Anda di halaman 1dari 56

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS DALAM

PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 AMBON

PROPOSAL

SITI HAJAR KUBAL


201848021

UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
AMBON
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunian-Nya sehingga penyusunan

proposal ini dapat diselesaikan. Proposal yang berjudul: “Penerapan Pendekatan

Konstruktivis Dalam Pembelajaran IPS Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV

SD Negeri 5 Ambon” dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat dalam

menyelesaikan program sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Pattimura.

Peneliti menyadari proposal ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu peneliti sangat mengaharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak, dan

semoga proposal ini dapat bermanfaat dan menjadi tambahan wawasan bagi para

pembaca.

Ambon, Maret 2022

Penulis,

Siti Hajar Kubal


NIM. 2018-48-021

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................................7
1.6 Definisi Operasional.................................................................................................8
BAB II...................................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................10
2.1 Tinjauan Tentang Pendekatan Konstruktivis..........................................................10
2.1.1 Pengertian pendekatan konstruktivisme.............................................................10
2.1.2 Pentingnya pendekatan konstrukivis dalam kegiatan pembelajaran...............10
2.1.3 Ciri-ciri Pendekatan Konstruktivis.....................................................................11
2.1.4 Konsep Umum Pendekatan Konstruktivis..........................................................12
2.1.5 Langkah-langkah Pendekatan konstruktivis.......................................................13
2.1.6 Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Konstruktivis........................................14
2.2 Tinjauan Tentang Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)............................15
2.2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).........................................................15
2.2.2 Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.......................................................16
2.2.3 Ruang Lingkup IPS............................................................................................17
2.2.4 Pendidikan IPS di Sekolah Dasar.......................................................................18
2.3 Tinjauan tentang Aktivitas Belajar.........................................................................19
2.3.1 Pengertian Aktivitas Belajar...............................................................................19
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas.....................................................22

iii
2.4 Tinjauan Tentang Hasil Belajar..............................................................................26
2.4.1 Pengertian Belajar..............................................................................................26
2.4.2 Hasil Belajar.......................................................................................................27
2.4.3 Pengertian Pembelajaran....................................................................................33
2.5 Penelitian Relevan..................................................................................................34
2.6 Kerangka Berfikir...................................................................................................37
BAB III..................................................................................................................................39
METODE PENELITIAN.......................................................................................................39
3.1 Desain Penelitian........................................................................................................39
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian.......................................................................................40
3.3 Subjek Penelitian........................................................................................................40
3.4 Tahapan Penelitian.....................................................................................................40
3.5 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................48
3.6 Instrumen Penelitian...................................................................................................48
3.7 Teknik Analisis Data..................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................57

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab

itu, Indonesia menempatkan pendidikan sebagai suatu yang penting dan utama. Hal

ini dapat dilihat dari isi Pembukaan UUD 1945 alenia IV yang menegaskan bahwa

salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan berperanan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia

yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk

memperoleh hasil maksimal. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk

memberikan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian kepada individu sebagai bekal

untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

1
Terwujudnya tujuan tersebut diperlukan dukungan pendidikan yang

berkualitas. Fondasi pendidikan di Indonesia dikenal adanya istilah Tripusat

Pendidikan, yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan

masyarakat. Ketiga komponen pendidikan tersebut dapat menjadi sebuah formula

yang akan menciptakan pendidikan yang berkualitas. Komponen-komponen tripusat

tersebut dikemas dalam jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang disesuaikan dengan

kebutuhan siswa. Menurut Undangundang No. 20 Tahun 2003 pada pasal 11

dijelaskan bahwa jalur pendidikan terdiri dari tiga jalur yaitu formal, nonformal dan

informal. Sekolah Dasar (SD) sebagai Pendidikan formal merupakan wujud dari

pendidikan sekolah dan keberadaannya diatur oleh Undang-undang. Jalur pendidikan

formal atau pendidikan sekolah ini menjadi sangat penting setelah pendidikan

keluarga, karena keberadaannya sebagai tolak ukur kemampuan siswa ketika mereka

terjun dalam kehidupan masyarakat.

Pendidikan di SD merupakan upaya untuk memperoleh kemampuan yang

nantinya akan menjadi bekal kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suharjo (2006: 1) bahwa pendidikan di SD dimaksudkan sebagai upaya

pembekalan kemampuan dasar siswa berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang bermanfaat bagi dirinya sesuai tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan

mereka untuk melanjutkan kejenjang berikutnya yang lebih tinggi. Tahapan itu

menunjukan bahwa pendidikan di SD merupakan fondasi awal dalam mewujudkan

2
kesuksesan bagi mereka ataupun untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang

selanjutnya.

Pelaksanaan pendidikan di tingkat sekolah dasar harus memenuhi 8 kriteria

Standar Nasional Pendidikan sesuai BSNP. Salah satunya adalah Standar Pendidikan

dan Tenaga Kependidikan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik sebagai

agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan kompetensi

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang harus dimiliki

guru/pendidik pada jenjang pendidikan dasar meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Keempat

kompetensi itulah yang harus dimiliki dan dikembangkan guru dalam pelaksanaan

yang meliputi semua aspek mata pelajaran di SD. Proses yang harus dilakukan guru

bukan hanya dengan mengajarkan konsep, tetapi juga memaparkan tentang fakta yang

ada, menarik generalisasi dari fakta dan konsep sehingga siswa menjadi lebih paham.

Fakta, konsep, dan generalisasi sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia,

sehingga salah satu disiplin ilmu yang relevan dan terdapat dalam kurikulum di SD

adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari

berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

hukum, dan budaya. Selebihnya untuk mencapai maksud dan tujuan pembelajaran

IPS pada sekolah dasar Sapriya (2009 :11) berpendapat bahwa siswa perlu dibekali

dengan empat dimensi program pendidikan IPS yang komprehensif, meliputi (1)

3
dimensi pengetahuan (knowledge), (2) dimensi keterampilan (skills), (3) dimensi nilai

dan sikap (values and attitudes), dan (4) dimensi tindakan (action). Sehubungan

dengan itu, maka pembelajaran IPS bagi siswa pada jenjang SD dilaksanakan dengan

menekankan unsur keterampilan dan pembekalan pemahaman, nilai, dan

keterampilan agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipeljari sebagai bekal

dalam memecahkan masalah-masalah pribadi maupun masalah-masalah sosial dalam

kehidupan masyarakat lingkungannya.

Belajar IPS bukan hanya untuk mendengar cerita, membaca buku,

menghapalkan teori, tetapi juga proses penemuan. Pada saat belajar IPS peserta didik

harus aktif bertanya, mencari tahu, dan melakukan percobaan. Proses pembelajaran

IPS di Sekolah Dasar selama ini lebih ditekankan kepada penguasaan materi

sebanyak mungkin sehingga proses belajar bersifat kaku dan terpusat pada satu arah,

tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar lebih aktif dengan melakukan

eksplorasi terhadap materi yang diajarkan. Kegiatan belajar lebih ditandai dengan

budaya hafalan daripada berfikir, akibatnya siswa menganggap materi pelajaran IPS

hanya untuk dihafalkan. Kenyataan ini menyebabkan siswa tidak mampu menerapkan

konsep dasarnya dari materi IPS dalam kondisi kehidupan mereka.

Berdasarkan pengamatan dan penilaian secara langsung, pendidikan IPS

merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar yang bagi sebagian siswa

terasa membosankan, kurang menarik dan cenderung monoton. Ini terbukti dari hasil

pengamatan di kelas IV SDN 5 Ambon. Pada saat proses pembelajaran IPS, sebagian

4
besar siswa terlihat merasa jenuh dan suasana belajar kurang ’hidup’. Dari hasil

observasi dan wawancara singkat dengan guru pelajaran, diketahui bahwa terdapat

beberapa hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di

kelas antara lain, lemahnya daya serap siswa dalam proses pembelajaran terutama

dalam mata pelajaran IPS. Hal itu terlihat dari masih banyak siswa mendapatkan hasil

belajar yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk KKM

sendiri pada mata pelajaran IPS sebesar 65. Jika nilai siswa lebih dari 65

dikategorikan tuntas, dan sebaliknya apabila nilai siswa kurang dari 65 dikategorikan

belum tuntas. Dari 26 siswa didalam kelas IV A terdapat 19 orang yang masuk

kateori belum tuntas, terdiri dari 8 laki-laki dan 11 orang perempuan. Hanya 7 orang

yang masuk kategori tuntas.

Hal ini terjadi dikarenakan guru hanya memakai satu metode, yaitu metode

ceramah dan proses pembelajaran hampir setengah jam pelajaran diisi dengan

mencatat. Sehingga proses pembelajaran berpusat pada guru atau teacher centered

bukan student centered.

Untuk memecahkan persoalan diatas penulis mencoba mencari solusi dan

upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yaitu dengan

menerapkan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

di Sekolah Dasar. Solusi tersebut akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas pada

siswa kelas IV di SD Negeri 5 Ambon.

5
Pendekatan Konstruktivisme cocok diterapkan dalam pembelajaran IPS

karena pendekatan Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.

Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui

dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman

demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi

lebih dinamis.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul

“Penerapan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pembelajaran IPS Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Ambon” .

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana penerapan pendekatan

konstruktivis terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN 5 Ambon ?

1.3 Tujuan Penelitian


Secara khusus tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana penerapan pendekatan konstruktivis terhadap hasil belajar

siswa kelas IV SDN 5 Ambon..

1.4 Tujuan Penelitian


Untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih jelas dan terarah, perlu

ditetapkan terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini

6
adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan konstruktivis dalam

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pembelajaran IPS SD Negeri 5 Ambon.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa

Dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan serta

mempermudah siswa dalam penguasaan materi dan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

2. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan

guru mengenai model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kemampuan

siswa dan mengembangkan kemampuan profesional guru dalam

menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3. Sekolah

Dapat menjadi tambahan wawasan dan sumbangan pemikiran yang berguna

untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman saat peneliti melaksanakan kegiatan

penelitian tindakan kelas, sehingga dapat memperbaiki dan menciptakan

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Mampu

7
menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan untuk siswa

dimasa yang akan datang.

1.6 Definisi Operasional

Defenisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman

dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul skripsi

“Penerapan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pembelajaran IPS Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Ambon”

1) Pengertian Pendekatan Konstruktivis

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang

lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru

yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada

pengetahuan (Suparno, 1997: 24).

2) Pembelajaran IPS

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada semua jenjang

pendidikan formal, dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi.

Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas

kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam

berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai

mahluk sosial (homosocius).

8
3) Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hal yang diperoleh atau dicapai dari proses

belajar mengajar. Nawawi dan K. Ibrahim dalam Susanto, (2014: 5) menegaskan

bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diproleh

dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Pendekatan Konstruktivis

2.1.1 Pengertian pendekatan konstruktivisme


Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang

lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru

yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada

pengetahuan (Suparno, 1997: 24).

Menurut faham konstruktivisme pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan)

dan orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditrasfer dari

guru kepada orang lain, karena setiap orang punya skemata sendiri tentang apa yang

diketahuinya, pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi

proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai keseimbangan sehingga terbentuk

suatu skemata yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian

atau pengetahuan secara aktif dan terus menerus (Suparno, 1997: 35)

2.1.2 Pentingnya pendekatan konstrukivis dalam kegiatan

pembelajaran

Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan

dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar

10
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan

sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.

Dalam pendekatan konstruktivisme peran guru adalah sebagai pembimbing dan

pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Guru lebih mengutamakan kreatifitas siswa

dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang

sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara

pribadi. Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih

mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

2.1.3 Ciri-ciri Pendekatan Konstruktivis

1. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan

pengalaman yang ada dalam diri siswa.

2. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka

pelajari.

3. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep

apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk

menganalisis sesuai materi yang dipelajari.

11
2.1.4 Konsep Umum Pendekatan Konstruktivis

Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti

menurut Suparno, (1997: 44). konstruktivisme mempunyai beberapa konsep

umum, yaitu sebagai berikut:

1. Siswa aktif membina pengetahuan berdasarkan pengalaman yang telah mereka

miliki

2. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh siswa sendiri melalui proses

saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran

terbaru

3. Unsur penting dalam teori ini adalah seseorang membina pengetahuan dirinya

secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahaman

yang sudah ada.

4. Ketidak seimbangan ialah faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini

berlaku apabila seseorang siswa menyadari gagasan-gagasannya tidak sesuai

dengan pengetahuan ilmiah.

5. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan

pengalaman siswa untuk menarik minat belajar mereka.

6. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan

keaktifan siswa sendiri untuk menalar.

12
7. Siswa aktif mengkontruksi terus-menerus sehingga selalu terjadi perubahan

konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep

ilmiah

8. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi

siwa berjalan mulus.

2.1.5 Langkah-langkah Pendekatan konstruktivis

Suatu pendekatan pembelajaran memiliki langkah-langkah atau prosedur yang

harus dilaksanakan agar tercapainya hasil belajar yang diharapkan, langkah-langkah

dalam pendekatan konstruktivisme menurut Suprijono (2009: 41) yaitu.

1. Orientasi, merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa

memerhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi

pembelajaran.

2. Elicitasi, merupakan tahap untuk membantu siswa menggali ide-ide yang

dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan

atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka melalui poster, tulisan

yang dipresentasikan kepada seluruh siswa.

3. Rekonstruksi ide, dalam tahap ini siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara

mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi.

Berhadapan dengan ide-ide lain seseorang dapat terangsang untuk

merekonstruksi gagasanya, kalau tidak cocok. Sebaliknya menjadi lebih yakin

jika gagasanya cocok.

13
4. Aplikasi ide, dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa

perlu diaplikasikan pada macam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan

membuat pengetahuan siswa lebih lengkap bahkan lebih rinci.

5. Reviu, dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan pengetahuannya

pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah

suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap. Jika

hasil reviu kemudian dibandingkan dengan pengetahuan awal yang telah

dimiliki, maka akan memunculkan kembali ide-ide (elicitasi) pada diri siswa.

2.1.6 Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Konstruktivis

1. Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme

Kelebihan dari implementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran

adalah dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mempelajari konsep-

konsep IPS, serta melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif selama proses belajar

mengajar berlangsung.

2. Kekurangan Konstruktivisme

1. Karena siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa

hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuwan

hal ini mengakibatkan terjadinya miskonsepsi.

2. Membutuhkan waktu yang lama, dan setiap siswa memerlukan penanganan

yang berbeda-beda.

14
3. Situasi dan kondisi sekolah yang berbeda-beda, sehingga menuntut guru

untuk berpikir luas dan mendalam serta sabar dan peka terhadap gagasan-

gagasan yang berbeda-beda dari siswa.

2.2 Tinjauan Tentang Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

2.2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada semua jenjang

pendidikan formal, dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi.

Istilah ”social studies” yang berasal dari bahasa Inggris kemudian diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pengertian IPS

merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan

manusia. Pada intinya, fokus IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai

dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai mahluk sosial

(homosocius).

Menurut Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan

integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirumuskan

atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan

interdisipliner dari aspek dancabang ilmuilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum, dan budaya).

Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS

adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan

15
interaksinya dalam kehidupan bermasyarakat. Kajian dalam IPS yaitu perpaduan dan

penyederhanaan dari sejumlah ilmu-ilmu sosial yang terencana dan sistematis untuk

kepentingan program pengajaran di sekolah.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPS dalam pelaksanaanya mempunyai tujuan dalam setiap akhir

pembelajaran. Menurut Trianto (2010: 174) tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk

mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan

diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal

siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Tujuan IPS menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu (1)

mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan

kewarganegaraan melalui pendekatan paedagogis dan psikologis, (2)

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan

masalah, dan keterampilan sosial, (3) membangun komitmen dan kesadaran terhadap

nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) meningkatkan kemampuan bekerja sama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional, maupun global.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah

membantu siswa agar dapat meyesuaikan/memahami dirinya terhadap lingkunganya

dan dapat membantu siswa memecahkan masalah yang ada, sehingga siswa memiliki

kepedulian sosial yang tinggi.

16
Pembelajaran IPS pada setiap jenjangnya harus dibatasi, sesuai dengan

kemampuan siswa pada tiap jenjang yang sedang ditempuhnya sehingga ruang

lingkup pengajaran IPS pada jenjang sekolah dasar berbeda dengan jenjang

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Tasrif (2008: 4) membagi ruang lingkup IPS menjadi beberapa aspek.

4) Ditinjau dari ruang lingkup hubungan, mencakup hubungan sosial, hubungan

ekonomi, hubungan psikologi, hubungan budaya, hubungan sejarah, hubungan

geografi, dan hubungan politik.

5) Ditinjau dari segi kelompoknya adalah berupa keluarga, rukun tetangga,

kampung, warga desa, organisasi masyarakat dan bangsa.

6) Ditinjau dari tingkatanya, meliputi tingkat lokal, regional, dan global.

7) Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan, politik dan ekonomi.

Sapriya dkk, (2007: 19) ruang lingkup IPS dijelaskan pada tabel berikut.

2.2.3 Ruang Lingkup IPS

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Pelajaran IPS

Aspek Sub Aspek


1. Sistem sosial dan budaya a. Individu, keluarga, dan masyarakat.
b. Sosiologi sebagai ilmu dan metode.
c. Interaksi sosial.
d. Sosialisasi.
e. Pranata sosial.
f. Struktur sosial.
g. Kebudayaan.
h. Perubahan sosial budaya.
2. Manusia, tempat, dan a. Sistem informasi geografi.

17
lingkungan b. Interaksi gejala fisik dan sosial.
c. Struktur internal suatu tempat/wilayah.
d. Interaksi keruangan.
e. Persepsi lingkungan dan kewajiban.
3. Perilaku ekonomi dan a. Berekonomi.
kesejahteraan b. Ketergantungan.
c. Spesialisasi dan pembagian kerja.
d. Perkoperasian.
e. Kewirausahaan.
4. Waktu, keberlanjutan dan a. Dasar-dasar ilmu sejarah.
perubahan b. Fakta, peristiwa, dan proses.

Berdasarkan dari pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup

IPS meliputi manusia, lingkungan, waktu, perubahan, isu sosial, sistem sosial, lokal

regional dan global. Ruang lingkup IPS juga mencakup tentang perilaku manusia

sesuai dengan kehidupan sehariharinya. Seperti, hubungan manusia dengan manusia

lainnya ataupun manusia dengan lingkungannya.

2.2.4 Pendidikan IPS di Sekolah Dasar

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan

kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Rata-rata usia anak SD

adalah usia 6-12 tahun. Menurut Jean Piaget (2002) anak usia 7 sampai 11 tahun

memasuki tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak dapat mengembangkan

pikiran logis. Penalaran logika yang mereka kuasai hanya pada situasi konkret dan

belum bisa memecahkan masalah yang bersifat abstrak. Pada anak golongan

operasional konkret ini memiliki ciri diantaranya perhatian mudah teralih dan

terfokus pada lingkungan terdekat, serta mempunyai dorongan untuk menyelidiki

18
terhadap sesuatu yang diinginkan (Hidayati, 2008: 3). Materi IPS digali dari segala

aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Mulyono Tjokrodikaryo (dalam

Hidayati, 2008: 6). Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:

b. Segala sesuatu yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar sampai lingkungan

yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.

c. Kegiatan manusia misalnya: pendidikan, komunikasi, dan transportasi.

d. Lingkungan geografi dan budaya.

e. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan, kejadian yang besar dari

yang terdekat dan terjauh.

f. Anak sebagai sumber materi.

2.3 Tinjauan Tentang Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Belajar

Istilah belajar diartikan sebagai proses pengkonstruksian pengetahuan yang

dilakukan oleh siswa sendiri. Sanjaya dalam Prastowo, (2013: 49) menyatakan bahwa

belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif,

baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afeksi, maupun psikomotorik.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi

interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran

berlangsung. Pendapat Sanjaya senada dengan apa yang dikemukakan oleh Skinner

19
dalam Susanto (2014: 4) bahwa belajar menurut psikologi behavioristik merupakan

suatu control instrumental yang berasal dari lingkungan. Aktivitas yang dilakukan

seseorang dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau

pengetahuan baru. Selanjutnya menurut Nur & Retno dalam Hamdani (2010: 20)

belajar menurut teori konstruktivisme bahwa siswa harus menemukan sendiri

informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan lama dan merevisi

aturan itu apabila tidak sesuai lagi.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar tidak

dipandang sebagai kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa,

melainkan kegiatan belajar adalah suatu kegiatan atau proses interaksi antara guru

dan siswa maupun siswa dengan siswa, dimana siswa membuat bangunan ilmu

pengetahuan atau konsep dengan cara mereka sendiri agar mendapat pengetahuan

melalui pelatihan atau pengalaman yang mengakibatkan perubahan pada diri

seseorang yang bersifat positif baik perubahan kognitif, afektif, maupun

psikomotorik.

2.3.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hal yang diperoleh atau dicapai dari proses

belajar mengajar. Nawawi dan K. Ibrahim dalam Susanto, (2014: 5) menegaskan

bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diproleh

dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

20
Kemudian menurut Kasmadi dan Sunariah (2014: 44) mengemukakan bahwa

hasil belajar perlu diterjemahkan dan ditetapkan sebagai tingkat keberhasilan siswa

dalam belajar dengan mengacu pada kriteria keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan

belajar siswa ditunjukan oleh kemampuan siswa secara kognitif, afektif, dan

psikomotor. Menurut Bloom dalam Uno & Nurdin (2011: 55) hasil belajar tersebut

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahamn, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan

hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan

baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiotory, preroutine,

rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,

dan intelektual.

Adapun indikator untuk masing-masing aspek tersebut adalah, sebagai berikut.

1) Ranah Kognitif

Kompotensi ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

menguasai bahan pelajaran atau materi yang diajarkan. Menurut Poerwanti, dkk.,

(2008: 1.22) ranah kognitif merupakan ranah yang menekankan pada pengembangan

kemampuan dan keterampilan intelektual. Hal tersebut sesuai dengan yang

dikemukan oleh Uno & Nurdin ( 2011: 56) bahwa ranah koginitif dinilai meliputi

tingkatan pengetahuan, memahamai, mengaplikasikan, menganalisis, dan

21
mengevaluasi. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan indikator aspek kognitif

meliputi pengetahuan dan pemahaman.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif menurut Poerwanti, dkk., (2008: 1.22) adalah ranah yang

berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi. Selanjutnya

Hariyanto (2014: 184) menyebutkan hasil belajar ranah afektif adalah penilaian yang

digunakan untuk mengungkapkan bagaimana seseorang siswa merasakan tentang

dirinya, persepsi tentang citra dirinya, dan apa yang berpengaruh terhadap

perilakunya di dalam kelas. Hasil belajar afektif dibagi menjadi sikap spiritual dan

sosial. Sikap spiritual berkaitan dengan interaksi dengan Tuhan Yang Maha Esa,

sedangkan sikap sosial berhubungan dengan interaksi siswa dan lingkungannya.

Majid (2014: 166) mengemukakan bahwa sikap sosial terdiri dari jujur, disiplin,

tanggung jawab, toleransi, gotong royong, kerjasama, dan percaya diri.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dan disesuaikan dengan proses

pembelajaran konstruktivisme, maka pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada

percaya diri dan kerjasama.

1. Percaya diri

Kemendikbud (2014: 84) menyatakan bahwa percaya diri adalah kondisi mental

atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk

berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Adapun indikator sikap percaya diri

menurut Kemendikbud (2014: 84) yakni:

a. Berani berpendapat;

22
b. Mampu membuat keputusan dengan cepat;

c. Tidak mudah putus asa;

d. Tidak canggung dalam bertindak;

e. Berani presentasi di depan kelas;

f. Berani bertanya, atau menjawab pertanyaan.

Berdasarkan enam indikator diatas dengan menyesuaikan kebutuhan, maka

indikator yang digunakan dalam penelitian sikap percaya diri siswa yakni (1) berani

bertanya, (2) berani menjawab pertanyaan guru, (3) menyelesaikan tugas dengan

cepat, (4) berani melakukan presentasi, dan (5) mengerjakan tugas tanpa mencontek.

2. Kerjasama

Menurut Kemendikbud (2013: 24) kerjasama adalah bekerja bersama-sama

dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan

tolong menolong secara ikhlas.

Kemendikbud (2013: 24) menyebutkan beberapa indikator sikap kerjasama

sebagai berikut.

a) Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah.

b) Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan.

c) Bersedia membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan.

d) Aktif dalam kerja kelompok.

e) Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok.

f) Tidak mendahulukan kepentingan pribadi.

23
g) Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri

dengan orang lain.

h) Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kerjasama adalah

suatu sikap yang timbul untuk dapat berbaur melakukan sesuatu secara bersama-sama

dengan orang lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3) Ranah Psikomotor

Menurut Uno & Nurdin (2011: 16) ranah psikomotor meliputi pencapaian

kompetensi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan

kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Sependapat dengan yang

diungkapkan oleh Poerwanti, dkk., (2008: 1.22) bahwa ranah psikomotor merupakan

ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau keterampilan motorik peserta

didik. Pada aspek ini peneliti memilih fokus kepada aspek mengomunikasikan dan

menanya.

4) Mengomunikasikan

Menurut KBBI mengomunikasikan berasal dari kata dasar komunikasi yang

berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih

sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan mengomunikasikan

sendiri menurut KBBI merupakan kegiatan mengirim melalui saluran komunikasi.

Menurut Nasution (2007: 1.44) mengomunikasikan adalah menyampaikan hasil

pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Kemendikbud (2014: 72) menjelaskan bahwa

24
kegiatan mengomunikasikan dapat berupa menyampaikan hasil pengamatan,

kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Sedangkan aktivitas siswa menurut Kemendikbud (2014: 73) dalam

mengomunikasikan dapat berupa membuat laporan hasil diskusi dan

mempresentasikan hasil diskusi.

Berdasarkan definisi diatas, maka indikator keterampilan mengomunikasikan

dalam penelitian ini, yakni:

a) Menyajikan laporan/hasil pengamatan/kesimpulan sesuai dengan sumber data

dengan tepat.

b) Menyampaikan hasil pengamatan atau kesimpulan dengan bahasa yang jelas.

c) Menyampaikan hasil diskusi dengan sistematis.

d) Menerima saran atau masukan dari teman.

e) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

1) Menanya

Menurut KBBI menanya merupakan kegiatan mengajukan pertanyaan.

Sedangkan bertanya merupakan suatu kegiatan untuk meminta keterangan atau

meminta supaya untuk diberi tahu tentang sesuatu. Bertanya merupakan salah satu

prinsip dalam pembelajaran kontekstual. Rusman (2010: 195) berpendapat bahwa

pada implementasi pembelajaran kontekstual, pertanyaan guru dan siswa harus

dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang

ada kaitannya dengan kehidupan nyata.

25
Menurut Kemendikbud (2013: 213) kriteria pertanyaan yang baik adalah (1)

singkat dan jelas, (2) menginspirasi, dan (3) fokus.

Berdasarkan kajian di atas, maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini

yakni:

a) mengajukan pertanyaan kepada guru.

b) mengajukan pertanyaan kepada guru;

c) mengajukan pertanyaan sesuai materi;

d) mengajukan pertanyaan dengan sopan, dan

e) menyampaikan pertanyaan dengan tenang dan langsung.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan sejumlah pengetahuan, perubahan perilaku dan sikap, serta keterampilan

yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dari kegiatan

tes materi pelajaran tertentu yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Indikator aspek kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan

indikator dari aspek afektif meliputi percaya diri dan sikap kerjasama, serta aspek

psikomotor meliputi keterampilan mengomunikasikan dan menanya.

2.3.3 Pengertian Pembelajaran

Istilah belajar terkait dengan kegiatan pembelajaran. Menurut Sagala (2013:

61), pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru

sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa atau murid. Pembelajaran

26
berarti aktivitas guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran

dapat berlangsung secara efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan

bermakna.Sedangkan menurut Komalasari (2013: 3) menjelaskan bahwa

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan

siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis

agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaraan secara efektif dan efisien.

Menurut pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan rangkaian kegiatan yang menjadikan siswa mengalami proses belajar

secara aktif dan bermakna, melalui kegiatan interaksi antara guru atau sumber belajar

dengan siswa.

2.4 Penelitian Relevan

Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas dalam

proposal ini.

1. Sri Wahyuningsih (2021) dalam jurnalnya yang berjudul (Pembelajaran

Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar

Siswa pada Materi Pokok Himpunan ).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa melalui aktivitas belajar

siswa dan hasil evaluasi belajar siswa setelah penerapan pembelajaran dengan

pendekatan konstruktivisme. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

kelas yang terdiri dari dua siklus yang memuat tahap perencanaan,

pelaksanaan, observasi evaluasi dan refleksi. Pendekatan yang digunakan

27
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.

Sebagai indikator penelitian adalah adanya peningkatan rata-rata skor hasil

balajar siswa maupun aktivitas belajar siswa. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

konstruktivisme dapat meningkatkan prestasi belajar siswa materi pokok

himpunan pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Kuripan Tahun Pelajaran

2011/2012.

2. Jeane Santi (2020) Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di

Kelas V SDN 3 Tolitoli. Permasalahan utama dan mendasar pada penelitian

ini adalah rendahnya hasil belajar siswa di kelas V SDN 3 Tolitoli dalam

pokok bahasan tumbuhan hijau. Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan tumbuhan hijau melalui

penerapan pendekatan konstruktivisme di kelas V SDN 3 Tolitoli. Penelitian

ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Dari

hasil tes siklus I dan II diliahat berdasarkan kriteria keberhasilan tindakan

penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan pendekatan

konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan

tumbuhan hijau di kelas V SDN 3 Tolitoli.

3. Hiliany Yanti,dkk. (2018) Meningkatkan Hasil Belajar Siswa IPS Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivis Di Kelas IV SDN 1 Puundoho.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk hasil belajar siswa pada mata pelajara

28
IPS melalui penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivis kelas IV SDN

1 Puundoho Kabupaten Kolaka Utara. Prosedur penelitian ini meliputi:

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar

observasi aktivitas dan evaluasi tes siklus. Teknik analisis data menggunakan

analisis deskriptif yaitu menghitung persentase aktivitas guru, dan ketuntasan

hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Indikator keberhasilan dalam

penelitian ini terdiri dua yaitu dari segi proses dan hasil. Hasil penelitian

menjukukan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivis dapat

meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa Kelas IV SDN 1

Puundoho pada materi keragaman suku bangsa dan budaya setempat.

4. Randi Eka Putra (2018), Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan

Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPS Di Kelas IV SD Negeri

51/II Desa Paku Aji Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh pembelajaran IPS yamg selama ini masih

berpusat kepada guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

peningkatan pembelajaran IPS melalui pendekatan Konstruktivisme yang

meliputi (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3) hasil belajar. Pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif sederhana. Data

penelitian ini berupa informasi tentang proses dan data hasil tindakan yang

diperoleh dari hasil pengamatan, hasil tes, diskusi dan dokumentasi. Hasil

29
penelitian ini menunjukkan aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami

peningkatan.

2.5 Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir berkaitan dengan kesimpulan untuk mengetahui adanya

hubungan antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Menurut Uma dalam

Sugiyono (2014: 60), bahwa kerangka pikir merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi

sebagai masalah yang penting.

Pembelajaran akan berhasil apabila guru melakukan penguatan dan proses

belajar tidak monoton dari guru maupun teman sebaya. Berdasarkan kajian dari

penelitian yang relevan, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan serta pengaruh

hasil belajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme.

Hasil itu kemudian menjadi acuan peneliti untuk melakukan penelitian dengan

pendekatan konstruktivisme. Dengan penerapan pendekatan konstruktivisme, maka

siswa dapat secara langsung menemukan konsep atau teori yang dapat dibuktikan

secara langsung sehingga materi yang diberikan oleh guru lebih menyenangkan dan

berkesan bagi siswa agar menjadi lebih giat belajar.

30
Kerangka pikir yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dilihat

berdasarkan gambar 2.1 berikut :

1. Siswa cenderung pasif ketika proses


pembelajaran berlangsung,
2. Guru belum maksimal menerapkan model
pembelajaran yang menuntut siswa aktif
Kondisi Awal dalam kegiatan pembelajaran,
3. Rendahnya minat siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah,
4. Ketuntasan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS masih rendah

Penerapan pendekatan konstruktivisme pada


penelitian ini dengan pendekatan menurut
Suprijono dengan langkah sebagai berikut.
1. Orientasi, memberi kesempatan kepada
siswa untuk berpendapat dan
mengembangkan idenya.
2. Elicitasi, membantu siswa mengembangkan
Proses idenya melalui gambar atau poster dll
3. Rekonstruksi ide, siswa menglarifikasikan
ide dengan cara mengontraskan ide-idenya
dengan ide orang lain atau teman melalui
diskusi.
4. Aplikasi ide, siswa mengkomunikasikan
hasil penyelidikan dan temuannya.
5. Reviu atau merevisi gagasan siswa dengan
menambah suatu keterangan atau dengan
cara mengubahnya menjadi lebih lengkap

Adanya peningkatan hasil belajar siswa tiap


siklusnya dalam pembelajaran IPS
Kondisi Akhir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penerapan pendekatan Konstruktivisme

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitiaan yang dilaksanakan merupakan penelitian tindakan kelas yang

mengacu kepada tindakan guru, ketika melaksanakan pembelajaran yang telah

dilaksanakan, Prosedur penelitian tindakan kelas ini, sebagaimana alur belajar

yaitu dimulai dari tahap (1). Perencanaan, (2). Tindakan, (3). Pengamatan. (4).

Refleksi dan diakhiri dengan tahap (5). Perbaikan.

Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi awal ke Kelas IV SD

Negeri 5 Ambon yang dijadikan objek penelitian dalam rangka mencari data

awal.

2. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan menggunakan jenis penelitian tindakan kelas

yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan Classroom Action

Research. Arikunto (2013: 130) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai

suatu pengamatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dalam sebuah

kelas dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran. Sejalan

dengan Arikunto. Lebih lanjut Kurt Lewin dalam Arikunto (2013: 131)

mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk

siklus, dan setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan (planning),

pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

39
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di kelas IV SD Negeri 5 Ambon. Kel Silale, Kec.

Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian tindakan kelas ini diperkirakan akan dilaksanakan dalam

waktu 1 bulan, dimulai setelah proposal ini diseminarkan.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Negeri 5 Ambon,

yang berjumlah 25 siswa terdiri dari 12 laki-laki dan 13 perempuan. Alasan

memilih subjek penelitian di kelas IV ini karena proses pembelajaran di kelas IV

masih perlu adanya suatu perbaikan dan inovasi agar proses pembelajaran menjadi

lebih menyenangkan sehingga siswa lebih aktif dalam belajar.

3.4 Tahapan Penelitian

Pada tahap awal, peneliti berkerjasama dengan guru kelas IV menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran IPS. Setelah penyusunan tersebut selesai,

kegiatan selanjutnya adalah penerapan pendekatan konstruktivisme dalam

pembelajaran IPS. Tahap selanjutnya adalah pengamatan menggunakan lembar

observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap terakhir yaitu

merespon kegiatan melalui kegiatan refleksi. Adapun alur siklus tindakan dalam

penelitian ini sebagai berikut.

40
Gambar 3.1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber: Arikunto, dkk., 2006: 74)

1. Siklus I

Siklus I dilaksanakan dua pertemuan sebagai usaha meningkatkan hasil

belajar siswa. Peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran berdasarkan K-13

yang berorientasi pada penerapan pendekatan Konstruktivisme yaitu:

a. Perencanaan (Planning)
1. Menganalisis Kompetensi Dasar (KD) untuk mengetahui materi

pokok.

2. Membuat perangkat pembelajaran berupa pemetaan, silabus, dan

Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan

pendekatan konstuktivisme.

41
3. Menyiapkan lembar observasi kinerja guru dan hasil belajar

(afektif dan psikomotor) siswa serta membuat soal tes untuk

mengukur pengetahuan siswa.

b. Pelaksanaan (Acting)

1) Pertemuan Pertama

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama

skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu:

a) Kegiatan Awal

1. Guru memberikan salam dan mengajak siswa berdoa.

2. Guru mengecek kehadiran siswa dengan absensi.

3. Guru mengadakan apersepsi dengan menyampaikan tentang

hal-hal yang berhubungan dengan materi.

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

1. Mengajukan permasalahan yang relevan dengan kehidupan

siswa. Permasalahan tersebut harus diidentifikasi dan

dijelaskan sehingga memudahkan siswa dalam mengaitkan

dengan pengalaman yang telah dimilikinya.

2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan dan mengembangkan ide-idenya terhadap

topik materi pelajaran.

42
3. Guru harus menghargai atas gagasan dari masing-masing

siswa dan tidak memberi perlakuan yang berbeda terhadap

gagasan-gagasan tersebut.

4. Siswa dibentuk menjadi kelompok diskusi dan

dipersilahkan untuk mengoreksi atas gagasan-gagasan

mereka.

5. Siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara

mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman

diskusi.

6. Siswa mengomunikasikan hasil penyelidikannya, tahap ini

guru menjadi fasilitator menampung gagasan siswa.

7. Mengajak semua siswa untuk mengapresiasi antara

gagasan/ide semula dengan gagasan yang baru saja

ditemukan dalam kelompok. Apakah perlu penyempurnaan

atas gagasan-gagasan yang pertama. Pada tahap ini

diharapkan akan terjadi proses pengkonstruksian atas

pengalaman dan pengetahuan siswa.

8. Guru dan siswa bersama-sama merevisi gagasan hasil

diskusi dengan menambah suatu keterangan atau dengan

cara mengubahnya menjadi lebih lengkap.

c) Kegiatan Penutup

1. Guru menutup kegiatan dengan menanyakan apa saja yang

sudah dipelajari hari ini dan apa yang siswa rasakan

43
2. Guru bersama siswa meluruskan kesalahan pemahaman

mengenai diskusi yang dilakukan.

3. Guru menyampaikan pesan moral dan PR kepada siswa.

4. Guru mengucapkan salam dan doa penutup.

2) Pertemuan kedua

Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran IPS pada pertemuan kedua

pada dasarnya sama dengan pertemuan pertama. Hanya berbeda pada

materi yang diajarkan. Pada pertemuan kedua dilaksanakan tes di akhir

pembelajaran.

c. Pengamatan

Pada tahap ini, observer mengobservasi kegiatan pembelajaran yang

sedang berlangsung. Aspek-aspek yang diobservasi yaitu kinerja guru dan

hasil belajar (afektif dan psikomotor) siswa dengan menggunakan lembar

observasi yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi

Pada akhir siklus pembelajaran, peneliti bersama-sama observer

melakukan analisis mengenai hasil kinerja guru dan hasil belajar siswa

selama pembelajaran berlangsung sebagai acuan dalam membuat rencana

perbaikan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

Peneliti membuat rencana pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran

yang diinginkan oleh peneliti. Dalam siklus kedua, peneliti merencanakan proses

44
pembelajaran melalui penerapan pendekatan konstruktivisme dengan langkah-

langkah:

a. Perencanaan (Planning)
1. Peneliti mencatat permasalahan yang dialami pada pelaksanaan

pembelajaran siklus I.

2. Peneliti merancang bagian isi mata pelajaran dan bahan ajar juga

media pembelajaran seperti gambar-gambar mengenai materi.

3. Peneliti menyiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pada

pelajaran IPS menggunakan pendekatan konstruktivisme.

4. Menyiapkan lembar observasi kinerja guru, hasil belajar (afektif

dan psikomotor) siswa, serta membuat soal tes formatif untuk

mengukur pengetahuan (kognitif) siswa.

b. Pelaksanaan (Acting)
1) Pertemuan Pertama

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama

skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu:

a) Kegiatan Awal

1. Guru memberikan salam dan mengajak siswa berdoa.

2. Guru mengecek kehadiran siswa dengan absensi.

3. Guru mengadakan apersepsi menyampaikan tentang hal-hal

yang berhubungan dengan masa materi.

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

45
b) Kegiatan Inti

1. Mengajukan permasalahan yang relevan dengan kehidupan

siswa. Permasalahan tersebut harus diidentifikasi dan

dijelaskan sehingga memudahkan siswa dalam mengaitkan

dengan pengalaman yang telah dimilikinya.

2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan dan mengembangkan ide-idenya terhadap

topik materi pelajaran.

3. Siswa dapat menyampaikan gagasannya tanpa ada rasa

takut.

4. Siswa dibentuk menjadi kelompok diskusi dan

dipersilahkan untuk mengoreksi atas gagasan-gagasan

mereka dengan cara mencarinya dalam buku IPS kelas IV.

5. Siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara

mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman

diskusi.

6. Siswa mengomunikasikan hasil penyelidikannya, pada

tahap ini guru menjadi fasilitator.

7. Mengajak semua siswa untuk mengapresiasi antara

gagasan/ide semula dengan gagasan yang baru saja

ditemukan dalam kelompok. Apakah perlu penyempurnaan

atas gagasan-gagasan yang pertama. Pada tahap ini

46
diharapkan akan terjadi proses pengkonstruksian atas

pengalaman dan pengetahuan siswa.

8. Guru dan siswa bersama-sama merevisi gagasan hasil

diskusi dengan menambah suatu keterangan atau dengan

cara mengubahnya menjadi lebih lengkap.

c) Kegiatan Penutup

1. Guru menutup kegiatan dengan menanyakan apa saja yang


sudah dipelajari hari ini dan apa yang siswa rasakan.
2. Guru bersama siswa meluruskan kesalahan pemahaman
mengenai diskusi yang dilakukan.
3. Guru menyampaikan pesan moral dan PR kepada siswa.
4. Guru mengucapkan salam dan doa penutup.
c. Pengamatan

Pada tahap ini, observer mengobservasi kegiatan pembelajaran yang

berlangsung. Aspek-aspek yang diobservasi yaitu kinerja guru, dan hasil

belajar (afektif dan psikomotor) siswa dengan menggunakan lembar

observasi yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi

Pada akhir siklus pembelajaran, observer dan peneliti melakukan

analisis mengenai hasil kinerja guru dan hasil belajar siswa selama

pembelajaran berlangsung. Hasil analisis menunjukkan bahwa penelitian

tindakan kelas telah sesuai dengan harapan sehingga penelitian dihentikan

pada siklus II.

47
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan dua cara, yaitu:

1. Non Tes

Teknik non tes merupakan alat penilaian yang digunakan untuk

mendapatkan informasi mengenai keadaan siswa. Teknik non tes digunakan untuk

mendapatkan data secara tidak langsung berkaitan dengan tingkah laku siswa.

Teknik non tes yang digunakan oleh peneliti adalah teknik observasi berupa

pengamatan oleh peneliti dan observer terhadap guru kelas dan siswa saat

pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan pada tiap pertemuan dengan

menggunakan lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa. Lembar aktivitas

guru digunakan untuk mengetahui kinerja guru selama dalam proses mengajar.

Sedangkan lembar aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui kegiatan siswa

dalam proses pembelajaran. Keduanya digunakan untuk acuan perbaikan dalam

proses pembelajaran.

2. Tes

Tes digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif melalui

tes tertulis. Variabel yang diukur menggunakan teknik ini adalah hasil belajar

kognitif siswa atau pengetahuan siswa setelah mengikuti pembelajaran IPS

dengan penerapan pendekatan konstruktivisme melalui tes di setiap akhir siklus.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpul data berupa lembaran penilaian dan lembar tes yang

digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap kemampuan guru dalam

48
pelaksanaan pembelajaran, aktivitas pembelajaran dan hasil belajar IPS siswa.

Berdasarkan hal ini peneliti dapat merefleksi tindakan yang telah dilakukan.

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah:

1. Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan adalah alat penilaian digunakan untuk mengukur

tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat

diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Sudjana,

2006: 84).

Lembar pengamatan dibagi menjadi lima kategori yaitu:

a. Lembar Pengamatan Guru

Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengamati guru dalam

pembelajaran IPS yang menerapkan Pendekatan konstruktivistik. Lembar

pengamatan ini digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung, yang

dilakukan oleh dua orang sebagai pengamat yaitu guru. Dalam lembar

pengamatan ini terdapat kriteria penilaian yaitu baik, cukup dan kurang.

b. Lembar pengamatan siswa

Lembar pengamatan aktivitas siswa digunakan untuk mengamati siswa

dalam pembelajaran IPS yang menerapkan Pendekatan konstruktivistik untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Lembar penilaian ini digunakan

pada saat proses pembelajaran berlangsung, yang dilakukan oleh dua orang

49
sebagai pengamat yaitu guru. Dalam lembar penilaian ini terdapat kriteria

penilaian yaitu baik, cukup dan kurang.

c. Lembar pengamatan Afektif

Lembar pengamatan afektif digunakan untuk mengamati pengembangan

afektif siswa dalam pembelajaran IPS yang menerapkan Pendekatan

Konstruktivistik yang terdiri dari beberapa aspek.

d. Lembar pengamatan Psikomotorik

Lembarpengamatan psikomotorik digunakan untuk mengamati

pengembangan psikomotorik siswa dalam pembelajaran IPS yang menerapkan

Pendekatan Konstruktivistik yang terdiri dari beberapa aspek.

2. Lembar Tes

Lembar tes digunakan untuk menilai hasil pembelajaran berbentuk tes

tertulis yang dilaksanakan diakhir pembelajaran (post test) yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian siswa terhadap materi.

3.7 Teknik Analisis Data

Data diolah dengan menganalisis semua hasil penelitian yang diperoleh dari

tindakan pertama dan kedua yang termuat dalam lembar pengamatan pada aspek

yang telah ditentukan dengan menerapkan teknik persentase. Data pengamatan

dianalisis dengan menghitung rata-rata skor pengamatan. Data yang diperoleh

tersebut digunakan untuk merefleksi tindakan yang telah dilakukan dan diolah

dengan menghitung skor setiap aspek yang diamati.

50
1. Data Pengamatan

Analisis data pengamatan menggunakan skala penilaian (Sudjana, 2006:

132). Makna dari nilai tersebut yaitu semakin tinggi nilai yang dihasilkan semakin

baik pembelajaran, demikian juga sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh

semakin kurang baik proses pembelajaran.

Penentuan nilai untuk tiap kriteria menggunakan persamaan yaitu rata rata

skor, skor tertinggi, skor terendah, selisih skor, dan kisaran nilai untuk tiap

kriteria. Rumus tersebut adalah sebagai berikut :

Jumlah Skor
 Rata-rata Skor =
Jumlah Pengamat

 Skor tertinggi = Jumlah butir pengamatan x skor tertinggi tiap soal

 Skor terendah = Jumlah butir pengamatan x skor terendah tiap soal

 Selisih Skor = Skor tertinggi- Skor Terendah

 Kisaran tiap kriteria = Selisih skor Jumlah kriteria dibagi jumlah kriteria

penilaian (Sudjana, 2006:132)

Data pengamatan terdiri dari dua, yaitu:

a. Lembar pengamatan Guru

Skor tertinggi untuk tiap butir pengamatan 3, skor terendah untuk tiap butir

pengamatan adalah 1, jumlah butir pengamatan adalah 33 dan skor terendah

adalah 11 sedangkan selisih skor adalah 22.

51
Selisih Skor 22
Kisaran tiap kriteria = = 7.33 dibulatkan menjadi 7
Jumlah Kriteria 3

Hasil kisaran nilai untuk tiap kategori pengamatan dilukiskan dalam berikut:

Tabel 3.1. Interval Kategori Penilaian Aktivitas Guru

No Interval Skor Kategori


1 11-18 Kurang
2 19-26 Cukup
3 27-33 Baik

b. Lembar Pengamatan Siswa

Skor tertinggi untuk tiap butir pengamatan 3 (baik), skor terendah untuk tiap

butir pengamatan adalah 1 (kurang), jumlah butir pengamatan 11 maka skor

tertinggi adalah 33 dan skor terendah adalah 11 sedangkan selisih skor adalah 22.

Selisih Skor 22
Kisaran tiap kriteria = = 7.33 dibulatkan menjadi 7
Jumlah Kriteria 3

Hasil kisaran nilai untuk tiap kategori pengamatan dilukiskan dalam berikut:

Tabel 3.2. Interval Kategori Penilaian Aktivitas Siswa

No Interval Skor Kategori


1 11-18 Kurang
2 19-26 Cukup
3 27-33 Baik

52
2. Analisis Data Hasil Belajar

a. Hasil Belajar Kognitif

1) Lembar Tes

Data hasil belajar dianalisis dengan cara sebagai berikut :

a) Mengoreksi hasil lembar jawaban siswa dengan menggunakan kunci

jawaban yang telah disediakan.

b) Memberikan skor dari setiap jawaban siswa yang benar berdasarkan

bobot nilai yang telah ditetapkan.

c) Memberikan nilai dengan satuan 0-100

Untuk menghitung hasil belajar

1) Nilai Rata-rata Siswa

X=
∑x
n

Keterangan :

X : Nilai Rata-rata yang dicari


∑x : Jumlah nilai siswa
n : Jumlah siswa
(Sumber: Sudjana, 2006)

2) Menghitung persentase ketuntasan belajar kognitif siswa secara klasikal.

P=
∑ Siswa Tuntasbelajar x 100
∑ Siswa

53
(Sumber: Sudjana, 2006)

Tabel 3.3 Ketuntasan Hasil Belajar


No Skor Predikat
1 ≥ 66 Tuntas
2 ˂66 Tidak Tuntas

3. Analisis belajar Afektif

Lembar penilaian afektif terdiri dari lima aspek yaitu (1) menerima, (2)

menanggapi, (3) menilai, (4) mengelola, dan (5) menghayati. Penilaian ini

dilakukan selama proses pembelajaran yang disertai dengan deskriptor dari setiap

aspek dengan jumlah kriteria penilaian 5.

Skor tertinggi adalah 15

Skor terendah adalah 5

Selisih skor adalah 10

Selisih Skor 10
Kisaran tiap kriteria = = 3,33
Jumlah Kriteria 3

Jadi rentang nilai untuk setiap aspek afektif disajikan dalam berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian setiap Butir afektif siswa

No Interval Skor Kategori


1 5 – 8,3 Kurang
2 8,4 – 11,7 Cukup
3 11,8 - 15 Baik
(Sumber : Sudjana, 2006)

54
4. Analisis belajar Psikomotor

Jumlah seluruh mencakup menirukan, memanipulasi, pengalamiahan dan

artikulasi dengan jumlah kriteria penilaian 3. Berdasarkan rumus yang telah

disebutkan di atas, maka diperoleh data sebagai berikut:

Skor tertinggi adalah 12

Skor terendah adalah 4

Selisih skor adalah 8

Selisih Skor 8
Kisaran tiap kriteria = = 2,6
Jumlah Kriteria 3

Jadi rentang nilai untuk setiap aspek psikomotor disajikan dalam berikut:

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian setiap Butir psikomotor siswa

No Interval Skor Kategori


1 4 – 6,6 Kurang
2 6,7 – 9,3 Cukup
3 9,4 - 12 Baik
(Sumber : Sudjana, 2006)

3.8 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan kualitas proses pembelajaran penerapan pendekatan

konstruktivistik pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa kelas IV SDN 5 Ambon yaitu:

1) Aktivitas Guru

Jika rata-rata skor aktivitas guru berada pada rentang 27-33 (kategori baik).

2) Aktivitas Siswa

55
Jika rata-rata skor aktivitas siswa berada pada rentang 27-33 (kategori baik).

3) Hasil Belajar IPS siswa kelas IV

a. Ranah kognitif

Jika rata-rata siswa memperoleh nilai ≥ 70 dan tuntas secara klasikal apabila

75% setiap individu memperoleh nilai ≥ 70 (Kemendiknas, 2011:38 ).

b. Ranah Afektif

Apabila nilai afektif siswa pada rentang 11,8-15 (Kategori Baik) dan

meningkat pada setiap siklusnya.

c. Ranah Psikomotor

Apabila nilai psikomotor siswa pada rentang 9,4-12 (Kategori Baik) dan

meningkat pada setiap siklusnya

56
DAFTAR PUSTAKA

________Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.
Ahmad Susanto. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group)
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM.
Surabaya: Pustaka Pelajar.
Andi Prastowo. (2013). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press
Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK.
Yamara Widya. Bandung.
Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta. Jakarta.
Dahar,R.(1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satwn Pelajaran


Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Pedoman Penulisan Karya flmiah.


Bandung: UPI.

Hanafiah, Nanang, dkk. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT


Refika Aditama.
Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Hamalik, Oemar. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah, (2012). Desain Pembelajaran. Bandung: MQS Publishing.


Hariyanto. 2014. Asessmen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Direktorat


Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Jean Piaget, 2002. Tingkat Perkembangan Kognitif. Jakarta, Gramedia

57
Jasumayanti, Eka. 2013. Korelasi Antara Pendekatan Konstruktivisme dengan
Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS SD. (Online). Jurnal
Penelitian Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta..html.( diakses
pada 15 April 2022, pukul 19.59 WIT).
Karli, H dan Sri Yuliariatiningsih, M. (2004). Model-model Pembelajaran.
Bandung : CV. Bina Media Informasi.
KBBI, 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
http://kbbi.web.id/pusat, [Diakses 25 September 2022]

Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud KTSP


(2006). Jakarta : PB. Dharma Bakti.

Kemendikbud. 2014. Panduan Teknis Pembelajaran dan Penilaian. Jakarta:


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstul : Konsep dan Aplikasi.
Bandung : PT Refika Adiatama.
Maulana. (2006). Penggunaan Metafora Dalam Perkuliahan Matematika. Jurnal
Pendidikan Dasar.4. (5), 27-31.

Moleong, Lexi. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Muhibbin Syah.2010.Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru.Bandung:PT


Remaja Rosdakarya.

Nasution, M. N. 2004. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia.


Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi Dan
Pendidikan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media


Group.

58
A.M, Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana, (2006). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Suharjo.(2006). Mengenal pendidikan sekolah dasar teori dan praktek. Jakarta:


Dikti
Sugiyono. ( 2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alphabet.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujana, Atep, dkk. 2009. Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang :
UPI.
Sumber: fyttp://id.wikipedia.ors//wikL/teoti perkembanganjcognitif)

Sumber:http://fip.uny.ac.id/pjj/wpconten/uploads/2008/02/
inisiasi__pengembangan _pembelajaran_ipa_l .pdf).

Sumber:www.gecK;ities.com/no_vyant/Ss_inisiasi_sem2/
inisiasi_pengembangan_ pembelaj aran_ipa__4. doc).
Suparno, P. (1997). Filsqfot Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius
Sapriya. (2009) Pendidikan IPS. Bandung: Rosda Karya.

Suryabrata, Sumadi, (2011). Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada
Uno, Hamzah, Nurdin Mohamad, (2011). Belajar Dengan Pendekatan Pailkem.
Jakarta: PT Bumi Aksara

Trianto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :


Rosda

59

Anda mungkin juga menyukai