Anda di halaman 1dari 167

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK

DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOUR UNTUK


MENGURANGI BURNOUT BELAJAR SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 7 YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

SKRIPSI

Oleh :
Devita Mawarni
15144200080

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2022
EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK
DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOUR UNTUK
MENGURANGI BURNOUT BELAJAR SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 7 YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Universitas PGRI Yogyakarta
Untuk Memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program sarjana

Oleh:
Devita Mawarni
15144200080

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2022

i
ABSTRAK

DEVITA MAWARNI. Efektivitas Layanan Konseling Kelompok Dengan


Pendekatan Behaviour Untuk Mengurangi Burnout Belajar Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021. Skripsi. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta. January 2022.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah layanan bimbingan


kelompok dengan pendekatan behaviour efektif untuk mengurangi burnout belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta tahun pelajaran 2020/2021.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif eksperimen
menggunakan pre experimental design dengan metode One – Group Pretest-
Posttest Design. Adapun jumlah populasi penelitian yaitu sebanyak 204 siswa
yang terdiri dari siswa kelas VIII A hingga kelas VIII F. Pengambilan sampel
menggunakan Nonprobability Sampling dengan teknik Sampling Purposive
dimana siswa yang dijadikan sampel sebanyak 5 orang. Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini dengan menggunakan angket. Teknik analisis data dengan
menggunakan statistik dengan rumus uji t-tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis terbukti layanan bimbingan
kelompok dengan pendekatan behaviour efektif untuk megurangi burnout belajar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021. Dari
hasil uji t-test diperoleh nilai t = 25.992 dengan nilai p = 0,000 < 0,050 maka
hipotesis yang diajukan terbukti dan signifikan.

Kata Kunci : Layanan Konseling Kelompok, Pendekatan Behaviour, Burnout


Belajar

ii
ABSTRACK

DEVITA MAWARNI. The Effectiveness of Group Counseling Services With a


Behavioural Approach to Reduce Study Burnout for Class VIII Students of SMP
Negeri 7 Yogyakarta in the 2020/2021 Academic Year. Essay. Faculty of Teacher
Training and Education, PGRI University of Yogyakarta. Januari 2022

The purpose of this study was to determine whether group guidance


services with a behavioural approach were effective in reducing learning burnout
for class VIII students of SMP Negeri 7 Yogyakarta in the 2020/2021 academic
year.
The type of research used is experimental quantitative research using a
pre experimental design with the One - Group Pretest-Posttest Design method.
The number of the research population was 204 students consisting of students
from class VIII A to class VIII F. Sampling used Nonprobability Sampling with
purposive sampling technique where 5 students were sampled. The method of
data collection in this study was using a questionnaire. Data analysis techniques
using statistics with the t-test test formula.
The results showed that the hypothesis was proven that group guidance
services with a behavioural approach were effective in reducing learning burnout
for Class VIII students of SMP Negeri 7 Yogyakarta in the 2020/2021 academic
year. From the results of the t-test, the value of t = 25,992 with p value = 0.000 <
0.050 means that the proposed hypothesis is proven and significant.

Keywords: Group Counseling Services, Behavioural Approach, Learning Burnout

iii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK


DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOUR UNTUK
MENGURANGI BURNOUT BELAJAR SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 7 YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Skripsi oleh Devita Mawarni


Telah disetujui untuk diuji

Yogyakarta, Januari 2022


Pembimbing

Arum Setiowati, M.Pd


NIS. 19841129 201302 2 001

iv
EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK
DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOUR UNTUK
MENGURANGI BURNOUT BELAJAR SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 7 YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Oleh:
Devita Mawarni
NPM. 15144200080

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada Tanggal
Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji


Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua :.................................................. ......................... ........................
Sekretari
:.................................................. ......................... ........................
s
Penguji I :.................................................. ......................... ........................
Penguji II :.................................................. ......................... ........................

Yogyakarta, ……………………..
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
Dekan,

Dr. Esti Setiawati, M.Pd


NIP. 19650909 199512 2 001

v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Devita Mawarni
No. Mahasiswa : 15144200080
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Efektivitas Layanan Konseling Kelompok Dengan
Pendekatan Behaviour untuk Mengurangi Burnout Belajar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2020/2021
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan pekerjaan saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau hasil pemikiran saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, dikenakan sanksi tergantung dari berat ringannya tindakan plagiasi yang
dilakukan. Sanksi dapat berupa perbaikan skripsi dan uji ulang, melakukan
penelitian baru, atau pencabutan ijazah S1.

Yogyakarta, 11 Januari 2022


Yang Membuat Pernyataan

Devita Mawarni

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“ life is not about waiting for the storm to pass, it’s about learning how to

dance in the rain”

(Unknown)

Persembahan :

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku

2. Keluarga dan sahabat-sahabatku

3. almamaterku

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah melimpahkan

segala Rahmat,Hidayah serta Inayah-NYA kepada saya. Sehingga saya dapat

menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS LAYANAN

KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOUR

UNTUK MENGURANGI BURNOUT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHU PELAJARAN 2020/2021”. Tentunya

dalam penulisan proposal ini penulis tidak dapat bekerja sendiri namun

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak .Dalam kesempatan ini saya selaku

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Paiman, M. P, Rektor Universitas PGRI Yogyakarta yang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendapatkan dan

menyelesaikan pendidikan di Universitas PGRI Yogyakarta

2. Dr. Esti Setiawati, M.Pd , Dekan FKIP Universitas PGRI Yogyakarta yang

telah memberikan ijin penelitian

3. Drajat Edy Kurniawan, M.Pd, Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

yang selalu memberikan dukungan dalam penulisan skripsi

4. Arum Setiowati,M.Pd, Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu

untuk membimbing, memberikan masukan, sumbangan pemikiran serta arahan

dalam penulisan skripsi

5. Suyarta, S.Pd, Kepala sekolah SMP Negeri 7 Yogyakarta yang telah

memberikan ijin penelitian serta seluruh guru dan staff yang telah membantu

terlaksananya penelitian

viii
6. Siswa-siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta yang telah bersedia

mengikuti seluruh kegiatan penelitan

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

terselesaikannya skripsi ini

Kiranya tiada gading yang tak retak, maka proposal ini tak terlepas dari

kesalahan dan kekurangan tersebut. Maka peneliti selalu membuka pintu untuk

menerima segala kritik dan saran yang konstruktif. Harapannya, semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Peneliti

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
ABSTRAK.................................................................................................... ii
ABSTRACT................................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................ iv
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI.......................................v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.....................................................vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...............................................................vii
KATA PENGANTAR.................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................. x
DAFTAR TABEL........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................................8
C. Pembatasan Masalah...........................................................................8
D. Perumusan Masalah............................................................................9
E. Tujuan Penelitian................................................................................9
F. Manfaat Hasil penelitian ..................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS.....................................12
A. Kajian Teori......................................................................................12
1. Konseling Kelompok.................................................................12
2. Konseling dengan Pendekatan Behaviour.................................26
3. Burnout Belajar..........................................................................37
B. Kerangka Berpikir.............................................................................44
C. Perumusan Hipotesis.........................................................................46
1. Pengertian Hipotesis..................................................................46
2. Macam-macam Hipotesis..........................................................47

x
3. Hipotesis yang diajukan.............................................................48
BAB III METODE PENELITIAN............................................................49
A. Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................49
B. Variabel Penelitian............................................................................49
C. Metode Penentuan Subjek.................................................................51
D. Metode dan Desain Penelitian..........................................................57
E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data............................................61
F. Instrumen Penelitian.........................................................................63
G. Validitas dan Reliabilitas..................................................................70
H. Teknik Analisis Data.........................................................................77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................79
A. Pelaksanaan Penelitian......................................................................79
B. Deskripsi dan Hasil Penelitian..........................................................90
C. Analisis Data.....................................................................................95
D. Pengujian Hipotesis..........................................................................97
E. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.........................................................103
A. Simpulan.........................................................................................103
B. Saran...............................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA................................................................................105
LAMPIRAN..............................................................................................108

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Daftar Populasi Kelas VIII SMP N 7 Yogyakarta...................52

Tabel 2 : Pedoman Observasi Konseling Kelompok..............................65

Tabel 3 : Kisi-kisi Angket Perilaku Burnout Belajar..............................68

Tabel 4 : Alternatif Jawaban Angket dan Skor.......................................69

Tabel 5 : Hasil Validitas Tiap Item Perilaku Burnout Belajar................72

Tabel 6 : Kisi-kisi Perilaku Burnout Belajar yang Valid dan Gugur

Setelah Uji Coba......................................................................74

Tabel 7 : Penggolongan Tingkat Keandalan...........................................76

Tabel 8 : Hasil Reliabilitas Angket Perilaku Burnout Belajar................77

Tabel 9 : Pertemuan Konseling Kelompok.............................................80

Tabel 10 : Kategori skor burnout belajar..................................................91

Tabel 11 : Kategori skor Pretest burnout belajar......................................92

Tabel 12 : Kategori skor Posttest burnout belajar....................................92

Tabel 13 : Perbandingan hasil pretest-posttest dan Gain Score...............93

Tabel 14 : Uji Normalitas Sebaran............................................................95

Tabel.15 : Mean Pre-test dan Post-test Paired Samples Statistics...........96

Tabel 16 : Hasil Uji Paired T-Test Paired Samples Test..........................96

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Berfikir....................................................................46

Gambar 2 : Skema Rencana Pelaksanaan Penelitian..................................60

Gambar 3 : Perbandingan hasil pretest-posttest dan Gain Score................94

Gambar 4 : Perbandingan hasil pretest-posttest dan Gain Score di setiap

aspek........................................................................................94

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian...............................................................109

Lampiran 2 : Surat Balasan Penelitian........................................................110

Lampiran 3 : Angket Burnout....................................................................111

Lampiran 4 : Uji Validitas..........................................................................115

Lampiran 5 : Uji Reliabilitas......................................................................120

Lampiran 6 : Rencana Pemberian Layanan................................................121

Lampiran 7 : Uji Normalitas.......................................................................139

Lampiran 8 : Uji T-tes................................................................................141

Lampiran 9 : Hasil Uji Coba Pretest..........................................................142

Lampiran 10 : Hasil Pretest dan Posttest...................................................144

Lampiran 11 : Foto Kegiatan......................................................................145

BAB I

PENDAHULUAN

xiv
A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, terus berupaya

meningkatkan kualitas disegala aspek, baik infrastruktur, kebijakan-kebijakan

publik, dan tak terkecuali peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.

Dengan jumlah penduduk yang sangat besar tentunya memiliki potensi

Sumber Daya Manusia yang sangat besar pula dari segi kualitas. Bicara

mengenai peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, pemerintah pun gencar

melakoni berbagai macam strategi. Mengingat Sumber Daya Manusia (human

capital) memegang peran penting dalam proses keberhasilan suatu

pembangunan dan merupakan landasan untuk kesejahteraan serta kunci

penggerak high-income growth. Banyak cara yang dapat ditempuh dalam

upaya peningkatan kualitas tersebut. Salah satunya adalah melalui jalur

pendidikan.

Pendidikan hingga kini masih menjadi jalan utama untuk

mengentaskan kebodohan dan mencetak generasi-generasi emas. Pendidikan

juga merupakan pilar utama dalam kemajuan suatu bangsa, oleh sebab itu

pendidikan bagi semua (education for all) menjadi pekerjaan yang harus

dituntaskan bersama. Artinya, bahwa hal tersebut bukan hanya menjadi

tanggung jawab pemerintah melainkan tanggung jawab semua elemen

masyarakat. Untuk mencetak generasi emas tentunya dibutuhkan pendidikan

sejak dini dengan kualitas yang unggul. Pendidikan dapat ditempuh

dimanapun dan kapanpun. Pada umumnya, jalur pendidikan terdiri dari jalur

i
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal merupakan

pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya,

pendidikan nonformal bisa berupa lembaga bimbingan belajar diluar sekolah,

sedangkan pendidikan informal merupakan pendidikan melalui jalur keluarga

dan lingkungan masyarakat.

Sebagian orang memang menganggap bahwa pendidikan formal

adalah yang paling utama. Meski demikian, tak jarang pula yang beropini

bahwa ketiga jalur pendidikan tersebut sama pentingnya. Setiap orangtua

selalu menginginkan anaknya untuk dapat mengenyam pendidikan formal

setinggi mungkin dan dapat bersekolah dengan mutu pendidikan terbaik.

Harapannya dengan demikian, anak mereka dapat tumbuh menjadi anak yang

unggul secara intelektual dan moral serta memiliki masa depan yang cerah.

Sekolah menjadi fasilitas utama dalam pelaksanaan pendidikan

formal. Segala aktivitas belajar mengajar antara guru dan siswa berlangsung

didalamnya. Melalui sekolah, siswa dididik untuk tumbuh menjadi pribadi

yang berilmu dan berakhlak mulia. Sebagai makhluk sosial yang adaptif dan

transformatif, para siswa diarahkan untuk mampu mengelola dirinya sendiri

serta potensinya masing-masing. Sama halnya dengan pemerataan dan

peningkatan kualitas pendidikan, keberhasilan pembelajaran di sekolah bukan

hanya menjadi tanggung jawab penuh para guru sebagai pentrasfer ilmu.

Keberhasilan pembelajaran merupakan tanggung jawab seluruh staff

kependidikan, tenaga pengajar, orangtua dan siswa itu sendiri. Jika seluruh

ii
komponen tersebut mampu menjalankan kewajiban sesuai perannya masing-

masing, maka seluruh harapan baik pada pendidikan akan tercapai.

Prestasi belajar siswa juga menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan

pembelajaran di sekolah. Para orangtua tentunya bangga bilamana anaknya

bersekolah ditempat yang bagus serta meraih prestasi dalam belajarnya.

ironinya tidak segalanya selalu berjalan sesuai harapan, begitu pula mengenai

prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

belajar siswa baik faktor internal maupun eksternal. Salah satu diantara

adalah kejenuhan (Burnout) belajar yang menghambat tercapainya prestasi

yang unggul dan menjadikan pembelajaran tidak berjalan baik. Fenomena

Burnout belajar menjadi fokus penelitian karena merupakan penyumbang

kegagalan di dunia pendidikan. Kejenuhan belajar adalah masalah yang

banyak dialami oleh para pelajar dimana akibat serius dari masalah tersebut

adalah menurunnya keinginan dalam belajar, timbulnya rasa malas yang berat,

dan menurunnya prestasi belajar (Yusuf, 2009: 98).

Burnout belajar dapat dialami oleh semua pelajar di setiap jenjang

pendidikan, terlebih mereka yang berada pada masa peralihan atau biasa

disebut dengan masa remaja. Menurut G. Stanley Hall (dalam Santrock, 2003)

menyatakan bahwa adolescence is a time of storm and stress. Artinya, remaja

adalah masa yang penuh dengan badai dan tekanan jiwa, yaitu masa dimana

terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional pada seseorang

yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang

bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Kondisi ini

iii
kerap kali membuat remaja mengalami Burnout belajar yang jelas sangat

berdampak buruk bagi perkembangan fisik, mentalitas maupun emosional

setiap individu yang mengalaminya.

Masclach, dkk (2001) menjelaskan bahwa burnout merupakan sindrom

psikologis yang terdiri atas tiga dimensi yaitu kelelahan emosi,

depersonalisasi, dan penurunan prestasi pribadi maupun rendahnya

penghargaan terhadap diri sendiri dalam melakukan tugasnya sehari-hari.

Selain itu layaknya sebuah masalah, burnout belajar muncul dengan beragam

penyebab. Adapun penyebabnya bisa berasal dari ranah pembelajaran hingga

diluar ranah tersebut, seperti permasalahan pribadi dan pola asuh yang salah

suai. Hal ini selaras dengan pendapat Hakim (2011:63) bahwa kejenuhan

belajar dapat disebabkan karena: cara atau metode belajar yang tidak

bervariasi, belajar hanya di tempat tertentu, suasana belajar yang tidak

berubah-ubah, kurang aktivitas rekreasi atau hiburan, adanya ketegangan

mental kuat dan berlarut-larut pada saat belajar.

Karakter siswa yang mengalami kejenuhan, ketika belajar dalam waktu

yang relatif lama. Mereka merasa malas, bosan, letih, cepat marah dan sering

kesal, rasa bersalah dan menyalahkan, keengganan dan ketidakberdayaan,

perasaan capek Siswanto dan lelah setiap hari, sering memperhatikan jam saat

belajar dan lainnya (Siswanto, 2009:50). Sedangkan Yusuf (2009: 98) karakter

dari kejenuhan belajar siswa itu sendiri cenderung malas belajar, tidak mampu

mengerjakan tugas dan rencana-rencananya sendiri, prestasinya menurun,

tidak memperhatikan pelajaran pada saat guru mengajar, mengganggu teman

iv
pada saat belajar, membolos, atau bahkan dapat menyebabkan siswa keluar

dari sekolah.

Sindrom burnout belajar ini nampaknya muncul hampir disetiap

bangku sekolah dengan kadar dan jumlah siswa terserang yang beragam. Tak

terhalau pula di SMP Negeri 7 Yogyakarta,yang merupakan salah satu

Sekolah Menengah Pertama unggulan. Berdasar pada studi pendahuluan hasil

observasi dan wawancara peneliti selama kegiatan pengalaman lapangan,

diperoleh data mengenai siswa dengan sindrom kejenuhan belajar. Burnout

belajar juga tak hanya dialami oleh siswa laki-laki saja, tetapi juga siswa

perempuan dari kelas VII hingga kelas IX. Melalui buku catatan pelanggaran

siswa, dapat dilihat bahwa kelas VIII menempati peringkat pertama. Sebagian

dari pelanggaran tersebut merupakan dampak dari kejenuhan belajar yang

mereka alami.

Siswa yang mengalami burnout belajar mengalami perubahan sikap

dalam belajarnya. Prestasi dan motivasi belajar menurun serta tidak memiliki

gairah kompetisi disekolah. Mereka cenderung bertindak radikal bahkan

ketika jam pelajaran berlangsung. Siswa dengan sindrom ini kemudian

menjadi pribadi yang sulit dikendalikan, tidak mengikuti pembelajaran dengan

baik, membuat kegaduhan dan mengganggu teman dikelas, membolos saat

jam pelajaran, hingga membolos sekolah tanpa keterangan. Dampak burnout

belajar ini tidak boleh dibiarkan begitu saja karena dapat memicu

permasalahan yang lebih serius baik semasa sekolah maupun di fase

kehidupan selanjutnya. Segenap kegiatan disekolah harus diarahkan untuk

v
dapat membantu siswa mencapai tujuan perkembangan dan mengatasi

permasalahannya. Artinya bahwa, sebuah layanan bimbingan dan konseling

sangat penting untuk menangani masalah siswa disamping kegiatan

pengajaran.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa konselor

sekolah sebagai kemudi layanan bimbingan dan konseling wajib memiliki

wawasan dan menguasai landasan pendidikan. Mampu mengembangkan

program bimbingan dan konseling serta mampu mengaplikasikan teknik dan

teori pendekatan-pendekatan bimbingan konseling dengan tepat guna dalam

suasana konseling. Menurut Habsy (2017) konseling dalam lingkup

pendidikan merupakan upaya penanganan masalah dalam rangka

memfasilitasi perkembangan individu dalam lingkungannya yang tertuju pada

upaya menciptakan kondisi optimum bagi perkembangan individu.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan konselor dalam menangani

siswa dengan burnout belajar yaitu dengan memberikan layanan konseling

kelompok. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2002: 49) konseling kelompok yaitu

bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh

kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang

dialaminya melalui dinamika kelompok. Pengertian tersebut sejalan dengan

pendapat Juntika Nurihsan (2006: 24) yang mengatakan bahwa konseling

kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang

bersifat pencegahan, penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian

kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Melihat banyaknya

vi
siswa yang mengalami kejenuhan, maka layanan ini sangat tepat digunakan.

Disamping itu melalui suasana kelompok dapat meminimalisir munculnya

kejenuhan baru.

Sebagai sebuah praktik layanan konseling, konseling kelompok

tentunya selalu bersandar pada teori konseling yang sudah ada. Maka, layanan

ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai macam pendekatan

konseling. Salah satu diantaranya adalah menggunakan pendekatan perilaku

behaviour. Pendekatan ini sangat popular dikalangan konselor serta cukup

relevan digunakan untuk mengatasi masalah burnout belajar ini. Natawidjaja

(2009: 260) menyebutkan bahwa asumsi pokok dari pendekatan ini adalah

bahwa perilaku hingga perasaan bersalah terbentuk karena dipelajari,

sehingga semua dapat diubah melalui proses belajar yang baru. Burnout

merupakan sebuah sindrom yang dapat dilihat melalui perilaku siswa yang

dapat diamati secara langsung. Sehingga sejalan dengan Corey (2007: 194)

yang menyatakan bahwa dalam pendekatan behaviour aspek yang paling

penting adalah penekananya pada tingkah laku yang bisa didefinisikan secara

operasional, diamati, dan diukur.

Berdasar pada pertimbangan-pertimbangan diatas, maka peneliti

tertarik untuk meneliti efektivitas layanan konseling kelompok dengan

menggunakan pendekatan behaviour untuk mengurangi burnout pada siswa

kelas VIII di SMP Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021. Hal ini

sebagai upaya peneliti berkontribusi dalam mencetak generasi emas sebagai

sumber daya manusia yang unggul melalui pembenahan minat belajar.

vii
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Fenomena Burnout belajar masih menjamur didunia pendidikan dan

banyak dialami oleh siswa SMP kelas VIII

2. Hampir semua siswa yang mengalami kejenuhan belajar, merespon dengan

melakukan perilaku yang negatif

3. Motivasi dan prestasi belajar siswa menurun seiring dengan tingkat

kejenuhan yang dialami

4. Siswa menjadi pribadi yang indisipliner di kelas maupun disekolah

5. Efektivitas konseling kelompok dengan pendekatan behaviour untuk

menurunkan Burnout belajar belum dikaji dan diketahui secara pasti

C. Pembatasan Masalah

Berdasar pada identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi ruang

lingkup penelitian. Pembatasan ruang lingkup dilakukan agar penelitian dapat

terfokus sehingga permasalahan utama yang akan diteliti bisa tercapai.

Penelitian agar berfokus membahas efektivitas layanan konseling kelompok

menggunakan pendekatan behaviour untuk mengurangi Burnout belajar pada

siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021

viii
D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang akan dikemukakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran mengenai masalah Burnout belajar siswa kelas VIII

SMP Negeri 7 Yogyakarta sebelum diberikan konseling kelompok

menggunakan pendekatan behaviour?

2. Bagaimana gambaran mengenai masalah Burnout belajar siswa kelas VIII

SMP Negeri 7 Yogyakarta setelah diberikan konseling kelompok

menggunakan pendekatan behaviour?

3. Apakah layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan

behaviour efektif mengurangi Burnout belajar siswa kelas VIII SMP

Negeri 7 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,

maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan gambaran mengenai masalah Burnout belajar yang

dialami siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta sebelum dilakukan

konseling kelompok menggunakan pendekatan behaviour.

ix
2. Mendeskripsikan gambaran mengenai masalah Burnout belajar yang

dialami siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta setelah dilakukan

konseling kelompok menggunakan pendekatan behaviour.

3. Mengetahui efektivitas layanan konseling kelompok menggunakan

pendekatan behaviour mengurangi Burnout belajar siswa kelas VIII SMP

Negeri 7 Yogyakarta.

F. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan

ilmu di sektor pendidikan, khususnya di bidang bimbingan dan konseling.

Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi bagi konselor sekolah

dalam menangani anak yang terindikasi mengalami Burnout belajar serta

menyumbangkan teori dan pikiran tentang efektivitas konseling kelompok

menggunakan pendekatan behaviour untuk mengurangi tingkat burnout

siswa.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis atau aplikatif dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Bagi guru bimbingan dan konseling

Hasil penelitian ini membantu memahami permasalahan belajar siswa

khususnya tentang Burnout, serta membantu konselor dalam

menangani masalah kejenuhan menggunakan suasana kelompok.

x
Selain itu, penelitian ini menambah wawasan tentang pendekatan

behaviour beserta mengaplikasiannya.

b. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk

menghadapi permasalahan siswa yang berhubungan dengan kejenuhan

dalam belajarnya. Sehingga, dapat meningkatkan kualitas sekolah

melalui peserta didik. Penelitian ini sebagai sumbangan yang berupa

kajian ilmu mengenai layanan konseling kelompok menggunakan

pendekatan behaviour.

c. Bagi pembaca dan Peneliti berikutnya

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan dalam menyikapi

dengan bijak fenomena Burnout belajar yang semakin banyak ditemui

dikalangan pelajar maupun Burnout secara general. Selain itu, dapar

menjadi salah satu reverensi untuk penelitian selanjutnya.

xi
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Konseling Kelompok

a. Pengertian Konseling

Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa Latin,

yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang

dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam

bahasa Anglo-Saxson, istilah konseling berasal dari “sellan” yang

berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan” (Prayitno, 2013: 99).

Harold Pepinsky & Pauline Pepinsky dalam Effendi (2016: 16)


menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan
antara satu orang dengan orang lain. Satu orang sedang
mengalami masalah yang tidak mampu mengatasi sendiri
adalah klien, dan yang lain adalah orang yang profesional,
terlatih dan berpengalaman serta mempunyai kualitas dalam
membantu orang lain, disebut konselor. Dalam proses
konseling, konselor harus mampu memberikan fasilitas yang
memadai pada diri klien agar mampu mengubah tingkah laku
mereka.

Menurut Latipun (2006: 2) konseling merupakan salah satu

upaya untuk membantu mengatasi konflik, hambatan, dan kesulitan

dalam memenuhi kebutuhan kita, sekaligus sebagai upaya peningkatan

xii
kesehatan mental. Konseling merupakan satu diantara bentuk upaya

bantuan yang secara khusus dirancang untuk mengatasi persoalan-

persoalan yang kita hadapi.

Menurut Nurihsan (2007: 10) konseling adalah upaya

membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi

antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan

lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan

berdasarkan nilai yang diyakini sehingga konseli merasa bahagia dan

efektif perilakunya.

Berdasar pada beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan

bahwa konseling merupakan sebuah interaksi yang bersifat rahasia

antara konseli dan konselor, dimana konseli adalah seseorang dengan

permasalahan tertentu dan konselor merupakan sesorang yang

profesional dalam menangani permasalahan tersebut. Interaksi ini

merupakan salah satu upaya pemberian bantuan kepada konseli agar

dapat membuat keputusan dan menemukan jalan keluar atas

permasalahan yang sedang dihadapi.

b. Pengertian Konseling kelompok

Kurnanto (2013: 9) mengemukakan bahwa konseling kelompok

adalah proses konseling yang dilakukan dalam situasi kelompok,

dimana konselor berinteraksi dengan konseli dalam bentuk kelompok

yang dinamis untuk memfasilitasi pekembangan individu dan atau

xiii
membantu individu dalam mengatasi masalah yang dihadapi secara

bersama-sama.

Sejalan dengan Latipun (2006: 178) yang mengatakan

konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk

konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi

umpan balik (feed back) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok

dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok

(group dynamic).

Rusmana, N (2009: 29) menyatakan bahwa konseling kelompok

merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada individu (konseli)

yang dilakukan dalam suasana kelompok, bersifat pencegahan dan

penyembuhan, serta bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam

berbagai aspek perkembangan dan pertumbuhannya.

Menurut Mungin (2005: 18) konseling kelompok merupakan

suatu proses interpersonal yang dinamis yang menitikberatkan

(memusatkan) pada kesadaran berpikir dan tingkah laku, melibatkan

fungsi terapeutis, berorientasi pada kenyataan, ada rasa saling percaya

mempercayai, ada pengertian, penerimaan dan bantuan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

konseling kelompok merupakan suatu konseling yang dilaksanakan

dalam suasana kelompok, memanfaatkan dinamika kelompok serta

menekankan pada kesadaran berpikir dan bertingkah laku dengan

xiv
tujuan memfasilitasi perkembangan dan membantu mencapai jalan

keluar atas masalah yang dihadapi konseli.

c. Tujuan dan Manfaat Konseling Kelompok

Menurut Tohirin (2013: 173) tujuan konseling kelompok dibagi

menjadi dua, yaitu:

1) Tujuan layanan konseling kelompok secara umum adalah

berkembangnya kemampuan sosial siswa, khususnya kemampuan

berkomunikasinya.

2) Tujuan layanan konseling kelompok secara khusus adalah

terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap

terarah kepada tingkah laku khususnya dan bersosialisasi dan

berkomunikasi. Selain itu tujuan khusus konseling kelompok yaitu

terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya

imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu yang

lain yang menjadi peserta layanan.

Menurut Latipun (2006: 181) tujuan konseling kelompok juga

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Tujuan teoritis yaitu tujuan yang berkaitan dengan tujuan yang

secara umum dicapai melalui proses konseling kelompok.

2) Tujuan operasional yaitu tujuan yang disesuaikan dengan harapan

konseli dan masalah yang dihadapi konseli.

Sementara itu menurut Winkle dalam Kurnanto (2013: 10-11)

konseling kelompok dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu:

xv
1) Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik

dan menemukan dirinya sendiri berdasarkan pemahaman diri itu

dia lebih rela menerima dirinya sendiri an lebih terbuka terhadap

aspek-aspek positif dalam kepribadiannya

2) Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan

bekomunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat saling

memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas

perkembangan yang khas pada fase perkembangan mereka.

3) Para anggota kelompok memperoleh kemampuan pengatur dirinya

sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam

kontra antar pribadi di dalam kelompok dan kemudia juga dalam

kehidupan sehari-hari di luar kehidupan kelompoknya.

4) Para anggota kelompok menjadi Lebih peka terhadap kebutuhan

orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain.

Kepekaan dan penghayatan ini akan lebih membuat mereka lebih

sensitif juga terhadap kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan

sendiri.

5) Masing-masing anggota kelompok menetapkan suatu sasaran yang

ingin mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku

yang lebih konstruktif.

6) Para anggota kelompok lebih berani melangkah maju dan

menerima risiko yang wajar dalam bertindak, dari pada tinggal

diam dan tidak berbuat apa-apa.

xvi
7) Pra anggota kelompok lebih menyadari dan menghayati makna dan

kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung

tuntutan menerima orang lain dan harapan akan diterima orang

lain.

8) Masing-masing anggota kelompok semakin menyadari bahwa hal-

hal yang memprihatinkan bagi dirinya sendiri kerap juga

menimbukan rasa prihatin dalam hati orang lain. Dengan demikian

dia tidak merasa terisolir, atau seolah-olah hanya dialah yang

mengalami ini dan itu.

9) Para anggota kelompok belajar berkomunikasi dengan anggota-

anggota yang lain secara terbuka, dengan saling menghargai dan

menaruh perhatian. Pengalaman bahwa komunikasi demikian

dimungkinkan akan membawa dapak positif dalam kehidupan

dengan orang-orang yang dekat di kemudian hari.

Berdasarkan pendapat mengenai tujuan layanan konseling

kelompok tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan

konseling kelompok yaitu melatih anggota kelompok agar dapat

menambah kemampuan berkomunikasi secara terbuka, menaruh

perhatian dan menghargai diri sendiri serta oranglain sehingga

permasalahan dapat terpecahkan dan memberi imbas positif bagi

individu lain dalam kelompok.

d. Struktur dalam Konseling Kelompok

xvii
Menurut Latipun (2017: 133-135) struktur dalam konseling

kelompok meliputi jumlah anggota kelompok, homogenitas kelompok,

sifat kelompok, dan waktu pelaksanaan. Masing-masing struktur dalam

konseling kelompok akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Jumlah anggota kelompok

Sebagaimana terapi kelompok interaktif, konseling kelompok

umumnya beranggotakan berkisar antara 4 sampai 12 orang.

2) Homogenitas Kelompok

Sebagian konseling kelompok dibuat homogen dari segi jenis

kelamin, jenis masalah, dan gangguan, kelompok usia, dan

sebagainya. Pada saat lain homogenitas ini tidak diperhitungkan

secara khusus, artinya suatu konseling kelompok, misalnya dari

segi usia diikuti oleh remaja maupun orang dewasa, tanpa ada

penyaringan terlebih dahulu kelompok usianya.

3) Sifat Kelompok

Sifat kelompok dapat berupa terbuka dan tertutup. Terbuka jika

suatu saat dapat menerima anggota baru, dan dikatakan tertutup

jika keanggotaannya tidak memungkinkan adanya anggota baru.

Pertimbangan penggunaan kelompok terbuka dan tertutup

tergantung kepada keperluan.

4) Waktu pelaksanaan

Lama waktu penyelenggaraan konseling kelompok sangat

bergantung kepada kompleksitas permasalahan yang dihadapi

xviii
kelompok. Secara umum konseling kelompok yang bersifat jangka

pendek membutuhkan waktu pertemuan antara 8 sampai 20

pertemuan, dengan frekuensi pertemuan anata satu sampai tiga kali

dalam seminggunya, dan durasinya antara 60 sampai 90.

e. Tahapan-tahapan Konseling Kelompok

Tahapan konseling kelompok menurut Latipun (2017: 136-138) dibagi

menjadi 6 tahapan, yaitu:

1) Prakonseling: Pembentukan Kelompok

Tahap ini merupakan tahapan persiapan pelaksanaan

konseling kelompok. Pada tahap ini terutama pembentukan

kelompok, yang dilakukan dengan seleksi anggota dan

menawarkan program kepada calon peserta konseling sekaligus

membangun harapan kepada calon peserta.

Dalam konseling kelompok yang dipandang penting adalah

adanya seleksi anggota. Konseli yang dimasukan dalam konseling

kelompok itu diseleksi terlebih dahulu. Ketentuan yang mendasari

penyelenggaraan konseling jenis ini adalah (1) adanya minat

bersama, (2) suka rela atau inisiatifnya sendiri, (3) adanya kemauan

untuk berpartisipasi di dalam proses kelompok, dan (4) mampu

untuk berpartisipasi di dalam proses kelompok.

2) Tahap I: Tahap Permulaan (Orientasi dan Eksplorasi)

xix
Pada tahap ini mulai menentukan struktur kelompok,

mengeksplorasi harapan anggota, anggota mulai belajar fungsi

kelompok, sekaligus mulai menegaskan tujuan kelompok.

Setiap anggota kelompok mulai mengenalkan dirinya dan

menjelaskan tujuan atau harapannya. Pada tahap ini deskripsi

tentang dirinya masih bersifat superfisial (permukaan saja),

sedangkan persoalan yang lebih tersembunyi belum diungkapkan

pada fase ini.

Kelompok mulai membangun norma untuk mengontrol

aturan-aturan kelompok dan menyadari makna kelompok untuk

mencapai tujuan. Secara sistematis, pada tahap ini langkah yang

dilakukan adalah perkenalan, agenda (tujuan yang ingin dicapai),

norma kelompok, dan penggalian ide dan perasaan. Jadi pada tahap

permulaan ini anggota mulai menjalin hubungan sesama anggota

kelompok.

3) Tahap II: Tahap Transisi

Pada tahap ini diharapkan masalah yang dihadapi masing-

masing konseli dirumuskan dan diketahui apa sebab-sebabnya.

Anggota kelompok mulai terbuka, tetatpi sering terjadi pada fase

ini justru terjadi kecemasan, resistensi, atau enggan jika harus

membuka diri. Tugas pemimpin kelompok adalah mempersiapan

mereka bekerja untuk dapat merasa memiliki kelompoknya.

4) Tahap III: Tahap Kerja-Kohesi dan Produktivitas

xx
Jika masalah yang dihadapi oleh masing-masing anggota

kelompok diketahui, langkah berikutnya adalah menyusun rencana-

rencana tindakan. Penyusunan tindakan imi disebut pula

produktivitas (productivity). Kegiatan konseling kelompok terjadi

yang ditandai dengan: membuka diri lebih besar, menghilangkan

defensifnya, terjadinya konfrontasi antar anggota kelompok,

modeling, belajar perilaku baru, terjadi transferensi. Kohesivitas

mulai terbentuk, mulai belajar bertanggung jawab, tidak lagi

mengalami kebingungan. Anggota merasa berada dalam kelompok,

mendengar yang lain dan terpuaskan dengan kegiatan kelompok.

5) Tahap IV: Tahap Akhir (Konsolidasi dan Terminasi)

Anggota kelompok mulai mencoba melakukan perubahan-

perubahan tingkah laku dalam kelompok. Setiap anggota kelompok

memberi umpan balik terhadap yang dilakukan oleh anggota yang

lain. Umpan balik ini sangat berguna untu perbaikan (jika

diperlukan) dan dilanjutkan atau diterapkan dalam kehidupan klien

jika dipandang telah memadai. Karena itu, implementasi ini berarti

melakukan pelatihan dan perubahan dalam skala yang terbatas.

6) Setelah Konseling: Tindak Lanjut dan Evaluasi

Setelah berselang beberapa waktu, konseling kelompok

perlu dievaluasi. Tindak lanjut dilakukan jika ternyata ada kendala-

kendala dalam pelaksanaan di lapangan. Mungkin diperlukan

xxi
upaya perbaikan terhadap rencana-rencana semula, atau perbaikan

terhadap cara pelaksanaannya.

f. Kelebihan Konseling Kolompok

Menurut Ngurah (2015: 25-26) konseling kelompok memiliki

kelebihan, yaitu sebagai berikut:

1) Efisiensi, dibanding dengan strategi bantuan yang bersifat

individual, konseling kelompok lebih efisien karena dalam waktu

yang sama konselor dapat memberikan layanan bantuan kepada

sejumlah individu.

2) Keragaman sumber dan sudut pandang, dalam suasana kelompok,

sumber bantuan tidak hanya dari konselor dengan sudut pandang

yang tersendiri, tetapi juga dari sejumlah individu/konseli sebagai

anggota kelompok dengan sudut pandang yang lebih kaya.

3) Pengalaman kebersamaan, individu tidak akan merasa bahwa

hanya dirinya yang mengalami permasalahan tertentu dalam

kehidupannya. Individu akan menjadi sadar bahwa ternyata orang

lain pun mengalami permasalahan walaupun berbeda.

4) Rasa saling memiliki, dalam suasana kelompok yang kohesif,

kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, menerima dan diterima,

menghargai dan dihargai akan tumbuh dan dirasakan langsung oleh

masing-masing anggota kelompok.

5) Praktek keterampilan, individu mendapat tempat untuk

mempraktekan tingkah laku baru, melakukan percobaan dan

xxii
mendapat dukungan sosio-emosional sebelum dipraktekkan

langsung dalam konteks kehidupan nyata di luar kelompok.

6) Balikan, dalam setiap suasana interaksi kelompok, individu akan

mendapatkan kesempatan untuk menerima dan memberikan

balikan dari apa yang telah dilakukan atau diupayakan (melakukan

aktivitas yang diterima serta meninggalkan sikap dan perbuatan

yang ditolak oleh orang lain).

7) Belajar menemukan makna, dalam suasana kelompok, individu

tidak hanya memperhatikan dirinya sendiri, dia juga mendengar,

melihat, dan merasakan bagaimana perasaan orang lain dalam

menghadapi suatu permasalahan hidup.

8) Kenyataan hidup, dakam hal-hal tertentu, suasana kelompok bukan

hanya mencerminkan suasana kehidupan masyarakat, melainkan

kehidupan kenyataan sosial yang sebenarnya.

9) Komitmen terhadap norma, kelompok dapat menekan bahkan

memaksa individu atau anggotanya untuk menghormati aturan-

aturan yang berlaku pada kelompoknya. Dalam keadaan tertentu,

kadang-kadang tekanan kelompok lebih kuat daripada

bujukan/tekanan orang tua atau guru.

g. Keterbatasan Konseling Kelompok

Menurut Kurnanto (2013: 32-33) keterbatasan-keterbatasan konseling

kelompok adalah sebagai berikut:

xxiii
1) Tidak cocok digunakan untuk mengangani masalah-masalah

perilaku tertentu seperti agresi yang ekstrim, konflik kakak-adik

atau orangtua-anak yang intensif.

2) Ambiguitas inheren yang melekat dalam proses kelompok

menyebabkan beberapa konselor terlalu mengendalikan kelompok.

3) Isu-isu dan masalah-masalah yang dimunculkan dalam kelompok

kadang-kadang mengganggu nilai-nilai personal dengan pihak lain

seperti dengan orang tua atau dengan administrator.

4) Unsur konfidensialitas yang sangat esensial bagi kelompok yang

efektif sulit untuk dicapai dalam konseling kelompok.

5) Modeling perilaku yang tidak diinginkan sulit untuk dieliminasi.

6) Meningkatkan ketegangan, kecemasan, dan keterlibatan yang

terjadi dapat menimbulkan akibat yang tak diinginkan.

7) Kombinasi yang tepat dari anggota kelompok adalah penting,

namun sulit untuk dicapai

8) Beberapa anggota kelompok menerima perhatian individual yang

tidak memadai.

9) Adanya kesulitan untuk menjadwal konseling kelompok dalam

adegan sekolah.

10) Hakikat konseling kelompok yang tidak spesifik sering sulit untuk

menjustifikasi orangtua, guru, dan administrator yang skeptis.

11) Konselor kelompok harus terlatih dengan baik dan sangat terampil.

xxiv
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan keterbatasan

konseling kelompok yang perlu diperhatikan yaitu bahwa tidak semua

permasalahan bisa diselesaikan dengan konseling kelompok, selain itu

individu dalam kelompok tidak semuanya dengan mudah terbuka

terhadap masalahnya dan konselor harus harus terlatih dengan baik dan

trampil.

h. Sikap dan Keterampilan Konselor Konseling Kelompok

Sikap dan Keterampilan yang Harus Dimiliki Konselor

Konseling Kelompok Menurut Ngurah (2015: 30-31) konselor

konseling kelompok harus menguasai dan mengembangkan

kemampuan atau keterampilan dan sikap yang memadai

terselenggaranya konseling kelompok secara efektif. Keterampilan dan

sikap yang harus dimiliki konselor konseling kelompok, yaitu:

1) Kehendak dan usaha untuk mengenal dan mempelajari dinamika

kelompok, fungsi-fungsi pemimpin kelompok dan hubungan antar

individu dalam kelompok.

2) Ketersediaan menerima orang lain tanpa syarat.

3) Kehendak untuk dapat didekati dan membantu tumbuhnya interaksi

antara anggota kelompok.

4) Kesediaan menerima berbagai pandangan dan sikap yang berbeda.

5) Pemusatan perhatian terhadap suasana, perasaan dan sikap seluruh

anggota dan pemimpin itu sendiri.

xxv
6) Pembentukan dan pemeliharaan hubungan antara anggota

kelompok.

7) Pengarahan yang konsisten demi tercapainya tujuan bersama yang

telah ditetapkan.

8) Keyakinan akan manfaat proses dinamika kelompok sebagain

wahana untuk membantu para anggota kelompok.

9) Rasa humor, rasa bahagia, dan rasa puas, baik yang dialami oleh

pemimpin kelompok maupun oleh para anggotanya.

2. Konseling dengan Pendekatan Behaviour

a. Pengertian Konseling Behaviour

Konseling behaviour atau dikenal juga dengan modifikasi

perilaku menurut Gantina (2014: 156) diartikan sebagai tindakan yang

bertujuan untuk mengubah perilaku. Modifikasi perilaku dapat juga

diartikan sebagai usaha menerapkan prinsip-prinsip belajar maupun

prinsip-prinsip psikologi hasil ekperimen lain pada perilaku.

Menurut Gunarsa (2004: 191) pendekatan behavioristik

diartikan sebagai salah satu dari beberapa “revolusi” dalam dunia

pengetahuan psikologi khususnya psikoterapi. Behaviour merupakan

suatu aliran yang menitikberatkan peranan lingkungan, peranan dunia

luar sebagai faktor penting dimana seseorang dipengaruhi dan

seseorang belajar.

xxvi
Konseling behaviour menurut pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa konseling behaviour merupakan usaha pemberian

bantuan oleh konselor kepada konseli untuk membantu menyelesaikan

masalah perilaku yang dimiliki dengan menerapkan prinsip-prinsip

belajar untuk diubah kepada perilaku yang lebih baik dan diterima

dilingkungannya.

b. Konsep Pokok

Menurut Kurnanto (2013: 62-63) dalam layanan konseling

kelompok dengan pendekatan behavioristik terdapat beberapa konsep

pokok yaitu sebagai berikut:

1) Pemusatan pada perilaku yang tampak dan khusus

Dalam hal ini konselor kelompok meminta para konseli untuk

mengkhususkan perilaku apa yang benar-benar yang ingin

diubahnya, dan perilaku baru yang ingin diperolehnya.

2) Tujuan terapeutik yang tepat

Dalam hal ini, tugas konselor kelompok adalah merinci dan

memilih tujuan yang khusus, kongkrit, dan dapat diukur yang dapat

ditelusuri dengan sistematik.

3) Perumusan rancangan kegiatan dan penerapan metode-metode

yang berorientasi tindakan

Para anggota diharapkan melakukan sesuatu, bukan hanya

memperthatikan secara pasif dan terlena dalam introspeksi saja.

Meskipun wawasan kognitif dan emosional dihargai dalam

xxvii
pendekatan ini, dan mendengarkan secara aktif serta pemahaman

yang empatik dianggap sebagai keterampilan konseling yang

penting, akan tetapi konseli harus diajar untuk melakukan tindakan

khusus apabila perubahan perilaku itu diinginkan.

4) Penilaian obyektif terhadap hasil dan balikan

Penilaian kemajuan konseling merupakan suatu proses yang terus

menerus dan berkesinambungan, karena penilaian itu bukan saja

diarahkan kepada hasil konseling, melainkan juga diarahkan

kepada keberhasilan dan efektivitas prosedur dan teknik yang

digunakan.

c. Karakteristik Konseling Behavioural

Konseling behavioural menurut Latipun (2015:96) memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1) Berfokus pada perilaku yang tampak dan spesifik.

2) Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapeutik.

3) Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan

masalah konseli.

4) Penaksiran objektif atas tujuan terapeutik.

Senada dengan yang dinyatakan oleh Latipun, Corey (2007: 196) juga

menyatakan bahwa karakteristik konseling behavioral yaitu:

xxviii
1) Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan

spesifik.

2) Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment.

3) Perumusan prosedur treatment yang spesifik sesuai dengan

masalah.

4) Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi.

Dari pendapat para ahli diatas nampak jelas bahwa pusat

perhatian konseling behaviour adalah pada perilaku yang tampak.

Sedangkan perilaku yang idak tampak dan bersifat umum harus

dirumuskan kembali agar menjadi lebih spesifik

d. Tujuan Konseling Behaviour

Tujuan konseling behavioral menurut Makmun (2014:62)

berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yaitu:

1) Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.

2) Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.

3) Memberi pengalaman berlajar yang adaptif namun belum

dipelajari.

4) Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang

merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respon-repon yang

baru yang lebih sehat dan sesuai (Adjustive).

Menurut Gantina, dkk (2014: 156) tujuan konseling behaviour

juga berorientasi pada pengubahan perilaku konseli, yaitu:

xxix
1) Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.

2) Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.

3) Memberi pengalaman berlajar yang adaptif namun belum

dipelajari.

4) Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang

merusak diri atau maladpatif dan mempelajari respon-repon yang

baru yang lebih sehat dan sesuai (Adjustive).

5) Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang

maladaptif, memperkuat serta mempertahankan yang diinginkan.

6) Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran

dilaksanakan bersama antara konseli dan konselor.

Menurut Willis (2013: 70) tujuan konseling behaviour adalah

untuk membantu konseli membuang respon-respon yang lama merusak

diri, dan mempelajari respon-repson baru yang lebih sehat. Selain itu,

tujuan konseling behaviour untuk memperoleh perilaku baru,

mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta

mempertahankan perilaku yang diinginkan.

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan

dari konseling behaviour yaitu membantu konseli menyelesaikan

masalah yang berhubungan dengan perilaku dengan mengubah

perilaku-perilaku maladaptif menjadi perilaku baru yang adaptif serta

memperkuat perilaku baik sesuai yang diinginkan.

xxx
e. Tahapan Konseling Behaviour

Tahap konseling berhavior menurut Gantina, dkk (2014: 157) dibagi

menjadi empat tahap yaitu:

1) Melakukan Assessment

Tahap assessment dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apa

yang dilakukan oleh konseli pada saat itu. Terdapat tujuh informasi

yang diungkap atau digali dalam asesmen, yaitu:

a) Analisis tingkah laku yang bemasalah yang dialami konseli saat

ini. Tingkah laku yang dianalisis adalah tingkah laku yang

khusus.

b) Analisis situasi yang didalamnya masalah konseli terjadi.

Analisis itu mencoba untuk mengidentifikasi peristiwa yang

mengawali tingkah laku dan mengikutinya (antecendent dan

consequence) sehubungan dengan masalah konseli.

c) Analisis motivasional

d) Analisis self control, yaitu tingkat konrol diri konseli terhadap

tingkah laku bermasalah ditelusuri atas dasar bagaimana

kontrol itu dilatih dan atas dasar kejadian-kejadian yang

menentukan keberhasilan self-control.

e) Analisis hubungan sosial, yaitu orang lain yang dekat dengan

kehidupan konseli diidentifikasi juga hubungannya orang

xxxi
tersebut dengan konseli. Metode yang digunakan untuk

mempertahankan hubungan tersebut dianalisis juga.

f) Analisis lingkungan fisik-sosial budaya. Analisis tersebut atas

dasar norma-norma dan keterbatasan lingkungan.

2) Menetapkan Tujuan (Goal Setting)

Konselor dan konseli menentukan tujuan konseling sesuai

dengan kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah

disusun dan dianalisis. Dalam menetapkan tujuan atau goal setting

terdapat tiga langkah yang hendaknya dilakukan, yaitu:

a) Membantu konseli untuk memandang masalahnya atas dasar

tujuan yang diinginkan.

b) Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan

hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat

diterima dan dapat diukur.

c) Memecahkan tujuan ke dalam sub-tujuan dan menyusun tujuan

menjadi susunan yang berurutan.

3) Implementasi Teknik (Technique Implementation)

Konselor dan konseli menentukan strategi belajar yang

terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku

yang diinginkan. Konselor dan konseli mengimplementasikan

teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami oleh

konseli (tingkah laku excessive atau deficit). Dalam implementasi

xxxii
teknik konselor membandingkan tingkah laku antara baseline data

dengan data intervensi.

4) Evaluasi dan Pengakhiran (Evaluation – Termination)

Evaluasi konseling behavioral merupakan proses yang

berkesinambungan. Tingkah laku konseli digunakan sebagaidasar

untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu

dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih dari sekedar

mengakhiri konseling yang meliputi:

a) Menguji apa yang konseli lakukan terakhir

b) Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan

c) Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam

konseling ke tingkah laku konseli.

d) Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah

laku konseli.

f. Teknik-teknik Konseling dalam Pendekatan Behavioral

Dalam pendekatan behavioral, terdapat dua jenis teknik

koseling yaitu, teknik untuk meningkatkan tingkah laku dan teknik

untuk menurunkan tingkah laku. Adapun teknik-teknik konseling

tersebut telah dijabarkan oleh Gantina (2016:161) diantaranya teknik

untuk meningkatkan tingkah laku yang meliputi: penguatan positif,

token economy, pembentukan tingkah laku (shaping), dan pembuatan

kontrak (contingency contracting). Sedangkan teknik untuk

menurunkan tingkah laku meliputi: penghapusan (extinction), time-out,

xxxiii
pembanjiran (flooding), penjenuhan (satiation), hukuman

(punishment), terapi aversi (aversive therapy), dan disensitisasi

1) Penguatan Positif (Positive Reinforcement)

Penguatan positif adalah memberikan penguatan yang

menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan

yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan

diulang, meningkat dan menetap di masa yang akan datang

2) Kartu Berharga (Token Economy)

Kartu berharga (token economy) merupakan teknik

konseling behaviour yang didasarkan pada prinsip operant

conditioning Skinner yang termasuk di dalamnya adalah

penguatan. Token economy adalah strategi menghindari pemberian

reinforcement secara langsung, token merupakan penghargaan

yang dapat ditukar kemudian dengan berbagai barang yang

diinginkan oleh konseli.

3) Pembentukan Tingkah Laku (Shaping)

Shaping adalah membentuk tingkah laku baru yang

sebelumnya belum ditampilkan dengan memberi reinforcement

secara sistematik dan langsung setiap kali tingkah laku

ditampilkan. Tingkah laku akan diubah secara bertahap dengan

xxxiv
memperkuat unsur-unsur kecil tingkah laku baru yang diinginkan

secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir.

4) Pembuatan Kontrak (Contingency Contracting)

Pembuatan kontrak adalah mengatur kondisi sehingga

konseli menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan

kontrak antara konseli dan konselor.

5) Penokohan (Modeling)

Modeling berakar dari teori Albert Bandura dengan teori

belajar sosial. Modeling merupakan belajar melalui observasi

dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang

teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus,

melibatkan proses kognitif

6) Pengelolaan Diri (Self Management)

Pengelolaan diri adalah prosedur di mana individu

mengatur perilakunya sendiri. Pada teknik ini individu terlibat pada

beberapa atau keseluruhan komponen dasar yaitu: menentuan

perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur

yang akan diterapkan, melaksanakan prosedur tersebut, dan

mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut.

7) Penghapusan (Extinction)

Penghapusan adalah menghentikan reinforcement pada

tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement

8) Time Out

xxxv
Merupakan teknik menyisihkan peluang individu untuk

mendapatkan penguatan positif. Teknik ini biasa digunakan di

kelas, dimana siswa yang berperilaku tidak diharapkan diasingkan

atau dipindahkan dari siswa-siswa yang lain pada waktu yang

spesifik dan terbatas. Sehingga dalam keadaan terasing, individu

tidak lagi berupaya untuk melakukan perilaku yang dapat menarik

perhatian guru maupun teman-temannya.

9) Pembanjiran (Flooding)

Pembanjiran (flooding) adalah membanjiri konseli dengan

situasi atau penyebab kecemasan atau tingkah laku yang tidak

dikehendaki, sampai konseli sadar bahwa yang dicemaskan tidak

terjadi

10) Penjenuhan (Satiation)

Penjenuhan adalah varian flooding untuk self control.

Penjenuhan adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah

laku, sehingga tidak lagi bersedia melakukannya.

11) Hukuman (Punishment)

Teknik ini merupakan intervensi operan-conditioning yang

digunakan konselor untuk mengurangi tingkah laku yang tidak

diinginkan. Hukuman terdiri dari stimulus yang tidak

menyenangkan sebagai konsekuensi dari tingkah laku.

12) Terapi Aversi (Aversive Therapy)

xxxvi
Terapi aversi merupakam teknik yang bertujuan untuk

meredakan gangguan-gangguan behaviour yang spesifik,

melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu

stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak

diinginkan terhambat kemunculannya. Stimulus aversi biasanya

berupa hukuman dengan kejutan listrik atau ramuan yang membuat

mual.

13) Disensitisasi Sistematis

Teknik ini digunakan untuk menghapus rasa cemas dan

tingkah laku menghindar. Disensitisasi sistematis dilakukan dengan

menerapkan pengkondisisan klasik yaitu dengan melemahkan

kekuatan stimulus penghasil kecemasan, gejala kecemasan bisa

dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus.

3. Burnout Belajar

a. Pengertian Burnout belajar

Pines dan Aronson (1989) mendefinisikan burnout sebagai

suatu keadaan individu yang mengalami kelelahan secara fisik,

emosional dan mental. Sedangkan definisi yang diberikan Syah (2005)

xxxvii
secara harfiah, arti kejenuhan (burnout) ialah padat atau penuh

sehingga tidak mampu lagi memuat apapun.

Istilah kejenuhan (burnout) juga dapat diartikan sebagai suatu

keadaan keletihan (exhaustion) fisik, emosional dan mental dimana

cirinya sering disebut physical depletion, dengan perasaan tidak

berdaya dan putus harapan, keringnya perasaan, konsep diri yang

negatif dan sikap negatif yang identik dengan distress, discontent, dan

perasaan gagal untuk mencapai tujuan ideal (Suwarjo & Diana Septi

Purnama, 2014:12). Individu yang sedang jenuh akan mengalami rasa

ketidakberdayaan, dimana akan terlihat seperti sudah tidak ada jalan

dan rasa malas dalam mengejar tujuan diri.

Sedang jika dikaitkan dengan proses belajar, maka kejenuhan

belajar sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi mental di

mana seseorang merasa dihinggapi kebosanan yang amat sangat untuk

melakukan tugas-tugas rutin yang sudah sejak lama di lakukan (Ipt Edi

Sutarjo, Dewi Arum WMP dan Ni.Kt Suarni, 2014:2). Kebosanan ini

diakibatkan tugas yang terlalu berat dan cenderung menguras akal

siswa untuk terus berpikir.

Definisi lain dari Zunita Eka K & Elisabeth C (2014:4)

menyatakan kejenuhan belajar merupakan suatu kondisi dimana siswa

merasa bosan, lelah, kurang perhatian dalam belajar, tidak ada minat

dan motivasi serta tidak mendatangkan hasil. Dari sini dapat dipahami

bahwa siswa yang tidak juga mendapatkan kemajuan dari proses

xxxviii
belajarnya, tidak menutup kemungkinan hal ini disebabkan oleh faktor

kejenuhan yang dialami siswa. Gejala ini harus segera mendapat

perhatian dari guru agar dampak kejenuhan belajar yang terjadi, tidak

menjadi semakin besar.

Sedang pendapat yang sering dijadikan rujukan untuk

menjelaskan definisi kejenuhan belajar secara spesifik adalah dari

Muhibbin Syah (2003:180).

“Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga


tidak mampu lagi memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat
berarti jemu atau bosan .... jenuh belajar yang dalam psikologi
lazim disebut learning plateu atau plateu (baca: platou) saja.
Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang
dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa
tersebut merasa telah memubazirkan usahanya”

Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa

burnout belajar adalah suatu kondisi kelelahan fisik, kelelahan

emosional, kelelahan kognitif dan kehilangan motivasi yang

menyebabkan kebosanan dan stres dalam belajar.

b. Faktor penyebab burnout belajar

Menurut Hakim (2004) faktor penyebab kejenuhan belajar

adalah:

1) Cara atau metode yang tidak bervariasi

2) Belajar hanya ditempat tertentu

xxxix
3) Suasana belajar yang tidak berubah-ubah

4) Kurang aktifitas rekreasi atau hiburan

5) Adanya ketegangan mental kuat dan berlarut-larut pada saat

belajar.

Slivar (2001:22-23) juga telah berusaha menjabarkan penyebab

kejenuhan belajar yakni:

1) Work overload : ditandai dengan terlalu banyaknya tugas yang

harus dikerjakan peserta didik sehingga menyebabkan siswa

merasa terbebani secara berlebihan.

2) Lack of control : kurangnya kesempatan yang diberikan guru agar

murid lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran serta metode yang

digunakan guru kurang kreatif.

3) Insufficient reward : kurangnya pemberian reward terhadap siswa

yang melakukan tugas dengan baik sebagai penambah motivasi.

Selain itu sekolah kurang memberikan penguatan untuk siswa agar

memiliki penghargaan terhadap pencapaian diri.

4) Breakdown in community : kurangnya rasa nyaman ketika

berhubungan sosial di sekolah, baik dengan teman sebaya maupun

dengan guru.

5) Absence in fairness : Ekspektasi yang tinggi dari keluarga

menimbulkan rasa khawatir akan kegagalan dalam studi, meskipun

di sekolah sering terjadi ketidakadilan yang dialami siswa terutama

dalam hal penilaian.

xl
6) Conflicting value : adanya konflik nilai yang dibawa anak dari

rumah dengan nilai yang diajarkan di sekolah, serta konflik nilai

antara anak dan guru.

c. Aspek-Aspek Burnout Belajar

Menurut Hakim (2004) kejenuhan belajar juga mempunyai

tanda-tanda atau gejala-gejala yang sering dialami yaitu timbulnya rasa

enggan, malas, lesu dan tidak bergairah untuk belajar.

Sedangkan menurut Reber (dalam muhibbin syah, 2010)

gejala-gejala kejenuhan belajar yaitu:

1) Merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh

dari proses belajar tidak ada kemajuan. Siswa yang mulai

memasuki kejenuhan dalam belajarnya merasa seakan-akan

pengetahuan dan kecakapan yang diperolehnya dalam belajar tidak

meningkat, sehingga siswa merasa sisa-sia dengan waktu

belajarnya.

2) Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan

dalam memproses informasi atau pengalaman, sehingga mengalami

stagnan dalam kemajuan belajarnya. Seorang siswa yang sedang

dalam keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja

sebagaimana yang diharapkan dalam memproses berbagai

informasi yang diterima atau pengalaman baru yang didapat.

3) Kehilangan motivasi dan konsolidasi. Siswa yang dalam keadaan

jenuh merasa bahwa dirinya tidak lagi mempunyai motivasi yang

xli
dapat membuatnya bersemangat untuk meningkatkan

pemahamannya terhadap pelajaran yang diterimanya atau

dipelajarinya.

Menurut Maslach dan Leiter (dalam Muna 2013)

mengemukakan bahwa burnout mempunyai tiga aspek yang terdapat

pada Maslach Burnout Inventory-Student Survey (MBI-SS) yaitu:

1) Keletihan emosi (emotional exhaustion), yang ditunjukkan dengan

sering merasa lelah, frustasi, mudah tersinggung, sedih, putus asa,

tidak berdaya, merasa tertekan, mudah marah, dan perasaan tidak

nyaman dalam melakukan tugas-tugas sekolah.

2) Depersonalisasi (cynism), yaitu menjauhnya individu dari

lingkungan sekitar, merasa tidak mampu bersosialisasi terhadap

orang lain, mudah menegeluh setiap hari, merasa tidak perduli

dengan orang lain, emosi tidak terkontrol, kehilangan harapan

dalam belajar, merasa terjebak, dan merasa gagal.

3) Menurunnya keyakinan akademik (reduce academic efficacy),

ditandai dengan perasaan rendah dirii terhadap dirinya sendiri,

kehilangan semangat belajar, merasa tidak kompeten, individu

mengalami ketidak puasan terhadap prestasi yang didapat dan

merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi

dirinya dan orang lain.

d. proses terbentuknya burnout belajar

xlii
Kejenuhan tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan terbentuk

melalui sekian proses yang dialami individu dalam beberapa waktu.

Hal tersebut seperti yang dijabarkan Freudenberger (Kraft, 2006:31;

Bährer-Kohler, 2012:52) mengenai 12 tahap pembentukan kejenuhan

yakni : 1) keharusan untuk membuktikan diri, 2) bekerja lebih keras, 3)

melalaikan kebutuhan dasar, 4) kesenjangan konflik, 5) perubahan

nilai, 6) penolakan terhadap masalah yang muncul, 7) penarikan diri,

8) perubahan perilaku yang tampak, 9) depersonalisasi, 10)

kekosongan dalam diri, 11) depresi, dan 12) sindrom burnout. Adapun

dalam kejenuhan belajar, prosesnya adalah sebagai berikut:

1) A compulsion to prove oneself, Siswa ingin menunjukkan prestasi,

baik akademik maupun non akademik secara sempurna.

2) Working harder, Siswa ingin membuktikan bahwa dirinya mampu

mengerjakan tugas secara sempurna dengan kemampuan yang

dimiliki tanpa bantuan orang lain

3) Neglecting their needs, Siswa beranggapan bahwa untuk

membuktikan kemampuannya, mereka harus mengorbankan

kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti tidur, makan dan

berkunjung dengan teman maupun keluarga.

4) Displacement of conflicts, Siswa menyadari bahwa ada masalah

yang sedang dialami, akan tetapi sumber masalah tersebut tidak

diketahui. Gejala kejenuhan belajar mulai muncul pada tahap ini.

xliii
5) Revision of values, Nilai-nilai yang dianut siswa mulai berubah,

dimana siswa mulai menyampingkan hobi dan teman dari

kehidupan sehari-hari.

6) Denial of emerging problems, siswa mulai tidak memiliki toleransi

dimana mereka mulai menganggap temannya bodoh, malas, terlalu

tergantung atau tidak disiplin. Kontak sosial mulai menyempit

yang ditandai dengan sinisme, perlawanan dan persaingan semakin

terlihat.

7) Withdrawal, siswa mengurangi kontak sosial sampai batas

terendah, menjadi individu yang tertutup terhadap lingkungan.

Mereka merasa semakin tidak memiliki arah dan harapan sehingga

banyak yang melampiaskan ke alkohol dan obat-obatan terlarang.

8) Obvious behavioural changes, siswa menjadi penakut, pemalu dan

apatis dan mereka merasa dirinya tidak berharga

9) Depersonalization, siswa kehilangan dirinya sendiri dan tidak

dapat mencerna nilai-nilai dari lingkungannya lagi. Pada tahap ini

pandangan mereka hanya terbatas pada masa kini.

10) Inner emptiness, kekosongan dalam diri siswa berkembang

semakin buruk dimana siswa semakin putus asa. Reaksi yang

berlebihan seperti melakukan tindakan yang menjurus pada

seksualitas, terlalu banyak makan serta memakai alkohol dan obat-

obatan terlarang

xliv
11) Depression, pada fase ini siswa menjadi acuh tak acuh, lelah, putus

asa dan merasa bahwa masa depan tidak ada artinya.

12) Burnout syndrome, siswa korban burnout memiliki kecenderungan

untuk menghentikan belajarnya untuk keluar dari situasi

kejenuhannya bahkan sampai putus sekolah.

B. Kerangka Berpikir

Menurut pandangan behaviouristik, setiap orang memiliki

kencenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama. Menurut

Corey (2007: 195) mengemukakan bahwa manusia pada dasarnya dibentuk

dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Tingkah laku individu yang

bermasalah merupakan tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif yang

tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tingkah laku negatif tersebut bisa

muncul melalui proses interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Dalam interaksi dengan lingkungannya, setiap individu mengalami

proses belajar. Tingkah laku yang bermasalah merupakan hasil dari proses

belajar yang salah pada individu yang mengakibatkan individu memiliki

respon yang negatif dari lingkungannya. Selain di dalam lingkungan keluarga,

sekolah menjadi salah satu tempat yang sangat berperan penting bagi siswa.

Dalam hal ini proses dan metode belajar yang kurang tepat serta

kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat menjadi faktor

penyebab munculnya burnout belajar.

xlv
Burnout belajar yang dialami siswa muncul sebagai akibat dari proses

belajar yang tidak tepat misalkan tidak dapat menyesuaikan diri dengan

peraturan sekolah, metode pengajaran yang tidak disenangi, tidak suka dengan

guru, hingga faktor lain seperti kurangnya fasilitas belajar atau fasilitas

pendukung belajar lainnya. Sehingga mereka mengalami penurunan motivasi

belajar.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan konseling

kelompok dengan pendekatan behaviour sebagai upaya mengurangi burnout

belajar pada siswa. Burnout belajar pada umumnya sangat dengan mudah

dialami oleh kebanyakan siswa. Sebagian dari siswa yang mengalami

kejenuhan disebabkan oleh beberapa faktor yang sama sehingga konseling

kelompok bisa menjadi salah satu alternatif untuk menekan adanya kejenuhan

belajar. Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses hubungan

antar pribadi yaitu konselor dan konseli yang menekankan pada proses

berpikir secara sadar, perasaan-perasaan, dan perilaku anggota di dalam

kelompok yang berorientasi pada pengembangan individu, pencegahan dan

pengentasan masalah.

Layanan Konseling kelompok menggunakan pendekatan behaviour

yang merupakan salah satu pendekatan dalam konseling yang memfokuskan

pada perubahan tingkah laku konseli. Pendekatan behaviour menitikberatkan

pada perilaku yang nampak, dapat diamati dan dapat diukur. Melalui layanan

konseling kelompok menggunakan pendekatan behaviour dapat membantu

siswa mengubah perilaku atau respon yang merugikan menjadi berkurang

xlvi
serta diharapkan dapat dihilangkan dari konseli. Selain itu, melalui konseling

kelompok konselor membantu siswa untuk meningkatkan motivasi belajar

sehingga burnout dalam belajar bisa teratasi.

Selanjutnya peneliti membuat skema kerangka berpikir seperti

gambar berikut:

Layanan
Konseling
Tingkat
Tingkat Kelompok
burnout belajar
burnout belajar Menggunakan
siswa
siswa tinggi Pendekatan
berkurang
Behaviour

Gambar 1.
Kerangka Berfikir

C. Perumusan Hipotesis

1. Pengertian Hipotesis

Secara etimologis, hipotesis terdiri dari kata hypo dan thesis. Hypo

berarti di bawah dan thesa berarti kebenaran.

Saifuddin Azwar (2010: 49) hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap pertanyaan peneliti.

Suharsimi (2010: 110) berpendapat bahwa hipotesis adalah suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan peneliti, sampai

terbukti melalui data yang terkumpul.

xlvii
Menurut Sugiyono (2011: 64), hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Jadi dapat dinyatakan hipotesis sebagai jawaban

teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang

empiris.

2. Macam-macam Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 112) ada dua jenis hipotesis

yang digunakan dalam penelitian yaitu:

a. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha.

Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y,

atau adanya perbedaan antara dua kelompok.

b. Hipotesis nol (nul hypotheses) disingkat Ho, sering juga disebut

hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang

bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol

menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak

adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

3. Hipotesis yang diajukan

xlviii
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha : konseling kelompok

dengan pendekatan behavioural efektif untuk mengurangi burnout belajar

siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta.

BAB III

xlix
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat penelitian

1. Waktu

Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah Bulan November 2018

Hingga Maret 2022

2. Tempat Penelitian

Adapun tempat yang digunakan adalah SMP Negeri 7 Yogyakarta yang

beralamatkan di Jln. Wiratama no. 2, Tegalrejo, Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian

1. Pengertian Variabel

Sugiyono (2011: 38), mengemukakan bahwa variabel penelitian

adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Suharsimi Arikunto (2013: 161) menyatakan bahwa variabel

adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian.

Berdasarkan definisi pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

variabel adalah objek penelitian yang memiliki variasi yang ditetapkan

oleh peneliti dan menjadi titik perhatian suatu penelitian.

l
2. Macam-macam Variabel Penelitian

Sugiono (2016: 61-64) membagi variabel menjadi beberapa

macam, yaitu:

a. Variabel Independen

Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya dependen (terikat).

b. Variabel Dependen

Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas

c. Variabel Modeator

Variabel moderator yaitu variabel yang mempengaruhi

(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen

dengan dependen. Variabel ini disebut juga variabel independen kedua.

d. Variabel Intervening

Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis

mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen

menjadi hubungan yang tidak langsung dan diamati serta tidak teratur.

e. Variabel Control

Variabel control yaitu variabel yang dikendalikan atau dibuat

konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen

tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang diteliti.

li
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 162), macam variabel

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel tidak bebas

(variabel terikat)

b. Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya

(variabel bebas)

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yang terdiri dari

variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel bebas (independen) : Layanan konseling kelompok

menggunakan pendekatan behaviour

b. Variabel terikat (dependen) : Perilaku burnout belajar

C. Metode Penentuan Subjek

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 173), populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian.

Menurut Sugiyono (2011: 80), populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Zainal Arifin (2011: 215), populasi atau universe adalah

keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai

maupun hal-hal yang terjadi.

lii
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa populasi merupakan jumlah keseluruhan obyek penelitian yang

dapat digunakan sebagai sumber data dan menjadi wilayah generalisasi.

Dalam penelitian ini, populasi yang menjadi sasaran adalah seluruh

siswa kelas VIII SMP negeri 7 Yogyakarta. Adapun jumlah populasi

penelitian ini sebanyak 204 siswa yang terdiri dari siswa kelas VIII A

hingga VIII F.

Daftar Tabel Populasi Kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta Tahun

Pelajaran 2020/2021

Tabel 1
Daftar Populasi Kelas VIII SMP N 7 Yogyakarta

Kelas Jumlah
VIII A 34 Siswa
VIII B 34 Siswa
VIII C 34 Siswa
VIII D 34 Siswa
VIII E 34 Siswa
VIII F 34 Siswa
Jumlah 204 Siswa

Dalam penelitian ini, populasi yang menjadi sasaran adalah seluruh

siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta. Adapun jumlah populasi

penelitian yaitu sebanyak 204 siswa yang terdiri dari siswa siswa kelas

VIII A hingga kelas VIII F. Namun demikian yang dijadikan subyek

penelitian adalah berupa sampel, yaitu sebagian siswa untuk mewakili

keseluruhan siswa.

liii
2. Sampel

Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data

disebut sampel atau cuplikan (Sukardi, 2016: 54). Sejalan dengan

pendapat Zainal Arifin (2011: 215) bahwa sampel adalah sebagian dari

populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel

adalah populasi dalam bentuk mini (miniatur population).

Menutut Sugiyono (2016: 118) sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, sampel

merupakan bagian kecil atau wakil dari populasi yang akan diteliti atau

yang akan dijadikan obyek dalam penelitian.

3. Teknik Pengambilan dan Penentuan Sampel

Melihat jumlah populasi dalam penelitian ini cukup banyak dan

memungkinkan untuk dilakukan penarikan sampel,maka dilakukan

penarikan sampel dari populasi sebagai subjek dalam penelitian ini.

Sugiyono (2016: 82-86) mengemukakan bahwa teknik sampling

pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Probability Sampling

Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Teknik Probability Sampling meliputi:

1) Simple Random Sampling. Dikatakan Simple (sederhana) karena

pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa

liv
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian

dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen

2) Proportionate Stratified Random sampling. Teknik ini digunakan

bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan

berstrata secara proporsional.

3) Disproportionate Stratified Random Sampling. Teknik ini

digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi

berstrata tetapi kurang proporsinal.

4) Cluster Sampling (Area Sampling). Teknik sampling daerah

digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti

atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara,

propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang

akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya

berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

b. Nonprobability Sampling

Nonprobability Sampling adalah teknik yang tidak memberi

peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel Nonprobability

Sampling meliputi:

1) Sampling Sistematis. Sampling Sistematis adalah teknik penentuan

sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi

nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang.

Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu 1 sampai dengan

lv
nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor

ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,

misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang

diambil sebagai sampel adalah nomor 5, 10, 15, 20, dan seterusnya

sampai 100.

2) Sampling Kuota. Sebuah teknik untuk menentukan sampel dari

populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)

yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian

tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat

dalam urusan Ijin Memandirikan Bangunan. Jumlah sampel yang

ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan

pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai,

karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.

3) Sampling Insidental. Sampling insidental adalah teknik penentuan

sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti agar digunakan sebagai sampel,

bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai

sumber data.

4) Sampling Purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan

penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih

adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja. Sampling

purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

lvi
tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin

pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam

bidang kepegawaian saja.

5) Sampling Jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini

sering dilakukan apabila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari

30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua

anggota populasi dijadikan sampel.

6) Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah teknik penentuan

sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini

disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu

seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

Dari beberapa teknik pengambilan sampel diatas, maka dalam

penelitian ini peneliti menggunakan Nonprobability Sampling dengan

teknik Sampling Purposive. Teknik Sampling Purposive merupakan

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, yang

diperoleh dengan cara menetapan tujuan sampel terlebih dahulu.

Peneliti memiliki kriteria dan pertimbangan tertentu terhadap

pengambilan sampel yaitu sampel yang memiliki burnout belajar yang

tinggi. Sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil 5 siswa kelas

VIII yang merupakan siswa dengan tingkat burnout belajar kategori

sedang hingga tinggi. Pengambilan sampel tersebut berdasarkan pada

lvii
hasil konsultasi dengan guru pembimbing maupun guru BK di SMP N

7 Yogyakarta.

D. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimen. Menurut Sugiono (2016: 72) metode penelitian eksperimen dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Macam-macam metode eksperimen dikelompokan menjadi 4 yaitu:

1. Pre-Experimental Design

Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena

belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat

variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel

dependen. Metode ini meliputi:

a. One-Shoot Case Study ( Studi Kasus Satu tembakan)

Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi

treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment

adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel

dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa

jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.

b. One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)

Pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan

demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

lviii
c. Intact-Group Comparison

Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk

penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk

eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok

kontrol (yang tidak diberi perlakuan).

2. True Experimental Design

True experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul)

karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar

yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Ciri utama dari true

experimental adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih

secara random. Desain true experimental terbagi atas:

a. Posstest-Only Control Design

Desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara

random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok

lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok

eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut

kelompok kontrol.

b. Pretest-Posttest Control Group Design

Desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random,

kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah

perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

lix
3. Factorial Design

Desain faktorial merupakan modifikasi dari design true

experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel

moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap

hasil (variabel dependen).

4. Quasi Experimental Design

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true

experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai

kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan

eksperimen. Quasi Experimental Design terbagi atas:

a. Time Series Design

Desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak

dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok

diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui

kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan.

Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan jelas,

maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya

menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan

kelompok kontrol.

b. Nonequivalent Control Group Design

lx
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group

design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol tidak dipilih secara random.

Berdasarkan bentuk desain eksperimen diatas, maka dalam penelitian

ini menggunakan pre experimental design dengan metode One – Group

Pretest-Posttest Design yang artinya subyek diobservasi dua kali. Penelitian

desain ini digunakan untuk mengukur Burnout belajar pada peserta didik.

Untuk itu, pengukuran Burnout belajar dilakukan sebanyak dua kali yaitu

sebelum dan sesudah diberikan pendekatan behaviour. Sebelum diberikan

layanan bimbingan dan konseling, dilakukan pengukuran (pretest) dengan

menggunakan angket untuk melihat tingkat Burnout belajar pada peserta

didik, kemudian diberikan perlakuan dengan layanan dengan pendekatan

behaviour. Setelah itu dilakukan pengukuran kembali (posttest) dengan

diberikan angket yang sama, untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh setelah

diberikannya pendekatan behaviour terhadap subjek yang diteliti tersebut.

Desain ini secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2

Gambar 2.
Skema Rencana Pelaksanaan Penelitian

lxi
Keterangan :

O1 : Pre-test (periaku burnout belajar sebelum treatment)

X : Treatment (layanan konseling kelompok menggunakan teknik

behaviour)

O2 : Post-test (perilaku belajar setelah treatment)

Tahap-tahap rancangan penelitian yang akan dilaksanakan dibagi

menjadi 3 tahapan, yaitu:

1. Tahapan Pre-test

Dalam kegiatan ini peneliti memberikan angket seputar burnout

belajar untuk mengetahui tingkat perilaku burnout siswa kelas VIII SMP

Negeri 7 Yogyakarta sebelum diberikan perlakuan. Pre-test ini diberikan

kepada sampel yang telah ditentukan. Setelah diberi pre-test kemudian

dari sampel siswa tersebut diberikan konseling kelompok menggunakan

pendekatan behaviour.

2. Pemberian Treatment

Pemberian treatment berupa layanan konseling kelompok

menggunakan pendekatan behaviour akan dilaksanakan dalam enam kali

pertemuan.

3. Tahapan Post-test

Dalam kegiatan ini peneliti memberikan angket perilaku burnout

belajar kembali kepada konseli setelah pemberian treatment. Setelah itu

lxii
membandingkan prosentase hasil dari Inventori perilaku burnout antara

sebelum dan sesudah pemberian treatment

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 262) menyebutkan metode

pengumpulan data ada beberapa jenis yaitu tes, angket atau kuesioner,

observasi, wawancara, skala bertingkat, dokumentasi.

Untuk memperoleh data penelitian diperlukan alat bantu berupa

instrumen. Dimana dalam hal ini Menurut Suharsimi (2010: 203) instrumen

penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah.

Dalam penelitian ini metode dan teknik pengumpulan data yang

digunakan yaitu metode observasi untuk mengamati tingkah laku siswa pada

saat treatment dan metode angket untuk mengukur skala burnout pada siswa.

Pemilihan angket dalam penelitian ini berdasar pada kelebihan angket yang

dikemukakan oleh suharsimi arikunto (2010: 195) yaitu:

1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan

menurut waktu senggang responden

4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu

menjawab.

lxiii
5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua resonden dapat diberi

pertanyaan yang benar-benar sama.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 195) jenis-jenis angket, sebagai berikut :

1. Dipandang dari cara menjawab, yaitu :

a. Angket terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk

menjawab dengan kalimatnya sendiri.

b. Angket tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih.

2. Dipandang dari jawaban yang diberikan, yaitu :

a. Angket langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.

b. Angket tak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang

lain.

3. Dipandang dari bentuknya, yaitu:

a. Angket pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan angket

tertutup.

b. Angket isian, yang dimaksud adalah angket terbuka.

c. Check list, sebuah daftar, dimana respoden tinggal membubuhkan

tanda check pada kolom yang sesuai.

d. Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh

kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai

dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.

Dalam penelitian ini jenis angket yang digunakan merupakan angket

tertutup dan angket langsung. Dengan demikian, responden dapat langsung

lxiv
menjawab tentang dirinya sendiri. Selain itu,responden tinggal memilih

jawaban yang sudah disediakan.

F. Instrument Penelitian

1. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)

yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran

pengamatan (Anas Sudijono, 2006: 76).

Dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi terstruktur agar

memudahkan dalam pengamatan. Observasi terstruktur adalah observasi

yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati,

kapan, dan dimana tempatnya (Sugiono, 2016: 146). Jadi observasi

terstruktur telah disusun terlebih dahulu mengenai hal-hal apa saja yang

akan diamati yaitu pedoman observasi selama proses treatment untuk

mengetahui hasil atau pengaruh konseling kelompok dengan pendekatan

behaviour untuk mengurangi burnout belajar.

Layanan konseling kelompok pendekatan behaviour adalah suatu

proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli melalui

wawancara konseling dalam suasana kelompok dimana pemusatan

permasalahan pada perilaku yang tampak yaitu burnout belajar yang

berorientasi pada teratasinya masalah perilaku tersebut dan bertujuan

mengubah perilaku bermasalah tersebut.

lxv
Pemberian treatment melalui Layanan Konseling kelompok pada

penelitian ini dilaksanakan secara tatap muka online melalui aplikasi

Google Meet. Hal ini dikarenakan, penelitian dilaksanakan pada masa

Pandemi Covid-19 yang mengharuskan segala kegiatan pembelajaran

dilakukan secara online dan membatasi interaksi secara langsung.

Adapun indikator yang akan diamati pada saat proses konseling

kelompok melalui Google Meet yaitu:

a. Pemahaman siswa terhadap konseling kelompok pendekatan

behaviour

b. Penyesuaian diri siswa dalam kelompok pada saat proses konseling

c. Perubahan tingkah laku yang tampak pada saat proses konseling

Tabel 2.
Pedoman Observasi Konseling Kelompok
Hasil Pengamatan
No Aspek Yang Diamati Tidak Ket.
Muncul
Muncul
1. Siswa memahami konseling
kelompok sebelum proses
konseling
2. Siswa berpartisipasi saat
mengikuti proses konseling
3. Siswa aktif saat proses
konseling
4. Siswa antusias saat
mengikuti konseling
5. Siswa bekerjasama antar
anggota selama konseling
6. Keterbukaan siswa terhadap
masalah burnout belajar
pada saat konseling
7. Siswa antusias untuk
mengurangi burnout belajar
saat konseling

lxvi
8. Siswa antusias setelah
mengikuti konseling
kelompok
9. Siswa memahami konseling
kelompok setelah proses
konseling

2. Angket dan Kuisioner

Angket atau yang sering dikenal dengan kuesioner yang

diterjemahkan dari istilah bahasa inggris “questionnaire” , adalah sebuah

daftar pertanyaan atau daftar pernyataan yang dibagikan kepada subjek

pemilik data untuk diisi atau dijawab (Suharsimi, 2017: 63).

Pendapat Senada juga dikemukaan Kusumah (2011: 78). Angket

adalah daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek yang di

teliti untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan peneliti.

Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan angket

merupakan instrument atau alat bantu bagi peneliti yang digunakan untuk

mendapatkan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian daam

bentuk pernyataan maupun pertanyaan yang dijawab oleh responden.

3. Prosedur Pembuatan Angket

Menurut Suharsimi (2010: 209) prosedur dalam pengadaan

instrumen yang baik adalah:

a. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel,

kategori variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan

dan pembuatan tabel spesifikasi.

lxvii
b. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala,

penyusunan pedoman wawancara.

c. Penyutingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman

mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang perlu.

d. Uji coba, baik dalam skala kecil maupun besar.

e. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan

saran-saran, dan sebagainya.

f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dan

mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.

Berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto diatas maka, penulisan

angket dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

a. Perencanaan dan penulisan butir soal

Dalam penyusunan angket, langkah awal yang dilakukan

adalah Mendefinisikan varibel, kemudian dari definisi variabel tersebut

dijabarkan menjadi beberapa indikator. Kedua hal tersebut yang

nantinya menjadi pedoman penyusunan kisi-kisi. Variabel yang

digunakan dalam pembuatan angket yaitu burnout belajar.

1) Definisi Variabel Burnout belajar

kejenuhan (burnout) belajar adalah suatu kondisi kelelahan fisik,

kelelahan emosional, kelelahan kognitif dan kehilangan motivasi

yang menyebabkan kebosanan dan stres dalam belajar.

2) Menjabarkan Definisi Menjadi Indikator

lxviii
Berdasarkan definisi mengenai Burnout belajar maka dapat

digolongkan menjadi beberapa indikator, diantaranya:

a) Kelelahan Fisik

b) Kelelahan Emosi

c) Menurunnya Keyakinan Akademik

d) Depersonalisasi

3) Membuat Kisi-kisi Angket Burnout Belajar

Tabel 3.
Kisi-kisi Angket Perilaku Burnout Belajar

No Aspek Indikator Item No item


1. Badan lelah dan letih setiap hari 3 1,26,27
Kelelahan
2. Sering sakit 3 2,3,28
Fisik
1. 3. Sulit tidur 2 4,29
(Physical
4. Nafsu makan terganggu 2 5,30
Exhaustion)
5. Jantung sering berdebar-debar 2 6,7
1. Mudah cemas 3 8,31,32
Kelelahan 2. Tertekan dalam belajar 3 9,33,47
Emosi 3. Mudah marah 2 10,34
2.
(Emotional 4. Tidak nyaman belajar di
3 11,35,48
Exhaustion) sekolah
5. Mudah putus asa dalam belajar 2 12,13
Menurunnya 1. Kehilangan semangat belajar 3 14,15,36
Keyakinan 2. Tidak puas terhadap prestasi 3 16,37,49
Akademik 3. Kehilangan manfaat belajar 2 17,38
3.
(Reduce 4. Perubahan kemampuan dalam
3 18,39,40
Academic belajar
Efficacy) 5. Menjadi rendah diri dalam 2 19,41

lxix
belajar
1. Mengalami kegagalan dalam
2 20,21
belajar
Depersonali
2. Tidak peduli dengan teman 2 22,42
4. sasi
3. Terjebak dalam belajar 3 23,43,44
(Cynism)
4. Kesulitan berkonsentrasi 2 24,45
5. Kehilangan harapan belajar 3 25,46,50

a) Penyusunan item atau butir soal

Setelah penyusunan kisi-kisi seperti pada tabel di atas, langkah

selanjutnya adalah menyusun butir-butir soal. Butir soal yang

disusun tentunya berpedoman pada kisi-kisi yang telah dibuat.

kisi-kisi yang telah disusun kemudian dijabarkan menjadi 50

butir soal yang berbentuk pernyataan negatif. Data angket

selengkapnya terlampir.

b) Penetapan skor

Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rating scale

(skala bertingkat) yang memiliki empat skala alternatif

jawaban. Skala alternatif jawaban tersebut bergerak dari tingkat

meninggi sampai merendah atau jika dijabarkan dalam bentuk

skor menjadi 4, 3, 2, 1.

Tabel 4
Alternatif Jawaban Angket dan Skor

No Alternatif Jawaban Kode Skor


1 Sangat Setuju SS 4
2 Setuju S 3
3 Tidak Setuju TS 2

lxx
4 Sangat Tidak Setuju STS 1

c) Penyuntingan

Penyuntingan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

berupa petunjuk pengisian angket. Petunjuk yang ditulis sangat

diperlukan untuk mempermudah responden dalam mengisi

angket penelitian.

d) Uji coba instrument

Setelah instrument selesai disusun, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan uji coba instrument untuk mengetahui

validitas dan reliabilitas dari angket tersebut. Subjek yang

digunakan untuk uji coba adalah dari populasi yang berbeda

yakni 30 siswa kelas VIII yang bukan menjadi sampel dalam

penelitian. Tujuan dilakukan uji coba instrumen adalah untuk

mengetahui persyaratan validitas dan reliabilitas.

G. Validitas dan Reliabilitas

Uji coba intrument dilakukan untuk mengetahui apakat intrument yang

disusun merupakan instrument yang baik. Alat ukur dikatakan baik apabila

memiliki kualitas butir, validitas, tingkat keandalan dan kepraktisan yang

tinggi.

lxxi
1. Validitas

Menurut Zainal Arifin (2011: 245) menyatakan bahwa validitas

adalah suatu derajat ketetapan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah

instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang

akan diukur.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 211) Validitas adalah suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas

tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas

rendah.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

validitas merupakan suatu derajat ketetapan instrument yang menunjukan

tingkat kevalidan suatu instrument.

Dalam penelitian ini uji coba dilakukan kepada 30 siswa kelasVIII

SMP N 7 Yogyakarta diluar sampel. Kemudian intrument tersebut

dianalisis menggunakan rumus angka kasar korelasi Product Moment

sebagai berikut:

❑❑
∑ (∑ ❑ )( ∑ ❑ )
√( ∑ ❑❑ (∑ ❑)❑ )(∑ ❑❑ (∑ ❑)❑)

Keterangan

lxxii
❑❑ = Koefisien korelasi antara X dan Y
N = Jumlah subjek
X = Skor item
Y = Skor total
ƩX = Jumlah skor item
ƩY = Jumlah skor total
Ʃ X² = Jumlah kuadrat skor item
Ʃ Y² = Jumlah kuadrat skor total

Tabel 5.
Hasil Validitas Tiap Item Perilaku Burnout Belajar

No Item Rxy Keterangan

1 0,435 Valid

2 0,449 Valid

3 0,620 Valid

4 0, 699 Valid

5 0,506 Valid

6 0,542 Valid

7 0,443 Valid

8 0,465 Valid

9 0,625 Valid

10 0,389 Valid

11 0,661 Valid

12 0,677 Valid

13 0,446 Valid

lxxiii
14 0,645 Valid

15 0,533 Valid

16 0,462 Valid

17 0,475 Valid

18 0,583 Valid

19 0,658 Valid

20 0,431 Valid

21 0,584 Valid

22 0,713 Valid

23 0,572 Valid

24 0,605 Valid

25 0,497 Valid

26 0,485 Valid

27 0,447 Valid

28 0,728 Valid

29 0,578 Valid

30 0,499 Valid

31 0,525 Valid

32 0,503 Valid

33 0,604 Valid

Uji signifikan dinyatakan valid jika rxy empirik lebih besar atau

sama dengan rxy teoritik (yang terdapat dalam tabel r) pada taraf

signifikasi uji dua arah 0.05. Butir dikatakan sahih apabila didapatkan

nilai korelasi yang positif. Dari hasil uji coba instrumen didapatkan 33

butir item pernyataan dan di dapatkan 17 butir pertanyaan yang tidak

lxxiv
valid yaitu nomor 3,4,9,11,13,16,19,21,26,30,31,34,36,40,42,43,50.

Item pertanyaan yang tidak valid ini dinyatakan gugur karena r hitung

lebih kecil dari r tabel maka dengan demikian terdapat 17 butir item

soal yang gugur tersebut dihilangkan dan sisanya 33 butir pertanyaan

tersebut digunakan dalam penelitian. Item yang valid mempunyai nilai

r tabel lebih dari 0,3610 dengan jumlah N = 30 siswa. Item valid

yang berjumlah 33 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut, dengan

keterangan angka tebal adalah item gugur :

Tabel 6.
Kisi-kisi Perilaku Burnout Belajar yang Valid dan Gugur Setelah
Uji Coba
Jumlah
No Aspek Indikator No item
item
1. Badan lelah dan letih setiap hari 3 1,26,27
Kelelahan Fisik 2. Sering sakit 3 2,3,28
1. (Physical 3. Sulit tidur 2 4,29
Exhaustion) 4. Nafsu makan terganggu 2 5,30
5. Jantung sering berdebar-debar 2 6,7
1. Mudah cemas 3 8,31,32
Kelelahan 2. Tertekan dalam belajar 3 9,33,47
Emosi
2. 3. Mudah marah 2 10,34
(Emotional
Exhaustion) 4. Tidak nyaman belajar di sekolah 3 11,35,48
5. Mudah putus asa dalam belajar 2 12,13
1. Kehilangan semangat belajar 3 14,15,36
Menurunnya
2. Tidak puas terhadap prestasi 3 16,37,49
Keyakinan
Akademik 3. Kehilangan manfaat belajar 2 17,38
3. 4. Perubahan kemampuan dalam
(Reduce 3 18,39,40
Academic belajar
Efficacy) 5. Menjadi rendah diri dalam
2 19,41
belajar
1. Mengalami kegagalan dalam
Depersonalisasi 2 20,21
4. belajar
(Cynism)
2. Tidak peduli dengan teman 2 22,42

lxxv
3. Terjebak dalam belajar 3 23,43,44
4. Kesulitan berkonsentrasi 2 24,45
5. Kehilangan harapan belajar 3 25,46,50

2. Reliabilitas

Menurut Zainal Arifin (2011: 248) reliabilitas adalah derajat

konsistensi intrument yang bersangkutan. Suatu instrument dapat

dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama apabila diujikan

pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

Suharsimi Arikunto (2010: 221) bahwa reliabilitas adalah

instrumen yang dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul suatu

data.

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Sugiono (2017: 130) yang

menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran

dengan menggunakan objek yang sama, akan menghasilkan data yang

sama. Instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data

yang sama.

Reliabilitas instrument pada penelitian ini menggunakan rumus

Cronbanch Alpha dimana rumusnya adalah sebagai berikut :

❑❑ ❑
❑( )( ∑ ❑❑❑
❑❑❑ )
Keterangan :

lxxvi
ri = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir soal
∑ σ b2 = Jumlah varian butir
σ t2 = Varian total

Langkah selanjutnya untuk mengetahui keabsahan instrumen yang

telah diperoleh koefisien variabelnya adalah menafsir angka koefisien

tersebut. Sedangkan untuk mengetahui tingkat keandalannya berpendoman

pada penggolongan berikut ini:

Tabel 7
Penggolongan Tingkat Keandalan
Kategori Interpretasi
0,800 – 1,000 Tinggi
0,600 – 0,799 Cukup
0,400 – 0,599 Sedang
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0,199 Sangat rendah

Setelah menghitung koefsien keandalan, diuji kesahihan setiap

butir soal, dan dari hasil uji validitas atau kesahihan tersebut dapat

diketahui butir soal yang dinyatakan sahih. Butir soal yang dinyatakan

sahih adalah butir soal yang diuji realibilitasnya. Pada teknik ini juga

menggunakan program komputer SPSS 16.0 for windows.

lxxvii
Berdasarkan hasil uji coba realibilitas instrument angket burnout

belajar dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for windows,

diperoleh nilai reliabilitas alpha cronbach (rii) = 0,927 . hal ini

menunjukan bahwa nilai koefisien pada instrument termasuk ke dalam

nilai koefisien yang tinggi. Dengan interpretasi reliabilitas > dari 0,7

maka dapat disimpulkan instrumen dikatakan reliabel. Dan apabila < 0,7

maka dapat dikatakan tidak reliabel.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien reliabilitas

dinyatakan sebesar 0,927 dimana hasil tersebut menunjukan lebih besar

dari 0,7 berdasarkan nilai koefisien reliabilitas tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa semua skala reliabel atau konsisten, sehingga dapat

digunakan untuk instrumen penelitian.

Tabel 8
Hasil Reliabilitas Angket Perilaku Burnout Belajar
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


0.927 33

H. Teknik Analisis Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 349) dalam langkah memilih

pendekatan penelitian telah dikemukakan beberapa desain eksperimen

diantaranya telah disertai rumus/cara analisis datanya. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan uji t paired samples statistics. Analisis data ini

menggunakan SPSS (Statistical Product and Servis Solution) versi 16.0 .

Untuk mengetahui keberhasilan eksperimen, Analisis data yang digunakan

lxxviii
dalam penelitian ini adalah One – Group Pretest-Posttest Design dengan

rumus t-tes. Adapun rumus t-tes yang digunakan sebagai berikut:

Md
t=

√ ∑ x2d
N ( N−1 )

Keterangan:

Md = mean dari perbedaan pre test dengan post test (post test –

pre test)

xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)

∑x2d = jumlah kuadrat deviasi

N = subjek pada sampel

d.b = ditentukan dengan N – 1

Suharsimi Arikunto (2010: 349-350)

lxxix
\

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian eksperiman dengan judul “Efektivitas Layanan Konseling

Kelompok Dengan Pendekatan Behaviour untuk Mengurangi Burnout Belajar

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021”

dilaksanakan mulai bulat Maret 2021. Layanan konseling kelompok diberikan

pada subyek yang telah diseleksi dan atas rekomendasi guru BK yang mana

subyek tersebut terindikasi mengalami burnout belajar dengan kategori tinggi.

subyek penelitian diambil dari siswa kelas VIII dari kelas yang

berbeda-beda yaitu AZI, MSK, SDP, AR, dan NZP. Pelaksanaan penelitian

dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pre test

lxxx
Pretest diberikan guna mengetahui gambaran awal kondisi siswa

serta skor sebelum diberikan treatment. Dalam penelitian ini pretest

dilaksanakan pada tanggal 16 April 2021 via Google form dengan batas

pengisian hingga tanggal 21 April 2021 sesuai kesepakatan dengan Siswa

dan Guru BK.

2. Pemberian Treatment

Perlakuan (treatment) yang diberikan kepada subyek atau konseli

yaitu berupa layanan konseling kelompok dengan menggunakan

pendekatan behaviour. Konseling kelompok dengan pendekatan ini

berpacu pada tahapan konseling behavioural yaitu: melakukan asesmen

(assessment), menentukan tujuan (goal setting), mengimplementasikan

teknik (technique implementation), serta evaluasi dan pengakhiran

(evaluation termination). Proses pemberian treatment dilaksanakan

sebanyak 6 kali pertemuan layanan konseling kelompok yang

dilaksanakan via online menggunakan Google meet.

Tabel 9
Pertemuan Konseling Kelompok

Hari/
No Pertemuan Kegiatan Waktu
tanggal
Sabtu,
1 I Assessment 1 14.00 – 14.45
30 Agustus 2021
Rabu,
2 II Assessment 2 15.30 – 16.15
01 September 2021
Jumat,
3 III Goal setting 09.00 – 09.45
03 September 2021
Minggu, Implementasi
4 IV 09.00 – 09.45
05 September 2021 teknik
5 Rabu, V Implementasi 16.00 – 16.45

lxxxi
08 September 2021 teknik
Sabtu,
6 VI Evaluasi 09.30 – 10.15
11 September 2021

a. Pertemuan Pertama

1) Proses Pelaksanaan

a) Peneliti menunggu semua konseli terkoneksi dan hadir di

dalam google meet

b) Peneliti mempersilakan konseli untuk menghidupkan kamera

dan suara masing-masing

c) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan memimpin doa

sebelum melaksanakan layanan konseling

d) Peneliti membangun hubungan baik atau rapport, menanyakan

kabar kepada semua anggota kelompok

e) Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu

f) Peneliti mempersilakan masing-masing anggota kelompok

untuk memperkenalkan diri secara bergantian

g) Peneliti mulai memberikan pemahaman dan perjelasan tentang

tujuan layanan konseling kelompok

h) Peneliti mempersilakan masing-masing anggota kelompok

untuk menceritakan permasalahan kejenuhan burnout belajar

yang dialami secara bergantian

i) Peneliti mengklasifikasikan perilaku masalah yang diceritakan

masing-masing anggota kelompok

lxxxii
j) Peneliti memberikan kesempatan kepada masing masing

konseli untuk memaparkan kejadian yang menyertai atau

penyebab kejenuhan belajar yang dialami

k) Peneliti mengamati serta menanyakan perasaan masing-masing

konseli saat menceritakan permasalahan belajar yang dialami

l) Peneliti menyimpulkan pertemuan pertama layanan konseling

kelompok

m) Peneliti memberikan kesempatan pada anggota untuk

menyampakain kesan pada pertemuan pertama dan pesan untuk

pertemuan selanjutnya

n) Peneliti dan seluruh anggota membahas jadwal pertemuan

selanjutnya

o) Peneliti menutup pertemuan dan mengakhiri dengan doa dan

salam

2) Evaluasi

Pertemuan pertama layanan konseling kelompok via google

meet ini berjalan dengan cukup baik dan lancar. Awalnya anggota

kelompok masih nampak bingung dengan maksud dan tujuan

pertemuan. Adanya ketakutan apabila kegiatan ini akan

berpengaruh terhadap nilai akademik serta adanya hukuman

membuat para konseli enggan dan tidak sepenuhnya terbuka untuk

bercerita tentang masalah belajar yang dihadapinya. Hal ini terlihat

dari cara penyampaiannya serta beberapa kali mematikan kamera.

lxxxiii
Akan tetapi setelah peneliti meyakinkan konseli bahwa kegiatan

konseling ini justru akan membantu permasalahan yang dihadapi

serta sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai akademik, para

konseli mulai terbuka untuk bercerita.

b. Pertemuan Kedua

1) Proses Pelaksanaan

a) Peneliti menunggu semua konseli terkoneksi dan hadir di

dalam google meet

b) Peneliti mempersilakan konseli untuk menyalakan kamera dan

audio masing-masing anggota kelompok

c) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan mempersilakan

salah satu anggota memimpin doa sebelum layanan konseling

kelompok dimulai

d) Peneliti mengajak semua anggota kelompok membahas topik

netral untuk mencairkan suasana

e) Peneliti mengajak semua anggota untuk mengingat kembali

kesimpulan pada pertemuan sebelumnya

f) Peneliti memberikan kesempatan masing-masing anggota

untuk menemukan inti permasalahan belajar yang dialami

secara berganti

lxxxiv
g) Peneliti memberikan kesempatan kepada masing-masing

anggota untuk menyampaikan metode belajar seperti apa yang

diingikan serta kegiatan positif apa saja yang biasa dilakukan

h) Peneliti memberikan penguatan positif terhadap hal-hal baik

yang biasa dilakukan oleh masing-masing anggota

i) Peneliti mengajak seluruh anggota menyimpulkan layanan

konseling kelompok pada pertemuan kedua

j) Peneliti mengakhiri pertemuan dengan doa dan salam

2) Evaluasi

Pada pertemuan kedua anggota kelompok mulai memahami

maksud dan tujuan diadakannya kegiatan konseling kelompok.

Masing-masing anggota menunjukan respon yang lebih antusias

dan santai dibanding dengan pertemuan pertama. Hal ini dapat

dilihat dari cara menyampaikan cerita maupun cara menjawab

setiap pertanyaan. Beberapa konseli sudah mampu memahami

tujuan dan manfaat dari konseling kelompok. Para konseling juga

mampu memahami bahwa masalah belajar yang mereka hadapi

termasuk dalam burnout belajar.

c. Pertemuan Ketiga

1) Proses Pelaksanaan

a) 30 menit sebelum layanan dimulai, peneliti mengirimkan link

google meet melalui grup whatsapp

lxxxv
b) Seletah semua konseli masuk dalam pertemuan google meet,

peneliti mempersilakan konseli untuk menyalakan kamera dan

mengaktifkan audio masing-masing

c) Peneliti membuka pertemuan dengan doa dan salam

d) Peneliti menanyakan kabar masing-masing konseli serta

mengajak konseli untuk membahas topik-topik netral

e) Peneliti membahas hasil pertemuan sebelumnya untuk

mengawali pembahasan utama

f) Peneliti memberikan kesempatan kepada masing-masing

konseli untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai

g) Peneliti memberikan penegasan akan tujuan konseling

kelompok

h) Peneliti menanyakan kepada masing-masing anggota kelompok

secara bergantian mengenai hambatan apa saja yang mungkin

dihadapi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

i) Peneliti membagi tujuan menjadi dua sub tujuan

j) Peneliti memberikan pemahaman tentang bagaimana mencapai

tujuan dengan baik dan lebih mudah

k) Peneliti memberikan kesimpulan pada pertemuan ketiga

l) Peneliti bersama dengan seluruh konseli membahas jadwal

pertemuan selanjutnya

m) Peneliti mencukupkan pertemuan dan menutup dengan doa dan

salam

lxxxvi
2) Evaluasi

Pertemuan ketiga layanan konseling kelompok berjalan

dengan cukup baik dan lancar. Semua konseli memberikan respon

yang baik dan cukup antusias. Beberapa konseli bahkan dengan

senang hati bertanya dan bercerita atas kemauan pribadinya. Setiap

konseli mulai memahami tujuan diberikannya layanan konseling

kelompok dan dapat memberikan pandangan mengenai tujuan yang

akan dicapai

d. Pertemuan Keempat

1) Proses Pelaksanaan

a) 30 menit sebelum layanan dimulai, peneliti mengirimkan link

google meet melalui grup whatsapp

b) Seletah semua konseli masuk dalam pertemuan google meet,

peneliti mempersilakan konseli untuk menyalakan kamera dan

mengaktifkan audio masing-masing

c) Peneliti membuka pertemuan dengan doa dan salam

d) Peneliti menanyakan kabar masing-masing konseli serta

mengajak konseli untuk membahas topik-topik netral

e) Peneliti membahas hasil pertemuan sebelumnya untuk

mengawali pembahasan utama

f) Peneliti mengingatkan kembali goal setting yang telah

ditentukan pada pertemuan ketiga

lxxxvii
g) Peneliti menjelaskan tentang teknik-teknik pada konseling

kelompok behaviour

h) Peneliti mulai menerapkan teknik teknik konseling behaviour

i) Peneliti memberikan kesimpulan

j) Peneliti bersama dengan seluruh konseli membahas jadwal

pertemuan selanjutnya

k) Peneliti mencukupkan pertemuan dan menutup dengan doa dan

salam

2) Evaluasi

Pertemuan keempat dengan agenda implementasi teknik

berjalan dengan lancar. Anggota kelompok dapat memahami dan

menerima pemberian teknik konseling. Seluruh anggota mulai

tertarik untuk dapat mencapai tujuan masing-masing maupun

tujuan bersama dalam konseling kelompok. Antusias siswa dalam

mengisi cukup baik. Setiap siswa mampu bercerita atau menjawab

pertanyaan sesuai dengan keadaan serta kemampuan masing-

masing.

e. Pertemuan Kelima

1) Proses Pelaksanaan

a) 30 menit sebelum layanan dimulai, peneliti mengirimkan link

google meet melalui grup whatsapp

lxxxviii
b) Peneliti mempersilakan konseli untuk menyalakan camera dan

mengaktifkan audio masing-masing

c) Peneliti membuka kegiatan dengan doa dan salam

d) Peneliti mengajak semua anggota kelompok membahas topik

netral dan bertukar kabar

e) Peneliti memberikan kesempatan kepada para anggota

kelompok untuk memaparkan hasil dari pelaksanaan prosedur

yang telah dilakukan

f) Peneliti memberikan treatment dengan teknik konseling

behaviour salah satunya teknik self management

g) Peneliti menanyakan kesanggupan dan keberlanjutan komitmen

dari masing-masing anggota kelompok

h) Peneliti kemudian memberikan motivasi kepada seluruh

anggota kelompok supaya dapat menjalankan sesuai dengan

teknik self management serta sesuai dengan apa yang meraka

tulis dalam lembar self management.

i) Peneliti menyimpulkan pertemua kelima dan memberikan

informasi jadwal pertemuan selanjutnya.

j) Peneliti mengakhiri pertemuan dengan doa dan salam penutup

2) Evaluasi

Pertemuan kelima layanan konseling kelompok berjalan

dengan baik dan mengalami peningkatan dibanding dengan

pertemuan sebelumnya. Antusiasme tiap anggota juga menunjukan

lxxxix
peningkatan yang cukup baik. Setiap anggota mampu

mengungkapkan hasil penerapan teknik konseling yang diberikan.

Mereka juga mampu untuk lebih memahami dirinya dan berusaha

untuk tidak melakukan hal yang tidak bermanfaat yang

menyebabkan timbulnya rasa jenuh hingga malas.

f. Pertemuan Keenam
1) Proses Pelaksanaan

a) 30 menit sebelum layanan dimulai, peneliti mengirimkan link

google meet melalui grup whatsapp

b) Seletah semua konseli masuk dalam pertemuan google meet,

peneliti mempersilakan konseli untuk menyalakan kamera dan

mengaktifkan audio masing-masing

c) Peneliti membuka pertemuan dengan doa dan salam

d) Peneliti menanyakan kabar masing-masing konseli serta

mengajak konseli untuk membahas topik-topik netral

e) Peneliti mengingatkan kembali bahwa pertemuan keenam

merupakan pertemuan terakhir sehingga pada pertemuan ini

akan membahas seluruh pertemuan dari awal hingga akhir

f) Peneliti memberikan kesempatan bagi masing-masing konseli

untuk menyampaikan kesan selama layanan secara bergantian

g) Peneliti menanyakan mengenai penerapan teknik-teknik

konseling dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam proses

belajar

xc
h) Peneliti memberikan tawaran kepada seluruh konseli apabila

ada hal yang belum diceritakan dan perlu dibahas bersama

maupun secara individual

i) Peneliti mengakhiri pertemuan dengan doa dan salam

2) Evaluasi Kegiatan

Pada pertemuan terakhir layanan konseling kelompok, seluruh

kegiatan berjalan dengan baik dan lancar. Secara umum, anggota

kelompok telah mengikuti seluruh rangkaian konseling dengan

baik dan mampu menerapkan teknik konseling dengan cukup baik

pula. Meskipun pelaksanaan konseling hanya melalui google meet,

namun ada perubahan sikap yang nampak dari seluruh anggota.

Cara menjawab setiap pertanyaan dan juga cara bercerita

merekapun nampak jelas berbeda dibanding pertemuan awal.

3. Post test

Post test diberikan setelah pelaksanaan konseling kelompok

selesai. Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui skor kejenuhan belajar

setelah pemberian perlakuan atau treatment yang berupa konseling

kelompok. Melalui pelaksanaan posttest maka tingkat keefektifan

penggunaan layanan konseling kelompok akan terlihat.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi data yang disajikan dalam penelitian ini adalah kejenuhan

burnout belajar siswa kelas VIII. Dalam penelitian ini digunakan 33 butir soal.

Adapun deskripsi data penilaiannya adalah sebagai berikut:

xci
1. Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi untuk menentukan kategori skor burnout

belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan treatment dibedakan menjadi

3 yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah. Adapun klasifikasi tersebut

adalah sebagai berikut:

Jumlah Item = 33
Minimal ideal = Skor terendah x jumlah item
= 1 x 33 = 33
Maksimal ideal = Skor tertinggi x jumlah item
= 4 x 33 = 132
Mean ideal (Mi) = ❑ (maksimal ideal + minimal ideal)

= ❑ (132 + 33) = 82,5

SD ideal (SDi) = ❑ (maksimal ideal – minimal ideal)

= ❑ (132 – 33) = 16,5

Rendah = Skor terendah s/d (Mi – SDi)
= 33 sd (82,5 – 16,5) = 33 s/d 66
Sedang = Mi – SDi s/d Mi + SDi
= 82,5 – 16,5 s/d 82,5 + 16,5 = 66 s/d 99
Tinggi = Mi + SDi s/d skor tertinggi
= 82,5 + 16,5 s/d 132 = 99 s/d 132

Berdasarkan kategori skor diatas maka dapat disimpulkan dalam tabel

berikut:

Tabel 10
Kategori skor burnout belajar

Kelas
Kategori indikator
interval

xcii
1. Mengalami kecemasan berlebih
2. Kesehatan fisik terganggu
99 – 132 Tinggi 3. Tidak dapat berkonsentrasi
4. Tidak dapat mengendalikan diri
5. Kehilangan harapan belajar
1. Konsentrasi belajar tidak stabil
2. Perubahan kemampuan belajar
66 – 99 Sedang
3. tidak nyaman belajar di sekolah
4. Mudah cemas
1. Bersikap tenang
2. Mampu mengendalikan diri
33 – 66 Rendah
3. Konsentrasi belajar baik
4. Motivasi belajar stabil

a. Hasil Pretest Burnout belajar pada siswa kelas VIII

Tabel 11
Kategori skor Pretest burnout belajar

Kelas Interval Frekuensi Kategori


99 – 132 2 Tinggi
66 – 99 3 Sedang
33 – 66 0 Rendah
Jumlah 5

Tabel diatas menunjukan bahwa frekuensi burnout belajar siswa

sbelum diberikan treatment terdapat 2 siswa pada kategori tinggi dan 3

siswa lainnya berada pada kategori sedang.

b. Hasil Posttest Burnout belajar pada siswa kelas VIII

Tabel 12
Kategori skor Posttest burnout belajar

Kelas Interval Frekuensi Kategori


99 – 132 0 Tinggi

xciii
66 – 99 2 Sedang
33 – 66 3 Rendah
Jumlah 5

Tabel kategori skor diatas menunjukan skor setelah pemberian layanan

konseling diman 2 siswa berada dalam kategori sedang dan 3 siswa

dalam kategori rendah. Dari data tersebut maka, dapat disimpulkan

bahwa tingkat kejenuhan belajar pada siswa yang menjadi obyek

menurun.

c. Gain Score perilaku burnout belajar

Setelah diberikan perlakuan berupa layanan konseling

kelompok dengan menggunakan pendekatan behaviour, maka dapat

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 13
Perbandingan hasil pretest-posttest dan Gain Score

No Inisial Siswa Pre-test Post-test Gain Score


1 AZI 102 78 24
2 MSK 93 66 27
3 SDP 92 66 26
4 AR 85 63 22
5 NZR 99 72 27
N(Ʃ) 471 345 126
Mean 94.20 69.00 25.20

xciv
Berdasarkan hasil perhitungan pretest, posttest, dan gain score

terhadap 5 sampel tersebut diperoleh skor pre-test burnout belajar

masuk kedalam kriteria sedang hingga tinggi sedangkan skor post-test

masuk kedalam kriteria sedang hingga rendah. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dengan menggunakan

pendeatan behaviour efektif untuk mengurangi burnout belajar, dilihat

dari perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pemberian treatment.

Untuk lebih jelas, perubahan hasil pre-test dan post-test dapat dilihat

pada gambar berikut:

120

100

80

60

40

20

0
AZI MSK SDP AR NZP

Pre-test Post-test Gain Score

Gambar 3.
Perbandingan hasil pretest-posttest dan Gain Score

xcv
140 125
114 113 119
120
100 88 87 91
79
80
60
40 34 32 34
26
20
0
K I I IK
FI
SI OS AS
EM IS EM
N AL A D
HA N
ON AK
LA HA RS N
LE LA PE A
KE LE IN
KE DE AK
Y
KE
AN
R UN
NU
PE

PRETEST POSTTEST GAIN SCORE

Gambar 4.
Perbandingan hasil pretest-posttest dan Gain Score di setiap aspek

C. Analisa Data

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukannya pengujian hipotesis, maka peneliti terlebih

dahulu melakukan uji normalitas sebaran sebagai analisis persyaratan.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0.

Uji normalitas sebaran bertujuan untuk mengetahui sebaran dari

tiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas

sebaran digunakan rumus shapiro wilk, dengan kriteria p > 0.05 berarti

data distribusi normal.

Adapun data hasil perhitungan uji normalitas sebaran tersebut

dirangkum dalam bentuk tabel sebagai berikut:

xcvi
Tabel.14
Uji Normalitas Sebaran

Kolmogorov-Smirnovª Shapiro Wilk


Statistic df. Sig. Statistic df. Sig.
Pre-test 0.172 5 0.200* 0.965 5 0.843
Post-test 0.291 5 0.191 0.905 5 0.440

Hasil uji normalitas sebaran dalam tabel diatas menunjukkan

bahwa diperoleh hasil sebaran skor sebelum diberikan layanan dengan

nilai = 0.843 dan skor setelah permberian layanan = 0.440. dengan

demikian maka dapat dinyatakan sebaran data berdistribusi normal karena

diperoleh nilai p > 0.05.

2. Uji T-Tes

Perhitungan uji paired T-test dalam penelitian ini menggunakan

program aplikasi komputer SPSS (Statistical Package for Social Sciense)

versi 16.0 for windows. Dari hasil perhitungan data pengujian hipotesis

maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel.15
Mean Pre-test dan Post-test
Paired Samples Statistics
Std. Std. Error
Mean N
Deviation Mean
Pre-test 94.2000 5 6.61060 2.95635
Post-test 69.0000 5 6.00000 2.68328

xcvii
pada tabel diatas menunjukan adanya perbedaan rata-rata (mean) antara

pre-test dan post-test. Rata-rata pre-test sebesar 94.20 sedangkan rata-rata

post-test sebesar 69.00. sehingga didapat selisih sebesar 25.20.

Tabel.16
Hasil Uji Paired T-Test
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference d Sig. (2-
Mean Dev Mean Lower Upper t f Tailed)
Pretest-
25.20000 2.16795 0.96954 22.50814 27.89186 25.992 4 0.000
Posttest

Berdasarkan hasil analisis uji Paired T-test diperoleh nilai t =

25.992 dengan nilai p = 0.000 < 0.050 yang berarti penggunaan

pendekatan behaviour pada konseling kelompok efektif untuk mengurangi

burnout belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta dilihat

dari perbedaan hasil pretest dan posttest serta tingkat signifikansinya.

D. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan uji t dengan kriteria p ≤ 0,05, maka hipotesis yang

diajukan terbukti dan signifikan.

Maka dengan demikian hipotesis yang diajukan berupa layanan

konseling kelompok menggunakan pendekatan behaviour efektif menurunkan

burnout belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta terbukti.

xcviii
E. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini berjudul “Efektivitas Layanan Konseling Kelompok

dengan Pendekatan Behaviour untuk Mengurangi Burnout Belajar Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021”. Penelitian

ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan pendekatan penelitian

eksperimen yakni pre eksperimental design dengan jenis one-group pretest-

posttest design yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok saja

tanpa adanya kelompok interaksi.

Penelitian ini dilaksanakan untuk menguji efektivitas treatment

layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan behaviour untuk

mengurangi burnout belajar siswa kelas VIII SMP N 7 Yogyakarta. Treatment

yang diberikan dianggap efektif apabila siswa mengalami penurunan burnout

belajar dibuktikan dengan perbedaan rata-rata skor yang signifikan antara

sebelum dan sesudah pemberian treatment.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan hipotesis terbukti dengan

kata lain bahwa layanan konseling kelompok dengan menggunakan

pendekatan behaviour berpengaruh dalam menurunkan burnout belajar pada

siswa kelas VIII SMP N 7 yogyakarta. Hasil uji Paired T-test dalam penelitian

ini menunjukan adanya perbedaan antara hasil pre-test dan hasil post-test.

Hasil pre-test menunjukan rata-rata sebesar 94.20 sedangkan setelah

pemberian treatment diperoleh hasil post-test dengan rata-rata sebesar 69.00

maka disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok menggunakan

xcix
pendekatan behaviour efektif untuk mengurangi burnout belajar. Hal ini juga

dapat diliat dimana nilai t = 25.992 dengan nilai Sig. = 0.000 < 0.050.

Seperti yang dituliskan pada sub bab sebelumnya, bahwa kegiatan

penelitian diawali dengan observasi kemudian pemberian pre-test sebagai

tolok ukur awal, pemberian treatment dengan jadwal yang sudah dijabarkan

dan kemudian post-test sebagai alat ukur seberapa besar keberhasilan

treatment. Layanan konseling kelompok sebagai treatment dilaksanakan

selama 6 kali pertemuan secara online melalui aplikasi google meet. Selain itu,

peneliti juga memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk

menyampaikan keluh kesah maupun segala bentuk pertanyaan melalui pesan

singkat whatsapp baik secara personal maupun kelompok.

Berdasarkan hasil observasi dan juga informasi dari pihak sekolah

menunjukan bahwa masih banyaknya siswa yang mengalami gejala-gejala

burnout belajar. Setiap siswa mengalami gejala yang berbeda bahkan sebagian

tidak terlalu nampak. Mengingat burnout belajar merupakan permasalahan

serius yang membutuhkan penanganan khusus, pihak sekolah

merekomendasikan 5 siswa yang dapat dijadikan sempel dalam penelitian.

Selain informasi dari sekolah, hasil pretest menunjukan 2 siswa dalam

kategori tinggi dan 3 lainnya dalam kategori sedang. Sehingga apabila

dibiarkan akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar bagi siswa dan

juga lingkungannya. Setelah hasil pretest diketahui, tahap selanjutnya adalah

pemberian treatment.

c
Layanan konseling kelompok adalah suatu proses hubungan antara

konselor dan konseli yang menekankan pada proses berpikir secara sadar,

perasaan-perasaan, dan perilaku anggota di dalam kelompok yang berorientasi

pada pengembangan individu, pencegahan dan pengatasan masalah dengan

menggunakan pendekatan serta berbagai teknik konseling behaviour dalam

rangka membantu konseli mengatasi masalah.

Selama pemberian treatment secara daring, siswa menunjukan respon

yang baik meskipun ada berbagai kendala yang muncul. Pemahaman tentang

tujuan dan manfaat konseling juga mengalami peningkatan di setiap

pertemuan. Perubahan pada siswa dapat diamati dari cara menjawab setiap

pertanyaan maupun cara mereka menyampaikan cerita mengenai

permasalahan belajar yang di alami. Pemberian treatment secara daring

tentunya menjadi sebuah pengalaman baru bagi para konseli maupun peneliti.

Potensi munculnya rasa bosan dalam penerimaan treatment tentunya lebih

tinggi dibandingkan dengan tatap muka secara langsung. Hal ini menjadi

tantangan tersendiri bagi peneliti untuk menjaga suasana konseling agar tetap

menarik dan menyenangkan sehingga tujuan konseling tercapai dengan

maksimal.

Pada pertemuan pertama beberapa siswa seringkali mematikan kamera

ataupun membisukan suara. Mereka enggan menyalakan kamera karena

berbagai alasan. Namun, antusiasme siswa mengalami peningkatan disetiap

pertemuan. Saat pertemuan kedua, kemajuan nampak pada beberapa siswa.

Mereka mulai percaya diri untuk mengajukan berbagai pertanyaan tentang

ci
kegiatan konseling meskipun kamera masih sering dimatikan. Siswa juga

mulai terbuka untuk menceritakan setiap permasalahan maupun kendala

belajarnya. Pemahanan akan pentingnya konseling juga semakin meningkat.

Mereka mampu berdiskusi dengan baik serta mau bersama-sama menentukan

waktu pemberian treatment yang disesuaikan dengan kegiatan masing-masing.

Pertemuan ketiga dimana agendanya adalah menentukan goal setting

berjalan dengan baik dan lancar. Implementasi teknik pada pertemuan

keempat dan kelima pun berjalan sesuai rencana. Pertemuan terakhir

digunakan sebagai pertemuan evaluasi, mengulas hasil diskusi, implementasi

teknik serta tanya jawab. Siswa tampak lebih mampu untuk mengontrol diri

serta mampu memotivasi dirinya sendiri maupun teman dalam kelompok.

Beberapa siswa menyampaikan bahwa dirinya termotivasi untuk terus

membiasakan diri melakukan perilaku yang baik dan disiplin sehingga dapat

menekan gejala burnout belajar. Komitmen siswa tersebut merupakan bentuk

kesadaran bahwa perilaku burnout belajar merupakan permasalahan yang

serius dan berdampak negatif sehingga perlu adanya perubahan.

Setelah seluruh treatment diberikan, selanjutnya para siswa diminta

untuk mengisi angket posttest, dimana angket tersebut sama seperti angket

pretest pada awal sebelum dilakukannya konseling kelompok. Posttest

tentunya menjadi kegiatan yang sangat penting guna mengetahui kondisi siswa

setelah menerima treatment. Dari hasil pretest dan posttest, menunjukkan

menurunan tingkat kejenuhan belajar di semua aspek seperti pada Gambar.3.

cii
Selain enam kali konseling kelompok yang dilaksanakan secara daring,

atas pertimbangan dari pembimbing maupun pihak sekolah, peneliti

mengadakan satu kali pertemuan tambahan, dimana pertemuan ini dilakukan

secara tatap muka di sekolah. Mengingat pemerintah telah memberikan ijin

lembaga pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka secara

bertahap dan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Moment

ini tentunya menjadi sebuah kesempatan bagus umtuk memastikan bahwa

treatment yang diberikan kepada siswa benar-benar menunjukan hasil yang

maksimal dan efektif menurunkan burnout belajar. Seperti pada pertemuan

sebelumnya, siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi menentukan waktu

pertemuan. Peneliti menggunakan pertemuan ini untuk lebih mengakrabkan

diri kepada para siswa, mengulas kembali kesan selama mengikuti konseling

kelompok serta saling bercerita tentang manfaat apa yang didapat dari

treatment yang diberikan.

Berdasarkan data dan penjabaran tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa layanan bimbingan konseling dengan menggunakan pendekatan

behaviour terbukti efektif dan signifikan dalam mengurangi burnout belajar

siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta tahun pelajaran 2020/2021.

ciii
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari analisis data dalam penelitian ini maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Perilaku burnout belajar sebelum mendapatkan layanan konseliing

kelompok menggunakan pendekatan behaviour termasuk dalam kategori

sedang hingga tinggi Hasil pretest menunjukan terdapat 2 siswa dalam

civ
kategori tinggi dan 3 siswa dalam kategori sedang dengan rata-rata pretest

sebesar 94.20.

2. Burnout belajar pada siswa menurun setelah pemberian treatment. Hal ini

ditunjukan dengan hasil rata-rata posttest 69.00

3. Layanan konseling klompok menggunakan pendekatan behaviour terbukti

efektif dan signifikan mengurangi burnout belajar siswa kelas VIII SMP N

7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa aspek yang sekiranya dapat

dijadikan sebagai saran yaitu:

1. Guru Pembimbing atau guru BK

Guru pembimbing diharapkan memberikan layanan yang ada

dalam bimbingan dan konseling tertutama layanan konseling kelompok

dengan pendekatan behaviour sebagai upaya dalam mengurangi

burnout belajar. Guru pembimbing juga diharapkan dapat melakukan

pendekatan dengan siswa agar dapat mengetahui permasalahan siswa

secara mendalam.

2. Sekolah

Pihak sekolah diharapkan memberikan pembinaan siswa,

wadah minat dan bakat serta hal-hal yang mendukung semangat belajar

siswa

cv
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Juntika Nurihsan. (2007). Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai


Latar Kehidupan . Bandung: PT. Refika Aditama.
Corey Gerald. (2007). Teori dan Praktik Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT.
Refika Adiatama.
Dewa Ketut Sukardi. (2002). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi.2016.The Power of Good Corporate Governance.Edisi 2.Jakarta:
Salemba Empat.

cvi
Gantina Komalasari, dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks.
Hakim, T. (2011). Diagnosis Kesulitan Belajar dan Perbaikan Belajar (cetakan
ke enam ed.). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Habsy, B. A. (2017). Perspektif Ilmu Pendidikan. Model konseling kelompok
cognitive behaviour untuk meningkatkan self esteem siswa SMK, 31(1),
21-35.
Jumarin, M. (2005). Tingkah Laku Manusia dan Pengubahannya (Suatu
Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku). Yogyakarta: CV Jaya Globe.
Jusuf, T. (2009). Kesukaran-kesukaran dalam pendidikan. Jakarta: PN Balai
Pustaka.
Kurnanto, M. Edi. (2013). Konseling Kelompok. Bandung: CV. Alfabeta.
Kusno Effendi. (2016). Proses dan Keterampilan Konseling. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Indeks.
Latipun. (2006). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
Makmun Khairani. (2014). Psikologi Konseling. Yogyakarta: CV Aswaja
Pressindo.
Muhibbin Syah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Muna, N. R. 2013. Efektifitas Teknik Self Regulation Learning dalam Mereduksi
Tingkat Kejenuhan Belajar Siswa di SMA Insan Cindekia Sekarkemuning
Cirebon. Jurnal Holistik Vol 14 No. 02.
Mungin Edi Wibowo. (2005). Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang:
UPT UNNES Press.
Natawidjaja, R. (2009). Konseling Kelompok: Konsep Dasar dan Pendekatan.
Bandung: Rizqi.
Neenan, M. (2008). From cognitive behaviour therapy (CBT) to cognitive
behaviour coaching (CBC). Journal of Rational-Emotive & Cognitive-
Behaviour Therapy, 26(1), 3-15.
Ngurah Adiputra. (2015). Konseling Kelompok: Perspektif Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Media Akademi.
Prayitno dan Amti, E. (2015). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Renika Cipta.
Saifuddin Azwar. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pelajar Offset.

cvii
. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santrock, John. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja (Vol. Edisi
Keenam). Jakarta: Erlangga.
Singgih D Gunarsa. (2004). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
(2006). Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga
Jakarta: BPK Gunung Mulia..
Sofyan S. Willis. (2013). Konseling Individu Teori dan Praktek. Bandung:
Alfabeta.
Sugara, G. S. (2011). Efektivitas Teknik Self-Instruction dalam Menangani
Kejenuhan Belajar Siswa. Skripsi Jurusan PPB-FIP UPI. (Tidak
Diterbitkan).
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
CV alfabeta.
. (2016). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV.
Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Surwarjo & Diana Septi Purnama. (2014). Model Bimbingan Pengembangan
Kompetensi 59 E-. Journal Bimbingan dan Konseling, Edisi 7.
Suwarjo, dkk. (2015). Model Bimbingan Pengembangan Kompetensi Pribadi
Sosial Bagi Siswa SMA yang Mengalami Kejenuhan (Burnout) Belajar.
Jurnal Laporan Kemajuan Pelaksanaan Penelitian.
Slivar, B. (2001). The syndrome of burnout, self-image, and anxiety with
grammar school students. Horizons of Psychology, 10, 2, 21-32.
Suryabrata, S. (2000). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tohirin. (2013). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta: Rajawali Pers.
Willis, Sofyan S. Konseling Keluarga. Bandung : Alfabet. 2013
Winkel, W S. (2004). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Zainal Arifin. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

cviii
cix
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian

cx
Lampiran 2 : Surat Balasan Penelitian

cxi
Lampiran 3 : Angket Burnout

ANGKET SISWA

A. IDENTITAS
Nama : No Absen :
NIS :

cxii
Kelas :
Jenis Kelamin :

B. PENGANTAR
Kepada adik-adik tercinta,
Di sela kesibukan adik-adik sekalian, saya memohon kesediaannya
untuk dapat meluangkan waktu dan berkenan menjadi responden dalam
pengisian angket dibawah ini.
Angket ini tidak akan mempengaruhi nilai akademik serta tidak
ada jawaban yang salah dan buruk. Angket ini dibuat untuk kepentingan
penelitian semata, sehingga diharapkan adik-adik dapat mengisi angket ini
dengan sejujur-jujurnya sesuai keadaan masing-masing. Peneliti sangat
menjamin kerahasiaan setiap jawaban yang adik-adik berikan. Akhir kata
saya ucapkan terimakasih.

C. PETUNUJUK PENGISIAN
1. Berilah tanda centang ( √ ) pada kolom setiap pernyataan yang sesuai
dengan keadaan anda.
2. Beri tanda centang ( √ ) hanya pada satu pilihan saja.

Keterangan pengisian:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai

Contoh:
Bila pernyataan sangat sesuai dengan diri anda, maka berilah tanda
centang ( √ ) pada kolom SS seperti berikut.
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya semangat mengikuti pelajaran √

SELAMAT MENGERJAKAN !!!


Skala Tentang Kejenuhan (Burnout) Belajar

No Pernyataan Pilihan Jawaban

cxiii
SS S TS STS
1 Saya merasa lelah setiap saat
2 Saya sering gugup ketika mendapatkan
tugas pelajaran
3 Saya merasa pembelajaran disekolah
tidak bermanfaat untuk masa depan
4 Saya merasa terbebani dengan
pembelajaran disekolah
5 Saya tidak serius mengerjakan tugas
belajar
6 Saya tidak mampu memotivasi diri
sendiri untuk belajar disekolah
7 Saya merasa teman tidak mendukung
saya untuk memperoleh prestasi belajar
yang baik
8 Saya sering lemas jika mengingat tugas
sekolah
9 Saya merasa dukungan orang tua untuk
semangat belajar hanyalah jebakan untuk
kepentingan mereka semata
10 Saya tidak nyaman belajar dengan teman
sekelas
11 Saya enggan membantu teman yang
kesulitan dalam belajar
12 Saya merasa khawatir jika tugas yang
saya buat tidak sesuai harapan guru
13 Saya berkeinginan untuk berhenti belajar
14 Saya mudah tersinggung jika ditanya
tentang kegiatan pembelajaran
15 Saya sering merasakan gangguan
kesehatan setiap mendapat tugas sekolah
16 Saya merasa teman tidak peduli dengan
kesulitan belajar yang saya alami
17 Saya mudah menyerah apabila
mengalami kesulitan belajar
18 Saya merasa tidak mampu bersaing
dengan teman dikelas untuk sukses dalam
belajar
19 Saya merasa tidak nyaman belajar dikelas
20 Saya tidak percaya diri untuk berdiskusi
tentang kegiatan belajar
21 Saya tidak bersemangat mendengarkan
penjelasan guru tentang materi belajar
22 Saya merasa tidak akan memperoleh nilai
yang bagus

cxiv
23 Saya merasakan sakit kepala saat
mendapatkan tugas pelajaran
24 Saya tidak peduli dengan hasil belajar
teman sekelas
25 Saya malas mengikuti pembelajaran
dikelas
26 Saya merasa tidak mampu untuk sukses
dalam belajar
27 Saya merasa khawatir jika tugas yang
saya kerjakan tidak memiliki jawaban
yang sama dengan teman
28 Saya merasa tidak mampu mengikuti
pembelajaran
29 Saya lebih banyak melakukan aktivitas
diluar sekolah
30 Saya merasa cemas jika hasil belajar
rendah
31 Saya sering menunda-nunda tugas
pelajaran
32 Saya sering malas mengerjakan tugas
sekolah
33 Saya mudah lupa dengan pelajaran yang
disampaikan guru
34 Saya sering mual setiap mengikuti
pembelajaran dikelas
35 Saya merasa bahwa guru tidak
memberikan peluang untuk meraih nilai
bagus dalam setiap mata pelajaran
36 Saya tidak puas dengan hasil belajar yang
diperoleh selama ini
37 Saya sering terbangun dimalam hari
38 Saya sering minder bergaul dengan teman
yang memiliki prestasi yang baik
39 Saya tidak senang jika teman-teman
membicarakan materi atau tugas
pelajaran
40 Saya merasa bahwa guru tidak
memberikan dukungan untuk
memperoleh nilai yang baik
41 Saya mengalami penurunan nafsu makan
42 Saya tidak menyukai salah satu mata
pelajaran disekolah
43 Saya enggan menanyakan materi yang
kurang dimengerti kepada guru
44 Saya merasa tertekan dengan kegiatan

cxv
belajar disekolah
45 Saya tidak nyaman belajar dengan salah
satu guru
46 Saya mengalami kesulitan menfokuskan
perhatian terhadap materi belajar
47 Saya sering mengalami gangguan
pencernaan
48 Saya menolak apabila guru memberikan
tugas atau materi pelajaran
49 Saya sering mengalami gangguan
konsentrasi belajar
50 Saya tidak dapat menerima jika hasil
belajar saya rendah

Lampiran 4 : Uji Validitas

Uji Validitas
Correlations
Correlations
butir1 butir2 butir3 butir4 butir5 total
butir1 Pearson Correlation 1 .385* .077 .081 .467** .435*
Sig. (2-tailed) .035 .684 .672 .009 .016
N 30 30 30 30 30 30
butir2 Pearson Correlation .385* 1 .145 .313 .212 .449*
Sig. (2-tailed) .035 .445 .092 .261 .013
N 30 30 30 30 30 30

cxvi
butir3 Pearson Correlation .077 .145 1 -.103 .239 .240
Sig. (2-tailed) .684 .445 .589 .202 .202
N 30 30 30 30 30 30
butir4 Pearson Correlation .081 .313 -.103 1 .225 .319
Sig. (2-tailed) .672 .092 .589 .231 .086
N 30 30 30 30 30 30
butir5 Pearson Correlation .467** .212 .239 .225 1 .620**
Sig. (2-tailed) .009 .261 .202 .231 .000
N 30 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .435* .449* .240 .319 .620** 1
Sig. (2-tailed) .016 .013 .202 .086 .000
N 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Correlations
butir6 butir7 butir8 butir9 butir10 total
butir6 Pearson Correlation 1 .457* .500** .126 .212 .699**
Sig. (2-tailed) .011 .005 .507 .261 .000
N 30 30 30 30 30 30
butir7 Pearson Correlation .457* 1 .343 .094 .089 .506**
Sig. (2-tailed) .011 .063 .621 .641 .004
N 30 30 30 30 30 30
butir8 Pearson Correlation .500** .343 1 .312 .382* .542**
Sig. (2-tailed) .005 .063 .094 .037 .002
N 30 30 30 30 30 30
butir9 Pearson Correlation .126 .094 .312 1 .156 .319
Sig. (2-tailed) .507 .621 .094 .412 .086
N 30 30 30 30 30 30
butir10 Pearson Correlation .212 .089 .382* .156 1 .443*
Sig. (2-tailed) .261 .641 .037 .412 .014
N 30 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .699** .506** .542** .319 .443* 1
Sig. (2-tailed) .000 .004 .002 .086 .014
N 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

cxvii
Correlations
Correlations
butir11 butir12 butir13 butir14 butir15 total
butir11 Pearson Correlation 1 -.073 .255 .315 .587** .283
Sig. (2-tailed) .700 .173 .090 .001 .129
N 30 30 30 30 30 30
butir12 Pearson Correlation -.073 1 .114 .315 .029 .465**
Sig. (2-tailed) .700 .550 .090 .880 .010
N 30 30 30 30 30 30
butir13 Pearson Correlation .255 .114 1 -.199 .375* .250
Sig. (2-tailed) .173 .550 .292 .041 .182
N 30 30 30 30 30 30
butir14 Pearson Correlation .315 .315 -.199 1 .279 .625**
Sig. (2-tailed) .090 .090 .292 .135 .000
N 30 30 30 30 30 30
butir15 Pearson Correlation .587** .029 .375* .279 1 .389*
Sig. (2-tailed) .001 .880 .041 .135 .033
N 30 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .283 .465** .250 .625** .389* 1
Sig. (2-tailed) .129 .010 .182 .000 .033
N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations
Correlations
butir16 butir17 butir18 butir19 butir20 total
butir16 Pearson Correlation 1 -.005 .134 .184 .633** .091
Sig. (2-tailed) .977 .481 .330 .000 .632
N 30 30 30 30 30 30
butir17 Pearson Correlation -.005 1 .571** .021 .215 .661**
Sig. (2-tailed) .977 .001 .911 .254 .000
N 30 30 30 30 30 30
butir18 Pearson Correlation .134 .571** 1 .210 .495** .677**
Sig. (2-tailed) .481 .001 .264 .005 .000
N 30 30 30 30 30 30
butir19 Pearson Correlation .184 .021 .210 1 .312 .277
Sig. (2-tailed) .330 .911 .264 .093 .138
N 30 30 30 30 30 30
butir20 Pearson Correlation .633** .215 .495** .312 1 .446*
Sig. (2-tailed) .000 .254 .005 .093 .014
N 30 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .091 .661** .677** .277 .446* 1
Sig. (2-tailed) .632 .000 .000 .138 .014
N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

cxviii
Correlations
Correlations
butir21 butir22 butir23 butir24 butir25 total
butir21 Pearson Correlation 1 .130 .267 .099 .141 .248
Sig. (2-tailed) .493 .153 .602 .457 .186
N 30 30 30 30 30 30
butir22 Pearson Correlation .130 1 .448* .248 .440* .645**
Sig. (2-tailed) .493 .013 .187 .015 .000
N 30 30 30 30 30 30
butir23 Pearson Correlation .267 .448* 1 -.146 .185 .533**
Sig. (2-tailed) .153 .013 .442 .327 .002
N 30 30 30 30 30 30
butir24 Pearson Correlation .099 .248 -.146 1 .356 .462*
Sig. (2-tailed) .602 .187 .442 .053 .010
N 30 30 30 30 30 30
butir25 Pearson Correlation .141 .440* .185 .356 1 .475**
Sig. (2-tailed) .457 .015 .327 .053 .008
N 30 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .248 .645 **
.533 **
.462 *
.475 **
1
Sig. (2-tailed) .186 .000 .002 .010 .008
N 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Correlations
butir26 butir27 butir28 butir29 butir30 total
butir26 Pearson Correlation 1 .153 .130 -.123 -.193 .199
Sig. (2-tailed) .421 .495 .517 .308 .291
N 30 30 30 30 30 30
butir27 Pearson Correlation .153 1 .698** .229 .395* .583**
Sig. (2-tailed) .421 .000 .223 .031 .001
N 30 30 30 30 30 30
butir28 Pearson Correlation .130 .698** 1 .441* .378* .658**
Sig. (2-tailed) .495 .000 .015 .039 .000
N 30 30 30 30 30 30
butir29 Pearson Correlation -.123 .229 .441* 1 .394* .431*
Sig. (2-tailed) .517 .223 .015 .031 .017
N 30 30 30 30 30 30
butir30 Pearson Correlation -.193 .395 *
.378 *
.394 *
1 .093
Sig. (2-tailed) .308 .031 .039 .031 .624
N 30 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .199 .583** .658** .431* .093 1
Sig. (2-tailed) .291 .001 .000 .017 .624

cxix
N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

cxx
Correlations
Correlations
butir31 butir32 butir33 butir34 butir35 total
butir31 Pearson Correlation 1 .453* .452* -.062 .090 .196
Sig. (2-tailed) .012 .012 .745 .637 .300
N 30 30 30 30 30 30
butir32 Pearson Correlation .453* 1 .554** -.182 .193 .584**
Sig. (2-tailed) .012 .002 .335 .308 .001
N 30 30 30 30 30 30
butir33 Pearson Correlation .452* .554** 1 .000 .539** .713**
Sig. (2-tailed) .012 .002 1.000 .002 .000
N 30 30 30 30 30 30
butir34 Pearson Correlation -.062 -.182 .000 1 .000 .164
Sig. (2-tailed) .745 .335 1.000 1.000 .387
N 30 30 30 30 30 30
butir35 Pearson Correlation .090 .193 .539** .000 1 .572**
Sig. (2-tailed) .637 .308 .002 1.000 .001
N 30 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .196 .584** .713** .164 .572** 1
Sig. (2-tailed) .300 .001 .000 .387 .001
N 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Correlations
butir36 butir37 butir38 butir39 butir40 total
butir36 Pearson Correlation 1 .152 .285 -.179 -.045 .290
Sig. (2-tailed) .421 .126 .345 .815 .120
N 30 30 30 30 30 30
butir37 Pearson Correlation .152 1 .167 .476** -.049 .605**
Sig. (2-tailed) .421 .379 .008 .798 .000
N 30 30 30 30 30 30
butir38 Pearson Correlation .285 .167 1 .360 -.097 .497**
Sig. (2-tailed) .126 .379 .051 .612 .005
N 30 30 30 30 30 30
butir39 Pearson Correlation -.179 .476** .360 1 .014 .485**
Sig. (2-tailed) .345 .008 .051 .943 .007
N 30 30 30 30 30 30
butir40 Pearson Correlation -.045 -.049 -.097 .014 1 .149
Sig. (2-tailed) .815 .798 .612 .943 .432
N 30 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .290 .605** .497** .485** .149 1
Sig. (2-tailed) .120 .000 .005 .007 .432
N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

cxxi
cxxii
Correlations
Correlations
butir41 butir42 butir43 butir44 butir45 total
butir41 Pearson Correlation 1 .071 -.244 .490** .567** .447*
Sig. (2-tailed) .710 .193 .006 .001 .013
N 30 30 30 30 30 30
butir42 Pearson Correlation .071 1 .375* -.123 .284 .220
Sig. (2-tailed) .710 .041 .519 .129 .243
N 30 30 30 30 30 30
butir43 Pearson Correlation -.244 .375* 1 .105 .094 .255
Sig. (2-tailed) .193 .041 .579 .621 .175
N 30 30 30 30 30 30
butir44 Pearson Correlation .490** -.123 .105 1 .490** .728**
Sig. (2-tailed) .006 .519 .579 .006 .000
N 30 30 30 30 30 30
butir45 Pearson Correlation .567** .284 .094 .490** 1 .578**
Sig. (2-tailed) .001 .129 .621 .006 .001
N 30 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .447* .220 .255 .728** .578** 1
Sig. (2-tailed) .013 .243 .175 .000 .001
N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations
Correlations
butir46 butir47 butir48 butir49 butir50 total
butir46 Pearson Correlation 1 .463** .506** .739** .097 .499**
Sig. (2-tailed) .010 .004 .000 .609 .005
N 30 30 30 30 30 30
butir47 Pearson Correlation .463** 1 .405* .458* .289 .525**
Sig. (2-tailed) .010 .026 .011 .122 .003
N 30 30 30 30 30 30
butir48 Pearson Correlation .506 **
.405 *
1 .480 **
.064 .503**
Sig. (2-tailed) .004 .026 .007 .738 .005
N 30 30 30 30 30 30
butir49 Pearson Correlation .739** .458* .480** 1 .017 .604**
Sig. (2-tailed) .000 .011 .007 .929 .000
N 30 30 30 30 30 30
butir50 Pearson Correlation .097 .289 .064 .017 1 .285
Sig. (2-tailed) .609 .122 .738 .929 .127
N 30 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .499** .525** .503** .604** .285 1
Sig. (2-tailed) .005 .003 .005 .000 .127
N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

cxxiii
Lampiran 5 : Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded a
0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.927 33

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
butir1 69.9667 151.964 .394 .927
butir2 70.1000 150.093 .485 .926
butir5 70.3333 152.437 .533 .925
butir6 70.0333 147.551 .658 .923
butir7 70.4000 152.593 .516 .925
butir8 70.0333 149.757 .492 .925
butir10 70.3333 150.644 .461 .926
butir12 69.5000 150.603 .483 .926
butir14 70.3000 148.631 .650 .924
butir15 70.6333 154.378 .393 .926
butir17 70.1667 148.213 .658 .923
butir18 70.2667 148.961 .665 .924
butir20 70.4667 152.947 .435 .926
butir22 70.2667 149.444 .579 .924
butir23 70.2667 150.823 .457 .926
butir24 70.1667 153.109 .391 .927
butir25 70.2667 152.478 .430 .926
butir27 70.1333 149.499 .567 .925
butir28 70.4000 148.662 .668 .923
butir29 69.8333 149.316 .392 .928
butir32 69.9333 150.616 .507 .925
butir33 69.9000 147.403 .655 .923
butir35 70.4000 152.869 .494 .926
butir37 70.0000 145.517 .561 .925
butir38 70.1667 148.557 .466 .926
butir39 70.4667 152.051 .498 .925
butir41 70.2333 150.737 .451 .926
butir44 70.5333 152.947 .759 .925
butir45 70.2333 149.013 .548 .925
butir46 70.1667 150.075 .469 .926
butir47 70.2667 149.306 .509 .925
butir48 70.7667 153.564 .474 .926
butir49 69.8667 147.637 .535 .925

cxxiv
Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL)

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)


BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK DI SMP NEGERI 7
YOGYAKARTA
(PERTEMUAN I)

A. IDENTITAS
1. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 7 Yogyakarta
2. Kelas : VIII
3. Sasaran Layanan : AZI, MSK, SDP, AR, dan NZP
4. Bidang Bimbingan : Pribadi, Belajar
5. Fungsi Layanan : Pengentasan Masalah
6. Tujuan Layanan :
a. Tujuan Umum : Konseli mampu mengatasi permasalahan burnout
belajar pada dirinya
b. Tujuan Khusus : Konseli mampu memahami dan mengidentifikasi
masalah burnout belajar
c. Indikator : a. Konseli mampu memahami permasalahan yang
dialami yaitu burnout belajar
b. Konseli mampu mengidentifikasi gejala-gejala
burnout belajar yang dialami
c. Konseli mampu mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab burnout belajar yang dialami
7. Pelaksana : Devita Mawarni
8. Pihak Terkait : Kepala Sekolah
Guru BK
Wali Kelas
Waka Kesiswaan

cxxv
B. WAKTU DAN TEMPAT
1. Tanggal : 30 Agustus 2021
2. Jam Pelayanan : 14.00-14.45 WIB
3. Volume Waktu : 45 Menit
4. Spesifikasi Tempat : Rumah masing-masing
C. METODE DAN TEKNIK
1. Jenis Layanan : Konseling Kelompok
2. Teknik : Self Management. diskusi
3. Metode : Wawancara dan Diskusi online
D. SARANA
Menggunakan Perangkat komputer/laptop/smartphone dengan aplikasi Google
Meet dan Whatsapp
E. URAIAN KEGIATAN
No Tahapan Kegiatan Waktu
1 a. Pengucapan salam
b. Berdoa bersama
Penghataran: c. Mengecek kehadiran siswa
5 menit
Pembentukan d. Perkenalan diri masing-masing
e. Penjelasan tentang kegiatan layanan
f. Membangun rapport
2 Penjajakan: a. Mengarahkan perhatian konseli dari
Peralihan suasana pembentukan ke suasana
kegiatan 5 menit
b. Menanyakan kesiapan konseli
c. Memahami suasana kelompok
3 Penafsiran a. Mengeksplorasi dan mengidentifikasi 25
dan Pembinaan: masalah yang dialami konseli menit
Kegiatan b. Mengidentifikasi gejala burnout yang
dialami
c. Mengidentifikasi faktor-faktor

cxxvi
penyebab burnout belajar
4 Penilaian: a. Menyimpulkan kegiatan layanan
Kesimpulan b. konseli mengungkapkan 5 menit
pesan dan harapan serta tanggapan
Penutup a. Membahas jadwal pertemuan
selanjutnya
5 menit
b. Mengucapkan terimakasih
c. Berdoa

F. Evaluasi
a. Penilaian Proses
Mengamati keaktivan dan partisipasi konseli selama mengikuti Layanan
Konseling Kelompok
b. Penilaian hasil
Memberikan lembar pertanyaan yang meliputi understanding,
comformtable, action kepada konseli setelah pemberian layanan
G. Tindak lanjut

Yogyakarta, 30 Agustus 2021


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mahasiswa

Arum Setiowati, M.Pd Devita Mawarni


NIP. 19841129 201302 2 001 NIM. 151 44 2000 80

cxxvii
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK DI SMP NEGERI 7
YOGYAKARTA
(PERTEMUAN II)

A. IDENTITAS
1. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 7 Yogyakarta
2. Kelas : VIII
3. Sasaran Layanan : AZI, MSK, SDP, AR, dan NZP
4. Bidang Bimbingan : Pribadi, Belajar
5. Fungsi Layanan : Pengentasan Masalah
6. Tujuan Layanan :
a. Tujuan Umum : Konseli mampu mengatasi permasalahan burnout
belajar pada dirinya
b. Tujuan Khusus : Konseli mampu memahami dan mengidentifikasi
masalah burnout belajar
c. Indikator : a. Konseli mampu mengidentifikasi intensitas
Perilaku bermasalah
b. Konseli mampu mengidentifikasi perasaan yang
dialami ketika burnout belajar
c. Konseli mampu mengidentifikasi kejadian
menarik dalam kehidupan sehari-hari
d. Konseli mampu menetapkan inti masalah yang
yang berkaitan dengan burnout belajar
7. Pelaksana : Devita Mawarni
8. Pihak Terkait : Kepala Sekolah
Guru BK
Wali Kelas
Waka Kesiswaan

cxxviii
B. WAKTU DAN TEMPAT
1. Tanggal : 01 September 2021
2. Jam Pelayanan : 15.30-16.15 WIB
3. Volume Waktu : 45 Menit
4. Spesifikasi Tempat : Rumah masing-masing
C. METODE DAN TEKNIK
1. Jenis Layanan : Konseling Kelompok
2. Teknik : Penguatan Positif
3. Metode : Wawancara dan Diskusi online
D. SARANA
Menggunakan Perangkat komputer/laptop/smartphone dengan aplikasi Google
Meet dan Whatsapp
E. URAIAN KEGIATAN
No Tahapan Kegiatan Waktu
1 a. Pengucapan salam
Penghataran: b. Berdoa bersama
5 menit
Pembentukan c. Mengecek kehadiran siswa
d. Membangun rapport
2 Penjajakan: a. Mengarahkan perhatian konseli dari
Peralihan suasana pembentukan ke suasana
kegiatan 5 menit
b. Menanyakan kesiapan konseli
c. Memahami suasana kelompok
3 Penafsiran a. Mengeksplorasi dan mengidentifikasi 25
dan Pembinaan: masalah yang dialami konseli menit
Kegiatan b. Mengidentifikasi intensitas perilaku
bermasalah yang dialami konseli
c. Menetapkan inti masalah yang
berkaitan dengan burnout belajar
d. Mengidentifikasi kejadian menarik dan
positif yang dialami serta metode

cxxix
belajar yang diinginkan
e. Memberikan penguatan positif kepada
konseli untuk mengubah perilaku
bermasalah
4 Penilaian: a. Menyimpulkan kegiatan layanan
Kesimpulan b. konseli mengungkapkan 5 menit
pesan dan harapan serta tanggapan
Penutup a. Membahas jadwal pertemuan
selanjutnya
5 menit
b. Mengucapkan terimakasih
c. Berdoa

F. Evaluasi
a. Penilaian Proses
Mengamati keaktivan dan partisipasi konseli selama mengikuti Layanan
Konseling Kelompok
b. Penilaian hasil
Memberikan lembar pertanyaan yang meliputi understanding,
comformtable, action kepada konseli setelah pemberian layanan
G. Tindak lanjut

Yogyakarta, 01 September 2021


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mahasiswa

Arum Setiowati, M.Pd Devita Mawarni


NIP. 19841129 201302 2 001 NIM. 151 44 2000 80

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)

cxxx
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK DI SMP NEGERI 7
YOGYAKARTA
(PERTEMUAN III)

A. IDENTITAS
1. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 7 Yogyakarta
2. Kelas : VIII
3. Sasaran Layanan : AZI, MSK, SDP, AR, dan NZP
4. Bidang Bimbingan : Pribadi, Belajar
5. Fungsi Layanan : Pengentasan Masalah
6. Tujuan Layanan :
a. Tujuan Umum : Konseli mampu mengatasi permasalahan burnout
belajar pada dirinya
b. Tujuan Khusus : Konseli mampu memahami dan mengidentifikasi
masalah burnout belajar
c. Indikator : a. Konseli mampu menentukan tujuan konseling
b. Konseli mampu memberian pandangan
mengenai
tujuan yang akan dicapai
c. Konseli mampu meyakinkan diri bahwa
konselor
atau praktikan akan membantu tercapainya
tujuan
d. Konseli mampu mengidentifikasi hal-hal yang
mendukung dan menghambat pencapaian tujuan
7. Pelaksana : Devita Mawarni
8. Pihak Terkait : Kepala Sekolah
Guru BK
Wali Kelas
Waka Kesiswaan

cxxxi
B. WAKTU DAN TEMPAT
1. Tanggal : 03 September 2021
2. Jam Pelayanan : 09.00-09.45 WIB
3. Volume Waktu : 45 Menit
4. Spesifikasi Tempat : Rumah masing-masing
C. METODE DAN TEKNIK
1. Jenis Layanan : Konseling Kelompok
2. Teknik : diskusi, aversi
3. Metode : Wawancara dan Diskusi online
D. SARANA
Menggunakan Perangkat komputer/laptop/smartphone dengan aplikasi Google
Meet dan Whatsapp
E. URAIAN KEGIATAN
No Tahapan Kegiatan Waktu
1 Penghataran: a. Pengucapan salam
Pembentukan b. Berdoa bersama
5 menit
c. Mengecek kehadiran siswa
d. Membangun rapport
2 Penjajakan: a. Mengarahkan perhatian konseli dari
Peralihan suasana pembentukan ke suasana
kegiatan 5 menit
b. Menanyakan kesiapan konseli
c. Memahami suasana kelompok
3 Penafsiran a. Menentukan tujuan konseling 25
dan Pembinaan: b. Memberikan pandangan mengenai menit
Kegiatan tujuan yang akan dicapai
c. Meyakinkan konseli bahwa praktiakan
akan membantu mencapai tujuan
d. Membagi tujuan menjadi sub tujuan

cxxxii
yang berurutan
e. Mengidentifikasi hal pendukung dan
penghambat pencapaian tujuan
4 Penilaian: a. Menyimpulkan kegiatan layanan
Kesimpulan b. konseli mengungkapkan 5 menit
pesan dan harapan serta tanggapan
Penutup a. Membahas jadwal pertemuan
selanjutnya
5 menit
b. Mengucapkan terimakasih
c. Berdoa

F. Evaluasi
a. Penilaian Proses
Mengamati keaktivan dan partisipasi konseli selama mengikuti Layanan
Konseling Kelompok
b. Penilaian hasil
Memberikan lembar pertanyaan yang meliputi understanding,
comformtable, action kepada konseli setelah pemberian layanan
G. Tindak lanjut

Yogyakarta, 03 September 2021


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mahasiswa

Arum Setiowati, M.Pd Devita Mawarni


NIP. 19841129 201302 2 001 NIM. 151 44 2000 80

cxxxiii
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK DI SMP NEGERI 7
YOGYAKARTA
(PERTEMUAN IV)

A. IDENTITAS
1. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 7 Yogyakarta
2. Kelas : VIII
3. Sasaran Layanan : AZI, MSK, SDP, AR, dan NZP
4. Bidang Bimbingan : Pribadi, Belajar
5. Fungsi Layanan : Pengentasan Masalah
6. Tujuan Layanan :
a. Tujuan Umum : Konseli mampu mengatasi permasalahan burnout
belajar pada dirinya
b. Tujuan Khusus : Konseli mampu memahami dan mengidentifikasi
masalah burnout belajar
c. Indikator : a. Konseli mampu memahami penggunaan teknik
Konseling yang diberikan
b. Konseli mampu menerapkan teknik Konseling
7. Pelaksana : Devita Mawarni
8. Pihak Terkait : Kepala Sekolah
Guru BK
Wali Kelas
Waka Kesiswaan

B. WAKTU DAN TEMPAT


1. Tanggal : 05 September 2021
2. Jam Pelayanan : 09.00-09.45 WIB
3. Volume Waktu : 45 Menit
4. Spesifikasi Tempat : Rumah masing-masing

cxxxiv
C. METODE DAN TEKNIK
1. Jenis Layanan : Konseling Kelompok
2. Teknik : diskusi
3. Metode : Wawancara dan Diskusi online

D. SARANA
Menggunakan Perangkat komputer/laptop/smartphone dengan aplikasi Google
Meet dan Whatsapp

E. URAIAN KEGIATAN
No Tahapan Kegiatan Waktu
1 Penghataran: a. Pengucapan salam
Pembentukan b. Berdoa bersama
5 menit
c. Mengecek kehadiran siswa
d. Membangun rapport
2 Penjajakan: a. Mengarahkan perhatian konseli dari
Peralihan suasana pembentukan ke suasana
kegiatan
5 menit
b. Menanyakan kesiapan konseli
c. Memahami suasana kelompok
d. Menjelakan tentang layanan
3 Penafsiran a. Menjelaskan tentang teknik-teknik
dan Pembinaan: konseling
25
Kegiatan b. Penerapan teknik behaviour
menit
c. Memberikan penguatan positif

4 Penilaian: a. Menyimpulkan kegiatan layanan


Kesimpulan b. konseli mengungkapkan
5 menit
pesan dan harapan serta tanggapan

cxxxv
Penutup a. Membahas jadwal pertemuan
selanjutnya
5 menit
b. Mengucapkan terimakasih
c. Berdoa

F. Evaluasi
a. Penilaian Proses
Mengamati keaktivan dan partisipasi konseli selama mengikuti Layanan
Konseling Kelompok
b. Penilaian hasil
Memberikan lembar pertanyaan yang meliputi understanding,
comformtable, action kepada konseli setelah pemberian layanan

G. Tindak lanjut

Yogyakarta, 05 September 2021


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mahasiswa

Arum Setiowati, M.Pd Devita Mawarni


NIP. 19841129 201302 2 001 NIM. 151 44 2000 80

cxxxvi
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK DI SMP NEGERI 7
YOGYAKARTA
(PERTEMUAN V)

A. IDENTITAS
1. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 7 Yogyakarta
2. Kelas : VIII
3. Sasaran Layanan : AZI, MSK, SDP, AR, dan NZP
4. Bidang Bimbingan : Pribadi, Belajar
5. Fungsi Layanan : Pengentasan Masalah
6. Tujuan Layanan :
a. Tujuan Umum : Konseli mampu mengatasi permasalahan burnout
belajar pada dirinya
b. Tujuan Khusus : Konseli mampu memahami dan mengidentifikasi
masalah burnout belajar
c. Indikator : a. Konseli mampu memahami penggunaan teknik
Konseling yang diberikan
b. Konseli mampu menerapkan teknik self-
management
c. Konseli mampu mengevaluasi dan membanding-
kan hasil catatan tingkah laku dengan target
tingkah laku yang telah dibuat
7. Pelaksana : Devita Mawarni
8. Pihak Terkait : Kepala Sekolah
Guru BK
Wali Kelas
Waka Kesiswaan

cxxxvii
B. WAKTU DAN TEMPAT
1. Tanggal : 08 September 2021
2. Jam Pelayanan : 09.00-09.45 WIB
3. Volume Waktu : 45 Menit
4. Spesifikasi Tempat : Rumah masing-masing
C. METODE DAN TEKNIK
1. Jenis Layanan : Konseling Kelompok
2. Teknik : Self Management. diskusi
3. Metode : Wawancara dan Diskusi online
D. SARANA
Menggunakan Perangkat komputer/laptop/smartphone dengan aplikasi Google
Meet dan Whatsapp

E. URAIAN KEGIATAN
No Tahapan Kegiatan Waktu
1 Penghataran: a. Pengucapan salam
Pembentukan b. Berdoa bersama
5 menit
c. Mengecek kehadiran siswa
d. Membangun rapport
2 Penjajakan: a. Mengarahkan perhatian konseli dari
Peralihan suasana pembentukan ke suasana
kegiatan
5 menit
b. Menanyakan kesiapan konseli
c. Memahami suasana kelompok
d. Menjelakan tentang layanan
3 Penafsiran a. Menjelaskan tentang teknik-teknik 25
dan Pembinaan: konseling menit
Kegiatan b. Penerapan teknik self management
c. Memberian petunjuk pengisian lembar
self management

cxxxviii
d. Memberikan penguatan positif
4 Penilaian: a. Menyimpulkan kegiatan layanan
Kesimpulan b. konseli mengungkapkan 5 menit
pesan dan harapan serta tanggapan
Penutup a. Membahas jadwal pertemuan
selanjutnya
5 menit
b. Mengucapkan terimakasih
c. Berdoa

F. Evaluasi
a. Penilaian Proses
Mengamati keaktivan dan partisipasi konseli selama mengikuti Layanan
Konseling Kelompok
b. Penilaian hasil
Memberikan lembar pertanyaan yang meliputi understanding,
comformtable, action kepada konseli setelah pemberian layanan

G. Tindak lanjut

Yogyakarta, 08 September 2021


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mahasiswa

Arum Setiowati, M.Pd Devita Mawarni


NIP. 19841129 201302 2 001 NIM. 151 44 2000 80

cxxxix
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK DI SMP NEGERI 7
YOGYAKARTA
(PERTEMUAN VI)

A. IDENTITAS
1. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 7 Yogyakarta
2. Kelas : VIII
3. Sasaran Layanan : AZI, MSK, SDP, AR, dan NZP
4. Bidang Bimbingan : Pribadi, Belajar
5. Fungsi Layanan : Pengentasan Masalah
6. Tujuan Layanan :
a. Tujuan Umum : Konseli mampu mengatasi permasalahan burnout
belajar pada dirinya
b. Tujuan Khusus : Konseli mampu memahami dan mengidentifikasi
masalah burnout belajar
c. Indikator : a. Konseli mampu memahami penggunaan teknik
Konseling yang diberikan
b. Konseli mampu menerapkan teknik self-
management
c. Konseli mampu mengevaluasi dan membanding-
kan hasil catatan tingkah laku dengan target
tingkah laku yang telah dibuat
7. Pelaksana : Devita Mawarni
8. Pihak Terkait : Kepala Sekolah
Guru BK
Wali Kelas
Waka Kesiswaan

cxl
B. WAKTU DAN TEMPAT
1. Tanggal : 11 September 2021
2. Jam Pelayanan : 09.00-09.45 WIB
3. Volume Waktu : 45 Menit
4. Spesifikasi Tempat : Rumah masing-masing
C. METODE DAN TEKNIK
1. Jenis Layanan : Konseling Kelompok
2. Teknik : Self Management. diskusi
3. Metode : Wawancara dan Diskusi online
D. SARANA
Menggunakan Perangkat komputer/laptop/smartphone dengan aplikasi Google
Meet dan Whatsapp

E. URAIAN KEGIATAN
No Tahapan Kegiatan Waktu
1 Penghataran: a. Pengucapan salam
Pembentukan b. Berdoa bersama
5 menit
c. Mengecek kehadiran siswa
d. Membangun rapport
2 Penjajakan: a. Mengarahkan perhatian konseli dari
Peralihan suasana pembentukan ke suasana
kegiatan
5 menit
b. Menanyakan kesiapan konseli
c. Memahami suasana kelompok
d. Menjelaskan tentang layanan
3 Penafsiran a. Menjelaskan tentang teknik-teknik 25
dan Pembinaan: konseling menit
Kegiatan b. Mengajak konseli mengulas tentang
semua pertemuan

cxli
c. Memberikan penguatan positif
4 Penilaian: a. Menyimpulkan kegiatan layanan
Kesimpulan b. konseli mengungkapkan 5 menit
pesan dan harapan serta tanggapan
Penutup a. Mengucapkan terimakasih
5 menit
b. Berdoa

F. Evaluasi
a. Penilaian Proses
Mengamati keaktivan dan partisipasi konseli selama mengikuti Layanan
Konseling Kelompok
b. Penilaian hasil
Memberikan lembar pertanyaan yang meliputi understanding,
comformtable, action kepada konseli setelah pemberian layanan

G. Tindak lanjut

Yogyakarta, 11 September 2021


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mahasiswa

Arum Setiowati, M.Pd Devita Mawarni


NIP. 19841129 201302 2 001 NIM. 151 44 2000 80

cxlii
Lampiran 7 : Uji Normalitas
Uji Normalitas

Explore

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pretest 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
posttest 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
pretest Mean 94.2000 2.95635
95% Confidence Interval for Lower Bound 85.9919
Mean
Upper Bound 102.4081
5% Trimmed Mean 94.2778
Median 93.0000
Variance 43.700
Std. Deviation 6.61060
Minimum 85.00
Maximum 102.00
Range 17.00
Interquartile Range 12.00
Skewness -.297 .913
Kurtosis -.524 2.000
posttest Mean 69.0000 2.68328
95% Confidence Interval for Lower Bound 61.5500
Mean
Upper Bound 76.4500
5% Trimmed Mean 68.8333
Median 66.0000
Variance 36.000
Std. Deviation 6.00000
Minimum 63.00
Maximum 78.00
Range 15.00
Interquartile Range 10.50
Skewness .938 .913
Kurtosis -.188 2.000

cxliii
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pretest .172 5 .200*
.965 5 .843
posttest .291 5 .191 .905 5 .440
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

cxliv
Lampiran 8 : Uji T-Test
T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 pretest 94.2000 5 6.61060 2.95635
posttest 69.0000 5 6.00000 2.68328

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 pretest & posttest 5 .945 .015

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 pretest -
25.20000 2.16795 .96954 22.50814 27.89186 25.992 4 .000
posttest

cxlv
cxlvi
142

Lampiran 9 : Hasil uji coba Pre-test keseluruhan

J
U
M
L
A
  1234567891 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 H
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
1
1 3212232322 1 4 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 4 3 3 2 2 2 3 1 4 2 2 4 4 2 2 3 2 3 1 3 2 6
1
2
2 3322232232 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2
1
2
3 2223232333 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 0
6
4 3111112112 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1
0
5 2212222232 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 9
1
0
6 2222222222 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 6
1
2
7 4414341311 1 4 1 3 1 1 3 2 1 1 3 4 4 1 3 2 4 3 4 4 4 3 3 2 2 3 2 4 2 3 3 3 3 2 3 1 1 1 1 4 6
1
3
8 4222333332 2 4 1 3 1 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 4 3 4 1 3 4 4 2 2 2 2 4 4 2 4 3 1 2 4 2 1
9 3312233413 1 4 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 1 1 3 4 3 2 3 3 3 2 3 2 1
2
143

5
9
1 3412232212 1 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 1 2 1 3 2 2 3 1 1 3 2 4
0 1
0
1 3322222322 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 8
1 9
1 2112211111 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 1 4 2 2 1 2 2 3 3 4 2 1 3 3 3 2 2 3 3 1 2 3 6
2 6
1 1212111211 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 3 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 7
3 1
1
1 2211322322 1 3 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 4 4 4 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 6
4 1
0
1 2222222222 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1
5 7
1 1113231311 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 3 3 1 1 1 2 4 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 3 1 9
6 1
0
1 2322222212 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3
7 1
1
1 2312222322 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 1
8 1
0
1 2222222222 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 5
9 8
2 3211322311 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 2 2 3 3 2 1 1 3 3 3 3 1 3 2 2 2 1 1 1 4 3 1 1 1 1 1 1 1 8
0 1
1
2 3212331111 1 3 1 3 1 1 3 3 1 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 1 1 3 4 1 2 2 1 3 4 2 1 3 1 2 4 3 4
1 1
2
2 2322233322 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 1 2 3 3 3 2 2 3 4 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 1
2
144

1
0
2 2212222222 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 1
0
2 3212222212 1 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 3 4 2 3 1 2 1 2 3 3
4 1
1
2 2222232212 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 4 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 2 4 2 2 4 3 8
5 1
0
2 2212222222 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 6
6 1
2
2 3322222322 3 3 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 4 3 3 3 2 3 4 4 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1
7 1
2
2 3212231321 1 4 3 2 2 2 4 3 2 2 2 3 1 3 2 2 3 4 4 4 3 3 2 1 2 1 2 3 2 3 3 4 3 2 3 2 2 1 3 3 1
8 1
2
2 2322232322 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2
9 9
3 2211122122 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
0

Lampiran 10 : Hasil Pretest dan Posttest konseli

HASIL PRETEST BURNOUT BELAJAR SISWA KELAS 8 SMP N 7 YOGYAKARTA


145

NAMA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 JML
AZI 2 3 3 4 3 2 2 4 2 3 3 4 4 2 1 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 2 4 3 3 2 4 96
MSK 3 2 2 4 3 2 3 4 1 2 3 4 4 2 2 3 3 1 2 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 4 3 2 3 92
SDP 1 1 2 3 2 2 3 4 2 2 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 2 2 3 4 3 2 2 3 92
AR 2 3 3 4 1 2 2 3 2 2 3 4 2 2 2 3 4 3 3 2 4 4 3 2 3 2 1 2 3 3 1 2 3 85
NZP 3 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 4 4 4 3 2 3 4 4 3 2 3 2 2 4 3 2 3 2 4 2 2 4 98

HASIL POSTTEST BURNOUT BELAJAR SISWA KELAS 8 SMP N 7 YOGYAKARTA


NAMA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 JML
AZI 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2 1 2 3 2 2 3 2 3 2 4 3 3 1 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 77
MSK 3 3 1 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 1 3 2 2 1 2 4 2 1 1 3 74
SDP 1 1 2 3 2 2 1 2 2 1 1 3 2 1 2 4 2 1 1 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 2 1 2 2 60
AR 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 1 1 3 3 2 3 1 1 1 2 3 2 1 1 2 57
NZP 1 2 2 2 3 1 3 1 1 2 3 2 2 3 1 1 2 4 3 3 1 2 1 2 3 1 2 3 1 3 1 2 3 67
142

Lampiran 11 : Foto kegiatan


143

Anda mungkin juga menyukai