Anda di halaman 1dari 14

IPSG SUMMARY for Clinical Area

1. IPSG 1. IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR


 Identifikasi pasien dengan : NAMA LENGKAP dan TANGGAL LAHIR
 Identifikasi pasien tambahan dengan : Alamat Rumah dan Nomor Rekam Medis (khusus
petugas patologi ditambah Nomor pemeriksaan laboratorium)
 Melakukan proses identifikasi pasien dengan pertanyaan terbuka. Contoh : “Mohon
maaf Bapak/Ibu, bisa disebutkan nama lengkap dan tanggal lahirnya?”
 Tidak diperkenankan melakukan proses identifikasi pasien menggunakan Nomor Kamar
atau Nomor Bed pasien.

 Gelang identitas pasien :


a. Warna putih untuk semua pasien (> 18 tahun), baik laki - laki atau perempuan,
b. Warna biru muda untuk pasien bayi laki - laki (0 hari - 1 tahun) dan anak laki-laki
usia > 1 tahun – 18 tahun,
c. Warna merah muda untuk pasien bayi perempuan (0 - 1 tahun) dan anak
perempuan usia > 1 – 18 tahun.
d. Warna hijau untuk pasien medical check up, hemodialisis, one day surgery (kamar
operasi dan ruang tindakan IGD), one day care.

 Sign Clip (sign tambahan pada gelang identitas) :


a. Sign clip warna MERAH untuk pasien yang memiliki riwayat alergi,
b. Sign clip warna KUNING untuk pasien berisiko jatuh,
c. Sign clip warna PINK untuk pasien yang mempunyai cimino atau AV shunt, pasien
dengan Cancer mammae dan mastectomy, amputasi ekstremitas atas dan bawah.
Sign clip dan gelang dipasang di sisi tubuh yang terkait. (Contoh : Mastektomi
kanan maka sign clip dipasang di pergelangan tangan sisi kanan)
d. Sign clip warna UNGU untuk pasien Do Not Resuscitate (DNR).

 Identifikasi pasien tanpa penanda identitas yang jelas (tidak ada KTP / kartu
pengenal lainnya) :
a. Identitas dengan nama Tn. X untuk pasien laki-laki dan Ny. Y untuk pasien
perempuan serta diberi nomor rekam medis baru sebagai cara identifikasi pasien
sampai identitas asli pasien tersebut diketahui,
b. Apabila ada pasien tanpa identitas lebih dari satu orang, maka pasien kedua dan
seterusnya ditambahkan numerik (misalnya Tn. X, Tn. X1, Tn. X2 atau Ny. Y, Ny.
Y1, Ny. Y2) serta diberi nomor rekam medis pasien,
c. Tanggal lahir pada pasien tanpa identitas menggunakan tanggal, bulan dan tahun
pada saat pasien terdaftar sebagai pasien Rumah Sakit Premier Surabaya.

 Identifikasi bayu baru lahir :


a. Identifikasi dilakukan dengan memberi nama dengan nama Ibu nya dan menuliskan
tanggal lahirnya. Contoh : Bayi Nyonya Yeni, 12/03/2021
b. Untuk bayi kembar, maka di belakang nama akan ditambahkan angka numerik
(Contoh: Bayi Nyonya Yeni1, Bayi Nyonya Yeni2, dan seterusnya),
c. Untuk bayi baru lahir, jika pulang gelang identitas tidak boleh dilepas, karena
sebagai bukti serah terima.
2. IPSG 2. MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI EFEKTIF
 Sistem komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami
oleh penerima untuk memberi pelayanan dalam komunikasi:
1. Antara tenaga kesehatan
2. Antara tenaga non kesehatan
3. Antara tenaga kesehatan dengan tenaga non kesehatan,
4. Antara pemberi layanan dengan pasien dan keluarga
5. Antara staf dan pimpinan
6. Antara instansi lain.
 Komunikasi efektif untuk antar pemberi layanan menggunakan metode ISBAR
(Identification, Situation, Background, Assessment, Recommendation).

INSTRUKSI LISAN / per TELEPON :


1. Instruksi per telepon diperbolehkan dalam keadaan gawat darurat / resusitasi dan
dimana dokter penanggung jawab pasien tidak ada di tempat.
2. Instruksi lisan diperbolehkan bila dokter penanggung jawab pasien sedang dalam
keadaan steril atau sedang melakukan tindakan steril.
3. Instruksi lisan maupun per telepon didokumentasikan dan dibaca ulang
(readback) oleh penerima pesan serta dikonfirmasikan oleh pemberi instruksi.
4. Apabila pesan yang sudah disampaikan tidak jelas atau lafal hampir sama baik
lisan maupun per telepon, maka penerima pesan harus mengulang kembali isi
pesan (read back) dan dilakukan pengejaan per huruf serta didokumentasikan
dan diikuti dengan proses verifikasi oleh yang memberikan perintah.
5. Hasil yang lengkap dari pemeriksaan didokumentasikan dan dibaca ulang oleh
penerima pesan serta dikonfirmasi oleh individu yang melaporkan hasil tersebut.

KOMUNIKASI ELEKTRONIK
1. Proses masuk yang aman bagi staf yang berwenang (Proses sign in atau
verifikasi dua langkah / two step verification menggunakan kata sandi yang
unik dan bersifat rahasia)
2. Pengiriman dan tanda terima terbaca untuk seluruh pesan
3. Cap tanggal dan waktu untuk seluruh pesan
4. Tidak menggunakan pesan teks singkat / Short Message Service (SMS)
5. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) akan menghubungi melalui telepon ke dokter
penanggung jawab pasien dalam waktu 5 menit maksimal 15 menit setelah pesan
terkirim untuk memastikan bahwa pesan telah dibaca
6. Instruksi dokter yang diperbolehkan melalui pesan singkat hanya terbatas
untuk pemeriksaan diagnostik
7. Pesan yang telah terkirim akan dihapus dalam waktu 2x24 jam setelah
dilakukan verifikasi oleh dokter pemberi pesan
8. Dokter pemberi pesan akan mencantumkan inisial namanya di setiap akhir pesan
sebagai bukti bahwa pesan tersebut telah dibaca oleh dokter pemberi pesan
9. Komunikasi dengan pesan singkat dilakukan hanya dengan menggunakan nomor
handphone rumah sakit. Tidak diperbolehkan melakukan komunikasi dengan
nomor handphone pribadi.

 Proses Verifikasi dilakukan terhadap semua komunikasi / instruksi verbal (by


phone, per lisan, komunikasi elektronik / by WA atau Sillo)
 Memastikan kembali proses readback dilakukan untuk setiap komunikasi/advis
verbal (per lisan maupun by phone)
 Bahasa dokumentasi di EMR untuk semua jenis komunikasi by atau dari WA diubah
menjadi :
 PESAN SINGKAT dari....... (bila mendokumentasikan balasan WA / Sillo
dari Dokter Spesialis atau pemberi pesan lainnya)
 PESAN SINGKAT ke ....... (bila mendokumentasikan pengiriman WA / Sillo
ke Dokter Spesialis atau penerima pesan lainnya)

PELAPORAN HASIL KRITIS


• Staf yang melakukan identifikasi hasil kritis yaitu:
1. Staf laboratorium
2. Staf radiologi
3. Staf keperawatan untuk hasil kritis Point Of Care Testing (POCT) dan
kardiologi.
Pemeriksaan POCT laboratorium terdiri dari : pemeriksaan gula darah, Cardio
3 panel (Troponin I, CKMB, BNP), BGA (Analisis Gas Darah), Rekam jantung,
dan Echocardiografi.
4. RMO / GP yang bertugas di IGD untuk semua hasil kritis pemeriksaan
diagnostik

Prosedur pelaporan hasil kritis :


• Staf pelapor hasil kritis mendokumentasikan nama dan waktu penerima
laporan
• Penerima informasi hasil kritis memverifikasi hasil pemeriksaan dan membaca
ulang hasil pemeriksaan (readback). Pemberi informasi melakukan konfirmasi
bahwa semua informasi yang disampaikan sudah lengkap dan readback
sudah akurat.
• Dokter jaga atau perawat melaporkan hasil kritis dan kondisi pasien kepada
DPJP atau dokter yang meminta pemeriksaan, membaca ulang (readback)
dan mendokumentasi instruksi yang diberikan pada rekam medis pasien.
• Pelaporan hasil kritis dicatat pada Formulir Laporan Hasil Kritis :
1. FRM/ADM/GEN/007 : untuk unit yang melaporkan hasil kritis yaitu
Patologi, Radiologi, dan unit yang memiliki POCT untuk pemeriksaan
dari unit lain (Misal : ICU (BGA), IGD (Cardio 3 Panel))
2. FRM/ADM/GEN/036 : untuk unit yang menerima laporan hasil kritis
yaitu : ruang perawatan, IGD, unit OPD, dan OT

KOMUNIKASI SERAH TERIMA (HAND-OVER)


 Proses Handover atau Serah Terima (antar shift / antar departemen) dilakukan
secara konsisten dengan metode ISBAR (Identification, Situation, Background,
Assessment, Recommendation).
 Proses Handover atau Serah Terima pasien antar unit saat dilakukan pemeriksaan
atau tindakan harus dilakukan secara konsisten. Form Serah Terima pasien untuk
tindakan / pemeriksaan (misal : di Radiologi, Heart Centre, Dental, Rehab
Medik) wajib dilengkapi.
 Sistem komunikasi serah terima yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas, dan dapat dipahami oleh penerima untuk memberi pelayanan dalam
komunikasi, dimana meliputi :
1. Antar tenaga kesehatan à Misal : form Handover
2. Antar tenaga non kesehatan à Misal : buku Handover atau buku komunikasi
3. Antar tenaga kesehatan dengan tenaga non kesehatan
 Sistem komunikasi serah terima antar profesi pemberi asuhan di dalam rumah sakit
secara CUBAN (Confidential, Uninterrupted, Brief, Accurate, Name).
 Untuk serah terima antar shift menggunakan formulir serah terima yang sudah
ditentukan:
1. Formulir serah terima antar shift staf akan dimusnahkan 3 hari sekali
2. Formulir serah terima antar shift incharge, GP ruangan, Supervisor on Duty
akan dimusnahkan 3 bulan sekali
3. Buku hand over dimusnahkan 3 bulan dari bulan terakhir atau sesuai dengan
kebutuhan

ALUR PELAPORAN HASIL KRITIS RAWAT INAP :

Laboratorium Radiologi Keperawatan

Hasil Kritis

Lapor Hasil kritis ke:


Dokter jaga ruangan atau
Perawat ruangan atau
Nurse Incharge

Berhasil
Gagal menghubungi 3x dalam kurun waktu 5 menit

Penerima hasil kritis mencatat, read back

Dokter jaga ruangan melakukan verifikasi Hubungi Supervisor on Duty


hasil kritis

Dokter jaga ruangan memeriksa kondisi pasien

Lapor ke dokter penanggung jawab pelayanan DPJP

Berhasil Gagal menghubungi 3x dalam kurun waktu 5 menit

Melaksanakan instruksi dokter Konsultasi ke dokter penanggung jawab ICU

ALUR PELAPORAN HASIL KRITIS RAWAT JALAN

Hasil kritis

Laboratorium Radiologi Keperawatan


Dokter penanggung jawab pasien 2. Pasien

Berhasil Berhasil Gagal

Datang ke IGD
Hubungi perawat OPD atau IGD dimana pasien tersebut periksa

Hubungi dokter IGD Dalam 15 menit pasien belum datang, makaGagal


akan menghubungi
ditelepon ulang
3x dalam kurun waktu 5 menit

Gagal menghubungi 3x dalam kurun waktu


5 menit

Supervisor on Duty

Gagal menghubungi 3x dalam kurun waktu 5 menit

Kirim pesan melalui pesan singkat

5 menit setelah pesan terkirim SOD menghubungi pasien 3x dalam kurun wa

3. IPSG 3. KEAMANAN OBAT HIGH ALERT


 Obat High Alert di Rumah Sakit : kategori High Alert, kategori LASA (Looks
alike, Sounds alike), kategori elektrolit pekat.
 Stiker obat High Alert : lingkaran merah
 Stiker obat LASA : segitiga kuning

 Stiker KCl :
 Semua obat milik pasien yang dibawa dari rumah atau dikonsumsi di rumah,
WAJIB diserahkan kepada perawat untuk diserahkan ke Farmasi, termasuk obat
HIGH ALERT (misal : Insulin)
 Obat HIGH ALERT : Anestesi; Antikoagulan; Antitrombotik; Insulin; Narkotika;
Psikotropika; Inotropik; Antiarytmia; Kemoterapi; Neuromuscular; Epidural &
Intratecal
 LASA : Kemasan Mirip – Bentuk Mirip – Warna Mirip – Dosis lebih dari satu
 Elektrolit Pekat : Dextrose 40% - NaCl 3% - KCl 7.46 %

PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT


• Semua obat HA disimpan di FARMASI, pengecualian di beberapa area yg
telah ditetapkan
• Narkotika dan psikotropika disimpan di lemari dengan 2 pintu dan 2 kunci
• Kunci dipegang oleh 2 orang yang berbeda (1 incharge, 1 staf).

Penyimpanan Obat High Alert di luar instalasi farmasi :


Penyimpanan LASA di luar instalasi Farmasi :

Penyimpanan Elektrolit Pekat di luar instalasi Farmasi :

PENYIAPAN OBAT HIGH ALERT


• Apoteker melakukan review
• Khusus obat narkotika dan psikotropika ditempatkan dalam plastik klip merah dan
diberi stiker high alert
• TTK harus mencatat dalam kartu stok dan mengunci kedua pintu kembali dengan baik dan
aman;
• kroscek kembali oleh Apoteker/ TTK
• Plastik merah klip dengan stiker High Alert 

Prinsip Pemberian Obat High Alert :


 Hanya staf yang telah dilatih yang dapat mengakses elektrolit pekat;
 Crosscheck dengan Perawat/ Bidan lain yang berbeda PRINSIP 5 BENAR
 Pemberian obat elektrolit pekat di ruang perawatan:
– Harus menggunakan infusion pump;
– Bila dilakukan pemberian koreksi cepat NaCl 3% dan KCL 7,46%, maka harus
diberikan melalui central venous access dan dimonitor di ruangan intensif.

 Melihat ada stiker high alert, mencocokkan dengan resep dokter, dan crosscheck dengan
Perawat/ Bidan yang berbeda
 Memberikan obat High Alert jenis narkotika dan psikotropika kepada Pasien. Perawat
melalukan pencatatan pada buku ”Catatan Pemakaian dan Pengembalian Narkotika
dan Psikotropika”.

DISTRIBUSI OBAT HIGH ALERT (ELEKTROLIT PEKAT)


Hanya dilakukan oleh Perawat/ Bidan dengan cara mengambil obat elektrolit pekat
tersebut ke farmasi pada saat akan digunakan oleh Pasien.

PENCATATAN & DISPOSAL


• Menulis di buku “Catatan Pemakaian dan Pengembalian Narkotika dan Psikotropika”
(buku merah)
• Menulis di buku “Catatan Pemakaian dan Pengembalian Profopol” (buku biru)
• Obat high alert yang tidak terpakai di ruang rawat inap harus di disposal 1 x 24 jam

4. IPSG 4. PROSEDUR BEDAH YANG AMAN


A. SITE MARKING
 Memberikan tanda atau marker berupa tanda panah (Arrow) dibawahnya diberi
inisial dokter yang melakukan tindakan, Contoh : IKM pada lokasi yang akan
dilakukan tindakan, dengan menggunakan spidol permanen yang tidak dapat
dihapus dan harus tetap terlihat setelah pembersihan kulit.
 Bila penandaan yang tidak dapat dilakukan langsung pada organ tubuh yang akan
dibedah, maka dapat menggunakan media lain seperti: hasil rontgen, Ultrasonografi
(USG), Computerized Tomography Scanning (CT Scan), Magnetic Resonance
Imaging (MRI) dan lain – lain,
 Penandaan lokasi pembedahan dilakukan pada bagian tubuh: sisi lateralitas,
struktur multiple (jari - jari tangan, jari - jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang
belakang),
 Penandaan lokasi pembedahan tidak perlu dilakukan apabila daerah luka
pembedahan atau lokasi insersi tindakan invasif sudah jelas seperti: fraktur
terbuka, tumor yang sudah menjadi abses atau tumor yang sangat besar,
uretra, uterus, tonsil, dan sinus paranasal.
 Penandaan lokasi tindakan invasif dilakukan pada :
a) Tindakan di ruang tindakan Instalasi Gawat Darurat (IGD) antara lain:
pemasangan thorax drain/ cystofix thorax, biopsi, dan Bone Marrow
Aspiration (BMA),
b) Tindakan di ruang perawatan antara lain: thorax drain, pemasangan akses
vena sentral
c) Tindakan di ruang radiologi yaitu biopsi.
d) Tindakan di unit rawat jalan antara lain : dental procedure, pemasangan
IUD
e) Tindakan angiografi / intervensi di ruang Catheterization Angiography
Unit (CAU)
 Pemberian marker atau penandaan lokasi operasi dilakukan oleh dokter
pelaksana operasi atau pembedahan (dokter operator)
 Pemberian marker dapat dilakukan di :
1. Ruang perawatan pasien, atau
2. Ruang penerimaan pasien dikamar operasi, atau
3. Sebelum prosedur operasi / invasif dimulai
 Prosedur pemberian marker harus melibatkan atau mengikutsertakan pasien
(jika pasien dalam kondisi sadar) sehingga pasien mengetahui proses marking
tersebut.
 Pasien tidak sadar à proses pemberian marker wajib mengikutsertakan
keluarga atau pihak lain yang bertindak sebagai saksi

B. Proses Verifikasi Prosedur Bedah


• Prosedur Verifikasi melalui proses Sign In, Time Out, Sign Out à Form
Surgical Safety Checklist
• Prosedur ini dilakukan pada :
1. Kamar operasi
2. Ruang endoskopi
3. Ruang Catheterization Angiography Unit (CAU)
4. Unit rawat jalan yaitu : klinik gigi (Contoh : tindakan odontektomi), klinik
THT (Contoh : tindakan FOL), dan klinik Obgyn (Contoh : tindakan
pemasangan IUD)
5. IGD
6. Radiologi : Contoh pada tindakan CT guided FNAB, Core Biopsy
• Sign in dilakukan sebelum prosedur induksi dan tindakan invasif
• Time out dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur pembedahan/
tindakan invasif
• Sign out wajib dilakukan di area tempat tindakan berlangsung sebelum pasien
meninggalkan ruangan

SIGN IN
1. Tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien,
2. Persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) sudah ditandatangani
dengan lengkap,
3. Memastikan semua dokumen, foto (images) dan hasil pemeriksaan sudah
disiapkan dan diberi label identitas pasien dengan benar,
4. Memastikan adanya kebutuhan peralatan / teknologi khusus atau
implant.

TIME OUT
1. Semua anggota tim hadir dan lengkap yaitu dokter yang melakukan
tindakan pembedahan/ tindakan invasif, dokter anestesi pada prosedur
pembedahan atau yang memerlukan dokter anestesi, dan perawat,
2. Bagian dari time out meliputi:
• Identifikasi pasien dengan benar
• Tepat lokasi atau tepat sisi yang akan di operasi
• Tepat prosedur yang dilakukan,
• Persetujuan tindakan yang akan dilakukan,
• Konfirmasi bahwa proses verifikasi telah dilakukan.
3. Time out dilakukan di lokasi dimana prosedur akan dilakukan dan semua tim
yang terlibat tidak boleh melakukan tindakan dan harus mendengarkan
sampai time out selesai dilakukan,
4. Time out harus dilakukan kembali bila ada penggantian dokter yang
melakukan tindakan pembedahan/ tindakan invasif dan ada penggantian
dokter anestesi.

SIGN OUT
1. Nama tindakan operasi/ invasif yang dicatat/ ditulis,
2. Kelengkapan perhitungan instrumen, kasa dan jarum bila ada,
3. Pelabelan spesimen (jika ada pemeriksaan spesimen), harus disebutkan
dengan jelas data yang tercantum pada label yang meliputi : identitas pasien
dan jenis spesimen,
4. Masalah peralatan yang perlu ditangani (jika ada).

5. IPSG 5. MENGURANGI RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
 Lima moment pelaksanaan Hand Hygiene / Kebersihan Tangan :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan invasif
3. Setelah terpapar cairan darah / cairan tubuh
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien

 Enam langkah cuci tangan :


1. Mencuci Tangan dengan HandRub
2. Mencuci tangah di air mengalir
Hal-Hal yang harus diperhatikan :
1. Kuku harus pendek.
2. Melepas perhiasan.
3. Pastikan cara membuka kran yaitu menggunakan tangan yang tidak
terkontaminasi dan tidak menimbulkan becek.
4. Efektifitas cuci tangan, seperti: menggunakan tissu cukup 2, waktu dan
teknik tepat dan benar, setelah cuci tangan pastikan tangan kering.
5. Petugas kesehatan membawa hand rub berbasis alkohol (pocket) saat
bertugas secara rutin untuk dekontaminasi tangan.

6. IPSG 6. MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH


• Semua pasien yang masuk rumah sakit dilakukan skrining, pengkajian, dan
pencegahan pasien berisiko jatuh dari rawat jalan sampai rawat inap.
• Skrining dan pencegahan pasien risiko jatuh dilakukan oleh:
1. Perawat,
2. Perawat gigi,
3. Bidan,
4. Petugas kesehatan yang lainnya,
5. Seluruh staf rumah sakit.
• Pengkajian risiko jatuh dilakukan oleh:
1. Perawat,
2. Perawat gigi,
3. Bidan,
4. Fisioterapis.
• Pasien yang mutlak masuk kriteria risiko jatuh :
1. Rawat Jalan : usia >60 tahun, menggunakan alat bantu berjalan, ada
keluhan pusing, ibu hamil
2. Rawat Inap : pasien dirawat di ruang intensif, pasien di ruang pulih
sadar, anak < 5 tahun, pasien pre-partum (persalinan)
• Untuk mengurangi dan mencegah pasien berisiko jatuh (RAWAT JALAN) maka
diberi tanda:
1. Stiker fall risk yang ditempel pada dada kanan/ kiri pasien,
2. Pasien yang memakai alat bantu atau yang sudah ditetapkan berisiko jatuh
dianjurkan untuk duduk ditempat duduk yang bertulisan fall risk atau
area yang dekat dengan nurse station,
3. Pasien yang memakai tongkat / kruk atau alat bantu untuk berjalan
dianjurkan untuk berjalan dipinggir jalan yang ada pegangan tangan.
4. Bila pasien menggunakan kursi roda, pastikan roda terkunci.
5. Memberi edukasi pada pendamping pasien, jika pasien akan ditinggal maka
harus memberi info ke Perawat

PENCEGAHAN PASIEN JATUH untuk PASIEN RAWAT INAP


• Pengkajian dilakukan pada saat pasien masuk untuk rawat inap,
• Pengkajian ulang risiko jatuh dilakukan:
1. 1x/ minggu bila tidak berisiko jatuh di ruang rawat inap,
2. Setiap 3 hari sekali di ruang rawat inap bila skor ≥ 1,
3. Bila ada perubahan kondisi pasien yaitu: paska pembedahan, disorientasi,
inkontinensia, terjadi jatuh selama perawatan, dan pemberian obat - obatan
yang mempunyai efek mengantuk atau meningkatkan risiko jatuh (Misalnya
: pemberian antihistamin, antihipertensi, golongan benzodiazepin, diuretik,
obat antidiabetik oral, vasodilator cerebral atau perifer, narkotik dan
psikotropika, serta obat golongan hipnotik sedatif),
• Pengkajian pasien risiko jatuh untuk pasien 0 - ≤ 14 tahun menggunakan
modifikasi Cummings Paediatric Fall Scale, bila jumlah nilai ≥1-7 termasuk
risiko rendah dan bila jumlah nilai ≥8 termasuk risiko tinggi
• Pengkajian pasien risiko jatuh untuk pasien > 14 tahun dan dewasa
menggunakan modifikasi Hendrich Fall Risk, bila jumlah nilai ≥1 termasuk risiko
rendah dan bila jumlah nilai ≥5 termasuk risiko tinggi
• Pasien Risiko Jatuh Rendah :
a) Sign clip fall risk kuning di gelang identitas pasien,
b) Sign fall risk di dinding atas kepala,
c) Sign fall risk di depan pintu,

d) Ruangan dan kamar mandi cukup penerangan,


e) Bel pasien/ nurse call berfungsi dan terjangkau,
f) Posisi tempat tidur rendah,
g) Tempat tidur atau box terkunci,
h) Lantai ruangan tidak licin,
i) Alat medis, kabel dan lain - lain tertata rapi dan tidak menyebabkan jatuh,
j) Untuk pasien berusia < 5 (lima) tahun, harus menggunakan box,
k) Monitoring dengan melakukan nursing around setiap 2 jam sekali,
l) Dikomunikasikan pada staf saat hand over antar shift atau bila pindah
ruangan.

• Pasien Risiko Jatuh Tinggi


a) Lakukan tindakan pencegahan pasien risiko jatuh rendah
b) Edukasi ke keluarga untuk pasien dijaga selama perawatan, jika pasien
ditinggal segera memberitahu perawat/ bidan,
c) Bila memungkinkan, pasien ditempatkan di kamar yang dekat dengan
nurse station
• Semua staf di Rumah Sakit memiliki tanggung jawab dalam pencegahan pasien
jatuh dan penanganan awal pasien jatuh.

Stiker Fall Risk – untuk pasien Rawat Jalan Berisiko Jatuh, dan pencantuman Alert FALL RISK
di Rekam Medis Elektronik / TrakCare

Sign Clip Fall Risk – untuk pasien dengan gelang identitas dan
memiliki risiko jatuh

Anda mungkin juga menyukai