BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahirnya rekam medis berjalan sejajar dengan lahirnya ilmu kedokteran karenanya sejak Zaman
Batu (Paleolithic) lebih kurang 25.000 SM di Spanyol rekam medis telah ada, tetapi dalam bentuk
yang primitif sekali berupa pahatan pada dinding gua.
Pada zaman Mesir Kuno (Egyptian Period) telah dikenal Dewa Thoth ahli pengobatan yang
dianggap Dewa Kebijaksanaan dikenal sebagai dewa berkepala iblis. Ia mengarang 36 buah – 42
buku.Diantaranya 6 buku mengenai masalah kedokteran (tubuh manusia, penyakit, obat-obatan
penyakit mata dan kebidanan)
Imhotep adalah dokter yang pertama menjalankan rekam medis. Hidup di zaman Piramid
3.000-2.500 SM. Ia adalah pegawai negeri tinggi, Kepala Arsitek Negri serta penasehat Medis
Fira’un, kemudian ia dihormati sebagai medical demiggod seperti Aesculapius : Ia membuat Papyrus
(dokumen ilmu kedokteran kuno yang berisi 43 kasus pembedahan).
Papyrus ini selama berabad-abad menghilang dan baru diketemukan pada abad XIX oleh
seorang berkebangsaan Inggris bernama Edwin Smith, hingga kemudian dinamakan : Edwin Smith
Papyrus. Papyrus ini saat ini disimpan di New York Academy of Medicine, USA.
Lembaran papyrus lain diketemukan pada tahun 1972 di kaki mumi di Necropolis ditulis sejak
tahun 1550 SM, yang kemudian dijual pada seorang archeolog Jerman bernama Georg Ebers hingga
kemudian dikenal sebagai Papyrus Ebers.
Sebelum perang dunia ke II papyrus ini berada di University of Leipzing. Di Leipzing
(Polandia) isi Papyrus Ebers diketahui adalah observasi yang cermat mengenai penyakit dan
pengobatan yang dikerjakan secara teliti dan mendalam.
Pada zaman Yunani dikenal Aesculapius yang dianggap sebagai dewa kedokteran dan
mempunyai tongkat dililit ular yang hingga kini masih dipakai sebagai simbol ilmu kedokteran
diseluruh dunia. Aesculapius melakukan praktek ilmu kedokteran di Delphi, bekas reruntuhan
kuilnya berada di dekat gunung Parna Zeus.
Ilmu kedokteran di Yunani disebarkan oleh sepuluh dokter yang disebut Aesclepadae sedang
kuil tempat penderita disebut Aesculapia (1134 SM). Selain kuil tersebut pengobatan lainnya di kota
Epidaurus (Secred Grove) atau disebelah Barat Althena.
Pada 460 SM dikenal Hippocrates yang hingga kini disebut sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.Ia
yang mulai mengenyampingkan ramalan dan pengobatan secara mistik dengan praktek kedokteran
secara ilmu pengetahuan modern.
Semenjak masa pra kemerdekaan rumah sakit di Indonesia sudah melakukan kegiatan
pencatatan, hanya saja masih belum dilaksanakan dengan penataan baik, atau mengikuti sistem yang
benar, penataan masih tergantung pada selera pimpinan masing-masing rumah sakit.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1960, kepada semua staf
kesehatan diwajibkan unatuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam medis.
Dalam pasal 22 sebagai salah satu pasal permenkes No. 749a tahun 1989 tersebut disebutkan
bahwa hal-hal tehnis yang belum diatur dan petunjuk pelaksanaan peraturan ini akan ditetapkan oleh
Direktur Jenderal sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Sejalan dengan pasal 22 tersebut maka
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik telah menyusun Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam
Medis/Medical Record di Rumah Sakit dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik
No. 78 Tahun 1991 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit.
Dengan adanya perkembangan akan kebutuhan dengan mengantisipasi perkembangan pelayanan
maupun IPTEK dilakukan penyempurnaan petunjuk tentang pengelolaan rekam medis rumah sakit.
Proses pelayanan diawali dengan identifikasi pasien baik jati diri, maupun perjalanan
penyakit, pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medis lainnya yang akan dijadikan dasar di
dalam menentukan tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya
yang diberikan kepada seorang pasien yang datang ke rumah sakit.Jadi falsafah Rekam Medis
mencantumkan nilai Administrasi, Legal, Finansial, Riset, Edukasi, Dokumen, Akurat,
Informatif dan dapat dipertanggungjawabkan (ALFRED AIR).
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar kegiatan
pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai satu sistem penyelenggaraan rekam medis.
Sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan daripada
penyelenggaraan rekam medis. Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan
yang dimulai pada saat diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data
medik pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medik di rumah sakit dan dilanjutkan
dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta
pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman oleh
pasien atau untuk keperluan lainnya.
b. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut dipergunakan
sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada
seorang pasien.
d. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di rumah sakit. Tanpa adanya bukti
catatan tindakan/pelayanan, maka pembayaran pelayanan di rumah sakit tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
e. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai penelitian, karena isinya mengandung
data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan.
f. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut
data/informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medik yang
diberikan kepada pasien.Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan/referensi di bidang
profesi si pemakai.
g. Aspek Dokumentasi.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menjadi sumber
ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan
laporan rumah sakit.
Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut di atas, rekam medis mempunyai kegunaan
yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan
saja.
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian di
dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien.
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang
pasien.
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit, dan pengobatan
selama pasienberkunjung/dirawat di Rumah Sakit
d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan
yang diberikan kepada pasien.
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan
lainnya.
f. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan.
C. Batasan Operasional
1. Manajemen Rekam Medis
Adalah kegiatan penyelenggaraan rekam medis di Rumah Sakit Mekar Sari yang terdiri dari
koding, indeksing, assembling, penyimpanan rekam medis, pendistribusian rekam medis dan
pelaporan rekam medis.
2. Rekam Medis
Adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnese,
penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan
kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang
mendapatkan pelayanan gawat darurat”.
3. Pendaftaran Pasien Rawat Inap
Adalah tempat penerimaan / pendaftaran pasien rawat inap.
a. Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
Adalah tempat penerimaan / pendaftaran pasien rawat jalan.
b. Tracer
Adalah pembatas rekam medis atau pengganti dari rekam medis yang sedang di pinjam.
c. ICD X
Adalah kepanjangan dari International Classification of Disease Ten Revision. ICD X
digunakan untuk mengkode diagnosa penyakit pasien rawat jalan maupun rawat inap.
d. ICD 9 CM
Adalah kepanjangan dari International Classification of Disease,Ninth Revision, Clinical
Modification digunakan untuk mengkode tindakan pasien rawat jalan maupun rawat inap.
e. Kartu berobat
Adalah kartu yang diberikan kepada pasien dimana isi kartu tersebut adaalah nomor
rekam medis dan nama pasien. Kartu tersebut digunakan untuk mempermudah pencarian
kembali rekam medis pasien yang akan berobat.
1. Undang-undang Tenaga Kesehatan pasal 2 (Lembaran Negara Tahun 1963 No. 78).
2. Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran.
3. Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga rekam medis.
4. Surat Keputusan Menkes RI No.034/BIRHUP/1972. Ada kejelasan bagi rumah sakit
menyangkut kewajiban untuk menyelenggarakan rekam medis dengan kegiatannya menunjang
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, meliputi membuat rekam medis berdasarkan
ketentuan yang telah ditetapkan, serta merawat statistik yang telah up to date. Melalui
peraturan-peraturan tentang rekam medis, diharapkan rumah sakit dapat menyelenggarakan
rekam medis berjalan sebagaimana yang diharapkan.
5. Permenkes No.749a/MENKES/PER/XII/1989 tentang rekam medis merupakan landasan hukum
yang harus dipedomani bagi semua tenaga medis dan para medis serta tenaga kesehatan lainnya
yang terlibat di dalam penyelenggaraan rekam medis.
5.SK Dir Jen Yan Medik tahun 1991, Nomor : 78/Yan.Med/RS.Um.Dik/YMU/I/91 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit.
6.Permenkes RI No 575/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis.
STANDAR KETENAGAAN
Jumlah 27
B. Distribusi Ketenagaan
SDM unit rekam medis Rumah Sakit Mekar Sari berjumlah 27 orang dan sesuai dengan struktur
organisasi unit rekam medis terbagi menjadi 2 bagian yaitu Manajemen Rekam Medis ,Informasi dan
Pendaftaran Pasien Rawat Jalan dan Informasi dan Pendaftaran Pasien Rawat Inap.
Unit rekam medis Rumah Sakit Mekar Sari dikepalai oleh seorang kepala unit dengan pendidikan D3
Pelaksana assembling,
Administrasi dan surat SLTA 1 Shift 1
keterangan medis
Jumlah 10
Tabel Distribusi SDM Informasi dan Pendaftaran Rawat Jalan dan Rawat Inap
Pelaksana Informasi
dan Pendaftaran Rawat S1, DIII , SLTA 3 Shift 11
Jalan
Pelaksana Informasi
dan Pendaftaran Rawat DIII 3 Shift 4
Inap
Jumlah 15
BAB III
2. Daftar Inventaris Peralatan di pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap
BAB IV
Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Mekar Sari memiliki beberapa kebijakan sebagai berikut :
1. Setiap pasien rumah sakit Mekar Sari memiliki satu nomor Rekam Medis.
2. Lokasi penyimpanan rekam medis pasien rawat jalan dan rawat inap disimpan di dalam satu
tempat yang hanya dapat diakses oleh staf rekam medis.
3. Sistem penyimpanan rekam medis adalah sistem sentralisasi.
4. Pengambilan berkas rekam medis menggunakan tracer.
5. Sistem penjajaran rekam medis adalah sistem terminal digit menggunakan kode warna 2 angka
terakhir dan kode warna tahun kunjungan.
6. Sistem penomoran rekam medis menggunakan sistem nomor secara unit numbering system
7. Setiap pasien yang pulang rawat inap dibuatkan Ringkasan Perawatan Pasien (Resume).
8. Rekam medis pasien didaftar secara lengkap di dalam resume medis
9. Resume pelayanan adalah resume pelayanan rawat jalan dan resume pelayanan rawat inap
10. Kegiatan pelayanan rekam medis dilaksanakan dengan membuat sensus harian.
11. Pelaporan rekam medis secara berkala terdiri atas laporan internal dan eksternal seperti yang telah
ditetapkan.
12. Singkatan yang digunakan dan yang tidak boleh digunakan,simbol yang digunakan dan yang
tidak boleh digunakan,definisi dalam rekam medis didata dan dibakukan.
13. Sistem kode diagnosa (ICD 10) dan kode tindakan (ICD 9) didata dan dibakukan.
14. Seluruh pelayanan dokumen rekam medis dilaksanakan oleh staf rekam medis.
15. Unit rekam medis melayani pembuatan Surat Keterangan Lahir
16. Sistem pendokumentasian rekam medis berupa sistem pendaftaran,distribusi,assembling,coding,
filling ,dan pelaporan.
17. Pihak yang berwenang mengisi berkas rekam medis sesuai porsi masing-masing adalah :
a. Staf Pendaftaran i. Ahli Gizi
b. Staf Rekam medis j. Penata Anastesi
c. Dokter Umum k. Fisioterapis
d. Dokter Spesialis l. Speechterapis
e. Dokter Gigi m. Apoteker
f. Dokter Gigi Spesialis
g. Perawat
h. Bidan
18. Pihak yang berwenang mengisi berkas rekam medis wajib simpan rahasia kedokteran dan
menghormati kerahasiaan tersebut.
19. Staf pendaftaran,staf rekam medis,peminjam internal dan mahasiswa magang disumpah untuk
menjaga kerahasiaan isi rekam medis.
20. Bagi pasien yang memerlukan data rekam medis, dapat diberikan salinan/copy resume atau
ringkasan perawatan pasien.
21. Permintaan rekam medis hanya bisa diberikan untuk kepentingan pengobatan pasien dan untuk
kepentingan lain harus sesuai aturan dan pinjaman menggunakan formulir peminjaman.
a. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter spesialis yang melayani pasien di
Rumah Sakit Mekar Sari.
b. Dokter tamu yang merawat pasien di Rumah Sakit Mekar Sari.
c. Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat langsung dalam pelayanan
antara lain ; Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Tenaga Laboratorium Klinik, Gizi, Anastesi,
Penata Rontgen, Rehabilitasi Medis, Rekam Medis dan lainnya.
d. Dalam hal dokter ke luar negeri maka yang melakukan tindakan/konsultasi kepada pasien
yang mengisi rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit Mekar
Sari.
Secara hukum tidak ada bantahan bahwa pemilikan rekam medis pasien oleh rumah sakit.
Rumah sakit sebagai pemilik segala catatan yang ada di rumah sakit, termasuk rekam medis. Hal
ini mengingat karena catatan-catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis merupakan
rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan oleh instalasi pelayanan kesehatan kepada pasien.
Jadi bukti dokumentasi tersebut adalah sebagai tanda bukti rumah sakit terhadap segala usahanya
dalam menyembuhkan pasien. Isi rekam medis menunjukkan pula baik buruknya upaya
penyembuhan yang dilakukan instansi pelayanan kesehatan tersebut.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian bagi para staf pelayanan kesehatan yang
terlibat pada pelayanan kesehatan kepada pasien. :
a. Tidak diperkenankan untuk membawa berkas rekam medis keluar dari instansi pelayanan
kesehatan, kecuali atas izin pimpinan dan dengan sepengetahuan kepala Unit rekam medis,
yang peraturannya digariskan oleh Direktur Rumah Sakit Mekar Sari.
b. Staf Rekam Medis antara lain bertanggung jawab penuh terhadap kelengkapan dan
penyediaan berkas yang sewaktu-waktu dapat dibutuhkan oleh pasien.
c. Staf ini harus betul-betul menjaga agar berkas tersebut tersimpan dan tertata dengan baik
dan terlindung dari kemungkinan pencurian berkas atau pembocoran isi berkas rekam medis.
d. Itulah sebabnya maka Staf Rekam Medis harus menghayati berbagai peraturan mengenai
prosedur penyelesaian pengisian berkas bagi para aparat pelayanan kesehatan maupun tata
cara pengolahan berkas secara terperinci, yang kesemuanya dilakukan demi menjaga agar
berkas rekam medis dapat memberikan perlindungan hukum bagi rumah sakit, staf
pelayanan kesehatan maupun pasien.
Dalam kaitan ini boleh ataupun tidaknya pasien mengerti akan isi daripada rekam medis
adalah amat tergantung pada kesanggupan pasien untuk mendengar informasi mengenai
penyakitnya yang dijelaskan oleh dokter yang merawatnya.
Dengan adanya minat pihak ketiga seperti badan-badan asuransi, polisi, pengadilan dan
lain sebagainya terhadap rekam medis seorang pasien maka tampak bahwa rekam medis telah
menjadi milik umum. Namun pengertian umum disini bukanlah dalam arti bebas dibaca
masyarakat, karena walaupun bagaimana rekam medis hanya dapat dikeluarkan bagi berbagai
maksud/kepentingan berdasarkan otoritas pemerintah/badan yang berwenang yang secara
hukum dapat dipertanggungjawabkan. Bilamana peraturan secara khusus belum ada maka
perihal penyiaran atau penerusan informasi kepada pasien, dokter, orang lain yang ditunjuk
adalah bersifat administratif, pihak Rumah Sakit akan memperhatikan berbagai faktor yang
terlibat sebelum menjawab permohonan pasien atau pihak lainnya untuk melihat berkas rekam
medis. Dalam hal ini Rumah Sakit bertanggung jawab secara moral dan hukum sehingga
karenanya berupaya untuk menjaga agar jangan sampai terjadi orang yang tidak berwenang
dapat memperoleh informasi yang terdapat dalam rekam medis pasien. Pengamanan harus
dimulai sejak pasien masuk, selama pasien dirawat dan sesudah pasien pulang.
Yaitu laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis sebagai hasil pemeriksaan,
pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien. Informasi ini tidak boleh disebarluaskan
kepada pihak-pihak yang tidak berwenang, karena menyangkut individu langsung si
pasien.Walaupun begitu perlu diketahui pula bahwa pemberitahuan keadaan sakit si pasien
kepada pasien maupun keluarganya oleh orang rumah sakit selain dokter yang merawat sama
Jenis informasi yang dimaksud disini adalah perihal identitas (nama, alamat, dan lain-
lain) serta infomasi lain yang tidak mengandung nilai medis. Informasi jenis ini terdapat dalam
lembaran paling depan berkas rekam medis rawat jalan maupun rawat nginap (Ringkasan
Riwayat Klinik ataupun Ringkasan Masuk dan Keluar). Namun sekali lagi perlu diingat bahwa
karena diagnosa akhir pasien mengandung nilai medis maka lembaran tersebut tetap tidak boleh
disiarkan kepada pihak-pihak yang tidak berwenang. Walaupun begitu staf tenaga bantuan,
perawat, staf perekam medis maupun staf Rumah Sakit lainnya harus berhati-hati bahwa ada
kalanya identitas pasienpun dianggap perlu disembunyikan dari pemberitaan, misalnya apabila
pasien tersebut adalah orang terpandang di masyarakat ataupun apabila pasien adalah seorang
tanggungan polisi (buronan). Hal ini semata-mata dilakukan demi ketenangan si pasien dan demi
tertibnya keamanan Rumah Sakit dari pihak-pihak yang mungkin bermaksud mengganggu. Oleh
kaena itu dimanapun staf itu berdinas tetap harus memiliki kewaspadaan yang tinggi agar
terhindar dari kemungkinan tuntutan ke pengadilan.
Sumber hukum yang bisa dijadikan acuan di dalam masalah kerahasiaan suatu sumber
informasi yang menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah No. 10
tahun 1966 yaitu mengenai “Wajib Simpan Rahasia Kedokteran”. Dengan adanya Peraturan
Pemerintah itu maka siapapun yang bekerja di rumah sakit, khususnya bagi mereka yang
berhubungan dengan data rekam medis wajib memperhatikan ketentuan tersebut.
Pasal 1 :
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-
orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan
kedokteran.
Pasal 3:
Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang
dilakukan terhadap pasien berupa diagnostik atau terapeutik. Semua tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Persetujuan dapat diberikan secara tertulis
maupun lisan.
Setiap pasien yang mendapat pelayanan di rumah sakit mempunyai hak untuk memperoleh atau
menolak pengobatan. Bila pasien dalam perwalian maka walilah yang mengatasnamakan
keputusan hak tersebut pada pasien.
Di Rumah Sakit Mekar Sari hal mengenai keputusan pasien (atau wali) dapat dikemukakan
dengan 2 cara, yang lazim dikenal dengan persetujuan meliputi :
a. Persetujuan langsung, berarti pasien / wali segera menyetujui usulan pengobatan yang
ditawarkan pihak rumah sakit. Persetujuan dapat dalam bentuk lisan atau tulisan.
Selain kedua jenis persetujuan di atas terdapat pula suatu jenis persetujuan khusus dalam
hal mana pasien / wali wajib mencantumkan pernyataan bahwa kepadanya telah dijelaskan suatu
informasi terhadap apa yang akan dilakukan oleh tim medis, resiko dan akibat yang akan terjadi
bilamana suatu tindakan diambil.Persetujuan ini dikenal dengan istilah informed consent, hanya
diperlukan bilamana pasien akan dioperasi atau akan menjalani prosedur pembedahan
tertentu.Pemberian persetujuan atau penolakan terhadap perlakuan yang akan diambil tersebut
menjadi bukti yang syah bagi rumah sakit, pasien, dan dokter.
a. Disaat pasien akan dirawat : Penandatanganan dilakukan setelah pasien mendapat penjelasan
dari staf penerima pasien di tempat pendaftaran. Penandatanganan persetujuan disini adalah
untuk pemberi persetujuan dalam pelaksanaan prosedur diagnostik, pelayanan rutin rumah
sakit dan pengobatan medis umum.
b. Persetujuan khusus (Informed Consent) : sebelum dilakukannya suatu tindakan medis di luar
prosedur a. di atas misalnya pembedahan.
Ini sesuai PERMENKES No:290/Men.Kes/Per/III/2008 pada pasal 3 bahwa setiap
tindakan medik yang mengandung resiko tinggi harus dengan persetujuan tertulis yang
ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
Dokter yang menangani pasien harus menjelaskan hal-hal yang akan dilakukannya secara
jelas. Dalam hal ini, dokter jangan sekali-kali memberi garansi kesembuhan pada pasien, tetapi
didiskusikan dan dijelaskan keuntungan yang diharapkan sehingga pasien dapat berpikir dan
menetapkan keputusannya. Dokter dapat meminta persetujuan kepada suami/isteri pasien , apabila
pasien karena mempengaruhi fungsi seksual atau reproduksi pasien atau tindakan yang dapat
mengakibatkan kematian janin dalam kandungan. Keputusan ini diambil sebagai upaya hubungan
kemanusiaan dan tidak mutlak untuk mengobati pasien .
Dalam masalah persetujuan ini rumah sakit sering menghadapi permasalahan seperti
untuk kasus otopsi dan adopsi. Pada dasarnya otorisasi untuk otopsi, adopsi adalah sama seperti
untuk operasi/pembedahan. Dalam hal ini rumah sakit harus betul-betul terjamin keselamatannya
melalui bukti-bukti tanda tangan dari orang-orang yang berhak.
Berkas dari pasien yang akan diotopsi harus memiliki lembaran perintah otopsi. Perintah
pelaksanaan otopsi dapat ditinjau dalam dua kejadian:
a. Otopsi atas permintaan keluarga pasien, dimana didalamnya terdapat tanda tangan keluarga
pasien
b. Otopsi atas permintaan polisi untuk pembuktian
Adanya permintaan akan jenasah pasien, bagian tubuh tertentu, kremasi ataupun pernyataan
bahwa jenasah tidak diambil keluarga dan lain sebagainya harus senantiasa dikuatkan oleh tanda
tangan dari berbagai pihak termasuk didalamnya saksi I, II sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Dalam kaitan ini selain instansi kamar jenasah maka dalam berkas rekam medispun juga harus
memiliki dasar penguat dalam bentuk formulir persetujuan yang telah di tanda tangani oleh pihak
pihak yang bersangkutan tersebut. Dalam hal kasus adopsi pihak-pihak yang bersangkutan harus
benar-benar bertanggung jawab untuk segera menandatangani formulary atau keterangan adopsi.
Pihak rumah sakit harus melibatkan unsur saksi sebagai penguat disamping adanya pernyataan
resmi secara tertulis dari pihak yang menerima. Dalam hal mana seorang anak tidak diambil oleh
keluarganya maka pihak rumah sakit dapat meneruskannya kepada yayasan atau badan resmi yang
berwenang dan dianggap sah oleh negara. Segala korespondensi yang terjadi dalam hal adopsi
harus amat dijaga kerahasiaannya. Pihak Unit rekam medis harus dapat menjamin bahwa
berkasnya telah lengkap. Bilamana dirasakan perlu untuk menyendirikan laporan adopsi dari
berkas pencatatan pasien maka Kepala Unit rekam medis dapat mengambil kebijaksanaan tersebut
dan memberi kode tertentu dalam berkas rekam medis pasien tersebut.Selanjutnya surat adopsi
tersebut disimpan dalam tempat khusus yang terkunci dan aman.
Seorang pasien dapat memberikan persetujuan untuk memeriksa isi rekam medisnya
dengan memberi surat kuasa. Orang-orang yang membawa surat kuasa ini harus menunjukkan
tanda pengenal (identitas) yang sah kepada pimpinan rumah sakit, sebelum mereka diijinkan
meneliti isi rekam medis yang diminta. Badan-badan pemerintah seringkali meminta informasi
rahasia tentang seorang pasien.Apabila tidak ada undang-undang yang menetapkan hak satu badan
pemerintah untuk menerima informasi tentang pasien, mereka hanya dapat memperoleh informasi
atas persetujuan dari pasien yang bersangkutan sebagaimana yang berlaku bagi badan-badan
swasta. Jadi patokan yang perlu dan harus senantiasa diingat oleh staf rekam medis adalah : “Surat
persetujuan untuk memberikan informasi yang ditandatangani oleh seorang pasien atau pihak yang
bertanggungjawab, selalu diperlukan, untuk setiap pemberian informasi dari rekam medis, terutama
dalam keadaan belum adanya peraturan perundangan yang mengatur hak tersebut.”Pada saat ini
makin banyak usaha-usaha yang bergerak di bidang asuransi, diantaranya ada asuransi sakit,
kecelakaan, pengobatan asuransi tenaga kerja dan lain-lain. Untuk dapat membayar klaim asuransi
dari pemegang polisnya perusahaan asuransi terlebih dahulu memperoleh informasi tertentu yang
terdapat dalam rekam medis seorang pasien selama mendapat pertolongan perawatan di rumah
sakit. Informasi ini hanya dapat diberikan apabila ada surat kuasa/persetujuan tertulis yang
ditandatangani oleh pasien yang bersangkutan. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
menggunakan jasa asuransi sehingga makin banyak jumlah pemegang polis, rumah sakit harus
mampu mengadakan satu formulir standar yang memberikan perlindungan maksimum kepada
pasien dan mempercepat waktu pengisiannya oleh staf rumah sakit.Untuk melengkapi persyaratan
bahwa surat kuasa/persetujuan harus ditandatangani oleh yang bersangkutan, Rumah Sakit
menyediakan formulir surat kuasa, dengan demikian tanda tangan dapat diperoleh pada saat pasien
tersebut masuk dirawat.
Pimpinan rumah sakit dengan Unit rekam medis dan Komite Rekam Medis, menetapkan
suatu peraturan yang mengatur pemberian informasi yang berasal dari rekam medis itu. Peraturan-
peraturan tersebut disebarluaskan ke dalam lingkungan kerja rumah sakit maupun perorangan atau
Ketentuan-ketentuan berikut secara umum dapat dijadikan pedoman kecuali jika ada
ketentuan-ketentuan khusus yang ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.
1. Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki Rumah Sakit tidak boleh disebarkan oleh
pegawai Rumah Sakit, kecuali bila pimpinan Rumah Sakit mengijinkan.
2. Rumah Sakit tidak boleh dengan sekehendaknya menggunakan rekam medis dengan cara yang
dapat membahayakan kepentingan pasien, kecuali jika rumah sakit sendiri akan menggunakan
rekam medis tersebut bila perlu untuk melindungi dirinya atau mewakilinya.
3. Para asisten dan dokter yang bertanggungjawab bisa berkonsultasi dengan Unit rekam medis
dengan catatan yang ada hubungan dengan pekerjaannya. Andaikata ada keragu-raguan dipihak
staf rekam medis, maka persetujuan masuk ke tempat rekam medis itu boleh ditolak dan
persoalannya hendaknya diserahkan kepada keputusan pimpinan rumah sakit. Bagaimanapun
salinan rekam medis tidak boleh dibuat tanpa persetujuan khusus dari kepala Unit rekam medis,
yang akan bermusyawarah dengan pimpinan rumah sakit jika ada keragu-raguan. Tidak
seorangpun boleh memberikan informasi lisan atau tertulis dari pihak pimpinan rumah sakit
(perkecualian : mengadakan diskusi mengenai kemajuan dari pada kasus dengan keluarga atau
wali pasien yang mempunyai kepentingan yang syah).
4. Dokter tidak boleh memberikan persetujuan kepada perusahaan asuransi atau badan lain untuk
memperoleh rekam medis.
5. Badan-badan sosial boleh mengetahui isi data sosial dari rekam medis apabila mempunyai alasan-
alasan yang sah untuk memperoleh informasi, namun untuk data medisnya tetap diperlukan surat
persetujuan dari pasien yang bersangkutan.
6. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan dirinya diserahkan kepada
dokter yang bertugas merawatnya.
7. Permohonan secara lisan, permintaan informasi sebaiknya ditolak, karena cara permintaan harus
tertulis.
8. Informasi rekam medis hanya dikeluarkan dengan surat kuasa yang ditandatangani dan diberi
tanggal oleh pasien (walinya jika pasien tersebut secara mental tidak kompeten) atau keluarga
terdekat kecuali jika ada ketentuan lain dalam peraturan. Surat kuasa hendaklah juga
ditandatangani dan diberi tanggal oleh orang yang mengeluarkan rekam medis dan disimpan di
dalam berkas rekam medis tersebut.
9. Informasi di dalam rekam medis boleh diperlihatkan kepada perwalian rumah sakit yang syah
untuk melindungi kepentingan rumah sakit dalam hal-hal yang bersangkutan dengan
pertanggungjawaban.
10. Informasi boleh diberikan kepada rumah sakit, tanpa surat kuasa yang ditandatangani oleh pasien
berdasarkan permintaan dari rumah sakit yang menerangkan bahwa si pasien sekarang dalam
perawatan mereka.
Sebagai satu dalil yang umum dapat dikatakan setiap informasi di dalam rekam medis
dapat dipakai sebagai bukti, karena rekam medis adalah dokumen resmi dalam kegiatan rumah
sakit.Jika pengadilan dapat diyakinkan bahwa rekam medis itu tidak dapat disangkal kebenarannya
Apabila ada keragu-raguan tentang isi perintah tersebut dapat diminta seorang sanksi
untuk datang dan membawa rekam medis yang diminta atau memberikan kesaksian di depan
sidang.
Apabila diminta rekam medisnya saja pihak rumah sakit dapat membuat fotocopy dari
rekam medis yang diminta dan mengirimkan kepada bagian Tata Usaha pengadilan. Dalam suatu
kasus mungkin sebagian dari rekam medis atau mungkin seluruh informasi dari rekam medis
dipergunakan. Hakim dan pembela bertanggungjawab untuk mengatasi setiap perbedaan ketentuan
perundangan dalam hal pembuktian. Tanggung jawab seorang ahli rekam medis adalah berperan
sebagai saksi yang obyektif.
Pihak rumah sakit tidak memperkirakan setiap saat, rekam medis yang mana yang akan
diminta oleh pengadilan. Oleh karena itu, setiap rekam medis kita anggap dapat sewaktu-waktu
dilihat /diperlukan untuk keperluan pemeriksaan oleh hakim di pengadilan. Konsekuensinya,
terhadap semua rekam medis pasien yang telah keluar dari rumah sakit harus dilakukan analisa
kuantitatif secara seksama. Setiap isian/tulisan di dalam rekam medis yang dihapus, tanpa paraf,
dan setiap isian yang tidak ditandatangani ataupun tidak sesuai dengan ketentuan rumah sakit
harus ditolak dan dikembalikkan kepada pihak yang bersangkutan untuk diperbaiki/dilengkapi.
Kedudukan kepala Unit rekam medis memberikan tanggung jawab / kepercayaan khusus di rumah
sakit, dengan demikian harus senantiasa menjaga agar rekam medis semuanya benar-benar
lengkap. Materi yang bukan bersifat medis harus ditinggal apabila rekam medis diminta untuk
keperluan pengadilan, kecuali jika diminta.
Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik ataupun yang akan dirawat adalah
sebagian dari sistem prosedur pelayanan Rumah Sakit Mekar Sari. Dapat dikatakan bahwa disinilah
pelayanan pertama kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba di rumah sakit, maka tidaklah
berlebihan bila dikatakan bahwa di dalam tata cara penerimaan inilah seorang pasien mendapatkan kesan
baik ataupun tidak baik dari pelayanan rumah sakit. Tata cara melayani pasien dapat dinilai baik bilamana
dilaksanakan oleh staf dengan sikap yang ramah, sopan, tertib dan penuh tanggung jawab.
Dilihat dari segi pelayanan di rumah sakit, pasien yang datang dapat dibedakan menjadi :
c. Staf mengantarkan berkas rekam medis ke poli yang dituju atau Instalasi Gawat Darurat
d. Pasien mendapat pelayanan kesehatan sesuai poli yang dituju atau Instalasi Gawat Darurat
e. Setelah dilakukan pemeriksaan maka dokter akan mencatat riwayat penyakit, hasil
pemeriksaan, diagnosa dan terapi pada berkas rekam medis pasien.
g. Staf distribusi memeriksa kelengkapan pengisian rekam medis dan yang belum lengkap
dikembalikan ke poliklinik yang dituju atau Instalasi Gawat Darurat.
h. Staf rekam medis mengolah berkas rekam medis yang sudah lengkap, dicoding, diassembling
dan filling.
i. Berkas rekam medis disimpan di ruang penyimpanan sesuai urutan nomor rekam medis.
Untuk pasien yang harus dirawat, dokter yang merujuk membuat rujukan berisi alasan pasien
harus dirawat inap, bisa berupa diagnosa, tindakan medis, ataupun tindakan penunjang lainnya.
Jika pasien yang harus dirawat rekam medisnya akan dikirim keruang perawatan.
2.Pasien lama
Pasien lama datang ke pendaftaran rawat jalan dan akan diwawancarai oleh staf, guna
mendapatkan informasi nomor rekam medis, dan tujuan berobat. Pasien ini dapat dibedakan :
a. Pasien yang datang dengan perjanjian
Pasien datang dengan perjanjian akan langsung dipersilahkan menuju poliklinik yang
dimaksud karena rekam medisnya telah disiapkan oleh staf.
b. Pasien yang datang tidak dengan perjanjian (atas kemauan sendiri)
Pasien yang datang tidak dengan perjanjian (atas kemauan sendiri), setelah menunjukan
nomor rekam medis atau sudah ditanyakan oleh staf pendaftaran untuk identitas pasien dan
tujuan berobat, pasien dipersilahkan untuk menunggu poliklinik yang dituju, sementara
rekam medisnya dimintakan oleh staf pendaftaran dengan cara meregistrasikan poliklinik
yang dituju dan mencetak bon ke bagian penyimpanan berkas rekam medis. Setelah rekam
medisnya dikirim ke poliklinik maka pasien akan mendapat pelayanan di poliklinik dituju.
a. Pasien mendaftar ke tempat pendaftaran. Bagi pasien kunjungan ulang, diminta untuk
menunjukkan kartu berobat kepada staf pendaftaran, bila tidak membawa maka data pasien
dicari melalui sistem my hospital, setelah itu staf akan mencetak print out bon yang
terhubung ke ruang penyimpanan berkas rekam medis sesuai dengan nomor rekam
medisnya.
b. Staf pendaftaran juga menanyakan jaminan apa yang digunakan oleh pasien
c. Staf pendaftaran mencatat pada buku register nama pasien, nomor rekam medis dan data
identitas pasien.
d. Bila pasien membawa surat rujukan maka surat rujukan tersebut dilampirkan oleh staf
pendaftaran pada berkas rekam medisnya.
e. Staf rekam medis dibagian distribusi menerima hasil cetak print out bon lalu dilampirkan
tracer sebelum mengambil berkas dari rak penyimpanan.Staf kemudian akan mengantar
berkas rekam medis pasien ke poliklinik/ IGD.
g. Berkas rekam medis rawat jalan yang telah selesai berobat kemudian diambil oleh staf
rekam medis.
h. Staf rekam medis memeriksa kelengkapan pengisian rekam medis dan yang belum lengkap
dikembalikan ke instalasi pelayanan untuk dilengkapi.
i. Staf rekam medis mengolah berkas rekam medis yang sudah lengkap, dicoding,
diassembling dan filling.
j. Berkas rekam medis disimpan di ruang penyimpanan sesuai urutan nomor rekam medis.
1. Semua pasien yang menderita segala macam penyakit, selama ruangan dan fasilitas yang
memadai tersedia dapat diterima di Rumah Sakit Mekar Sari.
1. Pasien yang sudah memenuhi syarat atau peraturan untuk dirawat, maka datang ke pendaftaran
rawat untuk memesan kamar.
2. Pada saat mendaftar dia akan mendapat penerangan tentang :
a. Pengisian formulir administrasi rawat inap
b. Bagaimana cara pembayaran serta tarif-tarifnya.
c. Peraturan selama pasien dirawat.
d. Dibuatkan label gelang identitas penderita dirawat yang minimal berisi :
1) Nama lengkap pasien
2) Tanggal bulan dan tahun lahir
3) Nomor rekam medis
Prosedur selama pasien di ruang perawatan yang berkaitan dengan rekam medis antara lain :
Isi rekam medis untuk pasien rawat inap memuat identitas pasien, anamnese, riwayat penyakit, hasil
pemeriksaan laboratorium, diagnosis, persetujuan tindakan medis, tindakan/pengobatan, catatan
perawat, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir dan evaluasi pengobatan.
Berkas Rekam Medis pasien rawat inap terdiri dari lembaran-lembaran umum dan lembaran-
lembaran khusus, serta lembaran-lembaran diagnostik/terapi.
Lembaran-lembaran Umum, misalnya:
a. Ringkasan Masuk dan Keluar;
b. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik;
c. Lembaran Grafik;
d. Perjalanan Penyakit / Perkembangan Perintah Dokter dan Pengobatan;
e. Catatan Perawat/Bidan;
f. Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Rontgen;
g. Resume / ringkasan keluar.
Lembaran-lembaran Khusus, misalnya;
a. Laporan Operasi;
b. Laporan Anestesi;
c. Riwayat Kehamilan;
d. Catatan/Laporan Persalinan;
e. Identifikasi Bayi;
Lembaran Ringkasan Masuk dan Keluar ini sering disebut ringkasan atau lembaran muka, selalu
menjadi lembaran paling depan pada suatu berkas rekam medis. Lembaran ini berisi informasi
tentang informasi tentang identitas pasien, cara penerimaan melalui cara masuk dikirim oleh serta
berisi ringkasan data pada saat pasien keluar.
Lembaran ini merupakan sumber informasi untuk mengindeks rekam medis, serta menyiapkan
laporan rumah sakit.Informasi tentang identitas pasien sekurang-kurangnya mencari hal-hal sebagai
berikut:
a. Nama Pasien
b. Nomor Rekam Medis
c. Tanggal Lahir
d. Pendidikan
Catatan Perkembangan
Lembaran ini mencatat secara spesifik perkembangan penyakit pasien yang ditulis dan
ditandatangani oleh dokter. Catatan pertama dimulai dengan catatan pada saat pasien masuk, yang
seterusnya ditambah selama pasien di dalam perawatan dan diakhiri pada saat pasien keluar atau
meninggal. Catatan pada saat pasien untuk: mencatat ringkasan keadaan umum pasien pada saat
msuk, terutama fakta-fakta penting yang belum tercatat pada anamnese dan pemeriksaan fisik.
Fakta tersebut mungkin didapat dari keluarga pasien, dokter yang mengirim atau dari rumah sakit
lain.Catatan selama pasien dalam perawatan:memberikan perkembangan ini harus dibuat setiap
hari, setiap beberapa jam salama fase akutnya seorang pasien, dan seterusnya sesuai dengan
perkembangan pasien itu sendiri.Semua tindakan yang dilakukan dicatat jam, tanggal dan jenis
tindakannya. Semua catatan harus ditandatangani oleh dokter pemeriksa
Catatan Perawat/Bidan
Prinsip utama yang harus ditaati oleh staf pendaftaran rawat jalan adalah : nama pasien harus
lengkap, minimal terdiri dari dua suku kata. Dengan demikian, nama pasien yang akan tercantum
dalam rekam medis akan menjadi satu diantara kemungkinan ini :
a. Nama pasien sendiri, apabila namanya sudah terdiri dari dua suku kata atau lebih.
b. Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama suami, apabila pasien seorang perempuan
bersuami.
c. Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama orang tua (biasanya nama ayah).
Kepada staf yang melakukan pendaftaran, diperintahkan agar selalu mengecek apakah
seorang pengunjung sudah pernah berkunjung ke Rumah Sakit Mekar Sari. Seorang pasien yang
sudah pernah berkunjung ke Rumah Sakit Mekar Sari sebelumnya tidak akan diberikan nomor
baru, karena rekam medisnya yang sekarang akan diberi nomor yang sama dengan nomor yang
telah dimiliki pada kunjungan yang lalu. Kadang-kadang terjadi kekeliruan dimana seorang
penderita diberikan lagi nomor yang baru, padahal ia telah mempunyai nomor, kekeliruan ini
dapat diperbaiki dengan membatalkan nomor baru dan tetap menyimpan rekam medisnya pada
nomor lama.
Sistem nomor instalasi yang digunakan mempengaruhi rencana perkembangan ruang tempat
penyimpanan. Perlu sekali ruang lowong pada rak penyimpanan sebesar 25 % karena tempat
tersebut berguna untuk menyimpan rekam medis yang makin tebal.
Satu problem yang biasa timbul adalah bertambahnya satu rekam medis menjadi berjilid-jilid,
karena seringnya pasien tersebut mendapat pelayanan (dirawat) di Rumah Sakit Mekar Sari.
Kadang-kadang begitu seringnya seorang penderita di rawat sehingga rekam medisnya harus
dibuat jilid yang baru, karena terlalu tebal jika hanya satu jilid saja.
Untuk pengambilan rekam medis yang tidak aktif dari rak penyimpanan untuk dimusnahkan,
karena menggunakan sistem unit, nomor-nomor rekam medis tidak menunjukkan tua atau
mudanya satu rekam medis sehingga untuk memilih rekam medis yang tidak aktif harus dilihat
satu persatu dari kode warna tahun kunjungan, tahun berapa seorang penderita terakhir dirawat
atau berkunjung ke poliklinik.
Untuk sumber nomor Rumah Sakit Mekar Sari membuat satu “ bank nomor” terdiri dari
enam angka, menggunakan sistem angka akhir (terminal digit) dengan menentukan nomor awal
dimulai dari 3275024 sampai dengan 00000011. Bank nomor dikeluarkan oleh sistem komputer
yang secara otomatis akan mengeluarkan satu nomor baru setiap entry data pasien.
4. Klasifikasi Penyakit
Dengan peningkatan pelayanan kesehatan, setiap staf kesehatan khususnya perekam medis dan
informasi kesehatan harus mampu memberikan atau menentukan kode diagnosis penyakit di
pelayanan kesehatan.Selain itu staf rekam medis harus mampu memberikan kode tindakan medis apa
saja yang sudah diperoleh pasien selama mendapatkan perawatan di pelayanan kesehatan. Agar
supaya pihak pelayanan kesehatan dapat menentukan biaya perawatan pasien selama dirawat di
pelayanan kesehatan.
Klasifikasi penyakit merupakan pengelompokan penyakit berdasarkan sifat, jenis serta tingkat
keseriusannya pada suatu penyakit untuk mempermudah dalam proses penanganan kesehatan.
Pemberian kode atas diagnosis klasifikasi penyakit yang berlaku dengan menggunakan ICD X untuk
kode penyakit, sedangkan ICD 9 CM digunakan untuk mengkode tindakan.
Fungsi ICD sebagai sistem klasifikasi penyakit dan masalah terkait kesehatan digunakan untuk
kepentingan informasi statistik morbiditas dan mortalitas.
Penerapan pengkodean sistem ICD digunakan untuk :
1. Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan kesehatan
2. Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis untuk mengklasifikasi penyakit
3. Memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait diagnosis karakteristis pasien
dan penyedia layanan
4. Untuk mempermudah sistem penagihan pembayaran biaya pelayanan kesehatan
5. Menentukan bentuk pelayanan yang harus direncanakan dan dikembangkan sesuai kebutuhan
zaman.
Buku pedoman yang disebut International Classification of Diseases and Related Health Problems,
Tenth Revision (ICD – 10) terbitan WHO, di Indonesia penggunaannya telah ditetapkan oleh Dep.
Kes. RI sejak tgl. 19 – 2 –1996. ICD –10 terdiri dari 3 volume :
Prosedur koding
1. Memberi kode penyakit pada diagnosa pasien yang terdapat pada berkas rekam medis sesuai
dengan ICD X
2. Menghubungi dokter yang menangani pasien yang bersangkutan apabila diagnosa pasien tersebut
kurang bisa dimengerti atau tidak jelas
3. Melakukan pengolahan klasifikasi penyakit
4. Memberikan pelayanan kepada dokternatau peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang
sesuai indeks penyakit pasien
5. Hasil diagnosis dari dokter merupakan diagnosis utama maupun diagnosis sekunder atau diagnosa
lain yang dapat berupa penyakit kompilasi. Dalam mencari kode penyakit dapat dicari
berdasarkan abjad nama penyakit yang ada dalam buku ICD X.Untuk pasien yang dilakukan
tindakan operasi , dapat dilengkapi dengan kode tindakan yang terdapat di ICD 9 CM.
Kompetensi Perekam Medis
1. Menentukan nomor kode diagnosis pasien sesuai petunjuk dan peraturan pada pedoman buku
ICD yang berlaku
2. Mengumpulkan kode diagnosis pasien untuk memenuhi sistem pengelolaan, penyimpanan data,
pelaporan untuk kebutuhan analisis sebab tunggal penyakit yang dikembangkan.
3. Mengklasifikasi data kode diagnosis yang akurat bagi kepentingan informasi morbiditas dan
sistem pelaporan morbiditas yang diharuskan.
Semua bentuk catatan, baik hasil rekapitulasi harian, maupun lembaran-lembaran formulir rekam
medis merupakan bahan yang perlu diolah untuk selanjutnya dipakai sebagai bahan laporan rumah
sakit. Sebelum dilakukan pengolahan, berkas-berkas rekam medis tersebut diteliti kelengkapannya
baik isi maupun jumlahnya. Rekapitulasi dari sensus harian diolah untuk menyiapkan laporan yang
menyangkut kegiatan rumah sakit, sedangkan formulir-formulir rekam medis diolah untuk
menyiapkan laporan yang menyangkut morbiditas dan mortalitas.
Kegiatan pengolahan yang dilakukan:
1. Perakitan (Assembling ) Rekam Medis
a. Perakitan Rekam Medis pasien rawat jalan, meliputi:
1) Lembaran Poliklinik
2) Hasil Pemeriksaan Penunjang
3) Salinan Resep
b. Perakitan Rekam Medis pasien rawat inap
Perakitan rekam medis pasien rawat inap untuk kasus anak meliputi :
1) Ringkasan Masuk & Keluar
2) Lembar Konsultasi
3) Catatan Perawat
4) Catatan Perkembangan
5) Grafik Suhu, Nadi dan Pernafasan
6) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
7) Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
8) Salinan Resep
9) Resume/Laporan Kematian
Perakitan rekam medis pasien rawat inap untuk kasus bedah meliputi :
1) Ringkasan Masuk Keluar
2) Instruksi Pra/Pasca Bedah
3) Chek list keselamatan operasi
4) Persetujuan rindakan anastesi
5) Catatan Anastesi
6) Laporan Pembedahan
7) Laporan pembedahan dengan pendamping anastesi lokal
8) Catatan Perkembangan
9) Lembar Konsultasi
10) Catatan Perawat
Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada di dalam rekam medis harus diberi kode dan
selanjutnya diindeks agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi
perencanaan, dan manajemen.
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization) bertujuan untuk menyeragamkan
nama dan golongan penyakit, cidera, gejala dan factor yang mempengaruhi kesehatan.
Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya termasuk Indonesia menggunakan
klasifikasi penyakit revisi-10, International Statical Clasification Deseasses and Health Problem 10
Revice. ICD 10 menggunakan kode kombinasi yaitu menggunakan abjad dan angka (alpha numeric).
Kecepatan dan ketepatan Koding dari suatu diagnosis sangat tergantung kepada pelaksana yang
menangani rekam medis tersebut yaitu:
Penetapan diagnosis sorang pasien merupakan kewajiban hak dan tanggung jawab dokter (tenaga
medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh karenanya diagnosis yang ada dalam rekam medis harus
diisi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD 10.
Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas keakuratan kode dari suatu
diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Oleh karenanya untuk hal yang kurang jelas atau
yang tidak lengkap, sebelum koding ditetapkan, komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang
membuat diagnosis tersebut.
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, staf rekam medis harus membuat koding
sesuai dengan klasifikasi yang tepat.Disamping kode penyakit, berbagai tindakan lain juga harus
dikoding sesuai klasifikasi masing-masing.
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat kedalam indeks-indeks
menggunakan kartu indeks.Didalam kartu indeks tidak boleh mencantumkan nama pasien.
a. Indeks Pasien
Pengertian :
Adalah data base komputer yang berisi nama semua pasien yang pernah berobat di Rumah Sakit
Mekar Sari.
Informasi yang ada di dalam data base ini adalah:
a) Nama lengkap, jenis kelamin, umur, alamat, tempat dan tgl lahir, pekerjaan.
b) Tanggal berobat jalan maupun rawat inap.
Kegunaan:
Data base ini adalah kunci untuk menemukan berkas rekam medis pasien.
Pengertian :
Indeks penyakit dan indeks operasi adalah suatu data base yang menyimpan kode diagnosa penyakit
maupun tindakan operasi setiap pasien yang berobat di Rumah Sakit Mekar Sari.
d) Jenis Kelamin
e) Umur.
Kegunaan :
Data base ini dapat untuk mengindeks penyakit maupun tindakan operasi sesuai dengan informasi yang
diinginkan untuk keperluan sbb:
a. Mempelajari kasus-kasus terdahulu dari satu penyakit untuk memperoleh pengertian tentang
penanggulangan terhadap penyakit-penyakit/masalah-masalah kesehatan pada saat ini.
Ruang
Rekam Medis
Ruang Perawatan
Assembling
Filling
1. Sistem Sentralisasi
Sistem penyimpanan yang digunakan di Rumah Sakit Mekar Sari adalah sistem sentralisasi.
Dengan cara sentralisasi terjadi penggabungan antara berkas rekam medis rawat jalan dan rawat
Dalam penyimpanan dengan sistem angka akhir (terminal digit filling system) ada 100 kelompok
angka pertama (primary section) yaitu 00 sampai dengan 99. Pada waktu menyimpan, staf harus
melihat angka-angka pertama dan membawa rekam medis tersebut ke daerah rak penyimpanan
untuk kelompok angka-angka pertama yang bersangkutan.Pada kelompok angka pertama ini
rekam medis-rekam medis disesuaikan urutan letaknya menurut angka kedua, kemudian rekam
medis disimpan di dalam urutan sesuai dengan kelompok angka ketiga, sehingga dalam setiap
kelompok penyimpanan nomor-nomor pada kelompok angka ketigalah (tertiary digits) yang
selalu berlainan.
Sebagai contoh :
Banyak keuntungan dan kebaikan dari pada sistem penyimpanan angka akhir, seperti:
a) Pertambahan jumlah rekam medis selalu tersebar secara merata ke 100 kelompok (section) di
dalam rak penyimpanan. Staf-staf penyimpanan tidak akan terpaksa berdesak-desak di satu
tempat (atau section), dimana rekam medis harus disimpan di rak.
b) Staf-staf dapat diserahi tanggung jawab untuk sejumlah section tertentu misalnya ada 4 staf
masing-masing diserahi : section 00-24, section 25-49, section 50-74, section 75-99.
c) Pekerjaan akan terbagi rata mengingat setiap staf rata-rata mengerjakan jumlah rekam medis yang
hampir sama setiap harinya untuk setiap section
d) Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak penyimpanan dari setiap section, pada saat
ditambahnya rekam medis baru di section tersebut.
e) Jumlah rekam medis untuk tiap-tiap section terkontrol dan bisa dihindarkan timbulnya rak-rak
kosong.
f) Dengan terkontrolnya jumlah rekam medis membantu memudahkan perencanaan peralatan
penyimpanan (jumlah rak).
g) Kekeliruan menyimpan (misfile)dapat dicegah, karena staf penyimpanan hanya memperhatikan 2
angka saja dalam memasukkan rekam medis kedalam rak, sehingga jarang terjadi kekeliruan
membaca angka.
h) Latihan dan bimbingan bagi staf penyimpanan dalam hal sistem angka akhir, mungkin lebih lama
dibandingkan latihan menggunakan sistem nomor langsung, tetapi umumnya staf dapat dilatih
dalam waktu yang tidak terlalu lama.
4. Pelepasan Informasi
Rumah sakit yang salah satu pelayanannya adalah menyelenggarakan pelepasan informasi isi
rekam medis pasien yang sesuai dengan standar yakni berisi informasi lengkap perihal proses
pelayanan kesehatan di masa lalu,masa kini dan perkiraan dimasa mendatang.
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian bagi para staf pelayanan kesehatan yang terlibat
pada pelayanan kesehatan kepada pasien. :
a. Tidak diperkenankan untuk membawa berkas rekam medis keluar dari instansi pelayanan
kesehatan, kecuali atas izin pimpinan dan dengan sepengetahuan kepala Unit rekam medis,
yang peraturannya digariskan oleh Pimpinan Rumah Sakit Mekar Sari.
b. Staf Rekam Medis antara lain bertanggung jawab penuh terhadap kelengkapan dan
penyediaan berkas yang sewaktu-waktu dapat dibutuhkan oleh pasien.
c. Staf ini harus betul-betul menjaga agar berkas tersebut tersimpan dan tertata dengan baik dan
terlindung dari kemungkinan pencurian berkas atau pembocoran isi berkas rekam medis.
d. Itulah sebabnya maka Staf Rekam Medis harus menghayati berbagai peraturan mengenai
prosedur penyelesaian pengisian berkas bagi para aparat pelayanan kesehatan maupun tata
cara pengolahan berkas secara terperinci, yang kesemuanya dilakukan demi menjaga agar
Dengan adanya minat pihak ketiga seperti badan-badan asuransi, polisi, pengadilan dan
lain sebagainya terhadap rekam medis seorang pasien maka tampak bahwa rekam medis telah
menjadi milik umum.Namun pengertian umum disini bukanlah dalam arti bebas dibaca
masyarakat, karena walaupun bagaimana rekam medis hanya dapat dikeluarkan bagi berbagai
maksud/kepentingan berdasarkan otoritas pemerintah/badan yang berwenang yang secara hukum
dapat dipertanggungjawabkan. Bilamana peraturan secara khusus belum ada maka perihal
penyiaran atau penerusan informasi kepada pasien, dokter, orang lain yang ditunjuk adalah
bersifat administratif, pihak Rumah Sakit akan memperhatikan berbagai faktor yang terlibat
sebelum menjawab permohonan pasien atau pihak lainnya untuk melihat berkas rekam
medis.Dalam hal ini Rumah Sakit bertanggung jawab secara moral dan hukum sehingga
karenanya berupaya untuk menjaga agar jangan sampai terjadi orang yang tidak berwenang dapat
memperoleh informasi yang terdapat dalam rekam medis pasien.Pengamanan harus dimulai sejak
pasien masuk, selama pasien dirawat dan sesudah pasien pulang.
Seorang pasien dapat memberikan persetujuan untuk memeriksa isi rekam medisnya dengan
memberi surat kuasa. Orang-orang yang membawa surat kuasa ini harus menunjukkan tanda
pengenal (identitas) yang sah kepada pimpinan rumah sakit, sebelum mereka diijinkan meneliti
isi rekam medis yang diminta.Badan-badan pemerintah seringkali meminta informasi rahasia
tentang seorang pasien.
Apabila tidak ada undang-undang yang menetapkan hak satu badan pemerintah untuk
menerima informasi tentang pasien, mereka hanya dapat memperoleh informasi atas persetujuan
dari pasien yang bersangkutan sebagaimana yang berlaku bagi badan-badan swasta.Jadi patokan
yang perlu dan harus senantiasa diingat oleh staf rekam medis adalah : “Surat persetujuan untuk
memberikan informasi yang ditandatangani oleh seorang pasien atau pihak yang
bertanggungjawab, selalu diperlukan, untuk setiap pemberian informasi dari rekam medis,
terutama dalam keadaan belum adanya peraturan perundangan yang mengatur hak tersebut.”
Ketentuan-ketentuan berikut secara umum dapat dijadikan pedoman kecuali jika ada
ketentuan-ketentuan khusus yang ditetapkan oleh peraturan perundangan yang
berlaku.Ketentuan-ketentuan yang dimaksud ialah :
a. Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki Rumah Sakit tidak boleh disebarkan oleh
pegawai Rumah Sakit, kecuali bila pimpinan Rumah Sakit mengijinkan.
b. Rumah Sakit tidak boleh dengan sekehendaknya menggunakan rekam medis dengan cara
yang dapat membahayakan kepentingan pasien, kecuali jika rumah sakit sendiri akan
menggunakan rekam medis tersebut bila perlu untuk melindungi dirinya atau mewakilinya.
Penyuguhan informasi yang diambil dari rekam medis sebagai bukti dalam suatu sidang
pengadilan, atau didepan satu badan resmi lainnya, senantiasa merupakan proses yang wajar.
Sesungguhnya bahwa rekam medis disimpan dan dijaga baik-baik bukan semata-mata untuk
keperluan medis dan administratif, tetapi juga karena isinya sangat diperlukan oleh individu dan
organisasi yang secara hukum berhak mengetahuinya. Rekam medis ini adalah catatan kronologis
yang tidak disangsikan kebenarannya tentang pertolongan, perawatan, pengobatan seorang pasien
selama mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Rekam medis ini dibuat sebagai suatu prosedur
rutin penyelenggara kegiatan rumah sakit. Penyimpanan dan pemeliharaan merupakan satu
bagian dari keseluruhan kegiatan rumah sakit .
Sebagai satu dalil yang umum dapat dikatakan setiap informasi di dalam rekam medis
dapat dipakai sebagai bukti, karena rekam medis adalah dokumen resmi dalam kegiatan rumah
sakit. Jika pengadilan dapat diyakinkan bahwa rekam medis itu tidak dapat disangkal
kebenarannya dan dapat dipercayai, maka keseluruhan atau sebagian dari informasi dapat
dijadikan bukti yang memenuhi persyaratan. Apabila salah satu pihak bersengketa dalam satu
acara pengadilan menghendaki pengungkapan isi rekam medis di dalam sidang, ia meminta
perintah dari pengadilan kepada rumah sakit yang menyimpan rekam medis tersebut. Rumah sakit
yang menerima perintah tersebut wajib mematuhi dan melaksanakannya.
Apabila ada keragu-raguan tentang isi perintah tersebut dapat diminta seorang sanksi
untuk datang dan membawa rekam medis yang diminta atau memberikan kesaksian di depan
sidang.
Apabila diminta rekam medisnya saja pihak rumah sakit dapat membuat fotocopy dari
rekam medis yang diminta dan mengirimkan kepada bagian Tata Usaha pengadilan. Dalam suatu
kasus mungkin sebagian dari rekam medis atau mungkin seluruh informasi dari rekam medis
dipergunakan. Hakim dan pembela bertanggungjawab untuk mengatasi setiap perbedaan
ketentuan perundangan dalam hal pembuktian. Tanggung jawab seorang ahli rekam medis adalah
berperan sebagai saksi yang obyektif.
Yang dimaksud dengan peminjaman adalah keluarnya arsip dari file karena dipinjam oleh atasan
sendiri, teman instalasi kerja, ataupu kolega sekerja dari instalasi kerja lain dalam organisasi.
Kegiatan peminjaman berkas rekam medis dari ruang penyimpanan dilakukan karena kebutuhan
diantaranya :
1. Untuk berobat jalan / kontrol
2. Untuk rawat inap
3. Untuk penelitian
4. Untuk pendidikan
5. Untuk pengadilan
6. Untuk analisa kuantitaif dan kualitatif
Adapun pengguna rekam medis dapat dikategorikan sebagai pengguna primer dan sekunder, yaitu :
1. Pengguna primer rekam medis perorangan, yaitu :
a) Para pemberi pelayanan kesehatan meliputi tenaga dokter, perawat atau profesi kesehatan
pendukung lainnya dan tenaga klinis.
b) Para konsumen meliputi pasien dan keluarganya. Yang memerlukan informasi rekam
medis dirinya untuk kepentingan tertentu.
2. Pengguna rekam medis sekunder, lazimnya pihak penanggung perawatan untuk menganalisis
tagihan perawatan yang diajukan
Adapun sarana dan prasarana yang mendukung lancarnya kegiatan proses peminjaman rekam medis
diantaranya :
1. Ruang penyimpanan yang rapi dan bersih
2. Buku peminjaman (ekspedisi) : untuk mengetahui rekam medis yang dipinjam secara manual.
3. Formulir peminjaman : pada formulir peminjaman dicantumkan tanggal peminjaman,
keperluan, nama / bagian yang meminjam.
4. Tracer : sebagai penandaan setiap berkas rekam medis yang keluar dari rak penyimpanan.
Petunjuk keluar / tracer adalah suatu alat yang penting untuk mengawasi penggunaan rekam
medis. Dalam penggunaannya “Petunjuk Keluar” ini diletakkan sebagai pengganti pada tempat map-
map rekam medis yang diambil (dikeluarkan) dari rak penyimpanan. Petunjuk keluar tetap berada di
rak tersebut, sampai map rekam medis yang diambil (dipinjam) kembali.
1. Tidak satupun rekam medis boleh keluar dari ruang rekam medis, tanpa menulis dibuku
ekspedisi. Peraturan ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang diluar rekam medis, tetapi juga bagi
staf rekam medis sendiri.
2. Setiap berkas rekam medis yang diambil / pinjam harus menggunakan tracer pada rak
penyimpanan.
4. Rekam medis tidak dibenarkan diambil dari rumah sakit, kecuali atas perintah pengadilan.
Dokter-dokter atau pegawai rumah sakit yang berkepentingan dapat meminjam rekam medis,
untuk dibawa ke ruang kerjanya selama jam kerja, tetapi semua rekam medis harus dikembalikan
ke ruang rekam medis pada akhir jam kerja.
5. Peminjaman rekam medis untuk keperluan pembuatan makalah, riset dan lain-lain oleh dokter
atau tenaga kesehatan lainnya sebaiknya dikerjakan di ruang rekam medis.
Dari segi praktisnya dapat dikatakan, patokan utama untuk menentukan rekam medis aktif atau
tidak aktif adalah besarnya ruangan yang tersedia untuk menyimpan rekam medis yang baru.
Rekam medis dinyatakan tidak aktif apabila selama 5 tahun terakhir rekam medis tersebut
sudah tidak dipergunakan lagi. Apabila ternyata sudah tidak tersedia lagi tempat penyimpanan
rekam medis aktif, harus dilaksanakan kegiatan menyisihkan rekam medis yang tidak aktif secara
sistematik seirama dengan pertambahan jumlah rekam medis baru. Rekam medis-rekam medis
yang tidak aktif, dapat disimpan di ruangan lain.
Rak-rak penyimpanan rekam medis tidak aktif dapat diletakkan di ruang tersendiri yang sama
sekali terpisah dari bagian pencatatan medik.
5. Penyusutan
Penilaian nilai guna rekam medis yaitu suatu kegiatan penilaian terhadap formulir – formulir
rekam medis yang masih perlu diabadikan atau sudah boleh dimusnahkan. Penilaian
nilai guna ini dilakukan oleh tim pemusnah dokumen rekam medis yang ditetapkan
oleh direktur rumah sakit atau pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Tim pemusnah
mempunyai tugas membantu direktur rumah sakit dalam penyelenggara pemusnahan
rekam medis dengan memperhatikan nilai guna sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tim
tersebut terdiri dari :
Unit rekam medis Rumah Sakit Mekar Sari setiap bulan mempunyai permintaan rutin yang terbagi
menjadi dua yaitu ATK (Alat Tulis Kantor) dan ART (Alat Rumah Tangga). ATK dan ART jadwal
permintaannya setiap hari Rabu dan Jum’at. Berikut tabel permintaan rutin Unit rekam medis Rumah
Sakit Mekar Sari :
NO JENIS BARANG
I. Manajemen Rekam Medis
1. Status THT 18.Kerta F4 polos
* Formulir Terlampir
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asessmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden.
Keselamatan pasien yang dilakukan di Unit rekam medis adalah sebagai berikut :
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan
kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori
seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program
keselamatan dan kesehatan kerja di Unit rekam medis bertujuan melindungi karyawan dan pelanggan
dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit..
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan terhadap
pekerja dalam hal ini pegawai Unit rekam medis dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai
adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan
produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat dan
selamat.
2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga
kelompok, yaitu :
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi
bila :
Kecelakaan yang paling sering terjadi di rekam medis disebabkan oleh kurang berhati-
hatinya staf rekam medis pada saat mengambil RM pasien dan menyimpan kembali RM pasien.
Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib di sediakan informasi mengenai cara
penanganan yang benar jika terjadi kecelakaan di unit rekam medis. Agar mudah terbaca, informasi
ini hendaknya dibuat dalam bentuk bagan yang sederhana dan dipasang pada dinding dalam ruang
rekam medis.
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan
dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan
Rumah Sakit yaitu :
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
a. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang dalam
situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat
performance atau kondisi tersebut.
b. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
c. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip dasar
sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator, sehingga dapat
sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.
DEFINISI INDIKATOR : Angka Ketidak Lengkapan Pengisian Rekam medis Pada Rawat Jalan
KRITERIA :
Eksklusi : -
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah Rekam medis Yang Tidak Lengkap Dalam Periode Waktu
Tertentu
STANDARD : 0%
KETERANGAN :
DEFINISI INDIKATOR :
KRITERIA :
Inklusi :
Eksklusi :
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah keterlambatan rekam medis dalam waktu dua kali dua puluh
empat jam setelah keluar rumah sakit
KETERANGAN : Hanya <5% rekam medis yang terlambat kembali ke bagian rekam
medis
DASAR PEMIKIRAN : Rekam Medis Merupakan Bukti Dokumentasi Semua Upaya Pelayanan
Di Rumah Sakit
DEFINISI INDIKATOR : Angka Ketidak Lengkapan Pengisian Rekam medis Pada Rawat Inap
KRITERIA :
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah Rekam medis Yang Tidak Lengkap Dalam Periode Waktu
Tertentu
STANDARD : 5%
PENUTUP
Demikian buku pedoman pelayanan rekam medis ini disusun,dengan harapan dapat bermanfaat
bagi pembaca khususnya para staf rekam medis itu sendiri.Sebagai pedoman dalam melakukan tugasnya
sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan yang ada.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku pedoman pelayanan
ini.Namun kami berharap pembaca maupun pengguna dapat memberikan input agar kami dapat
meningkatkannya kembali dimasa depan.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan pihak-pihak yang membantu
dalam penyusunan buku pedoman pelayanan ini.