut, disamping curah
A. Distribusi Horizontal Airtanah Bebas
hujan sebagai masukan/input utamanya.
(1) Distribusi lateral satuan geomorfologi
Sungai ini juga berperan sebagai batas
WilayahkepesisiranKabupaten
antara dataran fluviomarin dan daerah
Purworejo memiliki enam satuan pesisir. Pola aliran airtanah bebas seperti
bentuklahan dengan urutan paling dekat Gambar 2.
dengan laut ke arah daratan yaitu: gisik
pantai, swale muda, beting gisik muda,
(3) Zonasi Daya Hantar LIstrik (DHL)
swale tua, beting gisik tua, dataran
Adanya variasi airtanah bebas payau
fluviomarin, serta dataran banjir dan tanggul
hingga asin memerlukan zonasi DHL (Tabel
alam. Distribusi spasial bentuklahan pada
3.) dengan sebaran seperti Gambar 3., sebab
daerah penelitian seperti pada Gambar 1.
DHL memiliki hubungan berbanding lurus
dengan kandungan ion terlarut (Effendi,
(2) Pola aliran airtanah bebas 2003) .
Airtanah bebas pada sistem akuifer
Apabila diamati antara pola aliran
pesisir memiliki kecenderungan mengalir airtanah bebas yang telah dijabarkan
menuju bentuklahan swale, baik swale muda sebelumnya dengan pola distribusi spasial
maupun swale tua. Hal tersebut disebabkan hasil zonasi airtanah bebas berdasarkan nilai
morfologi bentuklahan swale yang berupa DHL memiliki suatu kecenderungan.
cekungan atau depresi sehingga memiliki Terdapat kecenderungan yaitu titik yang
ketinggian yang lebih rendah dibanding menjadi lokasi terkumpulnya airtanah bebas
beting gisik yang mengapitnya. Hal tersebut
juga menyebabkan dijumpainya lokasi-
lokasi sebagai titik-titik pusat perkumpulan
3
Gambar 1. Bentuklahan Daerah Penelitian
4
Gambar 3. Zonasi Airtanah Bebas Berdasarkan DHL di Lokasi Penelitian
juga memiliki nilai daya hantar listrik relatif Tabel 3. Zonasi DHL
Zonasi
tinggi mencapai kelas payau atau asin Nilai DHL
Airtanah Distribusi Spasial
(µmhos)
seperti pada Gambar 4. Bebas
Hal tersebut memperkuat dugaan Airtanah <1200 Terdapat di seluruh
Tawar bentuklahan (seluruh
keberadaan laguna masa lampau yang saat cakupan wilayah
ini menjadi bentuklahan depresi berupa penelitian).
Airtanah 1200 – 2500 Membentuk pola-pola
swale yang dapat berair atau kering Payau tertentu cenderung
tergantung pada besarnya intensitas curah melingkar. Pola
hujan, periode hujan, dan frekuensi distribusi tersebar tidak
merata, terdapat
terjadinya kejadian hujan pada lokasi beberapa di dataran
penelitian. fluviomarin, swale, dan
beting gisik tua.
Airtanah 2500 – 4500 Keberadaannya minim
Asin pada daerah penelitian.
Ditemukan di
bentuklahan gisik
pantai bagian barat dan
swale muda bagian
tengah.
Sumber: Hasil Analisis Data, 2015
Berdasarkan hasil uji tersebut maka Tabel 5. Senyawa Dominan Airtanah Bebas
dilakukan pemodelan dengan diagram stiff Senyawa
Sampel Bentuklahan
Jumlah Ion Dominan
GW 1 NaCl Gisik Pantai
Sampel Kation (%) Anion (%) GW3 Ca[HCO3]2 Beting Gisik Tua
Na++K+ Ca2++Mg2+ HCO3-+CO3- Cl-+SO4- Dataran Banjir dan
GW5 Ca[HCO3]2
GW1 66.83 33.17 36.56 63.44 Tanggul Alam
GW4 Ca[HCO3]2
GW3 15.24 84.76 69.74 30.26 Dataran
GW5 22.62 77.38 69.41 30.59 GW2 Mg[HCO3]2
Fluviomarin
GW4 24.02 75.98 66.11 33.89 GW11 Ca[HCO3]2
GW2 22.80 77.20 64.63 35.37 GW10 Ca[HCO3]2 Beting Gisik Muda
GW8 KHCO3
GW11 15.54 84.46 68.69 31.31
Swale Tua
GW10 31.96 68.04 59.06 40.94 GW9 Ca[HCO3]2
GW6 Na[HCO3]
GW8 56.13 43.87 72.04 27.96
Swale Muda
GW9 36.51 63.49 69.58 30.42 GW7 CaCl2
GW6 66.28 33.72 78.63 21.37 Sumber: Hasil Analisa Data, 2015
GW7 35.77 64.23 14.10 85.90
(Tabel 7.) yang menunjukkan persentase 3. Metode Diagram Piper Segiempat
kation pada sumbu kiri dan anion pada Terdapat lima tipe airtanah bebas yang
sumbu kanan (Purnama, 2010). Diagram ada pada daerah penelitian seperti pada
stiff mempermudah melihat ada tidaknya Tabel 6. Penentuan tipe airtanah
kemiripan komposisi unsur kimia dalam tiap berdasarkan hasil pengeplotan pada diagram
sampel airtanah. Misalnya kemiripan pada piper segiempat seperti pada Gambar 5
sampel GW2, GW3, GW4, GW6, GW10, sesuai diagram Klossterman, 1983.
dan GW11. Selain itu kemiripan sampel
GW5 dan GW9. Sampel yang mirip Tabel 6. Tipe Hidrogeokimia Airtanah
cenderung memiliki komposisi unsur kimia Sampel Tipe Bentuklahan
GW 1 IV Sulfat Gisik Pantai
yang hampir sama sehingga tipe GW3 Beting Gisik Tua
hidrogeokimianya juga sama. Dataran Banjir
I Bikarbonat
GW5 dan Tanggul
Alam
2. Metode Ion Dominan GW4
Dataran
Pemodelan hidrogeokimia ion dominan GW2
Fluviomarin
digunakan untuk mengetahui komposisi GW11
II Semi-
Beting Gisik
kation dan anion utama yang mendominasi GW10 Bikarbonat
Muda
susunan unsur kimia yang terkandung dalam GW8
Swale Tua
tanah. Berdasarkan analisis ion dominan GW9
GW6 Va Fosil
dapat diketahui senyawa utama penyusun GW7 III Evaporit
Swale Muda
tipe kimia airtanah bebas. Tabel 5. Sumber: Hasil Analisa Data, 2015
Tabel 7. Diagram Stiff Sampel A
6
Sampel Diagram Stiff
GW 1 Sampel Diagram Stiff
GW7
GW2
GW8
GW3
GW9
GW4
GW10
GW5
GW11
GW6
7
Gambar 6. Distribusi Spasial Tipe Hidrogeokimia Airtanah
9
nilai DHL yang tinggi pada tipe air ini dapat proses pelarutan mineral-mineral dari
disebabkan oleh lokasi pengambilan sampel material marin dan aluvium sungai serta
yang berada pada bentuklahan gisik pantai proses infiltrasi dan perkolasi air hujan
yang berbatasan langsung dengan laut dan membentuk tipe air bikarbonat dan semi-
berada dekat dengan muara Sungai Jali. Hal bikarbonat, proses evaporasi intesif zona
tersebut dapat menyebabkan aktivitas perairan laut dangkal pada kala
pasang-surut air laut dapat memengaruhi pleistosen meninggalkan kristal-kristal
komposisi airtanah bebas sebab airlaut garam yang terlarut dalam membentuk
sewaktu pasang dapat mencapai gisik pantai tipe air evaporit, proses reduksi bahan
dan menyebabkan terjadinya proses intrusi organik dari vegetasi pada laguna masa
permukaan sehingga airtanah mengalami lampau membentuk tipe air sulfat, dan
proses percampuran (mixing water) antara proses pertukaran kation airtanah dengan
airtanah di dalam akuifer dengan rembesan mineral lempung marin yang bersifat
permukaan air laut. menjebak air dan penemuan fosil
Tipe air fosil (connate water) muncul molluscca membentuk tipe air fosil.
sebagai hasil proses pertukaran kation
airtanah dengan mineral lempung marin
yang merupakan material pada dasar laguna DAFTAR PUSTAKA
masa lampau. Material lempung sendiri Appelo, C.A.J dan Postma, D. 1994.
memiliki sifat menjebak atau menahan air Geochemistry, Groundwater, and
karena pori-porinya yang bersifat mikro. Pollution. Rotterdam : Balkema.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya proses
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air.
pertukaran kation (cation exchange)
Yogyakarta : Kanisius.
airtanah dengan mineral lempung marin.
Selain itu tipe air ini diperkuat oleh Purnama, S. 2010. Hidrologi Air Tanah.
ditemukannya fosil mollusscca sebagai Yogyakarta : Kanisius.
makhluk yang hidup pada habitat laut
dangkal pada masa lampau. Santosa, L.W. 2010. Pengaruh Genesis
Bentuklahan Terhadap
Hidrostratigrafi Akuifer dan
KESIMPULAN
Hidrogeokimia dalam Evolusi
1. Terdapat lima tipe hidrogeokimia Airtanah Bebas Kasus pada
airtanah bebas di wilayah kepesisiran Bentanglahan Kepesisiran
Kabupaten Purworejo, yaitu dengan Kabupaten Kulonprogo, D.I.
sebaran spasial tipe bikarbonat (I) pada Yogyakarta. Disertasi. Yogyakarta :
bentuklahan dataran banjir dan tanggul Fakultas Geografi, UGM.
alam serta sebagian dataran fluviomarin;
Sunarto, 2000. Kausalitas Poligenetik dan
tipe semi-bikarbonat (II) di sebagian Ekuilibrium Dinamik Sebagai
dataran fluviomarin, beting gisik tua, Paradigma Dalam Pengelolaan
swale tua, dan beting gisik muda; tipe Ekosistem Pesisir. Prosiding.
sulfat (IV) di gisik pantai; dan tipe fosil Seminar Nasional Pengelolaan
(Va) serta evaporit (III) pada Ekosistem Pantai dan Pulau-pulau
bentuklahan swale muda. Kecil Dalam Konteks Negara
Kepulauan. Yogyakarta : Badan
2. Faktor-faktor yang memengaruhi variasi
Penerbit Fakultas Geografi, UGM.
tipe hidrogeokimia pada wilayah
kepesisiran Kabupaten Purworejo ialah
10