Anda di halaman 1dari 41

PENGANTAR PATOLOGI

Penyakit terjadi bila terdapat variasi struktur dan/atau fungsi di luar rentang
normal. Patologi adalah ilmu yang mempelajari PENYAKIT.

Manifestasi penyakit pada dasarnya adalah penjumlahan dari kerusakan yang


dilakukan oleh agen berbahaya dan respons tubuh terhadapnya

Kelompok besar penyakit yang penting adalah:

Penyebab penyakit:

• Penyakit yang ditentukan secara genetik

o Kelainan kromosom dan gen komponen mutasi spontan (radiasi, bahan


kimia atau agen infeksi)

o Kerentanan terhadap beberapa penyakit telah lama dikaitkan


dengan tipe genetik tertentu

Golongan darah A kanker lambung, golongan darah B ulkus duodenum


Human Leucocyte Antigen (HLA) infeksi dan proses autoimun

• Penyakit yang didapat

o Agen fisik (trauma, radiasi, panas dan dingin yang ekstrem, tenaga
listrik)
o Racun kimia (sianida – semua sel, fosfor dan pelarut organik – paru-
paru, hati, ginjal)
o Defisiensi Gizi (persediaan yang buruk, gangguan penyerapan,
kelaparan
o Infeksi dan infestasi (virus, jamur, protozoa)
o Reaksi Imunologi Abnormal (hipersensitivitas terhadap berbagai zat)
anafilaksis – autoimunitas
o Faktor psikologis (penyakit mental, stres; disebabkan oleh kecanduan
(alkohol, tembakau))

Metode dalam Patologi

INFLAMASI DAN PERBAIKAN JARINGAN


RADANG
• Reaksi jaringan hidup terhadap semua injury (jejas)

• Reaksi terdiri dari 3 komponen :


1. Komponen neurovaskular
2. Komponen seluler
3. Komponen humoral
• Tujuan :
1. Menetralisir jejas
2. Mengganti jaringan yang rusak

Klasifikasi Radang

1. Menurut jenis :
– Non spesifik
– Spesifik
2. Menurut etiologi :
– Bakterial
– Non bakterial
3. Menurut lamanya :
– Akut
– Kronik
4. Menurut lokalisasinya :
– Mamma à mastitis
– Tonsil à tonsilitis
– Testis à orchitis

Radang Akut

• Tanda-tanda radang akut (cardinal sign) :


– Kalor = panas
– Rubor = merah
– Tumor = bengkak
– Dolor = sakit/nyeri
– Functio laesa = gangguan fungsi

Patogenesis Radang Akut

3 perubahan pokok :
1. Vasodilatasi
2. Permeabilitas kapiler ­
3. Eksudasi lekosit

Vasodilatasi ( perubahan pembuluh darah )

• Kapiler/ arteriol melebar ( vasodilatasi )


• Hiperemia
• Permeabilitas ­
o Protein plasma keluar dari pembuluh darah
o Terjadi eksudasi cairan radang :
- Eksudat : cairan yang mengandung protein 2 – 4 g/ml; BJ > 1,020
- Transudat : cairan yang mengandung protein < 2 g/ml; BJ < 1,012
• Tekanan intra kapiler/arteriol ­
• Terjadi eksudasi leukosit

o Mempunyai 3 tahap :
1. Marginasi :
- Lekosit terdesak ke tepi aliran
- Eritrosit berkumpul di tengah aliran
2. Pavementing :
- Lekosit melekat dan melapisi endotel
3. Emigrasi :
- Keluarnya lekosit dari kapiler
o Kemotaxis ( lekotaksis )
- Bergeraknya lekosit ke tempat jejas
• Faktor kemotaktik :
– Endogen :
- Komplemen
- Kinin sistem
- Fibrinopeptid
– Eksogen :
- Bakteri
- Toksin bakteri
- Hasil metabolisme/ pecahan-pecahan
lekosit
• Contoh faktor kemotaktik untuk makrofag (monosit)

o C3 dan C5 ( komplemen )
o Faktor-faktor dari bakteri
o Fraksi netrofil
o Fraksi limfosit

o Fagositosis
Mempunyai 3 tahap :
1. Recognition : melekat pada partikel
2. Angulfment : pencaplokan
3. Killing & degradation :
– Mekanisme melalui 2 cara :
- Oxygen dependent
- Oxygen independent
Mediator Radang
• Kriteria :
1. Dapat menimbulkan tanda-tanda radang
2. Diproduksi pada saat proses radang
3. Dapat dihambat oleh anti radang
• Jenis-jenis :
1. Golongan vasoactive amine : histamin
Histamin
- Dijumpai di dalam sel mast , basofil & trombosit
- Kerjanya :
• Dilatasi arteriol
• ↑permeabilitas
• Faktor kemotaktik untuk eosinophil
2. Plasma protease : kinin, komplemen
Sistem Kinin
- Menghasilkan bradikinin
- Kerjanya :
• Dilatasi arteriol
• ↑permeabilitas
• Kontraksi otot polos ekstravaskuler

3. Prostaglandin
- Kerjanya :
• Vasodilatasi
• Faktor kemotaktik untuk netrofil
• Memberi rasa nyeri
• Me ­ suhu badan

4. Produk lekosit

Sel-sel Radang
• PMN = Poly Morpho Nuclear Leucocyte
– Netrofil : sebagai pertanda radang akut
– Eosinofil : sebagai pertanda radang parasit dan alergi
– Basofil : menghasilkan histamin
• Monosit / histiosit / makrofag : Berperan dalam proses fagositosis
• Limfosit : sebagai pertanda radang kronis/virus
• Sel plasma : menghasilkan imunoglobulin (antibodi humoral)

Jenis-Jenis Eksudat

• Eksudat serous :
– Cairan pada perikardium
– Cairan pada luka bakar ( combustio )
• Eksudat fibrinous :
– Cairan pada perikarditis eksudatifa
• Eksudat purulenta : nanah ( pus )
• Eksudat hemoragika : pada radang kronis

Radang Kronik

• Radang persisten selama berminggu-minggu/ bulan


• Timbul dengan 3 cara :
1. Radang akut yang persisten
2. Radang akut à sembuh à kambuh àsembuh à kambuh
3. Awalnya sudah kronis :
• Infeksi persisten : TBC, sifilis, fungus
• Kontak yang lama : silikosis, antrakosis
• Penyakit autoimun (SLE, colitis ulseratif, RA)
• Mikroskopis :
1. Infiltrasi MNL ( Mono Nuclear Leucocyte )
2. Proliferasi fibroblas

Radang Kronik Granulomatik

• Radang kronik spesifik


• Spesifik ditandai dengan adanya GRANULOMA
• Granuloma terdiri dari :

Granuloma

1. Epiteloid : modifikasi dari histiosit


2. Limfosit , sel plasma
3. Fibroblas à jaringan ikat
4. Sel datia ( sel raksasa ) : ada 2 jenis
• Sel datia langhans à TBC
• Sel datia benda asing

Sel Datia
• Jenis-jenis granuloma :
1. TBC à Tuberkel
2. Sifilis à Gumma
Jenis radang menurut lokasi
1. Abses
• Timbunan pus setempat dalam jaringan ( rongga ) yang secara
anatomis tidak ada
• Eksudat cair, kaya protein, debris, lekosit aktif/ mati
• Batasnya berupa jaringan granulasi
• Bisa sembuh sendiri atau dengan insisi
• Bisa terjadi pseudo cyst
• Contoh : Furunkel

2. Sinusitis
• Sinus adalah rongga pada tulang yang berhubungan dengan
permukaan melalui saluran
• Radang pada sinus

3. Fistula
• Saluran yang menghubungkan 2 rongga/ organ atau dengan
permukaan tubuh

4. Empiema
• Timbunan pus dalam kantong :
- Kantong empedu : cholecystitis
Pleura : pleuritis

5. Flegmon
• Radang purulent yang menyusup difus pada jaringan lunak

6. Ulkus
• Kerusakan permukaan tubuh akibat terlepasnya jaringan nekrotik :
o Ulkus pada kulit
o Ulkus pada lapisan mukosa

7. Radang membranous/ pseudomembran


• Radang yang membentuk membran/ pseudomembran (lapis putih)
yang terdiri dari :
- Fibrin
- Epitel nekrotik
- Limfosit
• Contoh pada infeksi difteri & enterokolitis

8. Radang kataral
• Radang yang membentuk musin
• Contoh :
o Common cold
Penyembuhan dan Perbaikan
• Merupakan 2 macam proses :
o Regenerasi, sel-sel rusak diganti oleh sel-sel parenkim yg
sama

o Sel-sel/ jaringan yg rusak diganti oleh stroma jaringan


ikat

Penyembuhan luka

2 jenis penyembuhan :

1. Primary Union = Healing by first intention à penyembuhan


sempurna : pada luka operasi
2. Secondary Union = Healing by second intention à
penyembuhan luka pada permukaan yang cukup dalam

Hal Primary Union Secondary Union

Kerusakan jaringan minimal luas


Jaringan nekrotik minimal banyak
Kontraksi luka Tidak terjadi terjadi
Jaringan parut minimal banyak
Hilangnya adnexa kulit minimal banyak
Jaringan granulasi minimal banyak
Waktu penyembuhan cepat lama
CELL INJURY, ADAPTATION, AND DEATH

Abad ke-19 Rudolf Virchow

Empat aspek dari proses penyakit:

1. Penyebab (etiologi)

2. Mekanisme biokimia dan molekuler (patogenesis)

3. Perubahan struktur yang diinduksi pada sel dan organ tubuh (perubahan
morfologis)

4. Konsekuensi fungsional dari perubahan ini (manifestasi klinis)

Etiologi atau penyebab

• Genetik (mutasi bawaan dan varian gen terkait penyakit, atau


polimorfisme)

• Diperoleh (infeksi, nutrisi, kimia dan fisik)

Patogenesis

• Mengacu pada urutan peristiwa seluler, biokimia, dan molekuler yang


mengikuti paparan sel atau jaringan terhadap agen yang merugikan

Respon adaptif dapat terdiri dari:

Sebuah peningkatan ukuran sel (hipertrofi)

Hipertrofi mengacu pada peningkatan ukuran sel, yang menghasilkan peningkatan


ukuran organ yang terkena.
Mekanisme Hipertrofi (peningkatan produksi protein seluler)

Ada tiga langkah dasar dalam patogenesis molekuler hipertrofi jantung:

1.Tindakan terintegrasi dari sensor mekanis (yang dipicu oleh peningkatan beban
kerja), faktor pertumbuhan (termasuk TGF-β, faktor pertumbuhan seperti insulin
1 [IGF1], faktor pertumbuhan fibroblas), dan agen vasoaktif (misalnya, agonis -
adrenergik, endotelin). -1, dan angiotensin II). Memang, sensor mekanis sendiri
menginduksi produksi faktor pertumbuhan dan agonis.

2.Sinyal-sinyal ini berasal dari membran sel mengaktifkan jaringan kompleks jalur
transduksi sinyal.

Dua jalur biokimia yang terlibat dalam hipertrofi otot adalah jalur
phosphoinositide 3-kinase (PI3K)/AKT (dipostulatkan menjadi yang paling penting
dalam fisiologis, misalnya, latihan-diinduksi, hipertrofi) dan sinyal hilir G-protein-
coupled receptor (diinduksi oleh banyak faktor pertumbuhan dan agen vasoaktif,
dan dianggap lebih penting dalam hipertrofi patologis).

3. Jalur pensinyalan ini mengaktifkan satu set faktor transkripsi seperti GATA4,
faktor inti sel T teraktivasi (NFAT), dan faktor penambah miosit 2 (MEF2). Faktor
transkripsi ini bekerja secara terkoordinasi untuk meningkatkan sintesis protein
otot yang bertanggung jawab untuk hipertrofi.

Penurunan ukuran dan aktivitas metabolisme sel (atrophia)

Mekanisme Atrofi

1. Penurunan sintesis protein dan peningkatan degradasi protein dalam sel.


Sintesis protein menurun karena berkurangnya aktivitas metabolisme. Degradasi
protein seluler terjadi terutama melalui jalur ubiquitinproteasome.

2. Dalam banyak situasi, atrofi juga disertai dengan peningkatan autophagy dari
vakuola autophagic. Autophagy ("makan sendiri") adalah proses di mana sel yang
kelaparan memakan komponennya sendiri dalam upaya untuk mengurangi
permintaan nutrisi agar sesuai dengan pasokan.

Peningkatan jumlah (hiperplasia)


• Hiperplasia hormonal proliferasi epitel kelenjar payudara wanita saat
pubertas dan selama kehamilan, biasanya disertai dengan pembesaran
(hipertrofi) sel epitel kelenjar.
• Keseimbangan antara estrogen dan progesterone terganggu, mengakibatkan
peningkatan absolut atau relatif dalam jumlah estrogen, dengan
konsekuensi hiperplasia kelenjar endometrium.

Sebuah perubahan dalam fenotipe sel (metaplasia)

• Metaplasia adalah perubahan reversibeld Imana satu jenis sel yang


berdiferensiasi (epitel atau mesenkim) digantikan oleh jenis sel lain.
• Respon adaptif dimana satu jenis sel yang sensitif terhadap stres tertentu
digantikan oleh jenis sel lain yang lebih mampu menahan lingkungan yang
merugikan
• Kolumnar hingga skuamosa (saluran pernapasan sebagai respons terhadap
iritasi kronis, batu di saluran ekskresi kelenjar ludah, pankreas, atau
saluran empedu)
• Kekurangan vitamin A (asam retinoat) menginduksi metaplasia skuamosa di
epitel pernapasan

Mekanisme

Metaplasia tidak dihasilkan dari perubahan fenotipe tipe sel yang sudah
berdiferensiasi; sebaliknya itu adalah hasil dari pemrograman ulang sel induk
yang diketahui ada secara normal

Cedera Sel dan Kematian Sel

Cedera dapat berkembang melalui tahap reversibel dan berujung pada kematian
sel

Cedera sel adalah reversible sampai titik tertentu, tetapi jika stimulus berlanjut
atau cukup parah dari awal, sel menderita cedera ireversibel dan akhirnya
mengalami kematian sel.

reversibel
Pada tahap awal atau bentuk cedera ringan, perubahan fungsional dan morfologis
bersifat reversibel jika stimulus yang merusak dihilangkan.

Fosforilasi oksidatif berkurang dengan penipisan yang dihasilkan dari simpanan


energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP), dan pembengkakan sel yang
disebabkan oleh perubahan konsentrasi ion dan masuknya air. Sebagai tambahan
organel, seperti mitokondria dan sitoskeleton, perubahan.
ireversibel
Kematian sel kerusakan pada saat itu sel tidak dapat pulih dan mati.

Cedera Reversibel, mikroskopis:


• Pembengkakan sel muncul setiap kali sel tidak mampu mempertahankan
homeostasis ionik dan cairan dan merupakan akibat dari kegagalan pompa ion
yang bergantung pada energi di membran plasma.

• Perubahan lemak terjadi pada cedera hipoksia dan berbagai bentuk cedera
toksik atau metabolik. Hal itu dimanifestasikan dengan munculnyavakuola lipid
dalam sitoplasma

Adaptasi, cedera reversibel, dankematian selmungkin tahap penurunan progresif


berikut berbagai jenis penghinaan.

Ada dua jalur utama kematian sel: nekrosis dan apoptosis


1. Nekrosis (biasanya nekrosis koagulatif) kehilangan suplai tubuh atau setelah


terpapar racun denaturasi protein & pemecahan organela disfungsi jaringan (+/-)

Nekrosis telah dianggap sebagai bentuk kematian sel yang “tidak disengaja” dan
tidak diatur akibat kerusakan membran sel dan hilangnya homeostasis ion.

Ketika kerusakan membran parah,enzim lisosom memasuki sitoplasma dan


mencerna sel sehingga menimbulkan serangkaian perubahan morfologi yang
digambarkan sebagai nekrosis. Nekrosis merupakan jalur kematian sel yang
banyak dijumpai pada cedera, seperti yang diakibatkan olehiskemia, paparan
racun, berbagai infeksi, dan trauma .

Nekrosis

• Penampilan morfologis nekrosis serta necroptosis adalah hasil dari


denaturasi protein intraseluler dan pencernaan enzimatik dari sel yang
cedera mematikan.

Sel nekrotik tidak dapat mempertahankan integritas membran dan isinya


sering bocor, suatu proses yang dapat menimbulkan peradangan di jaringan
sekitarnya.

Enzim yang mencerna sel nekrotik berasal dari lisosom sel yang sekarat itu
sendiri dan dari lisosom leukosit yang dipanggil sebagai bagian dari reaksi
inflamasi.
Misalnya, infark miokard kematian mendadak. Histologi paling awal bukti
nekrosis miokard tidak menjadi jelas sampai 4 sampai 12 jam kemudian.
Enzim dan protein khusus jantung dilepaskan dengan cepat dari otot
nekrotik dan dapat dideteksi dalam darah sedini 2 jam setelah nekrosis sel
miokard

• Perubahan nuklir (pemecahan DNA nonspesifik)


Basofilia kromatin dapat memudar(kariolisis), suatu perubahan yang mungkin
mencerminkan hilangnya DNA karena degradasi enzimatik oleh endonuklease.

• Piknosis, ditandai dengan penyusutan inti dan peningkatan basofilia. Di sini


kromatin mengembun menjadi massa basofilik yang padat dan menyusut

• karioreksis, inti piknotik mengalami fragmentasi. Dengan berlalunya waktu (satu


atau dua hari), nukleus dalam sel nekrotik benar-benar menghilang.

MORFOLOGI

- Nekrosis koagulatif
- Nekrosis liquefaktif nanah
- Nekrosis gangren
- Nekrosis kaseosa (infeksi tuberkulosis, “caseous” (seperti keju) fokus
peradangan yang dikenal Sebagai granuloma
- Nekrosis lemak
- Nekrosis fibrinoid
2. Apoptosis (program “bunuh diri” yang dikendalikan secara internal)

Ketika DNA atau protein sel rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi, sel akan
membunuh dirinya sendiri dengan cara:apoptosis , suatu bentuk kematian sel yang
ditandai dengan disolusi nukleus, fragmentasi sel tanpa kehilangan integritas
membran sepenuhnya, dan pembuangan debris seluler secara cepat.“ kematian sel
terprogram.”
Apoptosis
Apoptosis adalah jalur kematian sel yang diinduksi oleh program bunuh diri
yang diatur dengan ketat di mana sel-sel yang ditakdirkan untuk mati
mengaktifkan enzim intrinsik yang mendegradasi DNA nukleus sel itu sendiri
dan protein nukleus dan sitoplasma.

Sel apoptosis pecah menjadi fragmen tubuh apoptosis, yang mengandung


bagian sitoplasma dan nukleus.

Penyebab Apoptosis

Situasi Fisiologis

Kematian oleh apoptosis adalah fenomena normal yang berfungsi untuk


menghilangkan sel-sel yang tidak lagi diperlukan, dan untuk mempertahankan
jumlah yang stabil dari berbagai populasi sel dalam jaringan. (Penghancuran sel
selama embriogenesis, termasuk implantasi, organogenesis, involusi perkembangan,
dan metamorphosis).

Kerumitan jaringan yang bergantung pada hormon setelah penghentian hormon,


(kerusakan sel endometrium selama siklus menstruasi, atresia folikel ovarium pada
menopause, regresi payudara menyusui setelah penyapihan, dan atrofi prostat
setelah pengebirian.

Hilangnya sel dalam populasi sel yang berkembang biak. (limfosit di sumsum
tulang dan timus dan limfosit B di pusat germinal)

Eliminasi limfosit self-reactive yang berpotensi berbahaya, baik sebelum atau


sesudah mereka menyelesaikan pematangannya, untuk mencegah reaksi terhadap
jaringannya sendiri
Kematian sel inang yang telah melayani tujuan yang bermanfaat, seperti
neutrofil dalamrespon inflamasi akut, dan limfosit pada akhir anrespon imun.

Kondisi Patologis

Kerusakan DNA. Radiasi, obat antikanker sitotoksik, dan hipoksia dapat merusak
DNA, baik secara langsung maupun melalui produksi radikal bebas.!!transformasi
ganas.

Akumulasi protein yang salah lipat

Kematian sel pada infeksi tertentu (infeksi virus, seperti pada adenovirus dan
infeksi HIV)

Atrofi patologis di organ parenkim setelah obstruksi saluran, seperti terjadi pada
pankreas, kelenjar parotis, dan ginjal.

Nekroptosis (Nekrosis dan apoptosis)

Ciri-ciri nekroptosis:
• Secara morfologis, dan sampai batas tertentu secara biokimia, menyerupai
nekrosis, keduanya ditandai dengan hilangnya ATP, pembengkakan sel dan organel,
pelepasan enzim lisosom dan akhirnya pecahnya membran plasma

• Secara mekanis, ini dipicu oleh peristiwa transduksi sinyal yang diprogram
secara genetik yang berujung pada kematian sel. Dalam hal ini menyerupai
kematian sel terprogram, yang dianggap sebagai ciri khas dari apoptosis.

• Piroptosis terjadi pada sel yang terinfeksi oleh mikroba.


• Autophagy adalah proses di mana sel memakan isinya sendiri (Orang Yunani :
mobil, diri sendiri; fagi, makan).

Ada semakin banyak bukti bahwa autophagy berperan dalam penyakit manusia.

1. Kanker: autophagy dapat meningkatkan pertumbuhan kanker dan bertindak


sebagai pertahanan melawan kanker.

2. Gangguan neurodegeneratif: disregulasi autophagy (penyakit Alzheimer,


pembentukan autophagosomes dipercepat

3. Penyakit menular: Banyak patogen terdegradasi oleh autophagy; ini termasuk


mikobakteri,Shigellaspp., dan HSV-1.

4. Penyakit radang usus: (Penyakit Crohn dan Kolitis ulserativa)


Penyebab Cedera Sel

Kekurangan Oksigen

Hipoksia adalah kekurangan oksigen, yang menyebabkan cedera sel dengan


mengurangi respirasi oksidatif aerobik aliran darah berkurang (iskemia)

Agen Fisik

(trauma mekanis, suhu ekstrem (luka bakar dan dingin yang dalam), perubahan
tekanan atmosfer secara tiba-tiba, radiasi, dan sengatan listrik.

Agen Kimia dan Obat-obatan

(glukosa atau garam dalam konsentrasi hipertonik,racun arsenik, sianida, atau


garam merkuri, polutan lingkungan dan udara, insektisida, dan herbisida; bahaya
industri dan pekerjaan, seperti karbon monoksida dan asbes; obat-obatan seperti
alkohol; dan variasi obat terapeutik yang terus meningkat)

Agen Infeksi

(virus hingga cacing pita, rickettsiae, bakteri, jamur, parasit).

Reaksi Imunologi

(Reaksi merugikan terhadap antigen diri endogen bertanggung jawab atas


beberapa penyakit autoimun)

Kekacauan Genetik

(sindrom down, anemia sel sabit)


Cacat genetik dapat menyebabkan cedera sel karena kekurangan protein
fungsional, seperti cacat enzim pada kesalahan metabolisme bawaan, atau
akumulasi DNA yang rusak atau protein yang salah lipatan, yang keduanya
memicu kematian sel ketika tidak dapat diperbaiki.

Mekanisme Cedera Sel

1.Respon seluler terhadap rangsangan yang merugikan tergantung pada sifat


cedera, durasinya, dan tingkat keparahannya.

2.Konsekuensi dari cedera sel tergantung pada jenis, keadaan, dan kemampuan
beradaptasi dari sel yang terluka.

3.Cedera sel dihasilkan dari mekanisme biokimia yang berbeda yang bekerja pada
beberapa komponen seluler penting
Akumulasi Intraseluler

Salah satu manifestasi metabolisme kekacauan dalam sel adalah akumulasi


intraseluler dari berbagai zat dalam jumlah abnormal yang mungkin tidak
berbahaya atau terkait dengan berbagai tingkat cedera.

Sitoplasma, di dalam organel (biasanya lisosom), atau di dalam nukleus, dapat


disintesis oleh sel yang terkena atau dapat diproduksi di tempat lain.

Ada empat jalur utama akumulasi intraseluler abnormal:

• Pembuangan zat normal yang tidak adekuat akibat defek pada mekanisme
pengemasan dan pengangkutan, seperti pada perubahan lemak (steatosis) di hati

• Akumulasi zat endogen yang abnormal sebagai akibat dari cacat genetik atau
yang didapat pada pelipatan, pengemasan, pengangkutan, atau sekresinya, seperti
pada bentuk 1-antitripsin yang bermutasi

• Kegagalan untuk mendegradasi metabolit karena defisiensi enzim yang


diturunkan. Gangguan yang dihasilkan disebutpenyakit penyimpanan

• Deposisi dan akumulasi zat eksogen yang abnormal

LEMAK
• Trigliserida, kolesterol/kolesterol ester, dan fosfolipid.

Steatosis (Perubahan Lemak)

• Akumulasi abnormal trigliserida dalam sel parenkim.

• Perubahan lemak sering terlihat di hati karena merupakan organ utama yang
terlibat dalam metabolisme lemak, tetapi juga terjadi di jantung, otot, dan
ginjal. Penyebab racun, malnutrisi protein, DM, obesitas, dan anoksia
Kolesterol dan Kolesterol Ester
• Aterosklerosis plak aterosklerotik, sel otot polos dan makrofag di dalam lapisan
intima aorta dan arteri besar

• Xanthoma Akumulasi intraseluler keadaan hiperlipidemia didapat dan


herediter.Kelompok sel berbusa koneksi subepitel jaringan kulit dan tendon

• Kolesterolosis makrofag yang sarat kolesterol di lamina propria kandung


empedu akumulasi tidak diketahui.
• Penyakit Niemann-Pick, tipe C. Penyakit penyimpanan lisosom ini
disebabkan oleh mutasi yang mempengaruhi enzim yang terlibat dalam
perdagangan kolesterol, yang mengakibatkan akumulasi kolesterol di
banyak organ.

PROTEIN
Akumulasi protein intraselular biasanya tampak bulat, tetesan eosinofilik,
vakuola, atau agregat di sitoplasma.

Perubahan hialin
Istilah hialin biasanya mengacu pada perubahan di dalam sel atau di ruang
ekstraseluler yang memberikan tampilan homogen, seperti kaca, merah muda pada
bagian histologis rutin yang diwarnai dengan hematoxylin dan eosin.

GLIKOGEN
Glikogen adalah sumber energi yang tersedia yang disimpan dalam sitoplasma sel
sehat. Deposit glikogen intraseluler yang berlebihan terlihat pada pasien dengan
kelainan metabolisme glukosa atau glikogen.

Pigmen
• Normal melanin

• Pigmen Eksogen
Karbon (debu batu bara), polutan udara yang ada di mana-mana di daerah
perkotaan.

Akumulasi di paru-paru antrakosis, debu karbon pneumokoniosis pekerja batubara,


kulit tato

• Pigmen endogen
Lipofuscin, melanin, Hemosiderin, turunan hemoglobin kuning keemasan hingga
coklat Pigmen besi, granular atau kristal
• Neoplasia berarti adanya pertumbuhan baru.

• Neoplasia terjadi apabila adanya pertumbuhan jaringan


yang abnormal, berlebihan, tidak terkoordinasi dengan
jaringan normal dan tumbuh terus-menerus meskipun
stimulus yang menimbulkannya telah hilang.

• Dasar pertumbuhan neoplasma karena hilangnya


kontrol pertumbuhan normal.
1. Differensiasi & Anaplasia
NEOPLASMA II
SKEMA DASAR MOLEKULER KANKER
GANGGUAN HEMODINAMIK, PENYAKIT
TROMBOEMBOLI, SYOK
Plasma
ECF
Total Body Interstitial
Water Fluid
ICF

* Total Body Water : 60% total body weight


ECF : 20% total body weight, 1/3 total body water
ICF : 40% total body weight, 2/3 total body water
Plasma : 25% ECF, 5% total body weight
Interstitial : 75% ECF, 15% total body weight

Edema dan Efusi

• Gangguan yang mengganggu kardiovaskular, ginjal, atau fungsi hati sering


ditandai dengan penimbunan cairan di jaringan (edema) atau rongga
tubuh (efusi)
• Tekanan hidrostatik meningkat atau berkurang tekanan osmotik koloid
mengganggu "keseimbangan" dan menghasilkan peningkatan pergerakan
cairan keluar dari pembuluh

Patofisiologi Edema

1. Peningkatan Tekanan Hidrostatik

Terutama disebabkan oleh gangguan yang mengganggu aliran balik vena

2. Mengurangi Tekanan Osmotik Plasma

Dalam keadaan normal albumin menyumbang hampir setengah dari total protein
plasma; maka kondisi yang menyebabkan sintesis yang tidak memadai atau
peningkatan kehilangan albumin dari sirkulasi adalah penyebab umum dari
penurunan tekanan onkotik plasma.

3.Retensi Natrium dan Air

Peningkatan retensi garam—dengan retensi wajib dari air menyebabkan


peningkatan tekanan hidrostatik (ekspansi volume cairan intravaskular) dan
penurunan tekanan osmotik koloid vaskular (pengenceran).
4.Obstruksi limfatik

Trauma, fibrosis, tumor invasif, dan agen infeksi semua dapat mengganggu
pembuluh limfatik dan mengganggu pembersihan cairan interstisial,
mengakibatkan limfedema di bagian tubuh yang terkena.

Korelasi Klinis

— Cairan menumpuk di ruang interstisial.

— Edema Subkutan- Gagal jantung & ginjal RV

— Edema paru pada kegagalan LV,

— Edema Otak - ensefalitis, krisis hipertensi, hidrosefalus, cedera fokal


(Trauma/abses/neoplasma)

Pitting Vs Non-Pitting Edema

Pitting – Menekan area yang terkena menggantikan cairan, meninggalkan


depresi berbentuk jari (lubang) yang menghilang dalam hitungan detik

Non-Pitting – tidak kompresibel – disebabkan oleh limfedema kronis atau


miksedema.

Cairan Edema = TRANSUDASI

- Sebuah transudat miskin protein (berat jenis <1,012)

- Sebuah eksudat kaya protein (berat jenis > 1,020) = (edema inflamasi)

Hiperemia dan Kongesti Peningkatan volume darah di tempat tertentu.

Hiperemia- proses aktif. Dilatasi arteriol. Yang terlihat adalah peradangan akut,
melatih otot - Kemerahan

Kongesti- proses pasif. Gangguan vena. Yang terlihat pada gagal jantung
kongestif – Sianosis

— Dalam jangka panjang kongesti pasif kronis,itu hipoksia kronis terkait


dapat menyebabkan cedera jaringan iskemik dan jaringan parut
— Pada jaringan yang mengalami kongesti kronis, ruptur kapiler dapat juga
menghasilkan fokus hemoragik kecil; katabolisme sel darah merah
ekstravasasi berikutnya dapat meninggalkan kelompok tanda sisa dari
makrofag yang sarat hemosiderin
— Sebagai akibat dari peningkatan tekanan hidrostatik, kongesti biasanya
menyebabkan edema.
Pendarahan

• Definisi : ekstravasasi darah karena pecahnya pembuluh


• Penyebab

— Trauma mekanik

— Aterosklerosis aorta®pecah dengan akut perdarahan retroperitoneal

— Peningkatan tekanan hidrostatik (obstruksi atau hipertensi)

— Erosi neoplastik pada dinding pembuluh darah

Hematoma : perdarahan terakumulasi dalam ruang terbatas

bisa spontan (pada penyakit hemoragik yang serius) atau dapat terjadi setelah
trauma (pada penyakit hemoragik ringan)

Petechie Purpura : perdarahan kapiler kecil mulai dari


ukuran kepala peniti hingga jauh lebih besar
memar atau echemosis : perdarahan kulit/subkutis

Hemarthrosis : perdarahan dalam sendi

Vaskular dan Platelet Abnormalitas

• Penyakit herediter

— Telangiektasia hemoragik herediter

— Sindrom Ehlers-Danlos

• Penyakit didapat

—“purpura pikun”

— Purpura Henoch-Schonlein

— Penyakit kudis - Amiloid

— purpura steroid

Gangguan mekanisme hemostatik dibagi menjadi tiga kelompok utama:

Gangguan pembuluh darah

“Penyakit Purpuric”

Gangguan trombosit

Gangguan mekanisme koagulasi (Koagulopati)

Trombosis

— Pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh

— Tiga komponen yang mengatur hemostasis normal / trombosis:

• Dinding pembuluh darah


• Trombosit
• Sistem Koagulasi
Clotting (respon terhadap cedera pembuluh)

1. Vasokonstriksi untuk mengurangi aliran darah

2. Pembentukan sumbat trombosit (faktor von willebrand mengikat pembuluh


darah dan trombosit yang rusak)

3. Aktivasi kaskade pembekuan dengan pembentukan pembentukan bekuan fibrin

4. Fibrinolisis (pemecahan bekuan darah)

hemostasis (fisiologis)

1. Vasokonstriksi
2. hemostasis primer (mengontrol perdarahan)
3. hemostasis sekunder
4. Pengaturan kontra antitrombotik
5. (kontrol pembekuan)

Trombosis (patologis)

— Bentuk patologis dari hemostasis

— Melibatkan bekuan darah (trombus) pembentukan pada pembuluh darah yang


tidak cedera atau setelah cedera yang relatif kecil)

Respon trombosit terhadap cedera

— Trombosit bertemu dengan molekul matriks ekstravaskular: kolagen ,


proteoglikan, fibronektin

— Trombosit merespons dalam tiga fase:

Adhesi trombosit Aktivasi trombosit Agregasi trombosit


Morfologi thrombus

— Trombus arteri (kecil, kering, pucat, rapuh) terbentuk lapisan bergantian


trombosit dan fibrin (dicampur dengan garis sel darah merah Zahn). Mungkin ada
ekor stasis merah.

— Trombus vena (besar, agar-agar, merah) terdiri terutama dari fibrin dengan
campuran sel darah merah kadang-kadang garis Zahn dapat dilihat di dekat asal
trombus vena.

SYOK

• Definisi : hipoperfusi sistemik akibat penurunan curah jantung output atau


penurunan volume darah efektif.
• Penyebab utama:

— Syok kardiogenik : kegagalan pompa miokard


— Syok hipovolemik : kehilangan darah/volume plasma

— Syok septik : infeksi mikroba sistemik

— Syok neurogenic : cedera tulang belakang

— Syok anafilaksis : diperantarai IgE umum respon hipersensitivitas,


dengan vasodilatasi luas, peningkatan kapasitansi, & peningkatan
permeabilitas vaskular

Tahapan syok

• Fase nonprogresif
- Mekanisme refleks diaktifkan dan perfusi vital organ dipertahankan

• Fase progresif
- Hipoperfusi jaringan yang persisten menyebabkan penyebaran kerusakan
sel hipoksia, asidosis metabolik, vasodilatasi berkepanjangan

• Fase ireversibel
- Cedera seluler parah dengan kegagalan multiorgan, didominasi oleh ginjal,
paru-paru, jantung

Anda mungkin juga menyukai