Anda di halaman 1dari 26

HIDROLOGI

PERTEMUAN 5

ANALISIS PERIODE ULANG


CURAH HUJAN MAKSIMUM
CURAH HUJAN MAKSIMUM
DAN PERIODE ULANGNYA
1. Frekwensi Curah Hujan
 Untuk memperoleh frekwensi kejadian curah hujan dengan intensitas
tertentu untuk rancangan drainase adalah hanya dengan
menggunakan data pengamatan yang lalu (series > 20 tahun).
 Station-year method, memperkirakan frekwensi dengan
menjumlahkan banyaknya tahun pengamatan pada titik-titik
pengamatan dalam suatu wilayah’
 Misal, jika terdapat data selama 20 tahun pada setiap 10 titik
pengamatan, maka dianggap bahwa harga maksimum dari data-data
tersebut mempunyai frekwensi sekali dalam 10 x 20 = 200 tahun,
maksimum kedua sekali dalam 200 x ½ = 100 tahun, maksimum
ketiga sekali dalam 200 x 1/3 = 67 tahun, kemudian maksimum
keempat sekali dalam 200 x ¼ = 50 tahun, dan seterusnya.
 Cara ini adalah yang paling sederhana, tanpa penyelesaian secara
statistik, dan berlaku untuk wilayah yang memiliki kondisi
meteorologi yang sama (datar), bukan seperti pegunungan.
2. Periode Ulang (Return Period)
 Jika laju suatu data hidrologi (X) mencapai suatu harga tertentu (Xi)
atau kurang Xi diperkirakan terjadi sekali dalam T tahun, maka T
tahun ini dianggap sebagai periode ulang dari (Xi).
(Xi) ini disebut “data dengan kemungkinan T tahun”.
 Jika data tersebut berupa data curah hujan harian, maka disebut
“curah hujan harian kemungkinan T tahun”.
 Penentukan “besarnya curah hujan dengan periode ulang T
tahun” dapat dihitung menggunakan metode “Iwai Kadoya”,
melalui tahapan rumus :
xb
  c log …………… ( 1 )
x0  b

log (xo + b) adalah harga rata-rata dari log (xi + b) dengan ( i = 1, ......n)
dan dinyatakan dengan (Xo; b,c dan xo) yang didekati dari rumus–
rumus berikut :
Pendekatan nilai (xo) :
1 n
log x0   log xi ……………………………. (2)
n i 1
Pendekatan nilai (b) :
1 m
b   bi, m ≥ n/10
m i 1

bi 
x .xs  x0 t
2
 } ……………………………. (3)

2 x 0   x s  xt 
Pendekatan nilai (Xo) :
Xo = log (xo + b)
n ……………………………. (4)
= 1/n  i 1
log (xi + b)

Pendekatan nilai (c) :


2

2 n  xi b   2n
  log  . X 2  X0 ………………. (5)
2
1c
n  1 i 1  x0 b  n 1

n 2

log( x  b) ……………………………. (6)


n
X 1
2
i
i 1
dengan :
xs = harga curah hujan harian dengan nomor urut m dari data yang terbesar
xt = harga curah hujan harian dengan nomor urut m dari data yang terkecil
n = banyaknya data
xi = harga curah hujan maksimum harian pada tahun ke i dimana i = 1,2,3........
Untuk m ~ n/10; angka bulat (dibulatkan ke angka yang terdekat)
Jika tetapan – tetapan telah dihitung, maka curah hujan yang mungkin
(probable rainfall) yang sesuai dengan kemungkinan lebih sembarang
(arbitrary excess probability) dapat dihitung dengan rumus :
log (x + b) = log (xo + b) + (1/c) ξ ……………………………. (7)
= Xo + 1/c ξ
2

Urutan perhitungan dapat dilaksanakan sebagai berikut :


1) Harga perkiraan pertama xo didapat dengan rumus (2), dan perkiraan b didapat
dengan rumus (3)
2) Jika harga b sudah didapat maka harga log (xi + b) diperoleh; dan log (xo + b)
atau harga Xo dapat dihitung dengan rumus (4) selanjutnya hitung harga Xo2

3) Hitung harga X 2 dengan menggunakan rumus (5)

4) Dengan menggunakan Xo2 dan X 2 maka harga 1/c dihitung dengan rumus (6)
5) Data hujan yang mungkin untuk periode ulang T tahun dapat dihitung dengan
persamaan (7) dengan mengambil nilai ξ pada tabel sesuai dengan periode
ulang yang diinginkan.
Nilai ξ yang sesuai pada W(x) utama

T W(x) = 1/T ξ T W(x) = 1/T ξ

500 0,00200 2,0352 25 0,04000 1,2379


400 0,00250 1,9840 20 0,05000 1,1631
300 0,00333 1,9227 15 0,06667 1,0614
250 0,00400 1,8753 10 0,10000 0,9062
200 0,00500 1,8214 8 0,12500 0,8134
150 0,00667 1,7499 5 0,20000 0,5951
100 0,01000 1,6450 4 0,25000 0,4769
80 0,01250 1,5851 3 0,33333 3,3045
60 0,01667 1,5049
50 0,02000 1,4522
40 0,02500 1,3859
30 0,03333 1,2971
Grafik Curah Hujan Rancangan Kabupaten Cirebon
Menggunakan Metode Iway Kadoya
Curah Hujan Rancangan (mm)

250
200
150
100
50
0
0 20 40 60 80 100
Periode Ulang (Tahun)
TABEL PERIODE ULANG CURAH HUJAN MAKSIMUM (mm)
PADA SETIAP POS HUJAN KABUPATEN CIREBON

NO NAMA POS BUJUR LINTANG P2 P5 P10 P15 P20 P25 P30 P35 P40 P45 P50
1 Ambit 108.687 -6.921 96 124 141 150 157 162 166 169 172 174 176
2 Arjawinangun 108.406 -6.647 108 135 152 161 167 171 175 179 181 183 185
3 Bulak cabak 108.441 -6.660 133 164 180 189 194 198 201 204 206 208 210
4 Cangkol 108.437 -6.768 102 133 151 160 166 171 174 178 180 182 185
5 Cangkring 108.506 -6.671 104 134 155 167 175 182 187 192 195 198 202
6 Gegesik 108.427 -6.586 104 130 145 153 159 163 166 169 171 173 175
7 Jatiseeng 108.740 -6.913 89 117 138 151 161 169 175 182 186 190 194
8 Karangkendal 108.497 -6.580 84 111 130 141 148 154 159 164 167 170 173
9 Karangwereng 108.645 -6.878 95 126 146 156 163 168 173 177 179 182 184
10 Kepuh 108.420 -6.749 102 146 181 202 217 230 240 250 256 263 270
11 Klangenan 108.434 -6.701 108 125 134 139 142 145 147 149 150 151 152
12 Penpen 108.581 -6.791 117 143 160 170 177 182 186 190 193 195 198
13 Setupatok selata 108.551 -6.791 113 145 166 178 186 193 198 203 206 209 213
14 Setupatok Utara 108.571 -6.781 130 150 161 166 170 172 174 176 177 179 180
15 Seuseupan 108.630 -6.900 105 141 165 180 190 197 204 210 214 218 222
16 Sindang Jawa 108.456 -6.767 91 121 144 158 167 175 181 187 191 195 199
17 Sindang Laut 108.607 -6.840 123 163 187 200 208 215 220 225 228 231 234
18 Tersana 108.761 -6.840 116 138 152 159 165 169 172 175 177 179 181
19 Tukmudal 108.471 -6.761 130 172 199 214 225 233 240 247 250 255 259
20 Walahar 108.376 -6.711 98 135 160 175 185 193 199 206 210 214 218
21 Wanasaba Kidul 108.501 -6.771 132 152 165 172 177 181 184 187 189 191 193
Average 109 138 158 169 176 182 187 191 194 197 200
ISOHYET CURAH HUJAN MAKSIMUM HARIAN
PERIODE ULANG “5 TAHUNAN” KABUPATEN CIREBON
CURAH HUJAN MAKSIMUM HARIAN PERIODE ULANG ”5 TAHUNAN”
KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

CURAH HUJAN (mm)


WILAYAH
100 - 120 121- 140 141 - 160
Babakan Arjawinangun Arjawinangun
Beber Astanajapura Astanajapura
Beringin Babakan Babakan
Ciledug Beber Beber
Cirebon utara Beringin Beringin
Gegesik Ciledug Cirebon barat
Kapetakan Cirebon barat Cirebon selatan
Karangsembung Cirebon selatan Ciwaringin
Sumber Cirebon utara Gegesik
Susukan Ciwaringin Kapetakan
Waled Gegesik Karangsembung
KECAMATAN Kapetakan Kejaksan
Karangsembung Klangenan
Kejaksan Lemahabang
Klangenan Lemahwungkuk
Lemahabang Losari
Lemahwungkuk Palimanan
Losari Plumbon
Palimanan Sedong
Plumbon Sumber
Sedong, Sumber Susukan lebak
Susukan, lebak Weru
Waled, Weru
ISOHYET CURAH HUJAN MAKSIMUM HARIAN
PERIODE ULANG “10 TAHUNAN” KABUPATEN CIREBON
CURAH HUJAN MAKSIMUM HARIAN PERIODE ULANG ”10 TAHUNAN”
KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
CURAH HUJAN (mm)
WILAYAH
100 - 120 121 - 140 141 - 160 161 - 190
Gegesik Arjawinangun Arjawinangun Arjawinangun
Kapetakan Astanajapura Astanajapura Astanajapura
Sumber Babakan Babakan Beber
Susukan Beber, Beringin Beber, Beringin Cirebon barat
Ciledug Ciledug Cirebon selatan
Cirebon barat Cirebon barat Ciwaringin
Cirebon utara Cirebon selatan Gegesik
Ciwaringin Cirebon utara Karangsembung
Gegesik Ciwaringin Klangenan
Kapetakan Gegesik Lemahabang
Karangsembung Kapetakan Palimanan
Kejaksan Karangsembung Plumbon
KECAMATAN Klangenan Kejaksan Sedong
Lemahabang Klangenan Sumber
Lemahwungkuk Lemahabang Susukan lebak
Losari, Mundu Lemahwungkuk Weru
Palimanan Losari, Mundu
Pekalipan Palimanan
Plumbon Pekalipan
Sumber Plumbon
Sumberjaya Sedong, Sumber
Susukan, Waled Sumberjaya
Weru Susukan lebak
Waled, Weru
Pembuatan Kurva Intensitas Curah Hujan
 Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam “intensitas curah hujan
per jam (mm/jam)”. Intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam (It),
dinyatakan dengan rumus :
It = Rt / t ……. (Rumus 1)
Rt = curah hujan selama t jam

 Besarnya intensitas curah hujan berbeda tergantung “lamanya curah hujan


frekuensi kejadiannya”. Beberapa rumus eksperimentil terkait dengan hal ini
yang sering digunakan di Jepang adalah :

(Talbot, 1881)
I = a’ / t + b ……. (Rumus 2)
I = a / t n ……. (Rumus 3)
a dan b = tetapan yang ditentukan dengan nilai-nilai yang diukur
(Sherman, 1905)
I = a / √t + b ……. (Rumus 4)
Digunakan lebih cocok untuk jangka waktu yang lamanya > 2 jam
(Ishiguro, 1953)
I = (R24 / 24) (24 / t) m ……. (Rumus 5)
Rumus ini disebut rumus “Mononobe” dan merupakan variasi dari
Rumus 3. Rumus tersebut diatas (2, 3, 4, 5) adalah untuk “perhitungan
intensitas curah hujan jangka pendek”.

Rumus 5 digunakan untuk “menghitung intensitas curah hujan setiap waktu


berdasarkan data curah hujan harian”.

Keterangan Rumus 2 sampai Rumus 5 :


I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (menit), atau untuk Rumus 5 dalam (jam)
a, b, n, m = tetapan
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
Cara Perhitungan Intensitas Curah Hujan
“Cara Kwadrat Terkecil (Least Square)”.
Cara ini adalah untuk menentukan tetapan a, b, dan n dalam Rumus 2, 3 dan 4
yang dikemukakan dalam (I) berdasarkan data curah hujan, sebagai berikut
(CONTOH) :
1) Ambil 8 jenis lamanya curah hujan t (menit), yaitu 5, 10, 20, 30, 40, 60, 80,
dan 120 menit dari pengamatan stasiun hujan.
2) Nilai-nilai tersebut digunakan untuk “perhitungan kemungkinan lebih
(excess probability)” dengan metode “Iway”. Selanjutnya dihitung
intensitas curah hujan I (mm/jam) yang bersangkutan dengan ke 8 harga t
untuk setiap tahun kemungkinan (probable year).
3) Dengan menggunakan ke 8 harga t dalam setiap tahun kemungkinan
tersebut, selanjutnya dihitung tetapan-tetapan dengan cara “kuadrat
terkecil”, sebagai berikut :

(Jenis I) :
I = a/t+b
a = [It][I 2] – [It2][I] / N [I 2] – [I][I] } ……… Rumus 6
b = [I][It] – N [It2] / N [I 2] – [I][I]
(Jenis II) :
I = a/tn
log a = [logI][(log t)2] – [log t logI][logt] / N [(logt)2] – [logt][logt]
n = [log I][log t] – N [log t logI] / N [(logt)2] – [logt][logt] ……… Rumus 7
(Jenis III) :
I = a / √t + b
a = [I √t ][I 2] – [I 2√t][I ] / N [I 2] – [I][I] ……… Rumus 8
b = [I][I √t ] – N [I 2√t] / N [I2] – [I][I]
}
Keterangan :
[ ] = Jumlah angka-angka dalam tiap suku
N = Banyaknya data
Cara ini membutuhkan “perhitungan dan pekerjaan yang banyak”, seperti
pembacaan dan penyusunan data curah hujan untuk setiap t pada kertas
pencatatan curah hujan otomatis (misal Hellman).
CONTOH :
Curah hujan setiap t menit disusun menggunakan “data pengamatan beberapa
tahun”, kemudian dihitung “kemungkinan lebih”, yang hasilnya seperti pada
tabel yang merupakan “nilai-nilai kemungkinan 10 tahun”. Selanjutnya dihitung
“nilai-nilai intensitas hujan” menggunakan Rumus 2, 3, dan 4. Dari hasil ini
dapat ditentukan juga Rumus mana yang “paling cocok”.
CONTOH : Curah Hujan per Periode Waktu (hasil periode ulang 10 tahunan)
Lamanya Curah Hujan t (menit)
5 10 20 30 40 60 80 120
Intensitas Curah Hujan I (mm/jam) 150.8 105.2 76.5 62.3 54.5 46.1 39.9 32.0

Langkah Perhitungan Intensitas Curah Hujan


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
No t I It I2 I 2t log t log I log t log I (log t)2 √t I √t I2 √t
1 5 150.8 754.0 22740.64 113703.20 0.69897 2.17840 1.52264 0.48856 2.236 337.20 50849.62
2 10 105.2 1052.0 11067.04 110670.40 1.00000 2.02202 2.02202 1.00000 3.162 332.67 34997.05
3 20 76.5 1530.0 5852.25 117045.00 1.30103 1.88366 2.45070 1.69268 4.472 342.12 26172.06
4 30 62.3 1869.0 3881.29 116438.70 1.47712 1.79449 2.65068 2.18189 5.477 341.23 21258.70
5 40 54.5 2180.0 2970.25 118810.00 1.60206 1.73640 2.78181 2.56660 6.325 344.69 18785.51
6 60 46.1 2766.0 2125.21 127512.60 1.77815 1.66370 2.95831 3.16182 7.746 357.09 16461.81
7 80 39.9 3192.0 1592.01 127360.80 1.90309 1.60097 3.04680 3.62175 8.944 356.88 14239.37
8 120 32.0 3840.0 1024.00 122880.00 2.07918 1.50515 3.12948 4.32299 10.954 350.54 11217.36
[ ] 567.3 17183.0 51252.69 954420.70 11.83960 14.38479 20.56243 19.03629 49.317 2762.42 193981.47

[JENIS I] :
I = a/t+b
a = (17183.0)(51252.69) - (954420.70)(567.3) / (8)(51252.69) - (567.3)(567.3) = 3847
b = (567.3)(17183.0) - (8)(954420.70) / (8)(51252.69) - (567.3)(567.3) = 24

[JENIS II] :
I = a/tn
log a = (14.38479)(19.03629) - (20.56243)(11.83960) / (8)(19.03629) - (11.83960)(11.83960) = 2.508
a = 322
n = (14.38479)(11.83960) - (8)(20.56243) / (8)(19.03629) - (11.83960)(11.83960) = 0.480

[JENIS III] :
I = a / √t + b
a = (2762.42)(51252.69) - (193981.47)(567.3) / (8)(51252.69) - (567.3)(567.3) = 358
b = (567.3)(2762.42) - (8)(193981.47) / (8)(51252.69) - (567.3)(567.3) = 0.17
SUBSTITUSI KE DALAM RUMUS 2, 3, DAN 4, SEHINGGA "RUMUS INTENSITAS HUJAN MENJADI" :

I = a / t + b = 3847 / t + 24 …………………………… Rumus 9

I = a / t n = 322 / t 0.48 ……………………………………. Rumus 10

I = a / √t + b = 358 / √t + 0.17 ………………………… Rumus 11

Perbandingan Kecocokan Rumus Intensitas Curah Hujan (Jenis I, II, III)

1 2 3 14 15 16 17 18 19
No t I I(Rumus9) α(Rumus9) I(Rumus10) α(Rumus10) I(Rumus11) α(Rumus11)
1 5 150.8 132.7 -18.1 148.7 -2.1 148.8 -2.0
2 10 105.2 113.1 7.9 106.6 1.4 107.4 2.2
3 20 76.5 87.4 10.9 76.4 -0.1 77.1 0.6
4 30 62.3 71.2 8.9 62.9 0.6 63.4 1.1
5 40 54.5 60.1 5.6 54.8 0.3 55.1 0.6
6 60 46.1 45.8 -0.3 45.1 -1.0 45.2 -0.9
7 80 39.9 37.0 -2.9 39.3 -0.6 39.3 -0.6
8 120 32.0 26.7 -5.3 32.3 0.3 32.2 0.2
Σ ( IαI ) 60.1 6.4 8.3
M ( IαI ) 7.5 0.8 1.0
Hasil menunjukan bahwa penggunaan untuk menghitung Intensitas Curah Hujan
(berdasarkan data contoh)
Kurva Intensitas Curah Hujan
Periode Ulang 10 Tahun
(dari penggunaan 3 rumus)
160

I = 3847 / t + 24
140

I = 322 / t 0.48
120
Intensitas Curah Hujan (mm / jam)

I = 358 / √t + 0.17
100

80

60

40

20

0
5 10 20 30 40 60 80 120

DURASI (MENIT)
Kurva IDF Semarang

550
Intensitas hujan (mm/jam) 500
450
y = 1018.3x-0.4611
400
y = 927.84x-0.4607
350
y = 806.17x-0.4604
300
y = 709.57x-0.4598
250
y = 563.92x-0.4588
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Durasi (menit)
Kala Ulang 2 tahun Kala Ulang 5 tahun Kala Ulang 10 tahun
Kala Ulang 25 tahun Kala Ulang 50 tahun

CONTOH :
Intensitas Curah Hujan dengan durasi (lamanya) 20 menit dan kemungkinan 5 tahunan, maka
digunakan persamaan kurva :
Y = 709.57 (20)-0.4598 = 709.57 * 0.252224 = 178.97 ~ 179
JADI : Intensitas curah hujan pada titik perpotongan dengan t = 20 menit adalah 179 mm/jam
CONTOH : Curah Hujan per Periode Waktu (Periode Ulang 5 Tahunan) “Stasiun Darmaga-Bogor”

Periode Waktu t (menit) 5 Menit 10 Menit 15 Menit 30 Menit 45 Menit 60 Menit 120 Menit
Intensitas Hujan (mm/jam) 221.2 170.2 161.4 136.7 123.3 104.5 76.4

Langkah Perhitungan Kurva Intensitas Curah Hujan


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
No t I It I2 I 2t log t log I log t log I (log t)2 √t I √t I2 √t
1 5 221.2 1106.0 48929.44 244647.2 0.69897 2.34479 1.63893 0.48856 2.23607 494.62 109409.55
2 10 170.2 1702.0 28968.04 289680.4 1.00000 2.23096 2.23096 1.00000 3.16228 538.22 91604.99
3 15 161.4 2421.0 26049.96 390749.4 1.17609 2.20790 2.59670 1.38319 3.87298 625.10 100891.06
4 30 136.7 4101.0 18686.89 560606.7 1.47712 2.13577 3.15479 2.18189 5.47723 748.74 102352.31
5 45 123.3 5548.5 15202.89 684130.1 1.65321 2.09096 3.45681 2.73311 6.70820 827.12 101984.09
6 60 104.5 6270.0 10920.25 655215.0 1.77815 2.01912 3.59029 3.16182 7.74597 809.45 84587.89
7 120 76.4 9168.0 5836.96 700435.2 2.07918 1.88309 3.91529 4.32299 10.95445 836.92 63940.69

[ ] 993.7 30316.5 154594.4 3525464.0 9.86273 14.91259 20.58377 15.27157 40.15718 4880.17 654770.59

[JENIS I] :
I = a/t+b
a = (30316.5)(154594.4) - (3525464.0)(993.7) / (7)(154594.4) - (993.7)(993.7) = 12494.64
b = (993.7)(30316.5) - (7)(3525464.0) / (7)(154594.4) - (993.7)(993.7) = 57.51

[JENIS II] :
I = a/tn
log a = (14.91259)(15.27157) - (20.58377)(9.86273) / (7)(15.27157) - (9.86273)(9.86273) = 2.568298
a = 370
n = (14.91259)(9.86273) - (7)(20.58377) / (7)(15.27157) - (9.86273)(9.86273) = 0.31

[JENIS III] :
I = a / √t + b
a = (4880.17)(154594.4) - (654770.59)(933.7) / (7)(154594.4) - (993.7)(993.7) = 1095.86
b = (993.7)(4880.17) - (7)(654770.59) / (7)(154594.4) - (993.7)(993.7) = 2.81
SUBSTITUSI KE DALAM RUMUS 2, 3, DAN 4, SEHINGGA "RUMUS INTENSITAS HUJAN MENJADI" :

I = a / t + b = 12494.64 / t + 57.51 ………………………… Rumus 9

I = a / t n = 370 / t 0.31 ……………………………………. Rumus 10

I = a / √t + b = 1095.86 / √t + 2.81 ………………………… Rumus 11

Perbandingan Kecocokan Rumus Intensitas Curah Hujan (Jenis I, II, III)

1 2 3 14 15 16 17 18 19
No t I I(Rumus9) α(Rumus9) I(Rumus10) α(Rumus10) I(Rumus11) α(Rumus11)
1 5 221.2 199.6 -21.6 224.7 3.5 217.2 -4.0
2 10 170.2 184.8 14.6 181.2 11.0 183.5 13.3
3 15 161.4 172.1 10.7 159.8 -1.6 164.0 2.6
4 30 136.7 142.6 5.9 128.9 -7.8 132.2 -4.5
5 45 123.3 121.8 -1.5 113.7 -9.6 115.1 -8.2
6 60 104.5 106.2 1.7 104.0 -0.5 103.8 -0.7
7 120 76.4 70.3 -6.1 83.9 7.5 79.6 3.2

Σ ( IαI ) 62.2 41.5 36.4


M ( IαI ) 8.9 5.9 5.2

Hasil menunjukan bahwa penggunaan “Rumus 11 (Jenis III) lebih cocok” untuk menghitung
Intensitas Curah Hujan (DI STASIUN DARMAGA BOGOR)
Kurva Intensitas Curah Hujan Maksimum Periode 10
Tahunan
Stasiun Darmaga Bogor
250.0

I = Observasi
230.0

Jenis I : I = 12494.64/t + 57.61


210.0

Jenis II : I = 370/t 0.31


190.0
INTENSITAS HUJAN (MM/JAM)

Jenis III : I = 1095.86/√t + 2.81


170.0

150.0

130.0

110.0

90.0

70.0

50.0
5 10 15 30 45 60 120
DURASI WAKTU (MENIT)
Kurva Intensitas Curah Hujan Periode 10 Tahunan
Stasiun Darmaga Bogor
CONTOH :
200.0
Intensitas Curah Hujan durasi 10
menit, diperoleh :
180.0
I = 1098.86/√10 + 2.81 = ~ 184
JADI : Intensitas curah hujan pada
titik perpotongan dengan t = 10
160.0
menit adalah “184 mm/jam”.
INTENSITAS HUJAN ( MM/JAM )

Intensitas Curah Hujan durasi 20


menit, diperoleh :
140.0
I = 1098.86/√20 + 2.81 = ~ 151
JADI : Intensitas curah hujan pada
titik perpotongan dengan t = 20
120.0
menit adalah “151 mm/jam”.

Intensitas Curah Hujan durasi 30


100.0
menit, diperoleh :
I = 1098.86/√30 + 2.81 = ~ 132
JADI : Intensitas curah hujan pada
80.0
titik perpotongan dengan t = 30
menit adalah “132 mm/jam”.
60.0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 dan seterusnya ………………………
DURASI WAKTU (MENIT)
KURVA IDF DARMAGA-BOGOR
350.0

300.0
Y = 281.4 e-0.09X
Y = 277.7 e-0.10X CONTOH :
Y = 273.0 e-0.11X Intensitas Curah Hujan
INTENSITAS HUJAN (MM / JAM)

250.0
Y = 266.4 e-0.13X durasi 10 menit dengan
kemungkinan 10 tahunan,
Y = 254.4 e-0.15X maka digunakan
persamaan kurva :
200.0
Y = 254.4 e-0.15X = ~ 170
JADI : Intensitas curah
hujan pada titik
150.0 perpotongan dengan t = 10
menit adalah sekitar 170
mm/jam.

100.0
10 Tahunan 20 Tahunan 30 tahunan
40 Tahunan 50 Tahunan

50.0
5 10 15 30 45 60 120
DURASI WAKTU (MENIT)
PUSTAKA

1) Morris, R.A. and H.G. Zanstra, Land and Climate in relation to cropping
pattern. In Rainfed lowland rice: IRRI Conf. Los Banos 1978.

2) Oldeman, L.R. and M. Frere, A Study of the Agroclimatology of the Humid


Tropics of South East Asia, Technical Report, FAO/UNESCO/WMO
INTERAGENCY PROJECT ON AGROCLIMATOLOGY, Rome 1982.

3) Sosrodarsono, S dan Takeda K, HIDROLOGI UNTUK PENGAIRAN, PT


Pradnya Paramita, Cetakan Kesepuluh, Jakarta 2006.

Anda mungkin juga menyukai