Anda di halaman 1dari 3

Definisi

Interprofessional Collaboration (IPC) merupakan kemitraan antar tenaga kesehatan yang memiliki
latar belakang profesi berbeda dan saling bekerja sama untuk memecahkan masalah kesehatan
dan menyediakan pelayanan kesehatan serta mencapai tujuan bersama (Morgan et al, 2015).
Tujuan

1. Keselamatan dan Kepuasan Pasien


Kolaborasi & Kerjasama baik >> feedback positif pada sasaran keselamatan pasien
2. Peningkatan Kualitas pelayanan di RS
a. Penurunan angka komplikasi dan LOS
b. Kepuasan pasien meningkat >> kualitas pelayanan diakui
3. Evidence-Based practice
4. Peningkatan kepuasan kerja antar staf (mengurangi burnout)

Contoh Kasus Kerja Kolaborasi yang tidak adekuat :

1. Kesalahan dalam pembuatan resep (Easton, 2009; Perwitasari, 2011)


2. Keterlambatan penanganan pada kasus-kasus critical/mengancam nyawa

Komponen penting/pendukung :

1. Komunikasi
Minimalisasi kesalahpamahan = dasar Kerjasama/kolaborasi yang baik
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam
pelaksanaan kolaborasi interprofesi adalah kepemimpinan, pengetahuan (Kesrianti, 2014)
dan lama bekerja (Hilda, 2017).
2. Latar Belakang Pendidikan (sejauh mana expertise/kepakaran seorang pemberi asuhan)
3. Pemahaman tentang peran masing-masing profesi (mutual respect)
4. Policies/Kebijakan

Siapa saja yang terlibat

1. Dokter (antar divisi/sub-bagian)


2. Bidan/Perawat
3. Nutrisionis
4. Pekarya medis
5. Farmasi
6. Petugas Rekam Medis, dll.

Model/Pola praktik Kolaborasi

1. Model praktik Hirarki tipe I


Komunikasi 1 arah, kontak terbatas antara dokter dan pasien. Dokter umumnya menjadi tokoh
‘leader’ yang dominan

Dokter
Bidan/Perawat

Pemberi Pelayanan lain/penunjang

Pasien

2. Model praktik Hirarki tipe II


Komunikasi dua arah tapi masih menempatkan dokter sebagai posisi utama sehingga kontak
dokter & pasien pun tidak begitu optimal

3. Model praktik hirarki tipe III


Berpusat pada pasien, semua PPA harus saling bekerjasama dengan pasien. Pola kolaborasi
melingkar : memungkinkan kontinuitas dan timbal balik.

Pelayanan Kolaborasi dalam perspektif Kebidanan

1. Paradigma kebidanan ke-4 : Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan Kesehatan dengan sasaran individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Komponen Pelayanan ini mencakup
Layanan primer, kolaborasi dan rujukan. Layanan kolaborasi : Bidan sebagai anggota tim dari
sebuah proses pelayanan Kesehatan.
2. Peran Bidan sebagai Pelaksana : Tugas Mandiri, Kolaborasi dan Dependensi/Rujukan
3. Peran Bidan sebagai pengelola : Pengembangan pelayanan dasar & berpartisipasi dalam tim.

Refleksi di area klinik

Faktor antesenden (PPA, policies, system) >> Proses >> Hasil/Luaran

Implementasi Interprofessional collaboration (IPC) adalah interaksi atau hubungan dari dua atau
lebih tenaga kesehatan yang saling bekerjasama untuk berbagi informasi yang bertujuan untuk
mengambil keputusan bersama, dan mengetahui waktu yang optimal untuk melakukan kerjasama
dalam perawatan keselamatan pasien serta memberikan perawatan yang baik kepada pasien.

1. Asessment of Patient
Asesmen awal dan lanjutan : identifikasi kebutuhan asuhan mandiri dan kolaborasi
Cth : identifikasi hasil lab/pemeriksaan penunjang, referral dari dokter/petugas Poli ke ranap,
skrining risiko dan kebutuhan Tindakan segera, komunikasi dua arah antara PPA & DPJP (lewat
residen)
2. Care of Patient
a. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
b. Pelaporan PPRA
c. Kebutuhan Pemeriksaan Penunjang
d. Re-asesmen pada pasien dengan perubahan kondisi
e. Emergency Situation
3. Discharge Planning
a. Kebutuhan terapi pasca rawat (Farmasi)
b. Online Reservation & kebutuhan rawat jalan di Poli terkait
c. Continuity of Care

Konklusi : Kebutuhan akan Interprofessional Education & Research yang optimal dan berkelanjutan.

Kebutuhan akan perawatan kesehatan yang kompleks di negara-negara berkembang sangat


menstimulasi pengembangan dan implementasi dari pendidikan inter professional (IPE) (Tyastuti,
dkk, 2014). Darlow et al (2015) menyebutkan bahwa pendidikan profesi atau praktek kolaborasi
dapat meningkatkan kesiapan dan kepercayaan diri mahasiswa kesehatan dalam kolaborasi antar
tenaga kesehatan.

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Herring et al (2013) yang menunjukkan
bahwa pendidikan praktek kolaborasi mampu meningkatkan rasa kepercayaan diri dokter, perawat
dan apoteker dalam menangani kasus diabetes. Penelitian yang dilakukan Coster dkk (2007)
menunjukkan skor rata-rata kesiapan yang tinggi untuk mahasiswa kedokteran, keperawatan,
kebidanan, kedokteran gigi, gizi, fisioterapi, farmasi, dan terapi okupasi. Pendidikan praktik
mempengaruhi kesiapan individu untuk dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.

Anda mungkin juga menyukai