OLEH :
D051181333
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan infrastruktur yang meningkat berdampak pada material-materil
yang digunakan. Umumnya material yang digunakan dalam pembangunan yaitu
beton yang merupakan bahan bangunan yang telah lama dikenal dan paling banyak
dipergunakan. Hal ini dikarenakan beton memiliki sifat mudah dibentuk sesuai
dengan keinginan, bahan dasar penyusun mudah didapatkan dan mudah dalam
perawatan. Beton merupakan bahan yang sangat kuat, tahan karat dan tahan
terhadap api. Selain itu, kelebihan beton yang lebih menonjol dibandingkan bahan
konstruksi yang lain yaitu memiliki kuat tekan yang tinggi (Hariyono 2011).
Berdasarkan hal tersebut, muncullah berbagai macam invovasi yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas dan mutu dari beton. Salah satunya dengan memanfaatkan
limbah sebagai bahan tambah dalam campuran beton.
Sampah merupakan limbah padat yang memiliki potensi untuk dapat diolah
kembali sehingga memiliki nilai ekonomis. Sampah terbagi menjadi dua, yaitu
organik dan anorganik. Sampah dengan konsentrasi dan kuantitas yang tinggi
tentunya akan membawa dampak negatif bagi lingkungan terutama pada kesehatan
manusia sehingga perlu dilakukan penangan terhadap limbah padat ini. Daur ulang
sering menjadi alternatif solusi bagi penanganan limbah padat. Daur ulang sendiri
pada hakikatnya memiliki makna menjadikan sesuatu yang tidak bermanfaat menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat. Banyak macam-macam limbah padat yang dapat
didaur ulang seperti kertas, pakaian, logam, plastik, kaca, barang elektronik tertentu,
dan sebagainya.
Alumunium adalah salah satu bahan yang dapat didaur ulang. Dibandingkan
dengan bahan lain, alumunium mempunya kelebihan yaitu bisa didaur ulang kapan
saja atau tidak terbatas waktu karena proses ini tidak mengubah struktur alumunium
ini sendiri. Alumunium banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari seperti kaleng
minuman, peralatan masak, mobil, sepeda, komputer, dan sebagainya. Kaleng
minuman atau makanan adalah salah satu limbah terbesar pada alumunium,
banyaknya penggunaan alumunium sebagai wadah dari makanan atau minuman
juga berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan. Salah satu alternatif daur
ulang pada kaleng bekas minuman ini adalah menjadikannya serat, dengan cara
membuat limbah kaleng tersebut menjadi lempengan datar yang nantinya akan
dipotong kecil-kecil dengan ukuran tertentu dan menjadikannya seperti serat-serat.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, penambahan serat (fiber) ke
dalam campuran beton dapat meningkatkan kuat tekan dan mengurangi sifat getas
beton.
Beton sendiri merupakan material konstruksi yang saat ini sangat umum
digunakan dalam pembangunan suatu konstruksi. Beton merupakan suatu
campuran dari beberapa bahan yaitu kerikil, pasir, semen, dan air yang mempunyai
takaran tertentu dan dicampur dalam suatu cetakan yang nantinya akan mengeras.
Beton mempunyai kelemahan dalam kuat tarik dan kelebihan dalam kuat tekan.
Penambahan serat pada beton diyakini dapat menambah kuat sifat mekanik beton
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dari Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu wawasan untuk
pengembangan teknologi bahan.
2. Bagi pihak produsen beton, semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai
salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dari beton.
3. Bagi para peneliti dan pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
informasi atau referensi untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut
mengenai beton.
E. Batasan Masalah
Untuk mengetahui ruang lingkup penelitian ini, maka diperlukan Batasan-
Batasan masalah yaitu sebagai berikut:
F. Sistematika Penulisan
Sistemanika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab yang secara
berurutan menerangkan tentang hal – sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menbahas mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, Batasan masalah, sistematika penulisan, dan
keaslian penelitian yang akan dilakukan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan kajian literatur yang menjelaskan tentang teori- teori
dasar yang berhubungan dengan penelitian terdahulu dan gambaran umum
mengenai beton, material pembuatnya, bahan tambah pada beton berupa serat limbah
kaleng minuman, serta definisi mengenai kuat tekan pada beton. Selain itu, pada bab ini
juga berisi tentang tinjauan empiris terkait penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan
BAB III. METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan mengajikan bahasan mengenai jenis penelitian, lokasi dan
waktu, pembuatan benda uji, pengujian kuat tekan mortar dan metode analisis data.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menyajikan hasil analisis perhitungan data- data yang
diperoleh dari percobaan di laboraturium serta pembahasan dari hasil pengujian
yang diperoleh dalam bentuk tabel, gambar, dan grafik.
BAB V. PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.
G. Keaslian Penelitian
- Benda uji berbentuk silinder -Benda uji berbentuk balok dengan -Benda uji berbentuk silinder (10
dengan ukuran 15 cm x 30cm. dimensi 15x20x130. cm x 20 cm) berjumlah 36 buah
- Komposisi serat kaleng - Variasi penambahan serat kaleng - Variasi penambahan limbah
bervariasi 10 %, 15 %, dan 20 dengan dimensi 0,2x4 cm dan 0,2x8 serat kaleng minuman dengan
%. cm. variasi dimensi 0x0 cm, 0,2x4
- Metode pembuatan bahan - Metode pembuatan bahan tambah cm, 0,2x6 cm, dan 0,2x8 cm.
tambah serat kaleng dengan serat kaleng dengan menggunting - Metode pembuatan bahan
Variabel
mengunting kaleng sesuai kaleng sesuai ukuran variasi yang tambah limbah serat kaleng
Penelitian
ukurang yang di tentukan. telah di tentukan. minuman dengan meggunting
- Pengujian kuat tekan beton - Pengujian kuat lentur, lendutan, kaleng sesuai variasi ukuran
dan pola retak balok beton. yang telah di tentukan.
- Metode perawatan wet curing
- Pengujian kuat tekan beton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Beton
Menurut SNI-03-2847-2002, pengertian beton adalah campuran antara
semen Portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar,
dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat.
Beton disusun dari agregat kasar dan agregat halus. Agregat halus yang
digunakan biasanya adalah pasir alam maupun pasir yang dihasilkan oleh
industri pemecah batu, sedangkan agregat kasar yang dipakai biasanya
berupa batu alam maupun batuan yang dihasilkan oleh industri pemecah
batu.
B. Beton Berserat
Beton fiber (serat) merupakan beton yang terdiri dari semen hidrolik, air,
agregat halus, agregat kasar dan serat (serat baja, plastik, glass maupun
serat alami) yang disebar secara diskontinu. Tjokrodimuljo (1996)
mendefinisikan beton serat (fiber concrete) sebagai bahan komposit yang
terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat (batang-batang
dengan diameter antara 5 dan 500 μm dengan panjang sekitar 2,5 mm
sampai 10 mm). Penambahan serat pada beton dimaksudkan untuk
memperbaiki kelemahan sifat yang dimiliki oleh beton yaitu memiliki kuat tarik
yang rendah.
Salah satu sifat penting dari beton adalah daktilitas. Daktilitas yaitu
kemampuan struktur atau komponennya untuk melakukan deformasi inelastik
bolak-balik berulang di luar batas titik leleh pertama, sambil mempertahankan
sejumlah besar kemampuan daya dukung bebannya (SNI 03-1729-2002).
Sumber:
https://www.academia.edu/8462881/Senyawa_Kimia_Pada_Semen_Portland
Pada reaksi, daya larut hidrasi berkurang dalam air dibanding dengan
semen semula. Dan semen mengeras karena reaksi hidrasi kimia, dan reaksi
hidrasi ini melepaskan panas (Lawrence H.Van Vlack, l989).
2. Agregat Halus
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami
dari batuan besar menjadi butiran batuan yang berukuran kecil. Agregat
halus didefinisikan sebagai butiran batuan yang mempunyai ukuran terbesar
5,0 mm atau tertahan di saringan no. 4. Hasil desintegrasi alami ini
menghasilkan butiran agregat halus yang berbentuk cenderung membulat
dan bertekstur kasar. Moerdwiyono (1998) menjelaskan agregat halus terdiri
dari butiran –butiran 0,02-2 mm yang didapat dari disintegrasi batuan alam
(natural sand) atau didapat dari memecahnya (artificial sand).
Agregat halus adalah pengisi yang berupa pasir, agregat yang terdiri dari
butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus harus bersifat
kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca,
seperti terik matahari dan hujan (Istimawan Dipohusodo, l999).
Pasir
Pasir Pasir Pasir Fine
(Ayakan) Agak
Kasar Sedang Halus Aggregate
Halus
No. 90 – 90 – 90 – 95 –
4,75 4,8 0,1870 95 – 100
4 100 100 100 100
No. 75 – 85 – 95 –
2,36 2,4 0,0937 60 – 95 80 – 100
8 100 100 100
No. 75 – 90 –
1,18 1,2 0,0469 30 -70 55 - 90 50 – 85
16 100 100
No. 80 –
0,60 0,6 0,0234 15 – 34 35 – 59 60 – 79 25 – 60
30 100
No.
0,30 0,3 0,0117 5 – 20 8 – 30 12 - 40 15 - 50 5 - 30
50
No.
0,15 0,15 0,0059 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15 0 - 10
100
3. Air
Menurut SNI S-04-1989-F dalam (Adi Putra Sihombing dkk, 2018),
menjelaskan Air yang digunakan pada campuran mortar harus bersih dan
bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung asam, alkali, garam,
bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang dapat menurunkan kualitas
mortar.
Air memiliki fungsi untuk memicu proses kimiawi dari semen sebagai
bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah dalam pengerjaan
pengadukan mortar. Tujuan utama pemakaian air berfungsi untuk proses
hidrasi, yaitu reaksi antara semen dan air yang menghasilkan campuran
keras setelah beberapa waktu tertentu.
Kekuatan dari pasta pengerasan semen ditentukan oleh perbandingan
berat antara semen dan faktor air. Persyaratan Mutu Air menurut PUBI 1982,
adalah sebagai berikut:
1) Air harus bersih.
2) Tidak mengandung Lumpur,minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual dan tidak mengandung benda-benda
tersuspensi lebih dari 2gr/l.
3) Tidak mengandung garam yang dapat larut dan dapat merusak beton/
mortar (George Winter, l993).
Tabel 3: Batas dan izin untuk campuran beton
Ph 4,5 – 8,5
E. Kaleng Minuman
Limbah kaleng adalah limbah yang tidak bisa diurai secara alami atau
proses biologi, limbah kaleng ini termasuk limbah anorganik. Kaleng
minuman adalah suatu wadah logam yang dirancang untuk menampung
bagian cairan tetap seperti minuman ringan, minuman berkarbonasi,
minuman beralkohol, jus buah, minuman energy, teh, teh herbal, dll. Kaleng
minuman terbuat dari aluminium (75% produksi dunia) atau baja berlapis
timah (25% produksi dunia. Bagi orang awam, kaleng sering diartikan
sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat dari logam aluminium
dan digunakan untuk mengemas 14 makanan, minuman atau produk lain.
Menurut Haryadi dan Purwiyatno (2008), secara umum kemasan pangan
juga berfungsi melindungi produk pangan yang dikemas, baik terhadap
kerusakan fisik (benturan, gesekan, goresan, dan lain-lain). Dalam pengertian
ini, limbah kaleng minuman juga termasuk limbah wadah yang terbuat dari
aluminium dan campuran logam lainnya yang telah dibuang/ biasa disebut
sampah kaleng minuman. Berikut adalah karakteristik secara umum tentang
pengemas kaleng (alumunium) menurut Haryadi dan Purwiyatno (2008):
1. Bahan bersifat kaku (rigid) dengan kerapatan (densitas) yang bervariasi;
dari tinggi (untuk baja, atau pun baja alloy) dan rendah (untuk aluminium)
2. Mempunyai kekuatan tensil yang baik (good tensile strength).
3. Mempunyai tahanan yang sangat baik terhadap cahaya, uap air, cairan
dan bahan pangan.
4. Memerlukan penutup (closures) dan sambungan (seams) untuk
membentuk kemasan (wadah).
5. Digunakan dalam berbagai aplikasi kemasan: kaleng produk pangan,
aerosol, tubes, trays dan drum.
6. Memerlukan pelapisan sesuai dengan produk pangan yang akan
dikemas. Pelapisan yang tidak baik akan memungkinkan terjadinya reaksi
dengan produk.
Aluminium adalah salah satu jenis material yang banyak ditemui dan
didapat disekitar seperti kaleng minuman, komponen mobil, pesawat, kereta
api, perabot rumah tangga. Aluminium yang sudah terbuang atau tidak
terpakai berpotensi untuk dimanfaatkan kembali, sehingga beberapa pihak
mencoba melakukan berbagai percobaan untuk mencari solusi
memanfaatkan limbah dari aluminium.
Mendaur ulang sampah aluminium dapat menghemat 5% energi dari pada
memproduksi aluminium dari bauksit (Nia Artauli Sinaga 2016 : 269) .
Meningkatnya penggunaan kaleng sebagai wadah makanan atau minuman
memberikan masalah lingkungan yang menjadi perhatian 15 bersama.
Limbah minuman kaleng tersebut menjadi salah satu bahan bahan pencemar
yang mengganggu lingkungan. Sampah yang menimbulkan karat akan
mengganggu terhadap kesuburan tanah.
.
F. Faktor Yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton
1. Faktor Air Semen
Faktor air semen (FAS) adalah ukuran kekuatan beton, sehingga faktor ini
menjadi salah satu syarat utama dalam desain struktur beton pada
umumnya. Biasanya faktor air semen ini dinyatakan dengan perbandingan
berat air terhadap berat semen dalam campuran (Nawy,1990). Fungsi dari
FAS adalah memungkinkan terjadinya reaksi kimia sehingga terjadi proses
pengikatan dan pengerasan serta memudahkan dalam pengerjaan beton
(Arizki et al., 2015).
Faktor air semen atau water cement ratio (wcr) juga merupakan salah
satu faktor yang penting dalam pencampuran beton. Semakin tinggi nilai
FAS, mengakibatkan penurunan mutu kekuatan beton. Namun nilai FAS
yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin
tinggi. Jika FAS semakin rendah, maka beton akan semakin sulit untuk
dipadatkan. Dengan demikian, ada suatu nilai FAS yang optimal yang dapat
menghasilkan kuat tekan beton yang maksimal. Menurut Tjokrodimulyo
(2007) umumnya nilai FAS yang diberikan dalam praktek pembuatan beton
min. 0,4 dan max. 0,65
2. Umur Beton
Kekuatan dari sebuah beton akan bertambah sesuai dengan
bertambahnya usia dari beton tersebut. Berikut ini adalah perbandingan
antara kuat tekan beton dengan usia beton.
3. Jenis dan Jumlah Semen
Pengaruh jenis dan jumlah semen dalam beton adalah campuran zat
kimia dalam semen secara tidak langsung berpengaruh terhadap kuat
tekan beton.
4. Sifat Agregat
Sifat agregat yang paing berpengaruh terhadap kekuatan beton adalah
kekasaran permukaan dan ukuran maksim dari agregat (Tjokrodimuljo
(1996). Agregat yang mempunyai permukaan kasar menyebabkan terjadinya
ikatan yang baik antara pasta semen dengan agregat yang digunakan,
sedangkan pada agregat dengan ukuran permukaan yang besar dan
permukaannya halus menyebabkan lekatan pasta semen menjadi kurang.
5. Efisiensi dari perawatan
Perawatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
pekerjaan lapangan dan pembuatan benda uji. Perawatan yang tidak 29
efisien menyebabkan kekuatan beton berkurang hingga 40% bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya.
6. Suhu
Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah seiring dengan
pertambahan suhu.
Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Tinjauan Pustaka Variabel Target Pencapaian
Kaleng minuman atau makanan 1. Bagaimana 1. Untuk mengetahui Menurut SNI-03-2847- Variabel terikat dalam penelitian ini
2002, pengertian beton Kuat tekan diharapkan dengan
adalah salah satu limbah terbesar pengaruh pengaruh
adalah campuran beton, Variasi penambahan serat
pada alumunium, banyaknya penambahan 10% penambahan 10% umur betob (7 limbah kaleng
antara semen Portland
penggunaan alumunium sebagai serat limbah kaleng serat limbah kaleng atau semen hidraulik hari, 14 hari dan minuman pada
lainnya, agregat halus, 28 hari). campuran beton
wadah dari makanan atau minuman pada kuat minuman pada kuat
agregat kasar, dan air, Variabel Bebas dapat memberikan
minuman juga berbanding lurus tekan beton dengan tekan beton dengan pengaruh kualitas lebih baik
dengan atau tanpa
dengan limbah yang dihasilkan. variasi dimensi 0x0 variasi panjang 0cm, penambahan dari pada beton
bahan tambahan yang
10% serat pada umumnya.
Salah satu alternatif daur ulang cm, 0,2x4 cm, 4cm, 6cm, dan 8cm membentuk masa
limbah kaleng
padat. Beton disusun minuman pada
pada kaleng bekas minuman ini 0,2x6 cm, dan pada umur 7, 14, dan
dari agregat kasar dan kuat tekan beton
adalah menjadikannya seratserat, 0,2x8 cm pada 28 hari. agregat halus. dengan variasi
dengan cara membuat limbah umur 7, 14, dan 28 Limbah kaleng adalah dimensi 0x0 cm,
2. Untuk mengetahui limbah yang tidak bisa 0,2x4 cm, 0,2x6
kaleng tersebut menjadi hari.
perbandingan nilai diurai secara alami atau cm, dan 0,2x8
lempengan datar yang nantinya 2. Bagaimanakah proses biologi. cm
kuat tekan beton
akan dipotong kecil-kecil dengan perbandingan nilai Faktor yang Variabel Kontrol
sebelum dan sesudah mempengaruhi kuat Campuran
ukuran tertentu dan kuat tekan beton
dilakukan tekan beton. Rasio beton
menjadikannya seperti serat- sebelum dan campuran 1,2,3
penambahan limbah
serat. Berdasarkan beberapa sesudah Dengan
kaleng minuman. Perbandungan
peneltian yang telah dilakukan, ditambahkan
Semen 1, Pasir
penambahan serat (fiber) ke dengan limbah 2, batu 3, dan air
dalam campuran beton dapat kaleng minuman. 0,5.
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, akan mengunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2009:14), metode kuantitatif merupakan
metode penelitian yang berbasis pada filsafat positivisme, yang mana digunakan
untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, yang umumnya pengambilan
sampelnya dilakukan secara random, dan data dikumpulkan menggunakan
instrumen penelitian, lalu dianalisis secara kuantitatif/statistik dengan tujuan
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. penelitian kuantitatif dapat diartikan
juga sebagai penelitian ilmiah yang bersifat sistematis, terencana dan terstruktur
yang berprinsipkan logika hipotesis verifikasi guna mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori- teori atau hipotesis yang berkaitan
dengan fenomena alam secara deduktif.
Menurut Bungin (2004), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang
bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal yang terjadi atau yang akan
terjadi diantara variabel-variabel tertentu melalui upaya manipulasi atau
pengontrolan variabel-variabel tersebut atau hubungan diantara mereka agar
ditemukan hubungan, pengaruh atau perbedaan salah satu atau lebih variabel.
Penelitian eksperimen pada penelitian ini dilakukan dengan menambahkan
serat limbah kaleng minuman ke dalam campuran beton sebagai bahan tambah
semen dengan variasi tertentu. Beton yang dihasilkan kemudian dilakukan
pengujian terhadap kuat tekannya. dengan mengunakan metode perawatan wet
curing.
1. Persiapan Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Satu set saringan ASTM
Saringan ini digunakan untuk mengukur distribusi atau gradasi dari
agregat yang digunakan dalam adukan beton.
2) Timbangan analitis
Timbangan ini digunakan untuk menentukan berat bahan yang
digunakan dalam penelitian.
3) Alat penggetar (shieve shaker)
Alat getar ini digunakan untuk menggetarkan agregat halus dalam
saringan ASTM. Alat ini dapat membantu penyaringan agregat
dibandingkan dengan diayak manual.
4) Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan agregat halus, agregat kasar,
dan bahan tambah yang digunakan pada pengujian material agar
material yang diperoleh tidak mengandung air. Oven ini digunakan
pada pengujian kelembaban, air resapan, dan kebersihan agregat
terhadap lumpur dengan cara kering.
5) Picnometer
Picnometer digunaan sebagau tempat takaran agregat halus dan
semen pada saat pengujian berat jenis pasir dan semen.
6) Loyang
Loyang digunaka sebagai tempat agregat halus, agregat kasar, dan
semen pada saar penimbangan dan pengovenan pada pengujian
material.
7) Timbangan
Timbangan digunakan untuk menentukan berat semen, pasir, dan
kerikil sebagai bahan pengisi dan pembentuk beton. Timbangan
juga digunakan untuk menentukan berat benda uji.
8) Keranjang sample
Digunakan sebagai wadah agregat kasar saat menentukan berat di
dalam air pada saat pengujian berat jenis agregat kasar.
9) Satu set alat uji slump
Digunakan untuk mengukur nilai slump pada campuran.
10) Gunting
Digunakan untuk memotong limbah keleng minuman.
11) Mesin molen
Mesin molen digunakan untuk mengaduk campuran bahan pengisi
beton.
12) Electric mixer
Digunakan untuk mencampur bahan tambah dan beton segar
13) Cetakan silinder
Digunakan untuk mencetak benda uji denan ukuran diameter 10 cm
dan tinggi 20 cm.
14) Mesin UTM (Universal Testing Machine)
Digunakan untuk menguji kuat tekan pada benda uji yang telah
dibuat.
15) Bak perendaman
Digunakan untuk merawat benda uji yang telah dibuat dengan
metode wet curing.
2. Persiapan Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Semen Portland tipe I
2) Agregat halus (pasir)
3) Agregat kasar (kerikil/batu pecah)
4) Serat limbah kaleng minuman
5) Air
D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009: 60), variabel penelitian adalah sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh seorang peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai
objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Suharsimi Arikunto, 1988: 99).
Tabel 4: Variabel penelitian
Tabel 5: Jumlah benda uji yang akan digunakan pada penelitian ini
0,2x4 cm 3 3 3 9
0,2x6 cm 3 3 3 9
0,2x8 cm 3 3 3 9
Total 36 buah
Tabel 6: Coding Setiap Benda Uji Dalam Penelitian
Variasi Pengujian
Simbol
Penambahan Kuat Simbol Simbol
Benda Uji
Bubuk Tekan Benda Uji Benda Uji
Mortar
Tulang Ikan Mortar / Mortar Umur Mortar Umur
Umur 7
Tuna Waktu 14 Hari 28 Hari
Hari
(BUTINA) Pengujian
SKM-1-0-7 SKM-1-0-14 SKM-1-0-28
0% 3 SKM-2-0-7 SKM-2-0-14 SKM-2-0-28
SKM-3-0-7 SKM-3-0-14 SKM-3-0-28
SKM-1-4-7 SKM-1-4-14 SKM-1-4-28
12,5% 3 SKM-2-4-7 SKM-2-4-14 SKM-2-4-28
SKM-3-4-7 SKM-3-4-14 SKM-3-4-28
SKM-1-6-7 SKM-1-6-14 SKM-1-6-28
15% 3 SKM-2-6-7 SKM-2-6-14 SKM-2-6-28
SKM-3-6-7 SKM-3-6-14 SKM-3-6-28
SKM-1-8-7 SKM-1-8-14 SKM-1-8-28
17,5% 3 SKM-2-8-7 SKM-2-8-14 SKM-2-8-28
SKM-3-8-7 SKM-3-8-14 SKM-3-8-28
Jumlah Benda Uji : 36 Buah
Penamaan Sampel/ Benda Uji Diurutkan Sebagai Berikut :
- SKM : Serat Limbah Kaleng Minuman
- No Sampel : Contoh (SKM-1-0-7)
- Variasi : Contoh (SKM-1-0-7)
- Umur Perawatan (Curing) : Contoh (SKM-1-0-7)
E. Tahap Pengelolahan Bahan Tambah Serat Limbah Kaleng
Minuman
Adapun Langkah- Langkah untuk membuat serat limbah kaleng
minuman sebagai bahan tambah sebagai berikut :
F. Ilustrasi Pengujian
Pengujian benda uji yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
mengetahui kuat tekan beton normal dan beton dengan penambahan
CAT-ABU dengan variasi tertentu. Alat yang digunakan untuk mengukur
kuat tekan adalah UTM (Universal Testing Machine) yang terdapat di
Labo. Material, Struktur, dan Konstruksi Bangunan FT-UH.
Gambar 4: Posisi Perawatan Benda Uji untuk Pengujian Kuat Tekan pada Umur 7 hari
: Perawatan Beton Umur 14 Hari
e. Tahap Pengujian
Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tekan pada beton normal
berupa pengujian kuat tekan beton pada umur beton 7,14, dan 28 hari.
Gambar 6: Posisi Benda Uji Setelah Pengujian Kuat Tekan pada Umur Beton 7 Hari
Gambar 7: Posisi Benda Uji Setelah Pengujian Kuat Tekan pada Umur Beton 14 Hari
Gambar 8: Posisi Benda Uji Setelah Pengujian Kuat Tekan pada Umur Beton 28 Hari
f. Tahap Analisis Data
Disebut tahap analisis data. Pada tahap ini, data yang diperoleh dari
hasil pengujian dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan hubungan
antara variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian.
g. Tahap Pengambilan Kesimpulan
Pada tahap ini, data yang telah dianalisis dibuat suatu kesimpulan
yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
Penurunan
Warna
Kekuatan
(%)
Jernih 0
Kuning 20-30
kemerahan
Coklat 30-50
kemerahan
Coklat tua 50-100
Dimana :
sebagai berikut:
Timbangan
Piknometer
Talam
Oven
Mould
Tongkat pemadat
Prosedur pengujian yang dilakukan adalah:
1986- 1990
Pengujian gradasi agregat halus Pengujian ini dilakukan untuk
pengerjaan dan sifat kohesi campuran adukan beton, selain itu gradasi
sebagai berikut:
Timbangan digital
Oven
Talam
Mesin penggetar (shieve shaker)
sebagai berikut:
Timbangan digital
Oven
Talam
Aquades
Saringan No.200 dan No.16
sebagai berikut:
Timbangan digital
Oven
Talam
sebagai berikut:
Mould/alat penakar
Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
Tongkat pemadat
berat kerikil dalam kondisi kering dengan volume kerikil total), bulk
Dimana :
a : berat kasar berat agregat kasar sebanyak 1500 gram
Timbangan digital
Oven
pembuatan beton.
berikut:
Timbangan digital
Oven dan pan
Agregat kasar dalam kondisi kering oven
Alat penggetar (shieve shaker)
Satu set saringan ASTM 37.50 mm, 19.00 mm, 9.50 mm, 4.75
mm, dan pan
Volume
Sebut Baik Sekali Baik Dapat
an Beton Diterima
(m3)
Kecil <1000 4.5 < S < 5.5 < S < 6.6 < S < 8.5
5.5 6.5
Sedan 1000- 3.5 < S < 4.5 < S < 6.5 < S < 7.5
g 3000 4.5 5.5
Besar >3000 2.5 < S < 3.5 < S < 4.5 < S < 6.5
3.5 4.5
Sumber: (kementrian pekerjaan umum dan perumahan
rakyat, 2017)
II, V dipecah
Batu pecah 23 32 45 54
Portlan dipecah
Batu pecah 25 33 44 48
dtipe III
Batu 25 31 46 53 Kubus
tidak
dipecah
Batu pecah 30 40 53 60
= 0,5
Gambar 11. Hubungan Antara Kuat Tekan
dan Faktor Air Semen untuk
cm)
mengapitnya.
- Plot nilai kekuatan tekan rata-rata dari langkah 4,
kemudian tarik garis mendatar hingga memotong kurva
Maksimu
m
Batu tak 150 180 205 225
10 mm
dipecah
Batu pecah 180 205 230 250
ruangan bangunan
a. Keadaan
275 0.6
keliling non- 0
korosif 325
0.5
b. Keadaan 2
keliling korosif
disebabkan
oleh
kondensasi
atau uap-uap
325
korosif
0.6
Beton di luar 0
ruang bangunan
a. Tidak
matahari
langsung 0.5
5
Beton yang masuk
kedalam tanah
a. Mengalami
keadaan basah
Jumlah Semen Nilai Faktor Air
Kondisi Lingkungan Minimum per
Semen
m3 Maksimum
beton
(kg)
dan kering
berganti- ganti
Lihat tablea)
b. Mendapat
pengaruh
sulfat alkali
dari tanah atau
air tanah
Lihat table b)
Beton yang kontinu
berhubungan dengan
air
a. Air tawar
b. Air laut
Keterangan:
a)
Tabel - kententuan untuk beton yang berhubungan dengan air
tanah yang mengandung sulfat
b)
Tabel – ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air.
pelaksanaan
B2 = berat air/m3
B3 = berat
= resapan
agregat halus (%) Dm = kadar air
agregat kasar
Semen, tetap = B1
Agregat halus = B3 +
= B4 +
b. Basahi mesin molen terlebih dahulu dengan air agar dinding mesin
1/3 bagian air sisanya secara bertahap dan diaduk hingga campuran
menjadi homogen.
metode pelaksanaan:
atas permukaan.
kali. Akan tetapi, jika masih gagal maka beton dinyatakan tidak
1 30 Penusukan 3 100
0
2 Lebih dari 300 Penusukan Disesuaika 100
n
3 300 sampai 460 Penggetar 2 Setengah
an tinggi
benda uji
4 Lebih dari 460 Penggetar 3 atau 200
an lebih
sedekat
mungkin
dengan
yang
dapat
dilakukan
Balok
benda uji
2 Lebih dari 200 Penusukaa 3 atau 100
n lebih
3 150 sampai 300 Penggetar 1 Setebal
an
specime
200 50
250 75
diratakan dengan alat roskam sampai rata dengan sisi atas cetakan
beton dicetak. Hal ini dikarenakan dapat mengubah air yang ada
dilakukan
di dalam air yang jenuh kapur atau disimpan di dalam ruang lembab
- Benda uji harus dijaga dari tetesan air atau aliran air dari luar
6. Pengujian Benda Uji
merusak material benda uji, setelah itu akan Nampak nilai atau
informasi dari beton yang diuji. Adapun dalam pengujian destructive
test, karena sifatnya merusak maka material yang telah diuji tidak
machine
Uji tanpa merusak (Non Destructive Test)
Uji tanpa merusak atau non destructive test merupaan
Machine (UTM).
Keterangan:
1. Bentuk kehancuran kerucut (cone)
pengaruh antarvariabel.
I. Diagram Alur Penelitian
Mula
i
Studi
Literatur
Serat Pengujian
kaleng material
Agregat Serat
halus kaleng
Agregat
Tahap II
Mix
design
Pembuatan
adukan
Pengujian
slump
Pengujian slump
Pembuatan benda
uji Tahap III
Tahap V
Kesimpulan
Tahap VII