Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Produksi Tanaman

PENGARUH JENIS KOMPOS KOTORAN TERNAK


DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PRODUKSI
TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa sub. chienensis) ORGANIK

THE EFFECT OF KINDS COMPOSTED ANIMAL MANURE AND WEEDING TIME


TO THE PRODUCTION OF ORGANIC PAKCOY (Brassica rapa sub. chinensis)
Brian Feri Andreeilee*), Mudji Santoso dan Agung Nugroho
*)
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia
E-mail: brianferi91@gmail.com

ABSTRAK ABSTRACT

Pakcoy (Brassica rapa sub. chinensis) Pakcoy (Brassica rapa sub. chinennsis) is a
adalah komoditas yang cocok untuk good comodity to be used in organic, but
budidaya organik, namun dikarenakan because the type of organic matter can
potensi dari jenis bahan organik dalam potentially affect the develop-ment of
meningkatkan perkembangan gulma, dan weeds, and decrease the Brassicaceae
dapat menurunkan produksi tanaman family production, a further study to
keluarga Brassicaceae, maka penelitian determine the best type of composted
lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui manure and weeding time are needed. The
jenis kompos dan waktu penyiangna yang purpose of this experiment is to know the
terbaik. Tujuan dari penelitian ini adalah effect of the animal compost manure and
untuk mengetahui pengaruh dari jenis weeding time, on organic pakcoy
kompos kototran ternak dan waktu production. This research was held in April
penyiangan terhadap produksi tanaman until June 2013, at Kabupaten .Malang, with
pakcoy organik. Penelitian ini dilaksakana- geographical conditions ± 450 meters above
kan pada bulan April – Juni 2013, di Kab. sea level, temperature ranges from 25 - 35 °
Malang, dengan kondisi geografis ± 450 m C and rainfall 1800 mm /year. This
dpl dan suhu rata-rata 25 - 35 ° C dan curah experiment using a split plot design (SPD)
hujan 1800 mm/tahun. Penelitian ini using the combination of three types of
menggunkan rancangna petak terbagi composted manure and weeding time: Cow
(RPT) menggunakan kombinasi dari tiga (K1), Goat (K2), Chicken (K3), Without
perlakuan kompos kotoran ternak dan waktu weeding (P1), Weeding until 14 dap (P2),
penyiangan, Sapi (K1), Kambing (K2), Ayam Weeding until 35 dap (P3), which repeated
(K3) dan Tanpa penyiangan (P1), four times, then the data tested using F test
Penyiangan hingga 14 hst (P2) dan at 5% level then continued by LSD 5%. The
Penyiangan hingga 35 hst (P3) yang diulang results shows that the animal composted
empat kali, kemudian data diuji manure and weeding time treatment didn’t
menggunakan uji F taraf 5% kemudian significantly affect the growth and the
dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil organic pakcoy production.
menunjukkan bahwa perlakuan kompos
kotoran ternak dan waktu penyiangan tidak Keywords: Brassica rapa, Compost,
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan Weeding, Organic
produksi tanaman pakcoy organik.
PENDAHULUAN
Kata kunci: Brassica rapa, Kompos,
Penyiangan, Organik Produksi tanaman sayuran secara
organik kini telah mulai dikenal dan
dikembangkan di Indonesia. Karakteristik
umur tanaman sayuran daun yang singkat,
191

Feri, dkk, Pengaruh Kompos Kotoran Ternak ...

disertai dengan produktivitas dan nilai jual Malang, dengan kondisi geografis ±450 m
-1
yang tinggi (± 25 ton ha dan Rp.10.000 dpl, suhu rata-rata berkisar 25-35°C dan
-1 -1
kg untuk organik dan Rp. 1500 kg untuk curah hujan 1800 mm/tahun. Alat yang
konvensional) menjadikan tanaman sayur dipergunakan dalam penelitian ini antara
daun seperti sawi (Brassicaeae) sebagai lain penugal, leaf area meter, timbangan,
komoditas potensial dalam budidaya meteran, pisau, jangka sorong, kertas
organik, dan salah satu komoditas yang milimeter blok dan alat tulis, dan bahan
cukup dikenal l adalah tanaman sawi yang dipergunakan diantaranya, benih
sendok atau Pakcoy (Brassica rapa sub. tanaman pakcoy varietas green, kompos
chinesnsis) (Perwtasari, 2012; Fatma, kotoran ternak sapi, kerbau dan kambing.
2009). Sistim budidaya secara organik Tanaman disemai pada bedengan
dikenal sebagai sistem budidaya ramah tersendiri hingga berumur 14 hss.
2
lingkungan yang dapat secara berlanjut Bedengan berukuran 0,6 x 1 m , yang telah
memperbaiki kondisi lahan. Namun diolah dan dicampur pupuk kandang sesuai
diketahui bahwa aplikasi jenis bahan dengan perlakuan, diratakan dan dibalik
organik, berupa kompos kotoran ternak menggunakan cangkul kemudian dibentuk
dapat berpotensi mempengaruhi perkem- dengan ketinggian 25 cm dan jarak antar
bangan dari gulma, dan metode perawatan bedeng 50 cm. Setelah berumur 2 minggu,
(penyiangan dan pengendalian HPT) bibit yang telah siap dipindah, ditanam
tanaman pada sistim organik yang dengan jarak tanam 10 x 10 cm2 dengan
memerlukan tenaga yang lebih besar populasi total 54 tanaman dalam satu
dikarenakan dilakukan preventif dan bedeng. Perawatan dilakukan dengan mela-
mekanis secara manual, maka perlu kukan penyiraman rutin menggunakan air
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk tanah pada pagi dan sore hari. Aplikasi
menentukan jenis kompos kotoran dan kompos kotoran ternak hanya diaplikasikan
waktu penyiangan yang paling efektif dalam pada awal bersamaan dengan waktu
budidaya sayuran secara organik. Tujuan pengolahan lahan, dan pengendalian hama
utama dari penelitian ini adalah untuk dan penyakit dilakukan secara mekanik dan
mengetahui adanya interaksi antara preventif menggunakan pestisida nabati.
perlakuan kompos kotoran ternak dan Penelitian ini menggunakan rancang-
penyiangan, serta pengaruh dari perlakuan an petak terbagi (RPT) dengan perlakuan
masing-masing perlakuan tersebut terhadap aplikasi tiga jenis kompos kotoran ternak,
-1
produksi tanaman pakcoy yang ditanam (K1) Kompos kotoran kambing 25 ton ha ,
-1
secara organik. (K2) kompos kotoran sapi 25 ton ha , dan
Hipotesis yang diajukan dalam (K3) kompos kotoran ayam 25 ton ha-1,
penelitian ini adalah 1). Pemberian jenis dibandingkan dengan kontrol (K0) Tanpa
kompos kotoran ternak yang tepat dan perlakuan kompos sebagai petak utama
waktu penyiangan sepanjang umur yang masing-masing dikombinasikan
tanaman, akan memberikan pertumbuhan dengan tiga taraf perlakuan penyiangan
dan hasil tanaman pakcoy organik yang sebagai anak petak: (P1) Tanpa
terbaik, 2). Pemberian Jenis kompos penyiangan, (P2) Penyiangan hingga 14
kotoran ternak yang tepat akan memberikan hst, (P3) Penyiangan hingga 35 hst, yang
hasil pertumbuhan dan hasil tanaman dikombinasikan; K0P1, K0P2, K0P3, K1P1,
pakcoy organik yang terbaik, 3). K1P2, K1P3, K2P1, K2P2, K2P3, K3P1, K3P2,
Penyiangan sepanjang umur tanaman, akan K3P3 kemudian diulang empat kali, sehingga
memerikan pertumbuhan dan hasil tanaman terdapat total 48 kombinasi perlakuan.
pakcoy organik yang terbaik. Kemudian data hasil pengamatan
akan di uji menggunakan uji beda nyata F
BAHAN DAN METODE pada taraf 5 % dilanjutkan dengan uji beda
nyata terkecil (BNT) taraf 5% bila terdapat
Penelitian ini dilaksanakan pada perbedaan pada interaksi antar perlakuan.
bulan April sampai dengan Juni 2013,
bertempat di Kel. Kedungkandang, Kab.
192

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 3, April 2014, hlm. 190-197

HASIL DAN PEMBAHASAN ditunjukkan pada perlakuan kompos sejak


umur 7 hst, jika dibandingkan dengan
Hubungan yang signifikan hanya perlakuan kontrol.
ditunjukkan terhadap salah satu faktor Nilai rerata luas daun pada perlakuan
perlakuan, sehingga uji lebih lanjut dilaku- kompos menunjukkan perbedaan yang
kan secara terpisah pada masing - masing signifikan, dimana nilai dari perlakuan
faktor, dan data hasil pengujian untuk nilai kompos kotoran sapi (K1) menunjukkan nilai
tinggi tanaman terhadap perlakuan terlampir paling tinggi. Namun pada umur 28 hst nilai
pada. Perlakuan kompos menunjukkan nilai respon rerata pertambahan luas daun
yang signifikan, meskipun jika dibandingkan paling tinggi ditunjukkan oleh perlakuan
diantara masing-masing perlakuan kompos, kompos kotoran ayam (K3) (Tabel 1).
nilai tinggi tanaman pada perlakuan kompos Namun pada umur 35 hst, meski terjadi
kotoran sapi (K1), kambing (K2) dan ayam penurunan niai rerata luas daun paling
(K3), tidak menunjukkan perbedaan yang tinggi ditunjukkan oleh perlakuan kompos
cukup besar, dimana perbedaan tinggi kotoran kambing (K2). Hasil analisa
tanaman paling signifikan terjadi pada umur penghitungan bobot segar tanaman pakcoy
14 hst. Namun pada umur 28 hst dan 35 dengan metode estimasi diameter, pada
hst, nilai pertambahan tinggi tanaman paling semua umur pengamatan, tidak
tinggi ditunjukkan oleh perlakuan kompos menunjukkan adanya interaksi antara dua
kotoran ternak sapi (K1). faktor, namun menunjukkan hubungan yang
Hasil penghitungan jumlah daun signifikan pada salah satu faktor perlakuan,
dibandingkan dengan kontrol, menunjukkan sehingga uji lebih lanjut dilakukan secara
bahwa rerata hasil pertam-bahan jumlah terpisah pada masing-masing faktor.
daun yang signifikan ditunjukkan oleh nilai Pertambahan bobot segar pada tiap umur
tanaman terhadap perlakuan kompos (K) pengamatan tidak menunjukkan nilai rerata
pada umur 14 hingga 35 hst, dimana pada yang segnifikan terhadap perlakuan
umur 14 hst dan 21 hst rerata pertambahan penyiangan (P), namun perlakuan kompos
jumlah daun paling tinggi ditunjukkan oleh menunjuk-kan nilai rerata bobot segar yang
perlakuan kompos kotoran ayam signifikan hanya pada pada umur 14, 21
(K3). Namun pada umur 28 hst, perlakuan dan 28 hst, dan nilai rerata bobot segar
kompos kotoran sapi menunjukkan rerata paling tinggi ditunjukkan oleh respon
nilai pertambahan jumlah daun yang paling perlakuan kompos kotoran kambing (K3).
besar. Kemudian pada umur 35 hst rerata Perbandingan bobot segar tanaman pada
nilai pertambahan jumlah daun paling besar, perlakuan kompos kotoran ternak terhadap
kembali ditunjukkan oleh perlakuan kompos kontrol menunjukkan perbandingan antara
kotoran ayam (K3). Sedangkan pada 41,5% (K1) hingga 48,7 % (K2). Hasil ana-
perlakuan penyiangan, nilai pertambahan lisa penghitungan bobot segar panen
jumlah daun pada masing-masing perlakuan tanaman pakcoy pada umur pengamtan 35
menunjukkan hasil yang tidak signifikan. hst, tidak menunjukkan adanya interaksi
Hasil analisa penghitungan luas daun antara dua faktor. Namun menunjukkan
tanaman pakcoy, pada semua umur hubungan yang signifikan pada salah satu
pengamatan, tidak menunjukkan adanya faktor perlakuan, sehingga uji lebih lanjut
interaksi antara dua faktor, namun dilakukan secara terpisah pada masing -
menunjukkan hubungan yang signifikan masing faktor. Rerata bobot segar panen
pada kedua faktor perlakuan, sehingga uji pada tiap umur pengamatan dibandingkan
lebih lanjut dilakukan secara terpisah pada dengan kontrol menunjukkan adanya
masing-masing faktor. Hasil pengamatan hubungan yang signifikan terhadap
luas daun menggunkan metode faktor perlakuan penyiangan (P), dimana dari
koreksi (FK = 0,77), dibandingkan dengan semua perlakuan penyiangan, penyiangan
kontrol menunjukkan bahwa kedua faktor hingga umur 35 hst (P2) menunjukkan nilai
perlakuan (kompos dan penyiangan) yang paling tinggi. Sedangkan perlakuan
menunjukkan hubungan yang signifikan kompos (K) menunjukkan hubungan yang
terhadap pertam-bahan luas daun, hal ini cukup signifikan bila dibanding-
193

Feri, dkk, Pengaruh Kompos Kotoran Ternak ...

Tabel 1 Luas daun akibat perlakuan jenis kompos kotoran ternak dan waktu penyiangan pada
berbagai umur pengamatan
Perlakuan Rata-rata Luas daun pada tiap umur pengamatan (cm2)
Kompos 7 hst 14 hst 21 hst 28 hst 35 hst
K0 35,546 a 57,863 a 59,770 a 68,484 a 48,248 a
K1 63,343 b 89,545 b 114,277 b 130,636 b 60,676 b
K2 51,131 b 83,209 b 100,840 b 129,245 b 84,837 c
K3 58,966 b 85,258 b 103,747 b 130,972 b 83,900 c
BNT 5% 9,512* 24,374* 24,550* 25,918* 22,428*
Penyiangan 7 hst 14 hst 21 hst 28 hst 35 hst
P1 45,720 a 71,665 a 85,992 a 105,205 a 65,700 a
P2 53,329 a 77,130 a 95,754 a 117,510 a 71,488 a
P3 57,691 a 88,112 a 102,229 a 121,788 a 71,058 a
BNT 5% tn tn tn tn tn
Keterangan: tn = Tidak berbeda nyata pada uji BNT pada taraf 5 %; Perlakuan ini menggunakan
kombinasi dari jenis kompos kotoran ternak (K) dan waktu penyiangan (P) sebagai
berikut: K0 = Tanpa perlakuan kompos, K1 = Kompos kotoran sapi 25 ton ha-1,
-1 -1
K2 = Kompos kotoran kambing 25 ton ha , K3 = Kompos kotoran ayam 25 ton ha , dan
P1 = Tanpa penyiangan, P2 = Penyiangan hingga 14 hst, P3 = Penyiangan hingga 35 hst.

kan dengan perlakuan kontrol (K0), dan ternak tidak menunjukkan perbedaan yang
perlakuan kompos ternak ayam (K3) cukup signifikan. Sedangkan untuk nilai
menunjukkan nilai rerata bobot segar panen rerata bobot segar tiap tanaman,
yang paling tinggi (Tabel 2).Hasil analisa menunjukkan hasil yang berbeda dimana
penghitungan bobot segar gulma pada perbedaan yang signifikan pada umur
tanaman pakcoy, tidak menunjukkan pengamatan 14, 21, dan 28 hst. Hal ini bisa
adanya interaksi antara dua faktor, namun disebabkan respon tanaman terhadap
menunjukkan hubungan yang signifikan perlakuan yang sangat baik pada fase
pada salah satu faktor perlakuan, sehingga ekponensial tanaman (Chaterjee, 2005),
uji lebih lanjut dilakukan secara terpisah sehingga perkembangan tanaman dapat
pada masing - masing faktor. Hasil analisa terjadi secara optimal. Faktor lain yang
ragam dan uji lanjutan beda nyata terkecil dapat menyebabkan hal tesebut adalah
(BNT) 5%, terhadap nilai rerata bobot segar metode pengukuran bobot segar tanaman
gulma jika dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan metode estimasi,
kontrol, nilai rerata bobot segar gulma pada dimana pertambahan bobot segar tanaman
umur penyiangan 0-14 hst dan 14-35 hst didapatkan dari konversi ukuran diameter,
tidak menunjukkan hubungan yang sehingga nilai yang didapat belum dapat
signifikan terhadap perlakuan penyiangan mewakili secara penuh nilai pertambahan
(P), namun menun-jukkan hubungan yang bobot segar tiap tanaman pakcoy yang
sangat signifikan terhadap perlakuan sebenarnya. Karakteristik tanaman pakcoy
kompos kotoran ternak (K), dimana yang berumur singkat dan responsif
perlakuan kompos kotoran ternak sapi (K1) terhadap penambahan nutrisi (Averbeke,
menunjukkan rerata bobota segar gulma 2007; Diah, 2011), sangat memung kinkan
yang paling tinggi (Tabel 3). Seluruh bila terjadi keserupaan respon pertumbuh-
variabel pengamatan vegetatif, yang an tanaman terhadap perlakuan kompos
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan kotoran ternak, dikarenakan nilai
luas daun, perlakuan kompos kotoran ketersediaan unsur hara makro essesial (N,
ternak (K) jika dibandingkan dengan kontrol, P, K) yang relatif sama pada tiap masing-
menunjukkan hasil hubungan yang masing kotoran ternak yatu berkisar antara
signifikan terhadap semua komponen 0,5 - 0,6 % N, 0,9 - 1,2 P2O5, dan 0,96 - 3
pengamatan vegetatif pada tanaman % K2O. Masing - masing unsur hara baik
pakcoy (Brassica rapa sub. chinensis), makro dan mikro yang bersifat essensial
meskipun perbedaan nilai rerata diantara bagi tanaman, memiliki peran yang spesifik
masing-masing perlakuan kompos kotoran terhadap kelangsungan proses fisiologi
194

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 3, April 2014, hlm. 190-197

Tabel 2 Bobot segar panen akibat perlakuan jenis kompos kotoran ternak dan waktu penyiangan
pada berbagai umur pengamatan
-2
Perlakuan Rata-rata jumlah bobot segar panen pada umur 35 hst (gram m )
K0 3263,889 a
K1 4087,963 b
K2 3925,926 b
K3 4201,389 b
BNT 5% 270,087*
P1 3595,491 a
P2 3930,562 b
P1 4083,333 b
BNT 5% 322,61*
Keterangan: tn = Tidak berbeda nyata pada uji BNT pada taraf 5 %; Perlakuan ini menggunakan
kombinasi dari jenis kompos kotoran ternak (K) dan waktu penyiangan (P) sebagai
berikut: K0 = Tanpa perlakuan kompos, K1 = Kompos kotoran sapi 25 ton ha-1,
-1 -1
K2 = Kompos kotoran kambing 25 ton ha , K3 = Kompos kotoran ayam 25 ton ha , dan
P1 = Tanpa penyiangan, P2 = Penyiangan hingga 14 hst, P3 = Penyiangan hingga 35 hst.

Tabel 3 Bobot segar gulma akibat perlakuan jenis kompos kotoran ternak dan waktu penyiangan
pada berbagai umur pengamatan
Perlakuan Rata-rata jumlah bobot segar gulma (gram m-2)
Kompos 0 – 14 hst 14 – 35 hst
K0 12,076 a 23,493 a
K1 68,847 d 98,514 d
K2 20,382 b 31,007 b
K0 36,694 c 49,639 c
BNT 5% 3,4** 7,114**
Penyiangan 0 - 14 hst 14 - 35 hst
P1 35,021 a 53,063 a
P2 33,729 a 49,995 a
P1 34,750 a 48,932 a
BNT 5% tn tn
Keterangan: tn = Tidak berbeda nyata pada uji BNT pada taraf 5 %; Perlakuan ini menggunakan
kombinasi dari jenis kompos kotoran ternak (K) dan waktu penyiangan (P) sebagai
berikut: K0 = Tanpa perlakuan kompos, K1 = Kompos kotoran sapi 25 ton ha-1,
K2 = Kompos kotoran kambing 25 ton ha-1, K3 = Kompos kotoran ayam 25 ton ha-1, dan
P1 = Tanpa penyiangan, P2 = Penyiangan hingga 14 hst, P3 = Penyiangan hingga 35 hst.

didalam tubuh tanaman (Wijaya, 2008; dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan unsur
Mahendra,1997). Hubungan antara nilai nitrogen (N) (Thasiklangae, 2006), yang
ketersediaan unsur pada tiap kotoran ternak pada masing - masing kompos kotoran
dengan pertumbuhan tanaman terlihat ternak memiliki nilai yang relatif sama,
dari hasil pengamatan vegetatif pada seperti yang diutarakan oleh Wijaya (2008),
tanaman pakcoy (Brassica. rapa sub. bahwa unsur nitrogen adalah unsur makro
chinensis) seperti pada hasil rerata tinggi essesial yang berperan utama sebagai
tanaman (Gambar 1). Bila dibandingkan penyusun komponen tubuh tumbuhan
pada masing - masing perlakuan baik seperti protein, enzim, hormon dan klorofil.
perlakuan kompos (K) dan penyiangan (P), Hasil ini bertentangan dengan hasil
nilai rerata tinggi tanaman tidak penelitian Moenandir (2010) yang
menunjukkan perbedaan nilai yang menyatakan bahwa gulma potensial pada
signifikan, hal ini memperjelas bahwa tanaman family seperti krokot (Portulaca
pertumbuhan tanaman pakcoy sangat oleraceae), dan bayam liar (Amranthus sp.)
195

Feri, dkk, Pengaruh Kompos Kotoran Ternak ...

Rerata tinggi tanaman


25

20
Tinggi tanaman (cm)

K0
15 K1
K2
10
K3
P1
5
P2
0 P3
0 10 20 30 40
Umur pengamatan (hst)

Gambar 1 Grafik rerata tinggi tanaman akibat perlakuan pada tiap umur pengamatan

mampu menurunkan bobot kering hingga berbanding sangat jauh dengan hasil bobot
45 %. Hasil yang tidak signifikan tersebut segar panen tanaman (Gambar 2).
juga mungkin dapat disebabkan oleh Perbandingan bobot segar panen pada
pengaturan jarak tanam yang rapat, dimana masing-masing perlakuan tidak menunjuk
jarak tanam yang digunakan adalah 10 x 10 kan hasil yang signifikan antara masing-
cm yang lebih rapat dari jarak tanam normal masing perlakuan 4087,963 g m-2 perlakuan
yang biasa dipergunakan oleh petani (20 x (K1), 3925,926 g m-2 ( K2) , 4201,389 g m-2
20 cm, 20 x 15 cm). Pengaturan jarak (K3), 3930,56 g m-2 (P2), 4083,33 g m-2 (P3)
tanam yang lebih rapat, selain dapat namun menunjukkan hasil yang signifikan
meningkatkan jumlah populasi tanaman, terhadap kontrol, 3263,889 (K0) dan
dan juga akan meningkatkan persaingan 3595,49 g m-2 (P1). Namun bila
antar tanaman, sehingga akan menurunkan dibandingkan dengan hasil penelitian
potensi gulma untuk dapat turut bersaing Firmansyah (2009) dengan kerapatan 100
-2
pada lingkungan tanam, sesuai dengan tan m (jarak tanam 10 cm x 10 cm) dengan
pendapat Mintarsih et al. (1989) (dalam perlakuan pupuk NPK, tiap tanaman
Murrinie, 2004), yang menyatakan bahwa pakcoy mampu menghasilkan bobot segar
peningkatan kerapatan populasi tanaman tanaman hingga 58,4 g/tan, lebih tinggi bila
per satuan luas pada suatu batas tertentu dibandingkan dengan bobot segar hasil
dapat meningkatkan hasil tanaman, diikuti panen tertinggi pada perlakuan kompos
dengan hasil penelitian Marupey (2011) kotoran ayam (K3) sebesar 42 g/tan,
yang menyatakan bahwa dibandingkan perbedaan lebih dari 15 g/tan tersebut
dengan jarak tanam lainnya pada tanaman masih dapat dinyatakan layak untuk dijual
jagung , yaitu 100 x 40 cm dan 75 x 25 cm sebagai sayuran organik diakarenakan,
jarak tanam yang lebih rapat 60 cm x 60 cm dikarenakan produk organik biasa dijual
menghasilkan tongkol layak jual tertinggi, pada umur yang relatif lebih muda (baby),
yaitu sebesar 11,58 ton ha-1. Sehingga juga berdasarkan deskripsi tanaman
sangat dimungkinkan jika perlakuan pakcoy varietas green yang rata - rata nilai
penyiangan, pada umur 0-14 hst dan produktivitasnya sekitar 20-25 ton ha-1 atau.
14- 35 hst tidak menunjukkan perbandingan
bobot segar gulma yang tidak signifikandan
196

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 3, April 2014, hlm. 190-197

Perbandingan berat segar panen dengan gulma (gr m -2 )


4500
4000
3500
3000
2500 Bobot
Panen
2000
BS gulma
1500 0-14 hst
1000 BS gulma
14-35 hst
500
0
K0 K1 K2 K3 P1 P2 P3

Gambar 2 Bagan perbandingan rerata berat segar gulma terhadap rerata bobot segar
penen pada tiap umur pengamatan
Keterangan: K0: Tanpa perlakuan kompos kotoran; K1: perlakuan kompos kotoran sapi,
K2: Perlakuan kompos kotoran kambing; K3: perlakuan kompos kotoran ayam.

sekitar 2-2,5 kg m-2. Sehingga dapat Chinensis and Solanum retroflexum


dinyatakan bahwa masing-masing perlaku- Dun. In Vhembe, Limpopo Province,
an jenis kompos kotoran ternak memberikan South Africa. Water SA, 33 (3)
respon yang hampir sama terhadap : 349-354.
produksi tanaman pakcoy. Chaterjee, B., Ghanti U., Thapa, P.,
Tripathy ,P. 2005. Effect Of Organic
KESIMPULAN Nutrition In Sprouting Broccoli
(Brassica Oleraceae L. Var. Italica
Perlakuan Jenis kompos kotoran Plenck). Veg. Sci. 32(1) : 51-54.
ternak dan waktu penyiangan tidak Diah, K., L. Titin, S., Husni, T., S. 2011.
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang
dan hasil tanaman pakcoy organik. dan Tanaman Sela (Crotalaria juncea
L.) Pada Gulma dan Pertanaman
DAFTAR PUSTAKA Jagung (Zea mays. L.). Jurnal Tari. 5
(1) : 1-16.
Agustina, L. 2011. Teknologi Hijau dalam Fatma, N., D. 2009. Pengaruh Pemberian
Pertanian Organik Menuju Pertanian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuh-
Berlanjut. UB Press. Malang. pp 25- an Dan Hasil Tanmaan Sawi Caisim
59 (Brassica Juncea L.). Agronobis,
Arsha, M. A, and J. W. T Frankenberger. 1 (1): 89-98.
1998. Plant Growth Regulating Firmansyah, F. 2009. Pengaruh Umur
Substance in the Rhizosfere: Pindah Tanam bibit dan Populasi
Microbial Porduction and Functions. Tanaman terhadap Hasil dan Kualitas
Adv.Agramon. 6 (2) : 45-151. Sayuran Pakcoy (Brassica campestris
Averbeke, W., V, Tshikalange, TE and L. Chinensis group) yang ditanam
Juma, KA. 2007. The commodity dalam Naungan Kasa di Dataran
systems of Brassica rapa L. subsp.
197

Feri, dkk, Pengaruh Kompos Kotoran Ternak ...

Medium. Jurnal Agrikultura 2009, 20 Moenandir, J. 2010. Ilmu Gulma. UB Press.


(3) : 216-224. Malang.
Mahendran, PP and Kumar, N. 1997. Murrinie, D.E. 2004. Analisis Pertumbuhan
Effect of organic manures on Tanaman Kacang Tanah Dan
cabbage cv. Hero. South Indian Hort. Pergeseran Komposisi Gulma Pada
45 (5-6) : 240-243. Frekuensi Penyiangan Dan Jarak
Manrique, L.A. 1993. Grameenhouse crops Tanam Yang Berbeda. Fakultas
– a review. Journal of Plant Nutrition, Pertanian Universitas Muria Kudus.
16 (22): 2411-2477. ISSN : 1979-6870.
Maruapey, A. 2011. Pengaruh Jarak Perwtasari, B., Mustika T., Catur W. 2012
Tanam Dan Jenis Pupuk Kandang Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi
Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Hasil Jagung Manis. Seminar Tanaman Pakcoy (Brassica juncea
Nasiona Serealia 2011. Jurusan L.) Dengan Sistem Hidroponik.
Agronomi Fakultas Pertanian Agrovigor: 5 (1) : 14-25.
Unamin. Sorong

Anda mungkin juga menyukai