Penambangan adalah kegiatan yang dilakukan baik manual
maupun mekanis untuk mendapatkan bahan galian (SK mentamben No. 1211 .K/008/M.PE/1995). Kegiatan pertambangan dapat dilakukan di atas permukaan bumi (tambang terbuka) maupun di bawah tanah (tambang terdalam)
Bahan-bahan galian digolongkan menjadi tiga, yaitu:
- Golongan A untuk bahan galian strategis, contohnya: minyak bumi, gas bumi, batubara, nikel, dan aspal. - Golongan B untuk bahan galian vital, contohnya: pasir besi, bauksit, tembaga, emas, dan perak. - Golongan C untuk bahan galian yang tidak termasuk dalam golongan A dan B, contohnya: asbes, grafit, batu permata, pasir kwarsa, marmer, tanah liat, dan batu kapur.
8.1 Definisi Kolong
Kolam/danau bekas penambangan ( dikenal dengan
sebutan kolong) adalah perairan/badan air yang terbentuk dari lahan bekas penambangan bahan galian (Wardoyo dan ismail, 1998). 8.2 Fungsi dan Manfaat Kolong
Air dalam kolong pada awalnya belum dapat digunakan.
Seiring usia kolong yang semakin tua, kondisi biolimnologisnya semakin menyerupai habitat alami seperti danau sehingga airnya dapat digunakan oleh masyarkat.
8.2.1 Fungsi Ekologis Kolong
a. Penampung air
Bekas galian tambang yang meninggalkan cekungan di
permukaan tanah akan diisi oleh air hujan, air sungai, ataupun air laut. Lubang bekas pertambangan ini dapat menampung limpasan air permukaan sehingga dapat mencegah banjir.
b. Habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan air
Kolong dapat menjadi habitat bagi berbagai jenis hewan dan
Tumbuhan air. Semakin tua usia kolong semakin tinggi tingkat keanekaragaman hayatinya. Kolong yang berusia tua juga dapat dimanfaatkan bagi kegiatan budidaya dengan mengintroduksi jenis-jenis ikan atau hewan air lainnya.
8.2.2 Manfaat Ekonomi Kolong
a. Penghasilan berbagai sumber daya alam bernilai ekonomis
Budidaya ikan atau udang dalam kolong merupakan salah
satu upaya pemberdayaan kolong yang cukup menjanjikan secara ekonomis.
b. Sarana rekreasi
Kolong berusia tua dapat dimanfaatkan sebagai tempat
kegiatan wisata alam, baik untuk memancing, menangkap ikan, maupun menikmati keindahan alam.
8.3 Proses Pembuatan Kolong
kegiatan pertambangan ini dapat dilakukan dengan cara
semprot (hydraulicmining) ataupun cara keruk (dredging). Kegiatan ini akan meninggalkan kolong-kolong yang berbeda bentuk, kedalaman, dan kecepatan reklamasinya terutama dalam hal regenerasi biota. Kolong-kolong peninggalan tambang semprot umumnya berbentuk tidak beraturan dengan kedalaman relative dangkal, sedangkan tambang keruk akan meninggalkan kolong- kolong berbentuk teratur seperti bulat, persegi, dan relative lebih dalam.
Kegiatan pertambangan di laut atau dilepas pantai akan
meninggalkan lubang besar di dasar laut yang menyerupai palung yang dalam. Palung yang terbentuk ini akan tertutup secara alami dengan cara menarik lapisan tanah atau pasir pantai. Namun kejadian ini dapat menimbulkan abrasi pantai serta kerusakan habitat terumbu karang akibat penumpukan lumpur.
Kolong yang terbentuk dari lubang bekas galian tambang
memiliki ukuran dan kedalaman yang berbeda tergantung jenis galiannya. Mulai dari 1 hingga 21 m, namun umumnya kedalaman kolong di atas 5 m.
Ditinjau dari segi umur, semakin matang usia kolong, kondisi
biolimnologisnya semakin mendekati danau alami atau kolam tua. Secara biologis, kematangan usia kolong ditandai oleh tingginya keanekaragaman jenis jasad renik, plankton, ikan, dan organisme perairan lainnya yang ditemukan di kolong tersebut.
8.4 Tipe-tipe Kolong
Kolong Indonesia secara teknis digolongkan menjadi tiga tipe
berdasarkan tingkat kematangan biogeofisiknya, yaitu:
i. Kolam/danau bekas galian mentah (kolong usia muda)
Yaitu kolong yang berumur kurang dari 5 tahun. Seluruh
kandungan unsur hara pada kolong ini sudah hilang/rusak.
ii. Kolam/danau bekas galian setengah matang (kolong usia
sedang) yaitu kolong yang berumur antara 5 sampai 20 tahun. Di kolong mulai terdapat kehidupan biologis namun jenis spesies dan populasinya masih terbatas, karena air dalam kolong masih cukup banyak mengandung bahan pencemar.
iii. Kolam/danau bekas galian matang (kolong usia tua)
Yaitu kolongan yang berumur lebih dari 20 tahun. Kondisi
biogeofisik kolong ini sudah semakin normal seperti layaknya sebuah danau atau kolam tua. Keanekaragaman hayati kolong ini (plankton, ikan, dan organisme akuatik lainnya ) sudah menyerupai perairan tergenang alami.
8.5 Keanekaragaman Hayati Kolong
Jenis organisme yang ditemukan di kolong juga sangat
dipengaruhi oleh ekosistem sekitar; kolong yang terletak di pantai akan dihuni oleh jenis-jenis flora fauna payau, sedangkan kolong yang terletak lebih ke darat (berair Tawar) akan dihuni jenis – jenis flora fauna perairan tawar.
8.5.1 Flora
Flora yang hidup di kolong sangat tergantung pada umur dan
kedalaman kolong, serta kondisi ekosistem disekitarnya. Semakin tua umur kolong maka semakin tinggi tingkat keanekaragamannya dan semakin banyak jumlah populasinya, hal ini karena adanya peningkatan nutrien (unsur hara) dan turunnya kandungan bahan pencemaran di perairan. Namun pertumbuhan tanaman air yang terlalu pesat dapat menghambat pertumbuhan fitoplankton, meningkatkan laju evaporasi, serta mempercepat laju pendangkalan perairan.
Jenis fitoplankton yang banyak di temukan di kolong timah dan
galian pasir antara lain adalah fitoplankton dari kelompok: - Cyanophyta - Chlorophyta - Chrysophyta - Protozoa - Rotifera - Copepoda - Cladocera.
8.5.2 Fauna
Jenis fauna yang dijumpai di kolong hampir menyerupai jenis-
jenis fauna yang hidup di sumber air yang berhubungan dengan kolong tersebut.
Dari jenis crustacea, udang gajah (macrobrachium rosenbergii) dan
udang putih (Penaeus merguensis) juga dapat ditemukan pada kolong berair payau, demikian juga dengan kepiting bakau (scilla serrata). Sedangkan pada kolong berair tawar dapat ditemukan jenis udang-udangan air tawar (mysis). 8.6 Penyebaran Kolong di Indonesia
Berdasarkan data dari departemen pertambangan dan energi
(1999), luas lahan total di Indonesia yang dibuka untuk kegiatan pertambangan golongan A dan B adalah 45.180,86 Ha. Dari luas lahan tersebut 75%nya dijadikan areal penambangan.
Luas lahan pertambangan Indonesia yang sudah direklamasi
hingga januari 1999 adalah 10.793,89 Ha (Departemen Pertambangan dan Energi, 1999). Kegiatan reklamasi yang umum dilakukan pihak penambangan adalah kegiatan penghijauan dengan luas total mencapai 9.698,91 Ha (90%). Sedangkan sisanya seluas 1.094,98 Ha banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk berbagai kebutuhan, antara lain sebagai sumber air baku dan kolam budaya perikanan.
Luas areal pertambangan golongan C di Indonesia pada tahun
1998 adalah 271.878,8 Ha (Ditjen Bangda, Departemen Dalam Negeri). sebagian besar dari kegiatan pertambangan ini, yaitu seluas 199.105,75 Ha (73%), berada dalam kondisi tidak aktif dan Sebagian besar terdapat di jawa. Sedangkan sisanya sebesar 72.733,5 Ha masih aktif beroperasi dan Sebagian besar terdapat di Kalimantan dan sumatera.
8.7 Perkembangan Kolong Di Indonesia
lubang biasanya diurug/direklamasi dibandingkan lubang yang dalam. Lubang biasanya diurug dengan bebatuan di lapisan bawah dan tanah di lapisi atas. Hasil urugan ini dapat dimanfaatkan sebagai lahan untuk pemukiman dan pertanian. Salah satu contoh kegiatan pengurugan lobang bekas pertambangan dilakukan di Kalimantan tengah oleh PT.Indo Muro Kencana (perusahaan tambang emas).
Banyak diantara lubang bekas galian tambang juga sudah
terlanjur terisi dengan air sehingga membentuk danau/kolam (Kolong) sehingga pemanfaatan lubang sebagai wadah penampung air dan kolam budidaya ikan dianggap lebih baik dan efektif dibandingkan pengurugan.
Pemanfaatan kolong untuk kegiatan perikanan terutama banyak
dilakukan sejak akhir tahun 1990-an. Kolong yang potensial untuk pengembangan budidaya ikan adalah kolong dengan fluktuasi kedalaman air stabil (2,5 – 4,0 m), tidak terlalu luas, dan berusia tua/matang.
Untuk kondisi perairan ini, ada dua alternatif pemecahan masalah
yaitu: - Pemupukan dan pengapuran air sesuai dengan unsur hara yang dibutuhkan, baru kemudian melakukan penebaran ikan. - Penerapan budidaya ikan dalam ruang gerak terbatas dengan memberikan perlakuan. Kegiatan budidaya dengan sistem yang kedua memberikan beberapa keuntungan, yaitu penambahan unsur hara perairan dari sisa pakan ikan dan memperkecil kemungkinan tercemarnya ikan oleh kandungan logam berat yang masih tinggi di dasar perairan kolong. Yang harus diperhatikan dari kegiatan budidaya ikan di kolong adalah kandungan bahan pencemar dalam perairan yang terserap oleh ikan dan organisme akuatik lainnya. Kandungan bahan pencemar ini pada kadar tertentu akan mempengaruhi kondisi fisiologis makhluk hidup dan bahkan dapat menjadi penyebab kematian. Kolong (terutama yang berusia tua) juga berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai daerah wisata.