Anda di halaman 1dari 11

KONSTRUKSI KOLAM PADA BUDIDAYA

Oleh:
MUHAMMAD DZIKRA GAVIN FARESHY
201810260311069

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur keadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang bahan-bahan pembuatan pakan ikan, bahan-bahan yang dipilih
meru[akan bahan yang mengandung gizi tinggi yang berguna bagi tubuh ikan kebanyakan
pakan yang baik bagi ikan merupakan pakan yang kandungan proteinnya sesuai dengan
kebutuhan ikan akan tetapi kadungan-kandungan yang lain juga diperlukan bagi ikan seperti
karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.
Terimakasih saya ucapkan kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan makalh ini,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dalam batasa waktu yang telah ditentukan. Dan
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap yang membacanya dan dapat
digunakan sebaik-baiknya serta menambah ilmu bagi pembaca dan penulis.

Malang, 1 januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar ……………………………………………………………………………….....
Daftar isi………………………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang ……………………………………………………………………………….....
A. Rumus masalah ………………………………………………………………………...
B. Tujuan…………………………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A. Konstruksi kolam ……………………………………………………………………....
B. Jenis – jenis konstruksi kolam ………………………………………………………….
C. Hubungan kepadatan,konstruksi dan pakan ……………………………………………
D. Kondisi tanah ......................………………………………………………………….....
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………..
B. Saran …………………………………………………………………………………....
Daftar pustaka ………………………………………………………………………………....
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kolam adalah merupakan suatu wadah yang sering kita lihat atau kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Kolam adalah genagan air yg kondisinya dapat dikendalikan. Biasanya
kolam terbuat dari tanah, tembok, atau beton. Kolam tanah umumnya memiliki pematang yang
rapuh dan mudah dilubangi hama seperti, kepiting sehinggah mudah bocor. Kolam memiliki
banyak manfaat bagi manusia, kolam memiliki bentuk yang berfariasi, ada yang berbentuk segi
empat, berbentuk bujur, dan ada juga yang berbentuk bundar. Kolam pada umumnya memiliki
fungsi sebagai tempat pembudidayaan.
Kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat
manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya dan target
produksinya. Kolam selain sebagai media hidup ikan juga harus dapat berfugsi sebagai sumber
makanan alami bagi ikan, artinya kolam harus berpotensi untuk dapat menumbuhkan makanan
alami.
Saat ini kegiatan budidaya ikan di kolam merupakan salah satu usaha dan mata
pencaharian yang menguntungkan masyarakat. Keberhasilan budidaya ikan di kolam sangat
tergantung pada beberapa faktor, yaitu faktor teknis dan sosial-ekonomis di sekitar kolam.
Faktor teknis antara lain topografi, jenis tanah, kuantitas dan kualitas air, serta faktor
pengadaan benih dan pakan ikan; sedangkan faktor sosial ekonomi menyangkut masalah tenaga
kerja dan kondisi masyarakat di sekitar bangunan kolam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mengetahui syarat kolam yang baik untuk budidaya
2. Bagaimana mengetahui kondisi tanah yang baik membuat kolam

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui syarat kolam yang baik untuk bidudaya
2. Untuk mengetahui kondisi tanah yang baik membuat kolam
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konstruksi Kolam
Konstruksi kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh
pemilihan lokasi yang tepat. Untuk membuat kolam maka tanah yang akan dijadikan kolam
harus mampu menyimpan air atau kedap air sehingga kolam yang akan di buat tidak bocor.
Bentuk kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan ada beberapa macam
antara lain adalah kolam berbentuk segi empat/empat persegipanjang, berbentuk bujur sangkar,
berbentuk lingkaran atau berbentuk segitiga. Dari berbagai bentuk kolam ini yang harus
diperhatikan adalah tentang persyaratan teknis konstruksi kolam
Menurut Zonneveld et al. (1991) setiap 1 kg pelet pakan yang dikonsumsi ikan dapat
menghasilkan NH4+-N sebesar 30 gram. Limbah akuakultur dalam bentuk gas di antaranya
adalah karbon dioksida (CO2) dari hasil respirasi biota akuatik dan hasil perombakan bahan
organik secara aerobik maupun anaerobik oleh bakteri heterotrof. Oleh karena itu, untuk
menjaga lingkungan akuakultur agar selalu dalam kondisi optimum maka air media ikan
diresirkulasi dengan melalui mekanisme filtrasi.
Penggunaan sistem resirkulasi pada akuakultur, dapat memberikan keuntungan yaitu
memelihara lingkungan kultur yang baik pada saat pemberian pakan untuk pertumbuhan ikan
secara optimal. Kelebihan sistem resirkulasi dalam mengendalikan, memelihara dan
mempertahankan kualitas air menandakan bahwa sistem resirkulasi memiliki hubungan yang
erat dengan proses perbaikan kualitas air dalam pengolahan air limbah, terutama dari aspek
biologisnya (Akbar, 2003).

B. Jenis - jenis Kontruksi Kolam


Konstruksi dan disain kolam sangat menentukan sistem budidaya yang akan dilakukan,
karena dengan sistem ini nanti juga akan menggambarkan Sarana, Prasarana, modal, skill SDM
tingkat penguasaan teknis - teknis budidaya.Jenis-jenis kolam yang akan digunakan sangat
tergantung kepada sistem budidaya yang akan diterapkan. Ada tiga sistem budidaya ikan air
yang biasa dilakukan yaitu :
1. Sistem Tradisional, pada sistem ini kepadatan tebar bibit < 50 ekor / m3, pakan yang
diberikan bisa berupa pakan buatan sedikit sekali, dan masih bergantung pada pakan alami
yang tumbuh dikolam ikan seperti jentik2, zooplankton, diatom dll. Konstruksi kolam bisa
dibuat dengan tanah seluruhnya.
2. Sistem Semi Intensif, kepadatan tebar bibit 50 – 150 ekor /m 3. Pakan sudah mulai lebih
banyak bergantung pada pakan buatan/pelet, sedangkan apakan mengandalkan pakan alami
atau pakan segar lain jumlahnya tidak bisa banyak.Konstruksi kolam masih bisa menggunakan
tanah yang pada dinding-dindingnya dipadatkan,atau pada pinggiran kolam bisa dari semen
atau plastik, untuk mengurangi porositas air kolam.
3. Sistem Intensif, kepadatan > 150 ekor/m3, Pakan sudah 100 % bergantung pada pakan
buatan dengan protein yang seusuai dengan fase-fase pertumbuhannya. Konstruksi kolam
sudah full dari Plastik ataupun beton semen. Sehingga memutus faktor pengaruh terhadap
media lingkungan, jadi sepenuhnya masuk dalam kontrol manajemen kita.

A) Menurut Aliran Airnya :


1.Kolam air tergenang (stagnant water pond)
Kolam air tergenang biasanya ditandai dengan luasnya yang relatif besar. Meskipun dikatakan
kolam air tergenang, bukan berarti tidak ada aliran air sama sekali. Aliran air biasanya
dimaksudkan untuk mengganti kebocoran dan penguapan. Jadi aliran air ini tidak begitu
berpengaruh pada kehidupan jasad renik di kolam tersebut.
2.Kolam air mengalir (running water pond)
Berbeda dengan jenis yang pertama, kolam air mengalir (ruining water pond) biasanya
berukuran kecil. Aliran air yang deras menyebabkan kolam miskin jasad hidup. Dengan aliran
air yang deras diharapkan air kolam kaya oksigen. Dasar kolam biasanya gersang.

B) Menurut Sumber Airnya :


Bila ditinjau dari sumber airnya, ada 4 jenis kolam, yaitu kolam tadah hujan, kolam mata air,
kolam berpengairan setengah teknis, dan kolam berpengairan teknis.
1.Kolam tadah hujan
Kolam tadah hujan yaitu kolam yang sumber airnya hanya diperoleh dari air hujan. Contohnya
adalah kolam galian pasir dan kolam bekas galian batu bata. Ciri-ciri dari kolam ini adalah:
• Tidak ada pintu pemasukan dan pengeluaran air sehingga sirkulasi air tidak ada.
• Mengalami banjir pada saat hujan besar dan kekeringan pada saat musim kemarau panjang
Terutama bagi kolam yang dangkal
• Pematang kolam sangat lebar atau tidak ada sama sekali.
2. Kolam mata air
Sumber air kolam ini adalah mata air (tuk, Jawa). Mata air ini biasanya berada di dekat kolam,
tetapi terkadang menjadi satu dengan kolam. Jenis kolam ini biasanya lebih terjamin
kontinuitas, airnya dibandingkan dengan kolam tadah hujan. Namun, kualitas air biasanya
kurang baik karena miskin unsur hara dan pH nya rendah. Kolam mata air biasanya banyak
ditemukan di daerah pegunungan seperti di Ngrajeg, Muntilan (Jawa Tengah), Sukabumi,
Cianjur, Bogor (Jawa Barat).
Kolam mata air terancam keberadaannya karena industri air minum kemasan dan industri air
minum isi ulang yang terus berkembang. Kepentingan ekonomi menjadikan air dari mata air
tersebut menjadi air minum kemasan yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Penulis
pernah melakukan survey ke sebuah lahan dekat mata air yang ternyata kemudian penulis
ketahui bahwa calon investor bukan hendak membangun kolam ikan melainkan mengincar
sumber airnya untuk dibuat sebagai bahan baku air minum kemasan.
3. Kolam berpengairan setengah teknis
Kolam berpengairan setengah teknis yaitu kolam yang mendapatkan pengairan dari saluran
irigasi setengah teknis. Maksud dari setengah teknis adalah sebagian besar saluran airnya masih
merupakan tanah biasa dan hanya sedikit yang ditembok. Pengaturan air tentu saja lebih teratur
dibandingkan kedua jenis kolam sebelumnya. Ketika musim hujan kolam ini tidak terkena
banjir karena pemasukan dan pengeluaran airnya bisa diatur dan pematangnya pun cukup kuat
dan lebar. Namun apabila musim kemarau panjang, kolam ini kemungkinan masih akan
mengalami kekurangan air, karena sebagian besar airnya dimanfaatkan untuk tanah pertanian
sehingga kolam ini tidak mendapat suplai air.
4. Kolam berpengairan teknis
Kolam berpengairan teknis adalah kolam yang mendapatkan air yang cukup sepanjang tahun
dari saluran irigasi tersier. Saluran pembagi air yang menuju komplek perkolaman sebagian
besar atau seluruhnya sudah ditembok sehingga pengaturan airnya lebih mudah. Bentuk
kolamnya pun biasanya telah memenuhi kriteria teknik. Kolam yang tersebut dapat ditemukan
pada instansi pemerintah yang bergerak di bidang Penelitian dan Pengembangan Budidaya
lkan, misalnya : Balai Benih Ikan baik lokal maupun central, Balai Budidaya Air Tawar,
Lembaga Penelitian Perikanan Darat, Sekolah Usaha Perikanan Menengah Jurusan Budidaya
Air Tawar, dan lain sebagainya. Kolam berpengairan teknis ada juga yang dimiliki oleh
masyarakat umum, namun biasanya tidak begitu luas dan merupakan kolam air deras (Running
Water Pond). Kolam air deras banyak ditemukan di daerah Jawa Barat seperti : Bogor,
Bandung, Sukabumi, Cianjur, sedangkan seluruh ikan yang dipelihara adalah ikan mas.
C. Hubungan Kepadatan,Konstruksi,dan Pakan
Desain kolam, sangat menentukan tingkat manajemen tehnis yang akan kita jalankan
nantinya. Untuk Sistem Pembesaran pada Lele disain kolam akan menentukan tingkat daya
sanggah media terhadap produktifitas pertumbuhan ikan lele. Karena Pada kolam yang dangkal
kedalaman < 1 m, akan menentukan sedikit atau banyaknya ikan yang bisa dengan leluasa
tumbuh dan hidup, jadi penghitungan Volume media air kehidupan ikan lele adalah jumlah
ikan per meter kubiknya. Semakin dalam kolamnya maka akan semakin banyak bisa mengisi
kolong-kolong air untuk hidup ikan lele, tetapi dengan syarat ke homogenan kualitas air
didasar, tengah dan permukaan harus bagus.
Maka semakin dalam kolam dengan kepadatan tebar ikan semakin tinggi maka akan
diperlukan sarana-sarana tambahan, seperti pompa air yang diperlukan untuk mengaduk masa
air menjadi homogen antara lapisan bawah dan atas. Pompa ini sangat berpengaruh membuat
tingkat kualitas air kolam menjadi lebih baik.
Desain dan Kostruksi kolam penting sekali diperhatikan, karena menentukan tingkat
kemudahan dalam manajemen Kualitas dan Kuantitas Air, yang terpenting adalah bagaimana
cara membuat masa air sehomogen mungkin, yang nantinya pengadukannya akan dibantu oleh
POMPA, jadi dengan konstruksi sebagaimanapun bentuknya asalkan tidak porus maka kualitas
air bisa distabilkan. Lebih lanjut dibahas dalam manajemen kualitas Air secara Praktis.
Syarat kolam ikan yang baik untuk budidaya sebagai berikut :
1. Luas tiap petak kolam berkisar antara 100-1000 m²
2. Kedalam air antara 50-150 cm
3. Pemasukan air langsung dari sumber yang belum terpolusi dan harus ada cadangan pintu
pemasukan air.
4. Pengeluaran air harus langsung ke saluran pembuangan
5. Tekstur tanah yang baik untuk dijadikan pematang adalah yang tidak porous dan tidak
mudah longsor.
6. Lebar pematang antara 1-2 m.
7. Air yang masuk ke dalam kolam harus jernih atau sudah melewati bak pengendapan.

D. Kondisi Tanah
Keadaan jenis tanah penting diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap
kemiringan serta besar kecilnya pematang.Pemeliharaan ikan dikolam sangat terpengaruh pada
pematang untuk menahan volume air. Ketinggian air kolam baru dapat dipertahankan ketika
tanah dasar dan pematang dapat menahan air dan tidak porous. Tanah liat berpasir atau
lempung liat cukup berpasir biasanya memiliki plastisitas dan tidak porous (Lani,2005).
Ciri tanah dengan plastisitas tinggi biasanya tidak mudah terputus ketika dibentuk
memanjang seperti pencil, tetapi mudah pecah bila dibentuk lempengan dan dipijat dengan jari.
Tanah dengan plastisitas tinggi juga ditandai dengan tidak terlalu menciut apabila kering dan
tidak terlalu lengket apabila basah. Tanah sawah memiliki plastisitas yang rendah dimana
biasanya ditandai retak-retak apabila kering (biasa disebut selo) dan lengket apabila basah.
Jenis tanah yang baik untuk membuat kolam ikan adalah :
1. Tanah liat atau lempung yang sedikit berpasir (sandy loom), tanah liat ini berkadar liat 35-
55% biasanya bersifat hidup dan mudah dibentuk. Untuk mengetahuinya yaitu dengan cara
menggenggam tanah tersebut (cara ini mungkin cara yang paling efektif). Tanah ini apabila
dibentuk tidak mudah pecah dan tidak melekat ditangan apabila dibentuk sesuatu.
2. Tanah lempung liat berpasir, terapan atau beranjang dengan kadar liat sekitar 20-35%.
Kedua tanah ini sangat kuat untuk menahan air, sehingga cocok untuk pembuatan kolam
budidaya ikan.
3. Tanah lempung berpasir yang berfraksi kasar dengan kadar liat hanya sekitar 30%. Jenis
tanah ini awalnya memang sangat sulit untuk menahan air. Namun lama-kelamaan dengan
pengolahan tanah yang baik dan terus menerus, ditambah adanya sedimen atau endapan
tanah yang terbawa air sungai maka akan timbul daya tahan akan air. Kolam di daerah
pegunungan biasanya tergolong jenis ini, mengandung banyak pasir tetapi cukup layak
dibuat pematang (Sitanala,2006)
Tanah dengan kandungan pasir yang banyak (lebih dari 70%) terutama yang berbatu
tidak cocok untuk dibuat kolam karena tidak bisa menahan air dan sulit dibentuk. Jenis tanah
yang demikian masih memungkinkan apabila keseluruhannya dibeton atau ditrembok
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstruksi kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh
pemilihan lokasi yang tepat. Untuk membuat kolam maka tanah yang akan dijadikan kolam
harus mampu menyimpan air atau kedap air sehingga kolam yang akan di buat tidak
bocor.Syarat kolam ikan yang baik untuk budidaya sebagai berikut :
1. Luas tiap petak kolam berkisar antara 100-1000 m²
2. Kedalam air antara 50-150 cm
3. Pemasukan air langsung dari sumber yang belum terpolusi dan harus ada cadangan pintu
pemasukan air.
4. Pengeluaran air harus langsung ke saluran pembuangan
5. Tekstur tanah yang baik untuk dijadikan pematang adalah yang tidak porous dan tidak
mudah longsor.
6. Lebar pematang antara 1-2 m.
7. Air yang masuk ke dalam kolam harus jernih atau sudah melewati bak pengendapan.

Keadaan jenis tanah penting diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap kemiringan
serta besar kecilnya pematang.Pemeliharaan ikan dikolam sangat terpengaruh pada pematang
untuk menahan volume air.
Ciri tanah dengan plastisitas tinggi biasanya tidak mudah terputus ketika dibentuk
memanjang seperti pencil, tetapi mudah pecah bila dibentuk lempengan dan dipijat dengan jari.
Tanah dengan plastisitas tinggi juga ditandai dengan tidak terlalu menciut apabila kering dan
tidak terlalu lengket apabila basah.Tanah sawah memiliki plastisitas yang rendah dimana
biasanya ditandai retak-retak apabila kering (biasa disebut selo) dan lengket apabila basah.
Tanah dengan kandungan pasir yang banyak (lebih dari 70%) terutama yang berbatu tidak
cocok untuk dibuat kolam karena tidak bisa menahan air dan sulit dibentuk. Jenis tanah yang
demikian masih memungkinkan apabila keseluruhannya dibeton atau ditrembok.

B. Saran
Dalam menyelesaikan makalah ini, tentunya penyusun tidak lepas dari kesalahan-kesalahan
dan kekurangan dan penyusun menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna dalam kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. A. 2003. Efesiensi Nitrifikasi dalam Sistem Biolfiter Submerged Bed, Trickling Filte
dan Fluidized Bed. Skripsi. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Lani Puspita et al (2005). Lahan Basah Buatan di Indonesia. Bogor: Wetlands International –
Indonesia Programme
Sitanala Arsyad (2006). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press
Zonnefld, N.E., A. Huisman dan J.H. Boon, 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai