Interprofessional Collaboration (IPC) merupakan kemitraan antar tenaga kesehatan yang memiliki
latar belakang profesi berbeda dan saling bekerja sama untuk memecahkan masalah kesehatan
dan menyediakan pelayanan kesehatan serta mencapai tujuan bersama (Morgan et al, 2015).
Tujuan
Komponen penting/pendukung :
1. Komunikasi
Minimalisasi kesalahpamahan = dasar Kerjasama/kolaborasi yang baik
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam
pelaksanaan kolaborasi interprofesi adalah kepemimpinan, pengetahuan (Kesrianti, 2014)
dan lama bekerja (Hilda, 2017).
2. Latar Belakang Pendidikan (sejauh mana expertise/kepakaran seorang pemberi asuhan)
3. Pemahaman tentang peran masing-masing profesi (mutual respect)
4. Policies/Kebijakan
Dokter
Bidan/Perawat
Pasien
1. Paradigma kebidanan ke-4 : Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan Kesehatan dengan sasaran individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Komponen Pelayanan ini mencakup
Layanan primer, kolaborasi dan rujukan. Layanan kolaborasi : Bidan sebagai anggota tim dari
sebuah proses pelayanan Kesehatan.
2. Peran Bidan sebagai Pelaksana : Tugas Mandiri, Kolaborasi dan Dependensi/Rujukan
3. Peran Bidan sebagai pengelola : Pengembangan pelayanan dasar & berpartisipasi dalam tim.
Implementasi Interprofessional collaboration (IPC) adalah interaksi atau hubungan dari dua atau
lebih tenaga kesehatan yang saling bekerjasama untuk berbagi informasi yang bertujuan untuk
mengambil keputusan bersama, dan mengetahui waktu yang optimal untuk melakukan kerjasama
dalam perawatan keselamatan pasien serta memberikan perawatan yang baik kepada pasien.
1. Asessment of Patient
Asesmen awal dan lanjutan : identifikasi kebutuhan asuhan mandiri dan kolaborasi
Cth : identifikasi hasil lab/pemeriksaan penunjang, referral dari dokter/petugas Poli ke ranap,
skrining risiko dan kebutuhan Tindakan segera, komunikasi dua arah antara PPA & DPJP (lewat
residen)
2. Care of Patient
a. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
b. Pelaporan PPRA
c. Kebutuhan Pemeriksaan Penunjang
d. Re-asesmen pada pasien dengan perubahan kondisi
e. Emergency Situation
3. Discharge Planning
a. Kebutuhan terapi pasca rawat (Farmasi)
b. Online Reservation & kebutuhan rawat jalan di Poli terkait
c. Continuity of Care
Konklusi : Kebutuhan akan Interprofessional Education & Research yang optimal dan berkelanjutan.
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Herring et al (2013) yang menunjukkan
bahwa pendidikan praktek kolaborasi mampu meningkatkan rasa kepercayaan diri dokter, perawat
dan apoteker dalam menangani kasus diabetes. Penelitian yang dilakukan Coster dkk (2007)
menunjukkan skor rata-rata kesiapan yang tinggi untuk mahasiswa kedokteran, keperawatan,
kebidanan, kedokteran gigi, gizi, fisioterapi, farmasi, dan terapi okupasi. Pendidikan praktik
mempengaruhi kesiapan individu untuk dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.