Anda di halaman 1dari 3

F.

LANDASAN-LANDASAN DEMOKRASI INDONESIA

Indonesia menerapkan demokrasi pancasila jika dilihat dari ideologinya. Indonesia tentunya
memiliki landasan-landasan untuk menjalani sistem pemerintahan demokrasi ini. Berikut landasan-
landasan demokrasi di Indonesia :

1. Pembukaan UUD 1945

- Alinea Pertama : Kemerdekaan ialah hak segala bangsa.

- Alinea kedua : Mengantarkan rakyat Indonesia kepintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

- Alinea ketiga : Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur
supaya berkehidupan dan kebangsaaan yang bebas.

- Alinea keempat : Melindungi segenap bangsa.

2. Batang Tubuh UUD 1945

- Pasal 1 ayat 2 : Kedaulatan adalah ditangan rakyat.

- Pasal 2 : Majelis Permusyawaratan Rakyat.

- Pasal 6 : Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

- Pasal 24 dan Pasal 25 : Peradilan yang merdeka.

- Pasal 27 ayat 1 : Persamaan kedudukan di dalam hukum.

- Pasal 28 : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul.

3. Lain-lain

1. Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang hak asasi

2. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM


G. PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA

1. Demokrasi Liberal-Parlementer (1945-1959)

Sistem demokrasi parlementer ditandai dengan sistem pemerintahan parlementer. Hal ini
ditetapkan lewat Maklumat Wakil Presiden No. X dan Maklumat Pemerintah mengenai pergantian
sistem pemerintahan dari Presidensial menjadi Parlementer pada 3 November 1945.

Pada 14 November 1945 terbentuklah kabinet pertama yang dipimpin Soetan Sjahrir atau
Kabinet Sjahrir sebagai perdana menteri. Kabinet ini hanya berusia tiga bulan karena dijatuhkan
oposisi. Tetapi pada 12 Maret 1946 kembali membentuk kabinet Sjahrir setelah ditunjuk Presiden
Soekarno untuk kedua kalinya.

Kabinet Sjahrir II terbentuk pada 12 Maret 1946 dan berakhir pada 2 Oktober 1946 sekali lagi
akibat tekanan oposisi. Setelah itu, Sjahrir ditunjuk untuk ketiga kalinya membentuk kabinet. Kabinet
Sjahrir III berlangsung selama kurun waktu 2 Oktober 1946 hingga 27 Juni 1947.

Setelah pemerintahan Sjahrir III, kabinet silih dibentuk silih berganti. Tercatat ada kabinet
Amir Sjarifudin I dan II, Kabinet Darurat, serta Kabinet Hatta I dan II. Pada 1949, demokrasi
parlementer diperkuat dengan landasan konsititusional Undang-undang Dasar Sementara 1950. Di
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 menyatakan lembaga eksekutif atas presiden sebagai kepala
negara konstitusional dan menteri-menteri bertanggungjawab kepada perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan sehari-hari.

Tetapi, hal itu tidak membuat kabinet pemerintahan berjalan stabil. Jatuh bangun kabinet
terus berlangsung hingga Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit pada 5 Juli 1959 yang menandai
berakhirnya era demokrasi liberal atau parlementer.

2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Dalam dekrit 5 Juli 1959, Presiden Soekarno menegaskan berlakunya kembali UUD 1945.
Dekrit tersebut adalah realisasi dari keinginan Soekarno untuk mengubah sistem demokrasi
parlementer pada 27 Januari 1957 di Bandung. Soekarno mengungkapkan keinginannya untuk
kembali bisa mencampuri urusan pemerintahan meskipun Badan Konstituante belum juga
menyelesaikan membentuk undang-undang dasar yang baru.

UUD 1945 memebuka kesempatan bagi seoramg presiden untuk bertahan selama lima tahun.
Tetapi lewat ketetapan MPRS No. III/1963, jadilah Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Di masa
demokrasi terpimpin, keuasaan Soekarno sebagai presiden sangat besar. Dengan kekuasaannya
tersebut, pada 1960 Soekarno bahkan membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil
pemilihan umum.

3. Demokrasi Pancasila Era Orde Baru (1965-1998)

Peristiwa G30S/PKI segera mengakhiri era demokrasi terpimpin. Pada 1969, MPRS
memberhentikan Soekarno sebagai presiden dan digantikan Soeharto. Indonesia memasuki era baru
yang disebut sebagai Demokrasi Pancasila.

Demokrasi Pancasila bermaksud untuk mengoreksi sistem politik selama masa demokrasi
terpimpin yang dianggap bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Demokrasi Pancasila ingin
meletakkan UUD 1945 sebagaimana terlahir setelah proklamasi.
Tetapi dalam perkembangannya, peran presiden juga makin dominan terhadap lembaga-
lembaga negara yang lain. Demokrasi Pancasila selama era Orde Baru ditandai dengan dominasi
ABRI atau TNI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik. Campur tangan
pemerintah dalam partai politik dan kehidupan politik masyarakat juga terjadi.

Kondisi ini berlangsung hingga Mei 1998 ketika Soeharto terpaksa mundur dari posisi
sebagai presiden akibat people power yang dinamakan sebagai Gerakan Reformasi.

4. Demokrasi Pancasila Era Reformasi (1998-Sekarang)

Seperti Demokrasi Pancasila ala Orde Baru yang ingin merevisi praktik demokrasi terpimpin,
Demokrasi Pancasila era reformasi juga ingin merevisi praktik politik dan pemerintahan Orde Baru
yang dianggap menyimpang. Pemerintahan BJ Habibie yang menggantikan Soeharto membuka
belenggu terhadap kemerdekaan pers dan berbicara sesuai tuntutan reformasi.

Pemilu bebas pertama setelah Orde baru digelar pada 1999, menempatkan KH Abdurrahman
Wahid sebagai Presiden keempat Indonesia. Sampai masa pemerintahan Presiden Jokowi yang kedua
saat ini, demokrasi di Indonesia masih terus mengalami tantangan dalam perkembangannya.

Anda mungkin juga menyukai