Anda di halaman 1dari 19

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengumpulan data dari masing-masing lokasi pengamatan ialah

data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil oleh penyusun adalah

penelitian berupa orientasi lapangan, pengambilan data geologi dan pengambilan

sampel aitanah. Data sekunder didapatkan dari studi pustaka dan referensi terkait

yang berhubungan dengan judul seminar.

3.1. Hasil Pengumpulan Data

Dari penelitian ini didapatkan hasil dari data pengambilan sampel di tiga

titik lokasi pengambilan sampel yang kemudian sampel tersebut di masukkan ke

laboratorium untuk dilakukannya analisis unsur-unsur yang sudah ditentukan,

setelah data hasil analisis keluar dan dilakukan perhitungan analisis yang akan

dipakai, maka dari data tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel dan juga

dilakukan pengambilan data geologi berupa litologi dan geomorfologi.

3.1.1. Tempat dan waktu lokasi penelitian

Lokasi penelitian secara administratif berada di Desa Karangmulya,

Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, dengan luasan

daerah penelitian kurang lebih 1 km x 1 km. Terletak pada zona 49S pada posisi

koordinat geografis 07o 31’ 00’’ LS – 108o 40’ 15’’ BT dan 07o 31’ 30’’ LS – 110o

40’ 45’’ BT.

Pada gambar 3.1 merupakan rute lokasi daerah penelitian yang dimana

berada kurang lebih 246 km ke arah barat dari kampus 1 Institut Sains & Teknologi

AKPRIND Yogyakarta yaitu terletak pada daerah Padaherang. Perjalanan untuk

20
21

menuju lokasi penelitian dapat di tempuh dengan waktu 4 jam dari stasiun Tugu,

Yogyakarta jika melalui transportasi kereta.

Gambar 3.1 Rute lokasi penelitian

3.1.2. Lokasi pengamatan

Peta topografi merupakan peta dasar daerah penelitian dengan luasan daerah

1 km x 1 km yang berada di Desa Karangmulya, Kecamatan Padaherang,

Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Gambar 3.2 Peta topografi daerah penelitian


22

Peta topografi daerah penelitian digunakan sebagai tempat pengambilan

sampel airtanah yang dilakukan pada daerah yang tergambar pada peta (Gambar

3.2).

Pada penelitian ini penyusun melakukan pangambilan beberapa sampel

airtanah, sampel diambil dari beberapa titik lokasi yang di mana berada didekat

perumahan warga, pengambilan data geologi berupa litologi dan geomorfologi.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil air menggunakan gayung

kemudian dimasukkan ke dalam jirigen yang baru yang belum pernah dipakai

sebelumnya lalu diulang sebanyak 3 kali per jirigen dengan tujuan hasil yang

didapat ketika di analisis lebih baik tanpa harus tercampur unsur lain begitu pula

dengan sampel air yang yang menggunakan botol kaca. (Gambar 3.3).

Gambar 3.3 Foto pengambilan sampel airtanah beserta lokasi


23

Sampel airtanah yang diambil langsung di lapangan diberi nomor sampel

supaya bisa membedakan sampel satu dengan sampel lainnya. Sampel yang

dimasukkan ke laboratorium juga diberi nomor sampel khusus yang diberikan oleh

petugas laboratorium dan peletakkan penomoran pada sampel tersebut sesuai

dengan format yang laboratorium sediakan, penomoran sampel tersebut diberikan

oleh petugas laboratorium menyesuaikan nomor sampel yang masuk atau nomor

yang sudah terdata dari laboratorium tersebut supaya memudahkan petugas

laboratorium untuk menganalisis sampel yang masuk karena banyaknya sampel yang

masuk pada hari tersebut untuk dilakukkannya analisis. Sampel air dimasukkan ke

dalam laboratorium dalam jangka waktu kurang dari 24 jam, jika air yang diambil di

lapangan dimasukkan ke dalam laboratorium telah lebih dari 24 jam atau sudah

bermalam di rumah maka sampel air tersebut sudah tidak bisa di analisis lagi

dikarenakan akan mengubah unsur dalam air tersebut yang disebabkan adanya bakteri

dan sebagainya.

Air yang sudah masuk ke laboratorium akan dilakukannya analisis fisik,

kimia dan mikrobiologi untuk mengetahui kandungan nilai unsur-unsur yang ada di

dalam airtanah. Setelah didapatkannya hasil dari analisis fisik, kimia, dan

mikrobilogi tersebut maka akan langsung dilakukannya pembandingan nilai yang

didapatkan di dalam uji laboratorium dengan nilai standar pada setiap parameter

yang telah ditentukan dalam Permenkes nomor 32 tahun 2017 yang berfokus pada

penggunaan air terhadap higiene sanitasi.


24

3.2. Pembahasan

Hasil pengumpulan data yang ambil, kemudian dilakukan pengelohan data

sehingga didapatkan hasil yang berupa hasil data geologi dan juga hasil analisis

sampel airtanah pada daerah penelitian.

3.2.1. Data geologi

Pengambilan data geologi pada daerah penelitian meliputi pengambilan

litologi dan juga pengamatan morfologi yang dilakukan secara langsung di

lapangan dengan luasan daerah peneltian 1 km x 1 km.

1. Litologi daerah penelitian

Secara regional daerah penelitian berada pada formasi kalipucang dan

endapan aluvial. Secara geologi regional formasi kalipucang terdiri atas

batugamping terumbu sedangkan endapan aluvial campuran terdiri atas lumpur,

pasir, dan kerikil.

Secara lokal, litologi daerah penelitian tersusun atas batugamping terumbu

dan endapan alluvium :

1) Batugamping terumbu memiliki warna segar putih, warna lapuk coklat


kehitaman, berfosil, bertekstur amorf dengan komposisi kandungan
karbonat (Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Foto serpihan batugamping terumbu pada lp 5 dan lp 6


25

2) Endapan aluvial campuran tediri atas endapan campuran dari lumpur hingga

kerikil.

2. Geomorfologi daerah penelitian

Pada daerah penelitian terdiri atas 2 satuan geomorfologi, dengan subsatuan

geomorfik yaitu :

1) Subsatuan Lereng karst terkikis (K2)

Lereng karst terkikis (K2) memiliki luasan dari daerah penelitian sekitar ±

20%, memiliki slope 4o – 8o , dengan ketinggian 25 sampai 82,5 meter diatas

permukaan laut. Daerah ini memiliki bentuk lahan dataran, bentuk lereng landai

sampai agak miring, proses eksogen yang bekerja adalah pelapukan dan juga

erosi. Litologi penyusun daerah ini berupa batugamping terumbu. (Gambar 3.5).

Gambar 3.5 Lereng karst terkikis (K2), (Verstappen, 1985)

2) Subsatuan dataran aluvial (F1)

Dataran aluvial (F1) memiliki luasan dari daerah penelitian sekitar ± 80%,

dengan slope 0 o - 4o , ketinggian 7,5 sampai 25 meter di atas permukaan laut.

Potensi positif pada daerah dataran digunakan untuk pemukiman, lahan

pertanian (Gambar 3.6).


26

Gambar 3.6 Dataran aluvial (F1), (Verstappen, 1985)

Hubungan antara data geologi dengan kualitas daerah penelitian dapat di lihat

dari litologi daerah tersebut. Pada penelitian ini, didapatkan batugamping terumbu

dengan endapan aluvial. Pada batugamping terumbu maupun endapan aluvial

terdapat unsur-unsur kimia yang akan berpengaruh pada hasil kualitas airtanah.

3.2.2 Data analisis airtanah

Berdasarkan dari data pengambilan sampel airtanah pada Desa Karangmulya,

Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, didapatkan 3 lokasi

pengambilan sampel airtanah yang berbeda-beda berdasarkan titik koordinat. Titik

lokasi pengambilan sampel airtanah yang diambil berada ditengah sawah maupun

berada di dekat sawah yang mewakili luasan 1km x 1km daerah penelitian seperti

yang tertera pada gambar peta lokasi pengambilan sampel tersebut (Gambar 3.8).

Dapat diketahui masing-masing koordinat dari lokasi pengambilan sampel, yaitu :

Sampel A1 terletak pada koordinat 07o 31’ 27’’ LS – 108o 40’ 34’’ BT

Sampel B2 terletak pada koordinat 07o 31’ 18’’ LS – 108o 40’ 27’’ BT

Sampel C3 terletak pada koordinat 07o 31’ 16’’ LS – 108o 40’ 22’’ BT
27

Gambar 3.7 Peta pengambilan sampel airtanah

Metode dalam kegiatan penelitian ini penyusun menggunakan metode

pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu penentuan

lokasi titik pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan berbagai

pertimbangan kondisi serta keadaan daerah penelitian, yaitu penduduk di wilayah

perumahan dan dekat dengan persawahan. Data yang digunakan pada penelitian ini

berupa data sekunder dan data primer. Data primer didapatkan dari pengambilan

sampel di lapangan dan pengolahan sampel airtanah, sedangkan sekunder

didapatkan dari literatur-literatur maupun penelitian terdahulu berupa jurnal

maupun buku. Hasil uji parameter fisik kimia, dan mikrobiologi airtanah

didapatkan dilaboratorium sebagai berikut:


28

Tabel 3.1 Hasil pengujian parameter fisik airtanah pada sampel A1


(Sumber: penyusun, 2020)
No Jenis Metode Hasil Satuan
parameter
1 Bau Organoleptis Tidak -
berbau
2 Zat terlarut Elektrometri 276 Mg/l
(TDS)
3 Kekeruhan Elektrometri 0 NTU
4 Rasa Organoleptis Tidak -
Berasa
o
5 Suhu Organoleptis 25 C
6 Warna Spektrofoto 1 TCU
metri

Tabel 3.2 Hasil pengujian parameter fisik airtanah pada sampel B2


(Sumber: penyusun, 2020)
No Jenis Metode Hasil Satuan
parameter
1 Bau Organoleptis Tidak -
berbau
2 Zat terlarut Elektrometri 213 Mg/l
(TDS)
3 Kekeruhan Elektrometri 0 NTU
4 Rasa Organoleptis Tidak -
berasa
o
5 Suhu Organoleptis 25,8 C
6 Warna Spektrofoto 1 TCU
metri

Tabel 3.3 Hasil pengujian parameter fisik airtanah pada sampel C3


(Sumber: penyusun, 2020)
No Jenis Metode Hasil Satuan
parameter
1 Bau Organoleptis Tidak -
berbau
2 Zat terlarut Elektrometri 502 Mg/l
(TDS)
3 Kekeruhan Elektrometri 0 NTU
4 Rasa Organoleptis Tidak -
berasa
o
5 Suhu Organoleptis 25,8 C
6 Warna Spektrofoto 1 TCU
metri
29

Tabel 3.4 Hasil pengujian parameter kimia airtanah pada sampel A1


(Sumber: penyusun, 2020)
No Jenis Metode Hasil Satuan
parameter
1 Besi Spektrofoto 0,02 Mg/l
metri
2 Flourida Spektrofoto 0,00 Mg/l
metri
3 Kesadahan Spektrofoto 405 Mg/l
metri
4 Kromium, Spektrofoto 0,009 Mg/l
valensi 6 metri
5 Mangan AAS 0,057 Mg/l
6 Nitrat Spektrofoto 0,6 Mg/l
metri
7 Nitrit Spektrofoto 0,006 Mg/l
metri
8 pH Elektrometri 8,1 Mg/l
9 Seng Spektrofoto 0,09 Mg/l
metri
10 Sianida Spektrofoto 0,008 Mg/l
metri
11 Sulfat Spektrofoto 3 Mg/l
metri
12 Zat organik Titrimetri 0,02 Mg/l
(KMnO4 )

Tabel 3.5 Hasil pengujian parameter kimia airtanah pada sampel B2


(Sumber: penyusun, 2020)
No Jenis Metode Hasil Satuan
parameter
1 Besi Spektrofoto 0,02 Mg/l
metri
2 Flourida Spektrofoto 0,02 Mg/l
metri
3 Kesadahan Spektrofoto 20 Mg/l
metri
4 Kromium, Spektrofoto 0,007 Mg/l
valensi 6 metri
5 Mangan AAS 0,049 Mg/l
6 Nitrat Spektrofoto 0,5 Mg/l
metri
7 Nitrit Spektrofoto 0,005 Mg/l
metri
8 pH Elektrometri 7,8 Mg/l
30

9 Seng Spektrofoto 0,06 Mg/l


metri
10 Sianida Spektrofoto 0,022 Mg/l
metri
11 Sulfat Spektrofoto 2 Mg/l
metri
12 Zat organik Titrimetri 0,01 Mg/l
(KMnO4 )

Tabel 3.6 Hasil pengujian parameter kimia airtanah pada sampel C3


(Sumber: penyusun, 2020)
No Jenis Metode Hasil Satuan
parameter
1 Besi Spektrofoto 0,04 Mg/l
metri
2 Flourida Spektrofoto 0,28 Mg/l
metri
3 Kesadahan Spektrofoto 450 Mg/l
metri
4 Kromium, Spektrofoto 0,005 Mg/l
valensi 6 metri
5 Mangan AAS 0,071 Mg/l
6 Nitrat Spektrofoto 0,6 Mg/l
metri
7 Nitrit Spektrofoto 0,009 Mg/l
metri
8 pH Elektrometri 7,8 Mg/l
9 Seng Spektrofoto 0,09 Mg/l
metri
10 Sianida Spektrofoto 0,003 Mg/l
metri
11 Sulfat Spektrofoto 12 Mg/l
metri
12 Zat organik Titrimetri 0,02 Mg/l
(KMnO4 )

Tabel 3.7 Hasil pengujian parameter mikrobiologi airtanah pada sampel A1


(Sumber: penyusun, 2020)
No Parameter Hasil Satuan

1 Coliform 150 /100 ml

2 Coli tinja / 0 /100 ml


Escherichia
Coli
31

Tabel 3.8 Hasil pengujian parameter mikrobiologi airtanah pada sampel B2


(Sumber: penyusun, 2020)
No Parameter Hasil Satuan

1 Coliform 4 /100 ml

2 Coli tinja / 0 /100 ml


Escherichia
Coli

Tabel 3.9 Hasil pengujian parameter mikrobiologi airtanah pada sampel C3


(Sumber: penyusun, 2020)
No Parameter Hasil Satuan

1 Coliform 4 /100 ml

2 Coli tinja / 0 /100 ml


Escherichia
Coli

Hasil dari data yang didapatkan dalam pengujian laboratorium kemudian

dicocokkan dengan parameter standar yang telah di atur dalam Permenkes nomor

32 tahun 2017. Berdasarkan permenkes nomor 32 tahun 2017 parameter standar

yang digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu sumber mata air

agar dapat menjadi air bersih memerlukan nilai batas parameter sebagai, berikut:

Tabel 3.10 Parameter fisik dalam standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media
air untuk keperluan higiene sanitasi ( Permenkes nomor 32 tahun 2017 )
No Parameter Unit Standar Baku Mutu
Wajib (Kadar Maks)
1 Kekeruhan NTU 25
2 Warna TCU 50
3 Zat terlarut Mg/l 1000
(TDS)
o
4 Suhu C Suhu Udara ±3o
5 Rasa - Tidak berasa
6 Bau - Tidak berbau
32

Tabel 3.11 Parameter kimia dalam standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media
air untuk keperluan higiene sanitasi ( Permenkes nomor 32 tahun 2017 )
No Parameter Unit Standar Baku Mutu
( Kadar Maks )
Primer
1 pH Mg/l 6,5 – 8,5
2 Besi Mg/l 1
3 Flourida Mg/l 1,5
4 Kesadahan Mg/l 500
5 Mangan Mg/l 0,5
6 Nitrat, Mg/l 10
sebagai N
7 Nitrit, Mg/l 1
sebagai N
8 Sianida Mg/l 0,1
9 Deterjen Mg/l 0,05
10 Pestisida Mg/l 0,1
total
Sekunder
1 Air Raksa Mg/l 0,001
2 Arsen Mg/l 0,05
3 Kadmium Mg/l 0,005
4 Kromium Mg/l 0,05
(valensi 6)
5 Selenium Mg/l 0,01
6 Seng Mg/l 15
7 Sulfat Mg/l 400
8 Timbal Mg/l 0,05
9 Benzene Mg/l 0,01
10 Zat organik Mg/l 10
(KMnO4 )
33

Tabel 3.12 Parameter mikrobiologi dalam standar baku mutu kesehatan lingkungan
untuk media air untuk keperluan higiene sanitasi ( Permenkes nomor 32 tahun 2017 )
No Parameter Unit Standar Baku Mutu
Wajib ( Kadar Maks )
1 Total CFU/100ml 50
Coliform
2 E.coli CFU/100 ml 0

Dari data parameter yang telah ditentukan oleh Permenkes no 32 tahun

2017 maka dapat dilakukan pencocokan data untuk mengetahui kelayakan tiap

sampelnya untuk menjadi air bersih untuk keperluan rumah tangga bagi warga

pemukiman sekitaran Desa Karangmulya, Kecamatan Padaherang, Kabupaten

Pangandaran, Jawa Barat.

Tabel 3.13 Pencocokan hasil data parameter fisik analisis laboratorium sampel A1
dengan parameter standar baku mutu pada Permenkes nomor 32 tahun 2017
No Jenis Metode Hasil Satuan Standar
parameter Baku
Mutu
( Kadar
Maks )
1 Bau Organoleptis Tidak - Tidak
berbau Berbau
2 Zat Elektrometri 276 Mg/l 1000
terlarut
(TDS)
3 Kekeruhan Elektrometri 0 NTU 25
4 Rasa Organoleptis Tidak - Tidak
Berasa Berasa
o
5 Suhu Organoleptis 25 C -
6 Warna Spektrofotometri 1 TCU 50
34

Tabel 3.14 Pencocokan hasil data parameter fisik analisis laboratorium sampel B2
dengan parameter standar baku mutu pada Permenkes nomor 32 tahun 2017
No Jenis Metode Hasil Satuan Standar
parameter Baku
Mutu
( Kadar
Maks )
1 Bau Organoleptis Tidak - Tidak
berbau Berbau
2 Zat Elektrometri 213 Mg/l 1000
terlarut
(TDS)
3 Kekeruhan Elektrometri 0 NTU 25
4 Rasa Organoleptis Tidak - Tidak
berasa Berasa
o
5 Suhu Organoleptis 25,8 C -
6 Warna Spektrofotometri 1 TCU 50

Tabel 3.15 Pencocokan hasil data parameter fisik analisis laboratorium sampel C3
dengan parameter standar baku mutu pada Permenkes nomor 32 tahun 2017
No Jenis Metode Hasil Satuan Standar
parameter Baku
Mutu
( Kadar
Maks )
1 Bau Organoleptis Tidak - Tidak
berbau Berbau
2 Zat Elektrometri 502 Mg/l 1000
terlarut
(TDS)
3 Kekeruhan Elektrometri 0 NTU 25
4 Rasa Organoleptis Tidak - Tidak
berasa Berasa
o
5 Suhu Organoleptis 25,8 C -
6 Warna Spektrofotometri 1 TCU 50
35

Tabel 3.16 Pencocokan hasil data parameter kimia analisis laboratorium sampel A1
dengan parameter standar baku mutu pada Permenkes nomor 32 tahun 2017
No Jenis Metode Hasil Satuan Standar
parameter Baku
Mutu
( Kadar
Maks )
1 Besi Spektrofotometri 0,02 Mg/l 1,0
2 Flourida Spektrofotometri 0,00 Mg/l 1,5
3 Kesadahan Spektrofotometri 405 Mg/l 500
4 Kromium, Spektrofotometri 0,009 Mg/l 0,05
valensi 6
5 Mangan AAS 0,057 Mg/l 0,5
6 Nitrat Spektrofotometri 0,6 Mg/l 10
7 Nitrit Spektrofotometri 0,006 Mg/l 1
8 pH Elektrometri 8,1 Mg/l 6,5–8,5
9 Seng Spektrofotometri 0,09 Mg/l 15
10 Sianida Spektrofotometri 0,008 Mg/l 0,1
11 Sulfat Spektrofotometri 3 Mg/l 400
12 Zat organik Titrimetri 0,02 Mg/l 10
(KMnO4 )

Tabel 3.17 Pencocokan hasil data parameter kimia analisis laboratorium sampel B2
dengan parameter standar baku mutu pada Permenkes nomor 32 tahun 2017
No Jenis Metode Hasil Satuan Standar
parameter Baku
Mutu
( Kadar
Maks )
1 Besi Spektrofotometri 0,02 Mg/l 1,0
2 Flourida Spektrofotometri 0,02 Mg/l 1,5
3 Kesadahan Spektrofotometri 20 Mg/l 500
4 Kromium, Spektrofotometri 0,007 Mg/l 0,05
valensi 6
5 Mangan AAS 0,049 Mg/l 0,5
6 Nitrat Spektrofotometri 0,5 Mg/l 10
7 Nitrit Spektrofotometri 0,005 Mg/l 1
8 pH Elektrometri 7,8 Mg/l 6,5–8,5
9 Seng Spektrofotometri 0,06 Mg/l 15
10 Sianida Spektrofotometri 0,022 Mg/l 0,1
36

11 Sulfat Spektrofotometri 2 Mg/l 400


12 Zat organik Titrimetri 0,01 Mg/l 10
(KMnO4 )

Tabel 3.18 Pencocokan hasil data parameter kimia analisis laboratorium sampel C3
dengan parameter standar baku mutu pada Permenkes nomor 32 tahun 2017
No Jenis Metode Hasil Satuan Standar
parameter Baku
Mutu
( Kadar
Maks )
1 Besi Spektrofotometri 0,04 Mg/l 1,0
2 Flourida Spektrofotometri 0,28 Mg/l 1,5
3 Kesadahan Spektrofotometri 450 Mg/l 500
4 Kromium, Spektrofotometri 0,005 Mg/l 0,05
valensi 6
5 Mangan AAS 0,071 Mg/l 0,5
6 Nitrat Spektrofotometri 0,6 Mg/l 10
7 Nitrit Spektrofotometri 0,009 Mg/l 1
8 pH Elektrometri 7,8 Mg/l 6,5–8,5
9 Seng Spektrofotometri 0,09 Mg/l 15
10 Sianida Spektrofotometri 0,003 Mg/l 0,1
11 Sulfat Spektrofotometri 12 Mg/l 400
12 Zat organik Titrimetri 0,02 Mg/l 10
(KMnO4 )

Tabel 3.19 Pencocokan hasil data parameter mikrobiologi analisis laboratorium


sampel A1 dengan parameter standar baku mutu pada Permenkes nomor 32 tahun
2017
No Parameter Hasil Satuan Standar Baku
Mutu
( Kadar Maks )
1 Coliform 150 /100 ml 50
2 Coli tinja / Escherichia 0 /100 ml 0
Coli
37

Tabel 3.20 Pencocokan hasil data parameter mikrobiologi analisis laboratorium


sampel B2 dengan parameter standar baku mutu pada Permenkes nomor 32 tahun
2017
No Parameter Hasil Satuan Standar Baku
Mutu
( Kadar Maks )
1 Coliform 4 /100 ml 50
2 Coli tinja / Escherichia 0 /100 ml 0
Coli

Tabel 3.21 Pencocokan hasil data parameter mikrobiologi analisis laboratorium


sampel C3 dengan parameter standar baku mutu pada Permenkes nomor 32 tahun
2017
No Parameter Hasil Satuan Standar Baku
Mutu
( Kadar Maks )
1 Coliform 4 /100 ml 50
2 Coli tinja / Escherichia 0 /100 ml 0
Coli

Berdasarkan pencocokan antara hasil analisis laboratorium ketiga sampel

air tanah dengan parameter standar baku mutu yang telah ditetapkan berdasarkan

Permenkes nomor 32 tahun 2017 mendapatkan hasil dimana,

1. Sampel A1 memenuhi persyaratan kualitas air bersih atau higiene

sanitasi dalam bagian parameter fisik dan kimia namun tidak

memenuhi persyaratan kualitas air bersih atau higiene sanitasi

dikarenakan kandungan Coliform yang berjumlah tiga kali lipat lebih

banyak dari standar baku mutu yang ditetapkan sehingga dapat

disimpulkan bahwa sumur air tanah tempat pengambilan sampel A1

tidak layak digunakan sebagai air bersih untuk keperluan rumah

tangga.
38

2. Sampel B2 memenuhi persyaratan kualitas air bersih atau higiene

sanitas dalam bagian parameter fisik, kimia, maupun mikrobiologi,

sehingga dapat disimpulkan bahwa sumur air tanah tempat

pengambilan sampel B2 layak untuk digunakan sebagai air bersih

untuk keperluan rumah tangga

3. Sampel C3 memenuhi persyaratan kualitas air bersih atau higiene

sanitas dalam bagian parameter fisik, kimia, maupun mikrobiologi,

sehingga dapat disimpulkan bahwa sumur air tanah tempat

pengambilan sampel C3 layak untuk digunakan sebagai air bersih

untuk keperluan rumah tangga

Anda mungkin juga menyukai