(Constructed Wetland)
1. Budidaya perairan/perikanan
a. Kolam budidaya perikanan, termasuk kolam ikan dan udang.
2. Pertanian
a. Kolam, termasuk kolam pertanian, kolam pembibitan, dan bak-bak
penampungan air.
b.Lahan beririgasi dan saluran irigasi.
c. Lahan yang tergenangi secara musiman.
3. Eksploitasi garam
a. Lahan pendulangan garam
4. Urban/industri
a. Penggalian, termasuk lubang galian dan tambang yang tergenangi
air
b. Daerah pengolahan limbah termasuk penampungan limbah, kolam
pengolahan, dan kolam oksidasi limbah.
5. Daerah penampungan air
a. Penampungan/reservoir air untuk irigasi dan/atau untuk air minum.
b. Dam-dam air dengan fluktuasi air mingguan atau bulanan secara
teratur
LAHAN BASAH BUATAN
Perkembangan Lahan Basah Buatan di Indonesia
Semakin meningkatnya pembangunan di seluruh wilayah Indonesia
khususnya Pulau Jawa menyebabkan :
1. Alih Fungsi lahan
a. Lahan basah buatan berubah menjadi permukiman,
industry, TPA dll
a. lahan Basah alami terdesak oleh keberadaan lahan basah
buatan
a. Peningkatan lahan basah buatan demi
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
1. SAWAH
c. Sarana pariwisata/rekreasi
Sebagian masyarakat di Indonesia menjadikan kegiatan
memancing ikan sebagai salah satu jenis olahraga atau
kegiatan santai. Selain kegiatan memancing, kolam ikan
yang dibangun di daerah berpemandangan alam indah juga
menjadi salah satu sarana wisata alam bagi masyarakat.
2. KOLAM AIR TAWAR
2. KOLAM AIR TAWAR
TIPE-TIPE KOLAM
Tipe Kolam Berdasarkan Sumber Air
a. Kolam Tadah Hujan
b. Kolam Mata Air
c. Kolam Berpengairan Setengah Teknis
d. Kolam Berpengairan Teknis
Tipe Kolam Berdasarkan Kegunaannya
a. Kolam Pemeliharaan Induk
b. Kolam Pemijahan/Perkawinan
c. Kolam Penetasan Telur
d. Kolam Pendederan
e. Kolam Pembesaran
f. Kolam Penumbuhan Makanan Alami
g. Kolam Pengendapan
h. Kolam Penampungan Hasil
Tipe Kolam Berdasarkan Aliran Air
a. Kolam Air Tergenang (Stagnant Water Pond)
b. Kolam Air Mengalir/Kolam Air Deras (Running Water Pond)
3. TAMBAK
TIPE TAMBAK JAWA BARAT DARI SOESENO, 1987 TIPE TAMAN DARI SOESENO, 1987
a. Jalur transportasi
Sejak jaman dahulu manusia menggunakan sungai dan danau
besar sebagai jalur transportasi.
b. Sarana parawisata/rekreasi
Pemanfaatan saluran/kanal untuk keperluan parawisata di
Indonesia memang sangat kurang dilakukan, karena
umumnya saluran/kanal (dan juga sungai) di Indonesia
berada dalam kondisi kumuh; namun sebetulnya potensi
pengembangan wisata saluran/ kanal itu masihlah ada.
9. PARIT DAN SALURAN
a. Sistem Handil
Sistem Handil merupakan sistem tata air tradisional yang
rancangannya berupa saluran sangat sederhana yang menjorok
masuk dari muara sungai. Handil dalam masyarakat Suku
Banjar diartikan sebagai suatu luasan lahan atau areal yang
dibuka dengan sekaligus pembuatan saluran yang menjorok
masuk ke pedalaman dari pinggiran sungai besar. Di Sumatera,
Handil dikenal dengan istilah Parit Kongsi.
9. PARIT DAN SALURAN
b. Sistem Anjir
Sistem Anjir disebut juga Sistem Kanal, yaitu sistem tata air
makro dengan pembuatan saluran besar yang menghubungkan
dua sungai besar. Saluran yang dibuat dimaksudkan untuk
dapat mengalirkan dan membagikan air yang masuk dari sungai
bagi pengairan jika terjadi pasang dan sekaligus menampung
air limpahan (pengatusan) jika terjadi surut. Pengairan dan
pengatusan dilakukan melalui Handil-Handil yang dibuat
sepanjang Anjir; dengan demikian – air sungai dapat
dimanfaatkan untuk pertanaman secara lebih luas dan leluasa.
LAHAN BASAH BUATAN
TIPE-TIPE PARIT DAN SALURAN
3. Tipe/Sistem Jaringan Tata Air Pertanian pada Lahan Rawa
c. Sistem Garpu
Sistem Garpu adalah sistem tata air yang dirancang dengan
saluran-saluran yang dibuat dari pinggir sungai masuk
menjorok ke pedalaman berupa saluran navigasi dan saluran
primer, kemudian disusul dengan saluran sekunder yang
dapat terdiri atas dua saluran bercabang sehingga jaringan
berbentuk menyerupai garpu.
d. Sistem Sisir
Sistem Sisir merupakan pengembangan Sistem Anjir yang
dialihkan menjadi satu saluran utama atau dua saluran
primer yang membentuk sejajar sungai. Pada Sistem Sisir ini
panjang saluran sekunder dapat mencapai 10 km,
sedangkan pada Sistem Garpu hanya 1-2 km
(Notohadiprawiro, 1996 dalam Noor, 2001). Perbedaan
lain, pada Sistem Sisir ini tidak dibuat kolam-kolam
penampung di ujung-ujung saluran sekunder sebagaimana
pada Sistem Garpu.
Sistem saluran dipisahkan antara saluran pemberi air dan
pengatusan. Pada setiap saluran tersier dipasang pintu air
yang bersifat otomatis (aeroflapegate). Pintu bekerja secara
otomatis – mengatur jeluk paras air sesuai dengan pasang
dan surut.
9. PARIT DAN SALURAN