Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PERAN KERJA TIM UNTUK

KESELAMATAN PASIEN DAN PERAN PASIEN


SERTA KELUARGA

DOSEN PENGAMPU : ROMA TAO TOBA MRS

DISUSUN OLEH :
SITI SYAFI‘AH (12211062)
SUTRIANA (12211063)

BAB I

1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya
jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf
Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya
kesalahan medis (medical errors). Artinya kesalahan medis didefinisikan
sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu ,kesalahan
perencanaan).Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien,bisa berupa
Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (omission),yang dapat mencederai pasien, tetapi
cedera serius tidak terjadi,karena keberuntungan (misalnya pasien terima
suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu
obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan
overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotnya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu
kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien
karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil(omission),dan
Bukan karena“under lying disease” atau kondisi pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai,
menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak
atas hasil pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan
pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan
keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak ,tahap
preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan

2
follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan
berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan
kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi
umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja.
Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau
justru luput dari perhatian kita semua.
Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit,
yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di
rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi
pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak
semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien
di rumah sakit.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan
rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari
penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient
Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada.

1.2. RumusanMasalah
1. Bagaimana peran kerja tim untuk keselamatan pasien dalam upaya
pencegahan penyakit akibat kerja dalam keperawatan ?
2. Bagaimana peran pasien dan keluarga sebagai partner dipelayanan
kesehatan untuk mencegah terjadinya bahaya dan adverse events ?

1.3 TujuanPenulisan
1. Menjelaskan peran kerja tim untuk keselamatan pasien dalam upaya
pencegahan penyakit akibat kerja dalam keperawatan
2. Menjelaskan peran pasien dan keluarga sebagai partner dipelayanan
kesehatan untuk mencegah terjadinya bahaya

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PeranKerjaTim Untuk Keselamatan Pasien Dalam Upaya Pencegahan


Penyakit Akibat Kerja Dalam Keperawatan
Komponen yang dibutuhkan untuk tercapainya suatu kerjasama tim yang
efektif Menurut O’Daniel, komponen kerjasama tim yang efektif, yaitu
komunikasi terbuka, lingkungan yang leluasa, memiliki tujuan yang jelas,
peran dan tugas yang jelas bagi angota-anggotatim,saling
menghormati ,berbagi tanggung jawab demi kesuksesan tim, keseimbangan
patisipasi setiap anggota dalam mengemban tugas, pengakuan dan
pengolahan konflik, spesifikasi yang jelas mengenai wewenang dan akun
tabilitas, mengetahui secara jelas prosedur pengambilan keputusan,
berkomunikasi dan berbagi informasi secara teratur dan rutin, lingkungan
yang mendukung (termasuk akses ke sumber daya yang dibutuhkan), dan
mekanisme untuk mengevaluasi hasil dan menyesuaikan sesuai peraturan
yang berlaku.

a. Pengertian Kolaborasi Tim Kesehatan


Kolaborasi tim kesehatan adalah hubungan kerja yang memiliki
tanggung jawab bersama dengan penyedia layanan kesehatan lain dalam
pemberian (penyediaan) asuhan pasien (ANA, 1992 dalam Kozier,
Fundamental Keperawatan). Kolaborasi kesehatan merupakan aktivitas
yang bertujuan untuk memperkuat hubungan diantara profesi kesehatan
yang berbeda.
Kolaborasi tim kesehatan terdiri dari berbagai profesi kesehatan seperti
dokter,perawat,psikiater,ahli gizi,farmasi,pendidik dibidang kesehatan,dan
pekerja sosial.Tujuan utama dari kolaborasi tim kesehatan adalah
memberikan pelayanan yang tepat, oleh tim kesehatan yang tepat, di waktu
yang tepat, serta di tempat yang tepat.
Elemen penting dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu keterampilan
komunikasi yang efektif, saling menghargai, rasa percaya, dan proses
pembuatan keputusan (Kozier, 2010). Konsep kolaborasi tim kesehatan itu

4
sendiri merupakan konsep hubungan kerjasama yang kompleks dan
membutuhkan pertukaran pengetahuan yang berorientasi pada pelayanan
kesehatan untuk pasien.

b. Model-model /Jenis Kolaborasi Tim Kesehatan


Berikut merupakan bentuk jenis /kolaborasitim kesehatan, diantaranya:
1. Fully Integrated Major
Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung
jawab dan kontribusi yang sama untuk tujuan yang sama.
2. Partially Integrated Major
Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim memiliki tanggung
jawab yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan bersama
3. Joint Program Office
Bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama tetapi
memiliki hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakan
bersama.
4. Joint Partner ship with Affiliated Programming
Kerjasama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak mencari
keuntungan antara satu dan lainnya.
5. Joint Partnership for Issue Advocacy
Bentuk kolaborasi yang memiliki misi jangka panjang tapi dengan
tujuan jangka pendek, namun tidak harus membentuk tim yang baru.

c. Prinsip-prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan:


1. Patient-centered Care
Prinsip ini lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan
pasien.Pasien dan keluarga merupakan pemberi keputusan dalam masalah
kesehatannya.
2. Recognition of patient-physician relation ship
Kepercayaan dan berperilaku sesuai dengan kode etik dan
menghargai satu sama lain.
3. Physician as the clinical leader
Pemimpin yang baik dalam pengam bilan keputusan terutama dalam

5
kasus yang bersifat darurat.
4. Mutual respect and trust
Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan
kompetensinya masing-masing.
5. Pentingnya Kolaborasi Tim Kesehatan dan Patient Safety
Kolaborasi tim kesehatan sangatlah penting karena masing-masing
tenaga kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
keahlian, dan Pengalaman yang berbeda .Dalam kolaborasi tim
kesehatan,mempunyai tujuan yang sama yaitu sebuah keselamatan untuk
pasien. Selain itu, kolaborasi tim kesehatan ini dapat meningkatkan
performa di berbagai aspek yang berkaitan dengan sistem pelayanan
kesehatan. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk memiliki kualifikasi
baik pada bidangnya masing-masing sehingga dapat mengurangi faktor
kesalahan manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kolaborasi
penting bagi terlaksananya patient safety seperti:
a) Pelayanan Kesehatan Tidak Mungkin Dilakukan oleh 1 Tenaga Medis
b) Meningkatnya Kesadaran Pasien akan Kesehatan
c) Dapat Mengevaluasi Kesalahan yang Pernah Dilakukan agar Tidak
Terulang
d) Dapat Meminimalisir Kesalahan
e) Pasien akan Dapat Berdiskusi dan Berkomunikasi dengan Baik
untuk Dapat Menyampaikan Keinginannya
f) Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan:
1) Manfaat dari kolaborasi tim kesehatan, yaitu Kemampuan dari
pelayanan kesehatan yang berbeda dapat terintegrasi kan
sehingga terbentuk tim yang fungsional
2) Kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah penawaran pelayanan
meningkat sehingga masyarakat mudah menjangkau pelayanan
kesehatan
3) Bagi tim medis dapat saling berbagi pengetahuan dari
profesi kesehatan lainnya dan menciptakan kerjasama tim
yang kompak
4) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
manggabungkan keahlian unik profesional

6
5) Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efisiensi
sumber daya
6) Meningkatkan kepuasan profesionalisme,loyalitas,dan kepuasan
kerja
7) Peningkatan akses keberbagai pelayanan kesehatan
8) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan
9) Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar
tenaga kesehatan profesional sehingga dapat saling
menghormati dan bekerja sama
10) Untuk tim kesehatan memiliki pengetahuan,keterampilan,dan
pengalaman

d. Prinsip Prinsip Tim Keperawatan


1) Suatu model asuhan yang dilaksanakan oleh suatu team
terhadap satu atau sekelompok klien/pasien
2) Team dipimpin oleh seorang perawat yang secara klinis kompeten,
mempunyai kemampuan yang baik dalam komunikasi,
mengorganisasi, dan memimpin
3) Dalam model ini, team dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan
level kemampuan yang berbeda tetapi semua aktifitas team harus
terkoordinasi secara baik
4) Semua anggota team harus paham terhadap permasalahan klien
intervensi dan dampaknya karenanya dibutuhkan case conference
secara periodik dan berkesinambungan
5) Dalam proses asuhan,dibutuhkan kesinambungan antar team untuk
setiap shift dinas (P- S- M) Dokumentasi akurat, timbang terima
berbasis pasien

e. Cara kerja secara tim/ kolaborasi.


Agar dapat membangun sebuah tim yang bagus dan baik, diperlukan
lebih dari sekadar mengumpulkan orang-orang yang tepat .Sebab, ujian
utama dari leadership sebenarnya adalah menciptakan lingkungan dimana
setiap individu mau bekerja secara kooperatif dan kolaboratif.

7
Tips berikut mungkin bisa membantu kita dalam membangun kerja sama
tim yang lebih baik:

1. FOKUS

Jelaskan rencana jangka panjang organisasi dan lakukan follow-up


dengan teratur. Orang-orang sering kali terlalu fokus pada masalah hari ini
dan pekerjaan rutinnya, sehingga kehilangan gambaran dari tujuan utama
secara keseluruhan. Jadi, sewaktu anggota lainnya sedang berkonsentrasi
menyelesaikan masalah, anggota lain dapat mendedikasikan lebih banyak
waktunya untuk me- reviewproses dan mengeliminasi masalah-masalah
yang mungkin muncul di masa depan.

2. DEFINISIKAN PERAN
Garis bawahi dengan jelas tanggung jawab dan peran setiap individu
dalam suatu tim. Hal ini sangat penting untuk menjamin kesuksesan tim.
Pemahaman tim terhadap tugas dan tanggung jawab masing-masing akan
sangat membantu dalam pelaksanaan kerjasama tim secara kolaboratif.
Dukunglah tim anda untuk mendefinisikan fungsi mereka. Para anggota tim
akan mampu mengambil lebih banyak tanggung jawab apabila mereka
berada dalam posisi yang cocok,dan salah satu dari mereka mungkin
akandapat mengeluarkan bakat baru yang tidak disadari sebelumnya.

3. TETAPKAN TUJUAN
Anggota tim perlu memperhatikan tujuan individu maupun tujuantim.
Dukunglah mereka untuk menentukan tujuan jangka pendek yang dapat
diraih dan dapat diukur, serta tujuan jangka panjang. Dengan tujuan yang
jelas dan kode etik atau aturan tertentu, tim akan mulai bisa mengatur
dirinya sendiri untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pantauan dari senior
sangat dibutuhkan untuk menghilangkan sifat-sifat negatif seperti
kemalasan, keterlambatan, serta suka menunda-nunda pekerjaan.
Komunikasikan selalu setiap tujuan dengan jelas, dan pastikan setiap
anggota tim benar-benar memahaminya.

8
4. BAGIKANINFORMASI
Informasi yang disembunyikan akan dianggap sebagai gosip atau
rumor. Produktivitas dan moral tim akan menurun bila mereka menemukan
banyak informasi yang tidak jelas berkeliaran, terutama di masa-masa sulit
atau peralihan. Bagikan dan sebarkanlah semua informasi yang memang
perlu dikomunikasikan ke semua anggota tim, dan jangan lupa untuk terus
meng-updateinformasi tersebut sesering mungkin.

5. KEPERCAYAAN
Jadilah orang yang dapat dipercaya dan diandalkan. Hargailah kata-kata
Anda sendiri. Bila Anda seorang pemimpin dan Anda sudah berjanji untuk
memberikan sesuatukepada anak buah, maka pastikan Anda menepati janji
tersebut. BilaAnda salah satu anggota tim dan pernah berjanji untuk
melakukan sesuatu kepada tim atau pemimpin Anda, maka pastikan juga
Anda menepati janji tersebut. Perlakukan setiap anggota tim dengan
perlakuan yang sama. Jangan ada 'anak emas' dan 'orang istimewa'.

6. DENGARKAN
Bersikaplah terbuka terhadap ide-ide dari anggota tim lain. Berikan
mereka kesempatan untuk menyampaikan pendapat dalam rapat atau saat
brainstorming. Pertimbangkan setiap saran mereka. Kita tidak akan pernah
benar-benar tahu saran dan pendapat mana yang terbaik sampai kita sendiri
membuktikannya . Banyak organisasi menghabiskan dana besar untuk
menyewa konsultan dari luar,tanpa terlebih dahulu menanyakan pendapat
pegawai dan anak buahnya sendiri. Padahal, seringkali merekalah yang
paling tahu problem apa yang terjadi di dalam. Berikan pujian kepada
anggota tim kita dan jadilah seorang pemimpin dan pendengar yang baik.

7. BERSABAR
Bila tim Anda terlihat bermasalah dan tidak menunjukkan hasil apa
pun, bersabarlah. Beri waktu dan amati perkembangannya. Sering kali
mereka bisa mengatasi masalahnya sendiri, dan Anda perlu mengawasi dan
mengamati saja. Bila hal ini tidak terjadi, maka beraksilah. Pecat dan hire
orang lain bila memang diperlukan. Tidak ada gunanya menyimpan 'benalu'

9
di dalam tim.

8. DUKUNGAN
Setiap anggota tim harus ditantang untuk berkontribusi dalam segala
hal. Dorong mereka untuk ikut training bila memang diperlukan dan beri
kesempatan untuk keluar dan melakukan sendiri tugas-tugasnya.Mereka
perlu merasa nyaman dalam melakukan tugas supaya dapat menemukan
potensi unik dalam diri mereka sendiri. Ubahlah tanggung jawab setiap
anggota tim bila memang dianggap perlu. Ketahuilah kekuatan dan
kelemahan dari setiap anggota tim dan berikan dukungan positif terhadap
kedua hal itu.

9. TUNJUKKAN ANTUSIASME
Antusiasme mudah menular. Selalulah bersikap positif dan penuh
harap. Bila mereka melihat Anda mengharapkan sesuatu dari mereka, maka
ada peluang mereka akan memberikan yang terbaik dan berusaha tidak
mengecewakan Anda. Fokuslah juga padahal-hal yang dikerjakan dengan
benar,dan tidak selalu melihat kesalahan orang lain saja.

10. HAVEFUN
Bangun semangat yangadadi dalam tim agarbisa selalu memberikan
energi yang tinggi dan spirit persatuan. Sediakan waktu untuk tertawa
bersama dan ciptakan suasana yang sesantai mungkin. Tidak ada tujuan
yang dapat dicapai dengan mudah bila suasananya selalu tegang.

11. DELEGASI
Jelaskan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana caranya (bila
diperlukan), lalu biarkan. Lebih baik lagi jika Anda dapat menjelaskan
masalah yang ada dan seperti apa hasil yang Anda inginkan. Lalu, biarkan
tim Anda mengembangkan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan tugas
tersebut sesuai waktu yang telah ditetapkan. Bila jadwal reviewhari Selasa
depan, maka jangan menanyakan hasil nyahari ini.Berilah kepercayaan
kepada tim anda untuk memenuhi deadline masing-masing.

10
12. BERIKAN PENGHARGAAN
Rayakan keberhasilan bersama-sama dan berikan penghargaan kepada
anggota tim tapi tidak secara individual. Dalam setiap tim akan mempunyai
individu yang menonjol pada bidang tertentu.Kenalilah hal ini dengan
cepat melalui performance review processdan gunakan untuk mendukung
kerja sama tim. Hindari semua tindakan yang bisa menimbulkan
kecemburuan di antara anggota. Selalu bicara positif tentang anggota tim
Anda secara keseluruhan. Promosikan talenta, usaha, dedikasi dan
kesuksesan mereka.

f. Terakhir, yang penting adalah terus-menerus memberi inspirasi kepada semua


anggota tim. Bila Anda berbicara tentang hal apa pun yang berhubungan
dengan tim, gunakanlah kata 'kita' dan bukan kata 'saya'. Tanggung Jawab
Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
(Nursalam, 2002) :
1. Tanggung jawab anggota tim:
a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya
b) Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c) Memberikan laporan.
2. Tanggung jawabketua tim:
a) Membuat perencanaan.
b) Membuat penugasan, supervisi danevaluasi.
c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
d) Mengembangkan kemampuan anggota.
e) Menyelenggarakan konferensi.
3. Tanggung jawab kepala ruang:
 Perencanaan
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing-masing.
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim.

11
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/ penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksana
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui
kondisi,patofisiologis,tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
-Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
-Membimbing penerapan proses keperawatan dan
menilai asuhan keperawatan.
-Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
-Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk RS.
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
i) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dirumah sakit
 Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
a. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2– 3 perawat.
b. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
c. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
d. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
e. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada
ditempat,kepada ketua tim.
f. Memberi wewenang kepada ketua tim
g. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
 Pengarahan
a. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.

12
b. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
c. Memberikanmotivasidalampeningkatanpengetahuan,keterampiland
an sikap.
d. Menginformasikanhal–halyangdianggappentingdanberhubungan
dengan asuhan keperawatan pasien.
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
 Pengawasan
a. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b. Melalui supervisi:
- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga.
- Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas.
- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim.

Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang


kaku. Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan
malam. Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada jumlah dan kebutuhan
serta jumlah dan kualitas tenaga keperawatan.Umumnya satu tim terdiri dari
3-5 orang tenaga keperawatan untuk 10- 20 pasien. Berdasarkan hasil
penelitian Lambertson seperti dikutip oleh Douglas (1984), menunjukkan
bahwa model tim bila dilakukan dengan benar merupakan model asuhan

13
kperawatan yang tepat dalam meningkatkan pemanfaatan tenaga
keperawatan yang bervariasi kemampuannya dalam memberikan asuhan
keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim dilaksanakan dengan tepat
pada kondisi dimana kemampuan tenaga keperawatan bervariasi. Kegagalan
penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak dilaksanakan secara
menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau post conference dalam
sistem pemberian asuhan keperawatan untuk pemecahan masalah yang
dihadapi pasien dalam penentuan strategi pemenuhan kebutuhan pasien
Kelebihan:
a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan
holistik.
b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
c. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui
rapat tim,cara ini efektif untuk belajar.
d. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
e. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggotatim yang berbeda-
beda dengan aman dan efektif.
f. Peningkatan kerjasama dan komunikasi di antara anggota tim
menghasilkan sikap moral yang tinggi ,memperbaiki fungsi staf
secara keseluruhan , memberikan anggota tim perasaan bahwa ia
mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang
diberikan.
g. Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan.Metode ini memotivasi perawat untuk
selalu bersama klien selama bertugas.Memberikan kepuasan pada
pasien & perawat.
h. Produktif karena kerjasama,komunikasi dan moral.

2.1 Peran Pasien/Keluarga Sebagai Patner Perawat Dipelayanan


Kesehatan Untuk Mencegah Terjadinya Bahaya
Dalam melaksanakan program tersebut diperlukan kerja sama antara tim
kesehatan serta pasien dan keluarga.Peran keluarga secara aktif dalam menjaga
keselamatan pasien rawat inap adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yangbenar,jelas,lengkap dan jujur

14
b. Mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab
pasien maupun keluarga.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi dan menghormati peraturan rumah sakit.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggangrasa dalam proses
bersama tim kesehatan mengelola pasien
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Penerapan enam sasaran keselamatan pasien dan peran keluarga


dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap di rumah sakit :
a. Ketepatan Identifikasi Pasien
Pasiendalam keadaan tidak sadar, gelisah,mengalami gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, gangguan proses pikir, mendapat obatbius, atau gangguan
lain tidak mampu melakukan identifikasi diri dengan benar selain itu pasien yang
pindah ruang rawat atau bertukar tempat tidur saat perawatan di rumah sakit berisiko
mengalami ketidaktepatan identifikasi, maka rumah sakit menyusun sistem untuk
memastikan identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan
adalah tepat dan jenis pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut adalah
sesuai.
Peran Pasien dan keluarga untuk memastikan ketepatan identifikasi pasien
adalah:
1) Memberikan data diri yang tepat pada saat mendaftar sesuai dokumen
data diri yang dimiliki. Data utama yang diperlukan adalah nama dan
tanggal lahir
2) Selama rawat inap pasien dipakaikan gelang.Pasien dan keluarga harus
memahami fungsi gelang dan patuh menggunakan gelang tersebut
selama rawat inap karena gelang tersebut dipakai oleh tim kesehatan
guna memastikan kebenaran identitas dan faktor risiko pasien saat
memberikan pelayanan.
3) Gelang warna biru untuk laki-laki dan gelang warna merah muda untuk
perempuan dipakai untuk identifikasi
4) Gelang warna merah dipasangkan pada pasien yang memiliki riwayat
alergi.

15
5) Gelang warna kuning dipasangkan pada pasien yang memiliki risiko jatuh.
6) Pasien atau keluarga kooperatif saat dilakukan verifikasi identitas oleh
petugas saat akan melakukan tindakan, memberikan obat, mengambil
preparat untuk pemeriksaan laborat dan lain-lain.
b. Komunikasi efektif
Pasien yang menjalani rawat inap dikelola oleh dokter dan berbagai
profesi lain sebagai tim dengan menerapkan sistem komunikasi yang
efektif untuk memberikan pelayanan. Peran pasien dan keluarga
mewujudkan komunikasi efektif adalah:
1) Menunjuk atau menetapkan anggota keluarga yang diberi kewenangan
untuk berkomunikasi dengan tim kesehatan.Penunjukkan ini diperlukan
untuk memastikan komunikasi berlangsung efektif dan
berkesinambungan, tidak mengalami rantai komunikasi yang panjang dan
kompleks yang berisiko menyebabkan perubahan makna isi informasi.
2) Memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada tim
kesehatan dengan benar dan jelas.
3) Memberikan informasi pada petugas bila ada kejadian tidak
diharapkan.Meminta informasi yang diperlukan kepada tim kesehatan
c. Pemberian obat secara aman
Pemberian obat merupakan bagian yang mengambil porsidominan
dalam pasien rawat inap. Peran serta keluarga dalam menjamin keamanan
pemberian obat adalah:
1) Memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat obat yang pernah
dipergunakan sebelum masuk rumah sakit
2) Memberikan infor masi tentang riwayat alergi atau reaksi yang dialami
saat menggunakan obat tertentu.
3) Mendukung pengawasan pemberian obat selama rawatinap dengan cara
memastikan identitas pasien benar,menanyakan jenis obat yang
diberikan,tujuan pemberian, dosis dan waktu pemberian obat
d. Kepastian Tepat-Lokasi,Tepat-Prosedur,Tepat-Pasien Operasi

1) Tindakan operasi merupakan salah satu prosedur yang mungkin dilakukan


pada pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya. Bagian tubuh yang
akan dioperasi bisa meliputi bagian yang bersisi (misalnya tangan atau kaki

16
kanan dan kiri, mata kanan dan kiri) atau bagian yang multipel level
(misalnya tulang belakang) atau bagian yang multipel struktur (misalnya
jari tangan) dengan demikian diterapkan sistem untuk memastikan
tindakan tepat-lokasi,tepat-prosedur,tepat-pasien.Salah satu prosedur yang
dilakukan sebelum tindakan operasi adalah proses verifikasi.Peran pasien
dan keluarga dalam proses verifikasi praoperasi adalah memberikan
informasi yang benar dan bekerja sama secara kooperatif Proses ya
Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yangbenar
Proses ini dilakukan dengan membuat tanda pada lokasi yang
dioperasi.Penandaan lokasi operasi ini melibatkan pasien, dibuat oleh
dokter yang akan melakukan tindakan dan dilaksanakan saat pasien dalam
keadaan sadar.Tanda ini tidak boleh dihapus dan harus terlihat sampai saat
akan disayat.
2) Memastikan bahwa semua dokumen,foto(imaging),hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dengan baik
3) Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus yangdi butuhkan.
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Rumah sakit merupakan tempat yang memungkinkan berkumpulnya
berbagai jenis kuman sedang kan pasien yang sedang dirawat memiliki
daya tahan tubuh relatif rendah dengan demikian diperlukan suatu proses
bersama untuk mencegah timbulnya infeksi lain yang tidak berhubungan
dengan penyakit utama pasien.Peran pasien dan keluarga dalam
pengurangan risiko terkait pelayanan kesehatan dengan :
a) Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar. Keluarga memiliki
kemungkinan sering kontak dengan pasien,maka untuk melindungi diri
sendiri dan melindungi pasien dari perpindahan kuman disarankan
keluarga menerapkan prosedur cuci tangan yang benar pada 5(lima)
momenya itu saat sebelum kontak dengan pasien, sesudah kontak
pasien, sesudah ke toilet, sebelum dan sesudah makan. Perlu
diperhatikan juga bahwa lingkungan sekitar pasien berisiko terpapar
kuman maka disarankan mencuci tangan sesudah kontak dengan
lingkungan pasien (meja, alat tenun, tempat tidur dsb). Guna
memperoleh hasil cuci tangan yang optimal Pasien dan keluarga
disarankan mencermati dan mengikuti petunjuk 6 (enam) langkah

17
mencuci tangan yang diberikan oleh petugas atau panduan cuci tangan
yang ada di rumah sakit.
b) Membatasi pengunjung pasien Selama pasien dirawat dirumah sakit
seyogyanya pasien tidak berinteraksi dengan banyak orang karena
berisiko terpapar kuman dari pengunjung dalam keadaan pertahanan
diri yang relatif rendah dengan demikian peran keluarga diperlukan
untuk membatasi pengunjung yang kontak dengan pasien.
c) Menerapkan etika batuk yang benar.
Keluarga dan pengunjung yang batuk berisiko menyebarkan kuman
melalui partikel halus diudara dengan demikian bila sedang mengalami batuk
keluarga perlu menggunakan masker atau menerapkan tehnik perlindungan yang
benar saat batuk yaitu menutup mulut dan hidung menggunakan lengan.

f. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh


Individu yang sedang sakit memiliki keterbatasan dalam pengamanan diri
termasuk menghindari jatuh. Rumah sakit mengambil tindakan untuk
mengurangi risiko dengan melakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat
menyebabkan jatuh seperti,penggunaan obat, gaya jalan dan keseimbangan,
alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien, riwayat jatuh saat berjalan
atau saat istirahat baring di tempat tidur.
Peran pasien dan keluarga dalam mencegah jatuh saat dirawat dirumah sakit
adalah:
1) Pastikan penanda pasien beresiko jatuh berupa gelang kuning dipakai
pasien
2) Jangan melepas atau memindah kartu kuning yang dipasang petugas dekat
tempat tidur pasien atau didepan kamar pasien karena kartu tersebut
merupakan penanda untuk mewaspadai pasien yangberesiko jatuh
3) Keluarga atau pasien perlu memastikan diri untuk memahami informasi
yang diberikan oleh petugas agar dapat mendukung tindakan pencegahan
jatuh,seperti Informasi yang perlu diketahui adalah :
a. Faktor resiko jatuh yang teridentifikasi seperti obat yang
dipergunakan,kesadaran pasien, keseimbangan saat berjalan,dll
tindakan pencegahan jatuh yang perlu dilakukan
b. Cara untuk minta bantuan

18
c. Cara menggunakan bel atau sarana komunikasi diruangan
d. Cara mengatr pengamanan tempat tidur
e. Pengggunaan tali pengaman,dll

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139)
menyatakan keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap
perbuatan atau kondisi tidak 6 selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan
sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya dari penyakit yang mungkin
akan timbul setelah memulai pekerjaannya.Banyak macam penyakit yang
diakibatkan karena kecelakaan kerja, sehingga dari program keselamatan kerja
itu sendiri memiliki tujuan yaitu untuk mengurangi bahkan menghindari agar
tidak ada terjadi kecelakaan yang dapat menimbulkan penyakit pada
pekerjanya. Dalam melakukan program keselamatan kerja, diadakan suatu
hubungan segitiga yang saling bergantungan yaitu kolaborasi dari berbagai
tim medis dengan pasien dan keluarganya, karena dalam hal ini dukungan
atau motivasi keluarga juga dibutuhkan untuk keselamatan pasien.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, bertujuan untuk memberikan pengetahuan
bagi mahasiswa , pelajar,atau pekerja yang merupakan sasaran dari program
keselamatan kerja itu sendiri. Sehingga untuk mencapai tujuan yang optimal,
saran dari pembaca sangat dibutuhkan.

20
DAFTARPUSTAKA

Rahayu,S.(2015,februari2).Seputar pengertian.Retrieved
september28,2017,from Pengertian umum dan tujuan keselamatan
kerja: http://seputar pengertian.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-
umum-dan-tujuan- keselamatan-kerja.html
Salawati,L.(2015).Penyakit akibat kerja dan pencegahan.JURNAL
KEDOKTERAN SYIAH KUALA, 94.
Utrujah,A.M.(2015,november2015).Nurse.Retrieved september26,2017,from
Kolaborasi dalam tim kesehatan:
http://note-nurse.blogspot.co.id/2015/11/kolaborasi-dalam-tim- kesehatan.html

21

Anda mungkin juga menyukai