Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI .................................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................2

2.1 Definisi .....................................................................................................2

2.2 Anatomi ....................................................................................................2

2.3 Mekanisme Fraktur ..................................................................................4

2.4 Klasifikasi .................................................................................................5

2.5 Gambaran Klinis ......................................................................................6

2.6 Pemeriksaan Fisik ....................................................................................7

2.7 Pemeriksaan Radiologi .............................................................................9

2.8 Tatalaksana ...............................................................................................9

2.9 Komplikasi ............................................................................................11

BAB 3. LAPORAN KASUS .......................................................................................13

BAB 4. PENUTUP ......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................20

i
BAB I
PENDAHULUAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang. Fraktur dibagi atas dua,
yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup (simple) yaitu bila kulit yang
tersisa diatasnya masih intak (tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar), sedangkan fraktur terbuka (compound) yaitu bila kulit yang melapisinya tidak
intak dimana sebagian besar fraktur jenis ini sangat rentan terhadap kontaminasi dan
infeksi.1,2

Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah tempat yang paling sering
terkena fraktur pada usia lanjut. Ada beberapa variasi insiden terhadap ras. Fraktur
collum femur lebih banyak pada populasi kulit putih di Eropa dan Amerika Utara. Insiden
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sebagian besar pasien adalah wanita
berusia tujuh puluh dan delapan puluhan.1,2

Namun fraktur collum femur bukan semata-mata akibat penuaan. Fraktur


collum femur cenderung terjadi pada penderita osteopenia diatas rata-rata, banyak
diantaranya mengalami kelainan yang menyebabkan kehilangan jaringan tulang dan
kelemahan tulang, misalnya pada penderita osteomalasia, diabetes, stroke, dan
alkoholisme. Beberapa keadaan tadi juga menyebabkan meningkatnya kecenderungan
terjatuh. Selain itu, orang lanjut usia juga memiliki otot yang lemah serta keseimbangan
yang buruk sehingga meningkatkan resiko jatuh.1,2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang. Fraktur collum atau neck (leher)
femur adalah tempat yang paling sering terkena fraktur pada usia lanjut. Fraktur tertutup
(simple) yaitu bila kulit yang tersisa diatasnya masih intak (tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar), sedangkan fraktur terbuka (compound) yaitu bila kulit
yang melapisinya tidak intak dimana sebagian besar fraktur jenis ini sangat rentan terhadap
kontaminasi dan infeksi.1,2

2.2 Anatomi

Femur merupakan tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh, meneruskan


berat tubuh dari os coxae ke tibia sewaktu kita berdiri. Caput femoris ke arah
craniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendi dengan acetabulum. Ujung proksimal
femur terdiri dari sebuah caput femoris dan dua trochanter (trochanter mayor dan
trochanter minor).2

Gambar 2.1. Anatomi femur.3

2
Area intertrochanter dari femur adalah bagian distal dari collum femur dan
proksimal dari batang femur. Area ini terletak di antara trochanter mayor dan
trochanter minor. Caput femoris dan collum femoris membentuk sudut (1150- 1400)
terhadap poros panjang corpus femoris, sudut ini bervariasi dengan umur dan jenis
kelamin. Corpus femoris berbentuk lengkung, yakni cembung ke arah anterior.
Ujung distal femur, berakhir menjadi dua condylus, epicondylus medialis dan
epicondylus lateralis yang melengkung bagaikan ulir.2
Caput femoris mendapatkan aliran darah dari tiga sumber, yaitu pembuluh
darah intramedular di leher femur, cabang pembuluh darah servikal asendens dari
anastomosis arteri sirkumfleks media dan lateral yang melewati retinakulum
sebelum memasuki caput femoris, serta pembuluh darah dari ligamentum teres.2

Gambar 2.2. Vaskularisasi femur.3

Pada saat terjadi fraktur, pembuluh darah intramedular dan pembuluh darah
retinakulum mengalami robekan bila terjadi pergeseran fragmen. Fraktur
transervikal adalah fraktur yang bersifat intrakapsuler yang mempunyai kapasitas
yang sangat rendah dalam penyembuhan karena adanya kerusakan pembuluh darah,
periosteum yang rapuh, serta hambatan dari cairan sinovial.2,3

Sendi panggul dan leher femur ini dibungkus oleh capsula yang di medial
melekat pada labrum acetabuli, di lateral, ke depan melekat pada linea

3
trochanterika femoris dan ke belakang pada setengah permukaan posterior collum
femur. Capsula ini terdiri dari ligamentum iliofemoral, pubofemoral, dan
ischiofemoral. Ligamentum iliofemoral adalah sebuah ligamentum yang kuat dan
berbentuk seperti huruf Y terbalik. Dasarnya disebelah atas melekat ada spina iliaca
anterior inferior, dibawah kedua lengan Y melekat pada bagian atas dan bawah
linea intertrochanterica. Ligament ini berfungsi untuk mencegah ekstensi
berlebihan selama berdiri. Ligamentum pubofemoral berbentuk segitiga. Dasar
ligamentum melekat pada ramus superior ossis pubis, dan apex melekat di bawah
pada bagian bawah linea intertrochanterica. Ligament ini berfungsi untuk
membatasi gerak ekstensi dan abduksi. Ligamentum ischifemoral berbentuk spiral
dan melekat pada corpus ossis ischia dekat margo acetabuli dan di bagian bawah
melekat pada trochanter mayor. Ligament ini membatasi gerak ekstensi.

Gambar 2.3. Anatomi ligament pada femur.3

2.3 Mekanisme Fraktur

a. Low-energy trauma: paling umum pada pasien yang lebih tua.


 Direct: Jatuh ke trokanter mayor (valgus impaksi) atau rotasi eksternal yang
dipaksa pada ekstremitas bawah menjepit leher osteroporotik ke bibir
posterior acetabulum (yang mengakibatkan posterior kominusi)
 Indirect : Otot mengatasi kekuatan leher femur
b. High-energy trauma: Terjadi patah tulang leher femur pada pasien yang lebih
muda dan lebih tua, seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari
ketinggian yang signifikan.
c. Cyclic loading-stress fractures: Terjadi pada atlet, militer, penari balet, pasien
dengan osteroporosis dan osteopenia berada pada risiko tertentu.2

4
Fraktur biasanya disebabkan oleh jatuh biasa, walaupun demikian pada orang-orang
yang mengalami osteoporosis, energi lemah dapat menyebabkan fraktur. Pada orang-
orang yang lebih muda, penyebab fraktur umumnya karena jatuh dari ketinggian atau
kecelakaan lalu lintas. Terkadang fraktur collum femur pada dewasa muda juga
diakibatkan oleh aktivitas berat seperti pada atlit dan anggota militer.1

2.4 Klasifikasi

a) Lokasi anatomi:
 Subcapital (paling sering)
 Transcervical
 Basicervical

Gambar 2.4. Klasifikasi fraktur leher femur mengikut lokasi anatomi. 5

Klasifikasi yang paling bermanfaat adalah Garden dimana klasifikasi ini dibuat
berdasarkan pergeseran yang nampak pada hasil sinar-x sebelum reduksi.1

Garden Type I : fraktur inkomplit, termasuk fraktur abduksi dimana caput femoris
miring ke arah valgus yang berhubungan dengan collum femoris
Garden Type II : fraktur komplit, namun tidak terdapat pergeseran
Garden Type III : fraktur komplit disertai pergeseran parsial
Garden Type IV: fraktur komplit dengan pergeseran keseluruhan

Gambar 2.5. Klasifikasi Garden

5
Fraktur Garden I dan II dimana hanya terjadi sedikit pergeseran, memiliki prognosis
yang lebih baik untuk penyatuan dibandingkan dengan fraktur Garden III dan IV. Hal ini
tentunya memiliki pengaruh yang penting terhadap pilihan terapi.1
Klasifikasi Pauwel berdasarkan sudut fraktur dari garis horizontal2:

 Tipe I : >30 derajat


 Tipe II: 50 derajat
 Tipe III: > 70 derajat

Gambar 2.6. Klasifikasi Pauwel. 2


Besarnya kekuatan dengan sudut yang besar akan mengarah kepada fraktur yang
tidak stabil.2

2.5 Gambaran Klinis

Biasanya terdapat riwayat jatuh, yang diikuti nyeri pinggul. Pada fraktur dengan
pergeseran, tungkai pasien terletak pada rotasi eksternal dan terlihat pemendekan bila
dibandingkan dengan tungkai yang lain. Namun tidak semua fraktur nampak demikian
jelas. Pada fraktur yang terimpaksi pasien mungkin masih dapat berjalan dan pasien yang
sangat lemah atau cacat mental mungkin tidak mengeluh, sekalipun mengalami fraktur
bilateral. Untuk high-energy trauma harus diperiksa sesuai standar ATLS.1,2

Fraktur collum femur pada dewasa muda biasanya disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas atau jatuh dari ketinggian serta sering dikaitkan dengan cedera multipel.
Mendapatkan keterangan yang akurat mengenai ada atau tidaknya sinkop, riwayat
penyakit, mekanisme trauma dan aktivitas keseharian sangat penting untuk menentukan
pilihan terapi.1,2

6
2.6 Pemeriksaan Fisik

Diagnosis fraktur femur dapat ditegakkan dengan anamnesis yang lengkap mengenai
kejadian trauma meliputi waktu, tempat, dan mekanisme trauma; pemeriksaan fisik yang
lengkap dan menyeluruh, serta pencitraan menggunakan foto polos sinar-x.

Look (Inspeksi):
 Deformitas: Deformitas dapat timbul dari tulang itu sendiri atau penarikan dan
kekakuan jaringan lunak.
 Sikap anggota gerak: Kebanyakan fraktur terlihat jelas, namun fraktur satu tulang di
lengan atau tungkai atau fraktur tanpa pergeseran mungkin tidak nampak. Pada
gambar bawah ini merupakan contoh pengamatan sikap anggota gerak bawah yang
terlihat memendek disertai rotasi eksterna.

Gambar 2.7. Gambaran klinis fraktur collum femur. 4


Feel (Palpasi):
 Nyeri tekan: Tanyakan pada pasien daerah mana yang terasa paling sakit. Perhatikan
ekspresi pasien sambal melakukan palpasi.
 Spasme otot: Hal ini bisa terlihat dan teraba dari daerah fraktur dan pada gerakan
sederhana
 Krepitasi: Krepitasi tulang dari gerakan pada daerah fraktur dapat diraba
 Pemeriksaan kulit dan jaringan lunak di atasnya: Pada fraktur akut, terapi tergantung
pada keadaan jaringan lunak yang menutupinya. Adanya blister atau pembengkakan
merupakan kontraindikasi untuk operasi implan. Abrasi pada daerah terbuka yang
lebih dari 8 jam sejak cedera harus dianggap terinfeksi dan operasi harus ditunda
sampai luka sembuh sepenuhnya. Bebat dan elevasi menurunkan pembengkakan dan
ahli bedah harus menunggu untuk keadaan kulit yang optimal.

7
 Neurovaskular distal: Kondisi neurovaskular distal harus diperiksa karena fraktur
apapun dapat menyebabkan gangguan neurovaskular.
Move (Gerakan):
Sebagai skrining cepat, gerakan aktif dari seluruh anggota gerak diuji pada
penilaian awal. Pasien dengan fraktur mungkin merasa sulit untuk bergerak dan fraktur
harus dicurigai jika ada yang nyeri yang menimbulkan keterbatasan. Manuver yang
memprovokasi nyeri sebaiknya tidak dilakukan. Gerakan sendi yang berdekatan harus
diperiksa pada malunion untuk kasus kekakuan pascatrauma.

Pengukuran
Pada fraktur dengan pergeseran atau dislokasi, hal ini nampak jelas.Pada kasus
malunion atau nonunion, penilaian pemendekan atau pemanjangan sangat penting.

Apparent leg length discrepancy dapat diukur dari xiphisternum ke maleolus


medial dengan menjaga tubuh dan kaki sejajar dengan alas dan tidak membuat setiap
upaya untuk menyamakan sisi panggul. Hal ini akan memberikan perbedaan fungsional
pada panjang kaki.

Gambar 2.8. Pengukuran Apparent leg length discrepancy. 4

Gambar 9. True leg length discrepancy. 4

Raba spina iliaka anterior superior (SIAS) dan atur panggul agar sejajar (garis
yang menghubungkan kedua SIAS tegak lurus dengan alas).Lalu ukur panjang kaki dari

8
SIAS ke maleolus medial, maka akan didapatkan true length measurement. Pastikan kaki
berada dalam sikap dan posisi yang sama.

2.7 Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan sinar-x pelvis posisi anteroposterior (AP) dan sinar-x proksimal


femur posisi AP dan lateral diindikasikan untuk kasus curiga fraktur collum femur. Dua
hal yang harus diketahui adalah apakah ada fraktur dan apakah terjadi pergeseran.
Pergeseran dinilai dari bentuk yang abnormal dari outline tulang dan derajat
ketidaksesuaian antara garis trabekula di kaput femur, collum femur, dan supra-
asetabulum dari pelvis. Penilaian ini penting karena fraktur terimpaksi atau fraktur yang
tidak bergeser akan mengalami perbaikan setelah fiksasi internal, sementara fraktur
dengan pergeseran memiliki angka nekrosis avaskular dan malunion yang tinggi.1,2

Magnetic resonance imaging (MRI) saat ini merupakan pilihan pencitraan untuk
fraktur tanpa pergeseran atau fraktur yang tidak nampak di radiografi biasa. Bone scan
atau CT scan dilakukan pada pasien yang memiliki kontraindikasi MRI.1,2

Gambar 2.10. MRI menunjukkan fraktur collum femur tanpa pergeseran. 2

2.8 Tatalaksana

Prinsip-prinsip umum:
Optimasi pra operasi medis yang cepat : Mortalitas dikurangkan dengan operasi dalam
waktu 48 jam fiksasi yang stabil dan mobilisasi dini.7 Pengobatan fraktur leher femur dapat
berupa:9
a. Konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas (Non-operatif)
Indikasi: Fraktur nondisplaced pada pasien mampu memenuhi pembatasan

9
a. Terapi operatif:
Indikasi: displaced fraktur dan nondisplaced
Fiksasi internal diindikasikan untuk Garden Tipe I, II, III pada pasien muda,patah
tulang yang tidak jelas, dan fraktur displaced pada pasien muda.6

Bentuk pengobatan bedah yang dipilih ditentukan terutama oleh lokasi fraktur
(femoralis leher vs intertrochanteric), displacement, dan tingkat aktivitas
pasien.Kemungkinan untuk tidak reduksi adalah pada pasien dengan stress fracture
dengan kompresi pada leher femur dan fraktur leher femur pada pasien yang tidak bisa
berjalan atau komplikasi yang tinggi.Terapi operatif hampir sering dilakukan pada
orang tua karena:6

 Perlu reduksi yang akurat dan stabil


 Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi

Jenis-jenis operasi:

a. Pemasangan pin
Pemasangan pin haruslah dengan akurasi yang baik karena pemasangan pin yang tidak
akurat ( percobaan pemasangan pin secara multiple atau di bawah trokanter) telah
diasosiasi dengan fraktur femoral sukbtrokanter.

b. Pemasangan plate dan screw


Fraktur leher femur sering dipasang dengan konfigurasi apex distal screw atau apex
proximal screw.Pemasangan screw secara distal sering gagal berbanding dengan
distal.fiksasi dengan cannulated screw hanya bisa dilakukan jika reduksi yang baik telah
dilakukan. Setelah fraktur direduksi, fraktur ditahan dengan menggunakan screw atau
sliding screw dan side plate yang menempel pada shaft femoralis.Sliding hip screw
(fixed-angle device) ditambah derotation screw diindikasikan untuk fraktur cervical basal
dan patah tulang berorientasi vertikal.1,6
c. Artroplasti; dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun dengan pilihan eksisi
arthroplasti, hemiarthroplasti, dan arthroplasti total

10
Gambar 2.11. Algoritma untuk pengobatan fraktur intracapsular leher femur.
2.9 Komplikasi

Komplikasi umum
Pasien yang berusia tua sangat rentan untuk menderita komplikasi umum seperti
thrombosis vena dalam, emboli paru, pneumonia dan ulkus dekubitus.

Nekrosis avaskular
Nekrosis iskemik dari caput femoris terjadi pada sekitar 30 kasus dengan fraktur
pergeseran dan 10 persen pada fraktur tanpa pergeseran. Hampir tidak mungkin untuk
mendiagnosisnya pada saat fraktur baru terjadi. Perubahan pada sinar-x mungkin tidak
nampak hingga beberapa bulan bahkan tahun. Baik terjadi penyatuan tulang maupun
tidak, kolaps dari caput femoris akan menyebabkan nyeri dan kehilangan fungsi yang
progresif.

Non-union
Lebih dari 30 persen kasus fraktur collum femur gagal menyatu, terutama pada
fraktur dengan pergeseran. Penyebabnya ada banyak: asupan darah yang buruk, reduksi
yang tidak sempurna, fiksasi tidak sempurna, dan penyembuhan yang lama.

11
Osteoartritis
Nekrosis avaskular atau kolaps kaput femur akan berujung pada osteoartritis
panggung. Jika terdapat kehilangan pergerakan sendi serta kerusakan yang meluas, maka
diperlukan total joint replacement.

12
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. S
 Umur : 55 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Sempusari, Jember
 Suku : Jawa
 Agama : Islam
 Tanggal MRS : 13-3-2020
 No. RM : 038464

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan heteroanamnesis kepada pasien dan
keluarga pasien pada hari pertama pasien MRS di Ruang Teratai RS Citra Husada Jember.

Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama : Nyeri pinggul kanan
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan nyeri pada pinggul kanan setelah jatuh 3 minggu yang
lalu. Pasien kemudian memeriksakan diri ke dr. Sp.OT dan direncanakan untuk
pemasangan alat pengganti pinggul.
c) Riwayat Pemberian Obat :
Asam Mefenamat 3x500mg bila nyeri
d) Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan keluhan saat ini.
e) Riwayat Penyakit Keluarga :
Dalam keluarga tidak ditemukan penyakit yang berhubungan dengan keluhan saat ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Umum (saat di Ruang Teratai)
a. Keadaan umum : Cukup

13
b. Kesadaran :
 Kualitatif : Compos mentis
 Kuantitatif (GCS) : 15 (4-5-6)
c. Tanda-Tanda Vital :
 Tekanan darah : 130/70
 Frekuensi Nadi : 78 x/menit
 Frekuensi Pernapasan : 16 x/menit
 Suhu : 36.9 0C
 Waktu pengisian kapiler : < 2 detik
 SpO2 : 99%

d. Kulit : Anemis (-), sianosis (-), pteki (-), turgor cepat kembali, CRT < 2 detik
e. Otot : Atrofi (-), spastik (-), penggunaan otot napas tambahan (-)
f. Ekstremitas : pada ekstremitas bawah kanan ditemukan pemendekan apparent
dan true length femur. Anatomical length femur tidak mengalami pemendekan
Kesan: Keadaan umum pasien cukup, kesadaran compos mentis, status gizi baik,
terdapat deformitas pada ekstremitas kanan bawah.

Pemeriksaan Khusus
a) Kepala dan leher
Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnea (-), pembesaran kelenjar getah bening
(-)
b) Dada
 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan
Batas kanan bawah : ICS IV garis parasternal kanan
Batas kiri atas : ICS II garis parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS IV garis midklavikula kiri
Auskultasi : S1S2 tunggal, tidak ada suara tambahan

14
 Paru-Paru
Depan
Inspeksi : simetris, retraksi (-), ketertinggalan gerak (-)
Palpasi : fremitus raba (+)/(+), krepitasi subkutis (-)/(-)
Perkusi : sonor (+)/(+)
Auskultasi : vesikular (+)/(+), ronki (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Belakang
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : fremitus raba (+)/(+), krepitasi subkutis (-)/(-)
Perkusi : sonor (+)/(+)
Auskultasi : vesikular (+)/(+), ronki (-)/(-), wheezing (-)/(-)

c) Perut
Inspeksi : permukaan dinding perut datar/flat
Auskultasi : bising usus positif normal
Perkusi : timpani, pekak hepar (+)
Palpasi : supel, hati, limpa, dan ginjal tidak teraba

d) Anggota gerak
Atas : akral hangat +/+, edema -/-, sianosis (-), atrofi otot (-), spastik -/-
Bawah : akral hangat +/+, edema -/-, sianosis (-), atrofi otot (-), spastik -/-,
deformitas (+)

e)Tulang Belakang
Deviasi (-)

f) Neurologi
Meningeal Sign : KK (-), K (-), L (-), B1 (-), B2 (-)
Nervis Kranial:
- N. III : Pupil bulat isokor, 4mm/4mm, RC +/+
- N. VII : simetris/simetris
- N. XII : simetris/simetris

15
Motorik:
KO 55555 55555 TO N N RF B +2 +2 RP(-)
55555 55555 N N T +1 +1
K +2 +2
A +2 +2
Sensorik : dbn
Otonom : BAB (+), BAK (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi Lengkap 11/3/2020 Nilai Rujukan
Hemoglobin 14,3 13,4-17,5 gr/dL
Leukosit 6.800 4,000-11,000 ul/darah
Hematokrit 42 40-47 %
Trombosit 178 150-450 x109/L

Kesan: pemeriksaan darah lengkap tidak ditemukan kelainan

V. RESUME
Anamnesis
Pasien mengeluhkan nyeri pada pinggul kanan setelah jatuh 3 minggu yang
lalu. Pasien kemudian memeriksakan diri ke dr. Sp.OT dan direncanakan untuk
pemasangan alat pengganti pinggul.

Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Cukup
b) Kesadaran : Compos mentis
c) Tanda-tanda vital : Tanda syok (-), febris(-), takipneu (-)
d) Status gizi : Baik
e) Kulit : Anemis (-)
f) Mulut : Sianosis (-)
g) Hidung : Mukosa hiperemis (-/-), concha edem (-/-), sekret (-/-)

16
h) Faring : Hiperemis (-), sekret (-)
i) Paru : Wheezing (-/-), rhonki (-/-)
j) Anggota gerak : Akral hangat (+), edema (-), deformitas anggota gerak
kanan bawah
k) Neurologi : refleks patologis (-)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lab pada 11/03/2020 dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan tidak
ditemukan kelainan
Pemeriksaan Radiologi menunjukkan fraktur neck femur dextra

Gambar 3.1. Pemeriksaan Radiologis


VI. DIAGNOSIS KERJA
Primer : Closed Fraktur Neck Femur
Sekunder : (-)
Diagnosis banding : (-)

VII. TATALAKSANA
a) Cairan : inf RL 1000cc/24 jam
b) Medikamentosa :
 Inj Cefuroxime 2x1g
 Inj metamizol 3x1g
c) Bedah (14-3-2020)
Diagnosa pra operasi: fraktur neck femur

17
Diagnosa pasca operasi : fraktur neck femur post hip arthroplasty dextra
Durante operasi:
1. Pemberian antibiotik profilaksis menggunakan cefuroxime 2g
2. Posisi femur miring kanan atas
3. Desinfeksi lapang operasi dan pasang draping
4. Insisi kulit dan jaringan lunak
5. didapati: fraktur neck femur dextra
6. dilakukan hip arthroplasty diameter 44
7. Jahit luka, pasang drain
8. Operasi selesai

VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam

18
BAB IV
PENUTUP

Fraktur neck femur merupakan fraktur yang prevalen pada usia lansia. Trauma
jatuh dapat menjadi pencetus terjadinya fraktur ini. Hip arthroplasty merupakan
penatalaksanaan fraktur neck femur yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Solomon, L dkk. Fractures of the Femoral Neck; Apley’s System of Orthopaedic and
Fractures, 8th Ed. Arnold, 2001. Hal: 847-52.
2. Egol, K dkk. Femoral Neck Fractures; Handbook of Fractures, 3rd Ed. Lippincott
Williams & Wilkins, 2002. Hal: 319-28.
3. Thompson, J. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy, 2nd Ed. Elsevier Saunders,
2010. Hal: 251-7.
4. Rex, C. Examination of Patient withBone and Joint Injuries; Clinical Assessment and
Examination in Orthopedics, 2nd Ed. Jaypee Brothers Medical, 2012. Hal: 17-21.
5. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition.
Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.
6. Skinner, H. Femoral Neck Fractures. Current Essentials Orthopedics.McGraw-Hill,
2008. Hal: 37.
7. Frassica, F dkk. Femoral Neck Fractures. 5-Minute Orthopaedic Consult, 2nd
Ed.Lippincott Williams & Wilkins, 2007.Hal: 127.

20

Anda mungkin juga menyukai