Anda di halaman 1dari 48

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan di uraikan tentang konsep MPKP, MPKP Tim, model

primer, kerangka teori, kerangka konsep, dan hipotesis.

2.1 Konsep MPKP

2.1.1 Definisi

Sistem MPKP yaitu suatu kerangka kerja yang mendefinisikan

empat unsur yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan,

dan sistem MPKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang

diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa pelayanan

keperawatan. Apabila perawat tidak memilik nilai-nilai tersebut sebagai

suatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan

kesehatan/ keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan

tercapai. (Nursalam, 2011)

Menurut Hoffart, 1996 di dalam (Basuki, 2018) Model Praktik

Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan

nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur

pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang

pemberian asuhan.

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu

model pemberian asuhan keperawatan yang memberi kesempatan kepada

perawat profesional untuk menetapkan otonominya dalam merencanakan,

5
6

melaksanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang

diberikan kepada klien (Manarung S, 2011).

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yaitu suatu sistem

(struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang menfasilitasi perawat

profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan

tempat asuhan tersebut diberikan (Sitorus, 2014).

Jadi MPKP adalah suatu sitem kerja yang didalamnya terdapat

unsur-unsur keprofesionalan perawat dalam melakukan asuhan

keperawatan serta proses asuhan keperawatan untuk memenuhi kepuasan

pasien maupun keluarga pasien dalam ruang rawat.

2.1.2 Tujuan dari MPKP

1. Menjaga kosnsistensi asuhan keperawatan

2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan

asuhan keperawatan oleh tim keperawatan

3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan

4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan keputusan

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan

keperawatan bagi setiap tim keperawatan.

2.1.3 Faktor-faktor yang berhubungan dalam perubahan MPKP

2.1.3.1 Kualitas Pelayanan Keperawatan

Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan

selalu berbicara mengenai kualitas sangat diperlukan diantaranya

untuk (Nursalam, 2011) :


7

1. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen

2. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi

3. Mempertahankan eksistensi institusi

4. Meningkatkan kepuasan kerja

5. Meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan

6. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar

2.1.3.2 Standar Praktik Keperawatan

Standar praktik keperawatan menurut Standar Naisonal

Akreditasi Rumah Sakit sebagai berikut

1. Pemberian Pelayanan Untuk Semua Pasien

a. Standar Pelayanan Asuhan Pasien (PAP) 1

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk pemberian

asuhan yang seragam kepada pasien. Maksut dan tujuan PAP

1 yaitu pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan

pelayanan yang sama berhak mendapat kualitas asuhan yang

sama di rumah sakit. Untuk melaksanakan prinsip kualitas

asuhan yang setingkat mengharuskan pimpinan

merencanakan dan mengoordinasi pelayanan pasien. Secara

khusus, pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien

yang sama pada berbagai unit kerja dipandu oleh regulasi

yang menghasilkan pelayanan yang seragam. Sebagai

tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa rumah sakit

menyediakan tingkat kualitas asuhan yang sama setiap hari


8

dalam seminggu dan pada setiap shift. Regulasi tersebut

harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku yang membentuk proses pelayanan pasien dan

dikembangkan secara kolaboratif. Asuhan pasien yang

seragam terefleksi sebagai berikut:

1) akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai dan

diberikan oleh PPA yang kompeten tidak bergantung pada

hari setiap minggu atau waktunya setiap hari (“3-24-7”).

2) penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain

staf klinis dan pemeriksaan diagnostik untuk memenuhi

kebutuhan pasien pada populasiyang sama.

3) pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, contoh

pelayanan anestesi sama di semua unit pelayanan di

rumah sakit

4) pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama

menerima asuhan keperawatan yang setara di seluruh

rumah sakit

5) penerapan serta penggunaan regulasi dan form dalam

bidang klinis antara lain metode asesmen IAR (Informasi,

Analisis, Rencana), form asesmen awalasesmen ulang,

PPK, alur klinis terintegrasi/clinical pathway, pedoman

manajemen nyeri, dan regulasi untuk berbagai tindakan


9

antara lain water sealed drainage, pemberian transfusi

darah, biopsi ginjal, pungsi lumbal, dsb.

Asuhan pasien yang seragam menghasilkan

penggunaan sumber daya secara efisien dan

memungkinkan membuat evaluasi hasil asuhan (outcome)

untuk asuhan yang sama di seluruh rumah sakit.

Elemen Penilaian PAP1 sebagai berikut :

1) Rumah sakit menetapkan regulasi bagi pimpinan unit

pelayanan untuk bekerja sama memberikan proses

asuhan seragam dan mengacu pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2) Asuhan seragam diberikan sesuai persyaratan sesuai

butir a-e pada maksud dan tujuan PAP 1.

b. Standar Pelayanan Asuhan Pasien (PAP) 2

Ditetapkan proses untuk melakukan integrasi serta

koordinasi pelayanan dan asuhan kepada setiap pasien.

Maksud dan Tujuan PAP 2 yaitu Proses pelayanan dan

asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak PPA

yang dapat melibatkan berbagai unit pelayanan. Integrasi

dan koordinasi kegiatan pelayanan dan asuhan pasien

merupakan sasaran yang menghasilkan efisiensi,

penggunaan SDM dan sumber lainnya efektif, dan hasil

asuhan pasien yang lebih baik. Kepala unit pelayanan


10

menggunakan alat dan teknik untuk melakukan integrasi dan

koordinasi pelayanan serta asuhan lebih baik (contoh, asuhan

secara tim oleh PPA, ronde pasien multidisiplin, form

catatan perkembangan pasien terintegrasi, dan manajer

pelayanan pasien/case manager). Pelayanan berfokus pada

pasien (PCC) diterapkan dalam bentuk asuhan pasien

terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal dan vertikal.

Pada integrasi horizontal kontribusi profesi tiap-tiap PPA

sama pentingnya/sederajat. Pada integrasi vertical pelayanan

berjenjang oleh/melalui berbagai unit pelayanan ke tingkat

pelayanan yang berbeda, di sini peran MPP penting untuk

integrasi tersebut dengan komunikasi yang memadai dengan

PPA.

Pelaksanaan Asuhan Pasien Terintegrasi pusatnya

adalah pasien dan mencakup elemen sebagai berikut:

1) keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.

2) DPJP sebagai Ketua tim PPA (Clinical Leader)

3) PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi

interprofesional, antara lain memakai Panduan Praktik

Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya disertai Alur

Klinis terintegrasi/Clinical Pathway, dan Catatan

Perkembangan Pasien Terintegrasi/CPPT


11

4) Perencanaan Pemulangan Pasien/Discharge Planning

terintegrasi

5) Asuhan Gizi Terintegrasi

6) Manajer Pelayanan Pasien/Case Manager.

Pendokumentasian di rekam medis merupakan alat utk

memfasilitasi dan menggambarkan integrasi serta

koordinasi asuhan. Secara khusus, setiap PPA mencatat

observasi dan pengobatan di rekam medis pasien. Demikian

juga, setiap hasil atau simpulan dari rapat tim atau diskusi

pasien dicatat dalam CPPT.

Elemen Penilaian PAP2 sebagi berikut :

1) Ada regulasi yang mengatur pelayanan dan asuhan

terintegrasi di dan antarberbagai unit pelayanan.

2) Rencana asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di

dan antarberbagai unit pelayanan.

3) Pemberian asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di

dan antar berbagai unit pelayanan.

4) Hasil atau simpulan rapat dari tim PPA atau diskusi lain

tentang kerjasama didokumentasikan dalam CPPT.

2.1.3.3 Model Praktik Keperawatan

1. Praktik keperawatan rumah sakit

Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan

tanggung jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit


12

dengan sikap dan kemampuannya. Maka dari itu, perlu

dikembangkan pengertian praktik keperawatan rumah sakit dan

lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik keperawatan

profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi

keperawatan

2. Praktik keperawatan rumah

Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada

pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan sebagai kelanjutan

daripelayanan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat

profesional rumah sakit, atau melalui pengikutsertaan perawat

profesional yang melakukan praktik keperawatan berkelompok.

3. Praktik keperawatan kelompok

Beberapa perawat profesional membuka praktik

keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan

asuhan keperawatan dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan

dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit dan rumah.

Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk

masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan

dipandang perlu di masa depan. Lama rawat pasien di rumah sakit

perlu dipersingkat karena biaya perawatan di rumah sakit

diperkirakan akan terus meningkat.

4. Praktik keperawatan individual


13

Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang di

uraikan oleh praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional

senior dan berpengalaman secara sendiri/ perorangan membuka

praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi

asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi

masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini

sangat diperlukan oleh kelompok/ golongan masyarakat yang

tinggal jauh dan terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan,

khususnya yang dikembangkan pemerintah.

2.1.4 Komponen MPKP

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah

sakit Hoffart Woods menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari lima

komponen, yakni :

1. Nilai-nilai profesional

Pengembembangan MPKP didasarkan degan nilai profesional.

Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama dari praktik

keperawatan profesional. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi

klien, menghargai klien, dan melakukan yang terbaik untuk klien harus

tetap ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan.

Keperawatan merupakan profesi yang didasarkan pada caring.

Caring mempunyai makna perhatian, tanggung jawab dan ikhlas

menurut Kozier di dalam (Basuki, 2018). Perawat sebagai suatu profesi

dalam menjalankan praktik keperawatan harus sesuai dengan kode etik


14

keperawatan. Penerapan MPKP ini PP dan PA melakukan kontrak

dengan klien/ keluarga yang merupakan bentuk penghargaan atas harkat

dan martabat manusia. Hubungan antara perawat dan klien terus terbina

selama klien dirawat sehingga klien/ keluarga menjadi mitra dalam

memberikan asuhan keperawatan.

2. Pendekatan manajemen

Pendekatan manajemen dilakukan untuk mengelola sumber daya

yang ada meliputi : sumber daya manusia, alat, fasilitas, serta

menetapkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK). Model Praktik

Keperawatan Profesional menerapkan pendekatan manajemen tampak

pada peran perawat primer (PP) sebagai pembuat keputusan untuk pasien

sebagai manajer asuhan klinik. Kepala ruang mempunyai peran sebagai

fasilitator atau mentor menurut Sitorus 2011 di dalam (Basuki, 2018).

3. Metode pemberian asuhan keperawatan

Sistem pemberian asuhan keperawatan mempunyai makna suatu

penugasan bagi tenaga perawat yang digunakan dalam memberikan

pelayanan praktik keperawatan pada klien. Metode tersebut

mendeskripsikan falsafah organisasi, strukur, pola ketenagaan dan klien.

Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan profesional,

digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya

metode kasus, fungsional, tim dan keperawatan primer. Dalam praktik

keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan pemberian


15

asuhan keperawatan profesional adalah metode keperawatan yang

menggunakan keperawatan primer.

4. Hubungan profesional

Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional

memungkinkan adanya hubungan profesional antara perawat dan praktisi

kesehatan lain. Pemberian asuhan kesehatan pada klien diberikan oleh

beberapa anggota tim kesehatan. Tetapi memiliki fokus pada pemberian

asuhan kesehatan pada klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan

terlibat, maka diperlukan kesepakatan tentang cara melakukan hubungan

kolaborasi tersebut. Hubungan ini terjadi malalui sistem

pendokumentasian klien, operan tugas jaga, konferensi awal dan akhir

serta pada pembahasan kasus.

Konfernsi merupakan suatu pertemuan antar tim yang dilakukan

setiap hari yang bertujuan untuk :

a. Membahas masalah klien berdasarkan recana perawatan yang telah

dibuat oleh PP

b. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab PA

c. Membahas rencana tindakan keperawatan klien setiap hari

d. Mengidentifikasi tugas PA umtuk setiap klien yang menjadi tanggung

jawabnya.

5. Sistem kompensasi dan penghargaan

Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai

hak atas kompensasi dan penghargaan. Kompensasi merupakan salah


16

satu faktor yang dapat meningkatkan motivasi seseorang. Kompensasi

dan penghargaan yang diberikan pada MPKP dapat disepakati di setiap

institusi dengan mengacu pada hasil kesepakatan bahwa layanan

keperawatan adalah pelayanan profesional. Notoatmojo, 2009 di dalam

(Basuki, 2018) mengatakan bahwa pemberian kompensasi yang

memadai merupakan bentuk penghargaan organisasi kepada prestasi

kerja karyawan yang dapat meningkatkan periku karyawan sesuai dengan

yang diinginkan organisasi.

2.1.5 Karakteristik MPKP

1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan

Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai

dengan derajat ketergantungan klien

2. Penetapan jenis tenaga keperawtan

Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang

mebmberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM),

Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga

tersebut terdapat juga seorang kepala ruang rawat tersebut. Peran dan

funsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat

tanggung jawab yang jelas dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.

3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra)

Standar renpra perlu ditetapkan, karena berdasarkan hasil observasi,

penulisan renpra sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan


17

mencakup 14 kebutuhan dasar manusia menurut Potter & Perry, 1997 di

dalam (Basuki, 2018).

4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer

Pada MPKP digunakan metode modifikasi keperawatan primer, sehingga

terdapat satu orang perawat profesional yang disebut perawat primer (PP)

yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan

yang diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager (CCM)

yang mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan asuhan

keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran ners spesialis pada

masa yang akan datang.

2.1.6 Langkah-langkah dalam MPKP

2.1.6.1 Tahap Persiapan

Menurut Sitorus, 2006 di dalam (Basuki, 2018) Pada tahap

persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus

dilakukan, yaitu :

1. Pembentukan tim

Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang

digunakan sebagai tempat proses belajar bagi pembaca

keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan staf dari

institusi yang berkaitan. Sehingga kegiatan ini merupakan

kegiatan kolaborasi antara pelayanan/ rumah sakit dan institusi

pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator


18

departemen, seorang penyelia, dan kepala ruang rawat serta

tenaga dari institusi pendidikan.

2. Rencana penilaian mutu

Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan

klien/ keluarga kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai

dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi

nosokomial.

3. Presentasi MPKP

Berikutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil

penilaian mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit,

departemen, staf keperawatan, dan staf lain yang terlibat. Pada

presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat

implementasi MPKP akan dilaksanakan.

4. Penempatan tempat implementasi MPKP

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan

tempat implementasi MPKP, antara lain :

a. Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang

tersebut. Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat

tersebut akan mendapat binaan tentang kerangka MPKP.

b. Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut

terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan

dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari ruang

rawat lain.
19

5. Penetapan tenaga keperawatan

Penentuan jumlah tenaga keperawatan pada MPKP di

suatu ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan

derajat ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah tenaga

keperawatan di suatu ruang rawat didahului dengan menghitung

jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu

tertentu, minimal selama 7 hari berturut-turut.

6. Penetapan jenis tenaga

Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang

digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer.

Dengan demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa

jenis tenaga, meliputi :

a. Kepala ruang perawat

b. Clinical care manager

c. Perawat primer

d. Perawat asosiet

7. Pengembangan standar rencana asuhan keperawatan

Penegembangan standar repra bertujuan untuk

mengurangi waktu menulis, sehingga waktu yang tersedia banyak

dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klie.

Adanya standar repra menunjukkan asuhan keperawatan yang

diberikan berdasarkan konsep dan teori keperawatan yang kukuh,

yang merupakan salah satu karakteristik pelayanan profesional.


20

Format standar renpra yang digunakan biasanya terdiri dari

bagian-bagian tindakan keperawatan meliputi : diagnose

keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan

dan kolom keterangan.

8. Penetapan format dokumentasi keperawatan

Selain standar renpra, format dokumentasi keperawatan

lain yang diperlukan adalah :

a. Format pengkajian awal keperawatan

b. Format implementasi tindakan keperawatan

c. Format kadex

d. Format catatan perkembangan

e. Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesan dokter

f. Format laporan pergantian shif

g. Resume perawatan

9. Identifikasi masalah

Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang

MPKP sama dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang

rawat. Adapun fasilitas tambahan yang diperlukan adalah :

a. Badge atau kartu nama tim, merupakan kartu identitas tim

yang berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini

digunakan pertama kali saat melakukan kontrak dengan klien/

keluarga
21

b. Papan MPKP, berisi daftar nama-nama klien, PP, PA, dan

timnya serta dokter yang merawat klien

2.1.6.2 Tahap Pelaksanaan

Menurut Sitorus, 2006 di dalam (Basuki, 2018) Pada tahap

pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut :

1. Pelatihan tentang MPKP

Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat

diruang yang sudah ditentukan.

2. Memberikan bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam

melakukan kenferensi.

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.

Konferensi dilakukan setlah melakukan operan dinas, sore atau

malam sesuai jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan

ditempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari

luar.

3. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam

melakukan ronde dengan perawata asosiate (PA).

Ronde keperawtan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan

setiap hari. Ronde ini penting selin untuk supervisi kegiatan PA,

juga sarana bagi PP untuk memperoleh tambahan data tentang

kondisi klien.

4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memenafaatkan standar

renpra.
22

Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan

asuhan keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang

direncanakan mengacu pada standar tersebut.

5. Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/

orientasi dengan klien/keluarga.

Kontrak antara perawat dan klien/ keluarga merupakan

kesepekatan antara perawat dan klien/ keluarganya dalam

pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar

hubungan saling percaya antar pearawat dan klien dapat terbina.

Kontrak diawali dengan pemberian orientasi bagi klien dan

keluarganya.

6. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi

kasus dlam tim.

PP secara teratur diharapkan dapar mempresentasikan kasus-

kasus klien yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat

lebih mempelajari kasus yang ditanganinya secara mendalam.

7. Memberi bimbingan kepada Clinical Care Manager (CCM)

dalam membimbing PP dan PA.

Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan

implementasi MPKP dilakukan melalui supervisi secra berkala.

Agar terdapat kesinambungan bimbingan, diperlukan buku

komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat diperlukan karena

CCM terdiri dari beberapa orang yatu anggtota tim/ panitia yang
23

diatur gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan

PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku

komunikasi CCM tidak diperlukan lagi.

8. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumetsi keperawatan

Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab

perawat kepada klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi

secra tepat menjadi penting.

2.1.6.3 Tahap Evaluasi

Menurut Sitorus, 2006 di dalam (Basuki, 2018) Evaluasi

proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evaluasi

MPKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM dua kali

dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi

secara dini masalah-masalah yang ditemukan dan dapat segera di

beri umpan balik atau bimbingan. Evaluasi hasil (outcome) dapat

dilakukan dengan :

1. Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/ keluaga untuk

setiap klien pulang

2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai

berdasarkan dokumentasi

3. Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang

rawat)

4. Penilain rata-rata lama hari perawat


24

2.1.6.4 Tahap Lanjut

Menurut Sitorus, 2006 di dalam (Basuki, 2018) MPKP

merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan

keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang

lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi

keilmuan keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan

teknologi keperawat karena sudah ada sistem yang tepat untuk

menerapkannya.

1. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingakat I. Pada

tingkat ini, PP pemula diberi kesempatan meningkatkan

pendidikan sehingga mempunyai kemampuan sebagi SKp/ Ners.

Setelah mendapatkan pendidikan tambahan tersebut berperan

sebagai PP (bukan PP pemula).

2. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada

MPKP tingkat I, PP adalah SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan

asuhan keperawatan berdasarkan ilmu teknologi mutakhir,

diperlukan kemampuan seorang Ners sepesialis yang akan

berperan sebagai CCM. Oleh karena itu, kemampuan perawat

SKp/ Ners ditingkatkan menjadi Ners sepesialis.

3. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada

tingkat ini perawat dengan kemampuan sebagai Ners sepesialis

ditingkatkan menjadi doktor keperawatan. Perawat diharapkan

lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang


25

dapat meningkatkan asuhan keperawatan sekaligus

mengembangkan ilmu keperawatan.

2.1.6.5 Tingkatan MPKP

Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP dan

masukan dari berbagai pihakperlu dipikirkan untuk

mengembangkan suatu model PKP yang disebut Model Praktik

Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP). Ada beberapa jenis

model PKP yaitu :

1. Model Praktik Keperawatan Profesional III

Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan

keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat

tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan

klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing

para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset

dalam memberikan asuhan keperawatan.

2. Model Praktik Keperawatan Profesional II

Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan

pprofesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat

dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk

cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk

memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada

perawat primer pada area spesialisasinya. Disamping itu

melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam


26

memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis

direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area

spesialisnya (1:10)

3. Model Praktik Keperawatan Profesional I

Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan

profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3

komponen utama yaitu : ketenagaan keperawatan, metode

pemberian asuhan keperawatan yang digunakan pada model ini

adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim

disebut tim primer.

4. Model Praktik Keperawatan Profesional Pemula merupakan

tahap awal untuk menuju PKP. Model ini mampu memberikan

asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.

2.1.7 Pilar-pilar MPKP

Pilar-pilar MPKP terdiri dari 4 pilar yaitu :

1. Pilar 1 : pendekatan menejemen keperawatan

Terdiri dari :

a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang

MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filososfi, kebijakan dan

rencana jangka pendek, harian, bulanan, dan tahunan)

b. Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas,

dan daftar alokasi pasien.


27

c. Pengarahan, terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim

motivasi, menejemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup

pre dan post konferen, dan manajemen konflik.

2. Pilar 2 : sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang MPKP berfokus pada proses

rekruitmen, seksi kerja orientasi, penilaian kerja, staf perawat. Proses ini

selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada

penambahan perawat baru.

3. Pilar 3 : hubungan profesional

Hubungan profesional dalam pemeberian pelayanan keperawatan (tim

kesehatan) dalam penerimaan pelayanan keperawatan (klien dan

keluarga). Pada pelaksanaannya hubungan profesional secara internal

artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan

misalnya perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain,

sedangkan hubungan profesional secara eksternal adalah hubungan

antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan

4. Pilar 4 : menejemen asuhan keperawatan yang diterapkan di MPKP

adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

2.1.8 Model-model Pengorganisasian Perawatan Pasien

Menurut Marquis, 2003 di dalam (Basuki, 2018), ada lima model

dalam pengorganisasian pasien yaitu : keperawatan klien secara total,

fungsional, team, keperawatan primer, dan manajemen kasus.


28

Menurut (Rebecca A. Patronis Jhones, 2010) Meskipun beberapa

perawat bekerja sebagai praktisi independen, sebagai konsultan, atau di

perusahaan perawat yang dipekerjakan oleh perawatan kesehatan

Organisasi. Organisasi ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis atas

dasar sponsor mereka dan pembiayaan:

1. Private not-for-profit. Banyak perawatan kesehatan didirikan oleh

organisasi sipil, amal, atau kelompok keagamaan. Beberapa telah ada

selama beberapa generasi. Banyak rumah sakit, jangka panjang

perawatan, pelayanan rumah tangga, dan lembaga masyarakat mulai

dengan cara ini. Meskipun mereka membutuhkan uang untuk membayar

staf dan pengeluaran mereka, mereka tidak harus menghasilkan

keuntungan.

2. Didukung secara umum. Pemerintah yang dioperasikan organisasi

layanan mulai dari wilayah publik Departemen Kesehatan ke pusat medis

yang kompleks, seperti yang dioperasikan oleh veteran Administrasi,

sebuah badan federal.

3. Swasta untuk keuntungan. Meningkatnya jumlah Kesehatan organisasi

dioperasikan untuk keuntungan seperti bisnis lainnya.

Ini termasuk rumah sakit besar dan rumah jompo, pemeliharaan

kesehatan organisasi, dan banyak pusat yang berdiri memberikan layanan

khusus, seperti bedah dan pusat diagnostik. Perbedaan antara kategori ini

menjadi kabur karena memiliki beberapa alasan:


29

1. Semua bersaing untuk pasien, terutama untuk pasien jaminan kesehatan

atau kemampuan untuk membayar mereka sendiri tagihan perawatan

kesehatan.

2. Semua pengalaman efek kendala biaya.

3. Semua dapat memberikan layanan yang memenuhi syarat untuk

penggantian pemerintah, khususnya Medicaid dan Medicare pendanaan,

jika mereka memenuhi standar pemerintah.

Menurut (Rebecca A. Patronis Jhones, 2010) bagan organisasi

menguraikan kerja formal hubungan dan cara orang berinteraksi dalam

struktur yang diberikan. Bagan organisasi menetapkan Berikut ini:

1. Resmi garis otoritas-kekuasaan pejabat untuk bertindak

2. Tanggung jawab — tugas atau penugasan

3. Akuntabilitas — tanggung jawab moral

Gambar 02.1 Struktur pengorganisasian keperawatan (Rebecca A. Patronis


Jhones, 2010)
2.1.8.1 Model Keperawatan team

Menurut Marriner Tomey, 2004 di dalam (Basuki, 2018)

model keperawatan tim dibangun sebagai model pemberian asuhan

keperawatan yang merupakan respon akibat kekurangan jumlah


30

perawat selama perang duania II. Dalam model ini seseorang

perawat RN memimpin sebuah tim yang terdiri dari perawat yang

mempunyai izin praktik, perawat vokasional, dan asisten perawat.

Anggota tim dalam melaksanakan tindakan pada klien. Ketua tim

adalah seorang perawat RN yang mempunyai pengalaman, membuat

rencana keperawatan, koordinasi dan melakukan tindakan

keperawatan yang memerlukan ketrampilan kompleks serta

menyeleseikan masalah dengan dokter atau tim kesehatan lainnya.

Setiap anggota kelompok/ tim mempunyai kontribusi dalam

merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada

perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi.

Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep sebagai berikut :

1. Peran kepala ruangan

Tim akan berhasil baik, apabila didukung oleh kepala

ruangan. Untuk itu kepala ruangan diharapkan telah mengerjakan

tugas dan tanggung jawabnya antara lain :

a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf

b. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ ruangan

c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan

kepemimpinan

d. Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim

keperawatan

e. Menjadi narasumber bagi ketua tim


31

f. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset

keperawatn

g. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka

1) Perencanaan

a) Menentukan TIM akan bertugas di ruangan masing-masing

b) Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya

c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan

persiapan pulang bersama ketua TIM

d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas

dan kebutuhan klien bersama ketua TIM, mengatur penugasan atau

penjadwalan

e) Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan

f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,

tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan

dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan dengan pasien

g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

h) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan

i) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan

keperawatan

j) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah

k) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk

l) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri

m) Membantu membimbing peserta didik keperawatan


32

n) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan rumah sakit

2) Pengorganisasian

a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

b) Merumuskan tujuan metode penugasan

c) Membuat rincian tugas ketua TIM dan anggota TIM secara jelas

d) Membuat rentang kendali ruangan membawahi 3 ketua TIM, dan ketua

TIM membawahi 2-3 perawat

e) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan

f) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses

dinas, mengatur tenaga yang ada stiap hari

g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik

h) Mendelegasi tugas, saat kepala ruangan tidak ada ditempat kepada ketua

TIM

i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi

pasien

j) Mengatur penugasan jadwal post dan pakarnya

k) Identifikasi masalah dan penanganannya

3) Pengarahan

a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM

b) Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik

c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan

sikap
33

d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan

dengan ASKEP pasien

e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan

tugasnya

g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain

4) Pengawasan

a) Melalui komunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua TIM maupun

pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada

pasien

b) Melalui supervisi

1. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati

sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki

atau mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga

2. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua TIM,

membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang

dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan

(dokumentasikan), mendengar laporan ketua TIM tentang

pelaksanaan tugas

3. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan

rencana keperawatan yang telah di susun bersama ketua TIM

4. Audit keperawatan
34

2. Ketua tim, perawat profesional harus mampu menggunakan

berbagai tehnik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat

keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi

asuhan keperawatan.

Tugas ketua tim :

a. Membuat perencanaan

b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi

c. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat

menilai tingkat kebutuhan pasien

d. Mengembangkan kamampuan anggota

e. Menyelenggarakan konferensi

Tanggung jawab ketua tim adalah :

1. Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra

2. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis

3. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap

anggota kelompok dan memberikan bimbingan melalui

konferensi

4. Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan dan hasil

yang dicapai serta mendokumentasikannya

5. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra

terjamin. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan

melalui berbagai cara, terutama melalui renpra tertulis


35

yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi,

dan evaluasi

6. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

Ketua tim membantu anggotanya untuk memahami dan

melakukan tugas sesuai dengan kemampuan mereka.

Struktur organisasi metode tim sebagai berikut :

Gambar 02.2 Struktur MPKP Tim menurut Marquis di dalam (Basuki,


2018)
2.1.8.2 Kelebihan model TIM

Menurut (Irene McEachen, R.N., 2018) kelebihan model

TIM sebagai berikut :

1. Masing-masing anggota tim merasa bertanggung jawab terhadap

perawatan pasien secara menyuluruh. Jadi, ada jalur komunikasi

yang terbuka dan berkelanjutan di antara anggota tim


36

2. Pasien menjadi akrab dengan tim karene mereka berinteraksi

dengan kelompok profesonal layanan kesehatan yang sama setiap

hari

3. Penugasan didasarkan pada tingkat pendidikan masing-masing

anggota tim. Sebagai contoh, asisten perawat mengerjakan

perawatan pagi dan malam, sementara perawat teregistrasi

menilai kondidi pasien.

2.1.8.3 Kekurangan model TIM

Menurut (Irene McEachen, R.N., 2018) kekurangan model

TIM, yaitu :

1. Tim menghabiskan waktu untuk membahas kemajuan pasien.

Pertemuan ini sering kali berlarut-larut

2. Perubahan jadwal di antara tim mengompromikan kontinuitas

perawatan. Anggota tim yang tidak masuk satu hari harus

mendapat pembaruan mengenali kondisi pasien

3. Kebencian dapat tumbuh di antara anggota tim jika satu anggota

tim atau lebih merasa bahwa mereka selalu diberi tugas yang tidak

menyenangkan gara-gara pendidikan atau lisensi, atau karena

manager perawat lebih menyukai anggota tim yang satu dari pada

anggota yang lainya.

4. Menager perawat harus memiliki ketrampilan komunikasi yang

unggul dan cakap menyeleseikan konflik di antara anggota tim.


37

2.1.8.4 Model Keperawatan primer

Model keperawatan primer terkenal pada tahun 1970 dan

awal tahun 1980 saat rumah sakit mulai mempekerjakan perawat

yang lebih banyak perawat RN. Model ini menempatkan perawat

RN disamping klien, meningkatkan akuntabilitas pada klien dan

menciptakan hubungan profesional antara anggota staf. Model

keperawatan primer adalah model pemberian asuhan pada klien,

dimana yang bertangungjawab terhadap klien perawat primer. Pada

model ini perawat primer akan merawat pasien yang sama setiap hari

selama masa perawatan di rumah sakit tersebut.(Basuki, 2018)

Gambar 2.3 Struktur model primer menurut Marquis dalam (Basuki, 2018)
1. Karateristik model keperawatan primer :

a. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan

pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan.


38

b. Pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan

profesional kesehatan lain, dan menyusun rencana perawatan, semua ini ada

ditangan perawat primer.

c. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer

kepada perawat sekunder selama shift lain.

d. Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.

e. Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer.

Keperawatan primer mensejajarkan desentralisasi pendidikan pasien

karena perawat menjadi pemberi asuhan primer. Pada perawatan pasien

komprehensif, perawat primer bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk

pendidikan pasien. Sejak 1974 keperawatan primer telah diimplementasikan di

beberapa rumah sakit dan telah dijalani berbagai modifikasi. Perawat primer

seringkali melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien. Kadang-

kadang mengarahkan pemberi asuhan lain saat menjalankan fungsi pembuat

keputusan., keperawatan primer dan tim memerlukan sistem pendukung

keperawatan yang efisien: komunikasi, distribusi, transportasi, dan manajemen

unit. Shukla mengajukan teori kemungkinan bahwa keperawatan primer adalah

lebih efektif bila sistem pendukung efisien dan ketergantungan pasien pada

perawat tinggi. Keperawatan primer tidak lebih baik dari keperawatan tim untuk

semua rumah sakit semua unit keperawatan dalam rumah sakit, atau semua tipe

pasien.

Desentralisasi sistem pendukung seperti suplai, linen, dan obat-obatan

untuk ruangan pasien, lebih efisien dan memperbaiki keuntungan keperawatan


39

primer pada keperawatan tim. Bila perawat primer harus pergi ke pusat untuk

suatu hal mereka akan terhambat dalam memberikan perawatan langsung. Juga,

keperawatan modular atau keperawatan primer dimodifikasi mengubah kinerja

yang dibutuhkan dari keperawatan yang lebih tidak langsung dan rutin serta

tugas-tugas bukan keperawatan. Pasien memerlukan keuntungan perawatan

yang lebih luas dari keperawatan primer daripada kemampuan perawatan diri.

Keperawatan primer paling baik untuk perawatan intensif (Basuki, 2018).

2. Keuntungan keperawatan primer

a. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan

motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.

b. Menjamin kontinuitas perawatan sesuai perawat primer memberikan atau

mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.

c. Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial pasien dan

kebutuhan fisik, karena perawat primer melakukan pengkajian riwayat dan

fisik, mengembangkan rencana perawatan, dan melaksanakannya sebagai

kesatuan antara pasien dan pekerja kesehatan lain.

d. Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan pasien yang

akan memungkinkan pembentukan hubungan terapeutik.

e. Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter .

f. Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan pasien

langsung.
40

g. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer

operasional:untuk menghadapi masalah staf dan penugasan dan memotivasi

serta mendukung staf

3. Kelebihan dari keperawatan primer

a. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.

b. Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan

pertanggungjawaban yang jelas.

c. Memungkinkan penerapan proses keperawatan .

d. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.

e. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima asuhan

keperawatan.

f. Lebih mencerminkan.

g. Menurunkan dana perawatan

4. Kekurangan dari keperawatn primer

a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional.

b. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih banyak

menggunakan perawat professional.

c. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi

kesehatan/kedokteran.

d. Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.

5. Pelaksanaan model keperawatan primer

Primer adalah terdapatnya kontinuitas keperawatan yang dilakukan

secara komprehensif dan dapat dipertanggung jawabkan. Penugasan yang


41

diberikan kepada Primary Nurse atas pasien yang dirawat dimulai sejak pasien

masuk ke rumah sakit yang didasarkan kepada kebutuhan pasien atau masalah

keperawatan yang disesuaikan dengan kemampuan Primary Nurse. Setiap

primary nurse mempunyai 8-10 pasien dan bertanggung jawab Jam selama 24

jam selama pasien dirawat. Primary Nurse akan melakukan pengkajian secara

komprehensif dan merencanakan asuhan keperawatan.

Selama bertugas ia akan melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan

masalah dan kebutuhan pasien. Demikian pula pasien, keluarga, staff medik dan

staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu merupakan tanggung

jawab primary nurse tertentu. Dia bertanggung jawab untuk mengadakan

komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan dia

juga akan merencanakan pemulangan pasien atau rujukan bila diperlukan.

Jika primary nurse tidak bertugas, kelanjutan asuhan keperawatan

didelegasikan kepada perawat lain yang disebut "associate nurse". Primary nurse

bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang diterima pasien dan

menginformasikan tentang keadaan pasien kepada Kepala Ruangan, dokter dan

staf keperawatan lainnya. Kepala Ruangan tidak perlu mengecek satu persatu

pasien, tetapi dapat mengevaluasi secara menyeluruh tentang aktivitas pelayanan

yang diberikan kepada semua pasien Seorang primary nurse bukan hanya

mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan tetapi juga

mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja social kontak

dengan lembaga sosial masyarakat, membuat jadwal perjanjian klinik,

mengadakan kunjungan rumah dan sebagainya. Dengan diberikannya


42

kewenangan tersebut, maka dituntut akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil

pelayanan yang diberikan. Primary Nurse berperan sebagai advokat pasien

terhadap birokrasi rumah sakit. Kepuasan yang dirasakan pasien dalam model

primer adalah pasien merasa dimanusiawikan karena pasien terpenuhi

kebutuhannya secara individual dengan asuhan keperawatan yang bermutu dan

tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,

informasi dan advokasi. Kepuasan yang dirasakan oleh Primary Nurse adalah

tercapainya hasil berupa kemampuan yang tinggi terletak pada kemampuan

supervisi. Staf medis juga merasakan kepuasannya dengan model primer ini,

karena senantiasa informasi tentang kondisi pasien selalu mutakhir dan laporan

pasien komprehensif, sedangkan pada model Fungsional dan Tim informasi

diperoleh dari beberapa perawat. Untuk pihak rumah sakit keuntungan yang

dapat diperoleh adalah rumah sakit tidak perlu mempekerjakan terlalu banyak

tenaga keperawatan, tetapi tenaga yang ada harus berkualitas tinggi. Dalam

menetapkan seorang menjadi Primary Nurse perlu berhati-hati karena

memerlukan beberapa kriteria, diantaranya dalam menetapkan kemampuan

asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai

keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar

berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk

sebagai primary nurse adalah seorang Clinical Specialist yang mempunyai

kualifikasi Master.

6. Tugas dan peran dalam diagram sistem asuhan keperawatan primary nursing.

a. Tugas perawat primer (ketua tim)


43

1) Menerima operan klien setiap pergantian dinas pagi atau pada saat

bertugas.

2) Melaksanakan pembagian klien kepada perawat asosiet.

3) Mengadakan pre atau post konferens dengan perawat asosiet .

4) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium.

5) Menerima klien baru dan memberi informasi tentang tata tertib RS dan

ruangan, tenaga perawat, dan dokter yang merawat dan administrasi.

6) Membuat rencana keperawatan, catatan perkembangan dan resume

keperawatan.

7) Melakukan diskusi keperawatan kepada perawat asosiet.

8) Melakukan evakuasi asuhan keperawatan dan membuat laporan.

9) Melakukan tindakan keperawatan tertentu yang membutuhkan

kompetensi kompleks.

10) Membuat perencanaan pulang.

11) Memeriksa atau mengevaluasi laporan keadaan klien yang telah dibuat

PA.

12) Melakukan penyuluhan kepada klien dan keluarga.

13) Menyiapkan pelaksanaan asuhan keperawatan.

14) Menilai hasil pekerjaan kelompok dan mendiskusikan permasalahan

yang ada.

15) Menciptakan kerjasama yang humoris

16) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain dan mengikuti

visit atau ronde medik.


44

17) Mengikuti ronde keperawatan.

18) Mengorientasikan klien baru pada lingkungan

b. Peran perawat asosiet

1) Mengikuti serah terima klien dinas pagi bersama perawat primer, sore

dan malam.

2) Mengikuti pre atau post comference dengan perawat primer.

3) Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer tidak

ada di tempat.

4) Melaksanakan rencana keperawatan.

5) Membuat rencana keperawatan pada klien baru jika perawat primer tidak

ada ditempat.

6) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

7) Melakukan pencatatan dan pelaporan berdasarkan format dokumentasi

keperawatan yang ada diruangan.

8) Menyiapkan klien untuk memeriksa diagnostic atau laboratorium,

pengobatan dan tindakan.

9) Memberikan penjelasan atas pertanyaan klien atau keluarga dengan

kalimat yang mudah dimengerti, bersifat sopan dan ramah.

10) Berperan serta melakukan penyuluhan kesehatan kepada klien dan

keluarga.

11) Memelihara kebersihan klien, ruangan dan lingkungan ruang rawat.

12) Menyimpan, memerihara peralatan yang diperlukan sehingga siap

dipakai.
45

13) Melakukan dinas rotasi sesuai jadual yang sudah dibuat oleh kepala

ruangan.

14) Mengikuti visit dokter atau ronde keperawatan jika tidak ada PP.

15) Mengantikan peran atau tugas PP yang lain jika PP tidak ada.

16) Mengidentifikasi dan mencatat tingkat ketergantungan lien setiap shif.


17) Melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh kepala ruangan.
c. Tugas pembantu perawat

1) Membersikan meja.

2) Menyiadakan alat.

3) Membersikan alat – alat yang digunakan.

4) Mengantar klien konsul.

5) Membawa urinal atau pispot ke dan dari klien.

6) Menyiapkan makan dan minum.

7) Membantu klien ke kamar mandi.

8) Membantu klien BAK atau BAB.

9) Membantu menganti alat tenun


46

2.2 Jurnal Penelitian Terkait

Tabel 02.1 Jurnal Penelitian Terkait

No Citasi jurnal Judul jurnal Tahun Kesimpulan

1.  Peneliti : pengaruh penerapan 2016 Kepuasan kerja perawat sebelum (pre) dilakukan penerapan
Maria Magdalena Sri metode tim terhadap metode tim paling banyak adalah tidak puas (55%) dan sisanya
Widiastuti, Dyah kepuasan kerja perawat di adalah cukup puas (18%), puas (27%). Kepuasan kerja perawat
Widodo, Esti Widiani unit stroke rumah sakit sesudah (post) dilakukan penerapan metode tim paling banyak
 Nama panti waluya sawahan adalah cukup puas (46%) dan sisanya puas (18%), tidak puas
jurnalnursing News malang (27%), sangat puas (9%). Ada pengaruh yang signifikan
Volume 1, Nomor 2, dengan diterapkannya metode tim terhadap kepuasan kerja
 Email: perawat di Unit Stroke Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
jurnalpsik.unitri@gmail Malang dengan nilai p 0,047 < α 0,05.
.com
(Widiastuti, Widodo, &
Widiani, 2016)
2.  Peneliti : hubungan model asuhan 2018 1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) tim
Rupisa, Sri keperawatan profesional di Rumah Sakit Panti Waluya (RKZ) Malang hampir seluruh
Mudayatiningsih, Yanti (makp) tim dengan tingkat responden dikategorikan baik.
Rosdiana kepuasan kerja perawat di 2. Kepuasan perawat di Rumah Sakit Panti Waluya (RKZ)
rumah sakit panti waluya Malang, hampir seluruh responden dikategorikan sangat puas.
(rkz) malang
47

 Nama jurnal : 3. Terdapat hubungan Model Asuhan Keperawatan


Nursing News Volume Profesional (MAKP) tim terhadap tingkat kepuasan perawat di
3, Nomor 1 Rumah Sakit Panti Waluya (RKZ) Malang, yang dibuktikan
 E-mail : dengan nilai signifikan.
visarupisa@gmail.com
(Rupisa,
Mudayatiningsih, &
Rosdiana, 2018)
3.  Peneliti : pemahaman perawat 2016 Variabel keikutsertaan dalam pelatihan mempunyai hubungan
Asmuji, Diyan Indriyani tentang mpkp tim dan yang paling kuat dengan pemahaman perawat Rawat Inap RSD
 Nama jurnal : faktor-faktor yang Balung tentang MPKP Tim, nilai B= 3,416. Berdasarkan hasil
THE Indonesian Journal berhubungan di rsd balung peneliti-an yang didapat maka rumah sakit perlu memberikan
Of Health Science, Vol. jember kesempatan kepada perawat untuk mengikuti pelatihan-
6, No. 2, pelatihan yang berhubung-an dengan MPKP. Selain itu rumah
(Asmuji, 2016) sakit harus sering mengadakan pelatihan-pelatihan MPKP.

4. Peneliti: Mohammad pengaruh manajemen 2017 Berdasarkan hasil penelitian dan Pembahasan mengenai
Iqbal Bumulo model asuhan keperawatan pengaruh Manajemen model asuhan keperawatan Professional
Hendro Bidjuni profesional tim terhadap tim terhadap kualitas Pelayanan keperawatan di bangsal pria
Jeavery Bawotong kualitas pelayanan RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow,
 Nama jurnal: e- keperawatan di bangsal maka dapat Disimpulkan bahwa semakin baik Komunikasi
Jurnal Keperawatan (e- pria rsud datoe binangkang oleh perawat kepada pasien Atau keluarga pasien maka
Kp) Volume 5 Nomor 2 kabupaten bolaang semakin baik Penilaian terhadap kualitas pelayanan
mongondow Keperawatan, serta ada pengaruh Manajemen model asuhan
48

 Email: keperawatan Professional tim terhadap kualitas Pelayanan


iqbalbumulo@yahoo.co keperawatan di bangsal pria RSUD Datoe Binangkang
m Kabupaten Bolaang Mongondow.
(Bumulo, Iqbal,
Hendro, Bawotong, &
Jeavery, 2017)

5.  Peneliti: Nur manajemen model asuhan 2014 Tanggung jawab perawat dalam penerapan MAKP Tim
Hidayah keperawatan profesional mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap kepuasan
 Nama jurnal: (makp) tim dalam pasien. Semakin baik tanggung jawab perawat semakin tinggi
Jurnal Kesehatan peningkatan kepuasan pula kepuasan pasien. Tanggung jawab kepala ruangan
volume VII No. 2 pasien di rumah sakit berhubungan sangat kuat dengan kepuasan pasien. Semakin
(Hidayah, 2014) baik tanggung jawab kepala ruangan semakin tinggi kepuasan
pasien. Tanggung jawab ketua tim berhubungan sangat kuat
dengan kepuasan pasien. Melalui rasa tanggung jawab ketua
tim yang tinggi membuat mutu asuhan keperawatan meningkat
dan tentunya mengakibatkan tingginya kepuasan pasien.
Tanggung jawab anggota tim berhubungan sangat kuat dengan
kepuasan pasien. Tanggung jawab anggota tim dijalankan
dengan baik akan memberikan dampak kepada kepuasan pasien
semakin mening-kat pula. Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) berbanding lurus dengan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan serta kepuasan pasien di Rumah
Sakit. Dalam pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan
49

Profesional Tim kegiatan yang mutlak dan harus dilakukan


serta diterapkan dengan baik di Rumah Sakit yakni supervisi,
timbang terima, sentralisasi obat dan dokumentasi keperawatan
yang baik. Semakin baik pelaksanaan ke empat kegiatan
tersebut maka akan semakin baik Pula pelaksanaan MAKP Tim
dan tentunya akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
serta memberikan kepuasan pa-da pasien dalam pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit
50

2.3 Kerangka Teori

Komponen MPKP: Faktor yang berhubungan dalam perubahan Karakteristik MPKP:


MPKP:
1. Nilai professional 1. Penetapan ketenagaankeperawatan
1. Kualitas pelayanan keperawatan
2. Pendekatan manajemen 2. Penetapan jenis tenaga
(Nursalam, 2011)
3. Metode pemberian ASKEP keperawatan
2. Standar praktik keperawatan
4. Hubungan professional 3. Penetapan standar rencana asuhan
(SNARS, 2017)
5. System kompensasi keperawatan
3. Model praktik keperawatan
4. Menggunakan metode modifikasi
keperawatan (Basuki, 2018)
Penerapan Metode Praktik
Langkah-langkah MPKP:
Keperawatan Profesional (MPKP)
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap evaluasi Model pengorganisasian
4. Tahap lanjutan (Basuki, keperawatan (Rebecca A.
2018) Patronis Jhones, 2010):
5.
1. Model MPKP tim
Tingkatan MPKP: 2. Model MPKP primer
1. Model Praktik Keperawatan Profesional III
2. Model Praktik Keperawatan Profesional II
3. Model Praktik Keperawatan Profesional I
4. Model Praktik Keperawatan Profesional
Pemula
Gambar 02.4 Kerangka teori
51

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan

dengan bagaimana s eorang peneliti menyusun teori begitupun

menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk

masalah serta membahas saling ketergantungan antar variabel yang

diperlukan untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau

diteliti. (Hidayat, 2012).

Komponen MPKP TIM :


Terpenuhi lengkap
1. Nilai professional, (baik) jika penilaian
2. Hubungan professional, minimal 80%
3. Pendekatan
managemen,
Penerapan
4. Kompensasi dan Metode Terpenuhi sebagian
penghargaan, Praktik (cukup) jika
5. Menegemen asuhan Keperawatan penilaian minimal
keperawatan Professional 20-79%
(MPKP) tim
primer
Tidak terpenuhi
(kurang) jika
penilaian minimal
<20%
Gambar 02.5 Kerangka konsep
Keterangan :

: diteliti

: tidak di teliti

Dari bagan diatas dapat disimpulkan bahwasanya penerapan Metode Praktik

Keperawatan Profesional (MPKP) Tim dapat dikategorikan baik, cukup dan kurang

dengan mengukur 5 komponen yaitu nilai professional, hubungan professional,


52

pendekatan managemen, kompensasi dan penghargaan, serta menegemen asuhan

keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai