Anda di halaman 1dari 42

HALAMAN JUDUL

MENGUNGKAP PRAKTIK AKUNTANSI INTELLECTUAL CAPITAL


BERORIENTASI KEBAHAGIAAN ORGANISASI BERBASIS
PENGETAHUAN YANG SPIRITUALIS

DISERTASI

Partiwi Dwi Astuti


NIM 12020115510007

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
ABSTRAK

Tujuan umum penelitian ini adalah mengkonstruksi akuntansi intellectual capital


yang mencerminkan organisasi berbasis pengetahuan, sehingga sesuai jika
diterapkan di organisasi tersebut. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk
memahami: 1). esensi intellectual capital bagi organisasi berbasis pengetahuan
dalam menjalankan bisnisnya; 2). pengembangan akuntansi intellectual capital
berlandaskan lingkungan kontekstual; dan 3). penggunaan informasi akuntansi
intellectual capital yang bersifat multidimensional dalam pembuatan keputusan
bisnis organisasi berbasis pengetahuan. Penelitian ini dilakukan dalam paradigma
interpretif dengan pendekatan studi kasus di organisasi berbasis pengetahuan, PKK
Jr, Propinsi Bali. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan mengadopsi pendekatan studi
kasus Merriam (2009) dan Miles dan Huberman (1994). Penelitian ini
menghasilkan tiga temuan. Pertama, intellectual capital merupakan pengetahuan
yang menunjang perkembangan organisasi, dan segala sesuatu yang bersifat
intangible berdasar pada nilai-nilai moral, meliputi human capital, customer
capital, organizational capital, social capital, dan spiritual capital, untuk mencapai
kebahagiaan seluruh stakeholder. Kerangka intellectual capital yang terbangun
adalah model lima dimensi (five-dimensional model)—human capital, customer
capital, organizational capital, social capital, dan spiritual capital—, yang
memiliki nuansa spiritualitas untuk mencapai kebahagiaan. Kedua, pengembangan
akuntansi intellectual capital diwujudkan dalam praktik pengukuran dan pelaporan.
Akuntansi intellectual capital berorientasi kebahagiaan merupakan proses
identifikasi dan klasifikasi, pengukuran dan pelaporan pengetahuan yang
menunjang perkembangan organisasi dan segala sesuatu yang bersifat intangible
serta belandaskan nilai-nilai moral—termasuk penggunaan informasi intellectual
capital yang dihasilkan dari akuntansi tersebut untuk pengambilan keputusan
bisnis—dalam rangka mencapai kebahagiaan seluruh stakeholder. Intellectual
capital diukur secara nominal—menggunakan serangkaian indikator— dan non
nominal— menggunakan rasa. Intellectual capital disajikan dalam sebuah laporan
dan diungkapkan secara visual dan naratif. Laporan intellectual capital berorientasi
kebahagiaan yang berhasil dikonstruksi dalam penelitian ini menyajikan dasar
organisasi—orientasi (visi, misi, tujuan)—, kategori intellectual capital,
sumberdaya yang dimiliki, upaya yang dilakukan, dan hasil dari upaya tersebut,
untuk tiap periode laporan—nt dan nt-1. Ketiga, bahwa informasi akuntansi
intellectual capital bermanfaat dalam mendukung pengambilan keputusan, baik
yang mendasarkan pada intuisi maupun pengambilan keputusan rasional.
Kata kunci: akuntansi intellectual capital, organisasi berbasis pengetahuan,
kebahagiaan, spiritual

x
RINGKASAN EKSEKUTIF

A. PENDAHULUAN
Dalam ekonomi berbasis pengetahuan, akuntansi intellectual capital
memiliki peran fundamental, baik untuk mengelola kapabilitas penciptaan nilai
maupun untuk mengungkapkan dan mengkomunikasikan nilai bagi para
konstituennya (Nielsen et al., 2008; Schiuma, 2009); memungkinkan penilaian
dimensi pengetahuan organisasi, serta memberikan pedoman alokasi sumberdaya
pengetahuan dan mengevaluasi investasi atas sumberdaya tersebut (Schiuma,
2009). Literatur akademis yang membahas akuntansi intellectual capital masih
sangat terbatas (Roslender dan Fincham, 2001; Islam dan Islam, 2007). Sebagian
besar pembahasannya lebih menekankan pada akuntansi keuangan untuk tujuan
pelaporan eksternal (misalnya Guthrie, 2000; Bukh et al., 2001; Mouritsen et al.,
2001b). Padahal, informasi intellectual capital juga bermanfaat bagi kepentingan
internal—khususnya untuk pengambilan keputusan terkait penciptaan nilai. Hanya
sedikit artikel yang menulis intellectual capital sehubungan dengan pelaporan
internal dan praktik akuntansi manajemen (Sofian et al., 2004).
Terdapat dua tahap pengembangan penelitian akuntansi intellectual capital
(Petty dan Guthrie, 2000), yaitu 1). berfokus pada pentingnya meningkatkan
kesadaran dalam mengenali dan memahami potensi intellectual capital untuk
menciptakan dan mengelola keunggulan kompetitif berkelanjutan; dan 2). berfokus
pada legitimasi upaya dan mengumpulkan bukti-bukti untuk penelitian lebih lanjut,
dengan menguji dampak intellectual capital terhadap kinerja keuangan dan
penciptaan nilai. Selama dua dekade, akuntansi intellectual capital telah dikatalisasi
kepentingan masyarakat akademik dan komunitas praktik, dengan fokus penelitian
yang telah melewati dua tahap tersebut (Chiucchi, 2013). Oleh karenanya, maka
penelitian akuntansi intellectual capital selanjutnya diarahkan ke tahap tiga, dengan
fokus secara kritis meneliti akuntansi intellectual capital ke dalam praktik (Guthrie
et al., 2012) yang membentuknya.
Belum terdapat konsep intellectual capital yang diterima secara umum,
padahal konsepsi, sebagai hasil dari proses identifikasi dan klasifikasi intellectual
capital diperlukan agar dapat dilakukan penilaian terhadapnya (Schiuma, 2009).
Secara mendasar elemen-elemen intellectual capital merujuk pada kompetensi
manusia (human capital), yaitu pengetahuan yang melekat pada manusia; structural
capital (organizational capital), yaitu pengetahuan yang melekat dalam organisasi
dan sistemnya; serta customer (relational) capital, yaitu pengetahuan yang melekat
pada pelanggan dan hubungan eksternal lain terhadap organisasi (Guthrie et al.,
2012).
Sebagian besar penelitian intellectual capital masih terbatas dalam
paradigma positivism, misalnya Bontis (1998), Bontis (1999), Bontis dan Fitz-enz
(2002), Bontis (2004), Marr et al. (2004), dan Roos et al. (2005) yang menunjukan
hubungan antara ketiga elemen intellectual capital (human capital, customer
capital, dan structural capital) dan menghubungkannya dengan modal keuangan
(Mouritsen, 2006). Dalam konteks penelitian intellectual capital, penelitian dalam
paradigma tersebut, menggunakan pendekatan pengembangan penelitian

xii
intellectual capital yang oleh Mouritsen (2006) disebut sebagai pendekatan
ostensif. Dalam bingkai pendekatan tersebut, penelitian berupaya menemukan
“formula” universal untuk intellectual capital dan penciptaan nilai, serta
mengabaikan situasi tertentu aktor dalam organisasi (Dumay, 2009b). Penelitian
intellectual capital dalam paradigma dan pendekatan tersebut mengabaikan nilai-
nilai yang dianut masyarakat, sehingga hasil temuannya hanya mengupas sisi
terluar dari suatu fakta sosial. Dengan kata lain, penelitian tersebut mengabaikan
aspek sosiologi praktik intellectual capital dan tidak mempertimbangkan faktor
nilai, perilaku, dan interaksi antara social actors dengan lingkungannya. Padahal
sikap yang dimunculkan dan pandangan seorang individu terhadap realita yang ada
juga ditentukan oleh latar sosial, kondisi sosial, dan budayanya masing-masing
(Creswell, 2007).
Berbagai permasalahan yang dihadapi bidang intellectual capital, seperti
diuraikan di atas, menyebabkan perlunya penggalian mengenai intellectual capital,
baik konsep maupun akuntansi untuk intellectual capital ke dalam praktik yang
membentuknya. Hal tersebut karena saat ini bidang intellectual capital tidak
memiliki body of knowledge yang kohesif, dan seringkali intellectual capital
didefinisikan tidak secara keseluruhan atau didefinisikan dengan kurang baik
(Guthrie et al., 2001). Ketiadaan definisi yang jelas dari intellectual capital
menimbulkan kebingungan tersendiri dan membatasi potensinya untuk
menciptakan body of knowledge yang valid (Marr dan Moustaghfir, 2005).
Adanya fakta bahwa meskipun pengukuran dan kerangka pelaporan
intellectual capital telah mengalami proliferasi, namun penggunaannya yang tidak
begitu luas dalam praktik (Dumay, 2009b), menyebabkan perlunya penggalian ke
dalam praktiknya. Pertanyaan kemudian muncul, apakah dan bagaimana akuntansi
intellectual capital, dapat membantu memberikan manfaat bagi organisasi dari
informasi intellectual capital yang disajikannya (Chiucchi, 2013). Oleh karena itu,
terdapat kebutuhan untuk melakukan penelitian yang diarahkan untuk meneliti
bagaimana akuntansi intellectual capital mampu memobilisasi tindakan terhadap
pengelolaan intellectual capital, sehingga potensinya dapat terwujud (Mouritsen,
2006; Dumay, 2009b, 2009a).
Praktik akuntansi intellectual capital dalam penelitian ini diungkap dengan
menggunakan paradigma interpretif, karena tujuan penelitian ini sesuai dengan
tujuan paradigma interpretif, yaitu untuk memahami dan memaknai alasan dibalik
praktik tersebut, serta merekonstruksi praktik tersebut. Selain itu, akuntansi dapat
membentuk dan dibentuk oleh lingkungan dimana dipraktikan, serta prosedur
akuntansi terkait dengan interpretasi dan pemahaman (Mouck, 1992). Manajer dan
aktor organisasional lainnya yang mengkonstruksi akuntansi dipengaruhi oleh dan
mempengaruhi lingkungan (Mangos dan Lewis, 1995).
Penelitian ini mengungkap praktik akuntansi intellectual capital di
organisasi berbasis pengetahuan. Organisasi berbasis pengetahuan
dikarakteristikan oleh proses, tempat, tujuan, dan perspektif (Zack, 2003). Proses
mengacu pada berbagi dan penciptaan pengetahuan, meliputi aktivitas yang terjadi
di dalam organisasi, baik yang berkaitan langsung dengan proses membuat atau
menjual barang dan jasa, maupun hal lainnya yang tidak kalah pentingnya. Tempat
merujuk pada batas-batas organisasi, yang untuk tujuan berbagi dan penciptaan

xiii
pengetahuan seringkali melampaui batas-batas hukum tradisional. Tujuan
mengacu pada misi dan strategi organisasi, yaitu bagaimana organisasi bertujuan
untuk melayani pelanggan dengan saling menguntungkan. Sedangkan, perspektif
merujuk pada sudut pandang pengetahuan, yaitu filosofi hidup dan budaya yang
mempengaruhi dan membatasi keputusan dan tindakan organisasi.
Organisasi berbasis pengetahuan memperoleh nilai terutama dari
pengetahuan atau intellectual capital (Chong et al., 2000). Dalam organisasi
tersebut, sumberdaya pengetahuan memiliki nilai paling tinggi diantara aset lainnya
serta memainkan peran strategis (McGaughey, 2002). Kontribusi penting
pengetahuan dalam organisasi berbasis pengetahuan adalah memungkinkan untuk
meningkatkan return (Teece et al., 1997). Namun, akuntansi tradisional belum
dapat mengukur dan melaporkan intellectual capital yang menjadi aset terbesar
organisasi berbasis pengetahuan (Ramı´rez et al., 2007). Tiap organisasi khususnya
organisasi berbasis pengetahuan dapat melakukan praktik akuntansi yang berbeda-
beda dalam menilai dan melaporkan intellectual capital.
Penelitian ini dilakukan di organisasi berbasis pengetahuan, pabrik kata-
kata (PKK) Jr, Propinsi Bali, karena adanya berbagai keunikan yang ada dalam
organisasi tersebut, yaitu 1). memenuhi karakteristik organisasi berbasis
pengetahuan yang dikemukakan Zack (2003)— proses, tempat, tujuan, dan
perspektif; 2). intellectually dan intangibility intensive; 3). memiliki keunikan
tersendiri yang tidak dimiliki oleh organisasi berbasis pengetahuan lainnya; dan 4).
merupakan pabrik kata-kata terbesar pertama didunia. Berbagai keunikan PKK Jr
tersebut, dinilai mampu menjelaskan praktik akuntansi intellectual capital pada
organisasi berbasis pengetahuan. Penelitian ini berupaya untuk memahami dan
mengkonstruksi bagaimana akuntansi intellectual capital yang mencerminkan
organisasi berbasis pengetahuan. Secara spesifik penelitian ini berusaha untuk
menjawab pertanyaan: 1). Bagaimana pelaku bisnis memaknai esensi intellectual
capital?; 2). Bagaimana akuntansi intellectual capital dikembangkan sesuai dengan
lingkungan kontekstual?; dan 3). Bagaimana informasi akuntansi intellectual
capital yang bersifat multidimensional digunakan untuk pembuatan keputusan
bisnis? Penelitian ini merupakan upaya pertama untuk membangun kerangka
intellectual capital yang sesuai dengan setting lingkungan, dan mengembangkan
akuntansi intellectual capital secara kontekstual.

B. TEORI RELEVAN SEBAGAI LENSA DALAM MEMAHAMI


PRAKTIK AKUNTANSI INTELLECTUAL CAPITAL
Teori sosiologi dan psikologi digunakan sebagai lensa untuk memahami
praktik intellectual capital—termasuk praktik akuntansinya. Intellectual capital
tidak dapat dipisahkan dari aturan, nilai, moral, sistem, makna bersama (shared
meaning), pemahaman bersama (collective understanding), dan sebagainya, yang
membentuk realitas yang dibangun secara sosial. Hal tersebut dikarenakan
intellectual capital merupakan fenomena yang dipengaruhi oleh konteks aktivitas
institusional (Inkinen et al., 2017), seperti struktur dan mekanisme tatanan sosial
serta kerja sama (Scott, 1995). Mendasarkan pada hal tersebut dan temuan
penelitian ini di lapangan, maka teori institusional dinilai relevan digunakan sebagai
lensa dalam memahami praktik intellectual capital—termasuk praktik

xiv
akuntansinya di organisasi berbasis pengetahuan yang spiritualis. Teori lain yang
dinilai relevan dalam membahas temuan penelitian ini adalah teori kebahagiaan,
karena penelitian ini dilakukan di organisasi yang memiliki orientasi pada
kebahagiaan (happiness oriented). Teori kebahagiaan membantu memahami
praktik intellectual capital—termasuk praktik akuntansinya dari perspektif
pengejaran kebahagiaan untuk seluruh stakeholder.
Penggunaan triangulasi teoritis dari dua ilmu yang berbeda, yaitu sosiologi
dan psikologi, tidak dapat dilepaskan dari adanya keterkaitan yang erat diantara
kedua ilmu tersebut. Sulit untuk memahami hubungan antar dan kegiatan manusia;
tanpa pengetahuan psikologi manusia yang memadai (Ng, 2009; Kumar, 2019).
Tanpa bantuan dari psikologi, sosiologi tidak dapat memahami dirinya dengan
sepenuhnya dan tepat. Setiap masalah sosial dan fenomena sosial harus memiliki
dasar psikologis untuk pemecahannya. Sebaliknya, banyak kebenaran psikologi
akan tetap tidak dapat dipahami tanpa gagasan komprehensif tentang hubungan
sosial, perilaku dan kegiatan (Ng, 2009; Kumar, 2019).
Teori institusional yang digunakan adalah dalam perspektif old institutional
economics (OIE). Perspektif tersebut membahas bagaimana nilai-nilai ditanamkan
di dalam organisasi untuk membentuk perilaku anggota organisasi yang secara
sosial dipelajari atau dapat diterima. Banyak cara yang dapat dilakukan, salah
satunya adalah menanamkan nilai-nilai kebahagiaan dan kemudian melembagakan
nilai-nilai tersebut dalam organisasi. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari aspek
sosiologi dan psikologi. Aspek sosiologi terkait dengan lingkungan organisasi
termasuk respon dari anggota organisasi, sedangkan aspek psikologi terkait dengan
nilai-nilai yang ditanamkan.
Melalui lensa teori kebahagiaan—kebahagiaan autentik—, maka dapat
diekplorasi kedalaman dan perilaku individu terkait dengan nilai-nilai kebahagiaan.
Dikarenakan nilai-nilai tentang kebahagiaan tersebut kemudian dilembagakan
dalam organisasi, dan menjadi dasar dalam berorganisasi (termasuk praktik
akuntansi intellectual capital), maka teori institusional—dalam perspektif old
institutional economics—digunakan untuk memahami fenomena sosial dan
hubungan sosial yang terjadi, termasuk fenomena praktik akuntansi intellectual
capital dalam organisasi berbasis pengetahuan yang spiritualis dan berorientasi
pada kebahagiaan.
Teori institusional dinilai relevan sebagai lensa untuk memahami praktik
akuntansi intellectual capital, karena akuntansi merupakan realitas yang dibangun
secara sosial. Selain itu, teori institusional dipandang dapat membantu dalam
menangkap realitas melalui penelitian interpretif. Meskipun, kebahagiaan pada
dasarnya merupakan bidang yang relatif baru dalam penelitian dan praktik
organisasi (David et al., 2013), namun dikarenakan interpretasi kebahagiaan
eudaimonistik memiliki komponen inheren spiritual (Lamberton, 2014), demikian
pula dengan kebahagiaan autentik, maka teori kebahagiaan dinilai relevan untuk
menjelaskan praktik akuntansi, khususnya akuntansi intellectual capital di
organisasi yang lekat dengan nilai-nilai spiritual. Hal tersebut dikarenakan pilihan
akuntansi merupakan sebuah pilihan moral (Francis, 1990).

xv
C. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dalam paradigma
interpretif. Metodologi kualitatif digunakan karena: 1). fenomena praktik
akuntansi intellectual capital perlu dieksplorasi secara mendalam; 2). adanya
kebutuhan untuk menyajikan fenomena praktik akuntansi intellectual capital secara
lebih detail dan rinci; 3). pertanyaan penelitian yang diajukan adalah “bagaimana”;
dan 4). untuk mempelajari subyek dalam latar alamiah. Paradigma interpretif
digunakan dalam penelitian ini karena tujuan penelitian adalah untuk memahami
dan memaknai alasan dibalik suatu tindakan sosial, yaitu praktik akuntansi
intellectual capital, serta melakukan rekonstruksi atas tindakan tersebut.
Pendekatan studi kasus dipilih karena peneliti tertarik untuk memahami,
menemukan dan menginterpretasikan keunikan dari kasus yang diangkat, bukan
untuk melakukan pengujian hipotesis (Merriam dan Tisdell, 2016). Jenis studi
kasus yang digunakan adalah exploratory case study. Penelitian ini menggunakan
pendekatan studi kasus Merriam (2009), karena secara epistemologis, penelitian ini
memiliki kesesuaian dengan komitmen epistemologi constructivism Merriam
(2009).
Penelitian ini menggunakan studi kasus pada organisasi berbasis
pengetahuan, di PKK Jr, Propinsi Bali. Terdapat dua lokasi PKK Jr, Propinsi Bali,
yaitu PKK Jr di Kuta, Badung dan Teman Jr di Baturiti, Tabanan, Bali. PKK Jr
didirikan di Jl. Sulawesi, Denpasar tanggal 19 Januari 1981. Awal mulanya
organisasi tersebut menggunakan nama Art & Batik Shop Jr. Pada tanggal 7 Juli
1987 organisasi tersebut memutuskan untuk hanya memiliki satu toko yang terletak
di Jl. Raya Kuta, Badung, dan sejak tahun 1990 kemudian berganti nama menjadi
PKK Jr. Organisasi tersebut kemudian menjadi pabrik kata-kata terbesar pertama
didunia, karena sebelum tanggal 19 Januari1981, tercatat belum pernah ada usaha
pabrik yang menjual kata-kata seperti PKK Jr.
Gambar 1. Analisis Data

Konteks dan konsep yang Kerangka Teoritis


diteliti
Rumusan Pengumpulan Data
Telaah Pustaka Masalah Data Display

Tujuan
Penelitian
Tidak untuk merumuskan Reduksi
hipotesis
Data Kesimpulan

Studi Pre-Eliminary

Unit
Analisis/Bounded
Systems

Metode pengumpulan data yang digunakan, yaitu wawancara—semi


terstruktur—, observasi—anecdotal record—, dan dokumentasi—dokumen
pribadi dan dokumen resmi. Wawancara dilakukan dengan informan internal (17

xvi
orang) maupun eksternal (14 orang) dengan teknik purposive sampling serta
strategi snow-ball sampling dan unique sampling. Analisis data dalam penelitian
ini mengadopsi pendekatan studi kasus Merriam (2009) dan model interaktif Miles
dan Huberman (1994), seperti yang ditunjukan dalam Gambar 1.

D. INTELLECTUAL CAPITAL: MAKNA DIBALIK REALITAS


D.1. Intellectual Capital: Intangibles Berlandaskan Nilai Moral untuk Meraih
Kebahagiaan
Hasil integrasi tiga sumber data untuk pencarian makna intellectual capital
dalam perspektif pelaku bisnis ditunjukan dalam Gambar 2. Intellectual capital
merupakan realitas sosial dan menjadi salah satu cerminan dari praktik institusional,
sehingga perbedaan dalam konteks penerapannya akan menghasilkan perbedaan
makna terhadapnya. Bagi PKK Jr, intellectual capital merupakan pengetahuan
yang mendukung perkembangan organisasi. Hal tersebut sejalan dengan
Edvinsson dan Malone (1997) yang mengemukakan bahwa intellectual capital
merupakan informasi dan atau pengetahuan yang diterapkan dalam pekerjaan untuk
menciptakan nilai. Intellectual capital sering diakui sebagai intangible asset tak
ternilai yang dikelola dan digunakan untuk merangsang inovasi, kreativitas, daya
saing, penciptaan nilai dan meningkatkan kinerja organisasi (Abdullah dan Sofian,
2012). Di PKK Jr, intellectual capital merupakan intangible dengan dasar nilai-
nilai moral, yang ditanamkan dalam seperangkat visi dan misi, serta pada anggota
keluarga—istilah untuk pegawai—, yang diwujudkan dalam seluruh aktivitasnya.
Adanya penekanan pada nilai-nilai moral mencerminkan bahwa PKK Jr
bukanlah organisasi berbasis pengetahuan yang materialistik. Sebaliknya,
merupakan organisasi berbasis pengetahuan yang spiritualis, yaitu memiliki tujuan
utama dan niat luhur melampaui kesuksesan materi sebagai landasan operasinya.
Tujuan utama PKK Jr adalah memberikan kebahagiaan pada seluruh stakeholder—
kepala keluarga, anggota keluarga, plasma (istilah untuk mitra kerja), pelanggan,
lingkungan, maupun masyarakat—, menciptakan keselarasan dengan alam, serta
menanamkan etika berbasis nilai-nilai kebaikan yang universal-transendental
dalam diri setiap anggotanya serta pihak-pihak yang berelasi dengannya.
Mendasarkan pada hal tersebut, maka dalam konteks PKK Jr, intellectual
capital dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang digunakan untuk menunjang
perkembangan organisasi, dan segala sesuatu yang memiliki sifat intangible serta
mendasarkan pada nilai-nilai moral. Sebagai organisasi berbasis pengetahuan yang
spiritualis—dengan orientasi kebahagiaan—maka intellectual capital dikelola
untuk mencapai kebahagiaan seluruh stakeholder. Dalam terminologi intellectual
capital tersebut, terkandung lima makna, yaitu human capital, customer capital,
organizational capital, social capital, dan spiritual capital. Spritual capital
menjadi titik tumpu dari keempat makna intellectual capital lainnya. Sebagai
organisasi yang berorientasi pada kebahagiaan, makna intellectual capital dalam
konteks PKK Jr bernuansa pada pengejaran kebahagiaan autentik—kehidupan yang
menyenangkan, kehidupan yang baik, dan kehidupan yang bermakna.
Institusionalisasi nampak dalam praktik intellectual capital PKK Jr dengan
lima makna yang terkandung didalamya, khususnya dari sisi kepemimpinan
institusional—Bapak Jo, sebagai pendiri, pemilik, dan kepala keluarga merupakan

xvii
pemimpin institusional—yang memfasilitasi proses institusionalisasi di PKK Jr.
Terungkapnya terminologi intellectual capital dengan lima maknanya, menjadikan
intellectual capital—dalam organisasi berbasis pengetahuan yang spiritualis
dengan orientasi kebahagiaan—dapat teridentifikasi dan diklasifikan sesuai dengan
lingkungan kontekstualnya. Uraian rinci intellectual capital dalam perspektif
pengejaran kebahagiaan PKK Jr disajikan dalam bagian berikut.

Gambar 2. Hasil Integrasi Tiga Sumber Data


untuk Pencarian Makna Intellectual Capital dalam Perspektif Pelaku Bisnis
Wawancara + Dokumentasi + Observasi

Intellectual Capital

Spiritual Capital
Human Capital
1. Bersyukur
1. Anggota keluarga
2. Transenden
merasa bahagia
3. Ojo dumeh
2. Kegiatan bersama
4. Kepercayaan (trust)
anggota keluarga
5. Menghargai (respect)
3. Peningkatan
6. Mutualitas
kemampuan anggota
7. Rwa bineda
keluarga
4. Know-how
5. Berbagi pengetahuan
6. Pengembangan karir Social Capital
Organizational Capital
7. Sikap dasar 1. Tumbuh mengajak
1. Berorientasi kebahagiaan
baju2ra6bertetadi yang lain tumbuh
2. Sistem harian
8. Kemauan belajar 2. Berbuat baik
3. Sistem kekeluargaan
4. Kebutuhan anggota keluarga dipenuhi merupakan hak dan
secara holistis kebutuhan
5. Intellectual property 3. Pembinaan bagi
6. Cenik lantang plasma
7. Modal sukses 5I plus KARDOW 4. Penanaman Modal
Akhirat (PMA)
5. Pembinaan bagi
anggota keluarga
6. Kesamaan dalam
Customer Capital representasi,
1. Peduli pelanggan interpretasi dan
2. Merk, keunikan, dan nama pemaknaan
perusahaan sebagai daya 7. Keadilan
tarik pelanggan
3. Standar kualitas

D.2. Mengurai Intellectual Capital Dalam Perspektif Pengejaran Kebahagiaan


Dalam dua dekade terakhir, telah muncul konstruksi baru istilah
kebahagiaan dan telah diperluas penerapannya ke organisasi, karena istilah tersebut
sangat menarik untuk diterapkan dalam manajemen organisasi (David et al., 2013).
Penerapan kebahagiaan dalam praktik bisnis terungkap di PKK Jr yang juga
mentasbihkan dirinya sebagai organisasi berorientasi kebahagiaan (happiness

xviii
oriented). Mendasarkan pada kebahagiaan sebagai panglima dan ujung tombak
organisasi, maka visi, misi, dan tujuan PKK Jr adalah untuk meraih kebahagiaan.
PKK Jr beranggapan tidak ada tujuan hidup yang lebih tinggi dari kebahagiaan.
Bahagia dalam konteks PKK Jr tidak dapat dilepaskan dari spiritual karena
melibatkan rasa syukur, seperti yang dikemukakan oleh Bapak Jo sebagai pendiri,
pemilik, dan kepala keluarga PKK Jr pada tanggal 9 Juli 2017:
“…hubungannya dengan spiritual. Ya, jadi kalau menurut saya, yang
namanya hidup ini kalau tidak untuk bahagia untuk apa? Bahagia itu adalah
bersyukur. Bersyukur atas apa yang terjadi maupun terasa terjadi. Sebab ini
puncak. Bahagia itu puncak keberhasilan. Orang sekaya-kayanya orang
kalau ndak bahagia itu tidak sukses. Apalagi kalau dah miskin ndak bahagia,
lebih ndak sukses lagi…”.
Bapak Jo memerankan peran aktif dalam mengembangkan orientasi
organisasi, termasuk pengembangan visi, misi dan tujuannya. Sebagai pemimpin
institusional—Bapak Jo—bertanggungjawab dalam memperkenalkan dan
melindungi nilai-nilai organisasi (Selznick, 1984). Salah satu tugas pemimpin
institusional untuk memelihara legitimasi dan kelangsungan hidup institusi adalah
mengelola konsistensi organisasi (Washington et al., 2008). Hal tersebut dilakukan
oleh Bapak Jo, dengan berperan aktif dalam mengembangkan orientasi organisasi,
termasuk visi, misi, dan tujuannya. Proses penyusunan visi merupakan fungsi
strategik atau organisasional (Nutt dan Backoff, 1997; Boal dan Schultz, 2007).
Dari perspektif institusional, penyusunan visi juga secara inheren bersifat politis
(Washington et al., 2008). Selznick (1984) menggambarkan satu tugas
kepemimpinan institusional yaitu membantu proses institusionalisasi seperti
menjabarkan mitos yang terintegrasi secara sosial.
PKK Jr mengejar kebahagiaan autentik, yang mengandung tiga jenis
kehidupan yang bahagia, yaitu: (1) kehidupan yang menyenangkan—mengejar
perasaan yang menyenangkan; (2) kehidupan yang baik—memanfaatkan kekuatan
karakter seseorang untuk mencapai kepuasan dan keterlibatan; dan (3) kehidupan
yang bermakna—memanfaatkan kekuatan karakter seseorang untuk melayani
sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri (Seligman, 2002). Menurut Huang (2008),
kehidupan yang lengkap adalah kehidupan yang menyenangkan, baik, dan
sekaligus bermakna.
PKK Jr menggunakan sistem harian dalam pemberian uang saku—istilah
untuk gaji—bagi anggotanya, sedangkan bagi calon anggota PKK Jr menerapkan
sistem berdasarkan jam beraktivitas. Penggunaan sistem harian dalam PKK Jr
diharapkan dapat menjamin keadilan distributif. Keadilan distributif mengacu pada
outcome yang didistribusikan secara proporsional ke input (Adams, 1965). Dalam
konteks penerapan sistem harian di PKK Jr, uang saku merupakan outcome, dan
sebagai inputnya adalah upaya anggota keluarga dengan indikator jumlah hari
masuk beraktivitas. Keadilan distributif yang dihasilkan dari penerapan sistem
harian di PKK Jr merupakan hasil dari hubungan yang berorientasi pada tugas.
Sistem kekeluargaan yang diterapkan dalam PKK Jr merupakan cerminan
penggunaan metafora keluarga dalam kehidupan berorganisasi. Hubungan antara
pemilik dengan karyawan dibentuk sebagai hubungan antara orangtua dengan anak-

xix
anaknya. Dengan menggunakan sistem tersebut, maka karyawan akan dipengaruhi
oleh figur otoritas seperti seorang ayah dalam suatu organisasi (Alakavuklar, 2009).
Sistem kekeluargaan yang diterapkan PKK Jr turut mempengaruhi hubungan PKK
Jr dengan konstituennya, salah satunya adalah hubungan dengan plasma, yang
dibangun dengan mendasarkan hubungan layaknya persaudaraan.
Mendasarkan pada pengejaran kebahagiaan sebagai orientasi organisasi,
PKK Jr selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan anggotanya secara holistis agar
anggotanya dapat mencapai kebahagiaan. Berbagai upaya dilakukan PKK Jr untuk
mengisi kantong anggotanya, antara lain dengan memberikan uang saku secara
optimal, memberikan uang kelebihrajinan, bonus, fasilitas antar jemput, mess, dan
dana gradag-grudug—sumbangan kolektif yang dikumpulkan oleh anggota
keluarga untuk diberikan kepada anggota keluarga lain yang membutuhkan,
misalnya jika ada anggota keluarga yang menikah, melahirkan, dan sebagainya.
Anggota keluarga juga diberikan hak untuk menabung, yang pada tahun ke 10 akan
diakumulasikan dan dikalikan dua oleh PKK Jr.
Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga secara holistis, juga dilakukan
dengan mengisi perut anggotanya melalui penyediaan makanan sehat, bersih, dan
bergizi bagi anggotanya. Selain itu, PKK Jr juga mengisi otak dan hati anggotanya.
PKK Jr memandang bahwa ilmu dan kebijaksanaan memiliki arti penting bagi
anggotanya, seperti yang tertulis dalam renungan PKK Jr yang dipajang di tembok
samping kiri Teman Jr.
“Uang atau lemari besi memang bisa dicuri atau dirampok orang lain, tapi
ilmu atau isi otak maupun kebijaksanaan atau isi hati tidak bisa!” (PKK Jr
260602, AR).
Salah satu media yang digunakan untuk mengisi otak dan hati anggota
keluarga PKK Jr adalah melalui kegiatan medibibigia—meditasi yang bisa bikin
bahagia—yang secara rutin dilaksanakan tiap minggunya. Dalam kegiatan
tersebut, berbagi pengetahuan disertai dengan berbagai cerita dari Bapak Jo
sehubungan dengan pengalaman hidupnya, termasuk dalam menjalankan bisnisnya,
yang diharapkan dapat memotivasi para anggotanya. Hal tersebut menunjukan
bahwa selain untuk menggambarkan identitas dirinya sendiri, para pemimpin
institusional menggunakan kisah hidupnya dalam upaya untuk mempengaruhi
pengikut mereka, dengan membingkai harapan dan kesan, berfungsi sebagai model
peran (role model), menunjukkan legitimasi peran kepemimpinannya, dan
membentuk harapan dan makna kolektif (Shamir et al., 2005).
PKK Jr memiliki intellectual property berupa hak cipta dan hak merk.
Pengelolaan terhadap intellectual property dilakukan oleh PKK Jr dengan
mendaftarkannya secara random. Upaya lain untuk melindungi intellectual
property yang dimilikinya adalah melarang pengunjung memasuki areal PKK Jr
jika menggunakan pakaian atau atribut yang merupakan jiplakan dari PKK Jr. Hal
tersebut merupakan hak moral sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat 1 Undang-
undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Sebagai organisasi yang
monopolistik, PKK Jr tidak mengijinkan pihak lain untuk menjual produk dengan
merk Jr.

xx
Dalam menjalankan bisnisnya, Bapak Jo mengadopsi nilai lokal cenik
lantang—nilai lokal Bali yang berarti kecil tapi panjang. Penerapan cenik lantang
dalam bisnis PKK Jr dimaknai bahwa meskipun kecil tapi panjang urusannya,
meskipun untung sedikit, namun tetap berkelanjutan. Mendasarkan pada cenik
lantang, PKK Jr dijalankan dengan berwawasan pertumbuhan dan penciptaan
surplus untuk keberlangsungan organisasi dalam jangka panjang. Tujuan
penerapan cenik lantang dalam praktik bisnis PKK Jr serupa dengan postulat
akuntansi going concern, yaitu untuk keberlanjutan. Postulat going concern
menyatakan bahwa perusahaan dianggap tidak akan berhenti, ditutup, atau
dilikuidasi dimasa yang akan datang. Perusahaan dianggap akan hidup dan
beroperasi untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Postulat tersebut mendorong
manajer untuk bersikap forward looking. Penerapan cenik lantang dalam praktik
bisnis PKK Jr telah mendorong Bapak Jo selaku kepala keluarga untuk memikirkan
tindakannya jauh ke depan, salah satunya dengan tidak mengambil keuntungan
yang banyak demi menjaga keberlanjutan usahanya.
Bapak Jo meyakini bahwa untuk dapat sukses, bahagia atau lebih bahagia
diperlukan modal sukses. Dalam konteks PKK Jr, modal tersebut disebut dengan
modal sukses 5I plus KARDOW—Itikat, Ilmu, Interest, Ijin dari penguasa, Ijin dari
Yang Maha Kuasa, Keberanian, Alat-alat, Ruang, Dana/duit, Orang, Waktu.
Anggota keluarga bangga, bersyukur, dan bahagia dapat menjadi bagian dari
keluarga PKK Jr. Kebahagiaan yang anggota rasakan selama bergabung di PKK Jr
membuat anggota keluarga mampu bertahan lama di PKK Jr. Setiap tahun, pada
saat yang memungkinkan, PKK Jr mengadakan kegiatan senang-senang bersama—
PKK Jr menggunakan istilah “foya-foya”—yang mencerminkan kebersamaan
diantara anggota keluarga, antara lain mengajak jalan-jalan anggota keluarga ke
dalam maupun luar negeri, makan di luar bersama, atau menonton film di bioskop.
Kegiatan tersebut merupakan bentuk eustress, yaitu pemberian tekanan yang
menyenangkan bagi anggotanya.
Eustress merupakan stres yang memiliki sisi positif. Eustress atau “stres
yang baik” mengacu pada respons psikologis terhadap stressor yang ditafsirkan
memiliki implikasi positif untuk kesejahteraan (Selye, 1983). Kegiatan bersama
anggota keluarga di PKK Jr merupakan cerminan dari penerapan sistem
kekeluargaan dalam berorganisasi. Dalam organisasi dengan sistem kekeluargaan,
menghabiskan waktu bersama sangat penting. Alakavuklar (2009) mengemukakan
bahwa cara tersebut sangat memungkinkan untuk dapat menciptakan suasana
keluarga. Hal tersebut juga merupakan cara untuk menciptakan ideologi atau
budaya baru bagi anggota organisasi yang bekerja untuk organisasi keluarga
(Alakavuklar, 2009). Intinya, ada hubungan yang jelas antara kebahagiaan dan
jumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari pengalaman liburan (Praag et al.,
2003).
Menjalin komunikasi yang baik dengan anggotanya menjadi cara PKK Jr
untuk meningkatkan kemampuan anggotanya. Di setiap kesempatan yang ada,
Bapak Jo selalu mengajak anggotanya untuk berbicara baik secara formal maupun
informal. Secara informal, dalam kehidupan berorganisasi PKK Jr setiap hari
Bapak Jo langsung terjun ke lapangan, membaur dengan anggotanya untuk
memberikan contoh kepada anggotanya (by doing). Secara formal, berbagai

xxi
bentuk pelatihan atau seminar—internal maupun eksternal—juga dilakukan untuk
dapat meningkatkan kemampuan anggota keluarga, termasuk pula menyediakan
kegiatan ekstrakurikuler, dan melakukan upaya untuk merangsang kreativitas
anggota keluarga dengan pengetahuan yang tidak umum. Peran Bapak Jo dan
Bapak Aman—CEO PKK Jr—dalam berbagai upaya peningkatan kemampuan
anggotanya menunjukan adanya kepemimpinan yang kuat dalam PKK Jr. Sebagai
organisasi dengan modal spiritual tinggi, maka PKK Jr akan menunjukkan
kesadaran spiritual (kepekaan) dan kepemimpinan yang kuat, sehingga anggotanya
cenderung mengalami hasil mental yang bermanfaat, seperti yang terkait dengan
kebutuhan Maslow yang lebih tinggi (Martinez et al., 2011).
PKK Jr mensyaratkan anggotanya menguasai pengetahuan dasar, seperti
membaca, menghitung, dan ilmu bumi, sedangkan penguasaan pengetahuan
lainnya diperoleh sambil berjalan (by doing) selama bergabung di PKK Jr.
Penguasaan pengetahuan menjadi elemen penting penilaian kinerja anggota
keluarga seperti yang tercermin dalam proses kenaikan jenjang. Kewajiban
membuat karya tulis tentang PKK Jr beserta saran untuk kemajuan PKK Jr
menunjukan bahwa PKK Jr mengedepankan sejauhmana anggota keluarga
menguasai pengetahuan atau skill untuk melakukan sesuatu yang dikenal dengan
istilah know-how. Know-how anggota keluarga menjadi dasar bagi PKK Jr untuk
menempatkan anggotanya sesuai dengan bakat dan kemampuannya karena know-
how menunjukan sejauh mana anggota keluarga menguasai pengetahuan praktik.
Konteks pengetahuan praktik terletak pada masalah khusus yang dihadapi dalam
kegiatan sehari-hari (Hutchins, 1983; Lave, 1986). Organisasi mengembangkan
pemahaman yang mendalam tentang masalah dan tugas-tugas yang muncul dalam
situasi tertentu dan mengembangkan kegiatan sebagai sarana yang dapat
memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi (Wallace, 1983).
Penerapan sistem kekeluargaan di PKK Jr memacu kesediaan anggota
keluarga untuk berbagi pengetahuan dengan anggota lainnya. Anggota keluarga
yang lebih senior yang telah menyerap ilmu lebih banyak dari Bapak Jo menularkan
kepada anggota keluarga yang lebih junior. Kesediaan berbagi pengetahuan
tersebut memberikan gambaran adanya spiritualitas di tempat kerja. Spiritualitas
di tempat kerja dicirikan adanya pengalaman bersama di antara para anggota
organisasi sebagai sebuah kesatuan yang menonjolkan rasa saling keterkaitan di
antara mereka dengan dilandasi oleh ketulusan, timbal balik, dan niatan baik yang
diperkuat oleh makna yang dalam di balik sebuah pekerjaan (Marques, 2008).
Ditinjau dari social impact theory, kesediaan berbagi pengetahuan dapat
dikarenakan anggota organisasi merupakan anggota kelompok atau tim yang
memiliki kepentingan sama, yaitu menyelesaikan tugas yang diberikan dengan
melibatkan interaksi dan komunikasi timbal balik (Krok, 2013).
Setiap anggota keluarga PKK Jr berhak atas jenjang karir yang ada sesuai
dengan kemampuan dan prestasi beraktivitas. Jenjang karir anggota keluarga PKK
Jr dilakukan melalui proses kenaikan jenjang sabuk. Pengembangan karir yang
diterapkan di PKK Jr merupakan penerapan dari model konservasi. Model
konservasi memandang semua anggota organisasi, tanpa memandang usia, sebagai
aset terbarukan yang dapat terus menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi

xxii
untuk periode waktu yang lama, jika anggota organisasi dididik, dilatih, dan
dikelola secara memadai (Yeatts et al., 2000).
Seluruh anggota keluarga PKK Jr wajib melaksanakan tugas dan
kewajibannya dengan kesadaran penuh serta didasari dengan sikap
baju2ra6bertetadi—baik, jujur, ramah, rajin, bertangungjawab, berimajinasi,
berinisiatif, berani, bersyukur, bermanfaat, tekun, tahu diri. Penerapan sikap hidup
hasil perenungan Bapak Jo tersebut dalam seluruh aspek kehidupan anggota
keluarga PKK Jr merupakan cerminan dari pembelajaran organisasional.
Pembelajaran organisasional merupakan proses siklus dengan pengetahuan yang
dipelajari pada tingkat individu—misalnya dalam hal ini adalah sikap dasar
baju2ra6bertetadi—atau kelompok, diobyekkan pada tingkat organisasi,
dilembagakan dan tertanam dalam memori organisasi (Wiseman, 2007).
PKK Jr yang selalu mendorong anggotanya untuk selalu belajar
menunjukan bahwa PKK Jr merupakan organisasi pembelajaran, yaitu organisasi
yang memfasilitasi pembelajaran semua anggotanya dan terus mengubah dirinya
sendiri (Pedler et al., 1991). Organisasi pembelajaran ditandai oleh keterlibatan
total karyawan dalam proses yang dilakukan secara kolaboratif, secara bersama-
sama bertanggungjawab terhadap perubahan yang diarahkan ke nilai atau prinsip
yang dibagikan (Watkins dan Marsick, 1992). Organisasi pembelajaran terbentuk
karena PKK Jr adalah organisasi dengan spiritualitas tinggi. Spiritualitas
melibatkan pemberian pekerjaan yang berarti dan penghargaan terhadap
kemampuan pegawai (Hertz dan Friedman, 2015).
PKK Jr mengusung slogan “belanja tidak belanja tetap thank you”, yang
menunjukan bahwa PKK Jr mengakui kontribusi dari pengunjung adalah penting.
Bapak Jo selalu menekankan anggotanya untuk dapat bersyukur. Individu yang
bersyukur menghargai kontribusi orang lain untuk kesejahteraan mereka (Watkins
et al., 2003). Watkins et al. (2003) menyatakan bahwa individu yang menghargai
kontribusi orang lain juga cenderung mengucapkan terima kasih kepada para
donatur mereka dan percaya bahwa mengucapkan terima kasih kepada para donatur
mereka adalah penting.
Pengunjung datang ke PKK Jr dikarenakan mencari produk dengan merk Jr
yang tidak dapat dijumpai di tempat lain. Pelanggan juga cukup merasa bangga
ketika memakai produk bermerk Jr. Produk yang dihasilkan oleh PKK Jr dinilai
oleh pelanggan sebagai produk yang bermerk. Hal tersebut menunjukan bahwa
pelanggan memiliki pola pikir tersendiri terhadap merk Jr. Pola pikir pelanggan
mencakup segala sesuatu yang ada di benak pelanggan sehubungan dengan suatu
merk, baik pikiran, perasaan, pengalaman, gambar, persepsi, kepercayaan, sikap,
dan sebagainya (Ambler et al., 2002). Pelanggan menilai bahwa produk PKK Jr
memiliki desain yang tidak biasa sehingga unik, dan dinilai bagus oleh para
pelanggannya. Hal tersebut menunjukan adanya asosiasi merk (brand association),
yaitu kekuatan, kesukaan, dan keunikan atribut dan manfaat yang dirasakan
pelanggan untuk suatu merk (Ambler et al., 2002).
Nama besar PKK Jr juga menjadi salah satu alasan pengunjung berbelanja
di PKK Jr, yang mencerminkan adanya aktivitas atau pengalaman merk dari
pengunjung (brand activity or experience), yaitu sejauh mana pelanggan
menggunakan merk; berbicara dengan orang lain tentang merk; mencari informasi

xxiii
merk, promosi, serta peristiwa; dan sebagainya (Ambler et al., 2002). Pelanggan
menilai bahwa bahwa produk PKK Jr memiliki kualitas yang baik, dari sisi bahan
yang digunakan maupun masa pakai. Hal tersebut memacu munculnya kecintaan
pelanggan terhadap merk (brand attachment) yaitu seberapa loyal perasaan
pelanggan terhadap merk (Ambler et al., 2002).
PKK Jr memberikan kesempatan pihak lain tumbuh sebagai bentuk
penerapan happiness oriented karena kebahagiaan tidak dapat sendiri, namun
sebaiknya dibagi seperti yang dikemukakan Bapak Jo pada tanggal 9 Juli 2017.
“…kami tidak mau masuk di produksi. Karena kami melihat, itu berarti
saya sudah terlalu kejam, jadi saya membagi pekerjaan dan di setiap
pekerjaan ada rejeki”.

Berbuat baik dalam konteks PKK Jr tidak lagi suatu kewajiban, namun
merupakan hak dan kebutuhan. Hal tersebut merupakan cerminan PKK Jr sebagai
organisasi yang welas asih, yaitu organisasi yang memiliki perasaan terhadap
sesama maupun semua orang yang organisasi pengaruhi atau dapat mempengaruhi.
Sebagai organisasi yang membangun spiritualitas, PKK Jr memiliki rasa holisme
atau konektivitas yang tinggi. Organisasi seperti itu, melihat bahwa bisnis adalah
bagian dari usaha manusia yang lebih luas, bagian dari skenario global yang lebih
luas. Oleh karenanya, organisasi yang membangun spiritualitas merasa menjadi
bagian dari dan bertanggung jawab kepada masyarakat, planet, dan kehidupan itu
sendiri (Zohar dan Marshall, 2004).
Bapak Jo selalu mengedepankan pembinaan bagi plasma maupun anggota
keluarganya. Pembinaan kepada para plasmanya dilakukan agar plasma dapat
tumbuh bersama PKK Jr, sehingga kebahagiaan yang dirasakan PKK Jr dapat
menular ke para plasmanya. Salah satu bentuk pembinaan PKK Jr adalah dalam
evaluasi produk yang dihasilkan plasma. Pembinaan terhadap anggota keluarga
tidak hanya dilakukan oleh Bapak Jo secara langsung, namun juga oleh anggota
keluarga yang lebih senior. Anggota keluarga yang lebih senior berkewajiban
untuk mendidik anggota keluarga yang lebih yunior. Hal tersebut mencerminkan
diterapkannya kepemimpinan transformasional di PKK Jr. Kepemimpinan
transformasional merupakan suatu proses pemimpin yang menginspirasi bawahan
untuk melakukan sesuatu pada tingkat yang lebih tinggi dari yang diharapkan,
bahkan melebihi kepentingan diri sendiri bawahan untuk mencapai visi bersama
(Bass, 1999).
PKK Jr melakukan aktivitas sosial melalui Niat Swadaya Masyarakat
(NSM) Garing. Garing adalah kumpulan orang-orang waras yang sudah merasa
mampu dan mau bersyukur kepada Tuhan atas rejeki tiga piring sehari. Tujuan
Garing adalah kebahagiaan. Terdapat dua jenis Garing, yaitu Garing PKK Jr dan
Garing Transparan. Garing PKK Jr untuk internal PKK Jr, sedangkan Garing
Transparan melibatkan pihak diluar PKK Jr. Garing mengajak semua orang tanpa
terkecuali untuk menyeimbangkan antara Penanaman Modal Dunia Nyata (PMDN)
dan Penanaman Modal Akhirat (PMA). Sebagai pemimpin institusional, Bapak Jo
menciptakan dan memelihara karakter organisasi. Salah satu nilai yang membentuk
karakter PKK Jr adalah kehidupan yang seimbang. Hidup yang seimbang
merupakan salah satu yang harus dialami untuk mencapai kebahagiaan autentik.

xxiv
Sirgy and Jiyun Wu (2013) berpendapat bahwa kebahagiaan autentik akan tercapai
ketika mengalami kehidupan yang menyenangkan, kehidupan yang baik, dan
kehidupan yang bermakna seperti yang dikonsepkan oleh Seligman (2002), dan
juga mengalami kehidupan yang seimbang. Pengembangan karakter organisasi
tersebut merupakan langkah yang diperlukan dalam proses institusionalisasi
organisasi (Washington et al., 2008).
Agar visi, misi, dan tujuan organisasi dapat terinternalisasi dan dimaknai
dengan baik oleh anggotanya, PKK Jr selalu mendidik anggotanya untuk tahu
tentang sejarah PKK Jr. Mendidik anggota keluarga untuk memiliki kesamaan
dalam memahami sejarah PKK Jr dan memiliki kesamaan sikap merupakan cara
PKK Jr untuk membentuk anggotaya dapat membumi dengan organisasi. PKK Jr
mendidik anggota keluarga agar sejalan dalam gaya penyampaian mengenai PKK
Jr, sehingga akan memiliki kesamaan dalam representasi, interpretasi, dan
pemaknaan. Nahapiet dan Ghoshal (1998) mengemukakan bahwa salah satu
dimensi social capital adalah dimensi kognitif. Dimensi tersebut mengacu pada
sumber daya yang menyediakan representasi, interpretasi, dan sistem makna
bersama di antara para pihak (Cicourel, 1974). Tingginya dimensi kognitif dari
social capital yang merujuk pada kode dan bahasa bersama, berkontribusi pada
peluang dan proses kapabilitas pertukaran pengetahuan dan kombinasi, yang akan
menghasilkan pengetahuan baru (Demartini, 2015). Boland dan Tenkasi (1995)
mengemukakan bahwa orang-orang yang memiliki kesamaan bahasa akan lebih
cenderung menyetujui sistem komunikasi bersama untuk meningkatkan interaksi
mereka, yang pada akhirnya mereka akan saling berbagi pengetahuan melalui
sistem tersebut untuk menghasilkan pembelajaran organisasi (Argyris dan Schon,
1978) dengan mengembangkan rutinitas dan prosedur baru.
Aktivitas sosial PKK Jr dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai
keadilan. Misalnya dalam kegiatan bedah rumah. PKK Jr menentukan bahwa
pemilik rumah yang akan dibedah wajib memberikan kontribusinya terhadap
kegiatan tersebut sebagai bentuk tanggungjawabnya terhadap rumah yang akan
dibedah. Kontribusi kedua belah pihak dalam kegiatan tersebut sebesar 20:80, yaitu
20% dari pemilik rumah yang akan dibedah, dan 80% dari PKK Jr.
Bapak Jo berpendapat bahwa kebahagiaan akan tercapai dengan bersyukur,
karena rasa syukur adalah salah satu hal yang paling penting dalam mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Bagi Bapak Jo, bersyukur berada di atas nerimo,
karena nerimo hanya bersifat mencegah konflik, sedangkan bersyukur bersifat
konstruktif atau membangun. Mendasarkan pada hal tersebut, maka konsep
bersyukur PKK Jr memiliki perbedaan dengan konsep bersyukur Watkins et al.
(2003).
Menurut Watkins et al. (2003) bersyukur merupakan sikap menerima dan
mensyukuri atas apa yang diterima orang dalam hidup mereka. Dalam konsep
tersebut, nampak bahwa Watkins et al. (2003) memasukan nerimo sebagai bagian
dari bersyukur, sedangkan PKK Jr membedakannya. Bagi PKK Jr yang namanya
nerimo hanya sampai titik diterimakasihkan kepada Tuhan, sehingga memiliki
tingkatan yang lebih rendah dari bersyukur. Bersyukur dalam konsep PKK Jr
memiliki kandungan evaluasi diri, sehingga ada tindakan pengembangkempisan
(penambahan dan atau pengurangan) untuk menjadi lebih baik. Orang yang

xxv
bersyukur cenderung akan mengalami emosi positif yang lebih besar, seperti lebih
sering bersukacita, bahagia, memiliki harapan, serta lebih sedikit memiliki emosi
negatif (Watkins et al., 2003). Memperluas rasa syukur dapat meningkatkan timbal
balik yang kreatif dan membentuk sumber daya psikologis, sosial, spiritual dan
positif (Fredrickson dan Joiner, 2002).
Percaya diri, percaya sesama, dan percaya Tuhan menjadi pegangan Bapak
Jo dalam menjalankan bisnisnya. Seluruh aktifitas PKK Jr dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang benar-benar baik, halal, legal, bermanfaat, dan
membahagiakan, tidak hanya untuk PKK Jr, namun juga untuk sesama manusia,
kemanusiaan, dan lingkungan hidup bersama. Penegasan tentang kebaikan Tuhan
sangat jelas dalam renungan PKK Jr tanggal 31 Mei 2016 berikut.
“Kami (Keluarga PKK Jr) sejak 1981 tetap melakukan berbagai kegiatan
sosial membantu sesama maupun ikut proaktif menjaga kebersihan maupun
kelestarian lingkungan hidup kita bersama, adalah dalam rangka bayar
utang pada Tuhan yang mahabaik dan mahabijaksana yang setiap saat
bertambah terus, dan dari sebab itulah kami belum dan tidak akan berhenti
melakukannya secara merdeka atau secara wajar-wajar saja!”.
Sebagai organisasi berbasis pengetahuan yang spiritualis terdapat transendensi-diri
dalam PKK Jr. Transendensi-diri mengacu pada motivasi untuk melampaui diri
seseorang dan meningkatkan orang lain dan dunia luar. Jenis nilai ini terdiri dari
masalah sosial, kekhawatiran dengan alam dan nilai-nilai kebajikan—misalnya,
perlindungan lingkungan, keadilan sosial, bantuan, kejujuran, tanggung jawab, dan
sebagainya (Bell, 2013).
Nasehat Guru Semar yang diadopsi PKK Jr untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari adalah ojo dumeh. Bapak Jo selalu menekankan untuk tidak
terlalu bangga atau sombong ketika sedang sukses atau jaya, namun juga tidak
terlalu berkecil hati atau minder ketika sedang gagal atau terpuruk. Ojo dumeh
merupakan falsafah Jawa yang berasal dari kata “ojo”= jangan dan “dumeh”=
mentang-mentang. Penerapan filosofi ojo dumeh membuat orang menjadi dapat
bersikap wajar, tidak mentang-mentang. Sebagai organisasi yang membangun
spiritualitas, ojo dumeh memacu anggota keluarga dan organisasi mempertahankan
kerendahan hati yang mendalam. Anggota keluarga maupun organisasi tidak
pernah menganggap diri mereka terlalu serius, tidak pernah bersandar pada prestasi
masa lalu, tidak pernah merasa puas atau merasa diri benar (Zohar dan Marshall,
2004).
Kepercayaan yang diberikan Bapak Jo kepada anggota maupun plasma,
memungkinkan terjadinya transfer pengetahuan. Tingkat kepercayaan yang tinggi
antara pemimpin organisasi dan anggota khususnya dapat memungkinkan transfer
informasi sensitif, mendorong tindakan kolaboratif tanpa adanya mekanisme
formal untuk tujuan tersebut (Coleman, 1988). Kepercayaan interpersonal bersifat
timbal balik, dan dengan demikian relasional berasal dari interaksi berulang dari
waktu ke waktu antara trustor dan trustee. Informasi yang tersedia bagi trustor dari
dalam hubungan itu sendiri membentuk dasar kepercayaan di antara para pihak
(Savolainen dan Ikonen, 2015). Savolainen dan Ikonen (2015) mengemukakan
bahwa kepercayaan telah menjadi aset tak berwujud yang penting dalam organisasi

xxvi
dan kepemimpinan, serta mengembangkan tatanan sosial dan kerja sama. Hal
tersebut merupakan sumber daya yang menciptakan kekuatan dan memungkinkan
inovasi bagi organisasi (Savolainen dan Lopez‐Fresno, 2013).
Kepercayaan tertanam dalam klasifikasi teoretis intellectual capital yang
dikenal sebagai human capital, structural capital, dan relational capital (Edvinsson
dan Malone, 1997). Membangun kepercayaan dipandang sebagai keterampilan
intelektual manusia dalam kepemimpinan (Savolainen dan Malkamäki, 2011). Hal
tersebut dilihat sebagai aset tidak berwujud dalam modal struktural; dan sebagai
relasional dalam interaksi pelanggan dan hubungan antar organisasi (Nahapiet dan
Ghoshal, 1998). Kepercayaan adalah elemen kunci dalam kerja sama dan
komunikasi dalam organisasi yang berkontribusi pada berbagi pengetahuan dalam
berbagai jenis hubungan antar aktor (Savolainen et al., 2014).
PKK Jr mengembangkan sikap menghargai (respect) dalam rangka
mengembangkan hubungan baik dengan pihak lain. Ajaran spiritual telah
mendorong praktik untuk memperlakukan orang lain dengan cinta dan kasih
sayang, antara lain menghargai, memberikan keadilan, menunjukkan perhatian,
mendengarkan dengan penuh perhatian, dan menghargai pemberian serta kontribusi
orang lain (Reave, 2005). PKK Jr memperhatikan isu-isu spiritual dalam interaksi
dengan konstituen eksternal, yang menunjukan bahwa PKK Jr memiliki motivasi
spiritual kuat. Perilaku yang ditunjukan oleh PKK Jr, baik dalam praktik reflektif
individu atau dalam perlakuan etis, welas asih, dan menghargai orang lain
merupakan cerminan dari penerapan kepemimpinan spiritual. Organisasi yang
menerapkan kepemimpinan spiritual akan berupaya untuk membangun budaya
sosial/organisasi berdasarkan cinta altruistik di mana para pemimpin dan
anggotanya memiliki perhatian, kepedulian, dan penghargaan yang tulus untuk diri
sendiri dan orang lain, sehingga menghasilkan rasa keanggotaan, dipahami, dan
dihargai (Fry, 2003).
PKK Jr mengembangkan nilai mutualitas untuk kebersamaan, dengan
mengembangkan kehidupan berorganisasi yang saling membantu, kerjasama dan
kebersamaan. Selain mencerminkan adanya nilai welas asih, kesediaan untuk
saling membantu, hal tersebut juga mencerminkan adanya nilai kerjasama yang
dikembangkan di PKK Jr. Nilai tersebut menekankan pada komitmen untuk saling
menolong, memberikan masukan, dan menyelesaikan tanggungjawab masing-
masing dengan baik agar tidak menyusahkan orang lain. Nilai kerjasama
menumbuhkembangkan cinta, apresiasi, dan kemauan berbagi. Dalam konteks
budaya organisasi, nilai kerjasama memperkuat rasa kesatuan dan saling
keterkaitan. Kerjasama yang baik diantara anggota keluarga di PKK Jr menjadikan
setiap anggota merasakan iklim kekeluargaan yang menumbuhkembangkan rasa
saling membutuhkan, meminimalisir stres, dan menciptakan suasana kerja yang
nyaman.
Mutualitas tidak hanya tercermin dalam aktivitas internal PKK Jr. Aktivitas
lain seperti kegiatan Garing Transparan yang melibatkan pihak luar juga
menekankan adanya mutualitas. Salah satunya tercermin dari pembatasan bagi
yang akan menyumbang dalam kegiatan Garing BakSo (Bakti Sosial) 1000 paket.
Pembatasan tersebut dilakukan agar seluruh pihak memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi, karena semangat dari Garing adalah keinginan akan kebersamaan.

xxvii
PKK Jr mendukung semangat untuk berbuat baik, yaitu semangat kebersamaan agar
gaungnya lebih dirasakan. Gaung yang dimaksud adalah gaung untuk berbagi dapat
lebih dirasakan oleh banyak pihak, termasuk lebih banyak pula yang dapat
menerima.
PKK Jr mengadopsi nilai lokal rwa bineda untuk menghargai keberagaman.
Rwa bineda berasal dari kata “rwa”=dua dan “bineda”=yang berbeda, yang dapat
diterjemahkan dua hal yang berbeda dalam kehidupan yang selalu menjadi satu tak
terpisahkan satu dengan lainnya. Rwa bineda mengajarkan bahwa dalam kehidupan
selalu ada dua sisi yang saling bertolak belakang. Ada hitam ada putih, ada baik ada
buruk, ada atas ada bawah, ada kelebihan ada kekurangan, dan sebagainya. Kedua
sisi tersebut akan selalu ada dan harus disikapi dengan bijak. Mengadopsi nilai rwa
bineda mendorong adanya komitmen bersama untuk selalu menghargai
keberagaman dalam organisasi, termasuk dalam hal cara pandang, sosio-kultural,
agama, ideologi, tingkat pendidikan, dan pengalaman hidup. Adanya penghargaan
terhadap keberagaman mencerminkan organisasi yang membangun spiritualitas.
Organisasi yang membangun spiritualitas mengakui bahwa setiap sudut pandang
diperlukan dan bahwa setiap sudut pandang membawa beberapa kebenaran (Zohar
dan Marshall, 2004).

E. PRAKTIK PENGUKURAN DAN PELAPORAN INTELLECTUAL


CAPITAL: BELAJAR DARI PKK Jr
Akuntansi adalah praktik yang bersifat kontekstual. Tidak ada bentuk
tunggal akuntansi yang berlaku untuk semua perusahaan. Dalam praktiknya,
akuntansi diterapkan secara berbeda-beda oleh organisasi. Tidak terdapat
keseragaman (uniformity) antara praktik akuntansi satu organisasi dengan
organisasi lainnya. Ketiadaan keseragaman praktik tersebut terjadi pula dalam
praktik akuntansi intellectual capital. Belum adanya aturan baku mengenai
akuntansi intellectual capital menjadikan praktik akuntansi tersebut masih bersifat
sukarela dan kontekstual. Tiap organisasi dapat melakukan praktik akuntansi
intellectual capital, meskipun aturan yang ada tidak mewajibkannya. Organisasi
dengan konteks yang berbeda dapat mempraktikan akuntansi intellectual capital
secara berbeda pula.
Hasil integrasi tiga sumber data untuk pengembangan akuntansi intellectual
capital sesuai lingkungan kontekstual ditunjukan dalam Gambar 3. Dalam PKK Jr,
pengembangan akuntansi intellectual capital diwujudkan dalam praktik
pengukuran dan pelaporan intellectual capital. Intellectual capital diukur secara
nominal dan non nominal. Secara nominal, intellectual capital diukur
menggunakan serangkaian indikator, sedangkan secara non nominal, intellectual
capital diukur menggunakan rasa. Pelaporan intellectual capital di PKK Jr
dilakukan dengan menyajikan informasi intellectual capital dalam sebuah laporan
yang masih bersifat parsial. Pelaporan intellectual capital juga dilakukan dengan
melakukan pengungkapan secara visual maupun naratif. Praktik pelaporan
intellectual capital di PKK Jr lebih didominasi oleh pengungkapan dibandingkan
dengan menyajikannya ke dalam sebuah laporan. Secara rinci, praktik pengukuran
dan pelaporan intellectual capital di PKK Jr diuraikan dalam bagian berikut.

xxviii
Gambar 3. Hasil Integrasi Tiga Sumber Data untuk Pengembangan
Akuntansi Intellectual Capital sesuai Lingkungan Kontekstual
Wawancara + Dokumentasi + Observasi

Akuntansi Intellectual Capital Sesuai Lingkungan


Kontekstual

Pengukuran Pelaporan
1. Rasa bahagia 1. Laporan kegiatan sosial
2. Tingkat penyelesaian tugas 2. Akuntabilitas
3. Tingkat absensi 3. Hidden account cadangan kesejahteraan
4. Tingkat kehadiran rakyat
5. Kenaikan jenjang sabuk 4. Intellectual property belum dilaporkan
6. Nilai plus sebagai aset dan hanya dibebankan sebesar
7. Nilai tabungan biaya perolehannya
8. Cadangan kesejahteraan rakyat 5. Transparansi
9. Turnover anggota keluarga 6. Pengungkapan visual
10. Jumlah kunjungan 7. Pengungkapan naratif
11. Diskon bagi pengunjung
12. Libur mendadak
13. Dana Garing PKK Jr bagi anggota keluarga

E.1. Akuntansi Intellectual Capital: Pengukuran


Bahagia berkaitan dengan rasa. Tidak dapat dihitung, namun dapat
dirasakan. Mendasarkan pada hal tersebut, maka PKK Jr mengukur kebahagiaan
dari rasa. Untuk melihat anggota keluarga bahagia atau tidak, Bapak Jo melihat
keseharian masing-masing anggota. Bahagia tidaknya anggota keluarga terwujud
dalam kehidupan berorganisasi, misal dari suka tidaknya anggota dalam menjawab
tugas sehari-hari. Hal tersebut mencerminkan digunakannya pendekatan perilaku
dalam mengukur kebahagiaan. Perilaku seperti sering tersenyum, tertawa, dan
membantu orang lain menunjukan rasa bahagia (Holder, 2017). PKK Jr juga
mengukur tercapai tidaknya kebahagiaan dari apa yang dirasakan oleh anggotanya,
dengan menanyakan secara langsung. Hal tersebut menunjukan bahwa selain
menggunakan pendekatan perilaku, PKK Jr mengukur kebahagiaan dengan
pendekatan self-report. Kebahagiaan adalah sejauh mana seorang individu menilai
kualitas keseluruhan hidupnya sebagai sesuatu yang positif atau seberapa baik
seseorang menyukai kehidupan yang dijalaninya. Kebahagiaan merupakan
penilaian kehidupan subyektif atau kepuasan hidup (Kalmijn, 2015). Kalmijn
(2015) mengemukakan bahwa cara yang paling tepat untuk mengukurnya adalah
meminta individu untuk memberikan pendapatnya tentang situasi kebahagiaannya.
Dengan kata lain, dikarenakan kebahagiaan bersifat subyektif, maka masuk akal
jika menanyakan kepada pihak yang mengalaminya sejauhmana kebahagiaan yang
dirasakan (Holder, 2017).

xxix
Kinerja anggota keluarga dinilai dari kemampuannya dalam menyelesaikan
tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Kepala Divisi akan menilai sejauhmana
anggotanya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Penilaian tidak dilakukan
dengan memberikan nilai berupa angka, namun menggunakan pengukuran
kualitatif. Anggota keluarga yang dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik,
maka akan memperoleh nilai dengan predikat baik. Kemampuan anggota keluarga
dalam menyelesaiakan tugas yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya
merupakan salah satu elemen yang dipertimbangkan dalam menilai sejauh mana
anggota keluarga dapat menjalankan sikap dasar baju2ra6bertetadi, khususnya
sikap dasar bertanggungjawab.
Anggota keluarga setiap tahun menerima sejumlah bonus yang dibagikan
pada saat ulang tahun PKK Jr. Besaran bonus tergantung pada tingkat absensi,
tingkat kehadiran, dan uang saku rata-rata anggota keluarga. Perhitungan tingkat
kehadiran anggota keluarga mempertimbangkan jumlah hari hadir dan jumlah hari
seharusnya hadir yang dikalikan 100%. Jumlah hari hadir adalah jumlah hari
anggota keluarga hadir bekerja, sedangkan jumlah hari seharusnya hadir merupakan
jumlah hari dalam satu tahun dikurangi dengan kewajiban libur dalam satu tahun.
PKK Jr mewajibkan anggotanya untuk mengambil libur minimal empat kali dalam
satu bulan agar dapat beristirahat.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎 ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 − 𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏 𝑙𝑖𝑏𝑢𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟


Tingkat kehadiran =( ) x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎 ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟

Tingkat kehadiran tersebut dikalikan dengan uang saku rata-rata per bulan
digunakan untuk menentukan besarnya bonus yang diterima oleh tiap anggota
keluarga. Uang saku rata-rata diperoleh dari akumulasi uang saku selama satu
tahun dibagi dengan 12 bulan.
𝐵𝑜𝑛𝑢𝑠 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
Kenaikan jenjang sabuk dapat dilakukan jika anggota keluarga telah
memenuhi masa aktif, mendapat penilaian kinerja yang baik dari Kepala Divisi, dan
telah memenuhi kewajiban menulis karya tulis. Masa bergabung adalah lama
anggota keluarga bergabung dengan PKK Jr terhitung sejak pertama kali bekerja di
PKK Jr hingga waktu tertentu. Sedangkan masa aktif adalah masa selama anggota
keluarga beraktivitas di PKK Jr.
𝑀𝑎𝑠𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 = 𝑀𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 − 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑏𝑢𝑟

Anggota keluarga yang dinyatakan lolos dari serangkaian ujian kenaikan jenjang
sabuk akan memperoleh hadiah kenaikan jenjang sabuk, seperti ditunjukan dalam
Tabel 1.
Mendasarkan pada tabel di atas, maka kilogram beras yang digunakan
sebagai dasar dalam pemberian hadiah kenaikan jenjang sabuk adalah mendasarkan
pada masa bergabung maksimum untuk tiap jenjang sabuk dengan asumsi per tahun
adalah 100 kilogram beras. Misalnya kenaikan jenjang dari sabuk hijau muda ke
sabuk hijau tua, kilogram beras yang digunakan adalah 300 kg (3 tahun x 100 kg).
Nilai beras dihitung dengan mengalikan kilogram beras dengan harga beras pada
saat terjadi kenaikan jenjang sabuk untuk beras yang dikonsumsi sehari-hari di PKK

xxx
Jr. Berdasarkan pada ketentuan tersebut, maka dapat dirumuskan formula hadiah
kenaikan jenjang sabuk sebagai berikut.
Hadiah kenaikan jenjang sabuk(Rp) = Masa bergabung(tahun) x Kuantitas(kg/tahun) x Harga per kg(Rp)

Tabel 1. Kenaikan Jenjang Sabuk, Masa Bergabung,


dan Dasar Hadiah Kenaikan Jenjang Sabuk
Kenaikan Jenjang Sabuk Masa Bergabung (tahun) Beras (kg)
Hijau muda ke hijau tua 1–3 300
Hijau tua ke merah muda 3–5 500
Merah muda ke merah tua 5 – 10 1.000
Merah tua ke hitam 10 – 25 2.500
Hitam ke hitam stripe hijau > 25 Deposito sesuai kebijakan
kepala keluarga
Sumber: Wawancara dengan informan (2017)

Sebagai organisasi yang mengutamakan rasa, penilaian kinerja anggota


keluarga juga tidak luput dari keterlibatan rasa. Salah satunya dalam hal pemberian
hadiah kenaikan jenjang sabuk. Hadiah kenaikan jenjang sabuk tidak hanya
menggunakan formula kuantitatif yang mendasarkan pada masa bergabung dan
nilai beras saja. Jika Bapak Jo memiliki penilaian tersendiri terhadap kinerja
anggotanya (anggota dinilai lebih dari rata-rata anggota lainnya), maka Bapak Jo
akan memberikan tambahan diluar dari nilai yang dihitung dengan menggunakan
formula kuantitatif.
PKK Jr memberikan rangsangan menabung bagi anggotanya dengan
mengalikan dua saldo tabungan anggota keluarga pada akhir tahun kesepuluh. Jika
sebelum masa lima tahun bergabung anggota keluarga mengundurkan diri,
tabungan dikembalikan dengan ditambah bunga tabungan 10% per tahun,
sedangkan jika anggota keluarga mengundurkan diri setelah lima tahun masa
bergabung, maka tabungan akan dikembalikan satu setengah kali nilai tabungan.
Nilai tabungan tahun ke 10 = Saldo tabungan x 2
Nilai tabungan < 5 tahun = Saldo tabungan + Bunga 10% per tahun
Nilai tabungan > 5 tahun < 10 tahun = Saldo tabungan x 1,5

Bapak Jo acapkali melakukan kegiatan yang tidak diduga, misalnya sebar-


sebar uang. Kegiatan sebar-sebar uang merupakan kegiatan tak terduga, tidak
selalu ada, tapi sewaktu-waktu bisa terjadi. Untuk mengantisipasi adanya
pengeluaran sejumlah dana dari kegiatan tak terduga tersebut, maka accounting
mengalokasikan sejumlah dana yang disebut dengan cadangan kesejahteraan rakyat
dan disimpan dalam rekening bank tersendiri. Accounting melakukan pencadangan
dengan mendasarkan pada persentase dari realisasi tahun sebelumnya ditambah
kenaikan + 10%. Penambahan kenaikan + 10 % sebagai antisipasi terjadinya
kenaikan harga. Selain kegiatan tak terduga, kegiatan lain yang didanai oleh
cadangan kesejahteraan rakyat adalah kegiatan yang tidak selalu terjadi seperti,
jalan-jalan ke luar kota atau ke luar negeri, termasuk pula untuk perayaan ulang
tahun PKK Jr, jika terjadi pembengkakan pengeluaran.

xxxi
Kebahagiaan yang dirasakan oleh anggota keluarga akan terwujud dalam
keseharian. Kemampuan bertahan anggota keluarga di PKK Jr menunjukan bahwa
anggota keluarga masih bahagia di PKK Jr. Anggota keluarga yang pada esok
harinya masih kembali lagi untuk beraktivitas di PKK Jr diasumsikan masih
bahagia berada di PKK Jr. Kebahagiaan di tempat kerja tidak saja dapat membantu
anggota organisasi mencapai kesuksesan karier, meningkatkan kepuasan kerja, dan
mendorong mereka bekerja lebih keras, namun pada saat yang sama, tingkat
turnover anggota organisasi yang bahagia dapat lebih rendah (Amabile dan Kramer,
2011; Oswald et al., 2015). Orang yang bahagia akan menunjukkan kejenuhan
emosional yang lebih rendah (Wright dan Cropanzano, 1998), tingkat
ketidakhadiran yang lebih sedikit (Gil et al., 2004), dan lebih kecil
kemungkinannya untuk berhenti dari pekerjaannya (Katwyk et al., 2000) daripada
orang yang tidak bahagia (Boehm dan Lyubomirsky, 2008).
Setiap hari PKK Jr menghitung jumlah kunjungan dengan memasang pintu
detector di depan pintu masuk toko. Peningkatan jumlah kunjungan dari waktu ke
waktu menunjukan adanya loyalitas pelanggan PKK Jr. Salah satu cara yang
dilakukan PKK Jr untuk meningkatkan loyalitas pelanggan adalah dengan
memberikan diskon bagi pengunjung yang berbelanja di hari ulang tahunnya, dan
atau pengunjung khusus (anggota keluarga atau relasi PKK Jr). Esensi program
diskon adalah memberikan manfaat kepada pelanggan dalam bentuk pengembalian
sebagian dari nilai barang yang dibayarkan pada saat pembelian (Kiseleva et al.,
2016). Dalam program diskon terdapat manfaat material yang disimpan dari nilai
barang dan jasa. Keuntungan yang signifikan dari sistem diskon melekat dalam
prinsip memberikan manfaat kepada pelanggan secara teratur, yang juga
merangsang pelanggan untuk melakukan pembelian.
Anggota keluarga yang melakukan libur mendadak dikenakan sanksi
sebagai pengganti biaya makan yang telah disediakan untuknya pada hari itu. PKK
Jr memberikan toleransi libur mendadak dalam satu tahun adalah lima belas (3 x 5)
kali. Potongan melanggar kesepakatan libur diberikan untuk seluruh libur
mendadak, sedangkan potongan kelipatan pelanggaran kesepakatan libur hanya
diberikan untuk libur mendadak ketiga dan kelima. Pada libur mendadak yang
keenam kalinya, anggota keluarga diberikan sanksi merenung untuk beberapa
waktu. Anggota keluarga diminta untuk tidak beraktivitas di PKK Jr beberapa hari
agar dapat berintrospeksi diri. Pengenaan sanksi berupa potongan melanggar
kesepakatan libur dan potongan kelipatan pelanggaran kesepakatan libur
merupakan bentuk hukuman (punishment) yang diberikan PKK Jr kepada
anggotanya yang mengingkari kesepakatan yang telah dibuat. Hukuman adalah alat
yang digunakan untuk menghapus tindakan yang tidak diinginkan dan dapat
digunakan untuk mengurangi intensitas perilaku (Hall, 2003). Menurut teori
pencegahan hukuman (deterrence theory of punishment)—merujuk pada filsuf
klasik Thomas Hobbes (1588–1678), Cesare Beccaria (1738–1794), dan Jeremy
Bentham (1748–1832)—, kesadaran akan hukuman akan mencegah orang
melakukan perilaku tersebut.
Sebagai organisasi yang menerapkan sistem kekeluargaan dalam kehidupan
berorganisasi, maka keterikatan dan kebersamaan antar anggota keluarga sangat
dijaga. Salah satunya diwujudkan dengan membentuk Garing PKK Jr yang

xxxii
memberikan bantuan kepada pihak internal PKK Jr, yaitu anggota keluarga PKK Jr
yang pantas, perlu, dan mau dibantu. PKK Jr mengalokasikan sejumlah dana untuk
kegiatan Garing PKK Jr. Dana Garing PKK Jr juga diperoleh dari anggota
keluarga. Setiap bulan, anggota keluarga menyisihkan sebagian rejeki yang
diterimanya untuk kegiatan Garing PKK Jr. Anggota keluarga juga secara spontan
memberikan sumbangan ketika terdapat anggota yang perlu mendapat bantuan,
misalnya melahirkan, menikah, meninggal, sakit, dan sebagainya, yang disebut
dengan dana gradag-grudug. Besaran dana Garing PKK Jr yang diberikan kepada
anggota keluarga yang memerlukan adalah sebesar dana gradag-grudug yang
berhasil dikumpulkan oleh anggota keluarga.
Dana Garing PKK Jr = 1 x dana gradag-grudug

Oleh karenanya, maka anggota keluarga yang memerlukan akan menerima bantuan
dari dua sumber, yaitu dari dana gradag-grudug—sebesar yang berhasil
dikumpulan anggota keluarga—dan dari dana Garing PKK Jr—sebesar dana
gradag-grudugnya.
Pembentukan Garing PKK Jr yang memberikan bantuan kepada pihak
internal PKK Jr menunjukan PKK Jr menumbuhkembangkan social capital yang
direalisasikan sebagai nilai untuk hubungan sosial individu dengan individu lain
(Burt, 2005). Niat untuk membantu anggota keluarga yang pantas, perlu, dan mau
dibantu, merupakan bentuk dari niat baik. Niat baik menjadi substansi social
capital dan merupakan sumberdaya yang berharga (Adler dan Kwon, 2002).
Hubungan sosial yang terdapat di PKK Jr memberikan dukungan emosional
terhadap anggota keluarga. Hal tersebut sesuai dengan Lin (2004) yang
mengemukakan bahwa hubungan sosial tidak hanya menyediakan akses ke sumber
daya dan informasi, namun juga dukungan emosional.

E.2. Akuntansi Intellectual Capital: Pelaporan


Pembukuan dan penyusunan laporan Garing baik Garing PKK Jr maupun
Garing Transparan sangat sederhana. Atas pengeluaran sejumlah uang untuk
kegiatan Garing PKK Jr, maka laporan yang dibuat memperinci waktu terjadinya,
uraian kegiatan, jumlah penerimaan dan pengeluaran, serta saldo. Hal tersebut
memberikan gambaran bahwa laporan Garing PKK Jr menggunakan format laporan
penerimaan dan pengeluaran kas. Laporan Garing Transparan lebih detail, karena
ruang lingkup kegiatannya lebih luas dan meliputi berbagai jenis kegiatan yang
lebih kompleks. Setiap kegiatan yang dilakukan dibuat laporan tersendiri. Laporan
tahunan Garing Transparan memperinci waktu (bulan, tanggal, tahun), kegiatan,
dan jumlah Penanaman Modal Akhirat (PMA).
Setiap kegiatan yang dilakukan Garing Transparan selalu ada
pertanggungjawaban yang dibuat. Garing Transparan menyusun laporan untuk tiap
kegiatan dan dibacakan di depan penerima bantuan dan pendukung Garing
Transparan ketika kegiatan selesai. Ulang tahun PKK Jr menjadi media bagi Garing
Transparan untuk menyampaikan laporan tahunan atas kegiatan yang telah
dilakukannya selama satu tahun. Dikarenakan tidak seluruh pendukung dapat hadir
pada saat pembacaan laporan per kegiatan dan pembacaan laporan tahunan, maka
Garing Transparan juga mengirimkan laporan setiap kegiatan kepada para

xxxiii
pendukungnya. Penyusunan laporan per kegiatan maupun laporan tahunan
kegiatan sosial PKK Jr melalui wadah Garing Transparan merupakan cerminan
dari sikap bertanggungjawab—sebagai penerapan sikap dasar baju2ra6bertetadi.
Pertanggungjawaban kegiatan Garing Transparan juga diberikan kepada
pendukung internal, seperti anggota keluarga PKK Jr, baik secara tertulis maupun
secara lisan.
Tidak berbeda dengan Garing Transparan, petugas Garing PKK Jr juga
membuat laporan pertanggungjawaban atas kegiatan yang dilakukannya.
Dikarenakan ruang lingkup kegiatan Garing PKK Jr adalah internal PKK Jr, maka
laporan pertanggungjawaban Garing PKK Jr ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
internal PKK Jr. Pihak internal yang dimaksud tidak hanya Bapak Jo beserta istri,
CEO, dan accounting, namun juga termasuk rakyat PKK Jr (anggota keluarga).
Mendasarkan pertanggungjawaban yang diberikan, PKK Jr menerapkan
akuntabilitas internal dan akuntabilitas eksternal. Akuntabilitas internal
bertanggung jawab kepada diri sendiri, yaitu internal PKK Jr yang merupakan
bentuk komitmen PKK Jr untuk berpegang teguh pada nilai-nilai yang diyakininya,
misalnya nilai keterbukaan. Akuntabilitas internal menciptakan kredibilitas yang
menumbuhkan kepercayaan dan penghargaan dari pihak internal PKK Jr, misalnya
anggota keluarga serta kepala keluarga. Akuntabilitas eksternal bertanggung jawab
untuk pihak diluar PKK Jr seperti para pendukung Garing Transparan. Dari lensa
teori institusional, organisasi menggunakan pelaporan dan komunikasi eksternal
sebagai sarana dalam mengelola evaluasi sosial oleh berbagai audiens (Duff, 2018).
Evaluasi sosial tersebut dikelola agar organisasi dapat memastikan legitimasi dan
statusnya, serta memaksimalkan reputasi organisasi dengan evaluasi dari setiap
audiensnya.
Cadangan kesejahteraan rakyat dibentuk untuk mengantisipasi jika
sewaktu-waktu terjadi kegiatan tak terduga dan tidak sering terjadi, namun tidak
dicatat ke dalam rekening cadangan. Pencatatan dilakukan dengan mendebit
rekening bank dan mengkredit kas. Penggunaan istilah cadangan mengacu pada
tujuan pembentukan dana tersebut, yaitu memberikan cadangan sejumlah dana jika
terdapat kegiatan tak terduga dan tidak sering terjadi. Praktik tersebut menunjukan
bahwa terdapat hidden account cadangan kesejahteraan rakyat dalam rekening
bank. Pada saat terjadi pengeluaran, accounting akan mencatatnya ke dalam biaya
bonus tak terduga.
Sebagai pabrik kata-kata, PKK Jr memiliki intellectual property yang cukup
banyak, khususnya dalam bentuk hak cipta dan hak merk. Hingga saat ini, PKK Jr
hanya mencatat biaya perolehan hak tersebut. PKK Jr belum menyajikan
intellectual property sebagai aset organisasi, sehingga tidak dilakukan amortisasi
terhadapnya. Belum dilaporkannya intellectual property sebagai aset perusahaan,
yang berdampak pada belum diamortisasikannya aset tersebut, dikarenakan
ketidaktahuan anggota keluarga yang ditugaskan untuk melakukan aktivitas proses
akuntansi. Tidak disajikannya intellectual property sebagai aset perusahaan
menyebabkan aset dan biaya disajikan lebih rendah dari yang seharusnya.
Sesuai dengan namanya, maka Garing Transparan dikelola secara
transparan. Setiap saat diperlukan, petugas Garing Transparan siap untuk
memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang dilakukannya. Terlebih terdapat

xxxiv
laporan Garing Transparan yang dipajang di depan areal toko PKK Jr, sehingga
semua pihak yang berkepentingan dapat memperoleh informasi yang diperlukan
sehubungan dengan kegiatan Garing Transparan. Transparansi pengelolaan Garing
Transparan dilakukan secara menyeluruh, dari proses pencatatan setiap sumbangan
dari para pendukung hingga transparansi laporan.
Tingginya kesadaran spiritual Bapak Jo melatarbelakangi transparansi
Garing Transparan. McGhee dan Grant (2015) mengemukakan bahwa para
manajer yang secara sadar menyadari spiritualitas dirinya dan adanya kebutuhan
untuk bertindak jujur, sengaja bertindak dengan cara yang memperkuat
spiritualitasnya dan menghasilkan hasil yang kurang egosentris serta lebih
berorientasi pada orang lain. Ketika hal tersebut terjadi, mereka mengembangkan
sikap yang lebih positif, terbuka dan transparan. Transparansi penting bagi
organisasi, karena merupakan perilaku etis dan sebagai bentuk keterbukaan
terhadap publik (Baker, 2008). Ketika organisasi transparan, maka loyalitas dan
kepercayaan dari anggota serta stakeholder lainnya akan diperoleh (Rawlins, 2009).
Dalam menunjang akuntabilitas kegiatan sosial, maka selain menyusun
laporan kegiatan, PKK Jr juga melakukan pengungkapan informasi yang tidak
dapat dikuantifikasi secara moneter dengan menggunakan video. Pengungkapan
tersebut digunakan sebagai pelengkap laporan kegiatan Garing Transparan. PKK
Jr membuat video yang mengilustrasikan kegiatan Garing Transparan yang telah
dilakukan selama satu tahun, yang kemudian ditayangkan di depan para
pendukungnya, pada saat pembacaan laporan tahunan Garing Transparan.
Pengungkapan informasi menggunakan video tidak hanya informasi kegiatan sosial
PKK Jr saja, namun juga informasi mengenai proses pembuatan produk dan
pembinaan yang dilakukan terhadap para plasmanya. PKK Jr melakukan
pengungkapan informasi intellectual capitalnya dengan menggunakan
pengungkapan visual. Bentuk pertanggungjawaban seperti pelaporan sosial dapat
mengambil berbagai bentuk (Gray, 2002), yang secara substansial dapat dilakukan
dengan media non-angka (Davison dan Warren, 2009). Pengungkapan visual
memiliki keterbukaan dan ambiguitas yang lebih besar daripada narasi, membuka
kemungkinan dan multiplisitas makna (Schirato dan Webb, 2004). Strategi visual
juga memungkinkan organisasi untuk mengkomunikasikan peristiwa, perasaan, dan
konteks tertentu yang mungkin diabaikan dalam pengungkapan naratif dan numerik
(Moss, 1998). Selain itu strategi visual juga dapat mempengaruhi cara berpikir
tentang perusahaan (Wagner, 2006). Pengungkapan visual menciptakan catatan
yang terlihat permanen dari peristiwa dan obyek yang diamati (Morphy dan Bank,
1999).
Narasi menjadi cara lain PKK Jr mengungkapkan informasi intellectual
capitalnya. Penggunaan narasi dalam mengungkapkan intellectual capital di PKK
Jr nampak misalnya ketika terdapat saran, kritik, maupun sanjungan dari
pengunjung yang merupakan informasi customer capital. Saran, kritik, maupun
sanjungan dari pengunjung dibedah oleh DKK PKK Jr setiap bulan dan disharing
dengan membacakan di depan anggota keluarga. Saran, kritik, maupun sanjungan
merupakan bahan evaluasi diri bagi PKK Jr. PKK Jr berupaya untuk mengambil
hikmah darinya.

xxxv
Media web menjadi media pengungkapan naratif intellectual capital lainnya
di PKK Jr. Secara berkala, PKK Jr menyajikan renungannya dalam web PKK Jr.
Dalam renungan yang disajikan tersebut, tak jarang mengandung informasi
intellectual capital PKK Jr. Pengungkapan naratif dilakukan dengan menyajikan
informasi intellectual capital dalam bentuk pernyataan, misalnya, dalam renungan
PKK Jr berikut yang mengandung informasi social capital, khususnya yang terkait
dengan Penanaman Modal Akhirat (PMA) PKK Jr.
“Besok, kami (3000-an pendukung Garing) mulai jam 07.00 pagi akan
Kerja Bakti Membersihkan 70 km Dari Bali Terutama Dari Sampah-sampah
Plastik (KBM70KMDBTDSSP). Bagi yang tidak mau/atau tidak sempat
ikut , silakan lakukan kegiatan positif lainnya.Viva Indonesia! Hidup Bali!
Merdeka!” (renungan PKK Jr, 15 Agustus 2015).

Pengungkapan naratif dalam renungan PKK Jr tersebut dapat memberikan


informasi kepada stakeholder mengenai aktvitas intellectual capital PKK Jr.
Dumay (2008) mengemukakan bahwa narasi menyediakan penjelasan yang
bermakna tentang mengapa dan bagaimana organisasi mengelola intellectual
capitalnya, selain juga mengungkapkan langkah-langkah intellectual capitalnya.
Oleh karenanya narasi membantu dalam memahami tindakan organisasi terkait
dengan manajemen intellectual capital, pengukuran dan pelaporan serta sebagai
dasar untuk menjelaskan intellectual capital dari perspektif aktor organisasi yang
membangun narasi. Mouritsen et al. (2002) mendukung penggunaan narasi dalam
pengungkapan intellectual capital karena:
“Narasi menyajikan sesuatu yang dekat dengan identitas organisasi,
sehingga menyajikan semacam raison d'reˆtre dari kegiatannya. Ketika
memahami pengetahuan sebagai narasi, hal tersebut merupakan bagian dari
pembenaran yang lebih luas tentang perannya dalam membantu organisasi
mengembangkan dan menghasilkan sesuatu yang baik, serta menunjukkan
perbedaan yang dianggap buruk”.

F. INFORMASI AKUNTANSI INTELLECTUAL CAPITAL DAN


KEPUTUSAN BISNIS
Pengambilan keputusan adalah proses memilih tindakan alternatif dengan
menggunakan proses kognitif. Pengambilan keputusan perlu dilakukan ketika tidak
ada satu pun langkah yang jelas untuk diikuti. Akuntansi dapat membantu
pengambilan keputusan dengan memberikan informasi yang relevan. Hal tersebut
dikarenakan akuntansi adalah bahasa bisnis dan menjadi alat dasar untuk mencatat,
melaporkan dan mengevaluasi peristiwa ekonomi dan transaksi yang
mempengaruhi organisasi bisnis. Dalam bisnis, informasi akuntansi yang efisien
dan efektif memiliki peran penting bagi pengambilan keputusan.
Sebagai salah satu informasi yang dihasilkan oleh akuntansi, maka
informasi intellectual capital PKK Jr memiliki peran penting untuk pengambilan
keputusan bisnis. Penelitian ini mengungkap bahwa informasi akuntansi
intellectual capital berperan dalam mendukung pengambilan keputusan
berdasarkan intuisi maupun pengambilan keputusan rasional. Hasil integrasi dua

xxxvi
sumber data untuk penggunaan informasi akuntansi intellectual capital untuk
pengambilan keputusan bisnis ditunjukan dalam Gambar 4 dan secara rinci
dijelaskan dalam bagian berikut.

Gambar 4. Hasil Integrasi Dua Sumber Data untuk Penggunaan Informasi


Akuntansi Intellectual Capital untuk Pengambilan Keputusan Bisnis

Wawancara Dokumentasi
+

Penggunaan Akuntansi Intellectual Capital untuk


Pengambilan Keputusan Bisnis

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi Pengambilan Keputusan Rasional


1. Informasi human capital untuk pengelolaan
anggota keluarga
2. Informasi customer capital untuk perbaikan
layanan
3. Informasi organizational capital untuk
menentukan perbaikan kesejahteraan anggota
keluarga
4. Informasi organizational capital untuk
menentukan harga jual
5. Informasi social capital untuk monitoring
6. Informasi social capital untuk eksekusi
kegiatan

F.1. Pengambilan Keputusan Berdasar Intuisi


Di PKK Jr, pengambilan keputusan tidak dapat dilepaskan dari peran intuisi.
Kuatnya spiritual capital di PKK Jr turut memperkuat feeling dan kepekaan panca
indera para pembuat keputusan. Feeling banyak digunakan Bapak Jo dalam
menjalankan bisnisnya. Ketika mengambil sebuah keputusan, Bapak Jo meminta
ijin terhadap dirinya sendiri, kemudian menyerahkan kepada Sang Pengijin, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa untuk melakukannya, seperti yang disampaikan oleh Bapak
Jo pada tanggal 2 Oktober 2017.
“…ya sebetulnya kita disini ini pake feeling, banyakan perasaan. Bagi saya,
kalau saya melakukan yang tidak sesuai dengan suara hati saya, itu saya
lemah. Jadi semua, apa yang saya lakukan tuh pasti sudah bertanya ke
dalam, dan sudah ada kesepakatan, ada ijin dari diri saya sendiri…”.

Penggunaan feeling (perasaan) dalam PKK Jr merupakan penerapan dari paradigma


manajemen baru, seperti yang dikemukakan oleh Gatling (2015):

xxxvii
“Perubahan pada dasarnya adalah tentang feeling (perasaan); organisasi
yang ingin anggotanya berkontribusi dengan kepala dan hati harus
menerima bahwa emosi sangat penting bagi gaya manajemen baru. ...
Paradigma manajemen baru mengatakan bahwa mengelola orang adalah
mengelola feeling (perasaan)”.

Paradigma manajemen baru menggabungkan berbagai teknik dan strategi


yang terkait dengan pengelolaan organisasi kontemporer, yang ditandai dengan
struktur dan pengaturan kerja yang lebih datar, lebih hierarkis, dan lebih fleksibel;
konsep yang sedang menjadi perhatian adalah gagasan spiritualitas (Dehler dan
Welsh, 1994). Seseorang yang terbiasa berdoa, percaya dan merasa bahwa dirinya
didukung oleh Tuhan dalam masalah dan kesulitan yang dihadapi, bahkan dalam
kasus-kasus yang tidak mungkin menemukan solusi atau perbaikan (Vasconcelos,
2010). Intuisi secara substansial dapat ditingkatkan dan dimaksimalkan melalui
penggunaan doa (Vasconcelos, 2009). Memperoleh informasi yang lebih lengkap,
melakukannya dengan cara yang reseptif dan disertai dengan doa akan mengurangi
kesempatan membuat keputusan yang salah (Cavanagh dan Hazen, 2008).
Peran intuisi dalam pengambilan keputusan di PKK Jr merupakan bentuk
dari peran intuisi dalam perspektif pengambilan keputusan naturalistik (Crandall et
al., 2006). Dalam perspektif tersebut, intuisi dipandang sebagai alternatif dari cara
berpikir yang disengaja (Hogarth, 2001). Argumen utamanya adalah bahwa intuisi
sebagai perasaan, berfungsi sebagai dasar untuk penilaian, berasal dari pengalaman
pembuat keputusan, disimpan dalam memori dan dibangun berdasarkan
penggunaan pembelajaran asosiatif (Betsch, 2008). Kemampuan intuisi
ditingkatkan dengan melatih kepekaan panca indera. Misalnya, dalam memutuskan
untuk membuka Teman Jr, beberapa informasi yang terserap dari panca indera
menjadi salah satu pertimbangannya.
Sebagai pendiri, Bapak Jo sangat paham dengan seluk beluk bisnis yang
dijalaninya. Selain itu, Bapak Jo juga terjun langsung dalam bisnisnya. Hal
tersebut turut memperkuat intuisi Bapak Jo, bahkan seringkali Bapak Jo dapat
membuat keputusan yang tepat, meskipun tidak melihat laporan tertulis
sebelumnya. Semakin lama karir manajer (alasan yang sama dengan profesional
lain), semakin kecil kemungkinan dalam membuat keputusan yang salah
(Vasconcelos, 2009). Intuisi tumbuh dari pengalaman yang disebut sebagai
langkah analitis. Seiring dengan bertambahnya pengalaman, seorang yang ahli
mulai membagi informasi menjadi pola dan memotong langkah-langkahnya
(Prietula dan Simon, 1989).

F.2. Pengambilan Keputusan Rasional


Dikarenakan intellectual capital merupakan penentu utama nilai organisasi
dalam ekonomi berbasis pengetahuan, terdapat kebutuhan bagi manajer untuk
mempertimbangkan intellectual capital dalam proses pengambilan keputusan,
perencanaan, dan pengendalian organisasi (Huang et al., 2012). Informasi
intellectual capital merupakan salah satu informasi yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan rasional di PKK Jr. Pengambilan keputusan rasional
menggunakan fakta dan informasi, analisis, dan prosedur langkah demi langkah

xxxviii
untuk mengambil keputusan (Uzonwanne, 2016). Informasi intellectual capital,
yaitu human capital di PKK Jr digunakan sebagai dasar dalam mengambil
keputusan yang berkenaan dengan pengelolaan anggota keluarga. Misalnya,
informasi mengenai jumlah kehadiran anggota keluarga yang digunakan sebagai
dasar menentukan waktu kenaikan jenjang sabuk dan besarnya bonus. Informasi
human capital lain untuk pengelolaan anggota keluarga adalah informasi mengenai
libur mendadak, yang digunakan sebagai dasar bagi PKK Jr dalam menentukan
kenaikan uang saku anggotanya. Banyaknya libur mendadak yang dilakukan oleh
anggota keluarga dapat menunda waktu kenaikan uang saku anggota keluarga.
Informasi customer capital digunakan PKK Jr untuk mendukung
pengambilan keputusan yang terkait dengan perbaikan layanan yang diberikan
kepada para pelanggan. Hal tersebut nampak dalam pengambilan keputusan PKK
Jr dalam mendirikan Teman Jr. Dokumen PKK Jr, “PKK Jr & Garing Mohon Doa
Restu & Dukungan Anda!”, menegaskan hal tersebut. Berikut kutipan dari
penggalan dokumen tersebut.
“…Dan di bawah ini saya/kami tuliskan beberapa alasan atau motivasi yang
menyebabkan saya/kami (Mr. Jo beserta seluruh anggota (besar/kecil) Jr
sampai merasa pantas, perlu, mampu dan sempat punya
niat/hasrat/keinginan/rencana untuk membuka atau punya Tempat
Penyaman (Teman) Jr di desa Luwus, Baturiti, Tabanan, Bali: 1).
Menciptakan suasana yang lebih nyaman bagi para pelanggan, pecinta
maupun pengunjung PKK Jr yang makin lama makin merasa terlalu sempit
untuk menampung makin membludaknya pengunjung maupun untuk
menampung jumlah stock barang yang harus kami sediakan untuk
memuaskan para pelanggan, pecinta serta pengunjung yang kalau musim
ramai bisa lebih dari 10 ribu pengunjung sehari (+ 8 jam). 2). Permintaan,
dorongan, desakan, atau bahkan “tuntutan” dari sekitar 580 guide yang
secara positif, aktif dan rutin mengantar (bukan menggiring) para tamu
mereka yang kebanyakan memang minta diantar ke PKK Jr, Kuta, Bali…”.
Informasi dari customer juga mendasari keputusan PKK Jr dalam
menambah produksi suatu produk. Ketika suatu produk dengan cepat terjual, dan
masih ada pelanggan yang menginginkannya, maka PKK Jr dapat memutuskan
untuk menambah produksi atas barang tersebut. Permintaan pelanggan juga
menjadi dasar bagi PKK Jr untuk mencetak kembali desain lama. Ketika pelanggan
mencari suatu produk dengan desain lama yang tidak lagi muncul, maka pihak PKK
Jr akan meresponnya dengan terlebih dahulu mencatat yang disampaikan oleh
pelanggan tersebut. Berdasarkan pada hal tersebut, PKK Jr akan mencetaknya
kembali. Informasi customer capital juga digunakan oleh PKK Jr dalam
menentukan kuantitas tiap ukuran (size) produk yang diproduksi serta
pendistribusiannya di kedua lokasi penjualan—PKK Jr, Kuta dan Teman Jr—
produk PKK Jr.
Sebagai organisasi yang berorientasi kebahagiaan, maka segala aktivitas
ditujukan untuk memberikan kebahagiaan bagi seluruh stakeholder, termasuk
anggota keluarga. Salah satu cara PKK Jr memberikan kebahagiaan kepada
anggotanya adalah dengan melakukan perbaikan atas kesejahteraan anggota

xxxix
keluarga. Hal tersebut dilakukan dengan memberikan kenaikan uang saku pada saat
yang tepat. Dalam renungan PKK Jr tanggal 10 Januari 2015 dikemukakan:
“Sebagai pengusaha yang happiness oriented, ketika BBM, US Dolar,
listrik, sembako, maupun uang saku anak-anak sudah harus naik, maka PKK
Jr pun harus segera ikut naik, tapi tidak usah khawatir, PKK Jr hanya akan
naik sepeda saja, bukan naik roket, atau pesawat terbang! Pelan-pelan dan
tidak terlalu tinggi-tinggi, tapi juga tidak terlalu rendah!”.
Dalam renungan tersebut tersirat bahwa ketika sudah saatnya uang saku anggota
keluarga harus naik—karena harga-harga diluar mengalami kenaikan—maka PKK
Jr pun akan menaikannya. PKK Jr dapat menggunakan informasi rata-rata uang
saku anggota keluarga dibandingkan dengan kenaikan harga diluar, seperti
kenaikan bahan bakar minyak (BBM), kurs dollar, listrik, dan sembako untuk
menentukan perlu tidaknya menaikan uang saku.
Informasi organizational capital yang tak terukur secara nominal, misalnya
penerapan konsep cenik lantang, menjadikan keputusan yang diambil juga
mempertimbangkan konsep tersebut. Salah satu keputusan tersebut adalah
mengenai harga jual. Bapak Jo tidak mau harga jual produknya lebih tinggi dari
harga di luar. Cenik lantang juga mendasari Bapak Jo dalam mengambil keputusan
untuk menurunkan rentabilitet—pengali harga pokok (cost) untuk tujuan penentuan
harga. Bapak Jo akan menurunkan rentabilitetnya jika suatu produk laku. Cenik
lantang sebagai organizational capital menjadikan Bapak Jo dalam menentukan
harga tidak mengambil keuntungan sebesar-besarnya, sehingga harga jual yang
ditentukan tetap dapat terkontrol. Penentuan harga jual produk yang tidak serta
merta mencari keuntungan sebesar-besarnya merupakan cara PKK Jr menjaga dan
mengimplementasikan nilai-nilai yang diyakininya—dalam hal ini cenik lantang.
Informasi intellectual capital lain yang turut mendasari pengambilan
keputusan rasional PKK Jr adalah informasi yang dihasilkan dari kegiatan sosial
(social capital). Garing Transparan selalu berupaya untuk memberikan bantuan
kepada pihak yang tepat. Misalnya, dalam kegiatan bedah rumah. Setelah Garing
menerima surat permohonan bantuan bedah rumah, petugas dan pendukung Garing
Transparan akan turun ke lapangan melakukan peninjauan, yang ditindaklanjuti
dengan membuat laporan hasil peninjauan. Berdasarkan pada laporan tersebut,
kelayakan calon penerima bantuan dapat ditentukan. Jika calon penerima bantuan
dinilai pantas, perlu dan mau dibantu dan Garing Transparan sendiri juga berada
dalam kondisi yang merasa pantas, perlu, mampu, sempat membantu, dan dapat
melakukannya dengan ikhlas dan mantap, maka kegiatan dapat segera
dilaksanakan. Hal tersebut menunjukan bahwa informasi social capital berperan
dalam mendukung melakukan eksekusi sebuah kegiatan sosial.
Informasi social capital juga membantu kepala keluarga untuk melakukan
monitoring kegiatan sosial yang dilakukan oleh NSM Garing. Setiap kegiatan yang
dilakukan oleh NSM Garing selalu ada pertanggungjawaban dalam bentuk laporan.
Laporan kegiatan sosial tersebut, misalnya laporan kegiatan Garing Transparan,
digunakan oleh Bapak Jo untuk memonitor kegiatan Garing. Sebelum laporan
Garing Transparan dipublikasikan, laporan tersebut dilaporkan ke pihak internal
PKK Jr terlebih dahulu, misalnya ke Bapak Jo dan Bapak Aman. Sebelum

xl
dipublikasikan, laporan tersebut juga disampaikan ke pendukung terdekat. Hal
tersebut mencerminkan bahwa informasi yang dihasilkan dari akuntansi intellectual
capital dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas kegiatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan mendasarkan pada
hasil evaluasi terhadap informasi tersebut, sehingga dapat digunakan untuk
melakukan perencanaan kegiatan yang lebih baik di kegiatan-kegiatan berikutnya.
Peran informasi intellectual capital di PKK Jr yang membantu
meningkatkan proses pengambilan keputusan manajer seperti diuraikan di atas,
mencerminkan bahwa praktik akuntansi intellectual capital di PKK Jr adalah
bentuk implementasi dari praktik sistem akuntansi internal. Sistem akuntansi
internal merupakan sumber informasi utama yang diandalkan manajer untuk
membantu manajer dalam meningkatkan pengambilan keputusan, serta untuk
merencanakan dan mengendalikan organisasi secara efektif dan efisien (Huang et
al., 2012). Menurut Huang et al. (2012) memasukkan informasi intellectual capital
ke dalam sistem informasi manajemen akan memberikan manajer sinyal tentang
kondisi ke depan sebelum keputusan diambil.

G. REFLEKSI MAKNA INTELLECTUAL CAPITAL DAN BENTUK


AKUNTANSINYA
G.1. Refleksi Makna Intellectual Capital
Penelitian ini memberikan penegasan bahwa dalam organisasi berbasis
pengetahuan yang spiritualis dan memiliki orientasi pada pengejaran kebahagiaan,
intellectual capital dimaknai sebagai pengetahuan yang menunjang perkembangan
organisasi dan segala sesuatu yang bersifat intangible serta berlandaskan nilai-nilai
moral, meliputi human capital, customer capital, organizational capital, spiritual
capital, dan social capital, untuk mencapai kebahagiaan bagi seluruh stakeholder.
Spiritualitas menjiwai praktik intellectual capital di PKK Jr, karena spiritual
capital menjadi pusat dari makna intellectual capital, yang memayungi empat
makna intellectual capital lainnya—human capital, customer capital,
organizational capital, social capital. Spiritual capital menentukan bagaimana
human capital, organizational capital, customer capital (Mazlan Bin Ismail, 2005)
dan social capital digunakan. Ilustrasi makna intellectual capital digambarkan
dalam Gambar 5.
Temuan lima makna intellectual capital tersebut merupakan lima dimensi
intellectual capital dari organisasi berbasis pengetahuan, yang spiritualis dan
memiliki orientasi pada pengejaran kebahagiaan. Jika dikaitkan dengan konsep
intellectual capital yang telah ada selama ini, maka penelitian ini menghasilkan
model yang lebih rinci dari model tiga dimensi (three-dimensional model)
intellectual capital—human capital, structural capital/organizational capital,
relational capital/social capital/customer capital (Edvinsson dan Malone, 1997;
Roos dan Roos, 1997; Stewart, 1997; Sveiby, 1997; Bontis, 1998; Nahapiet dan
Ghoshal, 1998; Sullivan, 1998; Bozbura, 2004; Youndt et al., 2004; Bollen et al.,
2005; Subramaniam dan Youndt, 2005; Tseng dan Goo, 2005; Hsu dan Fang, 2009;
Sharabati et al., 2010; Hormiga et al., 2011; Hsu dan Sabherwal, 2012). Penelitian
ini berhasil menemukan dimensi intellectual capital yang lebih beragam sesuai
dengan setting lingkungan, yaitu organisasi berbasis pengetahuan yang spiritualis

xli
dan memiliki orientasi pada pengejaran kebahagiaan. Temuan kelima dimensi
intellectual capital tersebut selanjutnya disebut dengan model lima dimensi (five-
dimensional model) intellectual capital—human capital, customer capital,
organizational capital, social capital, dan spiritual capital.
Gambar 5. Refleksi Makna Intellectual Capital

Intellectual Capital
Kebahagiaan
1

K K
e e
b Keterangan:
b
a Nomor 1 : Spiritual capital
a
h h Nomor 2 : Organizational capital
a a Nomor 3 : Human capital
g g Nomor 4 : Customer capital
i i Nomor 5 : Social capital
a a
a a
n n
2

3
4

Kebahagiaan 5

Pembahasan intellectual capital dalam literatur saat ini cenderung dalam


konteks organisasi bisnis secara umum, bukan dalam konteks organisasi spesifik.
Dalam konteks organisasi bisnis pada umumnya, intellectual capital digunakan
untuk mencapai keunggulan kompetitif (lihat misalnya, Stewart, 1997; Bontis,
1998; Chong et al., 2000; Wang dan Chang, 2005; Ruzzier et al., 2007; Kocoglu et
al., 2009; Cheng et al., 2010; Jardon dan Martos, 2012; Bakshi, 2015; Yaseen et
al., 2016; Altarawneh, 2017). Temuan penelitian ini memberikan penegasan bahwa
meskipun nampaknya dimensi intellectual capital dalam organisasi berbasis
pengetahuan yang spiritualis dan memiliki orientasi pada pengejaran
kebahagiaan—dari istilah yang digunakan untuk tiap dimensi intellectual capital—
tidak berbeda dengan dimensi intellectual capital yang selama ini ada, namun
terdapat perbedaan mendasar dalam konteks dan konten intellectual capital yang
dihasilkan. Nilai-nilai kebajikan dan orientasi pada pengejaran kebahagiaan
mendasari elemen-elemen yang membentuk tiap dimensi intellectual capital di
PKK Jr—human capital, customer capital, organizational capital, social capital,

xlii
dan spiritual capital. Dalam memorandumnya, Danish Trade and Industry
Development Council (1997) mengemukakan bahwa intellectual capital tidak bisa
berdiri sendiri, dan hanya menjadi penting ketika dilihat dalam suatu konteks.
Mendasarkan pada uraian di atas, maka kerangka intellectual capital
organisasi berbasis pengetahuan yang spiritualis dengan orientasi kebahagiaan
dapat digambarkan dalam Gambar 6.

Gambar 6. Kerangka Intellectual Capital Organisasi Berbasis Pengetahuan


yang Spiritualis dengan Orientasi Kebahagiaan

Kebahagiaan

Outcome
Intellectual Capital
K K
e e
b b
a Human Capital Spiritual Capital Social Capital a
h Kebahagiaan
h
a bagi seluruh
a
g g stakeholder
i i
Customer Capital Organizational
a a
Capital a
a
n n
Kebahagiaan

G.2. Akuntansi Intellectual Capital Berorientasi Kebahagiaan


Temuan penelitian memberikan penegasan bahwa akuntansi intellectual
capital merupakan suatu proses identifikasi dan klasifikasi, pengukuran dan
pelaporan pengetahuan dan segala sesuatu yang bersifat intangible serta
belandaskan nilai-nilai moral—termasuk penggunaan informasi intellectual capital
yang dihasilkan dari akuntansi tersebut untuk pengambilan keputusan bisnis—
dalam rangka mencapai kebahagiaan seluruh stakeholder. Realitas akuntansi
intellectual capital yang berorientasi pada pengejaran kebahagiaan memiliki fungsi
untuk memenuhi kebutuhan internal (akuntansi manajemen) dan kebutuhan
eksternal (akuntansi keuangan). Model akuntansi intellectual capital yang sesuai
dengan konteks organisasi, yaitu organisasi berbasis pengetahuan yang spiritualis
dan berorientasi pada kebahagiaan, yang berhasil dikonstruksi dalam penelitian ini
ditunjukan dalam Gambar 7.
Akuntansi intellectual capital yang ditemukan dalam penelitian ini,
menunjukan adanya perbedaan fokus dengan akuntansi intellectual capital dalam
literatur intellectual capital yang selama ini ada. Sebelumnya, peneliti di bidang
akuntansi manajemen telah mengembangkan perspektif berlabel akuntansi
intellectual capital (misalnya, Roslender dan Fincham, 2001; Tayles et al., 2002;
Ricceri, 2008; Guthrie et al., 2012; Dumay, 2014) untuk menguji peran
pengetahuan dan intangible dalam menghasilkan nilai organisasi dan daya saing.
Perspektif tersebut berfokus untuk mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan
sumber daya pengetahuan serta kegiatan pengembangan sumber daya tersebut, dan
bertujuan untuk memahami bagaimana intellectual capital organisasi dapat dikelola

xliii
dan diukur untuk tujuan pengendalian manajemen yang lebih baik (misalnya,
Mouritsen et al., 2001b; Bukh et al., 2005; Mouritsen dan Larsen, 2005).
Berdasarkan temuan penelitian ini, nampak bahwa ruang lingkup akuntansi
intellectual capital berorientasi kebahagiaan yang dihasilkan dalam penelitian ini—
Gambar 7—, tidak saja hanya mencakup proses identifikasi, pengukuran, dan
pelaporan sumber daya pengetahuan beserta kegiatan pengembangannya. Namun,
mencakup proses yang lebih luas, yaitu dari proses identifikasi dan klasifikasi,
pengukuran, dan pelaporan pengetahuan dan segala sesuatu yang bersifat intangible
serta berlandaskan nilai-nilai moral—termasuk penggunaan informasi intellectual
capital yang dihasilkan dari akuntansi tersebut untuk pengambilan keputusan
bisnis. Dalam literatur akuntansi intellectual capital yang selama ini ada, sulit
menjumpai pembahasan mengenai peran informasi yang dihasilkan dari akuntansi
tersebut, khususnya dalam pengambilan keputusan bisnis. Padahal, tujuan dari
laporan yang dihasilkan oleh akuntansi adalah menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Model akuntansi intellectual capital berorientasi kebahagiaan yang ditemukan
dalam penelitian ini memberikan gambaran dan pemahaman atas peran informasi
yang dihasilkan oleh akuntansi intellectual capital dalam mendukung pengambilan
keputusan baik yang berdasarkan intuisi maupun rasional.
Berbeda dengan tujuan akuntansi intellectual capital yang selama ini ada,
yaitu untuk tujuan pengendalian manajemen, maka secara spesifik tujuan akuntansi
intellectual capital yang ditemukan dalam penelitian ini adalah untuk mencapai
kebahagiaan seluruh stakeholder. Hal tersebut dikarenakan model akuntansi
tersebut digali dari organisasi berbasis pengetahuan yang memiliki orientasi pada
pengejaran kebahagiaan. Jika dibandingkan dengan tujuan akuntansi intellectual
capital yang saat ini ada, maka akuntansi intellectual capital berorientasi
kebahagiaan memiliki tujuan yang lebih luas. Hal tersebut dikarenakan
kebahagiaan adalah puncak keberhasilan.
Ukuran kuantitatif—moneter dan non moneter—serta ukuran kualitatif—
menggunakan rasa—menjadi ukuran yang digunakan dalam praktik pengukuran
intellectual capital di PKK Jr. Praktik akuntansi intellectual capital di PKK Jr
didominasi oleh praktik pengungkapan dibandingkan dengan menyusunnya ke
dalam sebuah laporan. Melalui praktik pengungkapan visual dan naratif, PKK Jr
dapat menyampaikan informasi yang sebelumnya bersifat rahasia atau tidak
diketahui (Dumay, 2016) kepada para stakeholdernya. Meskipun praktik
pengukuran dan pelaporan intellectual capital telah dilakukan di PKK Jr, namun
belum dihasilkan sebuah laporan intellectual capital komprehensif yang
menyajikan informasi intellectual capital secara menyeluruh (human capital,
customer capital, social capital, organizational capital, spiritual capital).
Laporan intellectual capital berorientasi kebahagiaan yang berhasil
dikonstruksi dalam penelitian ini (Tabel 2) menyajikan dasar organisasi—orientasi
(visi, misi, tujuan)—, kategori intellectual capital, sumberdaya yang dimiliki,
upaya yang dilakukan, dan hasil dari upaya tersebut, untuk tiap periode laporan—
nt dan nt-1. Rangkaian tersebut seluruhnya didasari oleh pengejaran kebahagiaan
bagi seluruh stakeholder. Laporan intellectual capital tersebut didasarkan pada
terpenuhinya syarat kredibilitas, yaitu relevansi (relevance), kehandalan

xliv
(reliability), kejelasan (clarity), materialitas (materiality), kelengkapan
(completeness), substansi (substance), pengukuran kotor (gross measurement),
netralitas (neutrality), dan keterbandingan (comparability).
Refleksi makna intellectual capital dan bentuk akuntansinya memberikan
pemahaman dan penegasan bahwa terdapat perbedaan mendasar antara intellectual
capital dan akuntansinya yang berhasil digali dalam penelitian ini, dengan konsep
intellectual capital dan akuntansinya dalam arus utama intellectual capital (literatur
yang telah ada). Perbedaan tersebut dapat ditunjukan dalam Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Intellectual Capital dan Akuntansinya:
Temuan vs Arus Utama Intellectual Capital
Arus Utama Intellectual
Keterangan Temuan
Capital
Dimensi intellectual capital Model lima dimensi (five- Model tiga dimensi (three-
dimensional model) intellectual dimensional model)
capital—human capital, intellectual capital—human
customer capital, capital, structural
organizational capital, social capital/organizational capital,
capital, spiritual capital. relational capital/social
capital/customer capital.
Konteks intellectual capital Organisasi spesifik, yaitu Organisasi bisnis secara
organisasi berbasis pengetahuan umum, yang pada umumnya
yang spiritualis dengan orientasi berorientasi pada profit.
kebahagiaan.
Konten intellectual capital Lekat dengan nilai-nilai Lekat dengan nilai-nilai daya
kebajikan (moral/spiritual) saing untuk mencapai
untuk mencapai kebahagiaan. keunggulan kompetitif.
Perspektif akuntansi Proses identifikasi dan Proses identifikasi,
intellectual capital klasifikasi, pengukuran dan pengukuran, dan pelaporan
pelaporan pengetahuan dan sumber daya pengetahuan
segala sesuatu yang bersifat serta kegiatan pengembangan
intangible serta belandaskan sumber daya tersebut, dan
nilai-nilai moral—termasuk bertujuan untuk memahami
penggunaan informasi bagaimana intellectual capital
intellectual capital yang organisasi dapat dikelola dan
dihasilkan dari akuntansi diukur untuk tujuan
tersebut untuk pengambilan pengendalian manajemen yang
keputusan bisnis—dalam rangka lebih baik.
mencapai kebahagiaan seluruh
stakeholder.
Ruang lingkup akuntansi Lebih luas, dengan menyajikan Lebih sempit, karena tidak
intellectual capital pembahasan mengenai membahas mengenai
penggunaan informasi penggunaan informasi
intellectual capital yang intellectual capital yang
dihasilkan dari akuntansi dihasilkan dari akuntansi
intellectual capital untuk intellectual capital untuk
pengambilan keputusan bisnis pengambilan keputusan bisnis.
Tujuan akuntansi intellectual Mencapai kebahagiaan seluruh Pengendalian manajemen
capital stakeholder. yang lebih baik.

xlv
H. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
H.1. Kesimpulan
Pelaku bisnis PKK Jr memaknai intellectual capital sebagai pengetahuan
yang menunjang perkembangan organisasi dan segala sesuatu yang bersifat
intangible berdasar pada nilai-nilai moral, meliputi human capital, customer
capital, organizational capital, spiritual capital, dan social capital, untuk
mencapai kebahagiaan bagi seluruh stakeholder. Intellectual capital tersebut
berada di dalam diri manusia (human capital), dalam hubungannya dengan
pelanggan (customer capital), dalam kesosialan organisasi (social capital), yang
ada di dalam organisasi itu sendiri (organizational capital), serta dalam
hubungannya dengan Sang Pencipta (spiritual capital). Uraian tersebut merupakan
kesimpulan yang menjawab pertanyaan tambahan pertama bagaimana pelaku
bisnis memaknai esensi intellectual capital? Temuan makna intellectual capital
dalam penelitian ini, memberikan kontribusi dalam membangun kerangka
intellectual capital yang sesuai jika diterapkan di organisasi berbasis pengetahuan
yang spiritualis dan berorientasi kebahagiaan. Dalam konteks organisasi tersebut,
maka kerangka intellectual capital terdiri dari dimensi human capital, customer
capital, organizational capital, spiritual capital, dan social capital yang kemudian
disebut dengan model lima dimensi (five-dimensional model) intellectual capital.
PKK Jr mengembangkan akuntansi intellectual capital dengan melakukan
praktik pengukuran dan pelaporan. Dalam praktik pengukuran intellectual capital
di PKK Jr, tidak seluruh unsur dalam intellectual capital dapat terukur secara
kuantitatif. Intellectual capital yang terukur secara nominal, diukur dengan ukuran
moneter maupun non moneter. Intellectual capital yang tidak terukur secara
nominal, melekat dalam keseharian aktor dan pengukurannya menggunakan “rasa”.
Meskipun praktik pengukuran intellectual capital telah dipraktikan di PKK Jr,
namun PKK Jr belum menyajikan intellectual capital dalam laporan intellectual
capital secara komprehensif. Dalam praktiknya, laporan intellectual capital di
PKK Jr dibuat secara parsial, yaitu masih terpisah-pisah sesuai dengan dimensi
intellectual capitalnya. Praktik akuntansi intellectual capital di PKK Jr lebih
didominasi pengungkapan dibanding melaporkan dalam sebuah laporan. Uraian
tersebut merupakan kesimpulan yang menjawab pertanyaan tambahan kedua
bagaimana akuntansi intellectual capital dikembangkan sesuai dengan lingkungan
kontekstual?
Informasi akuntansi intellectual capital di PKK Jr digunakan oleh aktor
organisasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang mendasarkan pada
intuisi maupun pengambilan keputusan rasional. Sebagai organisasi spiritualis,
PKK Jr memiliki intuisi yang sangat kuat dalam segenap aspek kehidupan
berorganisasi, tak terkecuali saat melakukan pengambilan keputusan. Spiritual
capital menjadi dasar penggunaan intuisi dalam pengambilan keputusan di PKK Jr.
PKK Jr menjalankan bisnisnya dengan banyak menggunakan feeling dan perasaan.
Informasi akuntansi intellectual capital yang digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan rasional adalah: 1). informasi human capital untuk
pengelolaan anggota keluarga; 2). informasi customer capital untuk perbaikan
layanan; 3). informasi organizational capital untuk perbaikan kesejahteraan
anggota keluarga dan menentukan harga jual; dan 4). informasi social capital untuk

xlvi
eksekusi dan monitoring kegiatan. Uraian tersebut merupakan kesimpulan yang
menjawab pertanyaan tambahan ketiga bagaimana informasi akuntansi intellectual
capital yang bersifat multidimensional digunakan untuk pembuatan keputusan
bisnis?
Dalam penelitian ini, konstruksi akuntansi intellectual capital organisasi
berbasis pengetahuan yang spiritualis dan berorientasi kebahagiaan, mencakup
proses identifikasi dan klasifikasi, pengukuran, dan pelaporan—termasuk
penggunaan informasi, yang dalam keseluruhan praktiknya dilandasi dengan nilai-
nilai moral (spiritual) untuk tujuan memberikan kebahagiaan bagi seluruh
stakeholder. Penelitian ini juga berhasil mengkonstruksi laporan intellectual
capital komprehensif dengan orientasi kebahagiaan, yang dapat digunakan untuk
menyajikan informasi intellectual capital. Laporan tersebut menyajikan hubungan
yang saling terkait antara orientasi organisasi (visi, misi, tujuan), sumberdaya yang
dimiliki, upaya yang dilakukan, dan dampak yang ditimbulkan dari upaya
pengelolaan intellectual capital tersebut. Informasi intellectual capital dalam
laporan tersebut disajikan dengan serangkaian indikator nominal—moneter dan non
moneter—dan indikator non nominal. Laporan dikonstruksi dengan mendasarkan
penggalian praktik di lapangan, merujuk pada sistem akuntansi intellectual capital
Mouritsen et al. (2001a), dan terpenuhinya syarat kredibilitas—relevansi,
kehandalan, kejelasan, materialitas, kelengkapan, substansi, pengukuran kotor,
netralitas, keterbandingan. Uraian tersebut merupakan kesimpulan yang menjawab
pertanyaan inti penelitian bagaimana konstruksi akuntansi intellectual capital yang
mencerminkan organisasi berbasis pengetahuan, sehingga sesuai jika diterapkan
dalam organisasi tersebut?

H.2. Implikasi
Praktik intellectual capital beserta dengan praktik akuntansinya di PKK Jr,
dapat menginspirasi pelaku bisnis lainnya, khususnya pelaku bisnis dalam
organisasi berbasis pengetahuan, yang berminat mengembangkan intellectual
capital berlandaskan nilai-nilai moral (spiritual) dalam menjalankan aktivitasnya
serta memiliki orientasi pada pengejaran kebahagiaan. Dengan demikian, maka
praktik akutansi intellectual capital dengan orientasi kebahagiaan di organisasi
berbasis pengetahuan yang spiritualis dapat dikatakan berhasil dengan peluang
untuk dilakukan penyempurnaan.
Penelitian ini memberikan implikasi praktik bagi PKK Jr untuk: 1).
menyajikan intellectual property yang dimilikinya sebagai aset di laporan keuangan
dan membebankan biaya amortisasi secara berkala; 2). menyusun laporan
intellectual capital secara komprehensif sehingga memudahkan dalam
mengevaluasi dan mengelola intellectual capital yang dimilikinya; 3). lebih
mengungkapkan informasi intellectual capital yang dimilikinya dengan
menggunakan berbagai media yang ada, sehingga para stakeholders dapat
mengetahui dampak intellectual capital yang dimiliki PKK Jr dari sisi etis, sosial,
dan lingkungannya; 4). perlu upaya agar seluruh anggota keluarga PKK Jr juga
memiliki kreatifitas tinggi serta menguasai pengetahuan-pengetahuan yang tidak
umum; dan 5). perlu penyempurnaan sistem administrasi—karena beberapa hal
masih menggunakan tradisi lisan.

xlvii
Mengadopsi pendekatan studi kasus Merriam (2009) dan model interaktif
Miles dan Huberman (1994), kemudian menggabungkannya untuk melakukan
analisis data, merupakan kontribusi penting penelitian ini secara metodologis.
Temuan penelitian ini memberikan kontribusi bagi pengetahuan, dengan
menegaskan bahwa akuntansi intellectual capital tidak dapat dilepaskan dari aspek
sosiologi dan psikologi.
Sebagai agenda penelitian yang akan datang, peneliti maupun akademisi
dapat melakukan penelitian serupa dengan kasus lain (organisasi yang berbeda).
Peneliti maupun akademisi juga dapat melakukan penelitian dengan mengambil
desain kasus jamak (multiple-case design) dengan jenis rancangan studi kasus
holistic—rancangan dalam banyak kasus dengan hanya satu unit analisis—maupun
embedded—rancangan dalam banyak kasus dengan lebih dari satu analisis unit.
Masih terbuka peluang bagi para peneliti maupun akademisi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana intellectual capital dibangun dan
bagaimana akuntansi intellectual capital dipraktikan pada organisasi yang
beroperasi dalam konteks nasional dan internasional lainnya dari perspektif
penelitian kritis. Melalui perspektif penelitian kritis, akan diperoleh pemahaman
yang lebih dalam tentang bagaimana intellectual capital bekerja dan bagaimana
intellectual capital digunakan dalam perubahan organisasi dapat dikembangkan
(Mouritsen, 2006).

xlviii
Tabel 2. Bentuk Laporan Intellectual Capital Berorientasi Kebahagiaan
Tahun Tahun Tahun
Dasar Kategori Sumberdaya Upaya Hasil
nt-1 nt nt-1 nt nt-1 nt
Memberikan Human capital Jumlah anggota keluarga- x x Anggota keluarga yang mengikuti x x Tingkat penyelesaian tugas x x
kebahagiaan bersabuk pengembangan sumberdaya secara anggota keluarga
bagi seluruh eksternal
stakeholder
Jumlah anggota keluarga- x x In house training x x Jumlah pelanggaran kesepakatan x x
berompi libur anggota keluarga
Investasi pengembangan SDM per anggota x x Jumlah kelipatan pelanggaran x x
keluarga kesepakatan libur anggota
keluarga
Jumlah anggota keluarga yang x x Tingkat kenaikan uang saku x x Tingkat kebahagiaan anggota x x
berpendidikan minimal keluarga
diploma
Sikap dasar baju2ra6bertetadi Hadiah kenaikan jenjang sabuk x x Anggota keluarga yang x x
memperoleh nilai plus
Cadangan kesejahteraan rakyat x x Tingkat kehadiran anggota x x
keluarga
Investasi kegiatan ekstrakurikuler x x Kehadiran anggota keluarga dalam x x
sharing pengetahuan
Jumlah kegiatan ekstrakurikuler x x Rata-rata bonus anggota keluarga x x

Kegiatan senang-senang bersama x x Anggota keluarga yang naik x x


jenjang sabuk ke jenjang sabuk
lebih tinggi
Sharing pengetahuan sebelum mengawali Anggota keluarga berompi yang x x
aktivitas naik jenjang ke anggota keluarga
bersabuk
Turnover anggota keluarga x x

Tingkat kehadiran anggota x x


keluarga dalam kegiatan
ekstrakurikuler
Anggota keluarga yang x x
memperoleh bonus spontan
Rata-rata libur anggota keluarga x x
Rata-rata senioritas anggota x x
keluarga

xlix
Tahun Tahun Tahun
Dasar Kategori Sumberdaya Upaya Hasil
nt-1 nt nt-1 nt nt-1 nt
Customer Jumlah pengunjung individu x x Fasilitas gratis bagi pengunjung x x Tingkat kepuasan pengunjung x x
capital
Jumlah pengunjung x x Diskon bagi pengunjung x x Jumlah pengunjung yang x x
rombongan memanfaatkan program diskon
Pembatasan pembelian Souvenir bagi pengunjung x x Jumlah pengunjung yang x x
memanfaatkan program pemberian
souvenir
Kritik dan atau saran yang ditindaklanjuti x x Pengunjung yang melakukan x x
kunjungan berulang
Pengunjung baru x x
Pembeli yang digratiskan x x Promosi dari mulut ke mulut
Ritual penyambutan Proporsi produk yang x x
perputarannya lambat
Organizational Jumlah HAKI yang terdaftar x x Jumlah desain baru x x Jumlah anggota keluarga yang x x
capital memperoleh fasilitas rumah
Modal sukses 5I plus Investasi tempat tinggal anggota keluarga x x Rata-rata uang saku anggota x x
KARDOW keluarga
Sistem kekeluargaan Berorientasi kebahagiaan Rasa memiliki anggota keluarga
Menerapkan sistem harian Keuntungan rata-rata per produk x x
Menerapkan konsep cenik lantang
Social capital Jumlah pendukung Garing x x Investasi Garing PKK Jr x x Jumlah penerima bantuan Garing x x
PKK Jr PKK Jr
Jumlah pendukung Garing x x Investasi Garing Transparan x x Jumlah penerima bantuan Garing x x
Transparan Transparan
Jumlah plasma x x Biaya tabungan anggota keluarga x x Jenis kegiatan Garing Transparan x x
yang direalisasikan
Persentase produk yang tidak lolos QC dan x x Rata-rata nilai tabungan anggota x x
dibeli keluarga
Jumlah merenung anggota x x
keluarga
Spiritual Bersyukur Kegiatan medibibigia Bahagia
capital
Mutualitas Menerapkan konsep ojo dumeh Bersikap wajar
Rwa bineda Menghargai dan memberikan kepercayaan Organisasi pembelajaran
Transenden

l
Gambar 7. Model Akuntansi Intellectual Capital Berorientasi Kebahagiaan Organisasi Berbasis Pengetahuan yang Spiritualis

Akuntansi intellectual capital berorientasi kebahagiaan

Identifikasi dan klasifikasi Pengukuran Pelaporan Penggunaan Informasi

Human capital Spiritual capital Rasa bahagia; tingkat Laporan kegiatan sosial; Pengambilan keputusan
Anggota keluarga merasa Bersyukur; transenden; ojo penyelesaian tugas; tingkat akuntabilitas; hidden berdasar intuisi
bahagia; kegiatan bersama dumeh; kepercayaan absensi; tingkat kehadiran; account cadangan
anggota keluarga; (trust); menghargai kenaikan jenjang sabuk; kesejahteraan rakyat;
peningkatan kemampuan (respect); mutualitas; rwa nilai plus; nilai tabungan; intellectual property Pengambilan keputusan
anggota keluarga; know- bineda cadangan kesejahteraan belum dilaporkan sebagai rasional
how; berbagi pengetahuan; rakyat; turnover anggota aset; transparansi; Informasi human capital
pengembangan karir; sikap keluarga; jumlah pengungkapan visual; untuk pengelolaan anggota
dasar baju2ra6bertetadi; kunjungan; diskon bagi pengungkapan naratif keluarga; informasi
kemauan belajar pengunjung; libur customer capital untuk
mendadak; dana Garing perbaikan layanan;
PKK Jr bagi anggota informasi organizational
keluarga capital untuk perbaikan
kesejahteraan anggota
Customer capital keluarga; informasi
Peduli pelanggan; merk, Social capital organizational capital
keunikan dan nama Tumbuh mengajak yang lain tumbuh; berbuat untuk menentukan harga
perusahaan sebagai daya baik merupakan hak dan kewajiban; jual; informasi social
tarik pelanggan; standar pembinaan bagi plasma; penanaman modal capital untuk eksekusi
kualitas akhirat; pembinaan bagi anggota keluarga; kegiatan; informasi social
kebersamaan dalam representasi, interpretasi capital untuk monitoring
dan pemaknaan

Organizational capital
Berorientasi kebahagiaan;
sistem harian; sistem
kekeluargaan; kebutuhan
anggota keluarga dipenuhi
secara holistis; intellectual
property; cenik lantang;
modal sukses 5I plus
KARDOW

li

Anda mungkin juga menyukai