Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA HIV AIDS DENGAN HEPATITIS

Disusun oleh:

KELOMPOK V
ELPI NABABAN (12211052)

SITI SYAFIAH (12211062)


TRI MURTI (12211064)

YANTI RIA SIREGAR (12211067)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BOROBUDUR

JL.Raya Kalimalang No.1 Jakarta Timur

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Penderita HIV AIDS Dengan Hepatitis” ini dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini,kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan
selesai tepat waktu dan berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan
dukungan,bimbingan dan Doa dari berbagai pihak.Sebagai rasa syukur atas selesainya
makalah ini,kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua kalangan yang
sudah mendukung kami, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini,kami juga menyadari bahwa masih banyak


kekurangan baik pada Teknik penulisan maupun materi.Untuk itu mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata,kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk


menambah pengetahuan dan dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan Asuhan Keperawatan pada Penderita HIV AIDS Dengan
Hepatitis.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………….2

DAFTAR ISI……………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………4

1. Hubungan HIV AIDS dengan Hepatitis...........................4


2. Contoh jurnal penelitian...................................................4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………….5
A. Abstrak………………………………………………….5
B. Tinjauan kasus…………………………………………..7
C. Asuhan Keperawatan……………………………………10

BAB III PENUTUP……………………………………………..16


Kesimpulan…………………………………………………16
Saran………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...17

3
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN HIV AIDS DENGAN HEPATITIS

BAB I

A. PENDAHULUAN

1. Hubungan HIV AIDS dengan Hepatitis


Berbicara mengenai virus hepatitis tidak bisa terlepas dari masalah HIV dan AIDS ,
mengingat Indonesia merupakan daerah dengan epidemic HIV yang terkonsentrasi
pada populasi beresiko. Jika virus Hepatitis A dan E dapat ditularkan melalui fecal oral
dapat dicegah melalui hidup bersih dan sehat.
Sedangkan Hepatitis B dan D yang umumnya ditularkan melalui media cairan tubuh
(darah, cairan semen dan vagina )dan hepatitis C yang ditularkan melalui kontak dengan
darah penderita ini memiliki kesamaan media penularan HIV.
Oleh karena itu penderita hepatitis B,C dan D memiliki kemungkinan untuk tertular
virus HIV. Orang yang HIV AIDS sering terkena virus Hepatitis sekitar sepertiganya
memiliki penyakit infeksi bersamaan dengan HBV atau HCV, yang dalam jangka
panjang akan menyebabkan kematian. Virus hepatitis dengan lebih cepat menyerang
kerusakan hati pada penderika HIV dibandingkan mereka yang tidk terinfeksi HIV.
Koinfeksi adalah infeksi simultan oleh dua virus. Salah satu kasus koinfeksi yang sering
terjadi adalah infeksi Hepatitis B Virus (HBV), HCV pada orang yang telah terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Hal ini terjadi karena kedua virus tersebut
memiliki kesamaan jalur transmisi.

2. Contoh Jurnal Penelitian


Koinfeksi human immunodeficiency virus dan hepatitis b Virus pada orang bertato di
kota Semarang.

4
BAB II

ABSTRAK

Koinfeksi adalah infeksi simultan oleh dua virus. Salah satu kasus koinfeksi yang
sering terjadi adalah infeksi Hepatitis B Virus (HBV) pada orang yang telah terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus(HIV). Hal ini terjadi karena kedua virus tersebut memiliki kesamaan
jalur transmisi, salah satunya melalui pembuatan tato menggunakan jarum yang
terkontaminasi. Peminat tato di Indonesia semakin bertambah, begitu pula di kota Semarang.
Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan keberadaan kasus koinfeksi
HIV-HBV pada orang bertato di Semarang. Pengambilan spesimen berupa serum dilakukan
pada 50 orang responden yang telah memenuhi kriteria yaitu mengisi informed consent,
berdomisili di Semarng, memiliki tato permanen, tidak berganti - ganti pasangan, tidak
menggunakan narkoba jarum suntik, dan belum pernah melakukan transfusi darah.
Keberadaan anti - HIV dan HBsAg dalam serum dideteksi menggunakan
imunokromatografi dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Dari 50 orang
responden yang terdiri dari 25 orang perempuan dan 25 orang laki-laki dengan rentang usia
antara 17-48 tahun, didapatkan dua orang (4%) yang positifterinfeksi HIV dan satu orang (2%)
positif terinfeksi HBV. Penelitian ini membuktikan adanya satu kasus koinfeksi HIV-HBV
yang terjadi pada orang bertato di Semarang.
Kata Kunci: anti - HIV, HBsAg, koinfeksi, tato.
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV akan mengurangi
jumlah sel T di dalam tubuh dan dapat menyebabkan Acquired ImmuneDeficiency
Syndrome(AIDS).
AIDS adalah kegagalan sistem kekebalan tubuh secara progresif yang memungkinkan
terjadinya infeksi oportunistik seperti Hepatitis, kandidiasis mulut, tuberkulosis, dan
Cytomegalovirus(Sarma dan Oliveras, 2013).Selain infeksi oportunistik, orang yang terinfeksi
HIV juga dapat mengalami koinfeksi yaitu infeksi simultan oleh dua virus. Salah satu kasus
koinfeksi yangsering terjadi pada penderita HIV adalah infeksi HBV (Riyaniarti dkk, 2015).
HBV adalah virus yang menginfeksi organ hati. Sebanyak 70 - 90% penderita HIV di Amerika
Serikat juga terinfeksi oleh HBV. 90% penderita HIV yang menggunakan jarum suntik tidak
steril juga terpapar oleh hepatitis B (positif antiHBc) dan 60% memiliki riwayat infeksi dengan
adanya antibodi permukaan hepatitis B (anti - HBs).
(Harania dkk, 2008). Pada 260 pasien yang dinyatakan positif HIV di salah satu Rumah Sakit
di Nigeria, 11,5% diantaranya positifterinfeksi HBV dan 2,3% diantaranya positif terinfeksi

5
Hepatitis C Virus (HCV) (Adewole dkk, 2009).
Berdasarkan penelitian Sepsatya (2011), angka kejadian koinfeksi HIV -hepatitis pada
salah satu Rumah Sakit di Semarang dari tahun 2009 hingga 2010 cukup tinggi, yaitu sebanyak
36 pasien dari 132 pasien HIV, dengan angka koinfeksi hepatitis B lebih tinggi dibandingkan
koinfeksi hepatitis C dan campuran hepatitis B dan C, yaitu 26 pasien (19,7%). Koinfeksi HBV
pada pasien HIV dapat meningkatkan resiko hepatotoksik akibat toksisitas obat antiretroviral
(Riyaniarti dkk, 2015).
Studi yang dilakukan pada 5293 pasien selama 16 tahun (Januari 1984 - Maret 2000)
menunjukkan bahwaindividu dengan koinfeksi HIV - HBV memiliki resiko kematian sebanyak
14 kali lebih besar dibandingkan individu yang tidak terinfeksi HIV dan hepatitis B (Bratanata
dkk, 2015). Koinfeksi HBV diketahui dapat ditemukan pada penderita HIV karena kesamaan
jalur transmisinya (Mohammadi dkk., 2009). Kedua virus tersebut dapat ditransmisikan secara
vertikal dari ibu ke anak dan secara horizontal melalui interaksi seksual, transfusi darah,
penggunaan narkoba jarum suntik, dan pembuatan tato menggunakan jarum yang
terkontaminasi (Patel dkk, 2014). Kini tato tidak hanya digunakan oleh para penjahat atau suatu
komunitas tertentu, tetapi banyak anak muda yang menjadikannya sebagai gaya hidup.
Tren pembuatan tato juga melanda kota Semarang. Tren ini perlu diwaspadai
mengingatcukup tingginya angka kasus HIV dan infeksi Hepatitis di kota Semarang.. Terbukti
pada penelitian sebelumnya, terdapat beberapa kasus infeksi HIV, HBV, dan Hepatitis C Virus
(HCV) pada orang bertato di Semarang (Naully dkk, 2017) . Namun penelitian tersebut hanya
menggunakan 30 sampel dengan jumlah sampel laki –laki lebih banyak dari perempuan. Selain
itu, penelitian tersebut hanya mendeskripsikan gambaran kasus infeksi HIV, HBV, dan HCV
tanpa meninjau kasus koinfeksi yang terjadi pada sampel. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk menentukan keberadaan kasus koinfeksi HIV - HBV pada orang bertato di
Semarang dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan sebanding antara laki – laki dan
perempuan.

TINJAUAN KASUS

1. Deskripsi Kasus Tn . D (29 tahun) datang ke rumah sakit dengan Tidak nafsu makan
Nyeri perut kanan bagian atas, nyeri bagian ulu hati, mual/muntah dan diare. Keluhan
diperberat sekitar ± 5 hari ini. Berat badan turun.
TD : 96/62 mmHg, Nadi: 60kali/menit, Pernafasan: 22 kali/ menit, suhu badan:37,2℃.
Klien mengatakan lemas dan tidak tau apa penyakitmya.
6
2. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama : Dino Hardi
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Tgl Masuk : 20 May 2022
Tgl Pengkajian : 20 May 2022
No. RM : 58.22.60
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat : Jl. Puri I no.8

b. Keluhan Utama Tidak nafsu makan, Nyeri perut kanan bagian atas, nyeri bagian
ulu hati , mual / muntah dan diare . Keluhan diperberat sekitar ± 5 hari ini. Berat
badan turun dan mengatakan lemas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk ke IGD Rumah Sakit EMC Semarang pada tanggal 20 May 2022
jam 01.30 wib dengan keluhan Tidak nafsu makan Nyeri perut kanan bagian atas,
nyeri bagian ulu hati, mual/muntah dan diare. Keluhan Berat badan turun.
Selama di IGD pasien mendapatkan Terapi cairan loading Futrolit 500 cc habis
dalam 2 jam selanjutnya 20 tts/menit.
Setelah mendapat perawatan di IGD dipindahkan ke ruang Isolasi Teratai dengan
keadaann umum lemas, kesadaran composmetis. Berdasarkan hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 102/69 mmHg, T 36,7oC, HR 62x/menit,
RR 24 x/menit. Pasien terpasang DC (+) dengan urine berwarna teh pekat,Infus
Futrolit 500cc 8jam/kolf.

d. Riwayat Penyakit Terdahulu


Badan lemas, BAK berwarna teh pekat, BAB cair dalam 2 minggu ini.

e. Riwayat Penyakit dalam Keluarga : Tidak ada

f. Tanda-tanda Vital : TD : 102/69 mm/Hg


7
HR : 62 x/mnt
T : 36,70C
RR : 24x/mnt
Skala Nyeri :3
TB : 168 cm
BB : 48 Kg

g. Diagnosa Medis : Hepatitis B

h. Pola kebiassaan
1. Aktifitas/istirahat
DS : Kelemahan, kelelahan, malaise umum
2. Sirkulasi
DO: HR: Bradycardia, Ikterik pada sklera, kulit, dan membran mukosa
3. Eliminasi
DO : Urine berwarna gelap (kecoklatan) seperti teh
volume urine: 500cc/7jam, Diare
4. Makanan/cairan
DS: Pasien mengatakan ia tidak selera makan karena nyeri abdomen dan mual.
DO: Makanan tidak dihabiskan, Penurunan BB
5. Nyeri/kenyamanan
DS : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas.Gatal - gatal
(pruritus), turgor kulit tidak elastis
DO : Otot tegang, gelisah.
6. Pernapasan
DO : 24x/mnt
7. Penyuluhan/pengajaran
DS : Riwayat diketahui/mungkin terpajan virus

i. Therapi Medis
-Tirah baring
-Diet Lunak
-IVFD Futrolit 500cc 8 jam/kolf
-Inj Omeprazol 1 vial/12 jam
8
-Hp Pro 3x1

j. Hasil Pemeriksaan Lengkap

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Keterangan


Normal
Bilirubin Total *1,1 Mg/dl 0,1 - 1,2 Dewasa
Bilirubin Direk *0,92 Mg/dl 0 - 0,2
Alkali *583 U/L 53 – 128
Phospatase
SGOT *935 U/L <37
SGPT *956 U/L <41
𝛼-GT *517 U/L <49
HBsAg *Positif Negatif
Cut Off = 0,13
Anti HBs *Positif mLU/ml <10
(titer) + >=10
Anti HAV Negatif mLU/L <15
+>=20
Anti HCV Negatif

k. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Pasien mengatakan tidak Intake tidak Gangguan nutrisi
selera makan karena mual dan adekuat kurang dari
nyeri pada perut. kebutuhan tubuh.
DO : Makanan hanya dihabiskan
2 sendok saja.

9
BB menurun
BB : 48 kg
2 DS : Pasien mengatakan BAB cair Kehilangan cairan Risiko tinggi
dalam 2 minggu ini berlebihan terhadap
DO : Pasien tampak lemas, melalui muntah kekurangan
mengalami muntah dan diare, dan diare volume cairan
turgor kulit tidak elastis. tubuh
3 DS : Pasien mengatakan badan Kelemahan umum Intoleransi
terasa lemah dan lemas aktifitas
DO : Pasien tampak lemas 102/69
mmHg, dan hanya beraktifitas di
atas tempat tidur
4 DS : Pasien mengatakan bahwa Akumulasi garam Gangguan
kulitnya sering terasa gatal. empedu dalam integritas kulit
DO : Pruritas jaringan

3. Diagnosa Keperawatan
➢ Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat
➢ Risiko tinggi terhadap kekuranagn volume cairan tubuh b/d kehilangan cairan
berlebih melalui muntah dan diare
➢ Intoleransi aktifitas b/d kelemahan umum
➢ Gangguan integritas kulit b/d akumulasi garam empedu dalam jaringan

4. Intervensi Keperawatan
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

10
1. Gangguan nutrisi Memperlihatkan status Manajemen Nutrisi :
kurang dari gizi: asupan makanan dan membantu atau
kebutuhan tubuh cairan, yang dibuktikan menyediakan asupan
b/d intake tidak oleh indikator sbb: makanan dan cairan diet
adekuat 1 = Tidak adekuat seimbang.
2 = Sedikit adekuat Manajemen cairan /
3 = Cukup adekuat elektrolit : mengatur dan
4 = Adekuat mencegah komplikasi
5 = Sangat adekuat akibat perubahan kadar
✓ Menunjukkan cairan dan elektrolit.
selera makan Bantuan Perawatan Diri :
✓ Mencapai berat Makan : membantu dan
badan masa tubuh memotoivasi pasien untuk
yang ideal makan.
✓ Status gizi : asupan Pemantauan Nutrisi :
gizi adekuat Mengumpulkan dan
seperti biasanya. menganalisis data pasien
untuk mencegah dan
meminimalkan kurang
gizi.
2. Resiko tinggi Keseimbangan cairan : Manajemen Elektrolit :
terhadap Keseimbangan cairan Meningkatkan
kekurangan dalam ruang intrasel dan keseimbangan elektrolit
volume cairan b/d ekstrasel tubuh, dengan dan mencegah komplikasi
kehilangan indikator : akibat kadar elektrolit
berlebihan melalui ✓ Haemodinamik serum yang tidak normal
muntah dan diare normal atau diluar harapan.
✓ Kelembaban Manajemen Cairan :
membrane mukosa Meningkatkan
✓ Berat badan keseimbangan cairan dan
normal pencegahan komplikasi
akibat kadar cairan yang
abnormal.

11
Manajemen Hipovolemia :
Mengekspansi volume
cairan intravaskular pada
pasien yang mengalami
penurunan volume cairan.
Pemantauan Nutrisi :
Mengumpulkan dan
menganalisa data pasien
untuk mencegah atau
meminimalkan malnutrisi.
Terapi Intravena (IV) :
Memberikan dan
memantau cairan dan obat
intravena.
Manajemen
cairan/Elektrolit :
Mengatur dan mencegah
komplikasi akibat
perubahan kadar cairan
dan elektrolit.
3. Intoleransi Menunjukkan teknik / Management energy :
aktifitas b/d perilaku yang ✓ Kaji status
kelemahan umum memampukan kembali fisiologis pasien
melakukan aktifitas. yang
Melaporkan kemampuan menyebabkan
melakukan peningkatan kelelahan.
toleransi aktifitas dengan ✓ Anjurkan klien
indikator : mengungkapkan
✓ Aktifitas mandiri perasaan secara
✓ Mampu verbal
melakukan ✓ Anjurkan aktifitas
aktifitas secara fisik
bertahap

12
✓ Evaluasi secara
bertahap level
aktifitas pasien.
✓ Lakukan ROM
aktif/pasif untuk
menghilangkan
ketegangan otot
✓ Berikan kegiatan
pengalihan yang
menenangkan
untuk
meningkatkan
relaksasi
4. Gangguan Setelah dilakukan ✓ Anjurkan pasien
integritas kulit b/d tindakan keperawatan mengenakan
akumulasi garam diharapkan resiko pakaian yang
empedu dalam kerusakan integritas kulit longgar.
jaringan yang baik dapat ✓ Jaga kebersihan
dipertahankan. kulit agar tetap
Melaporkan adanya bersih dan kering.
gangguan sensasi atau ✓ Mobilisasi pasien (
nyeri pada daerah kult ubah posisi pasien
yang megalami gangguan setiap 2 jam sekali.
Mampu untuk melindungi ✓ Memandikan
kulit dan mempertahankan pasien dengan
kelembaban kulit dan sabun dan air
perawatan kulit hangat.

5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tgl : 20 May 2022

13
Tgl/ Dx Implementasi Evaluasi SOAP Paraf
jam
20/05 I ✓ Menyajikan S: Klien mengatakan nafsu makan
makanan dalam berkurang.
porsi hangat O:
✓ Memberikan ✓ Terpasang IVFD
injeksi Aminofusin
omeprazol 2x1 ✓ Td 110/72 mmHg
✓ Memberikan ✓ Nadi 72x/mnt
cairan infus ✓ Menghabiskan makan 5
aminofusin dan sendok makan
Hp Pro 3x1 cap. A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
20/05 II ✓ Menukur vital S: Klien mengatakan masih muntah
sign O:
✓ Menghitung ✓ Td 110/72 mmHg
bance cairan ✓ Nadi 72x/meit
✓ Memberiakan ✓ Turgor kulit elastic
terapi cairan ✓ Urine output 2 cc /kgBB/jam
futrolit ✓ Intake cairan : 1200 cc
berbanding ✓ Intake Oral : 850 cc
aminofusin ✓ Ouput urine : 950 cc
sesuai advis ✓ BC : 932 cc
dokter A: Masalah teratasi sebagian
✓ Berkolaborasi P: Lanjutkan Intervensi
dengan dokter
untuk
pemeriksaan
elektrolit

14
20/05 III ✓ Membantu S: Klien mengatakan lemas
aktifitas pasien berkurang
✓ Menciptakan O:
lingkungan yang ✓ Klien mobilisasi duduk
nyaman ✓ TD 110/72 mmHg
✓ Nadi 72x/mnt
✓ Aktivitas dibantu sebagian
A: Masalah teratasi sebagian
P:Lanjutkan intervensi
20/5 IV ✓ Mengannjurkan S: Klien mengatakan gatal gatal
pasien berkurang
mengenakan O:
pakaian yang ✓ Kulit tampak lembab
longgar. ✓ Pasien tampak lebih segar
✓ Menjaga A: Masalah teratasi sebagian
kebersihan kulit P: Lanjutkan Intervensi
agar tetap bersih
dan kering.
✓ Memobilisasikan
pasien ( ubah
posisi pasien
setiap 2 jam
sekali.
✓ Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat.

15
BAB III
PENUTUP

a) Kesimpulan
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem
kekebalan tubuh ,Penyakit HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami
penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai
macam penyakit lain . Selama infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah dan orang menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Tingkat HIV
dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator
bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS (Acquired
Imunnodeficiency Syndrome).

Hepatitis merupakan kondisi peradangan hati atau liver. Hepatitis dapat


disebabkan oleh infeksi virus, bahan kimia, penyalahgunaan obat, pengobatan
tertentu, dan gangguan kekebalan tubuh. (Kemenkes,2020)
Klasifikasi hepatitis terdiri dari hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis
D, hepatitis E

b) Saran
Perlunya edukasi yang di berikan ke masyarakat mengenai HIV AIDS
dengan Hepatitis baik dari penyebaran dan tanda gejalanya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahern, Wilkinson.2012.Buku saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta.


EG
Doengoes, E Marlyn. 2008. Asuhan Keperawatan. Jakarta . EGC Wilkinson Ahern. 2012.
BUKU SAKU Diagnosis Keperawatan Edisi 9

NANDA. Jakarta. EGCDiposting oleh AdiN di 00.27 Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Adewole, O.O, Anteyi, E., Ajuwon, Z., dkk. 2009. Hepatitis B and C Virus Co - infection in
Nigerian Patients with HIV Infection, J Infect Developing Countries, 3: 369–375

Bratanata, J., Gani, R.A., Karjadi, T.H. 2015. Proporsi Infeksi Virus Hepatitis B Tersamar
Pada Pasien yang Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus,

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2(3): 126 - 132


Dahlan, M.S. 2016. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.

Harania, R.S., Karuru, J., Nelson, M., dkk. 2008. HIV, Hepatitis B and Hepatitis C
Coinfection in Kenya, AIDS, 22(10): 1221-1229

Jafari, S., Copes, R., Baharlou, S., dkk. 2010. Tattooing and The Risk of Transmission of
Hepatitis C: A Systematic Review and Meta-Analysis,International Journal of Infectious
Disease, 14: 928-940

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pelayanan
Laboratorium Pemeriksa HIV dan Infeksi Oportunistik

17

Anda mungkin juga menyukai