Anda di halaman 1dari 6

Memahami tentang analisis peranan dokter serta mitra kerjanya Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK)

Pada dasarnya sistem perlayanan dokter keluarga (selanjutnya digunakan SPDK), haruslah menerapkan ketiga tahapan pelayanan medis sesempurna mungkin. Komponen sistem, yang sekarang biasa disebut sebagai pemegang saham (stakeholders), paling tidak terdiri atas: 1. DPU/DK (Sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Primer) 2. DSp (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Sekunder) 3. DSpK (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Tersier) 4. Dokter gigi 5. Pihak pendana (Asuransi Kesehatan, Pemerintah, dsb.) 6. Regulasi (perundangan, Sistem Kesehatan Nasional, dsb.) 7. Pasien (dengan keluarga dan masyarakatnya) 8. Farmasi (profesional dan pengusaha) 9. Staf klinik selain dokter (Bidan, perawat, dsb) 10. Karyawan non-medis .Mereka harus bekerjasama secara mutualistis mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Semua pemegang saham mempunyai andil, hak dan kewajiban yang sama dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan bagi pasien, tidak melanggar aturan atau perundangan maupun etika profesi, dan menjamin kesejahteraan bagi penyelenggaranya. Jika salah satu komponen sistem merusak tatanan, menyalahi aturan main agar memperoleh keuntungan bagi dirinya, maka akibat negatifnya akan dirasakan oleh seluruh komponen sistem termasuk, pada akhirnya, yang menyalahi aturan itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama profesional yang mutualistis di antara anggota sistem. Dengan kata lain, dalam sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan diselenggarakan oleh tim kesehatan yang bahu-membahu mewujudkan pelayanan yang berumutu. Setiap komponen sistem mempunyai tugas masing-masng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh sesuai dengan tatanan yang berlaku. Bidan dan perawat membantu dokter di klinik misalnya, memberikan obat kepada pasien d ibawah tanggung-jawab dokter. Jadi bidan dan perawat tidak memberikan obat tanpa persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan perintah tertulis di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat dibenarkan mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas atau belum dicantumkan. Demikian pula dokter keluiarga yang sebenarnya dokter praktik umum dibenarkan mengingatkan dan diharuskan bertanya langsung kepada dokter spesialis yang dikonsuli atau dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau berbeda pendapat.

Demikian pula komponen system yang lain termasuk masyarakat pasien dibenarkan dan bahkan diharuskan saling kontrol saling mengingatkan agat tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dapat di lihat bentuk komunikasi atau kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya di lakukan dalam berbagai hal seperti : 1. Merujuk pasien Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman sejawat lainnya. 2. Bekerjasama dengan sejawat Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, ras, usia, kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat. 3. Bekerja dalam tim Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin. 4. Mengatur dokter pengganti. Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti serta mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan dokter pengganti. 5. Mematuhi tugas Seorang dokter yang bekerjapada institusi pelayanan atau pendidikan kedokteran harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti. 6. Pendelegasian wewenang Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis, mahasiswa kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan peraturan baru.

Komunikasi Dokter-Profesi Lain 1. Kolaborasi Pengertian Menurut Shortridge, et al (1986)

Hubungan timbal balik di mana [pemberi pelayanan] memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka. Elemen-elemen Kolaborasi 1. Struktur 2. Proses 3. Hasil Akhir Model Kolaboratif Tipe I 1. Menekankan Komunikasi Dua Arah 2. Masih menempatkan Dokter pada posisi utama 3. Masih membatasi Hubungan Dokter dengan Pasien Model Kolaboratif Tipe II 1. Lebih berpusat pada Pasien 2. Semua Pemberi Pelayanan harus bekerja sama 3. Ada kerja sama dengan Pasien 4. Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala psikologis keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien. Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih medukung dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik

perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya. Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilainilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat. Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team : a) Memberikan pelayanan kesehatan yang menggabungkan keahlian unik profesional. berkualitas dengan

b) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya c) Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas d) Meningkatnya kohesifitas antar profesional e) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional, f) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor a) Faktor interaksi (interactional determinants), yaitu hubungan interpersonal diantara anggota tim yang terdiri dari kemauan untuk berkolaborasi, percaya, saling menghargai dan berkomunikasi . b) Faktor Organisasi (organizational determinants) yaitu kondisi di dalam organisasi tersebut yang terdiri dari: 1. Organizational structure (struktur horisontal dianggap lebih berhasil daripada struktur hierarkis); 2. Organizations philosophy (nilai nilai keterbukaan, kejujuran, kebebasan berekspresi, saling ketergantungan, integritas dan sikap saling percaya; 3. administrative support (kepemimpinan);

4. team resource (tersedianya waktu untuk bertemu dan berinteraksi, membagi lingkup praktek dengan profesional lain, bekerja dalam suatu unit yang kecil) ; 5. coordination mechanisme (pertemuan formal untuk standarisasi prosedur dalam bekerja). diskusi,

c) Faktor lingkungan organisasi (organizations environment/ systemic determinants) yaitu elemen diluar organisasi, seperti sistem sosial, budaya, pendidikan dan profesional. 2. Pendekatan Praktik Hirarkis Menekankan Komunikasi satu arah Kontak Dokter dengan Pasien terbatas Dokter merupakan Tokoh yang dominan Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, spt IGD

Sebelum ada model Kolaborasi, hubungan yang ada adalah Model PRAKTIK HIRARKIS. Praktik Hirarkis merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan sebelum profesi perawat semakin berkembang. Selanjutnya dikenal ada 2 (dua) model Kolaborasi yang lain (Model 1 dan Pendekatan Praktik Hirarkis menekankan komunikasi satu arah. kontak dokter dengan pasien terbatas. dokter merupakan tokoh yang dominan. cocok untuk ditetapkan di keadaan tertentu , seperti: IGD pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktek dokter di Indonesia

DOKTER

REGISTERED NURSE

PEMBERI PELAYANAN LAIN

PASIEN

Komunikasi Dokter-Apoteker

Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, dokter perlu mengetahui apa yang menjadi tanggung jawab profesi apoteker dalam pelayanan farmasi. Pelayanan farmasi dapat dilakukan di berbagai tempat seperti rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik, Apotek, dll. Adanya pemahaman masing-masing pada profesi mitra kerjanya akan memudahkan terjadinya komunikasi yang baik antar profesi Empat unsur Pelayanan Farmasi Pelayanan Farmasi yang baik. Pelayanan profesi apoteker dalam penggunaan obat. Praktik dispensing yang baik. Pelayanan profesional apoteker yg proaktif dalam berbagai kegiatan yg bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai