Dalam proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dibuktikan dengan
menulis dilembar CPPT dan distempel TBK (Tulis, Baca dan Konfirmasi ulang)
Dokumentasikan secara lengkap instruksi dokter dalam formulir Lembar instruksi
dokter/ catatan terintegrasi dan berikan paraf serta nama jelas perawat/ bidan yang
melapor, dan nama dokter jaga / DPJP yang memberikan pesan/ instruksi.
Dokter jaga / DPJP yang menerima laporan harus melihat dan memberikan paraf,
nama jelas, tanggal dan jam verifikasi pada kolom yang tersedia di lembar instruksi
dokter/ catatan terintegrasi pada saat:
a. Untuk dokter jaga: pada saat pergantian shift atau selambat-lambatnya dlm
waktu 1 x 24 jam
b. Untuk dokter DPJP: pada saat visite pertama kali atau selambat-lambatnya
dalam waktu1 x 24 jam
Apabila dokter DPJP (yang menerima laporan) berhalangan (cuti, sakit) maka yang
melakukan verifikasi menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan
adalah dokter pengganti yang ditunjuk oleh dokter DPJP tersebut dalam waktu 1 x
24 jam.
Kode Alfabet Internasional yang digunakan dalam komunikasi efektif:
Pelaporan hasil nilai kritis laboratorium/ tanda vital dan hasil pemeriksaan diagnostic kritis
1. Dokter/ petugas laboratorium, radiologi dan perawatan yang melakukan perekaman
EKG (contoh) menyampaikan hasil kritis ke DPJP. Bila DPJP tidak bisa dihubungi,
dokter/ petugas laboratorium, radiologi dan perawatan yang melakukan perekaman
EKG langsung menghubungi dokter/ perawat unit rawat inap, rawat jalan dan unit
gawat darurat.
2. Dokter/ petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat TANGGAL dan WAKTU
menelpon, NAMA LENGKAP PETUGAS KESEHATAN YANG DIHUBUNGI
dan NAMA LENGKAP YANG MENELEPON.
3. Dokter/ perawat ruangan yang menerima hasil kritis menggunakan teknik
komunikasi verbal Tulis (write back)/ Baca (read back) Konfirmasi (Confirmation),
proses pelaporan ini ditulis di dalam rekam medis (form catatan perkembangan
terintegrasi).
4. Dokter/ perawat ruangan yang menerima laporan hasil kritis langsung menghubungi
DPJP yang merawat pasien.
5. Dokter/ perawat ruangan yang menerima laporan hasil kritis dan menghubungi
DPJPyang merawat pasien harus mencatat tindakan yang diambil untuk pasien atau
informasi lain terkait klinis
6. Semua nilai kritis/ interpretasi selanjutnya disampaikan melalui formulir hasil
pemeriksaan sesuai dengan SPO Penyerahan Hasil.
7. Untuk pasien rawat jalan, hasil kritis harus dilaporkan kepada dokter yang meminta
pemeriksaan dan harus menyampaikan hasil kritis ke pasien.
8. Dokter/ perawat di ruangan yang menerima hasil kritis menerapkan mekanisme
pelaporan hasil kritis sebagai berikut:
a. 15 menit pertama: harus segera melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil
menghubungi, ke langkah berikut:
b. 15 menit ke dua: harus melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil
menghubungi, ke langkah berikut:
c. 15 menit ke tiga: Bila hari kerja dapat menghubungi: Divisi departemen terkait
Bila di luar jam kerja/ hari libur menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila
belum berhasil menghubungi ke langkah berikut:
d. 15 menit ke empat: menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila belum
berhasil juga maka dapat menghubungi urutan pimpinan sebagai berikut:
1. Kepala IGD, jika tidak dapat dihubungi,
2. Kepala ICU, jika tidak dapat dihubungi
3. Direktur Medik Keperawatan
e. Dokter yang dilaporkan tentang hasil kritis yang perlu diwaspadai tersebut,
bertanggungjawab terhadap interpretasi hasil dan pengambilan tindakan terhadap
pasien
A.Peresepan
1. Resep harus tulisan asli dokter dengan penulisan yang jelas, lengkap dan benar sesuai
panduan peresepan RS PKU Aisyiyah Jepara
2. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert medication
3. Instruksi ini harus mencakup minimal :
a. Nama pasien dan nomor rekam medis
b. Tanggal dan waktu instruksi dibuat
c. Nama obat (generik), dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian setiap obat
d. Kecepatan dan atau durasi pemberian obat
B. Penyimpanan dan Penyiapan
1. Jika terdapat High alert medications di instalasi gawat darurat, kamar operasi, unit
perawatan paska anestesi, ruang rawat inap dan ruang rawat jalan sebagai stok ruangan
maka harus disimpan di dalam troli, lemari khusus atau cabinet yang memiliki kunci.
2. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan dengan
obat-obatan rutin lainnya. Penempatan label harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak menutupi identitas, tanggal kadaluarsa, atau informasi penting lainnya pada
kemasan obat. Label harus tidak mudah lepas.
3. Jika high alert medication harus disimpan di area perawatan pasien, kuncilah tempat
penyimpanan dengan diberikan label ‘Peringatan: high alert medication’ pada tutup
luar tempat penyimpanan.
4. Infus intravena high alert medication harus diberikan label yang jelas dengan
menggunakan huruf / tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.
5. Setiap kotak/ tempat penyimpanan High alert medications harus diberikan label
berwarna merah dengan tulisan : High Alert, double check.
6. High alert medication yang termasuk nama obat rupa ucap mirip (NORUM) maka
penyimpanannya harus dipisah / tidak berdekatan.
C.Penataan
High alert medications terdapat di gudang logistik farmasi, depo obat 1 & 2, ruang farmasi
klinis, instalasi gawat darurat, kamar operasi, unit perawatan paska anestesi, ruang rawat
inap dan ruang rawat jalan.
D.Penggunaan obat
1. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-check) terhadap semua high
alert medication sebelum diberikan kepada pasien.
2. Prosedur dalam melakukan pengecekan ganda / verifikasi oleh orang kedua dilakukan
pada kondisi-kondisi seperti berikut:
a. pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan high alert medications
tertentu / spesifik dan di saat pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan
transfer pasien.
b. Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau pada catatan
pemberian medikasi pasien.
c. Untuk infus:
1) Saat terapi inisial
Pengecekan ganda pada terapi inisial dilakukan oleh :
a) Petugas pertama mempersiapkan obat dan hal-hal di bawah ini untuk
menjalani pengecekan ganda oleh petugas kedua:
(1) Obat-obatan pasien dengan label yang masih lengkap
(2) Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi pasien, atau
resep / instruksi tertulis dokter
(3) Obat yang hendak diberikan lengkap dengan labelnya
b) Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini:
(1) Obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi
(2) Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang hendak
diberikan telah sesuai dengan instruksi dokter.
(3) Obat memenuhi 8 benar.
(4) Membaca label dengan suara lantang kepada perawat untuk
memverifikasi delapan benar :
(a) Benar Pasien
(b) Benar Indikasi
(c) Benar Obat
(d) Benar waktu pemberian
(e) Benar dosis pemberian
(f) Benar rute pemberian
(g) Benar/tidak alergi
(h) Benar dokumentasi
c) Pada beberapa kasus, harus tersedia juga kemasan / vial obat untuk
memastikan bahwa obat yang disiapkan adalah obat yang benar, misalnya:
dosis insulin
d) Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan ganda dan
kedua petugas puas bahwa obat telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada
rekam medis / catatan pemberian medikasi pasien.
e) Petugas kedua harus menulis ‘dicek oleh:’ dan diisi dengan nama
pengecek.
f) Pengecekan ganda akan dilakukan sebelum obat diberikan kepada pasien.
g) Pastikan infus obat berada pada jalur / selang yang benar dan lakukan
pengecekan selang infus mulai dari larutan / cairan infus, pompa, hingga
tempat insersi selang.
h) Pastikan pompa infus terprogram dengan kecepatan pemberian yang tepat,
termasuk ketepatan data berat badan pasien.
2) Saat terdapat perubahan konsentrasi obat.
3) Saat pemberian bolus.
4) Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
a) Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini:
(1) Obat yang diberikan harus memenuhi delapan benar.
(2) Perawat berikutnya akan membaca label dengan lantang kepada
perawat sebelumnya untuk memverifikasi 8 benar (seperti yang telah
disebutkan di atas).
b) Saat pengecekan telah selesai dan kedua perawat yakin bahwa obat telah
sesuai, lakukanlah pencatatan pada bagian ‘pengecekan oleh perawat’ di
rekam medis pasien.
3. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien, memberitahukan
kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis, dan tujuannya (pasien dapat
juga berperan sebagai pengecek, jika menungkinkan).
4. Semua pemberian high alert medication intravena dan bersifat kontinu harus diberikan
melalui pompa infus IV. Pengecualian dapat diberikan pada pasien di Ruang Rawat
Intensif Neonatus (Neonates Intensive Care Unit – NICU), atau pada pasien risiko
tinggi mengalami kelebihan cairan (volume over-load). Setiap selang infus harus diberi
label dengan nama obat yang diberikan di ujung distal selang dan pada pintu masuk
pompa (untuk mempermudah verifikasi dan meminimalkan kesalahan).
5. Pada situasi emergensi, di mana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda dapat
menghambat / menunda penatalaksanaan dan berdampak negatif terhadap pasien,
perawat atau dokter pertama-tama harus menentukan dan memastikan bahwa kondisi
klinis pasien benar-benar bersifat emergensi dan perlu ditatalaksana segera sedemikian
rupa sehingga pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas yang memberikan obat harus
menyebutkan dengan lantang semua terapi obat yang diberikan sebelum
memberikannya kepada pasien.
6. Obat yang tidak digunakan dikembalikan kepada farmasi / apotek, dan dilakukan
peninjauan ulang oleh ahli farmasi atau apoteker apakah terjadi kesalahan obat yang
belum diberikan.
7. Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh apoteker untuk mengetahui indikasi
penggunaan dosis ekstra.
Elektrolit Konsentrat
Elektrolit konsentrat adalah larutan yang bersifat hipertonis dimana konsentrasi pelarut lebih
besar dari pada zat terlarut. Untuk itu penggunaan larutan elektrolit pekat harus di pantau.
Elektrolit konsentrat : MgSO4 40 %. Prosedurnya:
1. Di Gudang Farmasi dan di satelit farmasi: obat diletakkan pada lokasi terpisah dan diberi
label high alert dan pada area penyimpanan tersebut diberi garis merah/ selotip merah.
2. Elektrolit pekat konsentrat: MgSO4 40 % tidak boleh ada di ruang rawat kecuali sangat
diperlukan boleh Ada di HCU dan IGD.
3. Tempat masing-masing elektrolit pekat diberi identitas nama obat dan diberi sekat / jarak
pemisah yang jelas
Beri label peringatan : ELEKTROLIT PEKAT HARUS DIENCERKAN!!!
pemberian tanda pada bagian/ sisi tubuh pasien yang akan dilakukan tindakan medis/
operasi
Penandaan dibuat oleh : Dokter operator yang akan melakukan tindakan operasi atau juga
bisa didelegasikan kepada orang lain, maka orang tersebut harus ikut dalam tindakan
operasi terutama saat akan dilakukan insisi misalnya perawat bedah atau asisten dokter
operator
Penandaan lokasi operasi menggunakan spidol warna hitam atau merah, ditandai dengan
tanda ceklis √
Pendokumentasian penandaan lokasi : Rajal (lembar RM), IGD (RM igd), Ranap
(lembar CPPT)