SKRIPSI
Oleh :
Khaninnunajibah
NIM. 16140114
1
IMPLEMENTASI KURIKULUM AKHLAK
TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA
DI SEKOLAH ALAM GENERASI RABBANI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu
Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah (S.Pd)
Oleh :
Khaninnunajibah
NIM. 16140114
2
3
ABSTRAK
4
ABSTRACT
5
nature. Those morals are formed through some programs activities that are applied
to the students.
6
مستخلص البعث
ح نني النجيب ة ،2020 ،تط بيق املنهج األخالقي على تك وين األخالق ل دى الطالب يف
املدرس ة الطبيعي ة األجي ال الرباني ة .البحث اجلامعي .قس م التعليم املعلم املدرس ة اإلبتدائي ة ،كلي ة
علوم الرتبية والتعليم ،جامعة موالنا مالك إبراهيم اإلسالمية احلكومية ماالنق .املشريف :الدكتور
حممد عرفان إسالمي املاجستري
7
وكذلك املنتديات الصفية للتقييمات املشرتكة مع ولوالدهم )3 .هناك أربعة أخالق تتشكل عند
الطالب من خالل تنفي ذ املنهج األخالقي ،وهي األخالق جتاه اهلل س بحانه وتع اىل ،واألخالق
جتاه اآلخرين ،واألخالق جتاه الذات ،واألخالق جتاه الطبيعة .تتشكل هذه األخالق من خالل
برامج النشاط املنفذة املختلفة.
8
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berkaitan dan tidak
wadah dalam mencetak generasi bangsa yang memiliki wawasan yang luas dan
semakin tinggi pula kualitas dari sumber daya manusia yang dihasilkan.
Berbicara mengenai kualitas dari pendidikan, tepat pada era abad ke-21 ini
telah terjadi pergeseran laju pengetahuan yang begitu cepatnya. Dimana pada abad
sangat luar biasa atau pendidikan berada pada masa pengetahuan (knowledge age).
Sebagaimana pendapat dari Gates bahwa perubahan ini terjadi karena adanya
dengan adanya perubahan tersebut, perlu adanya suatu inovasi atau perbaikan
terhadap sistem pendidikan. Inovasi pendidikan adalah suatu pemikiran atau ide
baru yang diamati dan dirasakan oleh individu atau kelompok yang bertujuan
9
dalam pendidikan yang memiliki posisi strategis, karena secara umum kurikulum
adalah deskripsi dari visi, misi, dan tujuan pendidikan suatu bangsa. Dalam hal ini
kurikulum dijadikan suatu solusi atas permasalahan yang terjadi serta berfungsi
sebagai pedoman atau acuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hilda Taba
adalah suatu rencana yang memberikan suatu pedoman atau acuan dalam kegiatan
proses belajar mengajar agar tercapai tujuan dari pendidikan.2 Sebagaimana tujuan
sistem pendidikan yang demikian, dapat membentuk peserta didik dengan pribadi
keterampilan semata, namun juga berakhlak mulia. Hal ini juga jelas dinyatakan
luas dan berakhlak mulia, perlu kita lihat lagi kondisi pendidikan saat ini. Dimana
berbagai kasus kemerosotan akhlak sedang heboh terjadi dalam dunia pendidikan
di Indonesia. Tak heran berbagai kasus tersebut terjadi karena penanaman akhlak
dalam diri anak yang masih kurang optimal. Berbagai kasus kemerosotan akhlak
yang terjadi antara lain, kasus kekerasan, kriminalitas tinggi, tawuran antar
memudarnya sikap jujur, memudarnya sopan santun kepada guru dan orang tua,
10
Kasus bullying adalah salah satu kasus yang akhir-akhir ini sedang marak
terjadi khususnya di kalangan pelajar. Dimana kasus ini masih menjadi kasus
yang mendominasi di bidang pendidikan. Pada kurun waktu bulan Januari- April
tahun 2019 yang bersumber dari KPAI telah terjadi kasus bullying sebanyak 12
kasus, dan kasus bullying yang dilakukan oleh siswa terhadap guru sebanyak 4
kasus. KPAI juga menyatakan bahwa kasus tindakan bullying dalam dunia
itu, di Kota Malang sendiri juga terdapat kasus bullying yang terjadi di kalangan
pelajar, sebagaimana yang dialami oleh pelajar SMP yang baru-baru ini terjadi
pada Februari tahun 2020.4 Di lain hal, contoh kasus kemerosotan akhlak lainnya
adalah kasus tawuran antar pelajar yang terjadi pada Januari 2020 yakni awal
dibuktikan dengan kurang optimalnya penanaman akhlak pada diri siswa sehingga
belum mampu untuk membentuk kepribadian yang sempurna pada anak didik.
Hal ini disebabkan sistem pendidikan yang terlalu mementingkan mencetak anak
pembentukan pribadi yang berakhlak mulia. Sehingga banyak pelajar yang masih
belum dapat membedakan perbuatan yang baik dan mana perbuatan buruk yang
nantinya dapat berakibat pada dirinya. Diantara mereka juga masih banyak yang
3
Catatan KPAI di Hardiknas: Kasus Anak Bully Guru Meningkat Drastis,
(https://www.kpai.go.id/berita/catatan-kpai-di-hardiknas-kasus-anak-bully-guru-meningkat-
drastis, diakses 19 September 2019, Pukul 17.57 WIB).
4
Korban Bullying Diamputasi di Malang Didampingi Psikolog- CNN Indonesia,
(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200211074523-20-473464/korban-bullying-
diamputasi-di-malang-didampingi-psikolog, diakses 15 Juni 2020, Pukul 20.11 WIB).
11
belum menghayati dan memahami akhlak dengan baik. Sehingga akhlak masih
yang berakhlak mulia pada diri siswa melalui pembinaan, penanaman, serta
pengajaran. Dalam hal ini peran guru sangat dibutuhkan. Seorang guru dijadikan
sebagai figur dalam pembentukan akhlak mulia pada diri siswa. Sehingga dalam
proses penanamannya, akhlak dari seorang guru dapat memberikan pengaruh yang
cukup besar. Karena sadar atau tidak sadar, gerak gerik dari seorang guru juga
dapat ditiru oleh siswanya. Dalam hal ini guru merupakan suri tauladan bagi
melalui berbagai program kegiatan yang berkenaan dengan akhlak juga perlu
untuk dilakukan, supaya apa yang telah diajarkan kepada siswa dapat dipahami
serta tertanam dengan baik, sehingga tidak mudah bagi dirinya untuk terpengaruh
dengan pergaulan yang tidak baik dari lingkungan sekitarnya. Dengan begitu
5
Miftahul Jannah, Peranan Guru dalam Pembinaan Akhlak Mulia Peserta Didik (Studi
Kasus di MIS Darul Ulum, Madin Sulamul Ulum dan TPA Az-Zahra Desa Papuyuan), Al-
Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtida’iya, STIQ Amuntai, Vol. 2, No.2 Januari-
Juni 2019, hlm. 141
12
menjadikan kurikulum akhlak sebagai kurikulum yang diprioritaskan yang
empat pilar kurikulum sekolah alam yaitu kurikulum akhlak, kurikulum logika,
kurikulum leadership, serta kurikulum bisnis. Dari 100% keempat pilar kurikulum
dengan pribadi yang berkualitas yang tidak hanya memiliki kecerdasan serta
dari Sekolah Alam Generasi Rabbani adalah menjadikan anak sebagai pemimpin,
sekolah tersebut. Di lain hal dalam penerapan kurikulum akhlak sendiri, metode
mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi para peserta didik.
mengkaji lebih dalam terkait dengan hal tersebut yang didalam skripsi yang
B. Fokus Penelitian
sebagai berikut:
13
1. Bagaimana konsep kurikulum akhlak terhadap pembentukan akhlak siswa di
C. Pembatasan Masalah
masalah yang meluas dalam proses penelitian. Sehingga penelitian akan terarah
dalam fokusnya serta mencapai hasil penelitian yang maksimal. Adapun batasan
D. Tujuan Penelitian
berikut:
14
3. Untuk mendeskripsikan hasil implementasi kurikulum akhlak terhadap
E. Kajian Pustaka
suatu hal yang bermuara pada aksi, aktivitas, tindakan, serta adanya mekanisme
dari suatu sistem.6 Jadi, tidak sekedar aktivitas saja, melainkan bagaimana
aktivitas yang sudah terencana dan sistematis itu dapat mencapai tujuan dari yang
dari bahasa Yunani yaitu “curir” dan “currere” yang berarti tempat berpacu,
berlari, dari sebuah perlombaan yang harus dilalui oleh para peserta yang harus
dipatuhi dan ditaati oleh para peserta perlombaan. 7 Jadi, kurikulum pada waktu itu
diartikan sebagai jarak tempuh pelari dari garis start sampai garis finish untuk
tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 butir 19, berbunyi: “Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
6
Nurudin Usman, Konteks Implementasi berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2004), hlm. 70.
7
Syamsul Bahri, Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya, Jurnal Ilmiah Islam
Futura, Vol. XI, No. 1 Agustus 2011, hlm. 17
15
direncanakan sebelumnya yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
praktis.9 Dalam hal ini, konsep keteladanan yang diterapkan dalam kurikulum ini
diaktualisasikan dalam bentuk nyata berupa tindakan baik yang nyata yang dapat
akhlak yaitu terbagi menjadi empat jenjang stages. Dimana dalam masing-masing
stages terdapat nilai akhlak yang harus ditanamkan dan dilakukan secara bertahap
8
Mohammad Ansyar, Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain & Pengembangan, (Jakarta:
Kencana, 2015), hlm. 408
9
Moh. Yamin, Sekolah yang Membebaskan, (Malang: Madani, 2012), hlm. 144
16
1) Pada early stage (TK): Nilai-nilai akhlak yang ditanamkan pada tahap ini
2) Pada stage one (kelas 1-2): Nilai-nilai akhlak yang ditanamkan pada tahap ini
(berupaya).
3) Pada stage two (kelas 3-4): Nilai-nilai akhlak yang ditanamkan pada tahap ini
4) Yang terakhir adalah stage three (kelas 5-6): Nilai-nilai akhlak yang
dengan sikap yang baik seperti tidak mengganggu temannya, jujur, dan lain
10
Welvy Redasuryani, “Implementasi Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Alam (Studi Kasus
di SD School of Universe Parung)”, Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, hlm.42
17
2) Augmented Reality: adalah penilaian yang dilakukan guru melalui observasi
suatu kejadian melalui drama, dimana siswa dapat menghubungkan nilai dari
guru melalui peletakan kamera tersembunyi untuk merekam akhlak siswa pada
saat guru sedang tidak dapat mendampingi siswa ketika proses pembelajaran.
5) Reflection: adalah sebuah refleksi dari guru kepada siswa sebelum kegiatan
bimbingan kepada siswa untuk menuliskan sikap yang perlu untuk diperbaiki
dalam dirinya yang sesuai dengan nilai akhlak yang telah dipelajari
sebelumnya.
6) Role Play: adalah penilaian terhadap pemahaman siswa terhadap nilai akhlak
7) Buddy Time: adalah pemasangan siswa dengan siswa lainnya yang sedang
dari guru.
18
10) Ibadah: adalah pemantauan terhadap kegiatan ibadah siswa baik ketika
c. Komponen Kurikulum
kurikulum agar bisa berjalan dengan baik. Kurikulum memiliki lima komponen
pembelajaran.
2) Komponen Isi
3) Komponen Metode/Strategi
5) Komponen Evaluasi
1) Tahap Perencanaan: diuraikan berbagai visi dan misi berupa rancangan untuk
19
2) Tahap Implementasi: merupakan pelaksanaan dari blue print. Tahap
ditetapkan.
kurikulum apakah sudah sesuai dengan yang telah direncanakan atau tidak.
1) Karakteristik dari kurikulum, yang meliputi ruang lingkup bahan ajar, tujuan,
serta sikap yang dilakukan oleh guru terhadap kurikulum dalam kegiatan
pembelajarannya.
2. Pembentukan Akhlak
11
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm.239
20
Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh yang
dilakukan dalam membentuk diri anak melalui sarana pendidikan dan pembinaan
yang baik pada siswa agar terbentuk pada diri siswa akhlakul karimah yang sesuai
Terbagi menjadi dua dasar, yaitu dasar religi dan dasar konstitusional.
Dasar religi dari pembentukan akhlak adalah Al-Qur’an dan Hadits. Dimana
kedua dasar ini dijadikan sebagai sumber utama yang didalamnya berisi ajaran-
ajaran yang dapat dijadikan sebagai pedoman dan tuntutan bagi manusia untuk
berbuat dan berakhlak baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang
terdapat dalam QS. Al-Qalam ayat 4. Sedangkan untuk dasar konstitusional dalam
tahun 1945. Dimana Undang-undang Dasar ini merupakan dasar yang digunakan
untuk mengatur kehidupan suatu bangsa atau negara. Adapun mengenai kegiatan
pembinaan moral diatur dalam UUD 1945 pada pokok pikiran ke-empat.
Berikut ini tujuan secara spesifik dalam pembentukan akhlak pada peserta
12
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996)., hlm. 156.
21
a) Menumbuhkan kebiasaan untuk berakhlak dan berkebiasaan yang baik
b) Memantapkan dalam diri peserta didik rasa keagamaan, dan berpegang teguh
kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah dan
d) Membiasakan siswa untuk selalu bersikap sopan dan santun dalam berbicara
e) Selalu tekun dalam beribadah dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah
1) Akhlak terhadap Allah SWT.: adalah suatu sikap atau perbuatan yang
2) Akhlak terhadap Sesama Manusia: adalah bentuk sikap yang baik kepada
antar sesama. Banyak sekali perilaku yang mencerminkan akhlak yang baik
dan menjaga lingkungan alam dengan baik dan tidak melakukan perusakan.
13
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 136.
22
Hal ini sesuai dengan dasar akhlak yaitu dalam Al-Qur’an bahwa tugas
Metode atau cara yang dapat digunakan dalam pembentukan akhlak antara
1) Metode Keteladanan
2) Metode Pembiasaan
5) Metode Kisah
tiga aliran yang amat populer yakni aliran nativisme, empirisme, dan
dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.
pembentukan akhlak adalah faktor dari luar yakni lingkungan sosial termasuk
14
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 261-270
15
Abuddin Nata, Op.Cit., hlm. 166.
23
pada pendidikan dan pembinaan yang diberikan. Kemudian menurut aliran
pada diri seseorang adalah faktor internal yakni pembawaan, serta faktor dari luar
yakni pendidikan dan pembinaan yang dimuat secara khusus, atau melalui
F. Metode Penelitian
untuk memaparkan hasil data yang diperoleh dalam bentuk deskripsi agar lebih
mudah untuk dibaca dan dipahami. Dengan jenis penelitian tersebut penulis dapat
Gondanglegi, Malang. Adapun untuk data primer dalam penelitian ini diperoleh
melalui wawancara secara langsung kepada Ketua Yayasan, Kepala Sekolah, dan
data sekunder diperoleh melalui dokumen seperti, identitas dan profil Sekolah
kurikulum akhlak.
24
peneliti mengumpulkan berbagai data tersebut yang berhubungan dengan profil
Untuk analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah proses analisis
data dari model Miles dan Hubeman, yang didalamnya terdiri dari tiga tahap
yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan untuk
uji keabsahan data, peneliti menggunakan uji kreadibilitas berupa triangulasi dan
member check. Triangulasi yang digunakan berupa triangulasi sumber dan teknik.
G. Hasil Penelitian
25
terdapat pada pedoman Little Khalifah dan perangkat pembelajaran
fasilitator.
Muraqabatullah.
metode lainnya.
26
menjadi kesatuan didalam masing-masing bidang studi dalam tema
orang tua (forum kelas), yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali
anak.
keteladanan.
27
2) Kepala sekolah bersama dengan para fasilitator melakukan diskusi
dengan tema.
28
2) Terdapat tiga tahap kegiatan pembelajaran di kelas 3, yaitu kegiatan
lain:
muharram
29
Canteen yang merupakan program kegiatan bisnis,serta kegiatan
lainnya.
akhlak dan materi shirah dalam raport. Penilaian terkait akhlak dapat
Akhlak
(Malam Bina Iman dan Taqwa). Dalam aktivitas pembelajaran, terkait dengan
30
Dapat dilihat dalam berbagai program kegiatan dan pembiasaan
seperti budaya 3S (Senyum, salam, dan sapa), tata cara bertutur kata yang
orang yang lebih dewasa ketika berbicara dan sebagainya), dalam kegiatan
MABIT, SASS, dan OTFA terbentuk akhlak siswa yaitu saling tolong
tidak bersentuhan dengan yang bukan mahram bagi peserta didik yang sudah
aqil baligh, dibiasakan untuk menata sandal, sepatu, dan tas secara mandiri di
tempat yang telah disediakan dengan rapi, dibiasakan untuk makan dengan
tangan kanan sambil duduk, makan diawali dan diakhiri dengan berdo’a,
halaman sekolah, merawat hewan ternak, melalui konsep Zero Waste yang
peserta didik diajarkan untuk berakhlak baik ketika berada di alam yaitu tidak
31
boleh mengambil secara sembarangan dari alam, tidak boleh buang sampah
H. Penutup
diri siswa. Dimana mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi, para stakeholer
saling bekerjasama dengan baik. Terlebih khusus, para fasilitator yang senantiasa
memberikan teladan kepada siswa ketika penanaman akhlak tersebut. Selain itu,
berbagai program kegiatan yang diterapkan oleh sekolah yang didalamnya selalu
berkaitan erat dengan nilai-nilai akhlak, juga sangat memberikan pengaruh yang
signifikan. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari kurikulum akhlak akan lebih
yang telah diajarkan, seperti akhlak terhadap Allah yang diwujudkan ketika siswa
ketika melaksanakan shalat berjama’ah dan program tahfid dan tahsin dengan
khusyu’. Akhlak terhadap sesama diwujudkan ketika siswa mampu bertutur baik
diri sendiri diwujudkan ketika siswa mampu menjaga diri dengan memakai
ketika siswa merawat tanaman, hewan yang ada di sekolah, tidak membuang
32
sampah sembarangan, dan menerapakan akhlak yang baik ketika sedang berada di
alam.
33
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, Miftahul. 2019. Peranan Guru dalam Pembinaan Akhlak Mulia Peserta
Didik (Studi Kasus di MIS Darul Ulum, Madin Sulamul Ulum dan TPA Az-
Zahra Desa Papuyuan), Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah
Ibtida’iya. Vol. 2, No.2.
34