Anda di halaman 1dari 2

TERAPI PENGGANTI GINJAL

Ginjal merupakan sepasang organ yang berbentuk seperti kacang merah yang berada di
dalam tubuh manusia. Masing-masing ginjal berada di bagian belakang rongga perut, tepatnya di
samping tulang belakang, dibawah tulang rusuk. Setiap ginjal berukuran sekitar 10 - 12.5 cm. Ginjal
memiliki berbagai fungsi yang penting bagi tubuh manusia. Fungsi ginjal tersebut adalah melakukan
tugas menyaring darah di dalam tubuh manusia. Ginjal membuang zat-zat sisa, mengontrol
keseimbangan cairan tubuh, dan menjaga level elektrolit dalam kadar yang normal. Seluruh darah di
dalam tubuh melewati ginjal hingga 40 kali per hari.
Fungsi-fungsi ginjal akan dapat dilakukan dengan optimal jika ginjal dalam kondisi
yang sehat. Pada ginjal yang mengalami masalah atau penyakit, maka fungsi ginjal tidak akan
dapat dilakukan dengan optimal. Penyakit ginjal adalah gangguan organ ginjal yang timbul
akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau
degeneratif dan lain-lain. Penurunan fungsi ginjal biasanya terjadi secara progresif dan
irreversible, sehingga menimbulkan berbagai keluhan dari ringan sampai berat. Kondisi ini
disebut gagal ginjal kronis (Colvy, 2010).
Pada pasien yang mengalami penyakit ginjal kronis, perlu dilakukan intervensi untuk
menjamin fungsi ginjal dapat berjalan dengan optimal, yaitu dengan terapi pengganti ginjal.
Terapi pengganti ginjal adalah modalitas terapi yang digunakan untuk pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal, dapat bersifat sementara maupun berkesinambungan. Di Indonesia,
terdapat beberapa pilihan terapi pengganti ginjal yang dapat dipilih oleh para penderita penyakit
ginjal kronis, yaitu transplantasi ginjal dan dialisis (meliputi hemodialisis & peritoneal dialisis).
Transplantasi ginjal merupakan suatu prosedur bedah untuk mencangkokkan organ ginjal
sehat dari donor ke dalam tubuh resipien (penerima). Ginjal yang dicangkokkan dapat berasal
dari donor yang masih hidup atau sudah meninggal dunia. Di Indonesia sendiri sampai saat ini
masih melakukan transplantasi ginjal dari donor hidup saja. Pada pasien yang dilakukan
transplantasi ginjal, fungsi ginjal yang rusak akan digantikan oleh ginjal baru dari donor.
Sebelum dilakukan transplantasi ginjal, baik donor maupun resipien harus melalui proses yang
panjang, salah satunya adalah dilakukan tes untuk memastikan kecocokan dengan ginjal donor.
Transplantasi ginjal bisa dianggap sebagai pilihan terbaik sebagai terapi pengganti ginjal, namun
perlu diperhatikan juga bahwa tindakan ini juga dapat menimbulkan resiko komplikasi seperti,
penolakan tubuh terhadap ginjal yang baru, perdarahan, infeksi, dan lain-lain. Oleh karena itu,
sebelum dilakukan transplantasi ginjal, semua aspek harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.
Metode atau pilihan terapi ginjal lainnya adalah hemodialisis. Hemodialisis merupakan
terapi pengganti ginjal yang saat ini paling banyak dipilih oleh para penderita gagal ginjal kronis
di Indonesia. Hemodialisis merupakan suatu terapi untuk menggantikan fungsi ginjal dengan
menggunakan mesin dan filter khusus, filter ini kemudian disebut sebagai ginjal buatan/dializer.
Pada saat tindakan hemodialisis, darah akan dikeluarkan dari tubuh pasien ke mesin & dializer,
kemudian di dalam dializer akan terjadi proses penyaringan dan pembuangan sampah, garam,
serta air berlebih keluar dari dalam tubuh.  Hemodialisis biasanya dilakukan 2-3 kali dalam
seminggu di rumah sakit atau klinik hemodialisa, dengan durasi setiap tindakan antara 4-5 jam.
Kekurangan metode ini adalah pasien pasien tidak dapat melakukan proses dialisis secara
mandiri, dan harus datang ke RS atau klinik HD 2-3 kali dalam seminggu. Selain itu, resiko
penumpukan cairan dan zat-zat sampah di daaalam tubuh menjadi lebih besar karena proses
dialysis tidak dapat dilakukan secara terus-menerus.
Terapi pengganti ginjal lain yang ada di Indonesia adalah peritoneal dialisis. Peritoneal
dialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang menggunakan membran peritoneal di bagian
dalam perut pasien sebagai filter/penyaring darah. Prosedur yang dilakukan sebelum pasien
menjalani peritoneal dialisis adalah dengan memasangkan suatu selang (kateter) di dalam perut
pasien. Selama tindakan peritoneal dialisis, suatu cairan khusus yaitu cairan dialisat dimasukkan
ke dalam rongga perut melalui kateter yang telah terpasang pada perut pasien. Setelah cairan
dialisat masuk ke rongga perut, cairan tersebut harus dibiarkan/didiamkaan dalam waktu tertentu
sehingga proses filtrasi dan pertukaran zat dapat terjadi di dalam perut melalui membran
peritoneum. Kelebihan metode ini adalah dapat dilakukan sendiri oleh pasien di rumah, sehingga
pasien tidak perlu datang ke RS, sedangkan kekurangan metode ini adalah adanya resiko infeksi
pada pasien yang kurang disiplin menjaga kebersihan saat penggantian cairan.
Ketiga jenis terapi pengganti ginjal tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing, sehingga sebelum pasien menentukan pilihan terapi pengganti ginjal mana yang cocok,
dan sesuai dengan kondisi pasien, sebaiknya pasien berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
yang merawat.

Anda mungkin juga menyukai