Anda di halaman 1dari 10

PENGECATAN DENGAN PRINSIP TRANSFORMASI GEOMETRI SEBAGAI

SOLUSI MENGURANGI CORETAN DINDING KELAS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan yang dibina
oleh Ibu Ariva Luciandika

Oleh :

Khalisa Naura Imanda 160311604625

Laras Setyowati 160311600229

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

Oktober 2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan formal. Salah


satu kriteria yang baik adalah sekolah yang mampu memberikan rasa aman dannyaman
kepada siswanya dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi, di Indonesia masih
banyak sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah Atas, yang belum memberikan
fasilitas nyaman kepada siswanya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan ditemukan
coretan pada dinding kelas Sekolah Menengah Atas. Coretan tersebut yang kemudian
membuat suasan kelas terlihat kotor. Coretan tersebut berasal dari tindakan jahil para
siswa.

Coretan pada dinding kelas dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya
kurangnya disiplin peraturan sekolah kepada siswa, kurang sadarnya jiwa kebersihan
siswa, dan cara berfikir siswa SMA yang cenderung ingin merealisasikan ide kreatifnya.
Cara berfikir siswa SMA sejalan dengan Teori perkembangan emosi remaja. Menurut
Hurlock (dalam Anadhirah, 2013) pola emosi remaja sama dengan pola emosi kanak-
kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat,
dan khususnya pada pengendalian individu terhadap ungkapan emosi pada remaja.
Remaja tidak lagi mengungkapkan emosinya dengan cara yang dilakukan seperti anak-
anak.

Menurut Mohammad dan Mohammad (dalam Dwitantyanov, 2013) secara garis


besar, masa remaja dibagi kedalam empat periode, yaitu periode pra remaja, remaja
awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Siswa SMA termasuk peralihan dari remaja
tengah ke remaja akhir. Pada periode ini tanggung jawab harus lebih ditingkatkan oleh
remaja, juga mampu memikul sendiri masalah tersendiri bagi mereka. Pada periode ini,
remaja memiliki energy yang besar, emosi yang berkobar-kobar, akan tetapi
pengendalian dirinya belum sempurna. Kontrol siswa SMA terhadap dirinya juga
bertambah sulit. Tidak jarang juga remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut
baik atau buruk. Akibatnya, siswa SMA sering membentuk nilai-nilai yang dianggap
benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka sendiri. Teori ini dapat
menjelaskan cara berfikir siswa SMA yang belum dapat terkontrol dengan baik.

Menyikapi masalah tersebut, diperlukan upaya tertentu untuk mengatasinya.


Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengadakan lomba mengecat dinding
antar kelas. Lomba ini dapat diadakan dengan mengaplikasikan prinsip transformasi
geometri pada matematika.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan konsep translasi pada transformasi geometri dalam


mengecat dinding kelas di SMA ?

2. Bagaimana penerapan konsep rotasi pada transformasi geometri dalam mengecat


dinding kelas di SMA ?

3. Bagaimana penerapan konsep refleksi pada transformasi geometri dalam


mengecat dinding kelas di SMA ?

4. Bagaimana penerapan konsep dilatasi pada transformasi geometri dalam


mengecat dinding kelas di SMA ?

1.3 Tujuan

1. Untuk memaparkan penerapan konsep translasi pada transformasi geometri


dalam mengecat dinding kelas di SMA.

2. Untuk memaparkan penerapan konsep rotasi pada transformasi geometri dalam


mengecat dinding kelas di SMA.

3. Untuk memaparkan penerapan konsep refleksi pada transformasi geometri


dalam mengecat dinding kelas di SMA.

4. Untuk memaparkan penerapan konsep dilatasi pada transformasi geometri dalam


mengecat dinding kelas di SMA.
BAB II

BAHASAN

2.1 Pengertian Konsep Translasi

Menurut Tampomas (2008:245) translasi atau pergeseran adalah pemindahan


suatu objek sepanjang garis lurus dengan arah dan jarak tertentu. Arah dan jarak tertentu
itu ditentukan oleh suatu vektor atau ruas garis berarah.

2.1.1 Konsep Translasi Secara Umum

Jika translasi T = (ba)atau T = (a,b) memetakan titik A (x,y) ke titik A’ (x’,y’),


{
'
x =x+ a
maka persamaan transformasinya adalah '
y = y +b

Aturan yang mengaitkan titik A (x,y), translasi T = (ba) atau T = (a,b) dengan hasil
translasi atau bayangan titik A’ (x’,y’) dapat dituliskan sebagai berikut.

A (x,y)T = (ba)A’ (x+a,y+b) atau T (a,b) A(x,y) = A’ (x+a,y+b)

2.1.2 Penerapan Konsep Translasi pada Pengecatan Dinding Kelas di SMA

Di suatu kelas di SMA memiliki dinding berukuran 7m x 3m. Lalu dibuatkan


pola seperti berikut dengan ukuran setiap satuannya 50cm x 50cm.

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

-1
Ada gambar bintang pada koordinat (-5,-2) lalu ingin ditranslasikan dengan

matriks (13 ) maka A (-5,-2) T= (13 ) A’ (-5+1,-2+3) sehingga= A’ (-4,1). Jadi gambar

bintang tersebut berubah titik koordinatnya menjadi (-4,1)

2.2 Pengertian Konsep Rotasi

Menurut Tampomas (2008:246) rotasi atau perputaran adalah transformasi


dengan proses memutar sebarang titik lain terhadap titik tertentu ( titik pusat rotasi ).

2.2.1 Konsep Rotasi Secara Umum

Persamaan transformasi rotasi [ 0 , α ] yang memetakan titik A (x,y) ke titik A’

{
'
x = x cos α− y sin α
(x’,y’) adalah .
y ' = y sin α + y cos α

Sistem persamaan itu dapat dinyatakan dalam bentuk matriks sebagai berikut.

( xy '' ) = (cos α
sin α
−sin α x
cos α y )( )
Sedangkan bentuk matriks yang bersesuaian dengan rotasi [ P(a , b), α ] yang memetakan

titik A (x,y) ke titik A’ (x’,y’) adalah ( ) (x ' −a


'
y −b
= )( )
cos α −sin α x−a
sin α cos α y −b

2.2.2 Penerapan Konsep Rotasi pada Pengecatan Dinding Kelas di SMA

Di suatu kelas di SMA memiliki dinding berukuran 7m x 3m. Lalu dibuatkan


pola seperti berikut dengan ukuran setiap satuannya 50cm x 50cm.

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

-1
Ada bidang ABCD dengan koordinat A (0,0) , B (-2,0) , C (-2,1) , dan D (0,1).
Dirotasikan 900 dengan pusat O (0,0) sehingga penyelesaiannya:

( xy '' ) = (cos α
sin α )( )
−sin α x
cos α y

( xy '' ) = (cos 90
sin 90 )(
−sin 90 0 −2 −2 0
cos 90 0 0 11 )
( xy '' ) = (01 )(
−1 0 −2 −2 0
0 0 0 11 )
( xy '' ) = (00 0 −1−1
−2 −2 0 )
Jadi, koordinat bidang ABCD setelah dirotasikan adalah A’ (0,0) , B’ (0,-2) , C’ (-1,-2) ,
dan D (-1,0).

2.3 Pengertian Konsep Refleksi

Menurut Tampomas (2008:248) refleksi atau pencerminan dari suatu bangun


adalah transformasi suatu titik pada bangun geometri itu terhadap sebuah garis tertentu
yang bertindak sebagai sumbu cermin atau sumbu simetri. Pada suatu refleksi, segmen
garis yang menghubungkan setiap titik dengan hasil refleksi akan terbagi dua dan tegak
lurus terhadap sumbu refleksinya.

2.3.1 Konsep Refleksi Secara Umum

Beberapa konsep refleksi secara umum menurut Tampomas (2008:248)


dipaparkan sebagai berikut.

1. Refleksi terhadap sumbu x.

Jika titik A(x,y) direfleksikan terhadap sumbu x, maka diperoleh hasil refleksi
atau bayangan titik A’(x’, y’) dengan persamaan transformasinya adalah x’= x
dan y’= -y. Dapat dituliskan dengan A(x,y) sumbu x A’(x, -y).

2. Refleksi terhadap sumbu y.


Jika titik A(x,y) direfleksikan terhadap sumbu y, maka diperoleh hasil refleksi
atau bayangan titik A’(x’, y’) dengan persamaan transformasinya adalah x’= -x
dan y’= y. Dapat ditulis dengan A(x,y) sumbu y A’(-x, y)

3. Refleksi terhadap garis y = x

Jika titik A(x,y) direfleksikan terhadap garis y = x, maka diperoleh hasil refleksi
titik A’(x’, y’) dengan persamaan transformasinya x’= y dan y’= x. Dapat ditulis
dengan A(x,y) y=x A’(y, x)

4. Refleksi terhadap garis y = -x

Jika titik B(x,y) direfleksikan terhadap garis y = -x, maka diperoleh hasil refleksi
titik B’(x’, y’) dengan persamaan transformasinya x’ = -y dan y’= -x. Dapat
ditulis dengan B(x,y) y = -x B’(-y, -x)

5. Refleksi terhadap garis x = h

Jika titik P(x,y) direfleksikan terhadap garis x = h, maka diperoleh hasil refleksi
titik P’(x’, y’) dengan persamaan transformasinya x’= 2h-x dan y’ = y. Dapat
ditulis dengan P(x,y) x = h P’(2h-x, y)

6. Refleksi terhadap garis y = k

Jika titik Z(x,y) direfleksikan terhadap garis y = k, maka diperoleh hasil refleksi
titik Z’(x’, y’) dengan persamaan transformasinya x’ = x dan y’= 2k-y. Dapat
ditulis dengan Z(x,y) y = k Z’(x, 2y-k)

2.3.2 Penerapan Konsep Refleksi pada Pengecatan Dinding Kelas di SMA

Konsep refleksi ini harus dilibatkan pada pengecatan pada dinding kelas dengan
bebas memilih salah satu atau lebih dari enam konsep refleksi. Sehingga, nantinya jarak
corak hasil refleksi dengan sumbu refleksinya dan jarak corak sebenarnya dengan
sumbu refleksinya akan sama.

2.4 Pengertian Konsep Dilatasi

Dilatasi (perbesaran atau pengecilan atau perkalian) adalah suatu transformasi


yang mengubah ukuran (memperbesar atau memperkecil) suatu bangun tetapi tidak
mengubah bentuk bangun tersebut (Tampomas, 2008:248). Menurut Rethno (2013)
dilatasi ditentukan oleh titik pusat dan factor skala dilatasi. Faktor skala adalah
perbandingan antara jarak titik bayangan dari titik pusat dilatasi dan jarak benda
berkaitan dengan titik pusat dilatasi.

2.4.1 Konsep Dilatasi Secara Umum

Beberapa konsep dilatasi secara umum menurut (Tampomas, 2008:255)


dipaparkan sebagai berikut.

1. Dilatasi dengan titik pusat O(0,0)

Jika titik R(x,y) di dilatasi terhadap titik pusat O(0,0) dengan faktor skala k,
maka diperoleh hasil dilatasi R’(x’, y’) dengan x’ = kx dan y’ = ky. Dapat ditulis
dengan R(x,y) [O,k] R’(kx, ky)

2. Dilatasi dengan titik pusat P(a,b)]

Jika titik A(x,y) di dilatasi terhadap titik pusat P(a,b) dengan faktor skala k,
maka diperoleh hasil dilatasi A’(x’, y’) dengan x’ = a+k(x-a) dan y’ = b+k(y-b).
Dapat ditulis dengan A(x,y) [P,k] A’(a+k(x-a), b+k(y-b))

2.4.2 Penerapan Konsep Dilatasi pada Pengecatan Dinding Kelas di SMA

Konsep dilatasi ini harus dilibatkan seperti konsep transformasi lainnya pada
kegiatan pengecatan dinding kelas. Siswa dapat mengubah ukuran corak (memperbesar
atau memperkecil) dengan faktor skala dan titip pusat yang ditentukan. Siswa harus
benar-benar teliti dengan perhitungan dilatasi agar corak hasil dilatasinya tepat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Translasi pada Transformasi Geometri dapat digunakan untuk menggeser suatu


objek yang akan digambar di dinding sehingga dapat membentuk pola tertentu.

2. Rotasi pada Transformasi Geometri dapat digunakan untuk memutar suatu objek
yang akan digambar di dinding sehingga dapat membentuk pola tertentu.

3. Refleksi yang merupakan salah satu konsep transformasi geometri adalah


pencerminan suatu bangun terhadap suatu garis yang merupakan sumbu simetri.

4. Dilatasi adalah transformasi geometri yang memperbesar atau memperkecil suatu


bangun, akan tetapi tidak merubah bentuk bangun tersebut.

3.2 Saran

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, diharapkan sekolah lebih


menertibkan peraturan mengenai kebersihan kelas agar siswa tidak sembarangan
mencoret dinding kelas dengan memberikan sanksi tertentu. Selain itu, diharapkan
sekolah mampu memberi wadah untuk siswa sebagai tempat mengeksplor kreatifitas
siswa agar tidak mencoret dinding kelas dengan cara mengadakan lomba mengecat
dinding antar kelas.
DAFTAR RUJUKAN

Rethno, D. 2013. Geometri Transformasi. From


http://rethno23.blogspot.co.id/2013/04/makalah-materi-geometri-transformasi.html?
m=1

Dwitantyanov, A. 2013. Teori Perkembangan Emosi Remaja. From


https://aswendo2dwitantyanov.wordpress.com/2013/01/19/teori-perkembangan-
emosional-remaja/

Anadhirah, N. 2013. Perkembangan Emosi Remaja. From


https://nadianadhirah.wordpress.com/2013/11/19/perkembangan-emosi-remaja/

Tampomas, H. 2008. SeribuPena Matematika. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai