Anda di halaman 1dari 147

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
i

KEKERASAN DALAM PACARAN


(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI
SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013
dan Implikasinya Terhadap Usulan
Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:
Dendy Setyadi
NIM: 091114015

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iv

MOTTO

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri
dan tidak sombong, Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari
keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang
lain, Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, Ia
menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu,
sabar menanggung segala sesuatu, Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan
berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap, Sebab pengetahuan
kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna, Tetapi jika yang sempurna
tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.”
( 1 Korintus 13: 4-10)

Kupersembahkan Karyaku ini untuk ;


Tuhan Yesus Kristus
Universitas Sanata Dharma, Prodi Bimbingan Konseling
Orang Tuaku Bapak Siswadi dan ibu Suyati
Adikku Dimas Kurnia Adi, Vindy Ayu Saputri
Sadtya Edy N, Mariska K , Andreas Rian, Sahabat-sahabatku BK
2009
SMA N I Karangnongko Klaten

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Juli 2013


Penulis

Dendy Setyadi

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN


PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma


Nama : Dendy Setyadi
Nomor Mahasiswa : 091114015

Dengan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada


Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya saya yang berjudul :

KEKERASAN DALAM PACARAN (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI


SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya
Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 15 Juli 2013


Yang menyatakan,

Dendy Setyadi

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vii

ABSTRAK

KEKERASAN DALAM PACARAN


(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI
SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013
dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik
Layanan Bimbingan Pribadi Sosial)

Dendy Setyadi
Universitas Sanata Dharma
2013

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk


memperoleh gambaran mengenai bentuk kekerasan dalam berpacaran pada remaja
di SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013. Masalah pertama yang
diteliti adalah “Bentuk-bentuk kekerasan seperti apa yang kerap muncul dalam
berpacaran di kalangan remaja SMA N 1 Karangnongko Tahun ajaran
2012/2013?”. Masalah yang kedua adalah “Berdasarkan bentuk kekerasan pacaran
yang frekuen dialami siswa, topik bimbingan apa yang implikatif diusulkan dalam
penyusunan program bimbingan pacaran yang sehat dan aman?”.
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Instrumen
penelitian yang dipakai adalah kuesioner Bentuk-bentuk Kekerasan dalam
Pacaran pada siswa dengan jumlah 58 item. Subyek penelitian adalah para siswa
kelas XI IPA 1, 2, 3 dan XI IPS 1, 2, 3 SMA N 1 Karangnongko yang terdiri dari
184 orang. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
deskriptif katagoris yang diawali dengan tabulasi skor tabulasi skor dari masing-
masing item, selanjutnya mengkategorisasikan bentuk-bentuk kekerasan dalam
pacaran yang dialami siswa. Kategorisasi ini terdiri dari tiga jenjang yaitu tinggi,
sedang, dan rendah.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa (1) Bentuk-bentuk kekerasan dalam
berpacaran pada remaja SMA N 1 Karangnongko Tahun ajaran 2012/2013
termasuk dalam kategori “jarang” terdapat 58 butir item, dan terdapat kategori
kerap kali 2 item, dan bentuk kekerasan dalam pacaran yang terjadi kategori
sering tidak ada. (2) Berdasarkan analisis butir-butir kuesioner bentik-bentuk
kekerasan dalam pacaran, yang terindikasi 10 frekuensi tinggi, diusulkan topik
bimbingan yang implikatif dalam bimbingan pacaran yang sehat dan aman.

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
viii

ABSTRACT

DATING VIOLENCE
(A Descriptive Study of the Eleventh Grade Students at SMAN 1
Karangnongko in 2012/2013 Academic Year and Its Implications to
the Suggested Topics of Social Personal Guidance Service)

by
Dendy Setyadi
University Sanata Dharma
Yogyakarta
2013

This study belongs to a descriptive study that aims at obtaining the


description about violence in dating among adolescents’ overview as students at
SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic year. The first problem
formulated is “What types of dating violence that often appear in dating among
adolescents of the students at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic
year?” The second is “Based on the types of dating violence frequently
encountered, what are the implied guidance topics appropriately suggested in
compiling the healthy and safe dating guidance program?”
The type of this research is a descriptive study using survey method. The
research instrument used is a questionnaire about types of dating violence among
adolescents consisting of 58 items. The subject is the eleventh grade students of
class XI IPA 1, 2, 3 and XI IPS 1, 2, 3 at SMAN 1 Karangnongko consisting of
184 people. The technique of data analysis is using categorized descriptive
technique that begins with a score tabulation of each item, then categorizing the
types of dating violence encountered by students. This categorization consists of
three levels, they are high, medium, and low.
The results show that: (1) The types of dating violence encountered by
adolescents at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic year indicate that
58 items belong to the rare category, 2 items belong to the frequent category, and
no items belong to the often category. (2) Based on the analysis of the items in the
questionnaire that belong to high frequency, the writer suggested the implied
guidance topics in compiling the healthy and safe dating guidance program.

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ix

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

kasih karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini berjudul Kekerasan dalam Pacaran (Studi Deskriptif Siswa Kelas

XI SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya

Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial). Penyusunan

skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi

ini. Baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan, namun

semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan

diri penulis.

Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak

yang telah bersedia membimbing, membantu dan selalu memberikan dorongan

kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

dan dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
x

pikiran untuk membimbing serta memotivasi penulis dalam proses

penulisan skripsi ini sampai selesai dan menjadi sebuah buku.

3. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. dan A. Setyadari, S.Pd. S.Psi., Psi., M.A

Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat pada

penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai

ilmu pengetahuan selama ini sehingga berguna bagi penulis.

5. Bapak Markus, S.Pd. Kepala Sekolah SMA Santo Mikael Warak yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan uji coba

instrumen penelitian.

6. Bapak Suyanto Kepala Sekolah SMA N 1 Karangnongko, Klaten yang

telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian kepada para siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko.

7. Ibu Giantari, S.Pd. dan Bapak Priyono S.Pd. Guru Bimbingan dan

Konseling SMA N 1 Karangnongko, Klaten yang telah membantu penulis

dalam proses pengambilan data di sekolah terhadap para siswa kelas XI.

8. Para Siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko yang telah berpartisipasi

dalam proses pengumpulan data.

9. Bapak saya Siswadi, Ibu Suyati S.Pd. dan Adik Dimas Kurnia Adi saya

yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan selalu mendoakan.

10. Vindy Ayu Saputri yang memberi motivasi dan doa.

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xi

11. Dosen Seminar Ag. Krisna Indah M, S.Pd.,M.A. yang telah membantu saya

dari 0 sampai bisa menjadi proposal yang baik.

12. Para Dosen yang memberi inspirasi pada saya (Pak Donal, Pak Sin, Pak Budi,

Mas Tatung, Mbak Indah, Bu Retno, dll)

13. Mas Pur UKSW dan Pak Sopyan Guru SMP saya yang telah membereskan

dalam Hal Bahasa.

14. Teman-teman Bimbingan Klasikal (Prima, Rian, Wira, Mas Pur, Yhuvita,

Fransiska Wening, Sr. Valen, Rino, Tia, Wulan Oneng, Dedy, Rino, dll) yang

membagikan pengalamannya.

15. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 yang

selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama proses

penulisan skripsi.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.

Dengan segala segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian

skripsi ini. Penulis memilki harapan yang besar semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Penulis

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………… v

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................ vi

ABSTRAK…………………………………………………………… vii

ABSTRACT.......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR……………………………………………….. ix

DAFTAR ISI…………………………………………………………. xii

DAFTAR TABEL……………………………………………………. xiv

DAFTAR GRAFIK............................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………. xvi

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………. 6

C. Tujuan Penelitian………………………………………….. 7

D. Manfaat Penelitian………………………………………… 7

E. Definisi Operasional………………………………………. 9

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………….. 11

A. Kekerasan.............................................................................. 11

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xiii

B. Pacaran................................................................................... 12

C. Kekerasan dalam Pacaran...................................................... 18

D. Bentuk Kekerasan dalam Pacaran..........................………… 19

E. Remaja.................................................................................... 36

F. Bimbingan Pribadi Sosial........................................................ 43

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………. 46

A. Jenis Penelitian…………………………………………….. 46

B. Subyek Penelitian………………………………………….. 46

C. Instrumen Penelitian……………………………………….. 47

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data……………... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………… 59

A. Hasil Penelitian....................................................................... 59

B. Pembahasan Hasil Penelitian……………..…………………. 66

C. Dampak Implikatif Hasil Penelitian………………………… 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………. 86

A. Kesimpulan…………………………………………………. 86

B. Saran……………………………………………………….. 87

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 89

LAMPIRAN…………………………………………………………… 93

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rincian Subjek Penelitian......................................................... 47

Tabel 2 : Skoring Kuesioner....…………………………………..……. 49

Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner Kekerasan dalam Pacaran...............……. 50

Tabel 4 : Item Valid dan tidak valid....................................................... 53

Tabel 5 : Koefisien Reliabilitas.....................................……………….. 54

Tabel 6 : Norma Penggolongan Kategorisasi Tingkat Frekuensi

Kekerasan dalam Pacaran......................................................... 57

Tabel 7 : Hasil pengolongan.................................................................... 58

Tabel 8 : Gambaran Umum Partisipasi Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,

Frekuensi berganti Pacar, dan Agama...................................... 60

Tabel 9 : Kategori Tingkat Frekuensi....................................................... 61

Tabel 10: Penggolongan Bentuk-bentuk Dating Violence

dalam tiga kategori.. …………………………………………. 62

Tabel 11: Lamanya Hubungan Pacaran Berdasarkan Jenis Kelamin....... 64

Tabel 12: Penggolongan butir dalam tiga Kategori.................................. 65

Tabel 13: Analisis Top ten bentuk-bentuk Dating Violence..................... 65

Tabel 14: Pengolongan item Tertinggi Menurut Frekuensi...................... 66

Tabel 15: Rumusan Butir-butir dating violence top ten

dan Usulan Topik Bimbingan.................................................... 82

Tabel 16: Usulan Topik-topik bimbingan pribadi sosial yang relevan...... 83

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Profil Bentuk-bentuk Dating Violence yang dialami siswa..... 63

xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Internal Tiap Aspek.. 93

Lampiran 2 : Data Hasil Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran................. 99

Lampiran 3 : Kuesioner……………………………………………………… 126

Lampiran 4 : Satuan Pelayanan Bimbingan...................................................... 132

Lampiran 5 : Surat Pengantar Penelitian................………………………....... 145

xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

Banyak hal yang terjadi di masa remaja, salah satu yang menarik adalah

trend berpacaran. Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi di

kalangan remaja. Pacaran merupakan suatu proses dua manusia lawan

jenis untuk saling mengenal dan memahami, dan belajar membina

hubungan sebagai persiapan pranikah, untuk menghindari terjadinya

ketidakcocokan dan permasalahan pada saat setelah menikah. Masing-

masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, dan reaksi-reaksi

terhadap berbagai masalah maupun peristiwa.

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia

(Hadi:2010). Pacaran berarti tahap untuk saling mengenal antara seorang

laki-laki dan perempuan yang saling tertarik dan berminat untuk menjalin

hubungan yang eksklusif (terpisah, sendiri, istimewa). Pacaran memang

diarahkan untuk suatu hubungan yang lebih lanjut, lebih dalam, dan lebih

pribadi. Ini tidak boleh diartikan sebagai keharusan untuk melanjutkan.

Pacaran dimaksudkan sebagai situasi yang memungkinkan pasangan yang

1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

berelasi semakin dekat dan akhirnya menemukan kecocokan satu sama

lain untuk melanjutkan hidup bersama dalam ikatan resmi, berbentuk

perkawinan.

Indahnya romantika pacaran seringkali menghipnotis remaja

sehingga lupa bahwa di balik indahnya pacaran, justru membawa dirinya

ke dalam situasi yang tidak menyenangkan, bahkan akan menjadi cerita

yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Dalam aktifitas pacaran, ada

kalanya bisa terjadi hal-hal yang menimbulkan kekerasan. Sebagian besar

remaja beranggapan bahwa dalam berpacaran tidak mungkin terjadi

kekerasan, karena masa berpacaran merupakan masa yang penuh dengan

hal – hal yang indah, yang setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku

dan kata – kata yang dilakukan dan diucapkan oleh dua sejoli yang sedang

dimabuk asmara. Orang sering tidak sadar bahwa sebuah hubungan

pacaran dapat berubah menjadi tidak sehat dan dapat memunculkan

kekerasan.

Kekerasan adalah suatu tindakan berdasarkan perbedaan jenis

kelamin yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan

atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi

di depan umum atau dalam kehidupan pribadi (Arya, 2010). Kekerasan

yang terjadi ini biasanya terdiri dari beberapa jenis, misalnya: serangan

terhadap fisik, mental/psikis, ekonomi dan seksual. Dari segi fisik,

kekerasan yang dilakukan bisa berupa: memukul, meninju, menendang,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

menjambak, mencubit, dan lain sebagainya. Dari segi mental, bentuk

kekersan biasanya seperti: cemburu yang berlebihan, pemaksaan, memaki-

maki di depan umum, dan lain sebagainya. Kekerasan dalam hal ekonomi,

misalnya: jika pasangan sering meminjam uang atau barang-barang lain

tanpa pernah mengembalikannya, selalu minta ditraktir, dan lain-lain.

Kekerasan dalam hal seksual bisa berbentuk, misalnya dipaksa dicium

oleh pacar, kemudian mulai meraba-raba tubuh atau memaksa untuk

melakukan hubungan seksual.

Kekerasan dalam berpacaran telah banyak terjadi di Indonesia,

seperti yang dilansir dalam LBH APIK (Lembaga Bantuan Hukum

Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan) bahwa selama tahun 2009,

LBH APIK menerima pengaduan dan pendampingan sebanyak 56 kasus

kekerasan dalam pacaran. Tahun 2001 Rumah Sakit Bhayangkara di

Makasar membuka pelayanan satu atap (one stop service) dalam

menangani masalah kekerasan terhadap perempuan. Selama 1 tahun ada 7

kasus kekerasan dalam pacaran yang dilaporkan. PKBI Yogyakarta

mendapatkan bahwa dari bulan Januari hingga Juni 2001 saja, terdapat 47

kasus kekerasan dalam berpacaran, 57% diantaranya adalah kekerasan

emosional, 20% mengaku mengalami kekerasan seksual, 15% mengalami

kekerasan fisik, dan 8% lainnya merupakan kasus kekerasan ekonomi.

Januari hingga Juni 2011 PKBI Yogyakarta juga menemukan 27 kasus

kekerasan dalam pacaran yang 15% di antaranya kekerasan fisik, 57%


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

kekerasan emosional, 8% kekerasan seksual, dan 20% kekerasan ekonomi.

(Kesrepro.info)

Harian Tribun Jogja (17 Juli 2012) memberitakan bahwa 14

perempuan meninggal akibat kekerasan saat menjalani pacaran. Data yang

telah disampaikan di atas menunjukkan bahwa tindak kekerasan yang

terjadi saat berpacaran di Indonesia berada dalam tingkat yang

mengkhawtirkan. Hal ini berkaitan dengan dampak yang diterima oleh

sang korban karena kekerasan dalam berpacaran. Para korban umumnya

bersikap pasif, mereka hanya diam, tidak berani melapor atau bercerita

kepada orang lain karena beberapa alasan, diantaranya: malu, terlalu

sayang kepada pacar, takut ditinggalkan, beranggapan masalah tersebut

merupakan hal yang terlalu pribadi, tidak tahu harus berbuat apa, dan

ketakutan akan ancaman dan kenekatan sang pacar.

Sedikit sekali masyarakat yang tahu adanya kekerasan yang terjadi

dalam pacaran, karena sebagian besar menganggap bahwa masa pacaran

adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah. Kekerasan dalam

berpacaran merupakan masalah yang masih belum banyak terungkap

karena ketidaktahuan masyarakat, akibat kurangnya informasi dan data

dari laporan korban mengenai kekerasan tersebut. Permasalahan kekerasan

dalam berpacaran harus segera dicari solusinya, karena remaja adalah

penerus bangsa yang akan memegang peranan penting bagi kemajuan

bangsa. Apabila dalam masa remaja sesorang mendapat perlakuan yang

kasar, maka pengalaman tersebut akan berdampak pada kejiwaan. Karena


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

remaja merupakan harapan bangsa, maka tentunya kita tidak

menginginkan bila remaja kita lemah dan rapuh dalam mental, psikis, dan

spiritualnya.

Fenomena di atas, menunjukkan tindak kekerasan yang terjadi saat

berpacaran cukup mengkhawatirkan dan sangat merugikan, maka dari itu

diperlukan peran dari guru Bimbingan dan Konseling sebagai sarana

perubahan untuk membantu dengan memberikan informasi sesuai dengan

apa yang dibutuhkan siswa sebagai subjek bimbingan. Di samping itu,

peran guru bimbingan adalah membimbing dan mengarahkan siswa untuk

dapat mengambil keputusan yang tepat untuk tercapainya tujuan yang

telah ditetapkan. Layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya

pemberian bantuan yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan,

kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan

anak dan merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program

pendidikan.

Bimbingan merupakan bantuan dalam memberikan informasi

dengan menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil

suatu keputusan. Tujuan bimbingan adalah membimbing dan mengarahkan

seseorang atau individu ke suatu tujuan dan mengatur kehidupan sendiri,

menjamin perkembangan dirinya seoptimal mungkin, memikul tanggung

jawab atas arah hidupnya dan menyelesaikan tugas yang dihadapi dalam

kehidupan secara memuaskan. Untuk memperoleh pemahaman mengenai

pacaran yang sehat dan aman, remaja memerlukan bimbingan. Bimbingan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

merupakan salah satu cara untuk mencegah kekerasan di dalam berpacaran

bagi remaja.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul : Analisis Kekerasan dalam Pacaran

(Studi Diskripsif Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Berpacaran pada Siswa

Kelas XI SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013 dan

Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi

Sosial).

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk kekerasan seperti apa yang kerap muncul dalam

berpacaran di kalangan remaja SMA N 1 Karangnongko?

2. Berdasarkan bentuk kekerasan pacaran yang frekuen sangat banyak

atau tinggi dialami siswa, topik bimbingan apa yang implikatif

diusulkan sebagai program bimbingan pacaran yang sehat dan

aman di SMA N 1 Karangnongko?


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh data dan informasi secara lebih jelas dan lengkap

mengenai bentuk kekerasan dalam berpacaran yang banyak dialami

siswa SMA N 1 Karangnongko

2. Penyusunan satuan pelayanan bimbingan pribadi sosial tentang

kekerasan dalam berpacaran (dating violence) yang dialami remaja

SMA N I Karangnongko berdasarkan identifikasi bentuk-bentuk

kekerasan dalam berpacaran yang kerap.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi mahasiswa

Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan

memperkaya pengetahuan yang dimiliki menyangkut dating

violence sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan

Konseling di sekolah.

2. Manfaat praktis

a. Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru

Bimbingan dan Konseling untuk menggembangkan program

Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial, khususnya dalam

pencegahan kekerasan dalam berpacaran.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

b. Siswa

Siswa semakin sadar akan tugas dan tanggung jawabnya

sebagai pelajar dalam mempersiapkan masa depannya. Siswa

semakin sadar untuk berefleksi sampai seberapa hubungan

dalam berpacaran yang semestinya dan dapat memperoleh

bantuan-bantuan yang sesuai untuk mecegah kekerasan dalam

berpacaran.

c. Guru Mata Pelajaran

Hasil penelitian ini dapat digunakan Guru Mata

Pelajaran dalam mengupayakan agar tidak terjadi kekerasan

pada siswa dalam berpacaran.

d. Peneliti

Peneliti mendapat kesempatan untuk melakukan

penelitian serta belajar berpikir kritis dalam menjawab

persoalan-persoalan, khususnya dalam mencermati bentuk-

bentuk kekerasan berpacaran pada siswa SMA N 1

Karangnongko Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013, sehingga

peneliti mampu mengembangkan program Bimbingan dan

Konseling Pribadi Sosial, khususnya dalam rangka

meminimalisir kekerasan dalam berpacaran.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

e. Peneliti lain

Peneliti lain mendapat masukan yang terkait dengan

penelitian ini, sehingga terinspirasi mengembangkan penelitian

yang terkait dengan kekerasan dalam berpacaran.

E. Definisi Operasional

1. Dating violence adalah tindakan atau ancaman yang dilakukan

secara sengaja, baik melalui perilaku, perkataan maupun mimik

wajah yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain dalam

hubungan pacaran, yang ditujukan untuk memperoleh dan

mempertahankan kekuatan atau kekuasaan dan kontrol atas

pasangannya dalam hubungan pacaran. Hal ini disebabkan karena

kecemburuan, mengontrol perilaku, perubahan suasana hati yang

tak bisa diramal, alkohol dan penggunaan obat, ledakan kemarahan,

mempunyai masalah dengan teman dan keluarga, menggunakan

kekuatan ketika bertengkar.

2. Remaja adalah suatu masa transisi perkembangan dan masa kanak-

kanak menuju masa dewasa, yang melibatkan perubahan-

perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

3. Bimbingan Pribadi-Sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada

siswa dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi

berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri

sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

luang, penyaluran napsu seksual, serta bimbingan dalam membina

hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan

(pergaulan sosial).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

BAB II
LANDASAN TEORI

Bab ini berisi uraian mengenai kekerasan, pacaran, kekerasan dalam

pacaran, bentuk kekerasan dalam pacaran, remaja dan bimbingan prribadi sosial.

A. Kekerasan

John Galtung (Warsana, 1992) mengatakan, kekerasan atau dalam prinsip

dasar hukum publik dan privat Romawi merupakan sebuah ekspresi, baik yang

dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan

agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat

dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang, umumnya berkaitan dengan

kewenangannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002),

kekerasan adalah perihal atau sifat keras,paksaan, perbuatan seseorang atau

sekelompok orang yang menyebabkan cedera ataumatinya orang lain.

Menurut WHO (1999), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan

kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau

sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar

mengakibatkan memar atau trauma atau perampasan hak. Kekerasan dapat pula

berupa pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) dimaksudkan

untuk menyebabkan penderitaan atau sakit pada orang lain, dan hingga batas

tertentu kepada binatang dan harta-benda. Istilah "kekerasan" juga berkonotasi

kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.

11
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa kekerasan

adalah tindakan yang bersifat, berciri keras, paksaan yang dilakukan kepada

seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang

lain atau menyebabkan kerusakan fisik, psikis atau barang orang lain.

B. Pacaran

1. Pengertian pacaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar

adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan

berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; berkasih-kasihan (dengan

sang pacar). Memacari adalah mengencani; menjadikan dia sebagai pacar;

mengencani. Sementara kencan, sendiri menurut kamus tersebut adalah berjanji

untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan

bersama.

Menurut Cate dan Llyod (dalam Dinastuti, 2008) pacaran atau courtship

adalah semua hal yang meliputi hubungan berpacaran (dating relationship), baik

yang mengarah ke perkawinan maupun yang putus sebelum perkawinan terjadi.

Adimassana (2001) mengungkapkan bahwa pacaran mengandung pengertian

bahwa pemuda dan pemudi mulai memproses hubungan mereka untuk serius

melihat atau menjajagi dan memikirkan kemungkinan mereka dapat menikah.

Baron & Byrne (dalam Satria, 2011) menyebutkan ada beberapa karakteristik dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

hubungan pacaran, yaitu perilaku yang saling bergantung satu dan lainnya,

interaksi yang berulang, kedekatan emosionaal, dan kebutuhan untuk saling

mengisi. Hubungan ini terdiri dari orang-orang yang kita sukai, seseorang yang

kita sukai, cintai, hubungan yang romantis dan hubungan seksual. Salah satu

kerakteristik dari pacaran yaitu adanya kedekatan atau keintiman secara fisik

(physical intimacy). Keintiman (intimacy) tersebut meliputi berbagai tingkah laku

tertentu, seperti berpegangan tangan, berciuman, dan berbagai interaksi perilaku

seksual lainnya.

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang

biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan

berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Aktivitas berpacaran memiliki

variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-

individu dalam masyarakat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi,

hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif.

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa pacaran

adalah suatu proses hubungan antara dua orang insan manusia (laki-laki dan

perempuan) yang mempunyai komitmen untuk berinteraksi sosial dan melakukan

aktivitas bersama-sama dengan maksud menuju hubungan yang lebih berkualitas

(pertunangan atau pernikahan).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

2. Fungsi Pacaran bagi Remaja

Beberapa fungsi berpacaran adalah sebagai berikut (dalam Rice: 2005):

a. Rekreasi

Salah satu fungsi utama berpacaran adalah untuk

kesenangan.Pacaran memberikan hiburan yang merupakan bentuk dari

rekreasi dan sumber kesenangan.

b. Persahabatan tanpa adanya tanggung jawab pernikahan

Persahabatan dengan orang lain merupakan motif kuat dalam

berpacaran. Keinginan untuk memiliki hubungan pertemanan,

mendapatkan dukungan, kasih sayang dan cinta dari orang lain merupakan

bagian normal dalam perkembangan menuju kedewasaan

c. Sumber status keberhasilan

Remaja yang berasal dari kelas sosial ekonomi atas lebih sering

berpacaran dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kelas sosial

ekonomi bawah dan beberapa remaja menggunakan hubungan

berpacaran sebagai bagian untuk mendapatkan, membuktikan ataupun

mempertahankan status. Saat ini hal tersebut bukan merupakan motif

utama dari berpacaran.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

d. Sosialisasi

Berpacaran merupakan tujuan dari perkembangan keppribadian

dan sosial. Hal ini merupakan pembelajaran untuk mengetahui,

memahami, dan bergaul baik dengan berbagai tipe individu yang

berbeda. Melalui berpacaran, remaja belajar untuk bekerjasama,

memperhatikan, bertanggung jawab, mempelajari beberapa kemampuan

sosial, dan masalah etika serta mempelajari teknik untuk berinteraksi

dengan orang lain.

e. Pengalaman seksual atau kepuasan

Penelitian telah menunjukkan bahwa berpacaran telah menjadi

lebih dari sekedar orientasi seks karna telah banyak remaja yang

melakukan hubungan seksual. Apakah berpacaran digunakan untuk

melakukan seks atau seks berkembang pada masa berpacaran tergantung

sikap, perasaan, motif, dan nilai yang dianut oleh remaja itu sendiri

f. Pemilihan pasangan

Apakah hal ini merupakan motif yang disadari atau tidak,

pemilihan pasangan akan terjadi juga terutama dikalangan remaja yang

sudah memiliki pengalaman berpacaran sebelumnya. Semakin lama

sesorang berpacaran, kecenderungan mereka utuk terlalu mengidolakan

satu sama lain akan semakin berkurang dan akan semakin besar

kesempatan mereka untuk mengenal satu sama lain. Berpacaran juga


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

memberikan kesempatan bagi dua orang untuk menjadi pasangan.jika

mereka memilki persamaan dalam suatu peranan, memiliki minat dan

karakter kepribadian yang sama, mereka akan mengembangkan hubungan

yang harmonis apabila dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki

persamaan dalam hal fisik, karakteristik psikologis dan sosial.

3. Tahapan Pacaran

Menuru Priyani (2010), Relasi antara pria dan wanita mempunyai

berbagai tahap, mulai dari tahap yang paling awal sampai palling dekat dan

dalam dan akhirya ke arah ke yang istimewa. Tahap-tahap relasi pria dan

wanita sangat terkait dengan perkembangan jiwa seseorang. Tahap tahapnya

adalah sebagai berikut :

a. Kekaguman/ tergila-gila pada lawan jenis

Pada tahap ini seseorang merasa sangat tertarik bahkan tergila-gila

pada seseorang yang belawanan jenis. Orang yang dikagumi bisa orang yang

tidak dikenalnya. Keksarkan ciraguman terhadap seseorang tersebut biasanya

hanya berdai-ciri fisik atau penampilannya, bukan karena keena

kepribadiannya.

b. Cinta monyet

Tahap ini ditandai munculnya perasaan suka pada seseorang yang

sangat kuat, yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa adanya alasan yang masuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

akal. Kadang perasaan itu muncul pada pandangan pertama. Cinta monyet

bisa tertuju pada seseorang yangg dikenalnya, dan tidak didasari oleh

pengenalan akan pribadi orang itu. Perasaan jatuh cinta dalam tahap ini,

diikuti dengan perasaan yang sangat menggelora dan berimbas pada aktivitas

lainnya, tetapi tidak berlangsung lama, segera akan berpindah ke orang lain,

dan seterusnya sampai berulang berkali-kali.

c. Kencan

Tahap ini biasanya adalah peningkatan dari tahap cinta monyet, yang

terjadi pada dua orang yang salig jatuh cinta, yang sudah disertai

ketertarikan pada perilaku tertentu dari pasangan, dan disertai keinginan

untuk mengobrol/bersama-sama dalam waktu tertentu, tetapi belum ada

komitmen. Pada tahap kencan bisa terjadi perasaan tertarik menghilang

karena ada hal tertentu yang tidak disukai. Apabila perasaan tertarik itu

hilang, maka relasi kembali sebagai pertemanan biasa.

d. Pacaran

Diawal dengan peristiwa “menembak” yang ditanggapi oleh orang

yang ditembak, lalu ada komitmen untuk “jalan bareng”. Pada saat ini

biasanya mulai sedikit demi sedikit, tampil apa adanya (karena terlalu

lelah untuk perpura-pura terus). Pada saat ini biasanya belum melibatkan

kedua orang tua. Tahap pacaran biasanya merupakan hasil seleksi setelah

melaukukan kencan dengan beberapa orang.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

e. Pacaran serius

Pada tahap ini, biasanya sudah ada pembicaraan “masa depan”,

orang tua sudah dikenalkan.

f. Perkawinan

Tahap dimana sudah ada ikatan formal sebagai suami istri.

Peningkatan dari satu tahap ke tahap berikutnya dalam relasi antara pria

dan wanita adalah sesuatu yang akan terjadi dan mengalir secara alamiah,

dan perlu dikelola dan disikapi secara bijak agar semakin mendewasakan

pribadi seseorang.

C. Kekerasan dalam Pacaran (Dating Violence)

1. Pengertian Kekerasan dalam Pacaran

Riani (2012) mengatakan kekerasan dalam pacaran adalah segala bentuk

tindakan yang mempunyai unsur kekerasan yang meliputi kekerasan secara fisik,

seksual, atau psikologis yang terjadi dalam sebuah hubungan pacaran, baik yang

dilakukan di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi. Menurut Cate dan

Llyod (dalam Dinastuti, 2008) pacaran atau courtship adalah semua hal yang

meliputi hubungan berpacaran (dating relationship), baik yang mengarah ke

perkawinan maupun yang putus sebelum perkawinan terjadi. Dari pengertian di

atas, dapat dipahami bahwa kekerasan dalam berpacaran adalah semua perilaku
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

yang bermaksud menyakiti pasangan dalam sebuah hubungan secara fisik dan

verbal sehingga merugikan orang lain.

Wekerle dan Wolfe (dalam Furlong :2005) memberikan definisi kekerasan

dalam pacaran sebagai semua tindakan yang bermaksud untuk mengontrol atau

mendominasi pasangannya secara fisik, seksual atau emosional yang

menyebabkan terjadinya luka.

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa Dating

violence adalah tindakan atau ancaman yang dilakukan secara sengaja baik

melalui perilaku, perkataan maupun mimik wajah yang dilakukan salah satu pihak

kepada pihak lain dalam hubungan pacaran. Perilaku ini ditujukan untuk

memperoleh dan mempertahankan kekuatan atau kekuasaan dan kontrol atas

pasangannya dalam hubungan pacaran.

D. Bentuk Kekerasan dalam Pacaran (Dating Violence)

Menurut Murray (dalam Siagian 2009:16) bentuk-bentuk dating violence

terdiri atas tiga bentuk, yaitu kekerasan verbal dan emosional, kekerasan seksual,

kekerasan fisik.

1. Kekerasan Verbal dan Emosional

Kekerasan verbal dan emosional dalam berpacaran adalah ancaman

yang dilakukan pasangan terhadap pacarnya dengan perkataan maupun


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

mimik wajah. Menurut Murray (dalam Siagian 2009:16), kekerasan verbal

dan emosional terdiri dari:

a. Memangil Nama atau Memberi Julukan Negatif (Name Calling)

Name calling adalah memanggil pasangannya dengan sebutan-

sebutan yang negatif. Pasangan mengatakan pacarnya gendut, jelek, malas,

bodoh, tidak ada seorangpun yang menginginkan pacaran dengannya, mau

muntah melihat pacarnya. Korban menerima tipe kekerasan ini, karena

mereka tidak memiliki self esteem yang tinggi, sehingga tidak bisa

mengatakan “jika saya jelek, mengapa kamu masih bersama saya

sekarang”.

b. Mengintimidasi (Intimidating)

Pasangannya atau pacarnya akan menunjukkan wajah yang kecewa

tanpa mengatakan alasan mengapa ia marah atau kecewa dengan pacarnya.

Perlakuan menakut-nakuti dan menggertak pasangan dengan cara

bertindak ceroboh saat mengendarai kendaraan. Jadi, pihak laki-laki atau

perempuan dapat mengetahui apakah pacarnya marah atau tidak, dari

ekspresi wajahnya dan perilakunya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

c. Melanggar Privasi dalam Pengunaan Alat Komunikasi (Use of pagers

and cell phones)

Seorang pacar ada yang memberikan ponsel kepada pacarnya,

supaya dapat mengingatkan atau supaya tetap bisa menghubungi pacarnya.

Alat komunikasi ini juga dapat memonitor pacarnya dan memeriksa

keadaan pacarnya sesering mereka mau. Ada juga dari mereka yang tidak

memberikan ponsel kepada pacarnya, tetapi baik yang memberikan ponsel

maupun yang tidak memberikan ponsel tersebut akan marah ketika orang

lain menghubungi pacarnya, meskipun orangtua dari pacarnya, karena itu

mengganggu kebersamaan mereka. Individu ini harus mengetahui siapa

yang menghubungi pacarnya dan mengapa orang tersebut menghubungi

pacarnya. Menerobos area pribadi dengan cara mengawasi pergaulan,

melarang sampai mengambil alih isi alat komunikasi.

d. Menjadikan Pacar sebagai Penunggu Telepon Sehingga Membatasi

Kebebasan (Making a boy/girl wait by the phone)

Seorang pacar berjanji akan menelepon pacarnya pada jam tertentu,

akan tetapi sang pacar tidak menelepon juga. Pacar yang dijanjikan akan

ditelepon, terus menerus menunggu telepon dari pasangannya, membawa

teleponnya kemana saja di dalam rumah, misalnya pada saat makan

bersama keluarga. Hal ini terjadi berkali-kali, sehingga membuat si pacar

tidak mau menerima telepon dari temannya, tidak berinteraksi dengan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

keluarganya karena sedang menunggu telepon dari pacarnya. Hal ini

disebabkan karena pasangan ingin selalu melindungi kekasihnya.

e. Memonopoli Waktu Pasangannya (Monopolizing a girl’s/ boy`s time)

Korban dating violence cenderung kehabisan waktu untuk

melakukan aktivitas dengan teman atau untuk mengurus keperluannya

karena pasangan yang selalu mengekang, karena mereka selalu

menghabiskan waktu bersama dengan pacarnya.

f. Membuat Seseorang Merasa tidak Nyaman dengan Melakukan

Penghinaan (Making a girl`s/ boy`s feel insecure)

Seringkali orang yang melakukan dating violence memanggil

pacarnya dengan mengkritik. Perilaku ini ditandai dengan cara

melakukan penghinaan seperti: bentuk rambut; pakaian, mereka

mengatakan bahwa semua itu dilakukan karena mereka sayang pada

pacarnya dan menginginkan yang terbaik untuk pacarnya. Padahal

mereka membuat pacar mereka merasa tidak nyaman. Ketika pacar

mereka terus menerus dikritik, mereka akan merasa bahwa semua yang

ada pada diri mereka buruk, tidak ada peluang atau kesempatan untuk

meninggalkan pasangannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

g. Menuduh/Mempersalahkan (Blaming)

Semua kesalahan yang terjadi adalah perbuatan pasangannya,

bahkan mereka sering mencurigai pacar mereka atas perbuatan yang

belum dapat dibuktikan kebenarannya seperti menuduh melakukan

perselingkuhan, hubungan seks.

h. Mengancaman (Making threats)

Biasanya mereka mengatakan, “Jika kamu melakukan ini,

maka saya akan melakukan sesuatu padamu”. Perlakuan menakut-

nakuti ini bisa dilakukan agar korban menuruti kemauannya dengan

memutuskan hubungan cinta, hingga menyebar foto-foto dan video.

Ancaman mereka tidak hanya berdampak pada pacar mereka, tetapi

kepada orang tua, dan teman mereka.

i. Memanipulasi/Membuat Dirinya terlihat Menyedihkan (Manipulation

/ making himself look pathetic)

Hal ini sering dilakukan oleh pria. Perempuan sering

dibohongi oleh pria. Pria biasanya mengatakan sesuatu hal yang

konyol tentang kehidupan, misalnya pacarnya orang yang satu-satunya

mengerti dirinya, atau mengatakan kepada pacarnya bahwa dia akan

bunuh diri jika tidak bersama pacarnya lagi, memaksakan

kehendaknya dengan cara mengungkit masa lalu yang menyedihkan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

j. Mengintrogasi (Interrogating)

Pasangan yang pencemburu, posesif, suka mengatur,

cenderung menginterogasi pacarnya. Ia selalu menanyakan di mana

pacarnya berada sekarang, siapa yang bersama mereka, berapa orang

laki-laki atau wanita yang bersama mereka, atau mengapa mereka

tidak membalas pesan mereka.

k. Mempermalukan di Depan Publik (Humiliating her/ him in public)

Mengatakan sesuatu mengenai organ tubuh pribadi pacarnya

kepada pacarnya di depan teman-temannya. Atau mempermalukan

pacarnya di depan teman-temannya. Perilaku ini ditandai dengan cara

memperlakukan sang pacar tidak baik, melakukan penghinaan

terhadap suku, ras, dan agama. Bahkan, membeberkan aib sang pacar

sebagai sebuah gurauan.

l. Merusakkan, Meminjam Benda/Sesuatu yang Berharga (Breaking

borrow treasured items)

Tidak memperdulikan perasaan atau barang-barang, uang

milik pacar mereka, jika pasangan mereka menangis, mereka

menganggap hal itu sebuah kebodohan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

2. Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual dalam berpacaran adalah pemaksaan untuk

melakukan kegiatan atau kontak seksual sedangkan pacar mereka tidak

menghendakinya. Menurut Murray (dalam Siagian:2009:16), Kekerasan

seksual terdiri dari:

a. Perkosaan

Melakukan hubungan seks secara paksa tanpa ijin

pasangannya atau dengan kata lain disebut dengan pemerkosaan.

Biasanya pasangan mereka tidak mengetahui apa yang akan dilakukan

pasangannya pada saat itu. Peristiwa ini biasanya di bawah tekanan,

ancaman, bujukan, memperdaya korban.

b. Sentuhan yang tidak diinginkan

Sentuhan pada bagian-bagian tubuh yang dilakukan tanpa

persetujuan pasangannya, sentuhan ini kerap kali terjadi di bagian dada,

bokong, dan yang lainnya.

3. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik dalam berpacaran adalah perilaku yang

mengakibatkan pacar terluka secara fisik, seperti memukul, menampar,

menendang dan sebagainya (Murray, 2009). Wanita juga melakukan

kekerasan tipe ini terhadap pasangan prianya, akan tetapi konsekuensi fisik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

yang terjadi tidak begitu berbahaya seperti yang dilakukan pria terhadap

wanita.

Murray (dalam Siagian:2009) mengidentifikasi kekerasan fisik

dalam pacaran terdiri dari:

a. Memukul, mendorong, membenturkan

Mumukul, mendorong dan membenturkan merupakan tipe

abuse yang dapat dilihat dan diidentifikasi. Perilaku ini diantaranya

adalah memukul, meninju, menendang, menampar, menggigit,

mendorong ke dinding dan mencakar baik dengan menggunakan

tangan maupun dengan menggunakan alat. Hal ini menghasilkan

memar, patah kaki, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai

hukuman kepada pasangannya.

b. Mengendalikan, menahan

Perilaku ini dilakukan pada saat menahan pasangan mereka

untuk tidak pergi meninggalkan mereka, misalnya meremas,

menggengam tangan atau lengannya terlalu kuat.

c. Permainan kasar

Menjadikan pukulan sebagai permainan dalam hubungan,

padahal sebenarnya pihak tersebut menjadikan pukulan-pukulan ini


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

sebagai taktik untuk menahan pasangannya pergi darinya. Ini

menandakan dominasi dari pihak yang melayangkan pukulan tersebut.

4. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Berpacaran yang Umum Terjadi

Menurut Subhan (2004), bentuk- bentuk kekerasan yang sering

dilakukan meliputi :

a. Kekerasan Fisik, merupakan pelecehan seksual, seperti: rabaan,

colekan yag tidak diinginkan, pemukulan, penganiayaan, serta

pemerkosaan.

b. Kekerasan Nonfisik, merupakan pelecehan seksual, seperti: sapaan,

siulan, atau bentuk perhatian yang tIdak diinginkan, direndahkan,

dianggap selalu tidak mampu, memaki, dll.

Jombang women’s crisis center (2013) mengidentifikasi bentuk kekerasan

dalam pacaran yang terjadi di kalangan remaja adalah:

a. Kekerasan fisik, misalnya memukul, menendang, menjambak rambut,

mendorong sekuat tenaga, menampar, menonjok, mencekik, membakar

bagian tubuh/menyundut dengan rokok, pemaksaan berhubungan seks,

menggunakan alat, atau dengan sengaja mengajak seseorang ke tempat

yang membahayakan keselamatan.

b. Kekerasan seksual, bentuknya bisa berupa pemaksaaan hubungan

seksual (rabaan, ciuman, sentuhan) yang tidak kita kehendaki, dipaksa

aborsi, dll.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

c. Kekerasan psikis, bentuknya berupa cacimakiaan, umpatan, hinaan,

pemberian julukan yang mengandung olok-olok ; membuat seseorang

menjadi bahan tertawaan ; mengancam, cemburu yang berlebihan,

membatasi pasangannya untuk melakukan kegiatan yang disukai,

pemerasan, mengisolasi, larangan berteman.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku dating

violence terdiri dari tiga bentuk yakni kekerasan Verbal dan Emosional yang

terdiri dari mengatakan pacarnya gendut, menuduh, mempermalukan di depan

umum, membatasi kebebasan, ancaman, melanggar privasi. Kekerasan fisik,

berupa memukul, meninju, menendang, menjambak rambut, mendorong

sekuat tenaga, menampar, menonjok, mencekik. Bentuk kekerasan dapat

berupa seksual pemaksaan hubungan seksual, perkosaan, rabaan yang tidak di

inginkan.

5. Faktor-Faktor Kekerasan dalam Pacaran

Murray (dalam Siagian 2012:16) menyatakan bahwa terdapat tujuh

faktor yang berkontribusi dalam Kekerasan dalam Pacaran, yaitu:

a. Penerimaan teman sebaya

Remaja cenderung ingin mendapatkan penerimaan dari teman

sebaya mereka, misalnya remaja pria dituntut oleh teman sebayanya untuk

melakukan kekerasan sebagai tanda kemaskulinan mereka.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

b. Harapan peran gender

Pria diharapkan untuk lebih mendominasi sedangkan wanita

diharapkan untuk lebih pasif. Pria yang menganut peran gender yang

mendominasi akan lebih cenderung mengesahkan perbuatan dating

violence kepada pasangannya, sedangkan wanita yang menganut peran

gender yang pasif, akan lebih menerima dating violence dari pasangannya.

c. Pengalaman yang sedikit

Secara umum, remaja memiliki sedikit pengalaman dalam

berpacaran dan menjalin hubungan dibandingkan dengan orang dewasa.

Remaja tidak mengerti seperti apa pacaran yang benar, apakah setiap hal

yang mereka lakukan saat pacaran adalah baik. Contohnya: cemburu dan

posesif dari abuser dilihat sebagai tanda cinta dan sesuatu yang

dipersembahkan dari abuser. Karena kurangnya pengalaman, mereka

menjadi kurang objektif dalam menilai hubungan mereka.

d. Jarang berhubungan dengan pihak yang lebih tua

Remaja selalu merasa bahwa orang dewasa tidak akan menanggapi

mereka dengan serius, dan mereka menganggap bahwa intervensi dari

orang dewasa akan membuat kepercayaan diri dan kemandirian diri

mereka hilang. Inilah yang membuat mereka menutupi dating violence

yang terjadi pada diri mereka.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

e. Sedikit akses ke layanan masyarakat

Remaja di bawah usia 18 tahun mempunyai akses yang sedikit ke

pengobatan medis, dan meminta perlindungan ke tempat penampungan

orang-orang yang menjadi korban kekerasan. Mereka membutuhkan

panduan orangtua, tetapi mereka takut menyampaikannya. Hal ini akan

menghambat remaja untuk terlepas dari kekerasan dalam pacaran.

f. Legalitas

Kesempatan legal berbeda antara orang dewasa dan remaja, remaja

kurang memiliki kesempatan legal. Remaja sering kali memiliki akses

yang sedikit ke pengadilan, polisi dan bantuan. Ini merupakan rintangan

bagi remaja untuk melawan dating violence.

g. Penggunaan obat-obatan

Obat-obatan tidak merupakan penyebab dating violence, tetapi ini

dapat meningkatkan peluang terjadinya dating violence dan meningkatkan

keberbahayaannya. Obat-obatan menurunkan kemampuan untuk

menunjukkan kontrol diri dan kemampuan membuat keputusan yang baik

dihadapan wanita ataupun prianya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

World Report On Violence And Health (dalam Siagian 2012:17)

mengindikasikan enam faktor yang menyebabkan dating violence diantaranya:

a. Faktor individual

Faktor demografi yang dapat menyebabkan seseorang melakukan

kekerasan kepada pasangannya adalah usia yang muda dan memiliki status

ekonomi yang rendah. The Health and Development Study in Dunedin,

New Zealand (2002)– Dalam satu penelitian longitudinalnya menunjukkan

bahwa seseorang yang berasal dari keluarga yang melakukan kekerasan-

berasal dari keluarga yang umumnya berada pada level ekonomi yang

rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah atau pendidikan yang

rendah, maka mereka akan melakukan dating violence.

b. Sejarah kekerasan dalam keluarga

Studi yang dilakukan di Brazil, Afrika, dan Indonesia (2002)

menunjukkan bahwa dating violence cenderung dilakukan oleh laki-laki

yang sering mengobservasi ibunya yang mengalami kekerasan dalam

rumah tangga.

c. Penggunaan Alkohol

Penelitian Black, dkk (2002) yang diadakan di Brazil,

Cambodia, Canada, Chile, Colombia, Costa Rica, El Salvador, India,

Indonesia, Nicaragua, Afrika Selatan, Spanyol, dan Venezuela


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32

menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peminum

minuman keras dengan menjadi pelaku dating violence. Hal ini bisa

terjadi karena alkohol dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan

individu dalam menginterpretasikan sesuatu (World Report on Violence

and Health, 2002) . Lebih lanjut Borsary & Carey (dalam Roudsary,

Leahy & Walters, 2009) menggunakan pengukuran penggunan alkohol

satu kali seminggu dalam memprediksikan pelaku dating violence.

d. Gangguan kepribadian

Penelitian di Canada (2002) menunjukkan bahwa laki-laki yang

menyerang pasangannya cenderung mengalami emotionally dependent,

insecure dan rendahnya self-esteem sehingga sulit mengontrol

dorongan-dorongan yang ada dalam diri mereka. Mereka juga memiliki

skor yang tinggi pada skala personality disorder termasuk diantaranya

antisocial, aggressive and borderline personality disorders.

e. Faktor dalam Hubungan

O’Kefee (2005) mengatakan bahwa, kurangnya kepuasan dalam

hubungan, semakin banyaknya konflik yang terjadi dalam hubungan

tersebut akan meningkatkan terjadinya dating violence. Hasil penelitian

Lewis & Fremouw, Ray & Gold, Billingham (dalam Luthra dan Gidycs,

2006) mengatakan bahwa semakin lama durasi suatu hubungan, maka

dating violence dalam hubungan tersebut semakin meningkat.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33

Follingstad, Rutledge, Polek, & McNeill-Hawkins (dalam Luthra &

Gidycs, 2006) menyebutkan bahwa dengan pertambahan setiap 6 bulan

durasi pacaran, korban dari kekerasan berulang-ulang akan lebih bisa

bertahan dalam hubungan yang dijalaninya, daripada korban yang

mengalami sekali kekerasan atau dengan kata lain semakin sering

dilakukan suatu kekerasan kepada pasangannya maka sang pelaku akan

semakin merasa bahwa si korban menerima perilaku kekerasan tersebut.

f. Faktor komunitas

Pada Tingkat ekonomi yang tinggi, orang-orang lebih mampu

untuk melakukan perlindungan ataupun pembelaan terhadap kekerasan

yang dialaminnya. Meskipun tidak selalu benar bahwa kemiskinan

meningkatkan kekerasan, namun tinggal dalam kemiskinan dapat

menyebabkan hopelessness. Untuk beberapa pria, tinggal dalam

kemiskinan bisa mengakibatkan stress, frustrasi, dan perasaan tidak

mampu untuk memenuhi harapan sosial, atau hidup sesuai dengan

harapan sosial. Peran gender tradisional, ada tidaknya sanksi dalam

komunitas itu, atau daerah tempat tinggal pelaku dan korban merupakan

bekas daerah perang sehingga tersedia peralatan perang, juga turut

berperan Sebagai pemicu dating violence. Kekerasan yang terjadi di

komunitas berhubungan dengan faktor penyebab menjadi pelaku dating

violence dikedua gender (Malik dalam O`Kefee, 2005). Frekuensi

kekerasan yang terjadi di komunitas akan meningkatkan kekerasan yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34

terjadi, mungkin ini disebabkan oleh penerimaan seseorang mengenai

violence tersebut. (O’Keefe, 2005).

6. Karakteristik Orang yang melakukan Dating Violence

Beberapa ciri orang yang melakukan dating violence adalah:

a. Rendahnya self esteem atau self image yang buruk

Self esteem adalah keseluruhan sikap kepada diri, apakah positif

atau negatif (Rosenberg, dalam Baron, Byrne & Branscombe, 2006).

Orang-orang dengan self esteem dan self image yang rendah ingin

meningkatkan self esteem dan self image mereka dengan menunjukkan

kekuatan mereka atas pasangan mereka.

b. Toleransi yang sedikit kepada frustrasi

Frustrasi didefinisikan sebagai perasaan yang timbul ketika

terdapat situasi yang merintangi goal (Dollard, Doob, Miller, Mower; &

Sears dalam Baron et al., 2006). Roseinzweig (dalam Kellen, 2009)

mengatakan bahwa reaksi seseorang kepada situasi frustrasi bisa

favorable atau tidak favorable berdasarkan toleransi frustrasi seseorang.

Kellen (2009) mengatakan bahwa memiliki toleransi frustasi yang

rendah seringkali merupakan faktor yang dapat menciptakan kemarahan

dan kekerasan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35

c. Suasana hati yang sering berubah-ubah

Orang dengan tipe ini biasanya kelihatan tenang dalam beberapa

menit, dan tiba-tiba berperilaku agresif kemudian.

d. Mudah marah

Pelaku dating violence cenderung mengekspresikan ketakutan

atau kecemasan sebagai kemarahan, atau menolak untuk mendiskusikan

perasaan mereka, dan kemudian menunj ukkan kemarahan mereka yang

meledak–ledak.

e. Kecemburuan yang berlebihan

Pada pelaku dating violence kecemburuan terjadi dengan pihak

ketiga dalam hubungan, dimana pihak yang cemburu merasa bahwa

pasangan mereka membina hubungan dengan oranglain. Seseorang

yang pencemburu menunjukkan ekspresi cemburu mereka, seperti

kemarahan maupun kekerasan fisik (Peppermint, 2006).

f. Terlalu posesif

Di kalangan pelaku dating violence posesif merupakan perasaan

takut akan kehilangan seseorang, takut ditinggalkan kekasihnya sendiri

(Hendrick & Hendrick dalam Baron, Byrne & Branscombe 2006).

Perasaan ini membuat pasangan mereka ingin mengontrol segala


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36

sesuatu mengenai pasangannya, dan tidak jarang kontrol yang

dilakukan terlalu berlebihan dan mengekang pasangannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa delapan faktor yang

mempengaruhi dating violence pada remaja adalah (1) faktor individual, (2)

sejarah kekerasan dalam keluarga, (3) penerimaan teman sebaya, (4) harapan

peran gender, (5) penggunaan obat-obatan, (6) gangguan kepribadian, (7) faktor

dalam hubungan, dan (8) faktor komunitas. Faktor individual yang dapat

menyebabkan seseorang melakukan kekerasan terhadap pasangannya adalah usia

muda, berada pada level ekonomi yang rendah, memiliki prestasi akademis yang

rendah, serta seseorang yang sering mengobservasi ibunya yang mengalami

kekerasan dalam rumah tangga, mengalami emotionally dependent, insecure dan

rendahnya self esteem. Semakin banyaknya konflik yang terjadi dalam hubungan

tersebut akan meningkatkan terjadinya dating violence. Dating violence sering

dialami remaja baik yang baru saja berpacaran atau sudah lama.

E. Remaja

1. Pengertian Remaja

Santrock (2003) mendefinisikan masa remaja (adolescence) sebagai

suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa

dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-

emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa

dewasa. Menurut Konopka (dalam Yusuf, 2010) masa remaja meliputi : (1)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37

remaja awal: 12-15 tahun; (2) remaja madya: 15-18 tahun; (3) remaja akhir:

19-22 tahun.

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas

lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock,

1992). Masa remaja ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas

karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau

tua.

Masa remaja, dengan jelas menunjukkan sifat transisi atau peralihan

karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki

status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa

remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang

mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa

dewasa.

Darajat (1990: 23) mengemukakan remaja adalah: masa peralihan

diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami

masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan

psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara

berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat

penting, yaitu diawali dengan matangnya organ – organ fisik (seksual)

sehingga mampu bereproduksi (Yusuf. 2010 : 184). Masa remaja adalah masa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38

peralihan dari anak – anak menuju dewasa yang mencakup kematangan

mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999 : 206).

WHO (dalam Sarwono, 2005) memberikan definisi tentang remaja

sebagai individu yang memiliki 3 kriteria, yaitu kriteria biologis, psikologis,

dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut diterangkan sebagai

berikut. Kriteria biologis remaja adalah suatu masa ketika individu

berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Sedangkan dalam

kriteria psikologis remaja merupakan suatu masa perkembangan psikologis

individu dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam

kriteria sosial ekonomi, remaja merupakan suatu masa terjadinya peralihan

individu dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh menuju keadaan

yang relatif lebih mandiri.

Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja ialah

masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa dengan rentang usia

antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan,

baik itu pematangan fisik, psikologis, sosial, serta ekonomi.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Havighurst (dalam Yusuf, 2010) melalui perspektif psikososial

berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu

menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39

Selanjutnya Havighurst (dalam Yusuf, 2010) mengartikan tugas-tugas

perkembangan sebagai berikut:

A developmental task is a task which arises at or about a certain


period in the life of the individual, successful achievement of which
leads to his happiness and to success with later task, while failure
leads to unhappiness in the individual, disapproval by society, and
difficulty with later task.

Havighurst (dalam Yusuf, 2010) secara rinci menjelaskan tugas-tugas

perkembangan remaja sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.

b. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.

f. Memilih dan mempersiapkan karier/ pekerjaan.

g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.

h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan bagi warga negara.

i. Mencapai tingkah laku ang bertanggung jawab secara sosial.

j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/

pembimbing dalam bertingkah laku.

Willis (2005: 8 – 15) mengungkapkan Tugas perkembangan masa

remaja sebagai berikut :

a. Memperoleh sejumlah norma – norma dan nilai – nilai.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40

b. Belajar memiliki peran sosial sesuai dengan jenis kelamin masing –

masing.

c. Menerima kenyataan jasmaniah serta dapat menggunakannya secara

efektif dan merasa puas terhadap keadaan tersebut.

d. Mencapai kebebasan dari kebergantungan terhadap orang tua dan

orang dewasa lainnya.

e. Mencapai kebebasan ekonomi.

f. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai

dengan bakat dan kesanggupannya.

g. Memperoleh informasi tentang perkawinan dan mempersiapkannya.

h. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep – konsep tentang

kehidupan bermasyarakat.

i. Memiliki konsep-konsep tentang tingkah laku sosial yang perlu untuk

kehidupan bermasyarakat.

Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas

perkembangan remaja ialah mencapai hubungan yang lebih matang dengan

teman sebaya, mencapai peran gender dalam kehidupan sosial, menerima

keadaan dan menggunakan fsik secara baik, mencapai kematangan emosional

yang didapat dari orang tua dan orang dewasa lainnya, mencapai kematangan

kemandirian ekonomi, memilih dan mempersiapkan pekerjaan, mendapatkan

informasi mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga,

mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan bagi masyarakat, mencapai tingkah aku yang bertanggung jawab


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41

secara sosial, memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/

pembimbing dalam bertingkah laku.

3. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Zulkifli (2003: 65-67), ciri-ciri remaja antara lain sebagai berikut:

a. Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih

cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa.

b. Perkembangan seksual

Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang

menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian,

bunuh diri, dan sebagainya.

c. Cara berfikir

Remaja cenderung berpikir kausatif. Cara berpikir kausatif

yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Saat remaja dilarang

untuk melakukan suatu hal, maka remaja tersebut akan

mempertanyakan mengapa ia tidak boleh melakukan hal tersebut.

d. Emosi yang meluap-luap

Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya

dengan keadaan hormon. Suatu saat ia dapat merasa sangat sedih, di

lain waktu ia dapat merasa sangat marah.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42

e. Mulai tertarik pada lawan jenis

Dalam kehidupan sosial remaja, mereka lebih tertarik pada

lawan jenisnya. Mereka mulai membina hubungan dengan lawan jenis

dan mulai pacaran.

f. Menarik perhatian lingkungan

Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari

lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peran, misalnya

melalui kegiatan remaja di lingkungan tempat tinggalnya. Remaja juga

cenderung terikat dengan kelompok remaja. Dalam kehidupan

sosialnya, remaja tertarik pada kelompok sebayanya, sehingga tidak

jarang remaja lebih mengutamakan kelompoknya daripada orang

tuanya.

4. Kekerasan dalam Berpacaran di Kalangan Remaja

Siswa SMA sebagai seorang remaja, Namun pada umumnya perilaku

dating violence dapat menpengaruhi siswa, bahkan bisa membuat keadaan

siswa jadi lain. Keadaan ini dapat menimbulkan kecemasan, kemarahan

terhadap lawan jenis oleh siswa. Kecemasan, kemarahan ini akan semakin

bertambah dengan adanya tuntutan orang tua maupun pihak lain bahwa belum

saatnya untuk berpacaran. Namun sering tuntutan ini tidak disertai dengan

dukungan positif, terutama dari orang tua.

Selain itu siswa belum mengetahui pacaran yang baik. Hal ini

menyebabkan ketidaksiapan siswa dalam berpacaran ataupun berteman


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43

dengan lawan jenis. Keadaan seperti ini, dapat menyebabkan siswa cenderung

melakukan kekerasan.

Hal lain yang juga terlihat pada diri siswa SMA, sebagai remaja,

adalah kuatnya pengaruh teman sebaya. Salah satu penyebabnya karena

kebutuhan akan rasa aman dan rasa diterima oleh teman sebaya. Oleh karena

itu perilaku teman sebaya dapat berpengaruh pada siswa, salah satunya adalah

perilaku dating violence.

F. Bimbingan Pribadi Sosial

1. Pengertian Bimbingan

Moegiadi (dalam Winkel, 2004: 29) mendefinisikan bimbingan dalam

berbagai pengertian. Pertama, bimbingan adalah suatu usaha untuk

melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi,

tentang dirinya sendiri. Kedua, bimbingan sebagai suatu cara pemberian

bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara

efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan

pribadinya. Ketiga, bimbingan merupakan sejenis pelayanan kepada individu-

individu, agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan

tepat, dan menyusun rencana secara realistis, sehingga mereka dapat

menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka

hidup. Keempat, bimbingan dapat berarti suatu proses pemberian bantuan

kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44

pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih,

menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan

tuntutan dari lingkungan.

2. Pengertian Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan

yang ada di sekolah. Menurut Sukardi (2010: 11) mengungkapkan bahwa

bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi

dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri,

menghadapi konflik dan pergaulan. Ahmadi (2004: 109) mengungkapkan

bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta

didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial

yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih

kelompok sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif

yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-

masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya.

Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial yang dikemukakan oleh

Ahmadi adalah, bahwa bimbingan pribadi-sosial diberikan kepada individu,

agar mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi-sosialnya

secara mandiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Yusuf (2010: 11) yang

mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan untuk

membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45

Para siswa SMA termasuk dalam kategori masa remaja. Masa remaja

merupakan proses dimana banyak mengalami perkembangan dan perubahan.

Perkembangan dan perubahan yang dialami oleh remaja adalah

perkembangan fisik dan psikis dalam diri remaja. Gunarsa dan Gunarsa (2002),

mengemukakan bahwa perubahan fisik dapat teramati secara langsung misalnya

perubahan tinggi badan, berat badan, wajah, akan tetapi yang menyangkut

perubahan psikis tidak cepat dapat diamati.

Untuk mencapai kompetensi dan keterampilan hidup yang dibutuhkan

maka siswa tidak cukup hanya diberi pelajaran bidang studi. Sekolah

berkewajiban memberi bimbingan dan konseling yang menyangkut

ketercapaian kompetensi pribadi sosial, belajar, dan karier (Nurihsan &

Sudianto, 2004). Adapun masalah dalam persoalan pribadi-sosial ialah

mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya yang

bertanggung jawab. Berkaitan dengan persoalan tersebut, maka untuk siswa

perlu mendapat layanan bimbingan pribadi-sosial pacaran yang sehat dan aman

dengan tujuan agar mereka bisa mengerti dan melaksanakan hubungan pacaran

yang sehat dan aman.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, subjek penelitian,

instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Furchan (2007: 447)

mengatakan penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dirancang

untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian

dilakukan, menjelaskan data apa adanya dalam situasi sekarang.

Penelitian deskriptif ini dilakukan untuk memperoleh gambaran

tentang bentuk-bentuk kekerasan yang frekuen atau kerap dialamai dalam

berpacaran (dating violence) pada remaja SMA N 1 Karangnongko, Klaten

dengan implikasinya pada usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi

sosial.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah para siswa

kelas XI SMA N 1 Karangnongko Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 yang

terdiri dari 6 kelas yaitu XI IA 1, XI 1A 2, XI IA 3, XI IS 1, XI IS 2, dan

XI IS 3. Jumlah siswa SMA N 1 Karangnongko secara rinci di jelaskan

pada tabel 1. Semua siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko menjadi

subyek yang akan diteliti. Alasan memilih SMA N 1 Karangnongko

46
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47

sebagai tempat penelitian karena (1) SMA N 1 Karangnongko mudah

dijangkau oleh peneliti; (2) SMA N 1 Karangnongko mempunyai guru

bimbingan dan konseling; (3) siswa SMA N 1 Karangnongko tergolong

remaja; (4) pengalaman sebagian siswa di sana kerap mengamati banyak

teman yang mengalami dating violence, misalnya : menuduh,

mengintrogasi, mengancam.

Tabel 1
Subjek Penelitian
Kelas Jumlah
XI IA 1 30 siswa

XI IA 2 32 siswa

XI IA 3 30 siswa

XI IS 1 30 siswa

XI IS 2 33 siswa

XI IS 3 29 siswa

Jumlah 184 siswa

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner.

Kuesioner disusun dalam bentuk skala alat ukur untuk mengetahui

bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran. Struktur kuesioner berisi

tentang pernyataan-pernyataan dan pilihan jawaban responden.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48

Kuesioner disusun dalam bentuk rating scale (skala bertingkat) yang

mengikuti rinsip-prinsip skala Likert, yaitu suatu ukuran subjektif yang

memuat sejumlah pernyataan. Masing-masing pernyataan dilengkapi

dengan pilihan jawaban yang menunjukkan jarang, kerap kali, sering.

Masing-masing tingkatan diberi nilai angka yang sesuai dengan

tingkatan sikap responden. Metode yang digunakan dalam skala

penelitian ini adalah metode skoring yang dijumlahkan (Method of

Summated Rating). Kuesioner kekerasan dalam pacaran ini akan terdiri

dari dua bagian yaitu (1) bagian pengantar, identitas responden serta

petunjuk pengisian dan (2) bagian pernyataan yang mengungkap

bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran siswa kelas XI di SMA N 1

Karangnongko Klaten tahun pelajaran 2012/2013. Kuesioner dikonstruk

berdasarkan aspek bentuk kekerasan dalam pacaran yaitu kekerasan

secara verbal dan emosional, seksual, fisik. Kuesioner dinyatakan

dalam satu bentuk pernyataan yaitu tentang bentuk-bentuk kekerasan

dalam pacaran

Pada saat Pengambilan data, semua anggota dijadikan subjek

penelitian. Kuesioner yang telah diisi oleh responden secara lengkap

akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.

2. Penentuan Skor

Pemberian skor dilakukan dengan memberi nilai pada setiap

alternatif jawaban ditentukan sebagai berikut:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

a. Pemberian skor untuk item yang bersifat favorabel diberi skor

4 untuk jawaban lebih dari 10 kali, skor 3 untuk jawaban 7-9

kali, skor 2 untuk jawaban 4-7kali, skor 1 untuk jawaban 1-

3kali.

b. Skoring setiap pilihan jawaban dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2
Skoring/ Penilaian Kuesioner Perilaku Dating Violence

Alternatif Jawaban
Tidak Pernah 1- 4-7kali Pernah 7- Pernah
No. Pernyataan pernah 3 kali (1) (2) 9 kali (3) lebih dari
10 kali
(4)

1. Favoraebel 0 1 2 3 4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

3. Kisi-kisi Kuesioner

Tabel 3
Kisi-kisi Kuesioner Kekerasan dalam Pacaran


No Aspek Indikaor Pernyataan
1 Mengalami Name calling 1, 2, 3, 4 4
kekerasan
secara Intimidating looks 4, 5, 6, 7 4
verbal dan
Use of pagers and 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 8
emosional
cell phones
Making a boy/girl 16, 17 2
wait by the phone
Monopolizing a 18, 19 2
girl’s/ boy`s time
Making a girl`s/
boy`s feel 20, 21, 22 3
insecure
Blaming 23, 24 2

Making threats 25, 26, 27,28 4

Manipulation /
making himself 29, 30 2
look pathetic
Interrogating 31, 32, 33, 34, 35 5

Humiliating her/ 36, 37, 38, 39, 40 5


him in public
Breaking 41, 42, 43 3
treasured items
2. Mengalami Perkosaan 44, 1
kekerasan
secara Sentuhan yang 45, 1
seksual tidak diinginkan
3. Mengalami Memukul, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52,
kekerasan mendorong, 53, 54 9
secara fisik membenturkan
Mengendalikan, 55, 56, 57
menahan 3
Permainan kasar 58 1
Jumlah 58 58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51

4. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Validitas berarti sejauh mana tingkat ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya.

Validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan jenis validitas isi

(Content Validity). Validitas isi merupakan validitas yang mengukur

relevansi item kuesioner dengan indikator keperilakuan dan dengan

tujuan ukur (Azwar, 2012:132).

Uji Validitas kuesioner penelitian ini didasarkan pada

pertimbangan dari ahli (judgment expert). Dalam penelitian ini,

item/ pernyataan kuesioner penelitian dikonstruksi tentang aspek-

aspek yang diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli.

Pengujian judgment expert dilakukan oleh dosen pembimbing yaitu

Dr. Gendon Barus M.Si. Dosen memberi penilaian terkait dengan

kesesuaian antara variabel penelitian, indikator penelitian, dan

rumusan kalimat pernyataan atau item kuesioner.

Kuesioner yang telah melewati uji validitas logik atau rasional

melalui konsultasi dan telaah yang dilakukan oleh ahli kemudian

diujicobakan di SMA Santo Mikael Warak Yogyakarta. Jumlah siswa

yang menjadi responden pada uji coba kuesioner penelitian ini yaitu

46 siswa. Beberapa pertimbangan peneliti memilih SMA Santo

Mikael Warak sebagai tempat untuk melakukan uji coba kuesioner,

ialah adanya kesamaan rentang usia, Guru Bimbingan dan konseling


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52

memberikan layanan bimbingan, bentuk perilaku pacaran yang

dialami.

Selanjutnya, peneliti menghitung koefisien koerelasi hasil uji

coba dengan menggunakan program komputer Statistic Program for

Social Science (SPSS) 16.0 for Window. Metode yang digunakan yaitu

dengan mengkorelasikan skor-skor setiap item instrumen terhadap

skor-skor setiap aspek melalui pendekatan korelasi Pearson Product

Moment dengan rumus sebagai berikut :

N XY X Y
rXY =
2 2
N X2 X N Y2 Y

Keterangan :
rXY = Korelasi skor butir/item dengan skor total aspek
N = Jumlah subyek
X = Skor item atau butir
Y = Skor total per aspek

. Berdasarkan hasil penghitungan statistik, dapat diketahui dari

60 item yang diujicobakan terdapat 58 item yang valid dan 2 item

yang tidak valid. Jumlah item yang valid dan tidak valid dapat dilihat

pada tabel di halaman berikut ini:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53

Tabel 4
Jumlah Item yang Valid dan Tidak Valid

Nomor Nomor Item


No Aspek Indikaor Item yang yang tidak ∑
Valid Valid
1 Mengalami Name calling
kekerasan
Intimidating
secara
looks
verbal dan
Use of pagers
emosional
and cell phones
Making a 1, 2, 3, 4, 5,
boy/girl wait by 6, 8, 9, 10,
the phone 11, 12, 13,
Monopolizing a 14, 15, 16,
girl’s/ boy`s 17, 18, 19,
time 20, 21, 22,
Making a girl`s/ 23, 24, 25,
7, 44 45
boy`s feel 26, 27,28,
insecure 29, 30, 31,
Blaming 32, 33, 34,
Making threats 35, 36, 37,
38, 39, 40,
Manipulation /
41, 42, 43,
making himself
45
look pathetic
Interrogating
Humiliating her/
him in public
Breaking
treasured items
2. Mengalami Perkosaan
kekerasan Sentuhan yang 46, 47 ____ 2
secara tidak diinginkan
seksual
3. Mengalami Memukul, 48, 49, 50,
kekerasan mendorong, 51, 52, 53,
secara fisik membenturkan 54, 55, 56,
57, 58, 59, ____ 13
Mengendalikan,
menahan 60
Permainan kasar
Jumlah 58 2 60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya (Azwar, 2008:4). Dengan demikian tujuan pengujian

reliabilitas alat ukur adalah mengetahui sejauh mana pengukuran

variabel dapat memberikan hasil yang sama jika dilakukan kembali

kepada subjek yang sama pada kesempatan yang berbeda.

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini

menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun

rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai

berikut:

Sx 2 + Si 2
α = 2[1- Sx 2
]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 : varians skor skala

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan dan telah

dihitung dengan menggunakan bantuan program komputer Statistic

Program for Social Science (SPSS) 16.0 for Window, diperoleh

perhitungan reliabilitas seluruh instrumen dengan menggunakan

rumus koefisien alpha (α), yaitu 0,992.

Tabel 5
Koefisien Reliabilitas Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran.

Koefisien Alpha Cronbach N item N subyek

0, 992 58 155
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55

Dari hasil perhitungan, reliabilitas skala sebesar 0,992,

termasuk kategori tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner

dianggap memiliki reliabilitas sangat tinggi.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Persiapan dan pelaksanaan

Tahap Persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan kuesioner.

b. Mengidentifikasi aspek-aspek kekerasan dalam pacaran yang akan

diungkap.

c. Mengidentifikasi indikator-indikator dari aspek kekerasan dalam

pacaran.

d. Merumuskan item-item yang mengungkap berbagai aspek yang

hendak diteliti berdasarkan indikator kekerasan dalam pacaran.

e. Mengkonsultasikan kuesioner, sehingga mendapat pertimbangan ahli

dan memenuhi validitas isi secara logik/rasional

f. Uji coba empirik kuesioner kekerasan dalam pacaran bertujuan untuk

mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen/alat ukur,

sehingga didapatkan kelayakan penggunaannya sebagai alat ukur yang

dapat dihandalkan dan benar-benar mengungkap apa yang diteliti.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56

g. Tahap pelaksanaan pengambilan data dilaksanakan pada hari Kamis,

dan Senin di SMA N 1 Karangnongko dengan responden sebanyak

158 siswa.

2. Teknik Analisis Data

a. Memeriksa keabsahan administratif hasil jawaban responden untuk

diolah lebih lanjut.

b. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban,

Frekuensi no 1 ialah 1-3 kali mengalami, no 2 ialah 4-7 kali, no 3

ialah 7-9 kali dan 4 lebih dari 10 kali.

c. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing

item kuisioner dan skor rata-rata subjek maupun rata-rata butir.

d. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuisioner bentuk-bentuk

kekerasan dalam pacaran para siswa dengan cara : 1) Menghitung

koefisien reliabilitas kueisioner Kekerasan dalam Berpacaran (dating

violence) dari Siswa SMA N 1 Karangnongko Klaten Tahun Ajaran

2012/2013 menggunakan rumus Spearman-Brown dengan program

komputer SPSS. 2) Menghitung koefisien validitas kueisioner

Kekerasan dalam Berpacaran (dating violence) teknik korelasi

menggunakan Product Moment dari Pearson dengan menggunakan

program komputer SPSS. 3) Mengkategorisasikan frekuensi bentuk-

bentuk kekerasan dalam pacaran menurut Azwar (2008 : 107-108)

dengan tiga katagori; sering, kerap kali, jarang.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57

Tabel 6
Norma Penggolongan Kategorisasi
Tingkat Frekuensi Kekerasan dalam Pacaran
Penghitungan Skor Item Keterangan

X ≤ [µ-1,0(σ)] Jarang

[µ-1,0(σ)] ≤ X < [µ+1,0(σ)] Kerap Kali

[µ+1,0(σ)] ≤ X Sering

Keterangan:

X maximum teoritik : Rata-rata skor total tertinggi

X minimum teoritik : Rata-rata skor total terendah

σ : Standar deviasi, yaitu luas jarak

rentangan yang dibagi dalam 6 satuan

deviasi sebaran

µ : Mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis

dari skor maksimum dan minimum

Kategorisasi tersebut menjadi patokan dalam menentukan tinggi

rendahnya frekuensi bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran. Kategorisasi

item penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah subjek 155)

sebagai berikut:

X maksimum teoritik : 4 x 155 = 620

X minimum teoritik : 0 x 155 = 0

Luas jarak : 620 – 0 = 620

σ (standar deviasi) : 620 : 6 = 103,3 dibulatkan menjadi 103

µ (mean teoritik) : (620):2 = 310


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58

Penentuan kategorisasi setelah dilakukan penghitungan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7
Kategorisasi Tingkat Frekuensi
Terjadinya Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran
Penghitungan Skor Item Skor Keterangan

X ≤ [µ-1,0(σ)] X < 270 Jarang

[µ-1,0(σ)] ≤ X < [µ+1,0(σ)] 207< X ≤ 413 Kerap Kali

[µ+1,0(σ)] ≤ X 413 ≤ X Sering

Kemudian, jumlah skor data subjek penelitian dikelompokkan ke dalam

penggolongan kategorisasi yang terdapat pada tabel di atas. Namun apabila

komposisi data tidak terdistribusi secara normal, maka kategorisasi dilakukan

berdasarkan nilai mean. Untuk memperkaya informasi dari analisis hasil temuan

penelitian ini, dilakukan analisis perindikator bentuk-bentuk kekerasan dalam

pacaran, dengan memperhatikan terutama bentuk kekerasan yang frekuensinya

dialami oleh remaja pada kategori lebih dari 10 kali letak nilai 4 pada skala.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat jawaban atas rumusan masalah penelitian ini yaitu, (1)

Bentuk-bentuk kekerasan seperti apa yang kerap muncul dalam berpacaran

(dating violence) dikalangan remaja SMA N I Karangnongko Klaten, dan (2)

berdasarkan bentuk kekerasan dalam pacaran yang frekuensinya banyak dialami

siswa, topik bimbingan apa yang implikatif diusulkan dalam penyusunan

progaram bimbingan pacaran yang sehat dan aman.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Gambaran Umum Partisipan Penelitian

Setelah dilakukan pengumpulan data, data diolah sesuai dengan

prosedur yang telah dijabarkan dalam teknik analisis data pada bab III.

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, berikut ini disajikan tabel

deskripsi gambaran umum partisipan secara umum, sebagai berikut:

59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60

Tabel 8.
Gambaran Umum Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Frekuensi
Berganti Pacar, dan Agama.
JENIS KELAMIN
TOTA
NO KATAGORI LAKI- Dalam Dalam Jumlah
PEREMPUAN L (%)
LAKI (%) (%)
1 USIA
18 Tahun 2 1,3 % 5 3,2 % 4,52 7
17 Tahun 21 13,55 % 27 17,42 % 30,97 48
16 Tahun 32 20,65 % 63 40,65 % 61,29 95
15 Tahun 1 0,65 % 4 2,58 % 3,23 5
Total (%) 36, 12 63,88 100 %
Jumlah 56 99 155
2 BERGANTI
PACAR
1 Kali 10 6,45 % 6 3,87 % 10,32 16
2 Kali 6 3,87 % 10 6,45 % 10,32 16
3 Kali 6 3,87 % 21 13,55 % 17, 42 27
4 Kali 8 5,16 % 11 7,1 % 12,26 19
5 Kali 13 8,39 % 23 14,84 % 23,23 36
Lebih Dari 5 13 8,39 % 28 18,06 % 26,45 41
Kali
TOTAL (%) 36,13 63,87 100 %
Jumlah 56 99 155
3 AGAMA
Islam 52 35, 48 % 82 52,90 % 86,45 134
Khatolik 2 1,3 % 8 5,16 % 6,45 10
Kristen 2 1,3 % 9 5,8 % 7,10 11
Hindhu 0 0 ___
Budha 0 0 ___
TOTAL (%) 36, 13 63,87 100 %
Jumlah 56 99 155

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa:

a. Sebanyak 155 partisipan terlibat dalam penelitian dating violence.

Berdasarkan jenis kelamin partisipan dalam katagori umur, proposi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61

remaja perempuan lebih besar, yaitu sebesar 63,88% apabila

dibandingkan dengan remaja laki-laki, yaitu sebanyak 36,12 %. Subjek

b. Katagori berganti pacar, remaja putri lebih besar dari pada remaja putra

yakni 63,87 bernading 36,13. Kategori agama remaja putra lebih kecil

dibanding remaja putri, dengan berbagai perbedaan agama.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kekerasan

dalam pacaran pada siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko Klaten dan

implikasinya pada usulan program yang cocok untuk penyusunan silabus

bimbingan pribadi sosial. Penelitian ini, ada tiga kategori bentuk kekerasan

dalam pacaran yang dialami para siswa berdasarkan nilai rata-rata total,

yaitu kategori jarang, kategori kerap sekali, dan kategori sering diperoleh

gambaran sebagai berikut:

Tabel 9
Kategorisasi Tingkat Frekuensi
Terjadinya Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran
Penghitungan Skor Item Skor Keterangan
X ≤ [µ-1,0(σ)] X < 270 Jarang

[µ-1,0(σ)] ≤ X < [µ+1,0(σ)] 271< X ≤ 413 Kerap Kali

[µ+1,0(σ)] ≤ X 414 ≤ X Sering


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62

Tabel 10
Pengolongan Bentuk-bentuk Dating Violence dalam tiga kategori

No Katagori Indikator No Pernyataan Jumlah


Frekuensi Name calling 1, 2, 3, 4 4
1. Jarang
Intimidating looks 6, 7 2

8, 10, 11, 12, 13, 14,


Use of pagers and cell phones 8
15,

Making a boy/girl wait by the phone 16, 17 2

Monopolizing a girl’s/ boy`s time 18, 19 2

Making a girl`s/ boy`s feel insecure 20, 21, 22 3

Blaming 23, 24 2

Making threats 25, 26, 27,28 4

Manipulation / making himself look 29, 30 2


pathetic
Interrogating 31, 32, 33, 34, 35 5

Humiliating her/ him in public 36, 37, 38, 39, 40 5

Breaking treasured items 41, 42, 43 3

Perkosaan 44, 1

Sentuhan yang tidak diinginkan 45, 1

46, 47, 48, 49, 50, 51,


Memukul, mendorong, membenturkan 9
52, 53, 54

Mengendalikan, menahan 55, 56, 57 3

Permainan kasar 58 1

Jumlah 56 56 item

2. Frekuensi Intimidating looks 5 1


Kerap kali
Use of pagers and cell phones 9 1

Jumlah 2 item
3. Frekuensi
Sering
Jumlah 0 item
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63

Berdasarkan dari perhitungan rata-rata skor total tersebut dapat

disimpulkan bahwa banyak yang mengalami bentuk-bentuk kekerasan dalam

kategori jarang, sesuai dengan tabel penggolongan subyek oleh Azwar (2009 :

107-109).

Berikut ini disajikan secara visual tentang bentuk-bentuk kekerasan dalam

pacaran SMA N 1 Karangongko, yang disajikan dalam bentuk diagram berikut:

120

100

80

60

40

20

0
Jarang Kerap Kali Sering

Diagram 1. Profil Bentuk-bentuk Dating Violence yang di alami


Siswa Kelas XI SMA N 1 Karangnongko Klaten
Tahun Ajaran 2012/1013
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64

Tabel 11
Lamanya hubungan pacaran berdasarkan jenis kelamin

NO Jenis Kelamin
Lama Berpacaran
Laki-laki % Perempuan %
< sebulan 45 29,03 % 19 12,25 26 16,77
1-6 bulan 43 27,74 % 9 5,80 34 21,93
6-1 tahun 27 17,41 10 6,45 17 10,96
Lebih dari 1 40 25,80 18 11,61 22 14,19
tahun
TOTAL 155 100% 36,11 63,09

Remaja Laki-laki yang terlibat dalam dating violence mengalami masa

berpacaran yang lebih kecil dibandingkan dengan remaja putri. Subjek partisipan

laki-laki yang terlibat 36,11 % dari 100 % subyek, Untuk partisipan perempuan

yang terlibat sebanyak 63,09 %.. Subjek yang pernah berpacaran dan terlibat

dalam dating violence memiliki masa berpacaran kurang dari 1 bulan 29,03% dari

seluruh subjek yang berpartisipasi. Subjek partisipan yang berpacaran 1-6 bulan

sebanyak 27,74% dan 17,41 % subjek partisipan berpacaran 6-1 tahun dan sisanya

25,80% berpacaran lebih dari 1 tahun.

2. Butir-butir Bentuk-bentuk Dating Violence para Siswa

Berdasarkan perhitungan rata-rata skor tiap butir pada kuisioner diperoleh

56 butir yang masuk dalam kategori jarang , kategori kerap kali ada 2 butir dan di

sering tidak ada pada tabel penggolongan subjek oleh Azwar (2008 : 107-109).

Kategori butir-butir tersebut adalah:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65

Tabel 12
Penggolongan butir-butir dalam tiga Kategori
No Rerata Skor Kategori Jumlah
1. -270 Jarang 56 butir
2. 271-413 Kerap Kali 2 butir
3. 414- Sering 0 butir
Jumlah 58 butir

Saya mengambil sepuluh butir yang berfrekuensi tinggi (frekuensi

yang tinggi dalam kategori bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran)

adalah :

Tabel 13
Analisis sepuluh butir bentuk-bentuk dating violence
No Butir Rumusan Skor Peringkat
Menjelek-jelekkan tubuh saya (memberi
1. 1 julukan negatif, misal 223 7
“Gembrot,Cungkring)
2. 3 Mengatakan saya “malas” 242 5
3. 5 Mencemberuti saya dengan wajah kesal. 271 2
Melarang saya melakukan sesuatu
4. 9 287 1
dengan lawan jenis
Mengawasi pergaulan saya dengan
5. 11 241 6
orang lain.
Membaca isi inbox saya dengan penuh
6 14 259 4
curiga
Mempertontonkan rasa cemburu yang
7. 33 201 8
berlebihan
Menyatakan pada saya, seakan-akan 3
8 34 265
saya sudah jadi miliknya.
Melarang saya berbaur dengan lawan
9 8 191 9
jenis
Menyakiti saya dengan mengungkit-
10 30 184 10
ungkit masa lalu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66

Setiap item mempunyai frekuensi kekerasan yang berbeda-beda, dengan

perbedaan sebagai berikut :

Tabel 14
Pengolongan Item Tertinggi Menurut Frekuensi

No Frekuensi
Bentuk Kekerasan
Item 1-3 X 4-6 X 7-9 X 10 X atau lebih
Menjelek-jelekkan tubuh saya
47 36 7
1 (memberi julukan negatif, 28
misal “Gembrot,Cungkring)
3 Mengatakan saya “malas” 54 20 24 19
Mencemberuti saya dengan
5 56 26 15 29
wajah kesal.
Melarang saya melakukan
9 43 18 10 44
sesuatu dengan lawan jenis
Mengawasi pergaulan saya 60 18 11
11 28
dengan orang lain.
Membaca isi inbox saya
14 51 18 13 32
dengan penuh curiga
Mempertontonkan rasa 62 12 13
33 19
cemburu yang berlebihan
Menyatakan pada saya, seakan- 28
34 60 11 29
akan saya sudah jadi miliknya.
Melarang saya berbaur dengan 41 18 10
8 44
lawan jenis
Menyakiti saya dengan 61 22 5
30 16
mengungkit-ungkit masa lalu

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian bentuk-

bentuk kekerasan dalam pacaran pada siswa kelas XI SMA N 1

Karangnongko, Klaten tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa

Hampir semua siswa pernah mengalami bentuk-bentuk dating violence. Selain

itu, hasil penelitian juag menunjukakn bahwa semua butir bentuk-bentuk


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67

dating violence termasuk dalam kategori jarang dan kerap kali serta terdapat

10 item yang mempunyai frekuensi yang tinggi.

Dating violence atau yang biasa disebut kekerasan dalam pacaran

merupakan tindakan atau ancaman yang dilakukan secara sengaja baik

melalui perilaku, perkataan maupun mimik wajah yang dilakukan salah satu

pihak kepada pihak lain dalam hubungan pacaran. Perilaku ini ditujukan untuk

memperoleh dan mempertahankan kekuatan atau kekuasaan dan kontrol atas

pasangannya dalam hubungan pacaran. Banyak faktor yang mempengaruhi

kekerasan dalam pacaran misalnya faktor individual, sejarah kekerasan dalam

keluarga, alkohol bahkan karena jarang berhubungan dengan pihak yang lebih

tua.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekerasan dalam pacaran ada

di kalangan siswa. Para siswa mengalami semua bentuk kekerasan dalam

pacaran, yang meliputi empat jenis kekerasan, yaitu kekerasan verbal,

kekerasan emosional, kekerasan seksual dan kekerasan fisik, di mana verbal

dan emosional digabungkan. Riani (2012) Mengatakan bahwa kekerasan

dalam pacaran kerap muncul dalam bentuk tindakan, yang meliputi kekerasan

secara fisik, seksual, atau psikologis yang terjadi dalam sebuah hubungan

pacaran, baik yang dilakukan di depan umum maupun dalam kehidupan

pribadi.

Dari hasil itu terdapat beberapa hal yang menunjukan bahwa kekerasan

berpacaran terjadi di semua aspek. Beberapa sumber mengatakan banyak

faktor yang mempengaruhi, kenapa banyak siswa mengalami bentuk


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68

kekerasan dalam pacaran antara lain: faktor individual, sejarah kekerasan

dalam keluarga, penerimaan teman sebaya, harapan peran gender, penggunaan

obat-obatan, gangguan kepribadian, faktor dalam hubungan, dan faktor

komunitas. Faktor individual yang dapat menyebabkan seseorang melakukan

kekerasan terhadap pasangannya adalah usia muda, berada pada level ekonomi

yang rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah, serta seseorang yang

sering mengobservasi ibunya yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga,

mengalami emotionally dependent, insecure dan rendahnya self esteem.

Semakin banyaknya konflik yang terjadi dalam hubungan tersebut akan

meningkatkan terjadinya dating violence.

Berdasarkan hasil analisis deskritif data diperoleh sepuluh butir item

bentuk kekerasan dalam pacaran yang mempunyai frekuensi tinggi. Butir-butir

ini terdapat dalam aspek kekerasan secara verbal dan emosional.

1. Menjelek-jelekkan tubuh saya (memberi julukan negatif, misal

“Gembrot,Cungkring).

Untuk item pertama menjelek-jelekan tubuh saya, dari hasil

penelitian dalam kekerasan dalam pacaran memiliki frekuensi kekerasan

untuk 1-3 kali sebanyak 47 subjek yang mengalami. Dari hasil penelitian,

masih banyak para siswa yang mengalami kekerasan. Mengapa bisa terjadi

kepada remaja. Kebanyakan orang beranggapan bahwa memberika julukan

kepada orang lain itu hal yang biasa, dengan sesuka hati kita memberikan

nama-nama yang bukan semestinya. Bagi pasangan memberikan julukan

adalah tanda sayang atau kasih, tapi kita harus mengetahui batasnya. Jika
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69

kita sudah tidak Nyaman, maka kata-kata itu sudah menjadi kekerasan,

karena membuat kita tidak nyaman tersebut.

Mereka tidak mengerti, kenapa mudah terjadi tindakan kekerasan.

Tindakan kekerasan tidak ada tindakan tegas. Apakah karena kekerasan ini

paling mudah dilakukan dan tanpa ada payung hukumnya. Kekerasan tidak

dilaporkan biasanya karena korban merasa takut akibat ancaman oleh

pacar, atau iba karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah

melakukan kekerasan, sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar

menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi.

2. Mengatakan saya “malas”. Untuk item kedua, Mengatakan saya “malas”

Untuk 1-3 kali sebanyak 54 subjek, 4-7 kali sebanyak 20 subjek,

24 subjek untuk 7-9 kali dan 19 subjek untuk lebih dari 10 kali.

Kekerasan ini terjadi bila saat bersama pelaku, korban merasa senang

karena bersama dengan orang yang mereka sayang. Namun rasa senang itu

hanya muncul saat tidak terjadi pertengkaran.

Sama dengan item no 1, Kebanyakan orang beranggapan bahwa

mengatakan hal yang negatif kepada orang lain itu hal yang biasa, dengan

sesuka hati kita mengatakan hal yang negatif tanpa kita sadari. Bagi

pasangan memberikan julukan-julukan adalah tanda sayang atau kasih,

tapi kita harus mengetahui batasnya. Jika kita sudah tidak nyaman, maka

kata-kata itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman

tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70

Kejadian ini tidak bisa terjerat hukum, tapi secara psikologis bisa

menganggu korban. Korban akan memaafkan karena pelaku memohon

maaf sedemikian rupa sehingga korban iba, setelah melakukan kekerasan,

sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali

perbuatannya dan tidak akan mengulanginya.

3. Mencemberuti saya dengan wajah kesal.

Untuk item ketiga, Mencemberuti saya dengan wajah kesal. Untuk

1-3 kali sebanyak 56 subjek, 4-7 kali sebanyak 26 subjek, 15 subjek untuk

7-9 kali dan 29 subjek untuk lebih dari 10 kali. Kita bisa lihat banayk

subyek yang mengalami 1-3 kali kekerasan dalam pacaran.

Kebanyakan orang, melakukan hal ini untuk menyelesaikan

konflik. Kebanyakan remaja beranggapan bahwa hal diatas digunakan

sebagai cara untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam berpacaran.

Jika keinginan pasangan tidak dituruti, maka item di atas dilakukan agar

korban mau melakukannya.

Kasus ini juga susah di laporkan atau ditindak secara hukum.

Korban tidak melaporkan kekerasan ini, karena korban merasa iba karena

pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan,

sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali

perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi.

4. Melarang saya melakukan sesuatu dengan lawan jenis.

Untuk item keempat, Melarang saya melakukan sesuatu dengan

lawan jenis. Untuk 1-3 kali sebanyak 43 subjek, 4-7 kali sebanyak 18
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71

subjek, 10 subjek untuk 7-9 kali dan 44 subjek untuk lebih dari 10 kali.

Kasus kekerasan yang terjadi banyak dialami subyek sebanyak 10 kali atau

lebih.

Kebanyakan orang beranggapan bahwa melarang pasangan

melakukan kegiatan dengan orang lain, itu hal yang biasa. Pasangan

dengan sesuka hati melarang tanpa meyadari akibatnya. Bagi pasangan

melarang adalah tanda sayang atau kasih, cemburu, tidak ingin kehilangan

pasangannya, tapi kita harus mengetahui batasnya. Jika kita sudah tidak

nyaman, maka tindakan itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita

tidak nyaman tersebut.

Kekerasan ini terjadi karena pacar yang pencemburu atau karena

ingin mejaga pacaranya. Kekerasan ini tidak dilaporkan karena korban iba

karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan

kekerasan, sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali

perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi dan tidak ada payung

hukumnya. Korban merasa apa yang dilakukan pelaku tersebut, karena

sayang dan menjaga.

5. Mengawasi pergaulan saya dengan orang lain. Untuk item ini, Mengawasi

pergaulan saya dengan orang lain untuk 1-3 kali sebanyak 60 subjek, 4-7

kali sebanyak 18 subjek, 11 subjek untuk 7-9 kali dan 28 subjek untuk

lebih dari 10 kali. Bila kita lihat kasus kekerasan ini, banyak dialami 1-3

X. Mengawasi suatu hal yang biasa bagi kita. Tapi, bila kegiatan ini terjadi

terus menerus akan menjadi gangguan bagi kita.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72

Kebanyakan orang beranggapan bahwa mengawasi pasangan

melakukan kegiatan dengan orang lain, itu hal yang biasa. Pasangan

dengan sesuka hati mengawasi tanpa disadari dan mereka tidak menyadari

akibatnya. Bagi pasangan mengawasi adalah tanda sayang atau kasih,

cemburu, tidak ingin kehilangan pasangannya, tapi kita harus mengetahui

batasnya. Bila kejadian ini terjadi terus menerus, pasangan akan semakin

risih dan banyak teman yang menjahui karena tidak nyaman dengan sikap

pasangannya. Jika kita sudah tidak nyaman, maka tindakan itu sudah

menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman tersebut.

Kasus kekerasan ini yang tidak akan dilaporkan, biasanya karena

korban merasa takut akibat ancaman oleh pacar, iba karena pelaku

memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan, sehingga

korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali perbuatannya dan

tidak akan mengulanginya lagi, bahkan akan ditingagalkan atau diputuskan

bila korban tidak memberitahu di mana berada, bersama siapa.

6. inbox saya dengan penuh curiga. Untuk item keenam, Membaca isi inbox

saya dengan penuh curiga. Untuk 1-3 kali sebanyak 51 subjek, 4-7 kali

sebanyak 18 subjek, 13 subjek untuk 7-9 kali dan 32 subjek untuk lebih

dari 10 kali.

Kebanyakan orang beranggapan bahwa membaca isi inbox itu hal

yang biasa, dengan sesuka hati kita membaca inbox pasangan kita. Bagi

pasangan memberikan julukan adalah tanda sayang atau kasih, curiga,

tidak ingin kehilangan. Pasangan tidak mengetahui batasnya. Jika kita


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73

sudah tidak nyaman, maka tindakan itu sudah menjadi kekerasan, karena

membuat kita tidak nyaman tersebut.

Kebanyakan Kasus kekerasan dilaporkan biasanya karena korban

merasa iba karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah

melakukan kekerasan, sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar

menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya. Korban takut

kejadian kekerasan itu akan terjadi lagi saat mereka sedang bersama.

Namun korban mencoba mempertahankan hubungan dengan pelaku

karena korban berharap suatu saat nanti pelaku akan berubah, hal ini

terjadi pada kekerasan yang lain juga.

7. Item berikutnya, mempertontonkan rasa cemburu yang berlebihan. Untuk

item ketujuh, Mempertontonkan rasa cemburu yang berlebihan. untuk 1-3

kali sebanyak 62 subjek, 4-7 kali sebanyak 12 subjek, 13 subjek untuk 7-9

kali dan 19 subjek untuk lebih dari 10 kali kasus kekerasan yang terjadi

untuk kasus ini bnayak terjadi 1-3 kali.

Kebanyakan orang beranggapan bahwa mempertontonkan rasa

cemburu yang berlebihan kepada pasangan itu hal yang biasa, dengan

sesuka hati kita selalu cemburu. Bagi pasangan cemburu adalah tanda

sayang atau kasih, banyak berangagapan cemburu itu tanda sayang. Tapi

kita harus mengetahui batasnya. Jika kita sudah tidak nyaman, maka

tindakan itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman

tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74

Kasus tidak dapat dilaporkan karena tidak ada hukuman pidana.

Korban takut kejadian kekerasan itu akan terjadi lagi saat mereka sedang

bersama. Namun Korban mencoba mempertahankan hubungan d engan

pelaku karena korban berharap suatu saat nanti pelaku akan berubah,

sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali

perbuatannya dan tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi.

8. Poin berikutnya, menyatakan pada saya, seakan-akan saya sudah jadi

miliknya. Untuk item kedelapan, Mengatakan saya “malas” untuk 1-3 kali

sebanyak 60 subjek. Kekerasan banyak terjadi di frekuensi 1-3 kali.

Kebanyakan orang beranggapan bahwa menyatakan seakan-akan

pasangan adalah miliknya, hal yang biasa. Pasangan dengan sesuka hati

melakukan tindakan ini. Bagi pasangan tindakan adalah tanda sayang atau

kasih, tidak ingin kehilangan, banyak juga yang tidak mengerti apa status

yang dimiliki sekarang ini. Tapi kita harus mengetahui batasnya. Jika kita

sudah tidak nyaman, maka tindakan itu sudah menjadi kekerasan, karena

membuat kita tidak nyaman tersebut.

Sama dengan kasus yang lain, Kasus kekerasan ini tidak bisa

terjerat hukum. Tapi, bila kekerasan masuk ke area kekerasan yang

membuat memar, atau secara fisik kekerasan bisa dijerat hukum. Banyak

korban yang tidak melaporkan tindakan ini, karena korban merasa takut

akibat ancaman oleh pacar, atau iba karena pelaku memohon maaf

sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan. Korban mencoba

mempertahankan hubungan dengan pelaku karena korban berharap suatu


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75

saat nanti pelaku akan berubah, atau karena korban terlalu sayang terhadap

pelaku.

9. Poin berikutnya, melarang saya berbaur dengan lawan jenis. Untuk item

kesembilan, Melarang saya berbaur dengan lawan jenis sebanyak 44

subjek untuk lebih dari 10 kali.

Kebanyakan orang beranggapan bahwa melarang berbaur dengan

lawan jenis itu hal yang biasa, dengan sessuka hati kita melarang. Bagi

pasangan melarang adalah tanda sayang atau kasih, menjaga kekasihnya

agar terhindar dari bahaya, tapi kita harus mengetahui batasnya. Bila

kejadian ini terjadi, pasangan akan risih, tidak nayaman dengan tindakan

ini. Jika kita sudah tidak nyaman, maka kata-kata itu sudah menjadi

kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman tersebut.

Kasus kekerasan merupakan tindakan pengasingan, mengisolasi

segala bentuk hubungan dengan pertemanan termasuk dengan lawan jenis.

Kasus ini tidak dilaporkan ke ranah hukum, karena tidak berbau kriminal.

Biasanya korban merasa takut akibat ancaman oleh pacar, atau iba karena

pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan,

sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali perbuatan

dan tidak akan mengulanginya lagi atau karena korban terlalu sayang

kepada kekasih atau pelaku.

10. Item berikut menyakiti saya dengan mengungkit-ungkit masa lalu. Untuk

item kesepuluh, Menyakiti saya dengan mengungkit-ungkit masa lalu

untuk 1-3 kali sebanyak 61 subjek.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76

Kebanyakan orang beranggapan bahwa mengungkit masa lalu

adalah hal yang biasa ketika pacaran. Kekasih dengan sesuka hati kita

mengungkit masa lalu tanpa memperdulikan pasangannya. Bagi pasangan

mengungkit masa lalu adalah tanda kesal,cemburu, atau karena keinginan

tidak dituruti. Tapi, kita harus mengetahui batasnya. Jika kita sudah tidak

nyaman, maka tindakan itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita

tidak nyaman tersebut.

Korban mempertahankan hubungan dengan pelaku karena korban

berharap suatu saat nanti pelaku akan berubah. Kasus kekerasan yang tidak

dilaporkan biasanya karena korban merasa takut akibat ancaman oleh

pacar, atau iba karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah

melakukan kekerasan, sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar

menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita lihat bahwa kebayakan subjek

pernah mengalami kekerasan 1-3 kali sewaktu pacaran. Subjek kebanyakan

mengalami kekerasan secara verbal dan emosional, seperti caci maki, curiga dll.

Kekerasan verbal dan emosional sering terjadi pada korban saat korban dan

pelaku bertengkar. Pelaku kurang dapat mengontrol emosi sehingga sering

mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak disadari terhadap korban dan tidak

jarang pelaku melakukan kekerasan secara emosional. Misalnya dengan

mengatakan hal-hal yang membuat korban sakit hati, dengan mengungkit-ungkit

masa lalu, dll. Semua item bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran terisi semua,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77

ini menunjukkan bahwa kekerasan berpacaran terjadi dikalagan siswa. Setiap item

mempunyai frekuensi kekerasan yang berbeda-beda.

Fenomena yang nampak hanya kasus-kasus yang tanpa sengaja dan tidak

diketahui, dapat dikatakan bahwa yang tampak berupa fenomena gunung es

(iceberg), dimana kasus sebenarnya masih jauh lebih besar lagi, namun banyak

hal yang membuatnya tidak muncul ke permukaan. Salah satunya adalah karena

tidak dilaporkan.

Ada beberapa kemungkinan faktor yang dapat mempengaruhi Kekerasan

dalam pacaran (dating violence) SMA N 1 Karangnongko Klaten tahun ajaran

2012/2013. Menurut Siagian (2012) Kemungkinan faktor-faktor yang

mempengaruhi kekerasan dalam pacaran (dating violence) tersebut antara lain

adalah:

1. Harapan Peran Gender

Melihat hasil penelitian ini, banyak remaja perempuan yang sering

mendapatkan kekerasan dalam pacaran. Kebanyakan dari subyek adalah

perempuan, yag dimana perempuan itu di pandang pasif. Untuk pria

diharapkan untuk lebih mendominasi sedangkan wanita diharapkan untuk

lebih pasif. Pria yang menganut peran gender yang mendominasi akan

lebih cenderung mengesahkan perbuatan dating violence kepada

pasangannya, sedangkan wanita yang menganut peran gender yang pasif,

akan lebih menerima dating violence dari pasangannya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78

2. Pengalaman yang Sedikit

Pacaran merupakan hubungan yang selalu indah. Kebanyakan dari

subyek adalah remaja yang belum terlalu mengenal arti dari pacaran.

secara umum, remaja memiliki sedikit pengalaman dalam berpacaran dan

menjalin hubungan dibandingkan dengan orang dewasa. Remaja tidak

mengerti seperti apa pacaran yang benar, apakah setiap hal yang mereka

lakukan saat pacaran adalah baik. Contohnya: cemburu dan posesif dari

abuser dilihat sebagai tanda cinta dan sesuatu yang dipersembahkan dari

abuser. Karena kurangnya pengalaman, mereka menjadi kurang objektif

dalam menilai hubungan mereka.

3. Faktor Individual

Setiap Pribadi mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Remaja

juga mempunyai pengalaman dan persepsi yangg berbeda. Banyak yang

melakukan kekerasan karena di anggap yang dilakukan itu adalah arsa

sayang. Keadaan setiap individu membuat sesorang memahami arti

kekerasan berbeda-beda.

Faktor demografi yang dapat menyebabkan seseorang melakukan

kekerasan kepada pasangannya adalah usia yang muda dan memiliki status

ekonomi yang rendah. The Health and Development Study in Dunedin,

New Zealand – Dalam satu penelitian longitudinalnya menunjukkan

bahwa seseorang yang berasal dari keluarga yang melakukan kekerasan-

berasal dari keluarga yang umumnya berada pada level ekonomi yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79

rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah atau pendidikan yang

rendah, maka mereka akan melakukan dating violence.

Kekerasan bisa terjadi tanpa kita sadari di kehidupan ini. Siswa tidak

menyadari kekerasan dalam pacaran karena indahnya pacaran itu sendiri.

Siswa saat ini dalam masa remaja, masa peralihan dari anak-anak menuju

dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

Mereka mempunyai salah satu masa yang menarik yaitu trend berpacaran.

Dampak kekerasan dalam berpacaran, meliputi dampak fisik dan

dampak psikis. Dampak secara fisik bagi korban kekerasan berupa rasa sakit,

seperti perih, panas, memar. Dampak psikis bagi korban saat kekerasan terjadi

berupa merasa sakit hati, kesal, sebel, marah, benci, tidak ingin bertemu

dengan pelaku, ingin putus, sedih, menyesal. Dampak setelah kekerasan

terjadi meliputi dampak fisik berupa rasa sakit, seperti rasa perih, panas,

bengkak, memar pada bagian tubuh yang mengalami kekerasan. Dampak

psikis bagi korban setelah mengalami kekerasan meliputi dampak positif bagi

korban, yaitu korban memandang seseorang tidak hanya dari fisiknya saja,

tetapi juga kepribadiannya dan korban lebih mampu mengontrol sifat

tempramen yang dimiliki, dan dampak negatif bagi korban yaitu takut dengan

laki-laki atau perempuan, menutup diri, menutup diri dari dunia luar, stress,

nilai menurun, malas beraktifitas, sakit hati, krisis kepercayaan terhadap orang

lain, trauma, marah.

Hal-hal di atas dapat diatasi dengan beberapa upaya, antara lain:

1. Memberikan definisi yang benar tentang arti pacaran.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80

2. Memberitahu bahwa dalam pacaran itu ada kekerasan dalam pacaran.

3. Komunikasi yang baik

4. Memberikan pengetahuan pacaran yang sehat.

5. Menyadarkan bahwa kita berhak atas tubuh dan jiwa kita, tak seorangpun

berhak menggugat. Meski saling cinta tidak berarti pasangan boleh

bertindak semau gue terhadap kita.

6. Harus berani menolak dan berkata “TIDAK” jika si doi atau pasangan

mulai melakukan kekerasan.

Melihat dari butir-butir bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang

dialami pada siswa, guru pembimbing dapat mengetahui kebutuhan para

siswa dalam hal berhubungan dengan lawan jenis. Butir-butir yang terjadi

adalah dalam aspek verbal dan emosional, para guru harus bisa memberikan

bimbingan, dukungan dan motivasi kepada para siswa agar siswa bisa

terhindar dari kekerasan dalam pacaran.

Kebutuhan para siswa yang belum terpenuhi, guru pembimbing sebagai

pembimbing para siswa memiliki peran penting karena mereka yang

mengetahui kebutuhan itu. Dengan hal itu maka guru pembimbing dapat

membantu mereka dengan memberikan bimbingan baik secara kelompok

ataupun perorangan sesuai dengan kebutuhan para siswa. Dengan bimbingan

yang diberikan diharapkan para siswa mampu memahami arti pacaran dan

kekerasan dalam pacaran.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81

C. Dampak Implikatif Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Kekerasan dalam Perpacaran

(Studi deskripsi pada siswa kelas XI SMA N I Karangnongko Tahun ajaran

2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan Topik-topik layanan bimbingan

pribadi sosial)”. Dampak implikatif tersebut berupa usulan topik-topik

bimbingan pribadi sosial. Usulan topik-topok bimbingan pribadi sosial

tersebut dapat digunakan oleh guru pembimbing untuk membantu siswa

dalam mencegah kekerasan dalam pacaran.

Alasan peneliti mengusulkan topik-topik bimbingan pribadi sosial

karena banyak siswa yang mengalami kekerasan dalam pacaran. Siswa tidak

mengerti apa itu kekerasan dalam pacaran dan cara pencegahannya, sehingga

peneliti merasa perlu membuatkan topik-topik ini.

Peneliti berharap agar usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial ini

dapat diberikan guru pembimbing kepada semua siswa yang sudah berpacaran

ataupun belum pacaran. Pemberiaan materi untuk siswa yang belum pacaran

adalah untuk pencegahan dan untuk yang sudah dalah untuk memberikan

edukasi dengan demikian siswa bisa menghindari kekerasan dalam pacaran.

Melihat hasil penelitian dan dari butir-butir yang termasuk tinggi

dalam frekuensi kerap kali dan jarang, maka peneliti memberikan beberapa

usulan yang disusun dalam silabus bimbingan. Dalam silabus tersebut terdapat

beberapa topik yang bisa dipergunakan dalam bimbingan klasikal.

Memperhatikan kebutuhan para siswa tersebut, maka guru pembimbing dapat

membantu para siswa melalui kegiatan bimbingan dan konseling pribadi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82

sosial, baik secara klasikal maupun individual dengan topik-topik bimbingan

yang sesuai dengan kebutuhan para siswa. Topik-topik yang terkait dengan

butir-butir sepuluh item yang mempunyai frekuensi tinggi dan antara lain:

Tabel 15
Rumusan Butir-butir sepuluh item yang mempunyai frekuensi tinggi dan Usulan
Topik-topik Bimbingan.
Topik-topik Bimbingan
No Rumusan
Menjelek-jelekkan tubuh saya (memberi
1 julukan negatif, misal “Gembrot,Cungkring)

2 Mengatakan saya “malas” Berpikir positif


3 Mencemberuti saya dengan wajah kesal.
Melarang saya melakukan sesuatu dengan Pacaran yang sehat
4
lawan jenis
5 Mengawasi pergaulan saya dengan orang lain.
Aku Bisa Mengatakan “Tidak”
6 Membaca isi inbox saya dengan penuh curiga
Mempertontonkan rasa cemburu yang Aku dan Mereka
7
berlebihan
Menyatakan pada saya, seakan-akan saya
8 Kepercayaan
sudah jadi miliknya.
9 Melarang saya berbaur dengan lawan jenis
Menyakiti saya dengan mengungkit-ungkit
10 masa lalu

(Penjabaran topik-topik bimbingan disajikan dalam silabus pelayanan bimbingan)

Bimbingan yang diselenggarakan berdasarkan kebutuhan para siswa

dalam hal dating violence. Para siswa diharapkan semakin memahami bentuk-

bentuk dating violence. Hasil yang diharapkan adalah para siswa bisa

menghindari dan tidak melakukan dating violence.

Dari topik-topik dalam silabus tersebut diharapkan guru pembimbing

mampu membimbing dan mengarahkan para siswa untuk lebih bisa

mengarahkan dan membimbing agar terhindar dari kekerasan dalam pacaran.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83

Tabel 15
Usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial yang relevan untuk mencegah kekerasan dalam pacaran di SMA N 1 Karangnongko
Klaten
Bidang
No No item Skor Topik Tujuan Waktu Metode Sumber
Bimbingan
Siswa semakin Tanya Jawab, Modul PPKM 1, Konsep diri. USD
1. Menjelek-
mampu menjalin Game, Refleksi 2012
jelekkan tubuh saya
Berpikir pecaran yang
(memberi julukan
1 223 positif sehat dan tidak 2 JP Pri Sos
negatif, misal
takut bila
“Gembrot,Cungkri
dikatakan
ng)
negatif.
Siswa semakin Tanya Jawab, 1.Modul PPKM 1, Konsep
mampu menjalin Game, Refleksi diri.USD
pecaran yang 2.Tim pengembang UPT-MPK
3.Mengatakan saya Berpikir
2 242 sehat dan tidak 2 JP Pri Sos USD, week-end Moral, 2010 :
“malas” Positif
takut bila UPT-MPK USD, Yogyakarta
dikatakan
negatif.
Siswa semakin Tanya Jawab, 1.Llyod, Sam R.1991.
mampu untuk Game, Refleksi Mengembangkan Perilaku Asertif
5.Mencemberuti Aku Bisa terbuka yang Positif: Teknik-teknik Praktis
3 saya dengan wajah 271 Mengatakan mengenai apa 2 JP Pri Sos untuk Keberhasilan Pribadi.
kesal. “Tidak” yang Jakarta: Binarupa Aksara.
diinginkannya 2.Rini, Jasinta. 2001. “Asertivitas”.
(www. e-psikologi.com).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84

Siswa semakin Tanya Jawab, 1.Supratiknya, A. 1996. Tumbuh


9.Melarang saya Aku dan mampu menjalin Game, Refleksi Bersama Sahabat. Kanisius :
4 melakukan sesuatu 287 Mereka relasi yang baik 2 JP Pri Sos Yogjakarta.
dengan lawan jenis dengan teman
dan pasangan
Siswa semakin Tanya Jawab, Team focus on the Family, Berani
mampu Game, Refleksi mengali lebih dalam, 2009.
11.Mengawasi membangun ANDI Offset: Yogyakarta.
5 pergaulan saya 241 Kepercayaan kepercayaan 2 JP Pri Sos
dengan orang lain. dengan
pasangan dan
teman.
Siswa semakin Tanya Jawab, Team focus on the Family, Berani
mampu Game, Refleksi mengali lebih dalam, 2009.
14.Membaca isi membangun ANDI Offset: Yogyakarta.
6 inbox saya dengan 259 Kepercayaan kepercayaan 2 JP Pri Sos
penuh curiga dengan
pasangan dan
teman.
Siswa semakin Tanya Jawab, Team focus on the Family, Berani
mampu Game, Refleksi mengali lebih dalam, 2009.
33.Mempertontonk membangun ANDI Offset: Yogyakarta.
7 an rasa cemburu 201 Kepercayaan kepercayaan 2 JP Pri Sos
yang berlebihan dengan
pasangan dan
teman.
34.Menyatakan Aku dan Siswa semakin Tanya Jawab, 1.Supratiknya, A. 1996. Tumbuh
8 265 2 JP Pri Sos
pada saya, seakan- Mereka mampu menjalin Game, Refleksi Bersama Sahabat. Kanisius :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85

akan saya sudah relasi yang baik Yogjakarta.


jadi miliknya. dengan teman
dan pasangan
8.Melarang saya Siswa semakin Tanya Jawab, 1 Llyod, Sam R.1991.
berbaur dengan mampu untuk Game, Refleksi Mengembangkan Perilaku Asertif
Aku Bisa
lawan jenis terbuka yang Positif: Teknik-teknik Praktis
9 191 Mengatakan 2 JP Pri Sos
mengenai apa untuk Keberhasilan Pribadi.
“Tidak”
yang Jakarta: Binarupa Aksara.
diinginkannya
30.Menyakiti saya Siswa semakin Tanya Jawab, Llyod, Sam R.1991.
dengan mampu untuk Game, Refleksi Mengembangkan Perilaku Asertif
Aku Bisa
mengungkit-ungkit terbuka yang Positif: Teknik-teknik Praktis
10 184 Mengatakan 2 JP Pri Sos
masa lalu mengenai apa untuk Keberhasilan Pribadi.
“Tidak”
yang Jakarta: Binarupa Aksara.
diinginkannya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan

saran-saran terhadap kegiatan bimbingan dan konseling pribadi sosial di sekolah.

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil

penelitian adalah:

Hasil Penelitian:

1. Bentuk-bentuk kekerasan yang dialami siswa ialah jarang 96, 55 %, kerap

kali 3,45 % dan sering sebanyak 0 %.

2. Terdapat sepuluh item yang mempunyai frekuensi tinggi dan butir bentuk-

bentuk kekerasan dalam pacaran yang termasuk kategori rendah tetapi

memeliki frekuensi yang cukup tinggi, sebagai berikut:

No Rumusan
Menjelek-jelekkan tubuh saya (memberi julukan negatif, misal
1
“Gembrot,Cungkring)
2 Mengatakan saya “malas”
3 Mencemberuti saya dengan wajah kesal.
4 Melarang saya melakukan sesuatu dengan lawan jenis
5 Mengawasi pergaulan saya dengan orang lain.
6 Membaca isi inbox saya dengan penuh curiga
7 Mempertontonkan rasa cemburu yang berlebihan
8 Menyatakan pada saya, seakan-akan saya sudah jadi miliknya.
9 Melarang saya berbaur dengan lawan jenis
Menyakiti saya dengan mengungkit-ungkit masa lalu
10

86
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87

B. Saran

Berikut ini dikemukakan beberapa saran yang sesuai dengan hasil

penelitian untuk berbagai pihak.

1. Guru Pembimbing

Guru pembimbing diharapkan peka terhadap kebutuhan para siswa

yang selama ini belum tercapai dalam hal berhubungan dengan lawan

jenis. Guru pembimbing mampu memberikan layanan bimbingan dan

konseling pribadi sosial yang efektif bagi para siswa sehingga siswa

semakin mengerti dan memahami kekerasan dalam pacaran.

2. Siswa

a. Siswa semakin sadar dan mengerti akan kekerasan dalam pacaran.

b. Siswa semakin sadar untuk berefleksi sampai sejauh mana mereka

mengerti akan arti pacaran dan kekerasan dalam pacaran.

c. Siswa mampu mengatur diri terutama dalam kegiatan berhubungan

dengan lawan jenis, sehingga siswa dapat mengantisipasinya.

3. Guru Mata Pelajaran

Guru mata pelajaran diharapkan semakin mengerti akan kekerasan

dalam berpacaran.

4. Peneliti

Dengan penelitian ini, peneliti lebih mampu mengembangkan

kompetensi dalam bimbingan konseling pribadi sosial khususnya dalam

rangka permasalahan remaja yag berkaitan dengan pacaran.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88

5. Peneliti lain

Peneliti lain setelah mendapat masukan yang terkait dengan penelitian

kekerasan dalam pacaran mampu mengembangan penelitian lain yang

terkait dengan kekerasan dalam pacaran, yaitu:

a. Peneliti lain lebih memperkaya teori-teori terbaru yang berkaitan

dengan kekerasan dalam pacaran.

b. Peneliti lain bisa menggunakan skala populasi dan responden yang

lebih besar agar dapat lebih menggambarkan kekerasan dalam

pacaran.

c. Peneliti bisa menilik dari sisi pelaku kekerasan dalam pacaran, agar

semakin melengkapi penelitian sebelumnya.

d. Penelitian selanjutnya juga melihat dari sisi faktor-faktor korban

dan pelaku, bisa juga mengunakan penelitian kuantitatif kulitatif.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89

DAFTAR PUSTAKA

Adetunji Adeleke .2009. National Assembly. Nigeria.

Adimassana, YB. 2001. Reader Teologi Moral. Yogyakarta: Universitas Sanata


Dharma

Ahmadi, A. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Arya. 2010. Kekerasan Dalam Pacaran. Artikel. http://belajarpsikologi.com.


Diakses tanggal 10 Juli 2012.

Azwar, Saifuddin. 2008.Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

______________2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Basyarudin, A. 2010. Pacaran di Kalangan Remaja. Artikel.


http://dc378.4shared.com. Diakses tanggal 20 Januari 2013 pukul 13.32.

Dinastuti. 2008. Gambaran Emotional Abuse dalam Hubungan Berpacaran


pada Empat Orang Dewasa Muda. Jurnal Manasa, Volume 2, Nomor 1.

Darajat, Zakiah. 1990. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung

Fucchan, Arief. H. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Furlong, Michael, et al, 2005. Dating violence patterns of California adolesce,


www.proquest.com, diakses 14 November 2012 pukul 17.56

Gunarsa, S.D & Gunarsa, Y.S.D. 2002. Psikologi Untuk Muda-Mudi. Jakarta :
BPK Gunung Mulia.

Hadi. 2010. Pengertian Pacaran. Artikel. http://muda.kompasiana.com. Diakses


tanggal 10 Juni 2012.
Hurlock, E B. 1992. Psikologi Perkembangan (Suatu Pengantar Sepanjang
Bentang Kehidupan). (terjemahan : Istiwidiyanti). Edisi V. Jakarta: P.T.
Gelora Aksara Pratama.
Hurlock, Elizabeth B. Alih bahasa Isti Widayanti dan Sudjarwo. (1999).
Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Baron, Byrne & Branscombe.2006. Social psychology (12th ed.). Boston. USA

89
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90

Jombang women’s crisis center. 2013. Kekerasan dalam Pacaran.


www.wccjombang.or.id. Diakses tanggal 11/11/2012 pukul 16.45.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta: Depdiknas
Kellen.2002. The Facts on Teens and Dating Violence. www.proquest.com,
diakses 28 November 2012 pukul 13.06
LBH Apik, 2011. Laporan Tahun 2011 LBH Apik Jakarta “Jerat Birokrasi,
Patriarki Dan Formalisme Hukum Bagi Perempuan Pencari Keadilan”.
Artikel. http://www.lbh-apik.or.id. Diakses tanggal 10 Juni 2012 pukul
16.51.
Murray, Jill. 2009. But i love him. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Nurihsan, A.J. & Sudianto, A. 2004. Manajemen Bimbingan & Konseling di
SMA Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
O’Kefee. 2005. Teen Dating Violence: A Review of Risk Factors and
Prevention Efforts. National Resource Center on Domestic Violence. USA
Pepermin. 2006. The National Clearinghouse on Family Violence and Dating
Violence. USA
Priyani R. 2010. Menjadi Pria-Wanita Dewasa (Week-End Moral). Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma

Riani.2012. kekerasan dalam pacaran dan bagaimana bersikap.


Kesehatan.kompasiana.com kejiwaan/2012/06/26/
Rice, F. Philip. 2005. The adolescent development, relationship, adn culture., 9
edition, Allyn ad Bacon, USA.
Roudsari BS, Leahy MM, Walters ST. 2009. Correlates of dating violence
among male and female heavy-drinking college students. J Interpers
Violence. 2009 Nov;24(11):1892-905.
Rossiningtyas, W.2006. Perilaku Remaja yang Teribat dalam Dating Violence
ditinjau dari Social Learning Theory. Tesis (tidak diterbitkan). Depok:
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Santrock, John W. 2003. Adolescence: perkembangan remaja. Jakarta:


Erlangga

Satria. 2011. Pengertian Pacaran. Artikel. http://id.shvoong.com. Diakses


tanggal 18 November 2012 jam 16.30.

Santrock, John W. 2007. Remaja Ed. 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91

Santoso, T. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sarwono, Sarlito. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

SeBAYAPKBI Jatim. 2007. Kekerasan dalam pacaran.. www.kiatsehat.com.


Diakses tanggal 17092012 pukul 13.00.

Sri Rumini & Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta :
Rineka Cipta

Surachman, Winarno.1986. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung:


Tarsito.

Sony Set.2009. Teen Dating Violence- Stop Kekerasan Dalam Berpacaran.


Yogyakarta:Kanisius.
_____________.2008.“JBK-Stop Dating Violence !”.
http://stopdatingviolence.blogspot.com/ Diakses tgl 28/05/2012 pukul 13.26
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Subhan, Z. 2004. Kekerasan Terhadap Perempuan. Yogyakarta: Pustaka


Pesantren.

Sukardi, K.D. 2010. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:


Rineka Cipta

Siagian, Olivia.2009.Gambaran Bentuk-Bentuk Dating Violence Pada Remaja


yang Berpacaran di Kota Medan. Skripsi (tidak diterbitkan).
Medan:Falkutas Psikologi. Universitas Sumatera Utara.

Sofyan S. Willis. (2005). Remaja dan Masalahnya Mengupas Berbagai bentuk


Kenakalan Remaja seperti Narkoba, Freesex dan Pemecahannya. Bandung
: Alfabeta.

Tribun Jogja. 2012. 14 Meninggal Karena kekersan dalam pacaran.


www.tibunjogja.com. Di akses pada 06/07/2012 pukul 11.30.

Yusuf Syamsuf. 2010. Psikologi Anak dan Remaja. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Warsana, W. 1992. Kekuasaan dan Kekerasan Menurut John Galtung.


Yogyakarta: Kanisius.

Winkel, W.S, Hastuti, S. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi


Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92

WHO. 1999. World report on violence and health. Switzerland.

Zulkifli, L. 2003. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93

Lampiran 1
Hasil Perhitungan Taraf Validitas dan Reliabilitas kuesioner uji coba

No item parameter Hasil Hitung Keputusan


Spearman's rho Item 1 Correlation Coefficient 0.595430137 valid
Sig. (2-tailed) 1.01089E-05
N 47
Item 2 Correlation Coefficient 0.410540427 valid
Sig. (2-tailed) 0.004153226
N 47
Item 3 Correlation Coefficient 0.480761934 valid
Sig. (2-tailed) 0.000625063
N 47
Item 4 Correlation Coefficient 0.50365449 valid
Sig. (2-tailed) 0.000307459
N 47
Item 5 Correlation Coefficient 0.577015264 valid
Sig. (2-tailed) 2.17983E-05
N 47
Item 6 Correlation Coefficient 0.490192562 valid
Sig. (2-tailed) 0.00046945
N 47
Tidak
Item 7 Correlation Coefficient 0.294612344
Valid
Sig. (2-tailed) 0.044406428
N 47
Item 8 Correlation Coefficient 0.483993516 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000567178
N 47
Item 9 Correlation Coefficient 0.48661616 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000523795
N 47
Item 10 Correlation Coefficient 0.422630236 Valid
Sig. (2-tailed) 0.003082124
N 47
Item 11 Correlation Coefficient 0.349357991 Valid
Sig. (2-tailed) 0.016085599
N 47
Item 12 Correlation Coefficient 0.379629488 Valid
Sig. (2-tailed) 0.008491885
N 47
Item 13 Correlation Coefficient 0.488860586 Valid
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94

No item parameter Hasil Hitung Keputusan

Sig. (2-tailed) 0.000489066


N 47
Item 14 Correlation Coefficient 0.332936349 Valid
Sig. (2-tailed) 0.022213168
N 47
Item 15 Correlation Coefficient 0.532510703 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000116714
N 47
Item 16 Correlation Coefficient 0.451354099 Valid
Sig. (2-tailed) 0.001450763
N 47
Item 17 Correlation Coefficient 0.565191554 Valid
Sig. (2-tailed) 3.48572E-05
N 47
Item 18 Correlation Coefficient 0.38669467 Valid
Sig. (2-tailed) 0.007253141
N 47
Item 19 Correlation Coefficient 0.650099049 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000001
N 47
Item 20 Correlation Coefficient 0.461038276 Valid
Sig. (2-tailed) 0.001108522
N 47
Item 21 Correlation Coefficient 0.536659185 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000100804
N 47
Item 22 Correlation Coefficient 0.37324718 Valid
Sig. (2-tailed) 0.009763929
N 47
Item 23 Correlation Coefficient 0.427707015 Valid
Sig. (2-tailed) 0.002710449
N 47
Item 24 Correlation Coefficient 0.750961435 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000001
N 47
Item 25 Correlation Coefficient 0.369129221 Valid
Sig. (2-tailed) 0.010669
N 47
Item 26 Correlation Coefficient 0.40016393 Valid
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95

No item parameter Hasil Hitung Keputusan

Sig. (2-tailed) 0.005319659


N 47
Item 27 Correlation Coefficient 0.373396138 Valid
Sig. (2-tailed) 0.009732469
N 47
Item 28 Correlation Coefficient 0.702006364 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000001
N 47
Item 29 Correlation Coefficient 0.455113502 Valid
Sig. (2-tailed) 0.001308093
N 47
Item 30 Correlation Coefficient 0.468164986 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000904786
N 47
Item 31 Correlation Coefficient 0.321310298 Valid
Sig. (2-tailed) 0.027648572
N 47
Item 32 Correlation Coefficient 0.481700086 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000607735
N 47
Item 33 Correlation Coefficient 0.53857443 Valid
Sig. (2-tailed) 9.41481E-05
N 47
Item 34 Correlation Coefficient 0.549069308 Valid
Sig. (2-tailed) 6.42728E-05
N 47
Item 35 Correlation Coefficient 0.475466843 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000731456
N 47
Item 36 Correlation Coefficient 0.57525619 Valid
Sig. (2-tailed) 2.34021E-05
N 47
Item 37 Correlation Coefficient 0.557379184 Valid
Sig. (2-tailed) 4.70735E-05
N 47
Item 38 Correlation Coefficient 0.438562312 Valid
Sig. (2-tailed) 0.002045606
N 47
Item 39 Correlation Coefficient 0.560141602 Valid
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96

No item parameter Hasil Hitung Keputusan

Sig. (2-tailed) 4.23655E-05


N 47
Item 40 Correlation Coefficient 0.415373771 Valid
Sig. (2-tailed) 0.003691145
N 47
Item 41 Correlation Coefficient 0.345292495 Valid
Sig. (2-tailed) 0.017450037
N 47
Item 42 Correlation Coefficient 0.302480905 Valid
Sig. (2-tailed) 0.038776537
N 47
Item 43 Correlation Coefficient 0.371045579 Valid
Sig. (2-tailed) 0.010239223
N 47
Tidak
Item 44 Correlation Coefficient 0.184975213
Valid
Sig. (2-tailed) 0.213222397
N 47
Item 45 Correlation Coefficient 0.503867291 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000305366
N 47
item 46 Correlation Coefficient 0.869284839 valid

Sig. (2-tailed) 0.000001

N 47
item 47 Correlation Coefficient 0.869001869 valid
Sig. (2-tailed) 0.000001
N 47
Correlations
Spearman's rho item 48 Correlation Coefficient 0.624939756 Valid
Sig. (2-tailed) 2.65933E-06
N 47
item 49 Correlation Coefficient 0.353063596 Valid
Sig. (2-tailed) 0.01492194
N 47
item 50 Correlation Coefficient 0.451868744 Valid
Sig. (2-tailed) 0.001430448
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97

No item parameter Hasil Hitung Keputusan

N 47
item 51 Correlation Coefficient 0.609152949 Valid
Sig. (2-tailed) 5.52447E-06
N 47
item 52 Correlation Coefficient 0.432540988 Valid
Sig. (2-tailed) 0.002393903
N 47
item 53 Correlation Coefficient 0.634099977 Valid
Sig. (2-tailed) 1.70748E-06
N 47
item 54 Correlation Coefficient 0.466931035 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000937461
N 47
item 55 Correlation Coefficient 0.503372101 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000310257
N 47
item 56 Correlation Coefficient 0.5471166 Valid

Sig. (2-tailed) 6.90705E-05


N 47
item 57 Correlation Coefficient 0.47394483 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000764906
N 47
item 58 Correlation Coefficient 0.472912097 Valid
Sig. (2-tailed) 0.000788378
N 47
item 59 Correlation Coefficient 0.424073353 Valid
Sig. (2-tailed) 0.00297216
N 47
item 60 Correlation Coefficient 0.523807062 valid
Sig. (2-tailed) 0.000157761
N 47
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98

RELIABILITAS

Case Processing
Summary
N %
Cases Valid 155 100.0
Excludeda 0 .0
Total 155 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.992 58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
116
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
119
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
120

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN

A. Topik/Pokok Bahasan : Asertif


B. Tugas Perkembangan : Semakin mampu bersikap asertif
C. Bidang Bimbingan : Pribadi – Sosial
D. Jenis Layanan : Klasikal
E. Fungsi Layanan : Pemahaman dan pengembangan
F. Sasaran Pelayanan Bimbingan (Binimbing) : Siswa kelas XI SMA
G. Standar Kompetensi : Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang
bertanggungjawab
H. Kompetensi Dasar (Tujuan Umum) : Binimbing semakin mampu
bersikap asertif
I. Indikator (Tujuan Khusus) :
Agar binimbing:
1. Dapat mendefinisikan asertif
2. Dapat menjelaskan pentingnya bersikap asertif
3. Siswa mengetahui alasan mengapa harus menumbuhkan sikap
asertif
J. Materi Pelayanan :
1. Definisi asertif
2. Pentingnya bersikap asertif
3. Alasan mengapa harus menumbuhkan sikap asertif
K. Metode : ceramah, sharing/diskusi, tanya jawab
L. Waktu : 45 menit
M. Tempat : ruang konseling/ruang kelas (menyesuaikan
kondisi sekolah)
N. Media : lembar kasus, kertas, pena, laptop, viewer
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
121

O. Prosedur :
Waktu
No. Kegiatan Guru BK Binimbing
(Menit)

1. 1.1. Membuka kegiatan Menjawab salam. 1


bimbingan dengan
Pengantar salam.
1.2. Menjelaskan tujuan Mendengarkan. 2
kegiatan bimbingan
2. Semua binimbing diminta Mengikuti intruksi 3
berdiri dan bersama-sama guru untuk mengikuti
menyanyikan lagu “cabu- ice breaking dengan
Ice Breaking cabu cacaca” bernyanyi dan
bergoyang bersama.
(Disertai gerakan yang
sesuai dengan liriknya)

3. 3.1. Menjelaskan definisi Menyimak penjelasan 3


asertif guru.

3.2. Menjelaskan Menyimak dan 3


pentingnya bersikap mencatat hal penting
Materi asertif dari materi yang
disampaikan.

3.3. Menjelaskan alasan Menyimak penjelasan 3


mengapa harus guru.
menumbuhkan sikap
asertif.
4. 4.1. Binimbing diminta Membentuk 3
membentuk kelompok kelompok
beranggotakan 3-4
orang. Masing-masing
kelompok diberi
lembar kasus yang
berisi cerita singkat
sebuah kasus (kasus
mengenai perilaku
yang tidak asertif)
4.2. Kelompok bertugas Mendiskusikan kasus 9
untuk mendiskusikan dan memberikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122

dan memberikan tanggapan


tanggapan terhadap
kasus tersebut.
4.3. Salah satu perwakilan Salah satu binimbing 8
diminta membacakan membacakan hasil
hasil diskusinya. diskusi.

Binimbing yang lain


mendengarkan.
Dinamika
Kelompok

5. 5.1. Meminta siswa Menuliskan refleksi 3


menuliskan pernyataan dengan pernyataan
Refleksi hasil belajarnya dan tiga kali saya pada
manfaat yang sebuah kertas.
diperoleh dari kegiatan
hari ini.
6. Meminta sukarelawan Salah satu binimbing 2
Sharing untuk membacakan membacakan
refleksinya. refleksinya.

7. Mengajak binimbing untuk Mengungkapkan 3


bersama-sama menarik pendapat mengenai
Kesimpulan kesimpulan dari kegiatan kesimpulan kegiatan
hari ini. hari ini.

8. 8.1. Memberi penguatan Mendengarkan. 2


Penutup kepada binimbing
8.2. Memberikan salam Menjawab salam. 1
penutup

P. Penilaian :
1. Proses :
a. Apakah binimbing terlibat aktif dalam kegiatan bimbingan?
b. Apakah binimbing memperhatikan penjelasan pembimbing?
2. Hasil :
a. Jelaskan definisi asertif!
b. Berikan contoh perilaku asertif!
c. Jelaskan pentingnya harus menumbuhkan sikap asertif!
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123

Q. Rencana Tindak Lanjut : binimbing yang masih membutuhkan informasi


atau bantuan lebih lanjut dapat melakukan konseling individual.

R. Sumber Pustaka :
1. Llyod, Sam R.1991. Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif: Teknik-
teknik Praktis untuk Keberhasilan Pribadi. Jakarta: Binarupa Aksara.
2. Rini, Jasinta. 2001. “Asertivitas”. (www. e-psikologi.com).

Klaten, ...................... 2013

Mengetahui,

Koordinator BK Pembimbing

(...............................) (...............................)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
124

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN

A. Topik/Pokok Bahasan : Kepercayaan


B. Tugas Perkembangan : Semakin mamngenal dan memengembangkan
sikap percaya
C. Bidang Bimbingan : Pribadi – Sosial
D. Jenis Layanan : Klasikal
E. Fungsi Layanan : Pemahaman dan pengembangan
F. Sasaran Pelayanan Bimbingan (Binimbing) : Siswa kelas XI SMA
G. Standar Kompetensi : Siswa mengetahui cara menumbuhkan sikap
percaya dalam hubungan.
H. Kompetensi Dasar (Tujuan Umum) : Binimbing semakin mampu
menerapkan cara menumbuhkan sikap percaya
I. Indikator (Tujuan Khusus) :
Agar binimbing:
1. Dapat mendefinisikan kepercayaan.
2. Siswa mengetahui alasan mengapa harus menumbuhkan sikap
percaya
K. Materi Pelayanan :
Definisi kepercayaan
Alasan mengapa harus menumbuhkan sikap percaya
J. Metode : ceramah, sharing/diskusi, tanya jawab
K. Waktu : 45 menit
L. Tempat : ruang konseling/ruang kelas (menyesuaikan
kondisi sekolah)
M. Media : lembar kasus, kertas, pena, laptop, viewer
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
125

N. Prosedur :
Waktu
No. Kegiatan Guru BK Binimbing
(Menit)

9. 9.1. Membuka kegiatan Menjawab salam. 1


bimbingan dengan
Pengantar salam.
9.2. Menjelaskan tujuan Mendengarkan. 2
kegiatan bimbingan
10. Semua binimbing diminta Mengikuti intruksi 3
berdiri dan bersama-sama guru untuk mengikuti
menyanyikan lagu “cabu- ice breaking dengan
Ice Breaking cabu cacaca” bernyanyi dan
bergoyang bersama.
(Disertai gerakan yang
sesuai dengan liriknya)

11. 11.1. Menjelaskan Menyimak penjelasan 3


definisi kepercayaan guru.
Materi 11.2. Menjelaskan alasan Menyimak penjelasan 3
mengapa harus guru.
menumbuhkan sikap
percaya.
12. 12.1. Binimbing diminta Membentuk 3
membentuk kelompok kelompok
beranggotakan 3-4
orang. Masing-masing
kelompok diberi
lembar kasus yang
berisi cerita singkat
sebuah kasus (kasus
mengenai perilaku
kepercayaan)
12.2. Kelompok bertugas Mendiskusikan kasus 9
untuk mendiskusikan dan memberikan
dan memberikan tanggapan
tanggapan terhadap
kasus tersebut.
12.3. Salah satu Salah satu binimbing 8
perwakilan diminta membacakan hasil
membacakan hasil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
126

diskusinya. diskusi.

Dinamika Binimbing yang lain


Kelompok mendengarkan.

13. 13.1. Meminta siswa Menuliskan refleksi 3


menuliskan pernyataan dengan pernyataan
Refleksi hasil belajarnya dan tiga kali saya pada
manfaat yang sebuah kertas.
diperoleh dari kegiatan
hari ini.
14. Meminta sukarelawan Salah satu binimbing 2
Sharing untuk membacakan membacakan
refleksinya. refleksinya.

15. Mengajak binimbing untuk Mengungkapkan 3


bersama-sama menarik pendapat mengenai
Kesimpulan kesimpulan dari kegiatan kesimpulan kegiatan
hari ini. hari ini.

16. 16.1. Memberi Mendengarkan. 2


penguatan kepada
Penutup binimbing
16.2. Memberikan salam Menjawab salam. 1
penutup

O. Penilaian :
1. Proses :
a. Apakah binimbing terlibat aktif dalam kegiatan bimbingan?
b. Apakah binimbing memperhatikan penjelasan pembimbing?
2. Hasil :
a. Jelaskan definisi kepercayaan!
b. Jelaskan pentingnya harus menumbuhkan sikap percaya!
P. Rencana Tindak Lanjut : binimbing yang masih membutuhkan
informasi atau bantuan lebih lanjut dapat melakukan konseling individual.

Q. Sumber Pustaka :
Team Focus on the family, Berani mengali lebih dalam. 2009. Andi Offset:
Yogyakarta.
Klaten, ...................... 2013
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
127

Mengetahui,

Koordinator BK Pembimbing

(...............................) (..........................)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
128

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN

A. Topik/Pokok Bahasan : Pacaran yang Sehat


B. Tugas Perkembangan : Semakin mampu mengembangkan pacaran yang
sehat
C. Bidang Bimbingan : Pribadi – Sosial
D. Jenis Layanan : Klasikal
E. Fungsi Layanan : Pemahaman dan pengembangan
F. Sasaran Pelayanan Bimbingan (Binimbing) : Siswa kelas XI SMA
G. Standar Kompetensi : Mengembangkan perilaku berpacaran yang sehat
H. Kompetensi Dasar (Tujuan Umum) : Binimbing semakin mampu
mengerti Pacaran yang sehat
I. Indikator (Tujuan Khusus) :
Agar binimbing:
1. Dapat mendefinisikan berpacaran yang sehat.
2. Dapat menjelaskan ciri-ciri berpacaran yang sehat.
3. Siswa menyebutkan hal-hal yang perlu dihindari agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan dalam pacaran
J. Materi Pelayanan :
1. Definisi berpacaran yang sehat.
2. Ciri-ciri berpacaran yang sehat.
3. Alasan mengapa harus berpacaran yang sehat.
K. Metode : ceramah, sharing/diskusi, tanya jawab
L. Waktu : 45 menit
M. Tempat : ruang konseling/ruang kelas (menyesuaikan
kondisi sekolah)
N. Media : lembar kasus, kertas, pena, laptop, viewer
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
129

O. Prosedur :
Waktu
No. Kegiatan Guru BK Binimbing
(Menit)

17. 17.1. Membuka kegiatan Menjawab salam. 1


bimbingan dengan
Pengantar salam.
17.2. Menjelaskan tujuan Mendengarkan. 2
kegiatan bimbingan
18. Semua binimbing diminta Mengikuti intruksi 3
berdiri dan bersama-sama guru untuk mengikuti
menyanyikan lagu “cabu- ice breaking dengan
Ice Breaking cabu cacaca” bernyanyi dan
bergoyang bersama.
(Disertai gerakan yang
sesuai dengan liriknya)

19. 19.1. Menjelaskan Menyimak penjelasan 3


definisi berpacaran guru.
yang sehat.
19.2. Menjelaskan ciri-
Materi ciri berpacaran yang
sehat.
19.3. Menjelaskan alasan Menyimak penjelasan 3
mengapa harus guru.
berpacaran yang sehat.
20. 20.1. Binimbing diminta Membentuk 3
membentuk kelompok kelompok
beranggotakan 3-4
orang. Masing-masing
kelompok diberi
lembar kasus yang
berisi cerita singkat
sebuah kasus (kasus
mengenai perilaku
kepercayaan)
20.2. Kelompok bertugas Mendiskusikan kasus 9
untuk mendiskusikan dan memberikan
dan memberikan tanggapan
tanggapan terhadap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
130

kasus tersebut.
20.3. Salah satu Salah satu binimbing 8
perwakilan diminta membacakan hasil
membacakan hasil diskusi.
diskusinya.
Binimbing yang lain
mendengarkan.
Dinamika
Kelompok

21. 21.1. Meminta siswa Menuliskan refleksi 3


menuliskan pernyataan dengan pernyataan
hasil belajarnya dan tiga kali saya pada
Refleksi manfaat yang
sebuah kertas.
diperoleh dari kegiatan
hari ini.

22. Meminta sukarelawan Salah satu binimbing 2


Sharing untuk membacakan membacakan
refleksinya. refleksinya.

23. Mengajak binimbing untuk Mengungkapkan 3


bersama-sama menarik pendapat mengenai
Kesimpulan
kesimpulan dari kegiatan kesimpulan kegiatan
hari ini. hari ini.

24. 24.1. Memberi Mendengarkan. 2


penguatan kepada
Penutup binimbing
24.2. Memberikan salam Menjawab salam. 1
penutup
P. Penilaian :
1. Proses :
a. Apakah binimbing terlibat aktif dalam kegiatan bimbingan?
b. Apakah binimbing memperhatikan penjelasan pembimbing?
2. Hasil :
a. Jelaskan definisi berpacaran yang sehat!
b. Ciri-ciri berpacaran yang sehat!
c. Jelaskan pentingnya harus berpacaran yang sehat!
Q. Rencana Tindak Lanjut : binimbing yang masih membutuhkan informasi
atau bantuan lebih lanjut dapat melakukan konseling individual.

R. Sumber Pustaka :
1. Team Focus on the family, Berani mengali lebih dalam. 2009. Andi Offset:
Yogyakarta
2. http://www.infosehat.com/inside_level2.asp?artid=827&secid=48&intid=4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131

3. http://catatanku26.wordpress.com/pecaran-yang-sehat/
4. http://zulliyan.blogspot.com/2010/09/ciri-ciri-pacaran-tidak-sehat.html
5. http://jainursantoso.com/2011/01/17/pacaran-sehat/
6. http://smpn3jenar.multiply.com/journal/item/22
Klaten, ...................... 2013

Mengetahui,

Koordinator BK Pembimbing

(...............................) (.........................)

Anda mungkin juga menyukai