Anda di halaman 1dari 34

IMPLEMENTASI KURIKULUM AKHLAK

TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA


DI SEKOLAH ALAM GENERASI RABBANI

SKRIPSI

Oleh :
Khaninnunajibah
NIM. 16140114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Agustus, 2020

1
IMPLEMENTASI KURIKULUM AKHLAK
TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA
DI SEKOLAH ALAM GENERASI RABBANI

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu
Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah (S.Pd)

Oleh :
Khaninnunajibah
NIM. 16140114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH


JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Agustus, 2020

2
3
ABSTRAK

Khaninnunajibah. 2020. Implementasi Kurikulum Akhlak terhadap Pembentukan


Akhlak Siswa di Sekolah Alam Generasi Rabbani. Skripsi, Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Pembimbing Skripsi: M. Irfan Islamy, M.Pd.

Kata Kunci: Implementasi Kurikulum Akhlak, Pembentukan Akhlak

Kurikulum akhlak merupakan salah satu pilar kurikulum dalam sekolah


alam yang dapat menjadi suatu alternatif atas permasalahan dalam dunia
pendidikan kini, yaitu masalah akhlak. Dimana berbagai kasus krisis akhlak pada
kalangan pelajar sedang maraknya terjadi akhir-akhir ini, seperti bullying,
tawuran, kurangnya sopan santun terhadap guru dan orang tua, penyalahgunaan
narkoba, dan sebagainya. Hal ini terjadi karena masih banyaknya lembaga
pendidikan yang terlalu fokus dalam pengembangan kognitif siswa dibandingkan
dengan pengembangan akhlaknya. Sehingga pembentukan akhlak pada siswa
masih dirasa belum optimal sebagaimana yang tertuang dalam tujuan pendidikan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan konsep
kurikulum akhlak terhadap pembentukan akhlak siswa di Sekolah Alam Generasi
Rabbani, (2) mendeskripsikan implementasi kurikulum akhlak terhadap
pembentukan akhlak siswa di Sekolah Alam Generasi Rabbani, dan (3)
mendeskripsikan hasil implementasi kurikulum akhlak terhadap pembentukan
akhlak siswa di Sekolah Alam Generasi Rabbani.
Untuk mencapai tujuan penelitian diatas, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sedangkan untuk teknik
pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Dan untuk analisis data, dilakukan dengan cara mereduksi data,
menyajikan data, serta menarik kesimpulan.
Hasil data yang didapatkan oleh peneliti di lapangan menunjukkan bahwa,
(1) Konsep kurikulum akhlak adalah keteladanan yang mengacu pada Al-Qur’an,
Hadits, serta shirah Nabi dan sahabat, (2) Dalam implementasi kurikulum akhlak
terbagi menjadi tiga tahapan: Pertama, tahap perencanaan seperti sosialisasi
bersama, dan persiapan guru dalam membuat perangkat pembelajaran. Kedua,
tahap implementasi yang diwujudkan dalam bentuk pembiasaan, aktivitas proses
pembelajaran, serta program-program kegiatan yang berhubungan dengan
kurikulum akhlak. Ketiga, tahap evaluasi yaitu evaluasi hasil belajar siswa melalui
worksheet, dan pengamatan perilaku sehari-hari, evaluasi bulanan antara yayasan
dan seluruh fasilitator, serta forum kelas untuk evaluasi bersama dengan orang
tua. (3) Terdapat empat akhlak yang terbentuk pada diri siswa melalui
implementasi kurikulum akhlak, yaitu akhlak terhadap Allah SWT, akhlak
terhadap sesama, akhlak terhadap diri sendiri, dan akhlak terhadap alam. Akhlak
tersebut terbentuk melalui berbagai program kegiatan yang diterapkan.

4
ABSTRACT

Khaninnunajibah. 2020. The Implementation of Moral Curriculum toward the


Moral Formation of Students at the School of Nature Generasi
Rabbani.Thesis, Department of Islamic Primary Teacher Education,
Faculty of Education and Teaching, Maulana Malik Ibrahim State Islamic
University of Malang. Supervisor: M. Irfan Islamy, M.Pd.

Key words: implementation of moral curriculum, moral formation

Moral Curriculum is one of significant components in curriculum at the


natural schools that can be an alternative over the current problems in the
education world especially in moral problems. Recently, there have been several
cases of moral crisis that are rife among the students such as bullying, brawling,
lacking of courtesy towards teachers and parents, drug abuse and so on. It was
happened because most of educational institutions just focused on the cognitive
development of students rather than the development of morals. Thereof, the
moral formation of students is not optimal yet as stated in the educational goals.
In the present study, there were three objectives of the study proposed by
the researcher, which covered: 1) To define the concept of moral curriculum
toward the moral formation of students at the School of Nature Generasi Rabbani,
2) To describe the implementation of moral curriculum toward the moral
formation of the students at the School of Nature Generasi Rabbani 3) To describe
the result of moral curriculum implementation in creating students moral at
School of Nature Generasi Rabbani.
To achieve the above research objectives, the researcher employed
qualitative approach that was descriptive qualitative methodology. Descriptive
qualitative was applied to describe the result of data found in the field.
Meanwhile, for the data collection, the researcher applied observation technique,
interview and documentation. Further, for data analysis, the researcher reduced
the data, presented the data and draw conclusions.
The data result found by the researcher showed that, 1) the school used the
concept of exemplary that referred to Al-Quran, Hadis and the story of the
prophets and apostles, 2) in implementing moral curriculum, there were three
stages, which covered: firstly, It was planning phase such as socialization and
preparation of the teacher in making learning media. Secondly, it was
implementation phase that was manifested in the form of habituations, learning
process activities and some programs that was related with moral curriculum.
Thirdly, it was evaluation phase, consisting of worksheet, and daily observations,
monthly evaluation between the foundation and all facilitators and also evaluation
with parents. 3) Moral curriculum implementation forms four morals to Allah
SWT., morals towards human beings, morals toward self, and morals to the

5
nature. Those morals are formed through some programs activities that are applied
to the students.

6
‫مستخلص البعث‬

‫ح نني النجيب ة‪ ،2020 ،‬تط بيق املنهج األخالقي على تك وين األخالق ل دى الطالب يف‬
‫املدرس ة الطبيعي ة األجي ال الرباني ة‪ .‬البحث اجلامعي‪ .‬قس م التعليم املعلم املدرس ة اإلبتدائي ة‪ ،‬كلي ة‬
‫علوم الرتبية والتعليم‪ ،‬جامعة موالنا‪ ‬مالك إبراهيم اإلسالمية احلكومية ماالنق‪ .‬املشريف‪ :‬الدكتور‬
‫حممد عرفان إسالمي املاجستري‬

‫الكلمات اإلشارة‪ :‬تطبيق املنهج األخالقي‪ ،‬تكوين األخالق‬

‫املنهج األخالقي ه و أح د من رك ائز املن اهج يف املدارس الطبيعي ة ال يت تك ون بديل ة عن‬


‫املشاكل يف التعليم اآلن‪ ،‬وهي املشاكل األخالقية‪ .‬حيث حاالت األزمات األخالقية املختلفة بني‬
‫ؤخرا‪ ،‬مث ل التنمرواملش اجرات‪ ،‬وقل ة اآلدب للمعلمني واللمش اخيني‪ ،‬واملخ درات‬ ‫الطالب حتدثا م ً‬
‫وما أشبه ذلك‪ .‬وهذا احلال حيدث ألنه ال يزال من املؤسسات التعليمية اليت تركز بشكل تركيز‬
‫على التط ور املع ريف للطالب مقارن ة ب التطور األخالقي‪ .‬حبيث ال ي زال تك وين األخالق عن د‬
‫الطالب غري أمثل كما ورد يف األهداف الرتبوية‬
‫وأم ا األه داف يف ه ذا البحث منه ا‪ )1 :‬يص ف مفه وم املنهج األخالقي على تك وين‬
‫األخالق ل دى الطالب يف املدرس ة الطبيعي ة األجي ال الرباني ة‪ )2 .‬يص ف تط بيق املنهج األخالقي‬
‫على تكوين األخالق لدى الطالب يف املدرسة الطبيعية األجيال الربانية‪ )3 .‬يصف نتائج تطبيق‬
‫املنهج األخالقي على تكوين األخالق لدى الطالب يف املدرسة الطبيعية األجيال الربانية‪.‬‬
‫لني ل األه داف أعاله‪ ،‬اس تخدمت الباحث ة م دخل الكيفي الوص في‪ .‬وأم ا طريق ة مجع‬
‫البيانات فاستخدمت طريقة املالحظة واملقابلة والوثائق‪ .‬وحتليل البيانات باستخدام تقليل البيانات‬
‫وعرض البيانات واستخالص النتائج‪.‬‬
‫والنت ائج من البحث ال ذي ق امت الباحث ة كم ا يلي‪ )1 :‬مفه وم املنهج األخالقي ه و‬
‫النم وذج ال ذي يش ري إىل الق رآن واحلديث والس رية النبوي ة واألص حابه‪ )2‬ينقس م تنفي ذ املنهج‬
‫األخالقي إىل ثالث مراح ل‪ :‬أوالً‪ ،‬مرحل ة التخطي ط مث ل التنش ئة االجتماعي ة املش رتكة‪ ،‬وإع داد‬
‫املعلم يف ص نع أدوات التعلم‪ .‬ثاني اً‪ :‬مرحل ة التنفي ذ وال يت تتمث ل يف التع ود وأنش طة عملي ة التعلم‬
‫وبرامج األنشطة املتعلقة باملنهج األخالقي‪ .‬ثالثًا‪ ،‬مرحلة التقييم وهي تقييم نتائج تعلم الطالب من‬
‫خالل أوراق العمل‪ ،‬ومراقبة السلوك اليومي‪ ،‬والتقييمات الشهرية بني املؤسسة ومجيع امليسرين‪،‬‬

‫‪7‬‬
‫وكذلك املنتديات الصفية للتقييمات املشرتكة مع ولوالدهم‪ )3 .‬هناك أربعة أخالق تتشكل عند‬
‫الطالب من خالل تنفي ذ املنهج األخالقي ‪ ،‬وهي األخالق جتاه اهلل س بحانه وتع اىل ‪ ،‬واألخالق‬
‫جتاه اآلخرين ‪ ،‬واألخالق جتاه الذات ‪ ،‬واألخالق جتاه الطبيعة‪ .‬تتشكل هذه األخالق من خالل‬
‫برامج النشاط املنفذة املختلفة‪.‬‬

‫‪8‬‬
A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berkaitan dan tidak

terlepas dengan kehidupan manusia. Pada hakikatnya pendidikan diyakini sebagai

wadah dalam mencetak generasi bangsa yang memiliki wawasan yang luas dan

berbudi pekerti luhur sehingga pendidikan memiliki posisi penting dalam

memberikan sumbangsih yang sangat signifikan terhadap pembangunan suatu

bangsa. Sehingga, dengan sistem pendidikan yang semakin berkualitas maka

semakin tinggi pula kualitas dari sumber daya manusia yang dihasilkan.

Berbicara mengenai kualitas dari pendidikan, tepat pada era abad ke-21 ini

telah terjadi pergeseran laju pengetahuan yang begitu cepatnya. Dimana pada abad

ini, terjadi suatu perubahan pada percepatan meningkatnya pengetahuan yang

sangat luar biasa atau pendidikan berada pada masa pengetahuan (knowledge age).

Sebagaimana pendapat dari Gates bahwa perubahan ini terjadi karena adanya

pengaplikasian teknologi dan juga media digital, sehingga peningkatan

pengetahuan berkembang dengan cepat dan luar biasa.1 Sehingga bersamaan

dengan adanya perubahan tersebut, perlu adanya suatu inovasi atau perbaikan

terhadap sistem pendidikan. Inovasi pendidikan adalah suatu pemikiran atau ide

baru yang diamati dan dirasakan oleh individu atau kelompok yang bertujuan

sebagai bentuk pembaharuan dalam dunia pendidikan, untuk memecahkan suatu

masalah pendidikan yang sedang dihadapi. Dalam inovasi pendidikan terdapat

beberapa komponen pembaharuan. Salah satunya adalah dalam pembaharuan

kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting


1
Etistika Yuni Wijaya, dkk, Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan
Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global. Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika 2016, Universitas Kanjuruhan Malang. Vol. 1 Tahun 2016, hlm. 264.

9
dalam pendidikan yang memiliki posisi strategis, karena secara umum kurikulum

adalah deskripsi dari visi, misi, dan tujuan pendidikan suatu bangsa. Dalam hal ini

kurikulum dijadikan suatu solusi atas permasalahan yang terjadi serta berfungsi

sebagai pedoman atau acuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hilda Taba

yang menyatakan bahwa “curiculum is a plan for learning”. Artinya, kurikulum

adalah suatu rencana yang memberikan suatu pedoman atau acuan dalam kegiatan

proses belajar mengajar agar tercapai tujuan dari pendidikan.2 Sebagaimana tujuan

dari pendidikan, sistem pendidikan dilain mengembangkan aspek kognitif dan

keterampilan, namun juga merujuk pada aspek afektifnya. Sehingga dengan

sistem pendidikan yang demikian, dapat membentuk peserta didik dengan pribadi

yang berkualitas yang tidak hanya memiliki kecerdasan pengetahuan dan

keterampilan semata, namun juga berakhlak mulia. Hal ini juga jelas dinyatakan

dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pasal 3.

Mengingat pentingnya membentuk pribadi berkualitas yang berwawasan

luas dan berakhlak mulia, perlu kita lihat lagi kondisi pendidikan saat ini. Dimana

berbagai kasus kemerosotan akhlak sedang heboh terjadi dalam dunia pendidikan

di Indonesia. Tak heran berbagai kasus tersebut terjadi karena penanaman akhlak

dalam diri anak yang masih kurang optimal. Berbagai kasus kemerosotan akhlak

yang terjadi antara lain, kasus kekerasan, kriminalitas tinggi, tawuran antar

pelajar, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, pornografi, perilaku bullying,

memudarnya sikap jujur, memudarnya sopan santun kepada guru dan orang tua,

serta perilaku merusak sarana publik.


2
Razali M.Thaib & Irman Siswanto, Inovasi Kurikulum dalam Pengembangan Pendidikan
(Suatu Analisis Implementatif). Jurnal Edukasi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Vol. 1, No.2, July
2015, hlm. 219.

10
Kasus bullying adalah salah satu kasus yang akhir-akhir ini sedang marak

terjadi khususnya di kalangan pelajar. Dimana kasus ini masih menjadi kasus

yang mendominasi di bidang pendidikan. Pada kurun waktu bulan Januari- April

tahun 2019 yang bersumber dari KPAI telah terjadi kasus bullying sebanyak 12

kasus, dan kasus bullying yang dilakukan oleh siswa terhadap guru sebanyak 4

kasus. KPAI juga menyatakan bahwa kasus tindakan bullying dalam dunia

pendidikan menempati urutan ke-empat yang terjadi di Indonesia.3 Tidak hanya

itu, di Kota Malang sendiri juga terdapat kasus bullying yang terjadi di kalangan

pelajar, sebagaimana yang dialami oleh pelajar SMP yang baru-baru ini terjadi

pada Februari tahun 2020.4 Di lain hal, contoh kasus kemerosotan akhlak lainnya

adalah kasus tawuran antar pelajar yang terjadi pada Januari 2020 yakni awal

tahun lalu yang bertempat di Gor Ken Arok Kota Malang.

Dari beberapa kasus diatas jelas bahwa pendidikan di Indonesia masih

belum bisa menanggulangi berbagai kasus kekerasan pada anak. Realitasnya

dibuktikan dengan kurang optimalnya penanaman akhlak pada diri siswa sehingga

belum mampu untuk membentuk kepribadian yang sempurna pada anak didik.

Hal ini disebabkan sistem pendidikan yang terlalu mementingkan mencetak anak

didik yang pintar yang memiliki kecerdasan intelektual, dan mengesampingkan

pembentukan pribadi yang berakhlak mulia. Sehingga banyak pelajar yang masih

belum dapat membedakan perbuatan yang baik dan mana perbuatan buruk yang

nantinya dapat berakibat pada dirinya. Diantara mereka juga masih banyak yang
3
Catatan KPAI di Hardiknas: Kasus Anak Bully Guru Meningkat Drastis,
(https://www.kpai.go.id/berita/catatan-kpai-di-hardiknas-kasus-anak-bully-guru-meningkat-
drastis, diakses 19 September 2019, Pukul 17.57 WIB).
4
Korban Bullying Diamputasi di Malang Didampingi Psikolog- CNN Indonesia,
(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200211074523-20-473464/korban-bullying-
diamputasi-di-malang-didampingi-psikolog, diakses 15 Juni 2020, Pukul 20.11 WIB).

11
belum menghayati dan memahami akhlak dengan baik. Sehingga akhlak masih

dianggap usang dan kurang diperlukan dalam tatanan kehidupan sehari-harinya.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki tanggung

jawab dalam membentuk kepribadian para generasi bangsa. Sekolah yang

merupakan pendidikan kedua setelah keluarga sejatinya dapat membentuk pribadi

yang berakhlak mulia pada diri siswa melalui pembinaan, penanaman, serta

pengajaran. Dalam hal ini peran guru sangat dibutuhkan. Seorang guru dijadikan

sebagai figur dalam pembentukan akhlak mulia pada diri siswa. Sehingga dalam

proses penanamannya, akhlak dari seorang guru dapat memberikan pengaruh yang

cukup besar. Karena sadar atau tidak sadar, gerak gerik dari seorang guru juga

dapat ditiru oleh siswanya. Dalam hal ini guru merupakan suri tauladan bagi

siswanya.5 Di lain hal, memberikan pemahaman dan pembiasaan ketika disekolah

melalui berbagai program kegiatan yang berkenaan dengan akhlak juga perlu

untuk dilakukan, supaya apa yang telah diajarkan kepada siswa dapat dipahami

serta tertanam dengan baik, sehingga tidak mudah bagi dirinya untuk terpengaruh

dengan pergaulan yang tidak baik dari lingkungan sekitarnya. Dengan begitu

dapat membantu meminimalisir terjadinya kasus kemerosotan akhlak yang akhir-

akhir ini terjadi pada pelajar khususnya.

Sekolah Alam Generasi Rabbani Gondanglegi, Malang merupakan salah

satu lembaga pendidikan yang memiliki perhatian lebih terhadap pembentukan

akhlak melalui implementasi kurikulum akhlak. Dimana di sekolah alam tersebut

5
Miftahul Jannah, Peranan Guru dalam Pembinaan Akhlak Mulia Peserta Didik (Studi
Kasus di MIS Darul Ulum, Madin Sulamul Ulum dan TPA Az-Zahra Desa Papuyuan), Al-
Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtida’iya, STIQ Amuntai, Vol. 2, No.2 Januari-
Juni 2019, hlm. 141

12
menjadikan kurikulum akhlak sebagai kurikulum yang diprioritaskan yang

kemudian mendominasi kurikulum lainnya. Jadi, sekolah alam tersebut

menggunakan kurikulum nasional yakni kurikulum 2013 yang dipadukan dengan

empat pilar kurikulum sekolah alam yaitu kurikulum akhlak, kurikulum logika,

kurikulum leadership, serta kurikulum bisnis. Dari 100% keempat pilar kurikulum

tersebut, 70% kurikulum akhlaklah yang mendominasi.

Berkaitan dengan kurikulum yang digunakan, Sekolah Alam Generasi

Rabbani memiliki tujuan pendidikan yang juga menunjang terbentuknya insan

dengan pribadi yang berkualitas yang tidak hanya memiliki kecerdasan serta

keterampilan semata, namun juga berakhlaqul karimah. Adapun tujuan pendidikan

dari Sekolah Alam Generasi Rabbani adalah menjadikan anak sebagai pemimpin,

pebisnis serta ilmuwan yang berakhlak sebagaimana kurikulum yang digunakan di

sekolah tersebut. Di lain hal dalam penerapan kurikulum akhlak sendiri, metode

utama yang digunakan adalah metode keteladanan. Dimana fasilitator harus

mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi para peserta didik.

Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

mengkaji lebih dalam terkait dengan hal tersebut yang didalam skripsi yang

berjudul: “Implementasi Kurikulum Akhlak terhadap Pembentukan Akhlak

Siswa di Sekolah Alam Generasi Rabbani”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian diatas, dapat dirumuskan fokus penelitian

sebagai berikut:

13
1. Bagaimana konsep kurikulum akhlak terhadap pembentukan akhlak siswa di

Sekolah Alam Generasi Rabbani?

2. Bagaimana implementasi kurikulum akhlak terhadap pembentukan akhlak

siswa di Sekolah Alam Generasi Rabbani?

3. Bagaimana hasil implementasi kurikulum akhlak terhadap pembentukan akhlak

siswa di Sekolah Alam Generasi Rabbani?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah digunakan untuk menghindari penyimpangan

masalah yang meluas dalam proses penelitian. Sehingga penelitian akan terarah

dalam fokusnya serta mencapai hasil penelitian yang maksimal. Adapun batasan

penelitian dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Informasi tentang implementasi kurikulum akhlak yang tidak hanya ketika

pembelajaran, namun juga di luar aktivitas pembelajaran.

2. Informasi yang disajikan dibatasi hanya untuk kegiatan implementasi

kurikulum akhlak pada kelas 3 di Sekolah Alam Generasi Rabbani.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian sebagai

berikut:

1. Untuk mendeskripsikan konsep kurikulum akhlak terhadap pembentukan

akhlak siswa di Sekolah Alam Generasi Rabbani.

2. Untuk mendeskripsikan implementasi kurikulum akhlak terhadap pembentukan

akhlak siswa di Sekolah Alam Generasi Rabbani.

14
3. Untuk mendeskripsikan hasil implementasi kurikulum akhlak terhadap

pembentukan akhlak siswa di Sekolah Alam Generasi Rabbani.

E. Kajian Pustaka

1. Konsep Implementasi Kurikulum Akhlak

a. Pengertian Implementasi Kurikulum

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman bahwa implementasi adalah

suatu hal yang bermuara pada aksi, aktivitas, tindakan, serta adanya mekanisme

dari suatu sistem.6 Jadi, tidak sekedar aktivitas saja, melainkan bagaimana

aktivitas yang sudah terencana dan sistematis itu dapat mencapai tujuan dari yang

telah direncanakan. Sedangkan pengertian kurikulum secara etimologi, berasal

dari bahasa Yunani yaitu “curir” dan “currere” yang berarti tempat berpacu,

berlari, dari sebuah perlombaan yang harus dilalui oleh para peserta yang harus

dipatuhi dan ditaati oleh para peserta perlombaan. 7 Jadi, kurikulum pada waktu itu

diartikan sebagai jarak tempuh pelari dari garis start sampai garis finish untuk

mendapatkan suatu penghargaan. Sedangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 butir 19, berbunyi: “Kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa implementasi

kurikulum adalah pelaksanaan dari program kurikulum tertulis yang telah

6
Nurudin Usman, Konteks Implementasi berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2004), hlm. 70.
7
Syamsul Bahri, Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya, Jurnal Ilmiah Islam
Futura, Vol. XI, No. 1 Agustus 2011, hlm. 17

15
direncanakan sebelumnya yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik

serta kondisi lingkungan. Sedangkan menurut Ansyar, implementasi kurikulum

diartikan sebagai proses perubahan untuk memperoleh hasil dalam pencapaian

tujuan pendidikan yang ideal.8

b. Konsep Kurikulum Akhlak

Kurikulum akhlak adalah bagian dari rangkaian pembelajaran yang

menyediakan berbagai macam pendekatan pembelajaran nilai moral yang

kemudian diperdalam lagi di masing-masing bagian termasuk dasar nilai,

pengertian, kisah, dimensi akhlak, kisah akhlak, dan aktivitas-aktivitas. Dalam

pelaksanaan kurikulum ini melalui konsep keteladanan dan pengembangan EQ

(Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Qoutient) yang diimplementasikan secara

praktis.9 Dalam hal ini, konsep keteladanan yang diterapkan dalam kurikulum ini

mengacu pada Shirah Nabi dan para sahabat.

Tujuan dari kurikulum akhlak ini adalah memberikan pembelajaran

mengenai nilai akhlak yang tidak hanya sekedar dipahami, melainkan

diaktualisasikan dalam bentuk nyata berupa tindakan baik yang nyata yang dapat

diukur tingkat aplikasinya. Adapun ruang lingkup dalam tahapan kurikulum

akhlak yaitu terbagi menjadi empat jenjang stages. Dimana dalam masing-masing

stages terdapat nilai akhlak yang harus ditanamkan dan dilakukan secara bertahap

kepada siswa selama setahun akademik. Berikut poin-poin mengenai nilai-nilai

akhlak yang ditanamkan pada setiap stages nya:

8
Mohammad Ansyar, Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain & Pengembangan, (Jakarta:
Kencana, 2015), hlm. 408
9
Moh. Yamin, Sekolah yang Membebaskan, (Malang: Madani, 2012), hlm. 144

16
1) Pada early stage (TK): Nilai-nilai akhlak yang ditanamkan pada tahap ini

adalah Rahman (pemurah), Rahim (Penyayang), ‘Afwu (Pemaaf), Barr (Buat

Kebajikan), Sabr (Sabar), dan Hasan (Baik).

2) Pada stage one (kelas 1-2): Nilai-nilai akhlak yang ditanamkan pada tahap ini

adalah Latif (lembut), Muraqabah (mengamati), Hafiz (pemelihara), Samaah

(toleran), Iffah (menahan nafsu), Syukur (memuji nikmat), dan Qadir

(berupaya).

3) Pada stage two (kelas 3-4): Nilai-nilai akhlak yang ditanamkan pada tahap ini

adalah Adl (adil), Shidq (jujur), Waliy (melindungi), Nafi’ (bermanfaat),

Tawadhu (rendah hati), Tawakkal (berserah diri), Mu’amalah (sosial), dan

Amanah (tanggung jawab).

4) Yang terakhir adalah stage three (kelas 5-6): Nilai-nilai akhlak yang

ditanamkan adalah Mu’izz (hormat), Mujahadah (sungguh), Istiqomah (teguh),

Syaja’ah (berani), Qana’ah (menerima), Zuhud (sederhana), Ikhlas (mencari

ridho), Taba’ah (kembali), dan Haya’ (enggan).

Sedangkan dalam proses implementasi kurikulum akhlak, terdapat sepuluh

instrumen penilaian akhlak yang digunakan, antara lain:10

1) Work-sheet: Pada penilaian ini dilihat dari pemahaman siswa dalam

mengerjakan tugas mengenai nilai akhlak yang telah dipejari sebelumnya,

dengan sikap yang baik seperti tidak mengganggu temannya, jujur, dan lain

sebagainya ketika mengerjakan tugas tersebut.

10
Welvy Redasuryani, “Implementasi Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Alam (Studi Kasus
di SD School of Universe Parung)”, Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, hlm.42

17
2) Augmented Reality: adalah penilaian yang dilakukan guru melalui observasi

pada saat kegiatan proses pembelajaran kepada siswa, dengan memberikan

suatu kejadian melalui drama, dimana siswa dapat menghubungkan nilai dari

akhlak dengan kejadian yang telah diperankan.

3) Kamera tersembunyi (Candid Camera): yaitu pengamatan atau pemantauan

guru melalui peletakan kamera tersembunyi untuk merekam akhlak siswa pada

saat guru sedang tidak dapat mendampingi siswa ketika proses pembelajaran.

4) Peer Evaluation: merupakan penilaian yang dilakukan oleh siswa terhadap

siswa yang lain, atau penilaian antar sejawat.

5) Reflection: adalah sebuah refleksi dari guru kepada siswa sebelum kegiatan

pembelajaran selesai mengenai apa yang telah dipelajari serta memberikan

bimbingan kepada siswa untuk menuliskan sikap yang perlu untuk diperbaiki

dalam dirinya yang sesuai dengan nilai akhlak yang telah dipelajari

sebelumnya.

6) Role Play: adalah penilaian terhadap pemahaman siswa terhadap nilai akhlak

siswa melalui games yang dilakukan bersama dengan kelompoknya.

7) Buddy Time: adalah pemasangan siswa dengan siswa lainnya yang sedang

bermasalah dan adanya ketidakcocokan yang kemudian diselesaikan oleh guru.

8) Self Habituation: Melakukan observasi kepada siswa melalui proses

pembiasaan dalam kegiatan siswa sebagai bentuk melatih keterampilan siswa

dalam menerapkan akhlak di lingkungan sekitarnya.

9) Curricular Report: Merupakan laporan tertulis perkembangan akhlak siswa

dari guru.

18
10) Ibadah: adalah pemantauan terhadap kegiatan ibadah siswa baik ketika

disekolah atau dirumah, seperti shalat dhuha berjama’ah sebelum mulainya

pembelajaran, kegiatan tahfidz, serta shalat lima waktu.

c. Komponen Kurikulum

Komponen kurikulum merupakan penunjang yang mendukung operasi

kurikulum agar bisa berjalan dengan baik. Kurikulum memiliki lima komponen

didalamnya. Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan mengenai ke-lima

komponen kurikulum tersebut :

1) Komponen Tujuan: terklasifikasi menjadi tiga tujuan pendidikan yaitu, tujuan

pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan

pembelajaran.

2) Komponen Isi

3) Komponen Metode/Strategi

4) Komponen Organisasi Kurikulum: menurut Dakir, terdapat tiga

pengorganisasian pokok dalam kurikulum, seperti Separate Subject

Curriculum, Correlated Curriculum, dan Integrated Curriculum.

5) Komponen Evaluasi

d. Tahap-tahap Implementasi Kurikulum

Menurut Oemar Hamalik menyatakan bahwa terdapat tiga tahap dalam

implementasi kurikulum, yaitu:

1) Tahap Perencanaan: diuraikan berbagai visi dan misi berupa rancangan untuk

mengembangkan suatu tujuan dari kurikulum yang ingin dicapai.

19
2) Tahap Implementasi: merupakan pelaksanaan dari blue print. Tahap

pelaksanaan ini dilakukan di suatu lembaga pendidikan sesuai dengan rencana

yang telah direncanakan sebelumnya hingga tercapai tujuan yang telah

ditetapkan.

3) Tahap Evaluasi: Evaluasi bertujuan untuk melihat hasil dari pelaksanaan

kurikulum apakah sudah sesuai dengan yang telah direncanakan atau tidak.

e. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum

Menurut Oemar Hamalik faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi

kurikulum, antara lain:11

1) Karakteristik dari kurikulum, yang meliputi ruang lingkup bahan ajar, tujuan,

fungsi, sifat dan sebagainya.

2) Strategi implementasi, yaitu strategi yang digunakan untuk

mengimplementasikan kurikulum, misalnya diskusi se-profesi, seminar,

penyediaan buku kurikulum, dan berbagai kegiatan yang menunjang

implementasi kurikulum di lapangan.

3) Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan, keterampilan,

serta sikap yang dilakukan oleh guru terhadap kurikulum dalam kegiatan

pembelajarannya.

2. Pembentukan Akhlak

a. Pengertian Pembentukan Akhlak

11
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm.239

20
Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh yang

dilakukan dalam membentuk diri anak melalui sarana pendidikan dan pembinaan

yang terpogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan

konsisten.12 Jadi, pembentukan akhlak adalah usaha yang dilakukan secara

sungguh-sungguh dengan cara memperbaiki, menanamkan, membentuk perbuatan

yang baik pada siswa agar terbentuk pada diri siswa akhlakul karimah yang sesuai

dengan nilai-nilai dalam ajaran Islam.

b. Dasar dan Tujuan Pembentukan Akhlak

1) Dasar Pembentukan Akhlak

Terbagi menjadi dua dasar, yaitu dasar religi dan dasar konstitusional.

Dasar religi dari pembentukan akhlak adalah Al-Qur’an dan Hadits. Dimana

kedua dasar ini dijadikan sebagai sumber utama yang didalamnya berisi ajaran-

ajaran yang dapat dijadikan sebagai pedoman dan tuntutan bagi manusia untuk

berbuat dan berakhlak baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang

terdapat dalam QS. Al-Qalam ayat 4. Sedangkan untuk dasar konstitusional dalam

pembentukan akhlak adalah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945. Dimana Undang-undang Dasar ini merupakan dasar yang digunakan

untuk mengatur kehidupan suatu bangsa atau negara. Adapun mengenai kegiatan

pembinaan moral diatur dalam UUD 1945 pada pokok pikiran ke-empat.

2) Tujuan Pembentukan Akhlak

Berikut ini tujuan secara spesifik dalam pembentukan akhlak pada peserta

didik, antara lain:

12
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996)., hlm. 156.

21
a) Menumbuhkan kebiasaan untuk berakhlak dan berkebiasaan yang baik

b) Memantapkan dalam diri peserta didik rasa keagamaan, dan berpegang teguh

pada akhlak yang mulia serta menjauhi akhlak yang tercela.

c) Membimbing siswa menuju kearah yang baik dengan membantu dan

mengajarkan mereka bagaimana cara berinteraksi sosial, mencintai suatu

kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah dan

menghargai orang lain.

d) Membiasakan siswa untuk selalu bersikap sopan dan santun dalam berbicara

serta bergaul ketika berada di sekolah ataupun diluar sekolah.

e) Selalu tekun dalam beribadah dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah

serta bermu’amalah yang baik.13

c. Ruang Lingkup Akhlak

Terdapat tiga ruang lingkup akhlak yaitu:

1) Akhlak terhadap Allah SWT.: adalah suatu sikap atau perbuatan yang

menunjukkan akhlak yang baik kepada Allah yang seharusnya dilakukan

oleh manusia sebagai makhluk Allah.

2) Akhlak terhadap Sesama Manusia: adalah bentuk sikap yang baik kepada

antar sesama. Banyak sekali perilaku yang mencerminkan akhlak yang baik

kepada sesama. Seperti, tidak melakukan perbuatan negatif yaitu

membunuh, menyakiti badan, dan sebagainya.

3) Akhlak terhadap Lingkungan: Manusia sebagai khalifah harus mengelola

dan menjaga lingkungan alam dengan baik dan tidak melakukan perusakan.

13
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 136.

22
Hal ini sesuai dengan dasar akhlak yaitu dalam Al-Qur’an bahwa tugas

kekhalifahan manusia di bumi terhadap lingkungan alam adalah

pengayoman, pemeliharaan serta pembimbingan agar setiap makhluk

mencapai tujuan pencintaannya.14

d. Metode Pembentukan Akhlak

Metode atau cara yang dapat digunakan dalam pembentukan akhlak antara

lain sebagai berikut:

1) Metode Keteladanan

2) Metode Pembiasaan

3) Metode Pemberian Nasihat

4) Metode Pemberian Ganjaran

5) Metode Kisah

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Untuk menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan akhlak pada khususnya, dan pendidikan pada umumnya terdapat

tiga aliran yang amat populer yakni aliran nativisme, empirisme, dan

konvergensi.15 Dalam aliran nativisme menjelaskan bahwasanya faktor yang

sangat berpengaruh terhadap pembentukan akhlak adalah faktor pembawaan dari

dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.

Sedangkan menurut aliran empirisme, yang sangat berpengaruh terhadap

pembentukan akhlak adalah faktor dari luar yakni lingkungan sosial termasuk

14
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 261-270
15
Abuddin Nata, Op.Cit., hlm. 166.

23
pada pendidikan dan pembinaan yang diberikan. Kemudian menurut aliran

konvergensi menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak

pada diri seseorang adalah faktor internal yakni pembawaan, serta faktor dari luar

yakni pendidikan dan pembinaan yang dimuat secara khusus, atau melalui

interaksi di lingkungan sosial.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif.

untuk memaparkan hasil data yang diperoleh dalam bentuk deskripsi agar lebih

mudah untuk dibaca dan dipahami. Dengan jenis penelitian tersebut penulis dapat

mendeksripsikan secara akurat bagaimana implementasi kurikulum akhlak

terhadap pembentukan akhlak siswa di Sekolah Alam Generasi Rabbani,

Gondanglegi, Malang. Adapun untuk data primer dalam penelitian ini diperoleh

melalui wawancara secara langsung kepada Ketua Yayasan, Kepala Sekolah, dan

guru kelas 3 terkait dengan implementasi kurikulum akhlak. Sedangkan untuk

data sekunder diperoleh melalui dokumen seperti, identitas dan profil Sekolah

Alam Generasi Rabbani, buku pedoman kurikulum akhlak, perangkat

pembelajaran, anecdotal record, kartu mutaba’ah, dan foto dokumentasi kegiatan

kurikulum akhlak.

Sedangkan untuk teknik yang digunakan peneliti adalah observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Kegiatan observasi dilakukan secara langsung oleh

peneliti di lapangan untuk mengamati berbagai kegiatan yang berhubungan

dengan kurikulum akhlak. Sedangkan teknik wawancara dilakukan kepada Ketua

Yayasan, Kepala Sekolah, dan Guru Kelas 3. Kemudian untuk dokumentasi,

24
peneliti mengumpulkan berbagai data tersebut yang berhubungan dengan profil

sekolah dan kurikulum akhlak.

Untuk analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah proses analisis

data dari model Miles dan Hubeman, yang didalamnya terdiri dari tiga tahap

yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan untuk

uji keabsahan data, peneliti menggunakan uji kreadibilitas berupa triangulasi dan

member check. Triangulasi yang digunakan berupa triangulasi sumber dan teknik.

G. Hasil Penelitian

1. Konsep Kurikulum Akhlak

a) Kurikulum akhlak merupakan kurikulum yang mendominasi ketiga

kurikulum lainnya yaitu kurikulum logika, leadership, dan bisnis. Dan

konsep kurikulum akhlak adalah keteladanan yang mengacu pada Al-

Qur’an, hadits, shirah Nabi Muhammad dan para sahabat.

b) Berkenaan dengan konsep kurikulum akhlak, terdapat beberapa

komponen-komponen didalamnya antara lain:

1) Komponen tujuan: Tujuan pendidikan kurikulum akhlak adalah

menjadikan pribadi siswa sebagai ilmuwan, pemimpin, dan pebisnis

yang berakhlak. Sehingga tujuan kurikulum akhlak tersebut telah

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, dimana kurikulum

tersebut tidak hanya sekedar mengembangkan kognitif,

psikomotorik dan bakat siswa, namun mengenai permasalahan

akhlak juga dikembangkan dengan baik dan optimal. Sedangkan

untuk tujuan kurikuler dan instruksional kurikulum akhlak sudah

25
terdapat pada pedoman Little Khalifah dan perangkat pembelajaran

fasilitator.

2) Komponen isi/materi: Tema- tema kurikulum akhlak pada dasarnya

sudah dipaparkan dalam buku pedoman Little Khalifah sesuai

dengan masing-masing jenjang kelasnya. Namun, fasilitator dapat

mengembangkan tema akhlak di kelasnya sesuai dengan kebutuhan

permasalahan akhlak yang dominan di dalam kelas yang perlu

untuk diperbaiki. Sehingga untuk fokus tema akhlak yang dipelajari

di kelas 3 ada 5, yaitu: Adil, Jujur, Waliy, Nafi’, dan

Muraqabatullah.

3) Komponen Metode: Untuk metode yang digunakan fasilitator di

kelas 3 dalam penanaman akhlak dan ketika proses penyampaian

materi akhlak adalah menggunakan variasi metode yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Seperti metode

keteladanan, metode pembiasaan, metode nasihat, metode ceramah,

metode kisah, metode sosiodrama, metode storytelling, dan metode-

metode lainnya.

4) Komponen organisasi kurikulum: Uuntuk organisasi kurikulum

akhlak terdapat satu bentuk organisasi yaitu: pertama, terkait

dengan nilai-nilasi akhlak tidak terpisah dengan bidang studi dalam

tema nasional. Melainkan tema akhlak tersebut include atau

terintegrasi dengan tema nasional. Sehingga untuk tema-tema

akhlak tersebut tidak berdiri sendiri atau terpisah, melainkan

26
menjadi kesatuan didalam masing-masing bidang studi dalam tema

nasional. Begitupun juga dengan mata pelajaran shirah yang juga

merupakan bagian dari kurikulum akhlak juga diintegrasikan

dengan tema nasional.

5) Komponen evaluasi: Berkaitan dengan agenda monitoring atau

evaluasi mengenai kurikulum akhlak, terdapat beberapa bentuk

kegiatan seperti evaluasi bulanan. Evaluasi ini dilaksanakan

bersama dengan yayasan dan seluruh fasilitator secara rutin setiap

satu bulan sekali, untuk membahas terkait kendala-kendala yang

dialami ketika penerapan kurikulum akhlak serta mengevaluasi

kinerja guru. Selain itu, juga terdapat kegiatan evaluasi bersama

orang tua (forum kelas), yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali

membahas terkait perkembangan akhlak anak, mempererat

kerjasama serta memberikan treatment terkait dalam mendidik

anak.

2. Implementasi Kurikulum Akhlak terhadap Pembentukan Akhlak

Siswa di Sekolah Alam Generasi Rabbani

a. Perencanaan Kurikulum Akhlak

1) Sebelum kurikulum akhlak diberlakukan, yayasan bersama sekolah

mengadakan sosialisasi dan diskusi dengan seluruh fasilitator untuk

membahas terkait konsep dan filosofi kurikulum akhlak yaitu

keteladanan.

27
2) Kepala sekolah bersama dengan para fasilitator melakukan diskusi

rutin sebelum pelaksanaan awal tahun ajaran baru, untuk

membahas program-program kegiatan dari kurikulum akhlak yang

akan dilaksanakan pada semester yang akan datang.

3) Seluruh fasilitator, termasuk fasilitator kelas 3 diminta untuk

mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan

untuk awal tahun ajaran baru serta mengkonsultasikannya terlebih

dahulu kepada kepala sekolah. Adapun perangkat pembelajaran

yang dipersiapkan oleh fasilitator tersebut, antara lain:

a) Membuat tema, subtema, menentukan materi yang akan

dibahas, serta menentukan nilai akhlak yang akan dipadukan

dengan tema.

b) Membuat semester plan

c) Membuat kalender kelas

d) Membuat lesson plan

b. Pelaksanaan Kurikulum Akhlak

1) Bentuk pembiasaan akhlak serta penanaman akhlak yang rutin

dilaksanakan setiap hari antara lain: pembiasaan 3S (Senyum, salam

dan sapa), merapikan sepatu dan tas di tempat yang disediakan,

shalat dhuha berjama’ah, muraja’ah, morning talk, mengingatkan

untuk membaca do’a dan duduk ketika makan, Qailulah, Shalat

dhuhur berjama’ah, serta kultum.

28
2) Terdapat tiga tahap kegiatan pembelajaran di kelas 3, yaitu kegiatan

pembuka yang dimulai dengan berdo’a bersama, ice breaking,

morning talk, apersepsi, dan penyampaian tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti, yaitu proses kegiatan pembelajaran, dimana

pembelajaran selalu dikaitkan dengan akhlak. Seperti tema yang

dipadukan dengan nilai-nilai akhlak, serta terdapat materi shirah

sebagai penguatan akhlak siswa. Kemudian pada kegiatan penutup,

yaitu siswa diberikan refleksi dan review materi mengenai materi

yang telah disampaikan, dimana siswa diberikan evaluasi berupa

worksheet, bisa berupa soal ataupun pemberian feedback mengenai

materi yang telah disampaikan.

3) Program kegiatan kurikulum akhlak terbagi menjadi empat, antara

lain:

a) Program Harian: Tahsin dan Tahfidz, shalat dhuha, shalat wajib

berjama’ah, morning talk, kultum, pembacaan shirah Nabi

b) Program Pekanan: Mentoring

c) Program Tahunan: Karantina tahfidz, ramadhan camp, gebyar

muharram

d) Program Semester: MABIT (Malam bina iman dan taqwa).

Sedangkan kegiatan intrakulikuler dari kurikulum lain yang

didalamnya terdapat penanaman akhlak ada OTFA (Out Trekking

Fun Adventure) dan SASS (Sekolah Alam Student Scout) yang

merupakan program kegiatan kurikulum leadership, serta Green

29
Canteen yang merupakan program kegiatan bisnis,serta kegiatan

lainnya.

c. Evaluasi Kurikulum Akhlak di Sekolah Alam Generasi Rabbani

1) Terkait dengan kurikulum akhlak memang tidak ada raport

khususnya. Namun untuk evaluasi terkait ada permasalahan akhlak

pada siswa, akan langsung diselesaikan pada hari itu juga

2) Evaluasi hasil belajar siswa termasuk di kelas 3 tetap mencantumkan

akhlak dan materi shirah dalam raport. Penilaian terkait akhlak dapat

dilihat melalui pengamatan perilaku siswa sehari-hari. Sedangkan

untuk materi shirah dalam penilaiannya, dapat dilihat dari evaluasi

harian dan evaluasi tema melalui worksheet.

3. Hasil Pembentukan Akhlak Siswa melalui Implementasi Kurikulum

Akhlak

a. Akhlak terhadap Allah SWT.

Dibentuk melalui berbagai program kegiatan seperti shalat dhuha

berjama’ah, program tahfidz dan tahsin, shalat dhuhur berjama’ah, pemberian

materi kultum, karantina tahfidz, ramadhan camp, gebyar muharram, MABIT

(Malam Bina Iman dan Taqwa). Dalam aktivitas pembelajaran, terkait dengan

penyampaian materi selalu dikaitkan kepada Allah sebagai bentuk

menumbuhkan akhlak terhadap Allah.

b. Akhlak terhadap Sesama

30
Dapat dilihat dalam berbagai program kegiatan dan pembiasaan

seperti budaya 3S (Senyum, salam, dan sapa), tata cara bertutur kata yang

baik terhadap sesama (cara meminta maaf, berterimakasih, meminta tolong,

adab berbicara dengan orang dewasa, mendengarkan dan memperhatikan

orang yang lebih dewasa ketika berbicara dan sebagainya), dalam kegiatan

MABIT, SASS, dan OTFA terbentuk akhlak siswa yaitu saling tolong

menolong, bergotong royong, saling bekerjasama dengan baik.

c. Akhlak terhadap Diri Sendiri

Dapat dilihat ketika seluruh peserta didik diwajibkan untuk

menggunakan pakaian yang menutup aurat, dibiasakan ketika bersalaman

tidak bersentuhan dengan yang bukan mahram bagi peserta didik yang sudah

aqil baligh, dibiasakan untuk menata sandal, sepatu, dan tas secara mandiri di

tempat yang telah disediakan dengan rapi, dibiasakan untuk makan dengan

tangan kanan sambil duduk, makan diawali dan diakhiri dengan berdo’a,

dibiasakan untuk Qailulah yaitu tidur siang sebelum waktu dhuhur.

d. Akhlak terhadap Alam

Dibentuk melalui berbagai program kegiatan baik dalam pembelajaran

atau di luar pembelajaran, seperti berkebun/ farming, membantu menyapu

halaman sekolah, merawat hewan ternak, melalui konsep Zero Waste yang

meminta para siswa untuk meminimalisir sampah, membawa tempat minum

dan piring sendiri. Sedangkan dalam program intrakulikurer, seperti OTFA

peserta didik diajarkan untuk berakhlak baik ketika berada di alam yaitu tidak

31
boleh mengambil secara sembarangan dari alam, tidak boleh buang sampah

sembarangan, tidak merusak tanaman, tidak memotong tanaman tanpa izin.

H. Penutup

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa melalui implementasi kurikulum akhlak tersebut memberikan

pengaruh yang cukup signifikan terhadap pembentukan akhlaqul karimah pada

diri siswa. Dimana mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi, para stakeholer

saling bekerjasama dengan baik. Terlebih khusus, para fasilitator yang senantiasa

memberikan teladan kepada siswa ketika penanaman akhlak tersebut. Selain itu,

berbagai program kegiatan yang diterapkan oleh sekolah yang didalamnya selalu

berkaitan erat dengan nilai-nilai akhlak, juga sangat memberikan pengaruh yang

signifikan. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari kurikulum akhlak akan lebih

mudah untuk terwujudkan.

Sedangkan untuk hasil dari implementasi kurikulum akhlak tersebut dapat

terlihat dari perilaku-perilaku siswa sehari-hari yang telah menerapkan akhlak

yang telah diajarkan, seperti akhlak terhadap Allah yang diwujudkan ketika siswa

ketika melaksanakan shalat berjama’ah dan program tahfid dan tahsin dengan

khusyu’. Akhlak terhadap sesama diwujudkan ketika siswa mampu bertutur baik

dengan fasilitator dan temannya, membantu fasilitator dan teman yang

membutuhkan pertolongan, dan saling bekerjasama. Sedangkan akhlak terhadap

diri sendiri diwujudkan ketika siswa mampu menjaga diri dengan memakai

pakaian yang menutup aurat. Kemudian akhlak terhadap lingkungan diwujudkan

ketika siswa merawat tanaman, hewan yang ada di sekolah, tidak membuang

32
sampah sembarangan, dan menerapakan akhlak yang baik ketika sedang berada di

alam.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Mohammad. 2015. Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain &


Pengembangan. Jakarta: Kencana, 2015.

Bahri, Syamsul. 2011. Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya, Jurnal


Ilmiah Islam Futura. Vol. XI, No. 1.

Catatan KPAI di Hardiknas: Kasus Anak Bully Guru Meningkat Drastis,


(https://www.kpai.go.id/berita/catatan-kpai-di-hardiknas-kasus-anak-bully-
guru-meningkat-drastis, diakses 19 September 2019, Pukul 17.57 WIB).

Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Jannah, Miftahul. 2019. Peranan Guru dalam Pembinaan Akhlak Mulia Peserta
Didik (Studi Kasus di MIS Darul Ulum, Madin Sulamul Ulum dan TPA Az-
Zahra Desa Papuyuan), Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah
Ibtida’iya. Vol. 2, No.2.

Korban Bullying Diamputasi di Malang Didampingi Psikolog- CNN Indonesia,


(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200211074523-20-473464/korb
an-bullying-diamputasi-di-malang-didampingi-psikolog, diakses 15 Juni
2020, Pukul 20.11 WIB).

Mustofa, A. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Nata, Abuddin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Redasuryani, Welvy. 2015. Implementasi Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Alam


(Studi Kasus di SD School of Universe Parung). Skripsi tidak diterbitkan.
FITK UIN Syarif Hidayatullah.

Shihab, Quraish. 2000. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan.

Thaib, Razali M. & Irman Siswanto. 2015. Inovasi Kurikulum dalam


Pengembangan Pendidikan (Suatu Analisis Implementatif). Jurnal Edukasi.
Vol. 1, No.2.

Usman, Nurudin. 2004. Konteks Implementasi berbasis Kurikulum. Jakarta: PT.


Raja Grafindo.

Wijaya, Etistika Yuni, dkk. 2016. Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai


Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global. Jurnal
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016, Universitas
Kanjuruhan Malang. Vol. 1.

Yamin, Moh. 2012. Sekolah yang Membebaskan. Malang: Madani.

34

Anda mungkin juga menyukai