Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MINGGU 10

SISTEM DAN INSTITUSI PELAYANAN KESEHATAN


Anissa Luthfita Yuliana Dewi -
200659504 Riko Setiawan - 2006530545
Syifa Aulia Hudriah - 2006595734

1.jelaskan bagaimana memandang mesin mobil sebagai suatu sistem dan contohnya serta
menggunakan kerangka berpikir input, proses, output,outcome, dan impact ?
Input: Pada hakikat yang mendasar sistem sendiri adalah suatu kesatuan komponen,elemen,dan
perangkat yang terbungkus oleh satu ikatan yang saling berhubungan untuk memudahkan fluditas
informasi,materi,atau energi. Sistem juga mempunyai bagian bagian yang saling terkoneksi dan
berkomunikasi dalam suatu wilayah serta memiliki item pendukung satu sama lain. Dalam kasus ini
yang di jadikan contoh adalah sistem pada mesin mobil,mengapa sistem pada mesin mobil disebut
sistem? Mesin mobil mempunyai komponen komponen yang saling berhubungan satu sama lain dan
mampu menghasilakan dan/atau memberikan informasi dan energy

Output : Bagian itu semua adalah


1. Silinder head : mekanisme ini bertugas mengatur posisi valve terbuka atau tertutup
2. Blok silinder : berfungsi sebagai tempat kerja piston atau engkol dan juga mampu menopang
kompenen lainnya
3. Torak/piston : jantung pada mesin sebab dialah yang melakukan pembakaran pada mesin mobil.
4. Crank shaft : fungsi merubah energi gerak menjadi energi putar yang disalurkan ke
roda. Poros engkol dibantu connecting rod dan dipasang dibawah blok silinder.
5. Ring Piston : perapat antara piston dan dinding silinder agar tidak terjadi kebocoran gas saat mesin
bekerja.

Outcome :Itu semua adalah contoh kecil dari sistem mesin pada mobil,mereka semua saling
terkoneksi dan berhubungan di dalam satu bagian/wilayah. Menciptakan suatu pola
mekanisme/manajeman yang menghasilkan dalam kasus ini kita sebut energi. Karena hasil dari
mesin mobil ada energi untuk melaju jalan.

Impact : Energi yang dihasilkan mesin disalurkan kepada roda penggerak untuk mobil melaju, dan
sistem mesin menghasilan limbah atau yang kita kenal dengan gas buang (emisi)
2. Sistem kesehatan menurut SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum
seperti yang dimaksud dalam pembukaan UUD 1945. Tujuan sistem kesehatan nasional agar
terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa baik masyarakat, swasta,
maupun pemerintah secara sinergis maupun berhasil-guna dan berdaya-guna sehingga tercapai
derajat masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sistem kesehatan berdasarkan sub sistem yaitu :
- Subsistem Upaya Kesehatan Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan denga menghimpun seluruh potensi
bangsa Indonesia sebagai ketahanan nasional.
- Subsistem Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Untuk mendapatkan dan mengisi
kekosongan data kesehatan dasar dan/atau data kesehatan yang berbasis bukti perlu
diselenggarakan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan dengan menghimpun seluruh
potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
- Subsistem Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni:
Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri.
- Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan
sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta
terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan.
- Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan Subsistem ini meliputi berbagai
kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat,
terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan
penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang
kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri.
- Subsistem Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan Subsistem ini meliputi kebijakan
kesehatan, administrasi kesehatan, hukum kesehatan, dan informasi kesehatan.
- Subsistem Pemberdayaan Masyarakat SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh
pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata-
mata sebagai sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau penyelenggara
dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat menjadi sangat
penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku
pembangunan kesehatan.
Upaya kesehatan perorangan dibedakan dalam Rujukan yaitu di bidang upaya kesehatan perorangan
dalam bentuk pengiriman pasien, spesimen, dan pengetahuan tentang penyakit dengan
memperhatikan kendali mutu dan kendali biaya, dangkan rujukan di bidang upaya kesehatan
masyarakat dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
berwenang serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku dan Upaya
kesehatan masyarakat diselenggarakan secara terpadu, berkesinambungan, dan paripurna meliputi
upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan hingga pemulihan, serta rujukan antar tingkatan upaya.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat primer didukung kegiatan lainnya, seperti surveilans,
pencatatan, dan pelaporan yang diselenggarakan oleh institusi kesehatan yang berwenang
Pelayanan kesehatan perorangan primer dapat diselenggarakan sebagai pelayanan yang bergerak
(ambulatory) atau menetap, dapat dikaitkan dengan tempat kerja, seperti klinik perusahaan; atau
dapat disesuaikan dengan lingkungan/kondisi tertentu (kesehatan matra, seperti: kesehatan haji,
kesehatan pada penanggulangan bencana, kesehatan transmigrasi, kesehatan di bumi perkemahan,
kesehatan dalam penanggulangan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, kesehatan dalam
operasi dan latihan militer di darat, kesehatan kelautan dan bawah air, kesehatan kedirgantaraan/
penerbangan, dan kesehatan dalam situasi khusus dan/atau serba berubah), Pelayanan kesehatan
upaya kesehatan masyarakat adalah perorangan sekunder dilaksanakan oleh dokter spesialis atau
dokter yang sudah mendapatkan pendidikan khusus dan mempunyai izin praktik serta didukung
tenaga kesehatan lainnya yang diperlukan, Pelayanan kesehatan perorangan tersier menerima
rujukan subspesialistik
dari pelayanan kesehatan di bawahnya, dan dapat merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang merujuk.
Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder menerima rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan
masyarakat primer dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, dan sumber daya
manusia kesehatan serta didukung oleh pelayanan kesehatan masyarakat tersier. Pelayanan kesehatan
masyarakat tersier menerima rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat sekunder dan
memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, sumber daya manusia kesehatan, dan rujukan
operasional, serta melakukan penelitian dan pengembangan bidang kesehatan masyarakat dan
penapisan teknologi dan produk teknologi yang terkait.
( https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/41327/perpres-no-72-tahun-2012)
3. Jelaskan apa saja yang perlu diukur bila kita mengukur kualitas pelayanan rumah sakit
menurut kerangka berpikir Avedis Donabedian (Structure, Process, Outcome)
• Struktur,
“The relatively stable characteristics of the providers of care, of the tools and resources they have at
their disposal, and of the physical and organizational settings in which they work. The concept of
structure includes the human, physical, and financial resources that are needed to provide medical
care”
Struktur atau input, melingkupi jumlah, distribusi, dan kualifikasi dari tenaga ahli, peralatan, akses
pelayanan kesehatan dan fasilitas lain, termasuk asuransi kesehatan. Hubungan struktur dengan
kualitas pelayanan kesehatan terdapat dalam hal perencanaan, desain dan pelaksanaan dalam sistem
pelayanan kesehatan, dengan memenuhi kebutuhan kerja tenaga pelayanan kesehatan. Dengan
demikian, struktur akan mempengaruhi outcome yang akan diterima walau secara tidak langsung
(indirect). Indikator yang diukur dari mutu struktur bervariasi, mulai dari jumlah tenaga kesehatan
dan kualifikasinya, biaya yang ada, obat-obatan dan alat medis, serta metode kerja atau standar
operasi rumah sakit.
• Proses
“A set of activities that go on whithin ang between practisioners and patients”
Mutu proses dapat diamati secara langsung atau dengan meninjau ulang catatan dan informasi bersifat
rekonstruktif. Indikator proses yang dinilai adalah hubungan internal maupun eksternal rumah sakit
dan konsekuensinya terhadap kesehatan, kesejahteraan baik secara individu maupun
masyarakatUkuran yang tepat adalah keilmuan dalam hal kedokteran,teknologi, maupun
komunikasi.Kemudian, perlu diperhatikan apakah anjuran dari rumah sakit sesuai dengan kebijakan
dan standar yang ada. Dalam melakukan penilaian proses untuk memenuhi standar pelayanan medis,
banyak instrument yang dapat disediakan seperti daftar tilik, wawancara, survei dan sebagainya.
Nantinya, hasil penilaian akan dievaluasi mulai dari masalah tunggal maupun kompleks secara
komprehensif agar dapat menemukan solusi yang diharapakan mampu menjaga atau meningkatkan
mutu pelayanan.
• Outcome
“A change in patient’s current and future health status that can be atributed to antecedent health
care” Outcome atau hasil pelayanan kesehatan diukur dengan melakukan:
a) Pengecekan kasus pasca operasi/tindakan medis lain
b) Audit maternal perinatal
c) Studi kasus/kematian 48 jam
d) Tinjauan ulang rekam medis
e) Keluhan pasien berkaitan dengan pasca operasi sebagai indikator kepuasan
f) Informed Consent

4. Jelaskan kerangka pendekatan sistem (input, proses, output, outcome, impact)


penanggulangan penyakit COVID 19 yang dilakukan oleh Pemerintah RI saat ini
Input :
• Sistem pelaporan mandiri lewat situs Covid-19 milik pemerintah yang nantinya akan
ditindaklanjut oleh petugas kesehatan. Pelaporan juga bisa dilakukan kepada Gugus Tugas Covid-19
daerah masing-masing
• Distribusi alat pelindung diri oleh Gugus Tugas Covid-19 ke seluruh provinsi lewat dinas
kesehatan daerah
• Kementerian Kesehatan menerjunkan Tim Task Froce ke 12 Provinsi dengan tingkat penularan
COVID-19 yang tinggi diantaranya Aceh, Sumatera Utara, Riau, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Sulawesi Selatan, dan Papua
• Peningkatan kerja bidang epidemiolog, surveilans, dan peguatan
germas. Proses :
• Pemberdayaan masyarakat yang bertugas mendorong, memastikan dan memantau
terselenggaranya protokol kesehatan melawan COVID-19 dengan benar dan efektif di wilayah Rukun
Warga (RW)
• Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) baik secara total maupun transisi
• Penegakan operasi yustisi dan peningkatan testing
• Memperkuat dan menyiapkan RS Rujukan COVID-19
• Mendirikan Rumah Karantina baik bagi pasien maupun tenaga kesehatan serta mendirikan RS
Darurat Lapangan
• Public Health Education and Promotion dengan melakukan kampanye yang melibatkan PKK,
tokoh masyarakat dan tokoh agama di lingkup RW
Output :
• Peningkatan jumlah kasus baru , yang mencapai puncak peningkatan hariannya pada tanggal 29
November 2020 sebanyak 6267 kasus baru
Outcome :
• Tren penurunan kasus yang signifikan diantaranya Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan.
• Beberapa daerah tidak lagi menerapkan PSBB wilayah
• Lebih dari 20 kabupaten/kota di Indonesia bebas dari Covid-
19 Impact :
• Masyarakat di daerah bebas Covid-19 bisa kembali bekerja dan mendapatkan penghasilan
• Produktivitas yang terhambat karena kendala sosial di tengah pandemi dapat teratasi
5. Jelaskan konsekuensi yang terjadi pada seseorang yang tidak terlindungi suatu jaminan
kesehatan
• Perawatan cenderung menggunakan unit gawat darurat untuk perawatan rutin
Pasien tanpa jaminan kesehatan akan cenderung menggunakan unit gawat darurat untuk mendapatkan
perawatan. Departemen ini mungkin akan memberikan pertolongan pertama dan jaminan apabila
risiko kesehatan mengancam nyawa, tetapi setelahnya tidak ada jaminan akan perawatan
berkelanjutan.
• Pasien akan diberikan perawatan dan pencegahan yang lebih minor, didiagnosis pada stadium
penyakit lanjut, dan menerima perawatan yang lebih sedikit
Pasien tanpa jaminan kesehatan akan dipindahkan ke fasilitas lain yang menyediakan perawatan bagi
mereka yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Apabila tidak memiliki jaminan kesehatan, ada
berbagai kondisi kesehatan yang perlu ditunda untuk mendapatkan manfaat penuh
• Pasien akan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi, hal ini disebabkan karena kurangnya
akses terhadap perawatan rutin yang memadai, diagnosis yang terlambat. Penelitian dari The National
Academy of Medicine dan the Henry J.Kaiser Family Foundation menunjukkan bahwa pasien tanpa
jaminan kesehatan meningkatkan tingkat mortalitas sekitar 20.000 kematian tambahan per tahunnya
• Konsekuensi terhadap mereka yang menggunakan jaminan kesehatan. Pasien yang tidak
menggunakan jaminan akan ditagih tanpa potongan atau harga jaminan kesehatan, yang membuat
mereka terlilit beban besar dalam pembiayaan rumah sakit.Jika mereka gagal membayar tagihan,
biaya yang ditanggungnya akan merugikan pasien lain yang mempunyai jaminan kesehatan. Hali ini
pula yang akan menaikkan biaya perawatan kesehatan bagi semua orang dengan asuransi kesehatan.
6. Jelaskan mengapa upaya pengendalian biaya pelayanan kesehatan perlu dilakukan.
Bagaimana caranya?
Upaya pengendalian kesehatan perlu dilakukan karena terjadinya peningkatan biaya kesehatan.
Terdapat beberapa alasan mengapa terjadi kenaikan biaya kesehatan, antara lain :
1. Penuaan Populasi
Kesuksesan kesehatan masyarakat dan usaha pelayanan kesehatan beberapa abad ke belakang telah
menghasilkan sebuah populasi yang memiliki hidup lebih panjang. Umur yang lebih panjang tentunya
berkaitan erat dengan pertumbuhan penyakit kronis, tentunya banyak yang membutuhkan pelayanan
kesehatan yang mahal beberapa tahun bahkan beberapa dekade.
2. Perkembangan Teknologi Yang Memperluas Pilihan Perawatan
Berbagai intervensi sekarang dapat dilakukan, beberapa dari intervensi tersebut akan menghasilkan
pengaruh yang besar dalam memperpanjang umur dan peningkatan kualitas hidup. Meskipun begitu,
masih banyak yang menghasilkan perbaikan yang sangat sederhana dengan beban biaya yang tinggi.
Mungkin akan sulit untuk membedakan beberapa hasil yang berbeda.
3. Kesuksesan pelayanan kesehatan separuh abad ke belakang yang meningkatkan harapan pasien
Harapan yang besar untuk akses terhadap teknologi, intervensi pencegahan, pelayanan individual,
akses cepat dalam pelayanan, privasi dan perlindungan kerahasiaan sangat mungkin sekarang, namun
biaya yang ditawarkan sering kali masih mahal.
Dari berbagai permasalahan di atas, dirumuskan upaya pengendalian biaya kesehatan, antara lain :
1. Pengendalian biaya melalui insentif penggantian biaya
Konsep kapitasi telah banyak digunakan sebagai mekanisme untuk mengendalikan atau mengurangi
biaya. Sebuah bentuk kapitasi khusus, diagnosis-related groups (DRGs), telah berhasil digunakan
dalam rangka mengurangi lama tinggal di rumah sakit. DRG membayar rumah sakit menggunakan
sejumlah yang ditetapkan untuk diagnosis tertentu, terlepas dari lama tinggal pasien di rumah sakit.
Namun, sistem penggantian kadang telah memindahkan biaya dari satu bagian sistem ke bagian yang
lain. Pembatasan bayaran untuk prosedur ini dapat meningkatkan jumlah prosedur yang dilakukan.
Pembatasan penggantian rawat inap dapat mendorong peningkatan layanan rawat jalan atau
perawatan di rumah.
2. Pembagian biaya
Keterlibatan upaya untuk mengalihkan biaya perawatan kesehatan kepada individu dengan asumsi
bahwa individu akan menghabiskan lebih sedikit ketika biaya keluar dari kantong mereka. Metode
seperti deductible, copayments, dan caps semuanya dimaksudkan untuk mengurangi biaya dengan
mengalihkannya ke pasien invidu.
3. Peraturan
Terkadang, upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi biaya dengan membatasi seberapa banyak
perawatan yang dapat diberikan atau berapa banyak kompensasi yang dapat diberikan. Asuransi
kesehatan yang dikendalikan pemerintah seperti Medicare dan Medicaid, paling mudah ditargetkan
untuk jenis peraturan ini. Isu nasional meningkatkan kompensasi bagi dokter dan rumah sakit telah
menjadi bagian dari proses politik.
4. Batasan atas malpraktik
Pengadilan membatasi tuntutan dari pasien mengenai praktik dokter, sehingga mencegah dokter
melakukan prosedur mekanisme pertahanan diri yang berlebihan.
7. Jelaskan bagaimana penerapan rekam medik elektronik (electronic medical record) di
RS dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan.
Ada kesepakatan luas bahwa sistem catatan kesehatan elektronik dapat meningkatkan koordinasi
perawatan, serta mencapai sejumlahmutu lainnya sasaran. National Academy of Medicine
menguraikan potensial berikut peranuntuk sistem informasi kesehatan elektronik. Peran ini sebagian
besar bertujuan untuk memberikan landasan bagi koordinasi pemberian layanan kesehatan.
1. Informasi dan data kesehatan — data laboratorium dan farmasi, serta catatan riwayat pasien dan
temuan pada pemeriksaan, termasuksebelumnya rekam medis
2. Manajemen hasil — integrasi temuan dari berbagai penyedia di beberapa lokasi
3. Entri / manajemen pesanan — pemesanan elektronik tes dan resep untuk memaksimalkan akurasi
dan kecepatan implementasi
4. Manajemen pendukung keputusan — pengingat dan petunjuk komputer untuk mendorong tindak
lanjut yang tepat waktu dan kepatuhan terhadap pedoman berbasis bukti
5. Komunikasi dan konektivitas elektronik — fasilitasi komunikasi antara penyedia dan antara
penyedia dan pasien
6. Dukungan pasien —Alat untuk pendidikan pasien dan keterlibatan pasien dalam pengambilan
keputusan
7. Proses administratif — fasilitasi penjadwalan, penagihan, dan layanan administratif lainnya untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya
8. Pelaporan dan kesehatan populasi — peningkatan efisiensi dan kelengkapan pelaporan yang
diperlukan serta kecepatan dan kelengkapan publik pengawasan kesehatan.

8. Uraikan perbandingan sistem pelayanan kesehatan Amerika, Kanada, dan


Inggris
Pembeda Sistem Pembayaran Tunggal Sistem Asuransi Swasta
Contoh Kanada dan Inggris Amerika Serikat
Cara Kerja Pemerintah mengharuskan semua masyarakat untuk memiliki asuransi kesehatan di
single payer system. Bureaucratic forces Pemilik perusahaan membayar untuk karyawannya dan
karyawan membayar sedikit bagian sebagai copayment. Competitive forces
Kelebihan Cakupan kesehatan yang universal, pelayanan kesehatan dan obat-obatan yang gratis atau
murah, akses ke pelayanan yang tidak tertutup, dokter dengan kebebasan klinis lengkap. Largely
employed based system. Cakupan kesehatan penuh untuk yang berasuransi, kekuatan kompetitif
efisien untuk pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan menjadi sumber dari keuntungan kompetitif.
Kelemahan Antrian pengobatan yang panjang, teknologi yang substandar, dokter dan pasien yang
frustasi, penjatahan perawatan oleh pemerintah. Top down approach Copayment karyawan yang
meningkat, kebijakan klinis dokter yang frustasi karena prosedur asuransi, akses ke pelayanan yang
tidak adil, biaya yang meningkat, struktur yang tidak rapi, kehilangan produktivitas
Konsolidasi IndustriKonsolidasi dari semua pembayar kepada satu hasil di skala ekonomi yang
signifikan. Untuk mengambil kekuatan pasar, pembayar lebih mengintegrasi secara vertikal sehingga
menjadi perusahaan yang lebih besar.
Akses ke pelayanan Semua orang wajib menjadi bagian dari sistem ini Karyawan terasuransi,
yang bukan karyawan tidak terasuransi
Pelayanan preventif Pelanggan biasanya tidak stress tentang pelayanan preventif Pelanggan
biasanya stress tentang pelayanan preventif
Kualitas pelayanan Pelanggan melihat pelayanan kesehatan dengan kualitas rendah, waktu tunggu
yang lama, teknologi substandar, dan sedikit inovasi Pelanggan memiliki pilihan yang lebih banyak,
dan melihat kualitas kesehatan yang lebih tinggi, tapi asuransi menjadi gate keeper
Waktu menunggu Pelanggan takut akan waktu tunggu yang lama Pelanggan tidak takut
menunggu lama
Efisiensi Lebih efisien dalam sisi pembayar, tapi sedikit inovasi Kurang efisien dibanding single
payer system, biaya administratif yang lebih tinggi
Efektivitas Kurang efektif karena keterlambatan, waktu tunggu, dan nonkooperasi dari provider
Lebih efektif dari single payer system
REFERENSI

Tarmansyah Iman, A. and Lena, D., 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I : Quality
Assurance. [online] Bppsdmk.kemkes.go.id. Available at:
<http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/MMIK-
I_FINAL_SC_26_12_2017.pdf> [Accessed 29 November 2020].
Ferliana, M., 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [online] Kemkes.go.id. Available at:
<https://www.kemkes.go.id/article/view/20102200002/tren-kasus-baru-terus-menurun-ini-strategi-
utama-penanganan-covid-19-di-3-provinsi.html> [Accessed 29 November 2020].
Riegelman, Richard K., author. (2015). Public health 101 : healthy people--healthy populations.
Burlington, MA :Jones & Bartlett Learning
Riegelman, R. K. and Kirkwood, B. (2019) Public health 101: improving community health. Third
edition. Burlington, MA: Jones & Bartlett Learning.
Peraturan.bpk.go.id. 2020. PERPRES No. 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional [JDIH
BPK RI]. [online] Available at: <https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/41327/perpres-no-72-
tahun-2012> [Accessed 29 November 2020].

Anda mungkin juga menyukai