Anda di halaman 1dari 168

PENGARUH TEKNIK SOSIODRAMA “UBRUG” TERHADAP

EFIKASI DIRI SISWA


(Studi Pra-Eksperimen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 5 Kota Serang
Tahun Ajaran 2019/2020)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd)

Siska Permatasari
NIM: 2285150024

Disusun Oleh
SISKA PERMATASARI
2285150034

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya sebagai penulis Skripsi berikut:


Judul Skripsi : Pengaruh Teknik Sosiodrama “Ubrug” Terhadap Efikasi
Diri Siswa Kelas IX di SMP Negeri 5 Kota Serang
2019/2020).
Nama Mahasiswa : Siska Permatasari
NIM : 2285150034
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi tersebut di atas adalah benar-


benar hasil karya asli saya dan tidak memuat hasil karya orang lain, kecuali
dinyatakan melalui rujukan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Apabila dikemudian hari ditemukan hal-hal yang menunjukan bahwa sebagian
atau seluruh karya ini bukan karya saya, maka saya bersedia dituntut melalui
hukum yang berlaku. Saya juga bersedia menanggung segala akibat hukum yang
timbul dari pernyataan secara sadar dan sengaja saya nyatakan melalui lembar ini.

Serang, 26 Agustus 2020

SISKA PERMATASARI

NIM. 2285150034

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Siska Permatasari
(2285150034)

PENGARUH TEKNIK SOSIODRAMA “UBRUG” TERHADAP EFIKASI


DIRI SISWA
(Studi Pra Eksperimen Pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 5 Kota Serang
Tahun Ajaran 2019/2020)

Serang, 26 Agustus 2020


Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Rahmawati, S.Psi.,M.A Raudah Zaimah D, M.Pd

NIDN. 0011108103 NIDN. 0021069101

Diketahui

Ketua Jurusan BK

Dr.Hj.Evi Afiati, M.Pd

NIP. 197908012006042003

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Siska Permatasari
(2285150034)

PENGARUH TEKNIK SOSIODRAMA “UBRUG” TERHADAP EFIKASI


DIRI SISWA
Studi Pra Eksperimen Pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 5 Kota Serang
Tahun Ajaran 2019/2020

Serang, 26 Agustus 2020


Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Rahmawati, S.Psi.,M.A Raudah Zaimah D, M.Pd

NIDN. 0011108103 NIDN. 0021069101

Diketahui

Ketua Jurusan BK

Dr.Hj.Evi Afiati, M.Pd

NIP. 197908012006042003

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpakan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Teknik Sosiodrama “Ubrug” Terhadap Efikasi Diri Siswa
(Studi Pra-Eksperimen pada Siswa Kelas IX SMPN 5 Kota Serang Tahun Ajaran
2019/2020)”.
Penelitian skripsi dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata 1 pada Program Studi Bimbingan dan
Konseling di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pada penelitian skripsi, peneliti
menyadari masih belum mendekati kesempurnaan oleh karena itu, peneliti sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai bahan masukan
yang bermanfaat, demi perbaikan dan peningkatan diri dalam bidang ilmu
pengetahuan.
Peneliti menyadari, berhasilnya penyusunan skripsi tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah memberikan semangat dan doa kepada peneliti
dalam menghadapi setiap tantangan sehingga, sepatutnya peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Fatah Sulaiman, ST., MT. selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Dase Erwin Juansah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
3. Ibu Dr. Hj. Evi Afiati, M.Pd. selaku ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling.
4. Ibu Rahmawati, S.Psi.,M.A dan Ibu Raudah Zaimah D, M.Pd. selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah membimbing dan meluangkan waktu untuk
membantu peneliti selama proses penyusunan skripsi.
5. Dosen dan Staf Jurusan Bimbingan dan Konseling Untirta yang telah
memberikan ilmu yang menunjang untuk penyusunan skripsi selama proses
perkuliahan.

v
6. Bapak Jindar Tamimi selaku Kepala Sekolah SMPN 5 Kota Serang, yang
telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.
7. Ibu Dra. Hj. Hartati dan Ibu Mardiyati, S.Pd selaku guru BK SMPN 5 Kota
Serang yang telah membantu peneliti selama penelitian di sekolah.
8. Kepada siswa-siswa yang telah membantu peneliti dalam melakukan
penelitian khususnya kelas IX SMPN 5 Kota Serang
9. Kepada orang tua tercinta dan tersayang Bapak Dedi Hanedi, S.H dan Ibu Lia
Supartini yang telah mendoakan, mendukung serta memberikan dorongan
sepenuhnya bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi dan perkuliahan.
10. Kepada teteh, kakak, dan adik tersayang yang selalu mendoakan dan
menyemangati peneliti.
11. Kepada pemuda/i komplek yang selalu mendukung, menghibur,
menyemangati dan membantu dalam segala hal yang menunjang proses
penelitian.
12. Sahabatku, Febriyani S.Pd, Prawita S.Pd, Vela Febrianti, yang sama-sama
memberikan semangat dalam proses perkuliahan dan penyusunan skripsi.
13. Teman-teman satu dosen pembimbing yang selalu memberi energi positif dan
berjuang bersama dalam proses bimbingan baik suka dan duka.
14. Teman-teman Bimbingan dan Konseling tahun 2015 yang telah berjuang
bersama semenjak perkuliahan dimulai hingga penyusunan tugas akhir.
15. Orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung ikut serta dalam
penyusunan skripsi peneliti.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan dan dapat memberikan
sumbangsih pemikiran untuk perkembangan pengetahuan bagi penulis maupun
para calon pendidik Serang, 20 Agustus 2020
Peneliti

Siska Permatasari
NIM. 2285150034

vi
MOTTO

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya),
dan bila kamu ditimpa kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu
meminta pertolongan
(Q.S An Nahl: 53)

Selalu Ada Harapan Bagi Orang Yang Berdo’a Dan Selalu Ada Jalan Bagi Orang
Yang Berusaha.

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran yang


dijalani, yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit.
(Ali bin Abi Thalib)

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

MOTTO .......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xiii

ABSTRAK ...................................................................................................... xiv

ABSTRACT .................................................................................................... xv

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Kajian dan Temuan Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................... 5
C. Identifikasi Masalah................................................................................ 7
D. Pembatasan Masalah Penelitian .............................................................. 8
E. Rumusan Masalah ................................................................................... 8
F. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
G. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORI


A. Kajian Teori ............................................................................................ 10
1. Perkembangan Peserta Didik Siswa SMP ....................................... 10
1.1 Definisi ..................................................................................... 10
1.2 Tugas Perkembangan Siswa SMP ............................................ 11
1.3 Karateristik Siswa SMP ............................................................ 13
2. Efikasi Diri ...................................................................................... 14

viii
2.1 Pengertian Efikasi Diri ............................................................. 14
2.2 Aspek-Aspek Efikasi Diri......................................................... 16
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri ................................. 21
2.4 Ciri-ciri Efikasi Diri ................................................................. 24
2.5 Cara Meningkatkan Efikasi Diri ............................................... 25
3. Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Sosiodrama “Ubrug” ......... 25
3.1 Bimbingan Kelompok ............................................................. 25
3.2 Teknik Sosiodrama ................................................................... 30
3.3 Kesenian Ubrug ........................................................................ 36
4. Pengaruh Teknik Sosiodrama Terhadap Efikasi Diri Siswa ........... 38
B. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 39
C. Hipotesis ................................................................................................... 40

BAB III METODOLOGI TEKNIK PENELITIAN


A. Metode dan Teknik Penelitian .................................................................. 41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 42
C. Definisi Istilah Penelitian .......................................................................... 43
D. Variabel dan Indikator Penelitian ............................................................. 44
E. Prosedur Penelitian .................................................................................. 45
F. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 46
G. Teknik Penelitian ...................................................................................... 47
H. Instrumen Penelitian ................................................................................. 50
I. Data Penelitian .......................................................................................... 58
J. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Data ............................................................................................. 60
1. Efikasi Diri Siswa Kelas IX SMPN 5 Kota Serang Tahun Ajaran
2019/2020 ........................................................................................... 60
2. Hubungan Efikasi Diri Siswa dengan Teknik Sosiodrama “Ubrug” .. 61
B. Pengujian Hipotesis .................................................................................. 68
1. Uji Normalitas ..................................................................................... 68

ix
2. Uji Wilcoxon ....................................................................................... 69
C. Hasil Pembahasan Penelitian .................................................................... 71
1. Mengetahui Efikasi Diri Siswa Kelas SMPN 5 Kota Serang Setelah
Mengikuti Teknik Sosiodrama “Ubrug” ............................................. 74
2. Mengetahui Pengaruh Teknik Sosiodrama “Ubrug” Terhadap Efikasi
Diri Siswa Kelas IX di SMPN 5 Kota Serang .................................... 76
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulam ..................................................................................................... 79
Saran ................................................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81


LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Waktu Penelitian .................................................................. 42


Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Penelitian .................................................... 44
Tabel 3.3 Tabel Populasi Penelitian ................................................................. 46
Tabel 3.4 Interval Kelas Skor, Persentase dan Kategori .................................. 49
Tabel 3.5 Kategori Variabel ............................................................................. 51
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian (sebelum judgmen).......................... 51
Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian (setelah judgmen) ............................ 52
Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Penelitian (setelah uji validitas) ....................... 53
Tabel 3.9 Norma Skor ...................................................................................... 53
Tabel 3.10 Hasil Uji Validasi ........................................................................... 56
Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas ...................................................................... 57
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Min, Max, Mean dan Standar Deviasi ............... 60
Tabel 4.2 Efikasi Diri ....................................................................................... 60
Tabel 4.3 Hasil Data Pre-test ........................................................................... 62
Tabel 4.4 Hasil Data Post-test .......................................................................... 67
Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Pre-test dan Post-test .............................................. 67
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 68
Tabel 4.7 Uji Wilcoxon Pre-test dan Post-test Secara Keseluruhan ................ 69
Tabel 4.8 Hasil Akhir Uji Wilcoxon ................................................................ 70
Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Pre-test dan Post-test ....................................... 70

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ......................................................................... 39


Gambar 3.1 Skema One Group Pre-test Post-test Design ................................ 41
Gambar 3.2 Variabel Penelitian ....................................................................... 44
Gambar 3.3 Menghitung Klasifikasi Penelitian ............................................... 48
Gambar 3.4 Rumus Alpha ................................................................................ 57
Gambar 3.10 Menghitung Nilai Mean ............................................................. 58

xii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 ......................................................................................................... 61

xiii
ABSTRAK

Siska Permatasari, 2020. Pengaruh Teknik Sosiodrama “Ubrug” Terhadap


Efikasi Diri Siswa. Skripsi. Dibimbing oleh: Rahmawati (Pembimbing 1);
Raudah Zaimah Delimunthe (Pembimbing 2). Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh diberikan teknik sosiodrama


“Ubrug” terhadap efikasi diri siswa serta efektif atau tidaknya teknik yang
diberikan. Jenis penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen dengan
menggunakan desain one group pre-post test design. Populasi yang diambil
sebanyak 112 siswa dengan karakteristik siswa kelas IX (a, b dan c), berusia 15
tahun, memiliki efikasi diri rendah dengan ciri-ciri kurangnya rasa percaya diri,
dan perilaku yang sedikit tertutup. Dari itu didapatkan jumlah sampel sebanyak 15
siswa dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data
menggunakan angket efikasi diri siswa yang terdiri dari 34 item pernyataan
dengan nilai reliabilitas (rhitung) sebesar 0.896. Pada hasil pre-test siswa diperoleh
mean sebesar 55.3%, sedangkan untuk hasil post-test siswa diperoleh mean
sebesar 73.8%. Hasil uji wilcoxon terdapat hasil yang menunjukan t-hitung sebesar
2,266 dengan df=N-1=14, sehingga t-tabel = (2,160) pada paraf signifikan
(𝛼=0.05). Hasil thitung ≥ ttabel, yaitu 2,266 ≥ (2,160), Tingkat sig. (2-tailed) =
0.000 dan taraf signifikansi (𝛼 = 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa Teknik
Sosiodrama “Ubrug” dapat meningkatkan efikasi diri siswa kelas IX SMPN 5
Kota Serang.

Kata Kunci: Efikasi Diri, Teknik Sosiodrama “Ubrug”

xiv
ABSTRACT

Siska Permatasari, 2020. The Influence of “Ubrug” Sociodrama Technique


toward Students Self-Efficacy. Supervised by: Rahmawati, S.Psi.,M.A
(Advisor 1); Raudah Zaimah D, M.Pd (Advisor 2). Guidance and
Counseling Study Program, Faculty Education, Sultan AgengTirtayasa
University.

The purpose of this study was to determine the effect of the given "Ubrug"
sociodrama technique on students' self-efficacy as well as the effectiveness of
the technique given. The type of research used was pre-experimental using one
group pre-post test design. The population taken as many as 112 students with
the characteristics of IX grade students (a, b and c), aged 15 years, have low
self-efficacy with the characteristics of lack of self-confidence, and behavior
that is slightly closed. From that, a total sample of 15 students was obtained
with a purposive sampling technique. The data collection method uses a
student self-efficacy questionnaire consisting of 34 statement items with a
reliability value (rcount) of 0.896. In the pre-test results students obtained a
mean of 55.3%, while for post-test results students obtained a mean of 73.8%.
Wilcoxon test results there are results that show a t-test of 2.266 with df = N-1 =
14, so t-table = (2.160) at a significant initial (α = 0.05). The result of t count ≥
ttable, that is 2,266 ≥ (2,160), sig level. (2-tailed) = 0,000 and significance level
(α = 0.05), , it can be concluded that the Sociodrama Technique "Ubrug" can
increase the self-efficacy of IX grade students at SMPN 5 Kota Serang.

Keywords: Self-Efficacy, "Ubrug" Sociodrama Technique

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri dari tiga bagian, yaitu input
(siswa dan guru sebagai pendidik), proses yang dipengaruhi oleh lingkungan dan
metode pengajaran, serta output atau hasil. Pendidikan adalah bagian penting dari
kehidupan setiap orang. Halntersebutn dijelaskannpadan halamann5nBabn1
Undang-UndangnNomorn20nTahunn2003ntentangnSistemnPendidikan Nasional
(Sisdiknas).NUndang-undangntersebut menjelaskan bahwanpendidikan nadalah
upayansadar dannterencananuntuk memperkayansuasananbelajar dan suasana
pembelajaran. Proses ini memungkinkan agar siswa dapat secaraNaktif
mengembangkannpotensinya sehingga siswa memilikinkekuatannspiritual agama,
pengendalian diri, kepribadian, kebijaksanaan, akhlak mulia dan keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat,nbangsa,ndan negara.
Masanremajanmerupakannmasantransisindarinmasa kanak-kanak hingga
dewasa.NWirawan S.S & Eko. A (1991:98) mengungkapkan bahwa menurut
WHO batasan usiaNremaja adalah 10-20Ntahun yaituNremajaNawal 10-14
tahun,NremajaNakhirNusia 15-20 tahun,NsedangkanNbatasan usiaNremajaNdi
masyarakat Indonesia adalah 11-24 tahun, serta belum menikah. Menurut Hurlock
E.B (1980:207) siswa dalam masa pubertas dini memiliki beberapa karakteristik,
yaitu masa remaja merupakan masa perubahan pada tubuh dengan cepat, dan
perubahan tingkah laku serta sikapNjugaNberkembangNpesat. PerubahanNyang
terjadi,NsepertiNperubahanNemosi,NperubahanNfisik, NperubahanN minatN dan
perilaku,NsertaNambisiNremajaNyangNlebihNbesarNterhadapNhal-halNtertentu.
Siswa pada masa remaja awal biasanya berambisi terhadap sesuatu, namun
tidak sedikit siswa yang tidak yakin akan kemampuannya. Peningkatan dan
penurunan prasangka pada masanremajansangat dipengaruhinoleh lingkungan
nsekitarnya. Jika seorangnremaja beradandalamnlingkungan nindividual dan
didukungn oleh nteman-temann yang tidak sesuai, maka remajaNtersebut
tidakNakan memperdulikan orang lain di sekitarnya, bahkan sulit untuk menilai

1
2

bagaimana penampilannya dalam situasi tertentu. Perilaku siswa yang tidak yakin
dengan kemampuannya akan sangat mempengaruhi kehidupannya karena manusia
hidup dalam lingkungan sosial, oleh karena itu jika perilaku tersebut tidak dapat
segera diatasi dapat merugikan moralitas anak bangsa.
Satu hal yang perlu ditingkatkan oleh siswa adalah efikasi diri. Setiap siswa
sangat perlu memiliki efikasiNdiri, karena ituNmerupakanNsalahNsatuNaspek
pengetahuanNtentangNdiriNatauN self-knowledgeNyangN palingN berpengaruh
dalam kehidupan sehari-hari. Efikasi diri mengacu pada seseorang yang dapat
mengendalikan situasi dan mencapai hasil yang positif. Efikasi diri adalah
konstruksi yang dikemukakan oleh Bandura berdasarkan teori kognitif sosial.
Secara teoritis menurut Bandura (1997:5) mengemukakan bahwa tindakan
manusia merupakan suatu hubungan kelompok dengan timbal balik antara
individu, lingkungan, dan perilaku.
Bandura (Indahsari, 2017:48) mengartikan efikasi diri sebagai keyakinan
seorang siswa terhadap kemampuannyaNdalamNmelaksanakanNtugas atau
tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Efikasi diri juga
dapat mengambil berbagai ukuran kontrol untuk fungsi diri siswa dalam peristiwa
dilingkungan dan percaya bahwa efikasi diri adalah dasar dari agen manusia.
Pemahaman yang lebih luas tentang efikasi diri didefinisikan sebagai keyakinan
siswa pada kemampuannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Efikasi diri
berupaya memahami fungsi individu dalamnpengendalianndiri, npengaturan
proses nberpikir,nmotivasi,nkondisi emosional, dan aspek psikologis. Bandura
(1997:4) menambahkan bahwa efikasindiri merupakan salah satu potensi dalam
faktor kognitif manusia karena sangat mempengaruhi perilaku setiap orang.
Efikasi diri juga menggambarkan bagaimana orang merasa, berpikir, memotivasi
diri sendiri dan berperilaku.
Menurut Ormrod (Purwanto, 2015:11) efikasi diri adalah penilaian
kemampuan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu atau mencapai tujuan
tertentu. Sementara menurut Bandura (Santrock, 2017:286), efikasi diri juga
dianggap sebagai faktor penting bagi siswa dengan atau tanpa prestasi. Perilaku
yang sering dikelompokkan oleh efikasi diri adalah siswa tidak dapat memiliki
3

kemampuan sendiri, dan jangkauan teman biasanya tidak mendukung, siswa akan
selalu memiliki prasangka negatif terhadap diri sendiri atau orang lain dan
menurunkan motivasi mereka.
Menurut Bandura (Mahmudi dan Suroso, 2014:187), beberapa ciri orang
dengan efikasiNdiri rendahNadalahNmerasaNtidakNberdaya, sedih, cuek, cemas,
menjauhkanNdiriNdariNtugas-tugas Nsulit, cepat menyerah saat menghadapi
kendala, dan cenderung akan memperkelompokkan kekurangan diri sendiri dan
lambat untuk memulihkan kembali dari perasaan gagal. Menurut Bandura
(1994:71), siswa dengan efikasi diri tinggi akan berpikir bahwa mereka telah
gagal karena kurangnya usaha, pengetahuanndannketerampilan. Siswanakan lebih
meningkatkann usahanya untuknmencegah kemungkinannkegagalan dan
berkomitmen dalam mencapai tujuan. Siswa dengan efikasi diri rendah kurang
pandai menangani tugas-tugas yang dihadapi, tidak dapat mengumpulkan tugas
dengan tepat waktu, cenderung menghindari tekanan dengan cara membolos dan
kurang percaya diri sehingga menyontek saat mengerjakan PR atau ujian.
Seperti hal nya di kota Serang, ketika walikota Serang berencana melakukan
sidak di kantor Dinas Lingkungan Hidup Daerah (DLHD) Serang di lingkungan
Kepandean, walikota Serang Syafrudin menjaring banyak siswa saat jam sekolah
banyak yang pada nongkrong. Orang nomor satu di kota Serang itu langsung
meminta mereka kembali ke sekolahnya. Perilaku siswa yang tidak efisien
tentunya akan mempengaruhi prestasi siswa di sekolah. Jika dibiarkan, sikap
siswa dengan efikasi diri rendah akan terus dipertahankan pada setiap jenjang
pendidikan yang akan dilalui.
Anggara F, Yusuf A.M, Marjohan (2016) melakukan studi modeling tentang
tentang efektifitas layanan bimbingan kelompok dengan modeling untuk
meningkatkan efikasi diri siswa dalam menghadapi ujian. Penelitian ini
membuktikan bahwa bimbingan dan pemodelan kelompok dapat secara efektif
meningkatkan efikasi diri dalam menghadapi ujian. Siswa juga lebih termotivasi
untuk mengikuti ujian akhir tahun dibandingkan sebelumnya. Pengenalan tersebut
menunjukkan bahwa dalam berbagai kegiatan akademik, siswa memiliki rasa
efikasi diri dalam berbagai kegiatan.
4

Syaefullah (2015) melakukan penelitian lain yang mencoba meningkatkan


efikasindirinakademik melaluindiskusinkelompok dengan siswanVIIInA nSMP
Negerin3nBukateja Purbalingga. Dari hasilnpenelitian diperoleh hasilnyang
penting yaitu diskusi kelompok dapat meningkatkan efikasi diri yang dicapai
dimulai dari 87,63 (61%) sebelum siklus dan 103,38 (78%) pada siklus I
kemudian 112,16 (78%) pada siklus II. Dinilai sebagai efikasi diri akademik
tinggi, yang berarti siswa memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuannya,
dapat memecahkan masalah dan memiliki rasa percaya diri. Dari prasiklus ke
siklus, skor efikasi diri akademik meningkat sebesar 24,5.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri
5 Kota Serang dengan menggunakan instrumen DCM di kelas IX, ditemukan
beberapa siswa yang memiliki efikasi dirinya rendah atau hasil dari instrumen
yang telah dilakukan oleh siswa berada pada nilai yang melebihi skor aman. Siswa
menjadi lebih pasif dan enggan mengemukakan pendapatnya saat dikelas ataupun
diluar kelas. Terdapat 31% siswa yang efikasi dirinya masih rendah di tentukan
dengan menggunakan angket berupa instrument DCM, skor tersebut menandakan
bahwa siswa termasuk dalam kelompok siswa yang bermasalah..
Selain itu, gurunbimbinganndannkonseling (BK) SMPnNegeri 5 Kota
Serang Kecamatan Kasemen berperan dalam meningkatkan rendahnya efikasi diri
siswa. treatmen yang akanndiberikan menggunakannbimbingannkelompok
dengannmenggunakan tekniknsosiodrama “Ubrug”. Hal ini diharapkan agar
meningkatkan efikasi diri siswa sehingga mereka bisa lebih yakin lagi terhadap
potensi yang ada dalam diri sendiri.
Berdasarkan data masalah di atas, maka perlu dilakukan penanganan
terhadap siswa yang memiliki masalah efikasi diri. Salahnsatu layanannyang
dapatndiberikan kepadansiswa dalam hal efikasi diri adalah bimbingan kelompok.
teknik yang akan digunakan yaitu teknik sosiodrama dalam tema model
permainan kesenian ubrug. Ubrug merupakan salah satu teater rakyat yang
berfungsi sebagai media penyampaian informasi atau berita tentang keadaan nyata
kehidupan masyarakat kepada publik. Ubrug dapat menghadirkan karakteristik
komunitas yang berbeda dalam media lakon, sedangkan teknik sosiodramanadalah
5

dramatisasinmasalahnyang muncul dalamninteraksi sosial dengannorang lain


tingkat konfliknyangndialamindalamninteraksinsosial.
Teknik Sosiodrama merupakan salah satu jenisNpermainanNperanNyang
bertujuanNuntukNmemecahkanNmasalahNsosialNyang munculNdalam hubungan
interpersonal,NRomlah (Karlina, 2016:33). Teknik ini dianggap sebagainsalah
satuncara yangntepatnuntuk mengurangi efikasi diri yangnrendah,nkarena
memberikannkesempatannkepada siswanuntuk berperan khusus dalam masalah
sosial dan mengajarkan bagaimana mengekspresikan diri dalam hubungan antar
manusia sehingga siswa dapat secara personal merasakan perannya. Tujuan dari
teknik sosiodrama adalah agar siswa tidak canggung dalam menghadapi situasi
sosial, menghilangkan rasa maluNdanNrasa rendahNdiriNyangNtidak pada
tempatnya, Nmendidik Ndan Nmengembangkan kemampuan mengutarakan
pendapatNdi depan teman-temannya, belajar bagaimana berbagi tanggung jawab,
serta membiasakanNdiriNuntukNsanggupNmenerimaNdan menghargai pendapat/
perasaan orang lain
BerdasarkanNlatarNbelakangNtersebut, penelitianNiniNdimaksudkan untuk
mengkajiNlebihNlanjut tentangN”Pengaruh Teknik Sosiodrama “Ubrug”
Terhadap Efikasi Diri Siswa” (Penelitian Pra Eksperimen Kelas IX SMP Negeri 5
Kota Serang)”.
B. Kajian dan Temuan.Penelitian.Tedahulu.yang.Relevan
Penelitian terdahulu merupakan penelitian pertama yang
dilakukanNolehNpenelitiNlain. Peneliti membutuhkan penelitian sebelumnya
sebagai acuan untuk memperkuat penelitianNyangNakanNdilakukan dan
membandingkanNpenelitianNyangnsatu dengan yang lainnya. Pada penelitian
ini, peneliti telah melakukan penelusuran terhadap hasil penelitian
sebelumnya terkait teknik sosiodrama dan efikasi diri. Adapunnpenelitian
terdahulunyangnmenjadinrujukannpenelitinadalahnsebagainberikut:
1. Fery Anggara, A. Muri Yusif, Marjohan (2016). “Efektivitas Layanan
Bimbingan Kelompok dengan Modeling dalam Meningkatkan Efikasi
Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian”, menyimpulkan bahwa bimbingan
kelompokndengannmodelingnefektif terhadap peningkatan efikasindiri
6

dalamnmenghadapinujian. Instrumen yangNdigunakanNberupa skala


efikasiN diriNN yangN dirancangN denganN modelN SkalaNLikert.nUji
reliabilitasn dilakukanndengannmenggunakannrumus AlphanCronbach
dengan nilai Alpha= 0,946. UjinWilcoxonndigunakannuntuknmenguji
perbedaannduansampelndependen,nkarena lebih kuat dari uji t, hal ini
disebabkan karena uji Wilcoxon juga memperhitungkan besaran relatif
perbedaan data. Skor efikasi diri kelompok eksperimen sebelum
diberikan perlakuan berada pada skor rata-rata sebesar 126,00, setelah
diberikan perlakuan berada pada skor rata-rata sebesar 157,66 sehingga
skor efikasi diri setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan
modelling, dengan rata-rata kenaikan sebesar 31,66 poin.
2. Yulia Humeira (2014) dalamnjurnalnya yangnberjudul “Keefektifan
Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Bermain Peran Untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Dalam Belajar”, menyimpulkan bahwa
layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran dapat
meningkatkan efikasi diri dalam belajar pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 5 Surakarta. Hal ini ditunjukkan dengan hasil data yang dapat
disimpulkan bahwa F hitung sebesar 5.201 dengan nilai signifikasi
sebesar 0,025. Nilai signifikasi lebih kecil dari 0.05 (0,025 < 0,05).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa teknik Role Playing efektif
untuk meningkatkan efikasi diri dalam belajar pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 5 Surakarta.
3. Wahdania, Ulfia dan Sri. (2017) berjuduln“PengaruhnEfikasi Diri, Harga
Diri, dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik
kelas X SMA Negeri 1 Bulupoddo Kab. Sinjai”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara bersama-sama efikasi diri, harga diri dan
motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar matematika
peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Bulupoddo. Sehubung dengan hal
tersebut, maka dala penelitian inidapat dikatakan bahwa efikasi diri,
harga diri dan motivasi peserta didik memiliki jumlah pengaruh yang
7

besar terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas X SMA


Negeri 1 Bulupoddo
4. Nur’aini (2014) yang berjudul “Pengembangan model bimbingan
kelompok dengan teknik sosiodrama untuk meningkatkan penyesuaian
diri siswa Kelas X SMK Islam adiluwih Pringsewu-Lampung”.
Berdasarkan analisis skor terhadap skala penyesuaian diri yang
diberikan kepada subjek penelitian sebelum diberikan perlakuan (pre-
test) adalah 52,3% dan setelah diberikan perlakuan (post-test)
mengalami peningkatan 11.7% sehingga menjadi 64%. Berdasarkan
hasil pengujian menggunakan rumus uji t dengan menggunakan
bantuan perangkat lunak (software) SPSS 16.00 for Windows, nilai
signifikansi hitung (Sig.2-tailed) yang diperoleh adalah 0,000 pada taraf
signifikansi 95%. Oleh karena nilai signifikansi hitung < 0,05 maka
hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berarti bahwa model
bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terbukti mampu untuk
meningkatkan penyesuaian diri siswa
C. Identifikasi Masalah
Menurut Bandura (Santrock, 2017:286) efikasimdirimmerupakan faktor
pentingm bagimsiswa denganmatau tanpa prestasi. Hal tersebut dijelaskan di
latar belakang bahwa bentuk-bentuk perilaku efikasi diri berupa: (1) Kurang
mampu akan kemampuan yang dimiliki oleh siswa, (2) Ruang lingkup teman
yang tidak mendukung, (3) Selalu berprasangka negatif terhadap diri sendiri
atau pun orang lain, (4) Kurangnya motivasi diri siswa.
Selain itu, Bandura (Mahmudi dan Suroso, 2014:187) menjelaskan
bahwa beberapa ciri orang dengan efikasi diri rendah adalah merasa tidak
berdaya, mudah sedih, cuek, cemas, jauh dari tugas yang sulit, dan cepat
menyerah ketika menemui kendala, cenderung memikirkakan kekurangan,
dan pemulihannya akan lambat dari kegagalan.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi dan ciri-ciri efikasi diri
rendah, maka siswa perlu mendapatkan layanan bimbingann nkelompok
8

dengan menggunakan tekniknsosiodrama “Ubrug”. Teknik ini nmampu


meningkatkannefikasi dirinsiswa terutama dalam hal pribadi-sosial
D. Pembatasan Masalah Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan, maka perlu dilakukan
pembatasan permasalahan agar peneliti dapat lebih fokus dalam menggali dan
mengatasi permasalahan yang ada. Oleh sebab itu dalam penelitian,
pembahasan akan difokuskan pada Pengaruh Teknik Sosiodrama “Ubrug”
Terhadap Efikasi Diri Siswa (Penelitian Pra Eksperimen Kelas IX SMPN 5
Kota Serang.
E. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka masalah dalam
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana efikasi diri siswa kelas IX di SMP Negeri 5 Kota Serang
setelah mengikuti teknik sosiodrama “Ubrug”?
2. Apakah ada pengaruh teknik sosiodrama “Ubrug” untuknmeningkatkan
efikasindirinsiswa kelas IX di SMPN 5 Kota Serang?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkannrumusannmasalahndiatas,nmakantujuanndarinpenelitinadalah:
1. Mengetahui efikasi diri siswa kelas IX di SMP Negeri 5 Kota Serang
setelah mengikuti teknik sosiodrama “Ubrug”
2. Mengetahui ada pengaruh diberikan teknik sosiodrama “Ubrug” terhadap
efikas diri siswa kelas IX di SMPN 5 Kota Serang.
G. ManfaatnPenelitian
Manfaatnpenelitian dijabarkan menjadinduanyaitunmanfaat teoritismdan
manfaatnpraktis sebagainberikut:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitianninindapatm memberikan wawasan,
pengetahuan dan masukan dalam peningkatan keterampilan sosial siswa,
serta dapatnmemberikan kontribusi konseptual terhadap permasalahan
yang berkaitan dengan efikasi diri siswa melalui teknik sosiodrama
Ubrug untuk meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
9

2. ManfaatnPraktis
a. ProdinBimbinganndannKonseling
Penelitianndapatndijadikannsebagai kajian keilmuan bagi akademisi
program studi BimbinganndannKonseling Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa yang akan melakukan penelitian mengenai efikasi diri
siswa melalui kesenian Ubrug.
b. Sekolah
Peneltian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi sekolah
untuk lebih memfasilitasi guru BK dalam pemberian layanan
bimbingan yang tepat mengenai efikasi diri siswa melalui kesenian
Ubrug.
c. Guru Bimbingan dan Konseling
Dapat digunakan sebagai bahan acuan pembuatan program layanan
bimbingan dan konseling sehingga dapat memberikan layanan yang
tepat agar siswa mampu meningkatkan belajar dan memiliki
keyakinan diri dengan kemampuan yang dimiliki.
d. Siswa
Siswa mampu mengimplementasikan keyakinan yang ada di dalam
dirinya seoptimal mungkin, sehingga keyakinan tersebut dapat terus
berkembang didalam kehidupan sehari-hari.
e. Penelitian Selanjutnya
Penelitian dapat digunakan sebagai kajian pengembangan keilmuan
untuk lebih mengembangkan mengenai efikasi diri siswa meski
dengan menggunakan metode penelitian lain.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Perkembangan Peserta Didik Siswa SMP
a. Definisi
Menurut ketentuan Pasaln1nayat (2) Undang-UndangnDasar
tahunn1989 tentangnSistem Pendidikan Nasional, anggota
masyarakat yang berusaha berkembang pada jalur, jenjang dan jenis
tertentu melalui proses pendidikan. Mengenai pendidikan dasar dan
menengah, menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 dan 29
tahun 1990 disebut sebagai siswa. Perkembangan siswa merupakan
cara gerak ataunperubahannyang dimulainsecaran dinamisndari
pembuahan dan berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia.
Perkembangannini terjadinkarena kedewasaan dannpengalaman.
Siswa merupakan subjek utama pendidikan, pendidik selalu
berhubungan dengan siswa, namun setelah guru menyelesaikan
tugasnya anak dituntut untuk mengamalkan ilmu dalam kehidupan
bermasyarakat. Tugas utama siswa adalah belajar dan belajar. Siswa
harus hidup mandiri dan mampu menyelesaikan tugas pendidikan,
namun tetap tergantung pada kemampuan dan perubahannya.
Perubahan perkembangan siswa remaja merupakan hasil dari
proses biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang saling terkait.
Seiring bertambahnya usia, proses biologis mencakup perubahan ciri
fisik siswa yang akan mengarah pada kematangannya. Proses kognitif
mencakup perubahan dalam pemikiran pribadi, kecerdasan, dan
bahasa, sedangkan proses emosional sosial mencakup perubahan
dalam hubungan pribadi dengan orang lain dan perubahan yang
menyertai dalam emosi dan kepribadian.
Menurut Santrock (Nasruddin, 2017:17), siswa remaja diartikan
sebagai masa perkembangan transisi dari masa kanak-kanak hingga

10
11

dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan sosial


emosional. Menurut Rumini dan Sundari (2014: 34), masa remaja
penuh dengan gejolak dan tantangan. Perubahan fisik, intelektual, dan
emosional yang terjadi selama periode ini dapat menimbulkan
kekecewaan dan tekanan dalam diri mereka, serta konflik antara
individu dan komunitas. Peran yang tidak stabil dan peran yang
kurang dapat diprediksi sejalan dengan perubahan sosial. Ini bisa
membuat siswa bertransisi dari masa kanak-kanak ke dewasa.
Kesimpulannya adalah karena adanya keterkaitan antara siswa
dengan dunia pendidikan yang mencari ilmu maka siswa mempunyai
status tertentu, sehingga diharapkan siswa tersebut menjadi calon
intelektual generasi penerus bangsa. Siswa harus hidup mandiri dan
mampu menyelesaikan tugas pendidikan, namun tetap tergantung
pada kemampuan dan perubahannya.
b. Tugas Perkembangan Siswa SMP
Menurut Yusuf dan Sugandhi (2017:78) terdapat tiga perubahan
mendasar dalam perkembangan siswa, yaitu:
1) Biologi, seperti pematangan alat reproduksi, pertumbuhan
payudara pada anak perempuan, dan pertumbuhan kumis pada
anak laki-laki.
2) Kognisi, nyaitun kemampuann berpikirntentangn konsep-konsep
abstrakn (sepertinpersaudaraan,ndemokrasi,ndan moralitas), dan
mampun berpikir secara hipotetis (mampunmemikirkannhal-hal
yangnmungkinnberdasarkannpengalamannya).
3) Sosial, nyaitu perubahannstatusnsosialnyangn memungkinkan
remaja (terutama kaum muda pada tahap selanjutnya) untuk
berpartisipasi dalam perannataunaktivitasnbaru, seperti bekerja
atau menikah.
PerkembanganNmasaNremajaNdifokuskanNpadaNupaya untuk
menghilangkanNsikapNdanNperilaku yangNkekanak-kanakan guna
mencapai kemampuan berperilaku sebagai orang dewasa. Elizabet
12

B.Hurlock (Nasrudin, 2017:21) mengemukakan tugas-tugas


perkembanganNremajaNsebagaiNberikut:
1) MampuNmenerimaNkondisi fisik
2) MampuNmenerimaNdanNmemahami pengaruh perilaku seksual
orangndewasa.
3) Mampu.menjalin.hubungan yang baikndengan berbagai lawan
jenis.
4) MencapainkemandirianNemosional.
5) Mewujudkan kemandiriannekonomi.
6) MengembangkanNkonsepNdanNketerampilanNintelektual yang
diperlukanNuntuk berdampak pada anggota masyarakat.
7) Memahami dan menginternalisasikanNnilai-nilaiNorang dewasa
dannorangntua.
8) Mengembangkannperilaku yang bertanggungnjawab secaransosial
yangndiperlukannuntuk memasukindunia orang dewasa.n
9) Bersiap untuk menikah.
10) MemahamiNdanNmempersiapkan berbagaintugas nkehidupan
keluarga.
Sementara itu, menurut Robert Havighurst (Sarwono, 20018:40),
tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
1) Terima kondisi fisik dan menggunakan tubuh secara efektif.
2) Bangun hubungan yang lebih dewasa dengan teman sebaya.
3) Terima peran masing-masing gender (laki-laki dan perempuan).
4) Cobalah untuk menyingkirkan ketergantungan emosional pada
orang tua dan orang dewasa lainnya.
5) Mempersiapkan karir ekonomi.
6) Mempersiapkan pernikahan dan kehidupan keluarga.
7) Mempersiapkan perilaku sosial yang bertanggung jawab.
8) Mewujudkan nilai-nilai dan sistem etika tertentu sebagai kode
etik.
13

c. Karakteristik Siswa SMP


Menurut Sri dan Sundari (2001, 14:53), siswa SMP merupakan
masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dan
mereka telah mengalami berbagai aspek/ fungsi untuk memasuki
masa dewasa. Rentang usia siswa sekolah menengah pertama berkisar
antara 12 hingga 21 tahun untuk wanita dan 13 hingga 22 tahun untuk
pria. Pada saat yang sama, menurut Monks (2014:58) batasan usia
remaja antara 12-21 tahun. Rentang usia antara 12-15 tahun pada
remaja awal, 15-18 tahun pada remaja pertengahan dan 18-21 tahun
pada remaja akhir.
Semua aspek perkembangan remaja secara global terjadi antara
usia 12-21. Diantaranya, usia 12-15 tahun terbagi atas remaja awal,
usia 16-18 tahun remaja pertengahan dan usia 19-21 tahun remaja
akhir lanjut (Monks, 2009:384). Menurut tahapan perkembangannya,
pubertas dibedakan menjadintiga tahapan perkembangan,nyaitu:
1) Masanremajanawal (12-15ntahun),nciri-cirinya antaranlain:
a) Lebihndekatndenganntemannsebaya
b) Ingin bebas
c) Lebihnmemperhatikann kondisin fisikn dann mulain berpikir
abstrak
2) Pertengahan remaja (15-18ntahun),nciri-cirinya antaranlain:
a) Mencarinidentitasndiri
b) Timbulnyankeinginannuntuknkencan
c) Mempunyainrasancintanyangnmendalam
d) Menumbuhkannkemampuannberpikirnabstrak
e) Fantasi seks
3) Remajanakhirn(18-21ntahun),nciri-cirinya antaranlain:
a) Pengungkapannidentitas
b) Lebihnselektifndalamnmencarinpendamping
c) Miliki citra tubuh sendiri
d) Dapat mewujudkan rasa cinta
14

e) Mampunberpikirnabstrak
Padahal, menurut Sidik Jatmika (Putro, 2017:26), rentang
kehidupannmasanremajanmemiliki ciri-cirin tertentun yang membuat
nya berbeda dengan periode sebelumnya dan selanjutnya. Masa
remaja selalu menjadi masa yang sulit bagi remaja dan orang tuanya.
2. Efikasi.Dirin
a. Pengertian.Efikasi.Diri
Efikasi diri adalah konstruksi yangndikemukakan oleh Bandura
berdasarkan teori kognitif sosial. Bandura (1997:4) mengemukakan
bahwa efikasi diri merupakan salah satu potensi dalam faktor
kognitif manusia, karena memiliki pengaruh yang besar terhadap
perilaku manusia. Bandura (Indahsari, 2017:48) mengartikan efikasi
diri sebagai keyakinan seorang siswa terhadap kemampuannya
dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk
memperoleh hasil tertentu. Efikasi diri juga menggambarkan
bagaimana orang merasa, berpikir, memotivasi diri sendiri dan
berperilaku.
Selain itu, menurut Schunk (Fonna dan Mursalin, 2018:34)
efikasi diri mempengaruhi motivasi belajar siswa, sehingga terkait
dengan keberhasilan belajar siswa dengan efikasi diri yang tinggi
akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan dalam
pembelajaran. Sebaliknya, jika efikasi diri siswa rendah, siswa
cenderung menghindari pekerjaan rumah atau tidak memiliki
motivasi untuk mengerjakannya, sehingga jika menemui hambatan
mereka akan cepat menyerah. Olehnkarenanitu, efikasi dirinberperan
pentingnpada diri siswa, Myers (Kusrieni, 2014:102)
Sementara itu, Ormrod (Rusniawati, 2019:9) mengemukakan
bahwa efikasi diri adalah penilaian kemampuan seseorang untuk
melakukan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Dalam
kehidupannsehari-hari,nrasa efikasindirinyang nkuat cenderung
menjadi tenang dan mencari solusi atas permasalahan tersebut
15

sehingga kerja keras dan ketekunannya akan membawa pada


prestasi.
Alwisol (Setyawan, 2014:8) menunjukkan bahwanefikasi ndiri
adalahnpenilaianndiri, apakah siswandapat melakukannya dengan
baiknataunburuk, benar ataunsalah, dan apakah siswa dapat
melakukannya sesuai dengan kebutuhan. Efikasi diri juga diperlukan
sebagai kepercayaan atau keyakinan siswa pada kemampuan
memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan metode perilaku.
Kemampuan ini diperlukan agar berhasil menyelesaikan tugas dalam
keadaan tertentu, kepemimpinan dan kematangan psikologis.
Robbins (Setyawan, 2014:8) juga mengemukakan bahwa efikasi
diri disebut dengan teori kognitif sosial atau teori penalaran sosial,
yang mengacu pada keyakinan siswa bahwa mereka mampu
melakukan tugas-tugasnya. Semakin tinggi efikasi diri siswa,
semakin yakin dia dalam kemampuannya untuk menyelesaikan tugas
atau melakukan sesuatu, dan dia akan lebih aktif mencoba untuk
memecahkan masalah saat dihadapi. Sebaliknya, jika efikasi diri
siswa rendah, mereka akan mengurangi usahanya atau bahkan
menghindari mencoba, dan cenderung menyendiri.
Menurut Alwisol (Latifah, 2017:186) siswa akan bertindak
dalam situasi tertentu berdasarkan kondisi lingkungan dan kognitif.
Secara khusus, faktor kognitif terkait dengan keyakinan bahwa
seseorang mampu atau tidak mampu melakukan perilaku yang
diharapkan. Pada saat yang sama, Latifah berasumsi bahwa harapan
akan kemampuan untuk melakukan tindakan yang diperlukan
menentukan tingkat usaha siswa, apa yang dapat dilakukan oleh
siswa yang rajin, dan pada akhirnya menentukan keberhasilan yang
dicapai, selama siswa tersebut benar-benar mampu dan termotivasi
secara tepat. Bandura (Indahsari, 2017:50) juga meyakini bahwa
efikasi diri merupakannfaktor penting yangnmempengaruhinprestasi
siswa.
16

Efikasi diri adalah sugesti dalam arti "saya bisa", dan perilaku
tidak kompeten adalah keyakinan sehingga menjadi sugesti "saya
tidak bisa". Bandura (Anggraini et al., 2017:51) mengungkapkan
bahwa efikasindirinmemiliki pengaruhnyang nbesarnterhadap
perilaku. Siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mampu
menghadapi segala tugas dan masalah dalam hidupnya.
Berdasarkan sudut pandang dinatas, dapatndisimpulkannbahwa
efikasindiri merupakan keyakinannsiswa pada kemampuannya dalam
menyelesaikanntugas. Keyakinan siswa dipengaruhi oleh lingkungan
dan faktor kognitifnya. Siswa yang yakin dengan kemampuannya
akan memiliki peluang besar untuk sukses. Sebaliknya siswa yang
kurang yakin dengan kemampuannya akan menjadi kendala dalam
melaksanakan tugasnya.
b. Aspek-Aspek Efikasi Diri
Bandura (Mahmudi dan Suroso. 2014:186) mengungkapkan
bahwa perbedaan efikasi diri siswa terletak pada tiganaspek/
komponennyaitun kesulitan n(level), kekuatan n(strength) ndan
generalisasin(generality). Setiap aspek memiliki pengaruh penting
terhadap kinerja efikasi diri siswa dan dapat dijelaskan lebih jelasnya
sebagai berikut:
1) Aspek Tingkat (Level)
Aspek Level adalah pertanyaan yang berkaitan dengan
seberapa sulit siswa merasa mampu atau tidak mampu
menyelesaikan suatu tugas. Derajat kesulitan yang dimaksud
oleh Bandura (1997:42) adalah derajat kesulitan tugas yang
dihadapi siswa. Jika siswandihadapkannpada tugas-tugasnyang
disusunnmenurut tingkatnkesulitan mereka sendiri, nmaka
efikasindirinmereka mungkinnterbatas padantugas-tugas nyang
mudah,nsedangnataunbahkan yangnpalingnsulit, dan tugas-tugas
ini memiliki keterbatasan persepsi dan tidak dapat memenuhi
persyaratan perilaku siswa. Setiap level. Semakinntinggintingkat
17

kesulitanntugas,nmaka semakinntinggi pulantuntutan untuk


efikasindirinya. Oleh karena itu, siswandengan efikasindiri yang
rendahnakan cenderungnmenghindari tugas-tugasnyang lebih
sulit.nTingkatan penelitian terbagi menjadi dua indikator yaitu
pemahaman diri dan pemahaman tingkat kesulitan tugas.
Adapun penjabarannya sebagai berikut:
a. Pemahaman diri
Sebelum siswa memahami tingkat tugas yang akan
dihadapi, maka adanya pemahaman diri. Pemahaman diri
mengacu pada kemampuan seseorang untuk menyelesaikan
tantangan tugas dan kemampuan diri berdasarkan
pengetahuan yang dipelajari sebelumnya. Misalnya, ketika
siswa mengerjakan PR matematika, mereka akan merasa
tidak dapat memahami tugas tersebut karena selama ini
mereka kurang memahami matematika.
b. Pemahaman tingkat kesulitan tugas
Memahami tingkat kesulitan tugas berarti siswa
memahami dan dapat mengklarifikasi tugas berdasarkan
tingkat kesulitan tersebut. Siswa akan mencoba
menyelesaikan tugasntertentunyang dianggapn dapat
dicapai,ndan siswa akannmenghindari situasinperilaku yang
dianggapn melebihi batas kemampuan mereka. Persepsi
tugas didasarkan pada pengalaman siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan kemampuan mereka dalam
menyelesaikan tugas. Misalnya, ketika siswa mengetahui
bahwa mereka tidak dapat menyelesaikan tugas matematika,
mereka memilih untuk bekerja dengan teman daripada tidak
mengerjakan tugas matematika. Memilih mengerjakan tugas
dengan teman adalah sikap siswa yang berencana
menyelesaikan tugas.
18

2) Aspek Kekuatann(strength)n
Aspeknini terkait denganntingkat intensitasnkeyakinan
ataunekspektasi individunterhadap kemampuannya sendiri.
Menurut Bandura (Setyawan, 2014:10) aspek ini berkaitan
dengan kuatnya keyakinan siswa terhadap kemampuannya
sendiri. Kurangnya dukungan dapat dengan mudah
mengguncang keyakinan yang rapuh. Di sisi lain,nkeyakinan
yangnkuat akannmendorongnindividu untuknterus beroperasi.
Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level,
yaitu semakin tinggi tingkat kesulitan tugas, semakin lemah
kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas tersebut.
a. Keyakinan individu
Keyakinan mengacu pada tingkat stabilitas keyakinan atau
harapan seseorang. Keyakinan tidaknhanya datangndari
siswa,ntetapi jugandarin dorongan eksternal dengan
pengalaman prestasi orang lain melalui persuasi verbal
sehingga mampu mempengaruhi keyakinan siswa. Salah
satu contohnya adalah siswa tidak dapat menyelesaikan
tugas matematika. Keyakinan ini mungkin dipengaruhi oleh
hatinya sendiri, atau secara verbal dibujuk oleh orang lain
untuk dapat menyelesaikan tugas matematika.
b. Harapan
Harapan merupakannsesuatu yangndapat dibentukn di
kalangan siswa danndapatndigunakan nsebagainlangkah
untuk melakukannperubahan. Misalnya, jika siswa yakin
bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
tugas matematika, baik itu keyakinan yang dibentuk dari
dalam atau luar dirinya, maka siswa memiliki ekspektasi
terhadap nilai akhir atau tugas matematika yang telah
diselesaikan. Nilai atau hasil akhir adalah harapan siswa
untuk mencapai kesuksesan dalam dirinya.
19

3) Aspek Generalisasi (generality)


Efikasi diri dapat dicerminkan oleh tingkat yang
dikenakan pada siswa, yang kemudian menghadapi berbagai
tingkat tantangan untuk berhasil. Aspek ini berkaitan dengan
aspek Level, yaitu sejauh mana siswa percaya bahwa perilaku
tersebut dapat dilaksanakan. Secara umum penelitian ini terbagi
menjadi dua indikator yaitu tugas ganda dan tugas lintas bidang.
Penjelasannya sebagai berikut:
a. Tugas ganda
Secara umum, siswa menyelesaikan dua atau lebih tugas
sekaligus. Ruang lingkup tugas bisa dalam satu bidang atau
di bidang yang berbeda. Efikasi diri biasanya
mengembangkan rasa percaya diri, memungkinkan mereka
memecahkan berbagai rintangan pada waktu yang
bersamaan. Misalnya, ketika seorang siswa dapat
menyelesaikan satu tugas matematika dalam satu waktu,
maka siswa tersebut yakin bahwa mereka dapat
menyelesaikan satu tugas fisika dalam satu waktu pula atau
menyelesaikan satu tugas matematika dan belajar pada saat
yang bersamaan.
b. Lintas Bidang
Lintas bidang ini berarti bahwa siswa dapat menyelesaikan
tugas di luar bidang yang telah diselesaikan siswa. Lintas
bidang dalam penelitian ini menunjukkan bahwa siswa
mampu menyelesaikan tugas di luar bidang kompetensi
yang mereka pikir dapat mereka selesaikan. Misalnya,
ketika siswa dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran
dengan baik dan memperoleh hasil yang diharapkan, siswa
akan memastikan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas
dari berbagai bidang, seperti mengikuti kompetisi non
akademik. Siswa yakin bahwa mereka dapat menyelesaikan
20

tantangan akademik dan non-akademik pada saat yang


bersamaan.
Bandura (1997:116-160) juga menjelaskan bahwa efikasi
diri mempengaruhi perilaku manusia melalui empat proses,
yaitu:
a. Kognitif
Kemampuan kognitif adalah kemampuan siswa untuk
memikirkan, menggunakan dan merancang tindakan yang
akan mencapai tujuan yang diharapkan. Efikasi diri
seseorang memengaruhi cara siswa menafsirkan kondisi
lingkungan, ekspektasi apa yang akan mereka adopsi, dan
rencana apa yang akan mereka buat. Siswa yang
memutuskan bahwa mereka tidak kompeten akan
menafsirkan situasi ini sebagai berisiko dan akan sering
gagal dalam rencana mereka. Pada saat yang sama, siswa
dengan rasa efikasi diri yang baik akan yakin bahwa mereka
dapat memahami situasi dan menghasilkan hasil yang
positif.
b. Motivasinn
Menurut Bandura (Bandura, 1997:122) motivasi manusia
dibangunkan secara kognitif. Melalui kognitifnya siswa
memotivasi diri sendiri dan membimbing tindakannya
berdasarkan informasi yang dimiliki sebelumnya. Siswa
membentuk keyakinan tentang apa yang bisa dilakukan, apa
yang bisa dihindari, dan apa yang bisa dicapai. Keyakinan
ini akan memotivasi siswa untuk melakukan sesuatu.
c. Afeksinn
Efikasi diri memengaruhi sifat dan intensitas pengalaman
emosional, dan karenanya memengaruhi emosi. Afeksi
sendiri adalah kemampuan mengatasi emosi diri untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Bandura (1997:137)
21

menjelaskan bahwa orang yang mempunyai kemampuan


untuk mengatasi masalah dengan menggunakan strategi dan
merancang rangkaian kegiatan untuk mengubah keadaan.
Orang dengan efikasi diri yang tinggi akan berpikir bahwa
hal-hal tertentu dapat diatasi sehingga dapat mengurangi
kecemasan.
d. Seleksi
Seleksi adalah kemampuan untuk memilih perilaku dan
lingkungan yang sesuai untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pilihannya tergantung pada keyakinan siswa
pada kemampuan mereka sendiri. Siswa dengan efikasi diri
rendah akan menghindari aktivitas di luar kemampuannya,
namun siswa dengan efikasi diri tinggi akan dengan mudah
melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya.
Bandura (1997: 160) menunjukkan bahwa semakin tinggi
rasa efikasi diri siswa, semakin menantang aktivitas yang
dipilih orang.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa efikasi diri merupakan proses kognitif yang berkaitan
dengan pemikiran dan keyakinan seseorang. Cara yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan adalah dengan memperhatikan
hasil yang akan dicapai dan pengaruh eksternal pencapaian
tujuan dengan memperhatikan tiga aspek efikasi diri. Ketiga
aspek tersebutnadalah kesulitann(level),nkekuatan (strenght) dan
generalitas (generality).
c. Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri
Bandura (Mahmudi dan Suroso, 2014:187) mengemukakan
bahwa empat sumber informasi dapat diperoleh untuk meneliti dan
mengembangkan efikasi diri. Pada dasarnya keempat sumber ini
adalah simulasi atau kejadian, dan dapat memberikan inspirasi atau
22

pembangkit rasa positif untuk mencoba menyelesaikan tugas atau


masalah yang dihadapi. Adapun sumber-sumber efikasi diri adalah:
1) Hasil yang diperoleh, merupakan sumber informasi yang paling
berpengaruh karena dapat memberikan bukti paling nyata dari
kemampuan siswa untuk berhasil. Hasil tersebut digunakan
sebagai bahan motivasi untuk lebih meningkatkan efikasi diri
siswa
2) Pengalaman Vicarius/ seolah-olah mengalaminya, diperoleh
melalui model sosial. Ketika mengamati kesuksesan orang lain,
efikasi diri akan meningkat, sebaliknya jika siswa mengamati
bahwa kemampuan orang (digambarkan sebagai karakter)
kurang lebih sama dengan kemampuanya, maka efikasi diri akan
menurun. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keyakinan diri,
siswa harus memilih mode sosial yang dapat meningkatkan
efikasi diri.
3) Persuasif sosial, pengaruh sumber ini terbatas tetapi dalam
kondisi yang tepat persuasif orang lain akan mempengaruhi
efikasi diri. Kondisi ini merupakan rasa percaya pada pembujuk
dan realitas pemenuhan kondisi.
4) Keadaan emosional/ fisik yaitu keadaan setelah beraktivitas
akan mempengaruhi efikasi diri dalam aktivitas. Emosi yang
kuat, ketakutan, kecemasan dan stres dapat menurunkan efikasi
diri. Namun, peningkatan emosi yang tidak berlebihan akan
meningkatkan efikasi diri. Siswa harus mampu menjaga dan
mengontrol kestabilan emosi agar tidak berdampak buruk pada
efikasi diri.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
sumber efikasi diri adalah pengetahuan tentang hal-hal tertentu,
model sosial, persuasif sosial, dan kondisi fisik/ emosional.
Sementara itu, Atkinson (Ulfah, 2015:14) menyatakan bahwa
efikasi diri dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
23

1) Siswa mengikuti kegiatan yang dialami oleh orang lain,


sehingga siswa merasa memilikinkemampuan yangnsama natau
lebihndari yangnlain. Hal tersebut akannmeningkatkan motivasi
siswa untuknberprestasi.
2) Persuasi lisan yang dialami siswa dengan nasihat dan bimbingan
praktis dapat membuat siswa lebih percaya diri dalam
kemampuannya membentuk diri untuknmencapai tujuannyang
diinginkan.n Metode ini biasanya ndigunakannuntuk meningkat
kan rasa efikasindiri siswa.
3) Siswa harus menilai kemampuan, kekuatan, dan keadaan mental
tenang dari kegagalan atau kekuatan yang dirasa. Dalam
menghadapi situasi stres sebelumnya, siswa mungkin lebih
berhasil sehingga siswa akan mampu menyelesaikan tugasnya.
Selain itu, Bandura (Ulfah, 2015:13) menunjukkan bahwa
efikasi diri dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
1) Sifat tugas yang dihadapi. Situasi atau jenis tugas tertentu
membutuhkan eksekusi yang lebih sulit dan berat daripada yang
lain.
2) Insentif eksternal. Biasanya berupa hadiah (reward) yang
diberikan oleh orang lain untuk mencerminkan keberhasilan
siswa dalam menguasai atau menyelesaikan tugas. Misalnya
memberi pujian, materi dan lainnya.
3) Status atau peran siswa di lingkungan. Tingkat status sosial
seorang siswa akan mempengaruhi rasa hormat dan kepercayaan
diri orang lain.
4) Informasi tentang kemampuan seseorang. Jika siswa
mendapatkan informasi positif atau negatif tentang dirinya, rasa
efikasi diri mereka akan meningkat atau menurun.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa efikasi
diri dipengaruhi oleh sifat tugas yang dihadapi, motivasi eksternal,
peran atau peran siswa di lingkungan, hasil aktual, pengalaman
24

orang lain, persuasif verbal, dan kondisi fisiologis tentang


kemampuannya.
d. Ciri-Ciri Efikasi Diri
Bandura (Darkonah, 2015:20) menjelaskan tentang perbedaan
karakteristik orang dengan efikasindiri tinggindan rendah,nyaitu:
1) Siswa dengan efikasindirinrendah (meragukan kemampuan
sendiri):
a. Orangnyang menjauh dari tugas-tugasnsulit
b. Siwa akan berhenti mengerjakan sesuatu jika nmenemui
kesulitan.n
c. Memiliki cita-citanyang rendahndan komitmennyangnburuk
untukntujuannyang telahndipilih.
d. Fokus padankonsekuensi negatif darinkegagalan
e. Mereka cenderungnmengurangi usahanya karenanlambat
dalam memperbaikinkegagalan dan mudahnstres serta
frustasi.
2) Siswa dengan efikasindirintinggi (memiliki keyakinan kuat pada
kemampuannya):
a. Menangani tugasnyang sulitnadalah tantangannuntuk
menang.
b. Tetapkan tujuannyang nmenantangndan pertahankan
komitmennuntukntugas.
c. Kerja keras atau ketekunan.
d. Memiliki pemikirannstrategis
e. Percaya bahwankegagalan yangndialami dalamnusaha saja
belum cukup,nsehingga dibutuhkan usahanyangn sangat
besar untuknmenghadapinkesulitan tersebut
f. Segera perbaiki masalah setelah mengalami kegagalan
g. Mengurangintekanan
25

e. Cara.Meningkatkan.Efikasi.Diri
Ormod (Raditiana, 2013:29) menjelaskan beberapa upaya untuk
meningkatkan efikasi diri, yaitu:
1) Menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar sampai dikuasai
2) Perhatikan catatan kemajuan siswa pada keterampilan yang
kompleks
3) Mengerjakan PR menunjukkan bahwa siswa hanya bisa berhasil
jika mereka bekerja keras dan pantang menyerah.
4) Yakinkan siswa bahwa mereka bisa sukses
5) Perhatikan model teman-teman sebayanya.

3. Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Sosiodrama “Ubrug”


a. Bimbingan Kelompok
1. Pengertian
Menurut Warters (Anggara dkk, 2016:44), bimbingan
kelompok dipimpin oleh seorang konselor yang bertindak
sebagai individu yang memiliki pengaruh sosial dan emosional
serta vitalitas terhadap kelompok. Jika terjadi dinamika
kelompok maka kegiatannbimbingan kelompoknakan nterlihat
aktif.nDinamikankelompok merupakannsarana yang efektif bagi
anggotankelompok untuk mengembangkannaspeknpositif dan
mengembangkan percaya diri yang positif. Menurut Prayitno
dan Erman (Darkonah, 2015:1), bimbingannkelompoknadalah
suatu pelayanan yangndiberikanndalam suasanankelompok.
Sedangkan menurut Winkel dan Hastuti (Darkonah, 2015:1),
bimbingannkelompok merupakan kegiatanndiskusinkelompok
yangnmendukung perkembangannpribadindannsosial setiap
orang dalamnkelompok, dannmeningkatkan kualitasnkerja
kelompok untuk berbagai keperluan. Untuk mencapai tujuan
siswa, Djumhur dan Moh (1975:28) menyatakan bahwa
bimbingan kelompok adalahnsuatunproses pemberiannbantuan
26

yangnterus menerusndan sistematisnkepada siswandalam


memecahkannmasalah yangn dihadapinyandalamn bentuk
kelompok,nagar tercapainkemampuan untuknmemahami diri
(selfnunderstading), menerimandiri n(self acceptance),
kemampuannuntuk merealisasikanndirinya n(self realization)
sesuaindengan potensinyandan kemampuanndalamnmencapai
penyesuaianndiri n(self adaptive) dengannlingkungan nbaik
keluarga maupunnmasyarakat..
Menurut sudut pandang lain yang dikemukakan oleh
Prayitno dan Amti (Darkonah, 2015:1), bimbingannkelompok
mengarahkannlayanan kepadankelompok individu. Melalui
suatu kegiatan, kelompok ini dapat memberikannmanfaat natau
bimbingan kelompok kepadanbanyak orang. Manfaat yang lebih
luas ini adalah semua pihak memperhatikan layanannbimbingan
kelompok.nWinkel dan Hastuti (Darkonah, 2015:25)
mengemukakan bahwa bimbingannkelompok merupakan
layanannyangnmemungkinkan banyak siswa untuk secara
bersama-samanmemperoleh materi dari sumberntertentu
(terutamanguru pembimbingndan konselor)nyang berguna untuk
mendukung individu, siswa, dan anggota dalamnkehidupan
sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan
masyarakat serta untuk memperkelompokan ndalam
pengambilannkeputusan
Menurut ahli lainnya, Wibowo (Darkonah, 2015:23)
mengungkapkan bahwa bimbingan kelompok merupakan
kegiatan kelompok, dimana ketua kelompok memberikan
informasi dan berdiskusi secara langsung sehingga membuat
anggotankelompoknlebih bersosialisasi atau membantunanggota
mencapaintujuan bersama. Artinya semuanpesertandalam
kegiatannkelompok dapat saling berkomunikasi, dengan nbebas
mengutarakan pendapatnya, memberikan tanggapan,
27

memberikan saran, dll. Konten yang dibahas bermanfaat bagi


peserta itu sendiri dan peserta lainnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan kelompok adalah suatu layanan yang diberikan
dalam suasana kelompok yang diarahkan oleh pemimpin
kelompok yang anggota kelompoknya saling berinteraksi, dan
saling mengeluarkan pendapat yang bertujuannuntuk menunjang
perkembangannpribadi dan sosialnmaupun peningkatannmutu
bimbingan kelompokmmasing-masing individun dalam
kelompok.nn
2. Tujuannbimbingannkelompok
MenurutnWinkel dannHastuti (Darkonah, 2015:32)ntujuan
bimbingannkelompoknadalah untuk mendukungnperkembangan
pribadinsosial setiap anggotankelompok,nsertanmeningkatkan
kualitas bimbingan kelompok untuk mencapai tujuan yang
bermakna bagi siswa. Berikut adalahntujuan dari
bimbingannkelompok tersebut, yaitu:
1) Umum
Tujuan keseluruhan dari layananbimbingannkelompok
adalah keterampilan sosial siswa, terutama keterampilan
komunikasi peserta.
2) Tujuannkhusus
Tujuannkhusus dari layanannbimbingan nkelompok adalah
untuk membahasntopik-topik tertentunyang nmengandung
masalah praktis (hangat)ndan menarik perhatiannsiswa.
Melaluindinamika kelompoknyang nintensif, diskusi
tentang topik-topik ini mendorongnperkembangan perasaan,
pemikiran, konsep, wawasan,ndan sikap,nsehingga
mendukung terwujudnya perilaku yang lebih efektif.
Selain itu, menurut Aunur (Darkonah, 2015:33), layanan
bimbingan kelompok harus mengembangkan langkah-langkah
28

bersama untuk memecahkan masalah yang dibahas dalam


kelompok, sehingga dapat meningkatkan hubungan baik antar
anggota kelompok, keterampilan komunikasi antar individu, dan
pemahaman tentang berbagai situasi. Suatu kemampuan atau
kondisi dalam lingkungan dapat menumbuhkan sikap dan
melakukan tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang
diinginkan yang diungkapkan oleh kelompok.
Sesuai dengan tujuan darinbeberapa layanannbimbingan
kelompoknmenurut paranahli, dapat disimpulkannbahwa
layanannbimbingan kelompoknmerupakan sebuahnlayanan
bimbingannkonseling yangnbertujuan untuknmembentuk pribadi
individunyang dapatnhidup secara harmonis, dinamis, produktif,
kreatif dannmampu menyesuaikanndiri dengannlingkungannya
secaranoptimal. Pelaksanaann dilakukan denganncara
berkelompokndengan.memperhatikann nnorma-norma nyang
belakun dengannmemanfaatkan dinamikankelompok.
3. Tahap perkembangan
Menurut Prayitno (Darkonah, 2015:31-32) tahap
pengembangan dalam bimbingan kelompok sangatnpenting,
padandasarnya tahapnpengembangan kegiatannbimbingan
kelompokndan konseling kelompok hampir sama. Berkut
tahapan-tahapannya:
1) Tahapnpembentukan
Padantahap ini akan dilakukannupaya untuknmeningkatkan
minatnpembentukan kelompok,ndiantaranya memberikan
gambaran tentang kelompok, tujuann dannmanfaat
kelompok, serta ajakannuntuk memasukindan berpartisipasi
dalam kegiatan
29

2) Tahapnperalihan
Ketua kelompoknmenjelaskan pekerjaan anggotankelompok
padantahap selanjutnyandari kegiatannkelompok, yang
merupakan kegiatanninti darinkeseluruhannkegiatan.
3) Tahapnpelaksanaann
Mengajukan pertanyaan atauntopik, anggota mendiskusikan
pertanyaan atauntopik secaranmendalam, pertanyaan dan
jawaban antara anggota dan pemimpin kelompok tentang
masalahnatau topiknyang sedangndibahas
4) Tahapnpengakhirann
Ketua kelompoknmengemukakan bahwanacara akannsegera
berakhir. Ketua kelompok dannanggota membagikan kesan
dan hasil acara mereka serta mendiskusikan acara
berikutnya.
4. Manfaat bimbingan kelompok
Menurut Sukardi (Rini, 2015:28) manfaat bimbingan
kelompok adalah:
1) Bimbingan kelompok menyediakan berbagai macam
kesempatan untuk berpendapat dan diskusi tentang berbagai
hal yang terjadi di sekitar mereka;
2) Memiliki pemahaman yang objektif, akurat dan cukup luas
tentang apa yang mereka bicarakan dalam kelompok;
3) Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan
lingkungannya, terkait dengan apa yang mereka bicarakan
dalam kelompok;
4) Menulis kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap
yang buruk dan dukungan terhadap yang baik.
Selain itu, Winkel dan Sri Hastuti (Rini, 2015:28-29)
menyebutkan manfaat layanan bimbingan kelompok, yaitu:
1) Memberikan informasi yang dibutuhkan siswa
30

2) Mahasiswa dapat menyadari tantangan yang akan mereka


hadapi
3) Siswa dapat menerima dirinya sendiri setelah menyadari
bahwa temannya sering menghadapi masalah, kesulitan dan
tantangan yang sama
4) Beranikan diri mengutarakan pendapat dalam kelompok
5) Memiliki kesempatan untuk berdiskusi bersama
Dapat disimpulkan dari manfaat bimbingan kelompok di
atas bahwa melalui bimbingan kelompok, siswa dapat
memperoleh banyak informasi dan memberikan banyak
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Teknik Sosiodrama
1. Pengertian
Sodiodrama yang digambarkan oleh Moreno (Siregar,
2015:117) merupakan dasar dari perkembangan psikodrama.
Teknik Psikodrama dikembangkan oleh JL. Moreno tahun 1920-
an sampai dengan 1930-an. Moreno mengungkapkan bahwa
permainan drama itu dibawakan secara psikodrama tanpa
naskah. Saat ia berperan dalam kehidupan sehari-hari, bagian
yang tidak diulangi adalah katarsis (Suatu bentuk ekspresi/
emosi yang meluap). Psikodrama adalah suatu cara menggali
jiwa manusia melalui tindakan-tindakan dramatis, yang artinya
suatu peran tetapi tidak serius, kelompok tertentu akan
dipengaruhi oleh peran sosial dan tingkatan budaya tertentu.
Sosiodrama adalah metode pengajaran yang memberikan siswa
kesempatan untuk mengekspresikan sikap, perilaku, atau
penghargaan mereka seperti yang mereka lakukan dalam
hubungan sosial sehari-hari di masyarakat.
Menurut Nana Sudjana (Bingah, 2015:26), sosiodrama
adalah dramatisasi perilaku yang berkaitan dengan masalah
sosial. Selain itu, Nana Sudjana menjelaskan bahwa metode
31

sosiodrama dan metode roye playingndapat diartikannsebagai


metode yang samandan biasanya disamakanndalam
penggunaannya. Waluyo (Bingah, 2015:26) mengemukakan
bahwa sosiodrama adalah salah satu bentuk drama yang
mendramatisasi kehidupan masyarakat sehari-hari. Ahmadi dan
Supriyono (Bingah, 2015:26) mendefinisikan sosiodrama
sebagai cara memberikan layanan pembelajaran,nmemberikan
kesempatannkepada siswa untuk mendramatisasi sikap, perilaku,
dan hubungan sosial sehari-harinyang terjadindi masyarakat.nn
Winkel (Lubis, 2017:43) juga mengemukakan pandangan
lain bahwa sosiodrama adalah suatu keterampilan dalam
bimbingan kelompok, yaitu keterampilan bermain peran atau
role playing yang dimainkan dengan mendramatisasi perilaku
dalam hubungan sosial. Sosiodrama merupakan ekspresi
dramatis dari masalah yang muncul dalamninteraksindengan
orangnlain, yang merupakan derajat konfliknyang dialami dalam
interaksinsosial. Selain itu, Romlah (Karlina, 2016:33)
mengemukakan bahwa sosiodrama merupakan salah satu jenis
permainan peran yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah
sosial yang muncul dalam hubungan interpersonal. Ketika
sebagian besar anggota kelompok menghadapi masalah sosial
yang serupa, atau jika mereka ingin berlatih dan mengubah
sikap tertentu, kegiatan sosiodrama dapat dilakukan. Sedangkan
menurut Witama (Pratiwi, 2018:27), sosiodrama merupakan
metode pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk dapat melakukan aktivitas dalamnkehidupan sosial
manusianguna memecahkannmasalah.
Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa sosiodrama merupakan metode bimbingannkelompok
yangndapat memberikannkesempatan kepada siswanuntuk
mendramatisasi dannmemecahkan masalahnsosial terkait sikap
32

dan perilaku yangnterjadi dalam kehidupannsehari-hari, oleh


karena itu melaluinteknik sosiodramanpara siswa diharapkan
memperoleh pengalamanndan pemahaman tentang masalah
sosialndan tahu bagaimananmemecahkan masalah tersebut.
2. TujuannSosiodramann
AhmadindannSupriyono (Bingah, 2015:27)nmenjelaskan
tujuannsosiodramandalam tekniknbimbingan sebagainberikut
a) Menggambarkannbagaimana satunatau lebih norang
menangani situasinsosial.
b) Menggambarkannbagaimananmemecahkan masalahnsosial.
c) Menumbuhkanndan mengembangkannsikap kritisnterhadap
perilaku yangnharus atau tidak boleh diambilndalam situasi
sosial.
d) Memberikannpengalaman atau apresiasi untuknsituasi
tertentu.
e) Memberikannkesempatan untuknmengkaji kondisinsosial
darinberbagai sudutnpandang
NananSudjana (Bingah 2015:28) mengemukakan bahwa
tujuan sosiodrama antara lain:
a) Siswanmampu untuk menghargainperasaan orangnlain.
b) Siswanmampu untuk belajarnbagaimana berbagi ntanggung
jawab.nn
c) Siswanmampu untuk belajar bagaimana membuat
keputusan secara spontan dalam situasi tertentu.
d) Mendorong kemampuan berpikir siswa tentang masalah.
Pandangan lain yang diungkapkan oleh Roestiyah (Bingah
2015:28) menjelaskannbahwa melalui metodensosiodrama dan
bermainnperan, siswandapat menghargai perannyang mereka
mainkan danndapat menempatkanndirinya pada situasinorang
lainnyang dikehndaki guru. Ia dapat memahami kepribadian
orang lain, bagaimana bergaulndengan orangnlain, bagaimana
33

membangun hubungan dengannorang lain, dalamnhal ini


merekanjuga harusnbelajar untuk memecahkan masalah.
Sementara itu, Sukardi (Karlina, 2016:36) mengemukakan
bahwa tujuan pelaksanaan sosiodrama adalah untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana seseorang
menghadapi situasi sosial tertentu, dan bagaimana mereka
memecahkan masalah sosial, tumbuh atau berkembang, serta
memperkaya sikap dan tindakan rasional yang harus diambil
secara krisis.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
sosiodrama adalah merangsang siswa untuk berpikir dan
memecahkan masalah sosial, membentuk sikap kritis dan
bertanggung jawab dalam situasi sosial, belajar berdebat dan
menerima pendapat orang lain, mengajak siswa untuk
menghargai orang lain, dan memberikan kesempatan
mengeluarkan pendapat kepada siswa lain serta berani membuat
keputusan dalam kelompok kecil.
3. Manfaat Sosiodrama
Sosiodrama memiliki banyak manfaat, Pramuaji (Nur'aini,
2014:38) menjelaskan bahwanmanfaat sosiodramanantara lain:
a) Biarkan siswanmengungkapkan perasaannyangntersembunyi.
b) Biarkan siswanmendiskusikan masalahnpribadi.
c) Izinkan siswanuntuk berempatindengan orangnlain.
d) Memberikannpelatihan tentangnberbagainsikap.
e) Mendeskripsikan masalahnsosial dan dinamika kelompok secara
umum.
f) Memberikannkesempatan bagi siswanyang mengalami kesulitan
berbicarandi depannumum dannmenekankan npentingnya
tanggapan nonverbal.
g) Berpartisipasi dalam kegiatan motivasi
34

Sedangkan menurut Sternberg dan Garcia (Bingah, 2015:30),


sosiodrama memberikan latihan untuk mengembangkan dan
mengasah keterampilan sosial, terutama untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi. Siswa juga dapat mempraktekkan
berbagai sikap dalam sosiodrama yang akan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, Djumhur (Astuti, 2014:90)
mengemukakan bahwa sosiodrama digunakan sebagai teknik untuk
menyelesaikan masalah sosial melalui kegiatan bermain peran.
Keunggulan penggunaan sosiodrama adalah meninggalkan kesan
yang unik pada siswa dan menyadari pentingnya penyesuaian dalam
bidang sosial.
Berdasarkan uraian dinatas maka dapatnditarik nkesimpulan
tentang manfaatnsosiodrama yaitunmembantu siswanmenguasai
berbagainsikap dannketerampilan sosial, selainnitu juga dapat
melatihnsiswa untuk menghadapi masalah dan bertanggung jawab,
sehingga siswa dapat terhindar dari pergaulan atau konflik yang
terjadi.
4. Prosedur Sosiodrama
Menurut Wina Sanjaya (Bingah, 2015:31-32) sosiodrama adalah
sebuah simulasi. Langkah-langkah kegiatan sosiodrama adalah
sebagai berkut:
a) Persiapan simulasi
i. Tentukan subjek dan tujuan masalah yang inginndicapai
dalamnsimulasinsosiodrama.
ii. Pembimbingnmemberikan gambarannmasalah dalamnsituasi
yang akanndisimulasikan.
iii. Pembimbingnmenentukan peserta yangnakan berpartisipasi
dalamnkegiatan simulasi, peranannyang harusndimainkan
olehnsiswa, dan waktunyang harus dialokasikan.
35

iv. Pembimbingn nmemberikan kesempatannkepada siswanya


untuknbertanya, terutama yangnmengikuti nkegiatan
sosiodrama.nn
b) Realisasinsimulasinn
i. Simulasindilakukan olehnsekelompok pemeran.
ii. Siswa lain memperhatikan dengan cermat.
iii. Pembimbingnharus memberikann nbantuan kepadanaktor
yangnmengalami kesulitan.
iv. Simulasinsebaiknya berhenti padanpuncak cerita,nhal ini
untuknmendorong siswanberpikir tentang pemecahan
masalah yang dimainkan.
c) Penutupan
i. Melakukan diskusi tentang proses simulasi ataupun materi
yang akan disimulasikan. Pembimbing harus mendorong
siswa untuk mengkritisi dan merespon proses pelaksanaan
simulasi.
ii. Membuat kesimpulan. Pembimbing dan siswa menarik
kesimpulan tentang simulasi yang telah dilakukan.
Sedangkan menurut Yolanda (Jayanti, 2017:35), langkah-
langkah untuk melaksanakan sosiodrama adalah sebagai berikut:
a) Persiapan
i. Identifikasi masalah utamanya
ii. Pemilihan pemeran dapat dilakukan dengan menunjuk
siswa bahwa mereka mampu mendramatiskan atau cocok
untuk memainkan peran.
iii. Mempersiapkan pameran dan penontonnya, atau dengan
kata lain membuat rencana pelaksanaanndrama agar drama
dapat berjalanndengan baik,nrapi dan terencana.
b) Pelaksanaannn
Kemudian persiapkan pemeran dan pameran yang sudah jadi
untuk mendramatisasi sesuai dengan yang telah disepakati.
36

c) Tindak lanjut
Sebagai metode pengajaran, sosiodrama hendaknya tidak
hanya diakhiri dengan drama, tetapi harus terus didasarkan
pada tanya jawab, diskusi, kritik, dan evaluasi.

c. Kesenian Ubrug
1) Definisi
Provinsi Banten yang dibentuk memiliki beragam tradisi
lisan yang masih hidup dan berkembang di masyarakat, salah
satunya adalah kesenian tradisional ubrug. Banten dikenal
dengan kesenian ubrug yang berkembang secara turun temurun
di lingkungan masyarakat. Ubrug yang mengekspresikan
hiburan yang menggundang gelak tawa sampai saat ini masih
berkembang, diantaranya kelompok Ubrug Tiga Saderek
dibawah pimpinan Mr. Kobet atau Mang Cantel di Kecamatan
Walantaka.
Ubrug merupakan tradisi lisan karena memilikinciri-ciri
sebagai berikut:ntradisi yang awet, energik dan berkelanjutan,
pemahaman penonton, penutur, ruang dan waktu yang sama,
serta spontan, Pudentia (Seha, 2014:108). Seorang seniman
Mang Cantel dari Walantaka Serang mengatakan bahwa ubrug
berasalndari katan"gabrugan", "abrag", "grubug" dann"ubreg"
(istilahnJawanSerang).nGabrugan artinya menggunakan aktor
sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Abragndalam arti
teksntidak ada artinya atauntidak memiliki isi naskah dialog.
Grubugnartinya berbohong, sedangkannubreg artinya rebut,
berisik,nbercanda ataunngebanyol. Istilah lain untuknubrug
berasal dari kata sunda “sagebrugan” yang berarti bercampur di
satu tempat. Secara umum, ubrug adalah komunitas komedi, dan
hanya jika tidak ada teks, ia memiliki kemampuan pertunjukan
alami untuk tujuan hiburan.
37

Menurut Ali Faisal (Seha, 2014:108), ubrug memiliki arti


"ngegebrug", yang diartikan sebagai egaliter, memanipulasi artis
dan penggemar, atau rasa kesetaraan, menghilangkan
bangsawan dan rakyat jelata. Panggungnya lepoan atau beralas
lantai, lightingnya godog atau lampu minyak tanah dalam batang
bambu. Faisal juga menambahkan ubrug merupakan salah satu
teater rakyat yang berfungsi sebagai media penyampaian
informasi atau berita tentang kondisi nyata masyarakat kepada
masyarakat luas. Ubrug juga mampu menunjukkan heterogenitas
sosial di media lakon. Konten dalam ubrug diharapkan mampu
memberikan informasi yang berkaitan dengan gambaran
masyarakat pada umumnya. Demikian pula dengan tujuan ubrug
sebagai media penyampaian pesan sosial yang juga mampu
memberikan penghiburan bagi masyarakat.
2) Peran dan Kostum
Unsur-unsur kesenian ubrug yaitu seperti pemain
(pembawa lakon), nayaga (penabuh gamelan), silat,
penari/jaipongan, dan penonton yang berada dalam satu lokasi.
Sedangkan jumlah pemain dalam setiap pementasan ubrug tidak
selalu sama, bergantung kebutuhan cerita. Untuk tema keluarga,
biasanya ada yang berperan sebagai ayah, ibu, anak, pembantu,
tokoh masyarakat, dan sebagainya. Pertunjukan ubrug memang
cukup sederhana dan bisa dilakukan dimana saja, bahkan tak
jarang seniman ubrug bisa pentas tanpa dekorasi dan panggung
sekalipun. Seniman ubrug bisa pentas di tanah lapang dengan
arena pertunjukan berbentuk tapal kuda penonton mengelilingi
tempat permainan, sehingga penonton bisa menyaksikannya dari
berbagi sudut. Satu hal yang menarik dari ubrug adalah
kedekatan antara para pemain dengan penonton.
Pakaian yang dikenakan pemain tergantung pada peran
yang mereka mainkan. Jika sang pemain berperan sebagai
38

bapak, maka pakaian yang akan dikenakan serupa dengan


bapak. Apalagi untuk baju dan make up yang dikenakan oleh
bodor, baju dan make up dengan selera humor. Tujuan
penggunaan riasan ini adalah untuk membuat penonton tertawa
dan menikmati menyaksikan kesenian Ubrug.
3) Struktur Pertunjukan
a) Upacara Pembukaan
Upacara pembukaan yang biasa dilakukan sebelum
melaksanakan kegiatan pementasan ubrug yaitu dengan
membaca doa bersama.
b) Silat
Pada stuktur pementasan, silat menjadi penampilan pertama
yang mengawali pementasan ubrug. Pementasan diawali
dengan Tatalu dari penabuh gamelan, dimaksudkan untuk
menarik perhatian penonton agar segera berkumpul.
c) Jaipongan
Penampilan yang kedua yaitu jaipongan. Hal ini yang akan
membuat para penonton menjadi tambah semangat lagi
untuk menyaksikan pementasan ubrug.
d) Ngelawak/ Bodoran
Ngalawak merupakan bagian inti dari pementasan ubrug.
Menghadirkan lakon yang melakukan bodoran secara
spontan tanpa naskah. Hanya dengan pembagian karakter
dan menggunakan kostum yang mendukung kelucuan tiap
karakter yang mendalami tokoh.

4. Pengaruh.Teknik Sosiodrama.Terhadap.Efikasi.Diri.Siswa
Teknik sosiodrama “Ubrug” pada efikasi diri siswa sangat
bermanfaat untuk meningkatkan efikasi diri siswa yang kurang baik.
Teknik sosiodrama “Ubrug” dapat mengajak siswa untuk belajar
berinteraksi dan berkomunikasi secara jujur dan terbuka. Orang dengan
39

efikasi diri tinggi diyakini mampu menyelesaikan tugas masalah sosial


pribadinya dengan hasil terbaik. Sebaliknya, orang dengan efikasi diri
rendah percaya bahwa mereka tidak dapat melakukan segala sesuatu di
sekitar mereka. Yulia Humeira (2014) dengan judul “Teknologi bermain
peran layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan efikasi diri
siswa kelas VIII di SMPN 5 Surakarta” menunjukkan bahwa kelompok
eksperimen yang mendapat perlakuan sosiodrama memiliki pengalaman
yang cukup baik. Perubahan besar. Harapan peneliti dari penelitian ini
adalah dapat menjadi panutan dan dapat merubah tingkah laku, sikap atau
pemikiran siswa dalam perkembangan sosial pribadinya. Dengan
memberikan teknik sosiodrama yang baik terkait efikasi diri siswa,
diharapkan siswa dapat meniru angka-angka tersebut di masa depan
untuk meningkatkan efikasi diri mereka.

B. Kerangka.Berfikirnn
Pemberian teknik sosiodrama ada hubungannya dalam peningkatan
efikasi diri siswa. Berdasarkan berbagai gagasan teori dan hasil penelitian
maka kerangka berfikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

O1 O2
Treatment

(Pre-test efikasi diri (Post-test


(Pemberian
siswa kelas IX efikasi diri siswa
teknik
SMPN 5 Kota kelas IX SMPN 5
sosiodrama)
Serang sebelum Kota Serang
treatment) sesudah treatment)
Gain

Keterangan: : Tahap Eksperimen


: Gain
Penelitian ini dapat dijelaskan bahwa peneliti melakukan pretest terlebih
dahulu mengenai efikasi diri siswa, setelah itu memberikan treatment berupa
40

teknik sosiodrama dan tahap terakhir adalah memberikan post test mengenai
efikasi diri siswa dengan instrument yang sama. Hasil tersebut selanjutnya
dapat dilihat ada perubahan atau tidak sebelum diberikan layanan dan sesudah
diberikan layanan.

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawabannsementara yangndiajukan
penelitinberkenaan dengannrumusan masalahnyang dibuatnya.nBerdasarkan
teori dan kerangka pemikiran yang dikemukakan, maka rumusannhipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Hipotesis Kerja (Ha) : Teknik sosiodrama dapat meningkatkan efikasi
diri siswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang.
2. Hipotesis Nol (Ho): Teknik sosiodramantidak dapat nmeningkatkan
efikasi dirinsiswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang.
BAB III

METODOLOGI TEKNIK PENELITIAN

A. Metode dan Teknik Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan
pendekatan penelitian eksperimen. Sugiyono (2017:8) metode kuantitatif
berdasarkan filosofi positivisme digunakan untuk menguji populasi pada
sampel tertentu, dengan teknik pengambilan sampel pada umumnya random,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data
kuantitatif atau statistik untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan.
Menurut Yusuf (2013:77), pra eksperimen merupakan penelitian
eksperimen, pada prinsipnya hanya digunakan satu kelompok belajar dan
tidak digunakan kelompok kontrol, dan pengambilan sampel responden tidak
dilakukan secara acak. Jenis penelitian pra eksperimen yang digunakan
peneliti adalah “One Group Pre-test Post-test Design”, karena pengukuran
harus dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakuan (O1) disebut pre-test, dan
setelah perlakuan (O2) disebut post-test.

Pre-test Treatment Post-test


O1 X O2

Gambar 3.1 Skema One Group Pre-test Post-test Design


Keterangan:
O1 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan
O2 : tes akhir (posttest) setelah perlakuan diberikan
X : perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah
Peneliti menggunakan metode eksperimen untuk mengungkapkan efektif
atau tidaknya variabel-variabel yang telah dipilih untuk dijadikan sebuah
penelitian. Peneliti memberikan treatmen terhadap subyek penelitian yang
berupa pemberian teknik sosiodrama “Ubrug” terhadap efikasi diri siswa.

41
42

B. Lokasi.dan.Waktu.Penelitian
Penelitiannini dilaksanakanndi SMPnNegeri 5 Kota Serang, yang terletak
dinJl. Wr. JaudnNo.57, Kasemen, Kec.Kasemen, Kota Serang. Banten 42191.
Waktunpenelitian dilaksanakan pada bulan September - Februari tahun ajaran
2019/2020.
Tabel 3.1 Jadwal Waktu Penelitian
Bulan
No Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan Feb

1 Persiapan Penelitian

a. Pembuatan instrument X

b. Menjudgment instrument X X

c. Uji coba instrument X

d. Analisis hasil
X
uji coba instrument

Pelaksanaan Penelitian

a. Pre-test X

b. Mengisi lembar
2 X
persetujuan subyek

c. Treatment X

d. Post-test X

Akhiran

a. Analisisndatan X
3
b. Evaluasi X

c. Penyusunannlaporann X
43

C. Definisi Operasional Variabel


Memahami maksud keseluruhan penelitian, maka peneliti perlu
memberikan definisi operasional dari dua variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Efikasi Diri
Efikasi diri adalah keyakinan seseorang agar mampununtuknmelakukan
tugasnyang diberikannatau sebuah pencapaian yang menandakan level
kemampuan dirinya. Efikasi diri diukur menggunakan skala efikasi diri
yang terdiri dari aspek tingkatnkesulitan (level),nkekuatan (strength),ndan
generalisasin(generality). Skalantersebut terdiri dari 34 item dengan
masing-masing 17 item favorabel dan 17 item unfavorabel dengan nilai
reliabel 0.896.
2. Teknik Sosiodrama
Suatu teknik bimbingan kelompok yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mendramatisasi dan memecahkan masalah sosial yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga melalui teknik sosiodrama ini siswa dapat memperoleh
pengalaman dan pemahaman tentang masalah sosial dan cara
menyelesaikannya. Terdapat tiga proses tahapan pelaksanaan sosiodrama,
sebagai berikut:
a. Persiapan Simulasi: menetapkan topik, memberikan gambaran
masalah, menetapkan pemain, dan kesempatan untuk bertanya.
b. Pelaksanaan Simulasi: dimainkan berkelompok, mengikuti dengan
penuh perhatian, memberi bantuan kepada siswa yang mendapat
kesulitan, dan pada puncak cerita simulasi diberhentikannuntuk
mendorongnsiswa berfikirn dalam menyelesaikannmasalah yang
sedangndiperankan.
c. Penutup: melakukan diskusi tentang jalannya diskusi dan
merumuskan kesimpulan
44

D. Variabel dan Indikator Penelitian


1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2017:68) adalah atribut
atau karakteristik nilai orang, objek atau aktivitas, dengan variasi tertentu,
variasi tersebut ditentukan oleh peneliti dan ditarik kesimpulan. Dalam
penelitian ini teridentifikasi duan variabel yaitunvariabel bebasndan
variabel terikat
Menurut Sugiyono (2017:68) variabel independen atau bebas
adalahnvariabel yangnmempengaruhi ataunmenyebabkan perubahannatau
munculnya variabelndependen. Variabel bebasndalam penelitiannini
adalah tekniknsosiodrama. Sedangkan variabelndependen atau terikat
adalahnvariabel yangndipengaruhi atau merupakan hasil dari variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efikasi diri siswa.

Variabel X Variabel Y

Teknik Sosiodrama Efikasi Diri Siswa

Gambar 3.2 Variabel Penelitian

2. Indikator penelitian
Indikator adalah variabel yang menunjukkan atau menampilkan
perubahan yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan. Indikator
efikasi diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah level (tingkat
kesulitan tugas), streght (kekuatan keyakinan) dan generality
(generalisasi).
Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator

Level Pemahaman diri


(tingkat kesulitan tugas)
Efikasi Diri Pemahaman tingkat kesulitan
tugas
45

Streght Keyakinan individu


(kekuatan keyakinan)
Harapan

Generality Tugas Ganda


(generalisasi)
Lintas Bidang

E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap
pelaksanaan penelitian, dan tahap penelitian akhir.
1. Tahap Persiapan Penelitian
a) Membuat surat izin penelitian
b) Menentukan waktu pelaksanaan, populasi dan sampel penelitian
c) Pembuatan instrument yang akan digunakan dalam penelitian
d) Melakukan judgment instrument kepada pnelitian
e) Melakukan uji coba instrument.
f) Menganalisis hasil uji coba instrument penelitian untuk mengetahui
layak atau tidaknya soal tersebut digunakan sebagai instrument
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a) Memberikan pre-test menggunakan kuesioner yang telah disusun
b) Melakukan replika sebanyak 8 kali dengan 4 tema sebelum diberikan
treatmen.
c) Memberikan treatmen dengan cara menerapkan layanan bimbingan
kelompok dengan teknik sosiodrama “ubrug”.
d) Memberikannpost-test kepadansampel untuk mengukur peningkatan
efikasi diri siswa setelah diberi perlakuan (treatment).
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Evaluasi hasil
b. Analisis data
c. Menyusun laporan hasil penelitian
46

F. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi penelitian Sugiyono (2017:136) adalah suatu wilayah
umum yang terdiri dari objek/ topik dengan jumlah dan karakteristik
tertentu, dan peneliti menerapkannya dalam penelitian dan menarik
kesimpulan. Populasi bukan hanya jumlah pada subjek atau subjek, tetapi
juga semua karakteristik atau karakteristik subjek atau objek tersebut.
Adapun karakteristik populasi yang diambil dalam penelitian ini
yaitu
- Siswa SMPN kelas IX (a,b dan c)
- Siswa bersedia meluangkan waktunya untuk pengisian kuesioner
yang diberikan
- Usianya 14-16 tahun
Tebel 3.3 Tabel Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa
1 IX A 40
2 IX B 40
3 IX C 40
Jumlah 120

2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi. Senada dengan
yang diungkapkan oleh Sugiyono (2017:137), sampel merupakan bagian
dari ukuran dan karakteristik populasi. Pengambilan sampel harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar
dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya atau representatif.
Peneliti menggunakan teknik purposive sampling untuk mengambil
sampel. Sugiyono (2016:85) menjelaskan bahwa purposive sampling
merupakan teknik pengambilan sampel dengan sumber data berdasarkan
pertimbangan tertentu. Artinya tidak semua sampel memiliki kriteria yang
sesuai dengan fenomena yang diteliti. Pengambilan sampel ini harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga memungkinkan peneliti menentukan
47

sampel berdasarkan tujuan tertentu. Faktor-faktor yang menjadi


pertimbangan peneliti adalah:
- Memiliki efikasi diri yang rendah dengan kurangnya rasa percaya
diri, serta perilaku yang sedikit lebih tertutup.
- Siswa mengisi lembar persetujuan untuk mengikuti perlakuan dan
treatmen, dan
- Siswa harus berkomitmen untuk mengikuti perlakuan dan treatmen
sosiodrama “Ubrug”.
Besar kecilnya anggota sampel didasarkan pada teori Gay dan Diehl
1992 (Firdaus, 2014:11), yaitu setiap kelompok minimal harus memiliki
15 orang untuk dapat melakukan penelitian eksperimen. Atas dasar ini,
penelitian akan mengambil banyak subjek dalam kelompok eksperimen
yang terdiri dari 15 siswa, dan subjek akan dipilih secara acak dari total 3
kelas yang memiliki efikasi dirinya rendah. Peneliti menggunakan
sampel siswa SMP Negeri 5 Kota Serang dengan efikasi diri yang
rendah.

G. Teknik Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah metode atau teknik yang
digunakan peneliti untuk memperoleh data penelitian. Dalam penelitian
ini metode angket digunakan sebagai metode pengumpulan data untuk
pre-test dan post-test. Data interval diperoleh dari metode angket
kemudian diinterpretasikan sebagai metode analisis data. Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dijawab dengan memberikan
serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
(Sugiyono, 2017:225).
Penelitian ini menggunakan jenis kuesioner tertutup atau kuesioner
yang sudah disediakan jawabannya. Adapun alasan penulis menggunakan
kuesioner tertutup adalah untuk memberikan kemudahan kepada
responden dalam memberikan jawaban dan menghemat keterbatasan
48

waktu penelitian. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan data


mengenai efikasi diri siswa kelas IX di SMP Negeri 5 Kota Serang.
2. Teknik Pengelolaan.Data.Penelitian
a. Kategori Rumus
Adapun cara menentukannya diklasifikasikan berdasarkan kriteria
yang dihitung melalui 4nkategori yaitunSangat Tinggin(ST),
Tinggin(T), Rendahn(R) dan SangatnRendah (ST)
1) Menghitung persentase maksimal
4
x100% = 100%
4

2) Menghitung persentase minimal


1
x 100% = 25%
4

3) Menghitung rentang persentase

100% - 25% = 75%

4) Menghitung kelas interval

75%
= 18,75%
4
5) Menghitung.Skor.terendah.dan.tertinggi

Skornterendah =nbobot terendahnx jumlahnbutir pertanyaan

Skorntertinggi =nbobot tertingginx jumlahnbutir pertanyaan

6) Menghitung Rentang.Skala
𝑚−1
RS = n ( )
𝑚

Keterangan: Ridho (Rahmayanti, 2020:34)


RS = Rentang skala
n = jumlah
m = jumlah alternatif jawaban
49

Berdasarkan perhitungan diatas maka kategori penilaian tentang


efikasi diri siswa adalahnsebagainberikut:
Tabeln3.4 Interval.Kelas Skor,nPersentase, dannKategori untuk
eksperimen peningkatan penurunan.
Persentase Skor Kategori

81,26% – 100% 111.5 – 136 SangatnTinggi

62,51% – 81,25% 86 – 110.5 Tingginn

43,76% – 62,50 % 60.5 – 85 Rendahnn

˂25% – 43,77 % 34 – 59.5 Sangat Rendah

b. Statistik Inferensial
Sugiyono (2014:148) menjelaskan bahwa statistik inferensial
adalah teknik statistik yang digunaan untuk menganalisis data dan
hasilnya diberlakukan untuk populasi. Lebih lanjut, statistik inferensial
ini dilakukan dalam dua penguji analisis data yaitu uji prasayarat analisis
dan uji hipotesis. Uji prasyarat analisis dengan cara uji normalitas
sedangkan uji hipotesis dengan uji Wilcoxon.
1) Pengujian Prasyarat Analisis
Uji normalitas yaitu uji yang dilakukan sebagai prasyarat untuk
melakukan analisis data, tujuan uji normalitas yaitu untuk
mengetahui distribusi data yang baik dan layak untuk membuktikan
data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diolah melalui
software SPSS v.20 dengan teknik Kolmogorov-smirnov.
Hasil uji normalitas diperoleh bahwa jika p (Kolmogorov-
smirnov) > 𝛼, maka sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal dan demikian sebaliknya. Distribusi data dikatakan normal
apabila probabilitas (signifikansi) lebih besar dari 0,05 (p≥0,05)
2) Pengujian Hipotesis
50

Setelah menguji prasyarat di atas, peneliti kemudian


menggunakan uji Wilcoxon untuk menguji hipotesis.
Untuk mengetahui perbedaan antara kelompok eksperimen
yang mengisi kuesioner sebelum dan sesudah tes digunakan teknik
analisis Wilcoxon signed rank test. Wilcoxon signed rank test
merupakan teknik uji non parametrik yang dapat mengukur
signifikansi perbedaan antara dua kelompok data berpasangan
berdasarkan nomor urut atau skala intervensi, tetapi distribusinya
memiliki distribusi yang tidak normal. Uji wilcoxon signed rank test
merupakan uji alternatif dari uji pairing t test atau t paired apabila
tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji ini dikenal juga dengan
istilah Wilcoxon Match Pair Test. Adapun syarat pengujian uji
wilcoxon signed ranks test, sebagai berikut:
Adapunnsyarat pengujiannuji wilcoxon signed rank test,
sebagainberikut:
1) Jumlah sampel penelitian sedikit, yakni kurang dari 30 sampel.
2) Digunakan untuk data berpasangan dengan skala ordinal atau
interval
Dasar pengambilan keputusan uji wilcoxon signed ranks test, sebagai
berikut :
1) Jika nilai asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan
yang signifikan.
2) Jika nilai asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
H. Instrumen Penelitian
1. Jenis Instrumen
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala likert. Menurut
Sugiyono (2017:93), skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap
fenomena sosial. Skala likert dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat
setuju, setuju, ragu-ragu atau netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
51

Namun penelitian ini hanya menggunakan empat kategori yaitu sangat


setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju, karena pilihan ragu-
ragu atau netral hanyalah pilihan tengah.
Menurut Shaw dan Wright (Widhiarso, 2017:20), tiga kemungkinan
responden memilih ragu-ragu atau netral, yaitu: (1) tidak memiliki sikap
atau pendapat, (2) ingin memberikan penilaian yang seimbang, atau (3)
Mereka tidak memberikan sikap atau pendapat yang jelas. Berdasarkan
hal tersebut, peneliti cenderung menghilangkan keraguan atau netralitas,
karena dikhawatirkan akan mengganggu keefektifan instrumen yang
diproduksi. Jumlah setiap pilihan jawaban ditetapkan sebagainberikut:
Tabeln3.5 Kategori Variabel
Pernyataan Pernyataan
No Keterangan
Positif Negatif
1 Sangat Setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak Setuju 2 3
4. Sangat Tidak Setuju 1 4

Angket efikasi diri siswa dibuat dalam bentuk pernyataan-


pernyataan beserta kemungkinan jawabannya. Item pernyataan efikasi
diri siswa dibuat dalam bentuk alternatif respon subjek yaitu sangat
setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Jika siswa menjawab
pernyataan positif pada jawaban sangat setuju diberi skor 4, jawaban
setuju diberi skor 3, jawaban tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak
setuju diberi skor 3. Begitu pula dengan pernyataan negatif, jika siswa
menjawab sangat setuju diberi skor 1, jawaban setuju diberi skor 2,
jawaban tidak setuju diberi skor 3, dan jawaban sangat tidak setuju diberi
skor 4.
2. Kisi-Kisi Instrument
Tabeln3.6 Kisi-kisinInstrumentnPenelitian (sebelum judgmen)
Sub Jenis Item Jumlah
Efikasi Indikator
Indikator (+) (-)
Diri Level Pemahaman 3,4,6 1,2,5 6
(Tingkat diri
52

Kesulitan Pemahaman 9,10,11 7,8,12


tugas) tingkat 6
kesulitan
Streght Keyakinan 13,14,18 15,16,17 6
(kekuatan Individu
keyakinan) Harapan 19,20,23 21,22,24 6

25,26,29 27,28,30
Tugas Ganda 6
Generality
(generalitas) 33,35,36 31,32,34
Lintas Bidang 6

JUMLAH 18 18 36

Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrument Penelitian (setelah judgmen)

Sub Jenis Item Jumlah


Indikator
Indikator (+) (-)
Pemahaman 3,4,6 1,2,5 6
Level
diri
(Tingkat
Pemahaman 9,10,11 7,8,12
Kesulitan 6
tingkat
tugas)
kesulitan
Efikasi Keyakinan 13,14,18 15,16,17
Streght 6
Diri Individu
(kekuatan
keyakinan) Harapan 19,20,23 21,22,24 6

25,26,29 27,28,30
Tugas Ganda 6
Generality
(generalitas) 33,35,36 31,32,34
Lintas Bidang 6

JUMLAH 18 18 36
53

Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrument.Penelitian (setelah uji validitas)

Sub Jenis Item Jumlah


Indikator
Indikator (+) (-)
Pemahaman 3,4,6 1,5 5
Level
diri
(Tingkat
Pemahaman 9,10,11 7,8,12
Kesulitan 6
tingkat
tugas)
kesulitan
Efikasi Keyakinan 13,14,18 15,16,17
Streght 6
Diri Individu
(kekuatan
keyakinan) Harapan 19,20,23 21,22,24 6

Tugas 25,26,29 27,28,30


6
Generality Ganda
(generalitas) Lintas 33,36 31,32,34
5
Bidang

JUMLAH 18 18 34

Skala pengukuran berisi pertanyaan favorabel dan unfavorabel.


Favorabel merupakan pernyataan yang berisi hal-hal positif atau
mendukung obyek sikap. Unfavorabel merupakan pernyataan yang berisi
hal-hal yang negatif yakni tidak mendukung. Penilaian pernyataan sikap
dengan jawaban yang diberikan dengan menggunakan skala pengukuran
seperti:
Tabel 3.9 Norma Skor
Skor Skor
Pilihan Unfavorabel
Favorabel

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4


54

3. Uji Instrument Penelitian


Menurut Sugiyono (2017:198-200) pengujian alat penelitian melalui
uji validitas dan reliabilitas merupakan syarat dalam penelitian kuantitatif
yang harus diperoleh dari data mentah dengan menggunakan alat ukur
kuesioner.
c. Uji Validitas
Azwar (Rizqi, 2014:42) meyakini bahwa validitas berasal dari
kata validity yang artinya keakuratan dan ketepatan alat ukur dalam
menjalankan fungsi pengukurannya. Sedangkan menurut Sugiyono
(2017:363), ada tiga jenis validitas yang biasa digunakan dalam
penyusunan instrumen, yaitu validitas isi, validitas konstruksi, dan
validitas prediksi.
1. Validitas Konstruk
Menurut Sugiyono (2017:125) mengatakan bahwa pengujian
validitas konstruksi dapat menggunakan pendapat para ahli
(judgement experts). Pada hal ini, setelah instrument
dikonstruksikan untuk mengukur aspek berdasarkan teori tertentu,
dilakukan konsultasi dengan para ahli. Validitas konstruk
mengacu pada asumsi bahwa alat ukur yang akan digunakan
memuat definisi operasional yang tepat dari konsep teoritis yang
dapat diamati dan diukur.
Saat membahas validitas konstruk, peneliti terlebih dahulu
harus menganalisis elemen konstruktif. Kemudian berikan skala
untuk menilai apakah bagian tersebut logis untuk mengukur
struktur. Langkah terakhir adalah menghubungkan konstruk yang
diamati dengan konstruk lain dan melacak apa pun di konstruk
pertama untuk berkorelasi dengan elemen tertentu dalam konstruk
lain.
Peneliti melakukan judgment sebuah bentuk panduan
perlakuan kepada seorang ahli yaitu Prof. Dr. Mungin Eddy
Wibowo M.Pd., Kons sebagai Profesor Bimbingan dan Konseling
55

FIP-UNNES (Ketua Program Studi S3 Bimbingan dan Konseling


Pascasarjana UNNES) pada tanggal 20 Juni 2020. Adapun hasil
judgmen tersebut yaitu:
a) Harus bisa membedakan antara modul dan panduan
perlakuan.
b) Karena penulis menggunakan untuk treatmen, maka sangat
tepat jika menggunakan “Panduan Perlakuan”, sebab jika
modul digunakan untuk bahan pembelajaran.
c) Prosedur atau tahapan bimbingan kelompok dalam panduan
perlakuan perlu diperjelas, dan teknik sosiodrama diterapkan
pada tahap kerja atau tahap kegiatan.
d) Panduan perlakuan secara akademik telah memenuhi dan
layak untuk digunakan, setelah dilakukan penyempurnaan
sesuai saran.
Peneliti berikutnya melakukan judgmen sebuah kuesioner
yang dilakukan oleh dua ahli yaitu Ibu Deasy Yunika Khairun,
S.Pd sebagai dosen bidang ahli ilmu pendidikan Bimbingan dan
Konseling pada tanggal 4 November 2019 dan Ibu Ade Anggraini
Kartika Devi, M.Pd selaku dosen ahli dengan bidang ilmu
pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Untirta pada tanggal 29
November 2019. Adapun hasil judgmen tersebut yaitu:
e) Menggunakan kalimat aktif (SPOK)
f) Isi pernyataan disesuaikan dengan indikator
g) Skala pengukuran disesuaikan dengan isi pernyataan
h) Kalimat tidak memakai kata yang sifatnya (tendensi seperti
(sering, jarang, kadang-kadang)
i) Tidak menggunakan pernyataan yang bersifat umum
j) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti/ efektif.
Tidak mengulang kalimat yang sama di item yang berbeda.
56

2. Validitas Isi
Menurut Yusuf (Shinta 2019:99), validitas isi merupakan
aset dasar dalam instrumen penelitian, karena validitas isi akan
menjelaskan keabsahan/validitas aspek yang diukur dalam
instrumen tersebut. Validitas isi menekankan keabsahan alat yang
telah disusun dan dikaitkan dengan domain yang diuji. Oleh
karena itu, setelah berkonsultasi dengan para ahli, dilakukan
pengujian dan analisis. Uji validitas isi bertujuan untuk
memahami pemahaman siswa terhadap perangkat penelitian.
Uji validitas instrument dalam penelitian ini dilakukan
dengan scale reliability, dimana akan ada beberapa butir item
yang gugur. Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas
dengan product moment atau biasa disebut rhitung pada tiap butir
pernyataan didapat kemudian dengan cara membandingkan nilai
rhitung dengan rtabel dan melihat nilai signifikasi (sig). Hasil yang
diperoleh dari n=49 maka rtabel nya sebesar 0,2759 maka item
tersebut dinyatakan valid karena, nilai (rhitung > rtabel). Setelah
melakukan uji validitas, ada beberapa item pada instrumen yang
tidak valid. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian setelah
melakukan uji validitas sebagai berikut:
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas
Kesimpulan Item Pernyataan Jumlah

1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,2
Valid 34
1,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,36

Tidak Valid 2,35 2

Jumlah 36

a. Uji Reliabilitas
Sugiyono (2017:173) mendefinisikan instrument atau alat ukur
yang reliabilitas yaitu instrumen yang bila digunakan beberapa kali
57

untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan yang sama.


Instrumen yang reliable akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya. Reliabilitas instrumen menurut Ghozali (2018:45) adalah
alat yang digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan
indikator variabel atau struktur. Jika jawaban seseorang atas
pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu,
kuesioner tersebut dianggap dapat diandalkan atau dapat dipercaya.
Reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha
Cronbach, karena untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya
bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. rhitung
kemudian dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%,
jika rhitung > rtabel maka instrument dikatakan reliabel
Adapun rumus Alpha adalah sebagai berikut :

𝑘 ∑𝜎𝑏 2
𝑟11 = ( ) (1 − 2 )
𝑘−1 𝜎 𝑡 Arikunto (Rizki, 2014:44)
Keterangan :
r11 : Reliabilitas Instrument
K : Banyaknya butir pernyataan
∑σb2 : Jumlah varian butir
σ2 t : Varian total
Pada tabel disajikan interpensi ketercapaian tingkat reliabilitas
instrument. Dari hasil perhitungan data menggunakan software SPSS
20.00 pada 36 item peryataan diperoleh nilai reliabilitas (rhitung)
sebesar 0.896. Artinya instrument mampu menghasilkan skor-skor
pada setiap item dengan konsisten serta layak untuk digunakan dalam
penelitian.
Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha N of
Items

0.896 34
58

b. Analisis data Pre-test dan Post-test


Langkah selanjutnya adalah menghitung dan menganalisis hasil
sebelum dan sesudah tes. Menurut Ali (Karimah, 2019:69), “analisis
data merupakan langkah penting dalam memperoleh hasil penelitian,
karena data menuntut peneliti untuk menggunakan teknik analisis
yang tepat guna mengarahkan penemuan-penemuan ilmiah”.
Menghitung nilainrata-rata skor baiknpre-test maupunnpost-test yaitu
menggunakan rumus sebagai berikut:

∑𝑥
Mean = 𝑋 = 𝑛
Sugiyono (Karimah, 2019:69)
Keterangan:
𝑋 : rata-rata nilai
∑𝑥 : jumlah skor
𝑛 : jumlah siswa

I. Data Penelitian
Menurut Sekaran dan Bougie (2017:130), sumber data dapat diperoleh
dari sumber primer maupun sekunder. Data primer (primary data) mengacu
pada informasi yang diperoleh secara langsung (data tangan pertama) oleh
peneliti dan terkait dengan variabel yang berkaitan dengan tujuan penelitian
tertentu. Data sekunder (secondary data) mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang ada.
Pada penelitiannini, sumberndata yangnditeliti adalahndata primernyang
bersifatnkuantiatif, yaitunmenyebarkan kuesionerndan melakukannobservasi
secaranlangsung dengannpihak-pihak yangnberhubunganndengan npenelitian
yangndilakukanndi SMP Negeri 5 Kota Serang.
59

J. Hipotesis Statistik
Menurut Cholid (Sugiyono, 2017:285-286), hipotesis statistik yaitu
pernyataan yang dapat diuji secara statistik mengenai hubungan antara dua
atau lebih variabel penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1. Hipotesis Alternatif (Ha) = Ada pengaruh teknik sosiodrama “Ubrug”
terhadap efikasi diri siswa kelas IX SMP Negeri 5 Kota Serang.
2. Hipotesis Nol (Ho) = Tidak ada pengaruh teknik sosiodrama “Ubrug”
tidak dapat meningkatkan efikasi diri siswa kelas IX SMP Negeri 5 Kota
Serang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. AnalisisnData
1. Efikasi Diri Siswa Kelas IX SMPN 5 Kota Serang Tahun Ajaran
2019/2020
Hasil skor yang diperoleh dari penyebaran skala efikasi diri siswa
dengan jumlah populasi yang dipilih, maka berikut adalah efikasi diri
siswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang yang diperoleh dari pengumpulan
data terhadap 112 siswa.
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Min, Max, Mean, Standar Deviasi
EfikasinDiri Siswa
Hipotetik Empiris
Variabel N
Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Efikasi
15 34 136 85 17 91 122 105.33 10.801
Diri

Tabel 4.1 menunjukan skala efikasi diri siswa memiliki min


hipotetik sebesar 34 sedangkan min empirik sebesar 91, max hipotetik
sebesar 136 sedangkan max empirik 112, mean hipotetik sebesar 85
sedangkan mean pada empirik sebesar 104,27, dan standar deviasi pada
hipotetik sebesar 34 sedangkan standar deviasi pada empirik sebesar
10.01.
Tabel 4.2 Efikasi Diri
Kategori Kriteria Responden Persentase

Sangat Tinggi 111.5 – 136 7 6.2%

Tinggi 86 – 110.5 90 80.3%

Rendah 60.5 – 85 15 13.4%

Sangat Rendah 34 – 59.5 0 0%

60
61

Jumlah 112 100%

Dari hasil data diatas, diketahui kategori sangat tinggi sebanyak 7


siswa dengan persentase 6.2%, kategori tinggi sebanyak 90 siswa dengan
80.3%, kategori rendah sebanyak 15 siswa dengan persentase 13.4%, dan
kategori sangat rendah sebanyak 0%. Jika digambarkan dalam grafik maka
dapat dilihat sebagai berikut:

Gambaran Persentase
Efikasi Diri Siswa
100%
80%
Sangat tinggi
60%
Tinggi
40%
Rendah
20%
0%

Grafik Batang 4.1 Efikasi Diri Siswa Kelas IX SMPN 5 Kota Serang
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa efikasi diri siswa kelas IX
SMPNn5 KotanSerang tahunnajaran 2019/2010 sudah cukup tinggi,
terlihat dari kategori tinggi memiliki persentase sebanyak 80.3%.
2. Hubungan Efikasi Diri Siswa dengan Teknik Sosiodrama “Ubrug”
a. Pre-test
Pre-test merupakan salah satu tindakan yang dilakukan sebelum
melakukan treatment, tujuannya untuk menentukan sampel dari
populasi yang akan dijadikan kelompok ekperimen. Berdasarkan hasil
penelitian pada tanggal 13 Januari 2020, 17 siswa memiliki efikasi diri
yang lebih rendah dari hasil pre-test. Berikut hasil subjek penelitian
pre-test.
62

Tabel 4.3 Hasil Data Pre-test


No Nama Skor Kategori

1 AIF 82 Rendaha

2 MAR 84 Rendaha

3 MZ 79 Rendaha

4 MAS 79 Rendaha

5 N 79 Rendaha

6 YH 76 Rendaha

7 AO 76 Rendaha

8 J 77 Rendaha

9 K 77 Rendaha

10 MP 79 Rendah

11 SAM 80 Rendah

12 SN 82 Rendah

13 SS 79 Rendah

14 HR 75 Rendah

15 H 81 Rendah

Dari tabel diatas, dapat dilihat pre-test subjek penelitian


termasuk dalam kategori rendah. Hasil menunjukkan adanya terdapat
15 subjek yang memiliki skor efikasi diri rendah untuk diberikan
treatment. Setelah dilakukan pre-test pada siswa, lalu diberikan
delapan kali perlakuan (replica) berupa bimbingannkelompok dengan
63

menggunakan tekniknsosiodrama lalu kemudian diberikan post-test.


Adapun treatment yang diberikan kepada siswa terpilih secara rinci
meliputi waktu pelaksanaan, proses pelaksanaan, dan evaluasi yang
diberikan setelah melakukan treatment.
b. Treatment
1) Treatment ke-1
Treatment pertama dilakukan pada hari Jum’at, 17 Januari
2020 pukul 08.25-09.45 yang dilakukan selama 2x45 menit. Pada
pertemuan pertama peneliti menyampaikan kegiatan yang akan
dilakukan yaitu bermain peran tanpa teks (sosiodrama), sehingga
siswa mampu mengembangkan gagasan yang lebih luas saat
kegiatan dimulai. Tema pertama yang akan dimainkan yaitu
mengenai “Kebakaran”. Pada pertemuan pertama, latihan
dilakukan dimushola sekolah. Pembagian peran, tema, dan alur
cerita akan ditentukan serta dijelaskan oleh peneliti. Sehingga
tidak ada siswa yang memilih dengan sesuka hati peran apa yang
ingin dimainkan.
Setelah teknik sosiodrama dilakukan, peneliti akan bertanya
seperti apa kesan-kesan nya mengikuti kegiatan untuk pertama
kali, serta hambatan dalam memainkan peran. Peneliti akan
bertanya mengenai pesan apa yang bisa diambil, dan juga
melakukan evaluasi kegiatan dengan bertanya mengenai kepuasan
siswa terhadap teknik yang diberikan, serta menentukan waktu
untuk pertemuan berikutnya.
2) Treatment ke-2
Treatment kedua dilakukan pada hari Senin, 20 Januari
2020 pukul 10.15-10.55 yang dilakukan 1x45 menit. Pada
pertemuan kedua ini peneliti masih memberikan tema yang sama
yaitu “Kebakaran” namun dengan peran yang berbeda dari
sebelumnya, latihan dilakukan dimushola sekolah. Siswa yang
memainkan peran di pertemuan pertama akan berganti peran agar
64

setiap siswa mampu memainkan peran apapun yang telah


ditentukan. Alur cerita masih sama seperti yang sebelumnya
sehingga siswa tidak terlalu sulit untuk memainkan perannya
harus seperti apa.
Setelah teknik sosiodrama dilakukan, peneliti selalu
bertanya kesan-kesannya seperti apa, dan hambatan yang dialami
oleh siswa. Peneliti juga memberikan evalusi dari setiap
pertemuan dan bertanya mengenai kepuasan setiap siswa, serta
menentukan waktu untuk pertemuan berikutnya.
3) Treatment ke-3
Treatment ketiga dilakukan pada hari Jum’at, 24 Januari
2020 pada pukul 08.25-09.45 yang dilakukan selama 2x45 menit.
Pada pertemuan ketiga ini peneliti memberikan tema “Gotong
Royong” dengan latihan menggunakan halaman depan mushola
sekolah. Pembagian peran, tema, dan alur cerita masih tetap sama
akan ditentukan serta dijelaskan oleh peneliti. Sehingga tidak ada
siswa yang memilih dengan sesuka hati peran apa yang ingin
dimainkan. Siswa yang sebelumnya sudah diinformasikan untuk
membawa atribut perlengkapan, digunakan sesuai peran yang
telah ditentukan.
Setelah teknik sosiodrama dilakukan, peneliti selalu
bertanya kesan-kesannya seperti apa, dan hambatan yang dialami
oleh siswa. Peneliti juga memberikan evalusi dari setiap
pertemuan dan bertanya mengenai kepuasan setiap siswa, serta
menentukan waktu untuk pertemuan berikutnya.
4) Treatment ke-4
Treatment keempat dilakukan pada hari Senin, 27 Januari
2020, pukul 10.15-10.55 yang dilakukan 1x45 menit. Pada
pertemuan ke empat tema masih sama dengan yang sebelumnya
yaitu mengenai “Gotong Royong” namun dengan peran yang
berbeda dari sebelumnya, dan tempat latihannya di halaman
65

depan mushola sekolah. Atribut yang telah di bawa oleh para


siswa pun dapat saling bertukar pinjam kepada teman yang lain
dengan peran yang telah ditentukan.
Setelah teknik sosiodrama dilakukan, peneliti selalu
bertanya kesan-kesannya seperti apa, dan hambatan yang dialami
oleh siswa. Peneliti juga memberikan evalusi dari setiap
pertemuan dan bertanya mengenai kepuasan setiap siswa, serta
menentukan waktu untuk pertemuan berikutnya.
5) Treatment ke-5
Treatment kelima dilakukan pada hari Jum’at 31 Januari
2020, pukul 08.25-09.45 yang dilakukan selama 2x45 menit. Pada
pertemuan kelima ini peneliti memberikan tema “Cerdas Cermat”
dengan tempat latihan di LAB IPA. Pembagian peran, tema, dan
alur cerita masih tetap sama akan ditentukan serta dijelaskan oleh
peneliti. Sehingga tidak ada siswa yang memilih dengan sesuka
hati peran apa yang ingin dimainkan.
Setelah teknik sosiodrama dilakukan, peneliti selalu
bertanya kesan-kesannya seperti apa, dan hambatan yang dialami
oleh siswa. Peneliti juga memberikan evalusi dari setiap
pertemuan dan bertanya mengenai kepuasan setiap siswa, serta
menentukan waktu untuk pertemuan berikutnya.
6) Treatment ke-6
Treatment kelima dilakukan pada hari Selasa, 4 Februari
2020, pukul 09.15-10.25 yang dilakukan selama 2x45 menit. Pada
pertemuan kelima ini peneliti memberikan tema “Cerdas Cermat”
namun dengan peran yang berbeda dari sebelumnya, tempat
latihan di LAB IPA. Pembagian peran, tema, dan alur cerita
masih tetap sama akan ditentukan serta dijelaskan oleh peneliti.
Sehingga tidak ada siswa yang memilih dengan sesuka hati peran
apa yang ingin dimainkan.
66

Setelah teknik sosiodrama dilakukan, peneliti selalu


bertanya kesan-kesannya seperti apa, dan hambatan yang dialami
oleh siswa. Peneliti juga memberikan evalusi dari setiap
pertemuan dan bertanya mengenai kepuasan setiap siswa, serta
menentukan waktu untuk pertemuan berikutnya.
7) Treatment ke-7
Treatment ketujuh dilakukan pada hari Sabtu 8 Februari
2020, pukul 09.45-10.55 yang dilakukan selama 2x45 menit. Pada
pertemuan ketujuh ini peneliti memberikan tema “Sahabatku”
dengan tempat latihan di halaman belakang sekolah. Pembagian
peran, tema, dan alur cerita masih tetap sama akan ditentukan
serta dijelaskan oleh peneliti. Sehingga tidak ada siswa yang
memilih dengan sesuka hati peran apa yang ingin dimainkan.
Setelah teknik sosiodrama dilakukan, peneliti selalu
bertanya kesan-kesannya seperti apa, dan hambatan yang dialami
oleh siswa. Peneliti juga memberikan evalusi dari setiap
pertemuan dan bertanya mengenai kepuasan setiap siswa, serta
menentukan waktu untuk pertemuan berikutnya.
8) Treatment ke-8
Treatment kelima dilakukan pada hari Senin, 10 Februari
2020, pukul pukul 10.15-10.55 yang dilakukan 1x45 menit. Pada
pertemuan kedelapan ini peneliti memberikan tema “Sahabatku”
namun dengan peran yang berbeda dari sebelumnya, tempat
latihan di halaman belakang sekolah. Pembagian peran, tema, dan
alur cerita masih tetap sama akan ditentukan serta dijelaskan oleh
peneliti. Sehingga tidak ada siswa yang memilih dengan sesuka
hati peran apa yang ingin dimainkan
Setelah teknik sosiodrama dilakukan, peneliti selalu
bertanya kesan-kesannya seperti apa, dan hambatan yang dialami
oleh siswa. Peneliti juga memberikan evalusi dari setiap
67

pertemuan dan bertanya mengenai kepuasan setiap siswa, serta


menentukan waktu untuk pertemuan berikutnya.
c. Post-Test
Post-test dilakukan pada tanggal 24 Februari 2020, post-test
dilakukan denganntujuan untuknmelihat apakahntreatment nyang
dilakukannefektif atau tidakndalam meningkatkan efikasi diri siswa
kelas IX SMPN 5 Kota Serang. Adapun hasil dari post-test adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Data Post-Test
Non Naman Skorn Kategorin

1 AIF 105 Tinggi

2 MAR 121 SangatnTinggi

3 MZ 122 SangatnTinggi

4 MAS 118 SangatnTinggi

5 N 101 Tinggin

6 YH 102 Tinggin

7 AO 97 Tinggin

8 J 100 Tinggin

9 K 96 Tinggin

10 MP 91 Tinggin

11 SAM 115 Tinggin

12 SN 120 Sangat Tinggi

13 SS 93 Tinggi

14 HR 100 Tinggi

15 H 99 Tinggi
68

Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat peningkatan dalam efikasi diri
siswa, terdapat 11 siswa berada dalamnkategori tinggindan 4nsiswa berada
dalam kategorinsangat tinggi.
Tabel 4.5 Hasil Pre-test dan Post-test
Descriptive Statistics

Mean
N Min Max Sum Mean SD
%

Pre-test 15 75 84 1185 79.00 55.3% 2.535

Post-test 15 91 122 1580 105.33 73.8% 10.801

Valid N (listwise) 15

B. Pengujian Hipotesis
1. Uji Prasyarat Analisis
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan menggunakan
teknik sosiodrama “Ubrug” terhadap efikasi diri siswa. Pada penelitian
ini, peneliti menguji data dengan uji normalitas serta menguji hipotesis
dengan uji wilcoxon. Pengujian prasyarat analisis ini menggunakan SPSS
v.20. Berikut hasil pengujian tersebut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pre-test Post-test
N 15 15
Mean 79.0000 105.3333
a,b
Normal Parameters Std.
2.53546 10.80123
Deviation
Absolute .167 .221
Most Extreme
Positive .167 .221
Differences
Negative -.167 -.148
Kolmogorov-Smirnov
.645 .857
Z
Asymp. Sig. (2-tailed) .799 .455
a. Test distribution is Normal.
69

b. Calculated from data.

Dari hasil data tersebut menunjukkan bahwa data tersebut normal karena
hasil signifikansi berjumlah 0.799 untuk data pretest dan 0.455 untuk data
posttest yang berarti p> 0.05.
2. Uji Wilcoxon
Pada uji hipotesis peneliti menggunakan uji Wilcoxon dengan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Wilcoxon Pre-testndan nPost-test Secara Keseluruhan
Ranks

Mean Sum of
Keterangan N Ranks
Rank
Negative Ranks 0 0.00 0.00

Positive Ranks 15 8.00 120.00


Post Test - Pre Test
Ties 0
Total 15

a. Post Test < Pre Test

b. Post Test > Pre Test

C. Post Test = Pre Test

Dari data tersebut diketahui bahwa nilai negative ranks adalah 0, yang
artinya tidak ada penurunan dari nilai pre test ke nilai post test. Pada positive
ranks untuk pre test dan post test terdapat 15 data positif yang artinya ke 15
siswa mengalami efikasi diri dengan rata-ratanpeningkatan sebesarn8.00,
sedangkannuntuk sum of ranks nya adalah sebesar 120.00. Lalu nilai ties pada
uji wilcoxon diatas adalah 0, itu berarti tidak ada nilai yang sama antara hasil
pre test dan post test yang dialami siswa.
70

Tabel 4.8 Hasil Akhir Uji Wilcoxon


Test Statistics

Nilai Post Test - Keterangan


Pre Test

Z -3.408 -

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.001 Sig.

Data pengambilan keputusan:


1. Jikannilainasymp.nSig. (2-tailed) < 0,05nmakanHipotesisnditerima
2. Jikannilainasymp.nSig. (2-tailed) > 0,05 maka Hipotesis ditolak
Dari hasil SPSS versi 20 dengannmenggunakan ujinwilcoxon
diketahuinbahwa asymp.sig (2-tailed) bernilai 0.001. Karenannilai 0.001
lebihnkecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa “hipotesis diterima”,
artinyanterdapat perbedaannantara efikasindiri pada saat pre test dan post
test. Oleh sebab itu dapatndisimpulkan bahwan“ada pengaruhnteknik
sosiodrama “Ubrug” terhadap efikasi diri siswa kelas IX SMPN 5 Kota
Serang.
Hipotesis
1. Hipotesis Alternatif ( Ha)
Terdapat peningkatan pada efikasi diri siswa setelah diberi teknik
sosiodrama “Ubrug”.
2. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak terdapat peningkatan pada efikasi diri siswa setelah diberi
teknik sosiodrama “Ubrug”.
Berikut adalah perbandingan antara hasil pre-test dan post-test:
Tabel 4.9nPerbandingan Hasil Pre-test dan Post-test
Total
Nama Keterangan
No Pre- Post- Gain
Siswa
test test
1 AIF 82 105 23 Meningkat
71

2 MAR 84 121 37 Meningkat

3 MZ 79 122 43 Meningkat

4 MAS 79 118 39 Meningkat

5 N 79 101 22 Meningkat

6 YH 76 102 23 Meningkat

7 AO 76 97 21 Meningkat

8 J 77 100 23 Meningkat

9 K 77 96 19 Meningkat

10 MP 79 91 12 Meningkat

11 SAM 80 115 35 Meningkat

12 SN 82 120 38 Meningkat

13 SS 79 93 14 Meningkat

14 HR 75 100 25 Meningkat

15 H 81 99 18 Meningkat

Dari tabel diatas dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah hasil post-
test, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil sebelum dan sesudah
diberikan tes. Sebelum mendapat perlakuan skor kategori subjek tergolong
rendah, dan setelah mendapat perlakuan skor kategori subjek menjadi tinggi
dan sangat tinggi.

C. Hasil Pembahasan Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat
diketahui bahwa efikasi diri siswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang
menunjukan skala efikasi diri dengan nilai min hipotetik sebesar 34
sedangkan min empirik sebesar 91, max hipotetik sebesar 136 sedangkan max
empirik 122, mean hipotetik sebesar 85 sedangkan mean empirik sebesar
72

105.33, dan standar deviasi hipotetik sebesar 17 sedangkan standar deviasi


empirik sebesar 10.801. Pada hal ini responden tergolong pada empat
kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Melihat dari
hasil yang telah peneliti olah maka dapat diketahui kategori sangat tinggi
sebanyak 7 siswa dengan persentase 6.2%, kategori tinggi sebanyak 90 siswa
dengan 80.3%, kategori rendah sebanyak 15 siswa dengan persentase 13.4%,
dan kategori sangat rendah sebanyak 0%. Hal ini sebanding dengan penelitian
yang dilakukan oleh Syaefullah (2015:135). Hasil penelitiannya didapatkan
nilai rata-rata dari hasil pra siklus 87,63 (61%) dan siklus I sebesar 103,38
(78%) kemudian siklus II sebesar 112,16 (78%). Adapun peningkatan skor
efikasi diri akademik dari pra siklus ke siklus sebesar 24,5. Melihat hasil
penelitian tentang efikasi diri siswa menunjukkan pada kategori tinggi,
namun ada beberapa siswa lainnya yang masuk dalam kategori sedang. Hal
ini dapat dilihat dari pengertian siswa sendiri yang merupakan masih dalam
tahap transisi dari anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif dan sosial-emosional menurut Santrok (Nasruddin, 2017:12)
Teknik sosiodrama merupakan salah satu permainan peran yang
ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan
antar manusia, Romlah (Karlina, 2016:33). Teknik ini dianggap sebagai salah
satu cara yang tepat untuk mengurangi efikasi diri yang rendah, karena
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan tertentu dalam
menghadapi masalah sosial dan mengajarkan bagaimana mengekspresikan
diri dalam hubungan antar manusia sehingga siswa dapat merasakan secara
langsung melalui perannya. Pada bimbingan dan konseling terdapat layanan
yang disebut layanan bimbingan kelompok. Djumhur dan Moh (1975:28)
mengatakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu proses pemberian
bantuan secara terus menerus dan sistematis kepada siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam bentuk kelompok, dengan
tujuan untuk mencapai kemampuan berdasarkan pemahaman diri (self
understading), menerima diri (self acceptance), dan kemampuan berdasarkan
realisasi diri (self-realization). Memiliki potensi dan kemampuan beradaptasi
73

dengan lingkungan keluarga dan sosial (self adaptive). Teknologi drama


sosial merupakan salah satu teknologi yang termasuk dalam layanan
bimbingan kelompok. Teknik sosiodrama merupakan salah satu teknik yang
termasuk dalam layanan bimbingan kelompok. Pada hal ini, pemberian
treatmen teknik sosiodrama didasarkan atas aspek-aspek pada efikasi diri
yang terdiri dari aspek tingkat (level), aspek kekuatan (strength), dan aspek
generalisasi (generality). Pada proses pemberian teknik sosiodrama, kita
dapat melihat perubahan yang signifikan yang dialami oleh siswa melalui
pemberian pretest dan posttest. Hal ini sejalan dengan penelitian Nur’aini
(2014) tentang “Pengembangan model bimbingan kelompok dengan teknik
sosiodrama untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa Kelas X SMK Islam
adiluwih Pringsewu-Lampung”,bahwa sebelum diberikan perlakuan (pre-test)
adalah 52,3% dan setelah diberikan perlakuan (post-test) mengalami
peningkatan 11.7% sehingga akhir kenaikannya menjadi 64%.
Hal serupa yang dilami oleh peneliti saat melakukan penelitian, bahwa
sebelum diberikan perlakuan (pre-test) rata-ratanya adalah 79.00 atau 55.3%
dan setelah diberikan perlakuan (post-test) mengalami peningkatan 18.5%
sehingga akhir kenaikannya menjadi 105.33 atau 73.7%. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian teknik sosiodrama “Ubrug”
terhadap efikasi diri siswa yang rendah. Jika dilihat darinhasil uji
hipotesisnyang diambil, peneliti menggunakannuji wilcoxonnuntuk
mengetahuinperbedaan pengisiannkuisioner padansaat pre test dan post test
darinkelompokneksperimen. Diketahui bahwa nilai negative ranks adalah 0,
nilai positive ranks untuk pre test dan post test terdapat 15 data positif yang
artinya ke 15 siswa mengalami efikasi diri dengan rata-ratanpeningkatan
sebesarn8.00, sedangkannuntuk sumnof ranks nya adalah sebesarn120.00,
serta nilai ties nya adalah 0. Hasil lain dari SPSS versi 20 dengan
menggunakannuji wilcoxon diketahui bahwa asymp.sig (2-tailed) bernilai
0.001. Karena nilai 0.001 lebih kecil dari 0.05, makandapatndisimpulkan
bahwan“hipotesis diterima”. Artinyanada perbedaannantara efikasindiri untuk
pre test dan post test. Hal ini diungkapkan oleh (Cooper & Schindler,
74

2014:613) bahwa dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau


menolak hipotesis pada uji wilcoxon sign rank test dilihat dari hasilnya yang
kurang dari 0.05 atau (Asymp.Sig) < 0,05. Sehingga dari hasil data peneliti
dapatndisimpulkan bahwan“ada pengaruhnteknik nsosiodrama “Ubrug”
terhadapnefikasi diri siswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang.
Peneliti juga memperoleh hasil refleksi selama proses penelitian
disekolah, guna mengetahui perasaan siswa pada saat mengikuti perlakuan
untuk mendukung proses pemberian teknik sosiodrama untuk meningkatkan
efikasi diri siswa. Siswa selalu memiliki antusian yang besar pada saat
diberikan perlakuan, meskipun tidak sedikit masih memiliki rasa malu dan
gugup ketika awalan dimulai. Siswa juga sangat senang dan merasa bahwa
selalu ada pengalaman yang dialami ketika diberikan perlakuan hingga
ahirnya proses pemberian teknik sosiodrama “Ubrug” siswa menjadi lebih
nyaman dan mampu mengembangkan peran yang diperoleh sehingga
meningkatnya efikasi diri siswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang. Hal ini
kemudian membuat hasil dan pembahasan untuk menjawab rumusan masalah
peneliti. Adapun pembahasan peneliti berdasarkan variabel penelitian sebagai
berikut:
1. Mengetahui Efikasi Diri Siswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang
Setelah Mengikuti Teknik Sosiodrama “Ubrug”
Sosiodrama merupakan salah satu teknik dari layanan bimbingan
kelompok yang memungkinkan banyak siswa untuk secara bersama-sama
memperoleh berbagai materi dari sumber tertentu guru pembimbing atau
konselor, materi ini sangat berguna untuk mendukung individu, siswa,
anggota keluarga, dan kehidupan sehari-hari masyarakat di mana masalah
pendidikan, pekerjaan dibahas pribadi dan sosial. Menurut Nana Sudjana
(2005:84) sosiodrama adalah dramatisasi tingkah laku dalam
hubungannya dengan permasalahan sosial. Romlah (Karlina, 2016:33)
mengemukakan bahwa sosiodrama adalah bermain peran yang ditujukan
untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar
75

sesama. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sosiodrama


“Ubrug” untuk meningkatkan efikasi diri siswa.
Ubrug sendiri merupakan salah satu kesenian tradisional khas
Banten yang berfungsi sebagainmedia penyampaian informasinatau
pesannkepada masyarakatnatas gambarannkenyataan kehidupan di
masyarakat.nUbrug juganmampu menampilkannkarakteristik masyarakat
yangnheterogen dalamnmedia lakon.nKonten dalamnubrug diharapkan
mampu memberikan informasi yangnberkaitan denganngambaran
masyarakatnpada umumnya. Demikiannpula dengan tujuannubrug
sebagainmedia penyampaiannpesan sosial yang juga mampu memberikan
penghiburannbagi masyarakat.nOleh sebab itu, teknik sosiodrama
“Ubrug” dapat mengajak siswa untuk sama-sama belajar berinteraksi,
berkomunikasi dengan baik secara jujur dan terbuka agar mampu
meningkatkan efikasi diri siswa yang rendah.
Bandura (Indahsari, 2017:48) mendefinisikan bahwa efikasi diri
merupakan keyakinan siswa mengenai kemampuan dirinya dalam
melakukan tugas atau tindakkan yang diperlukan untuk mencapai hasil
tertentu. Selanjutnya menurut Ormrod (Indahsari, 2017:48), menyatakan
bawa efikasi diri adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya
sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan
tertentu. Siswa yang memiliki efikasi diri yang kurang cenderung akan
bersikap sering melamun, menyendiri, serta tidak yakin terhadap
kemampuan yang dimiliki.
Menurut Bandura (Mahmudi dan Suroso, 2014:187) menyatakan
bahwa efikasi diri dapat diperoleh, dipelajari dan dikembangkan dari
empat sumber informasi, yaitu: (1) hasil yang telah dicapai siswa, (2)
pengalaman diri sendiri, (3) persuasi sosial, dan (4) keadaan emosi/fisik.
Sedangkan Upaya dalam melihat efikasi diri siswa dapat dilihat dari 3
tingkatan aspek, yaitu: (1) tingkat kesulitan tugas, (2) kekuatan
keyakinan, dan (3) generalitas.
76

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 112


siswa di SMPN 5 Kota Serang terdapat 13,4% atau 15 siswa siswa yang
memiliki efikasi dirinya rendah, 80,3% atau 90 siswa yang memiliki
efikasi diri tinggi, serta 6,2% atau 7 orang yang memiliki efikasi diri
sangat tinggi. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa
kemampuan efikasi diri siswa di kelas IX SMPN 5 Kota Serang rata-rata
berada dalam kategori tinggi, namun dari hasil pre-test juga ditemukan
terdapat siswa yang memiliki efikasi dirinya rendah.
Selanjutnya menindaklanjuti hasil pre-test maka dilakukan
treatment kepada 15 siswa yang masuk dalam kategori rendah, treatment
menggunakan teknik sosiodrama sebanyak 8 kali, treatment dilakukan
berdasarkan pada aspek-aspek yang mempengaruhi efikasi diri. Pada saat
treatment dilakukan, siswa sangat antusias mengikutinya dikarenakan
mereka mampu belajar sambil bermain peran di luar ruangan kelas. Ada
yang merasa senang dan juga gugup ketika mereka harus memainkan
perannya, namun itu semua mampu mereka lalui karena bantuan dan
dorongan dari teman-teman yang lainnya. Setelah treatment selesai
dilakukan, maka diketahui bahwa terjadi peningkatan efikasi diri siswa.
Pada saat pre-test nilai rata-rata 79.00 dan setelah diberikan treatment
dengan menggunakan teknik sosiodrama maka nilai rata-rata post-test
nya naik menjadi 105.33.
2. Mengetahui pengaruh teknik sosiodrama “Ubrug” terhadap efikasi
diri siswa kelas IX di SMP Negeri 5 Kota Serang
Berdasarkan hasil analisis menganai efikasi diri siswa sebelum
diberikan treatment termasuk dalam kategori rendah. Namun setelah
diberikan perlakuan beupa teknik sosiodrama, maka, mengalami
peningkatan sehingga termasuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan efikasi diri
sebelum dan sesudah diberikan treatmen. Kemampuan efikasi diri siswa
setelah diberikan perlakuan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
sebelum diberikan perlakuan.
77

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh teknik sosiodrama


terhadap efikasi diri siswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang, maka diajukan
hipotesis “Teknik sosiodrama “Ubrug” dapat meningkatkan efikasi diri
siswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang”. Untuk mengetahuinya, maka diuji
dengan uji dengan membandingkan perbedaan hasil pre-test dan post-
test dari hasil skala efikasi diri. Karena yang diuji adalah hipotesis (Ho),
maka terlebih dahulu hipotesis alternatif diubah ke dalam hipotesis nol
(Ho), sehingga bunyi hipotesis menjadi “Teknik sosiodrama “Ubrug”
tidak dapat meingkatkan efikasi diri siswa kelas IX SMPN 5 Kota
Serang”. Pengambilan keputusan dengan probabilitas < 0.05, maka Ho
ditolak, jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima. Selanjutnya
berdasarkan hasil pre-test dan post-test efikasi diri siswa dilakukan
pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan uji wilcoxon,
dengan bantuan analisis SPSS versi 20.
Terdapat hasil yang menunjukkan Zhitung sebesar -3.408 dengan
n=15 pada taraf signifikansi 5% ditemukan Ztabel=25. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa Zhitung < Ztabel, yaitu -3.408 < 25. Demikian
dinyatakan Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu ada pengaruh teknik
sosiodrama “Ubrug” terhadap efikasi diri siswa. Kelas IX SMPN 5 Kota
Serang. Teknik sosiodrama “Ubrug” dapat meningkatkan efikasi diri
siswa dapat dilihat dari meningkatnya skor efikasi diri siswa setelah
diberikan treatmen. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan skor siswa
yang antara sebelum dan sesudah diberikan treatmen “Ubrug”.
Hal ini sejalan dengan penelitian Fery Anggara, A. Muri Yusif,
Marjohan (2016) “Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok dengan
Modeling dalam Meningkatkan Efikasi Diri Siswa dalam Menghadapi
Ujian”. Skor efikasi diri kelompok eksperimen sebelum diberikan
perlakuan berada pada skor rata-rata sebesar 126,00 dan setelah diberikan
perlakuan berada pada skor rata-rata sebesar 157,66. Sehingga ia
menyimpulkan bahwa bimbingan kelompok dengan modeling efektif
terhadap peningkatan efikasi diri dalam menghadapi ujian. Mengenai hal
78

kemampuan efikasi diri siswa harus terus ditingkatkan lagi karena


dengan adanya efikasi diri siswa akan lebih memperoleh pengetahuan
mengenai pahaman diri, mampu menghargai kemampuan yang dimiliki,
mengembangkan minat dan bakatnya serta akan memberikan kemudahan
bagi siswa itu sendiri.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam bimbingan dan
konseling terdapat layanan bimbingan kelompok yang salah satunya
tekniknya berupa pemberian teknik sosiodrama, peneliti menggunakan
teknik sosiodrama “Ubrug” untuk melihat pengaruh terhadap efikasi diri
siswa yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
ternyata ada pengaruh dari pemberian teknik sosiodrama “Ubrug”
terhadap efikasi diri siswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang.

D. Keterbatasan Penelitian
Menurut bandura (Ulfah, 2015:13) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi efikasi diri siswa, diantara nya yaitu: (1) sifat tugas yang
dihadapi siswa, (2) insentif eksternal, (3) status atau peran siswa dalam
lingkungan dan (4) informasi tentang kemampuan diri siswa. Sebelum
diberikan perlakuan (pre-test) nilai rata-ratanya adalah 79.00 atau 55.3%.
Oleh sebab itu diperlukan studi lebih lanjut terkait penelitian ini untuk
memperhatikan variabel-variabel lainnya diantaranya seperti minat belajar
siswa dan atau motivasi hasil belajar siswa. Adapun dalam pelaksanaan
treatmen yang dilakukan secara kelompok sejumlah 15 orang tanpa
pembatasan variable distraktor. Maka sangat memungkinkan pengaruh
distraktor lain di lingkungan yang dapat mempengaruhi responden.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang teknik sosiodrama “Ubrug” terhadap
efikasi diri siswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang terdapat perubahan siswa pada
saat sebelum dan sesudah diberikan treatment. Populasi yang didapat sejumlah
112 siswa dengan kategori sangat tinggi 7 siswa, tinggi 90 siswa dan rendah 15
siswa. Siswa yang memiliki kategori rendah sebelum diberikannya treatment
memiliki hasil mean sebesar 79.00 atau 55.3%, lalu peneliti melakukan 8 kali
perlakuan serta diberikannya treatment dan didapat peningkatan mean sebesar
105.33 atau 73.8%. Teknik sosiodrama “Ubrug” terbukti dapat meningkatkan
efikasi diri siswa yang ditujukkan dari hasil post-test. Maka dapat di simpulkan
bahwa dengan diberikannya teknik sosiodrama “Ubrug” dapat meningkatkan
efikasi diri siswa kelas IX SMPN 5 Kota Serang.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan peneliti yang telah dikemukakan, maka terdapat
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Program Studi Jurusan Bimbingan dan Konseling FKIP Untirta
Program studi bimbingan dan konseling bisa menggunakan hasil penelitian
ini untuk mengambangkan kajian keilmuan serta menjadi bagi akademik
Prodi BK FKIP Untirta khususnya mengenai bimbingan pribadi-sosial yang
didasarkan pada efikasi diri siswa.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Mengingat layanan bimbingan kelompok dalam kegiatan bimbingan
konseling masih jarang dilaksanakan di sekolah, sedangkan konselor
memperhatikan kondisi siswa, rancangan program bimbingan dan konseling
pribadi-sosial yang telah dibuat agar dapat dilaksanakan secara optimal dan
agar dapat meningkatkan efikasi diri siswa.

79
80

3. Bagi Sekolah
Sekolah bisa menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan
kajian dalam menyelenggarakan program bimbingan dan konseling yang
didasarkan pada layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan efikasi
diri siswa.
4. Bagi Siswa
Layanan bimbingan kelompok siswa di kelas IX SMPN 5 Kota Serang
terbukti dapat membantu efikasi diri siswa. Untuk itu di sarankan kepada
siswa agar mampu mengelola diri untuk menyadari betapa pentingnya efikasi
diri untuk masa depan yang lebih baik.
5. Bagi penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini bisa menjadikan bahan rujukan dalam mengkaji lebih jauh
mengenai efikasi diri siswa, serta diharapkan dapat melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi efikasi
diri siswa sebagai perbandingan kelompok lain pada penelitian selanjutnya.
Selain itu perlunya memperhatikan variabel distraktor dalam penelitian
selanjutnya dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen,
untuk mengatahui pengaruh teknik sosiodrama “Ubrug” terhadap efikasi diri
siswa tanpa mempertimbangkan adanya kontrol maka perlu adanya penelitian
lanjutan yang menghadirkan control untuk mengetahui besaran lebih lanjut
kebermanfaatan penerapan treatmen.
81

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, F. Yusuf, A, M. dan Marjohan. (2016). Efektivitas layanan bimbingan


kelompok dengan modeling dalam meningkatkan efikasi diri siswa dalam
menghadapi ujian. Jurnal Konselor. 5(1): 42-49.

Anggraini, O,D. Wahyuni, E,N. dan Soejanto, L,T. (2017). Hubungan antara
efikasi diri dengan resiliensi menghadapi ujian pada siswa kelas XII SMAN
1 Trawas. Jurnal Konseling Indonesia. 2(2): 52-53

Astuti, R, D. (2015). Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri


SDN Mandungan 1 Yogyakarta. Jurnal Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun
IV Januari 2015. IV(2): 4-6

Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.). Jurnal


Encyclopedia of Human Behavior. 4(4): 77-81

_________. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: Freeman


and Company.

Bingah, M. (2015). Upaya meningkatkan perilaku prososial melalui tekik


sosiodrama pada siswa kelas VII C SMPN 3 Ngadirojo Kab Pacitan. Skripsi
pada Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas
Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan

Damayanti, G. (2019). Pengaruh kecerdasan numerik dan kecerdasan visual-


spasial terhadap hasil belajar matematika siswa kelas viii di smp negeri 1
sumbergempol.Skripsi pada Program Studi Tadris Matematika Universitas
Institut Agama Islam Negeri Tulungagung: tidak diterbitkan

Darkonah. (2015). Bimbingan kelompok untuk meningkatkan efikasi diri siswa


SMPN 5 Satu Atap Tanjung Brebes. Skripsi pada Program Studi Bimbingan
dan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta: tidak
diterbitkan

Depdiknas. (1989). Undang-undang nomor 2 tentang sistem pendidikan nasional,


Jakarta: Depdiknas

_________. (2003). Undang-undang nomor 20 tentang sistem pendidikan


nasional, Jakarta: Depdiknas.

Djumhur dan Moh, S. (1975), Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung:


CV Ilmu.
82

Firdaus, I. (2014). Pengaruh terpaan iklan media luar ruang terhadap sikap
berhenti merokok. Skripsi pada Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Fonna, M dan Mursalin. (2018). Literature study: Role of self-efficacy toward


studies’ achievement in mathematical multiple representation ability
(MMRA). The International Journal of Social Sciences. 6(1): 34-35

Humeira, Y. (2014). Keefektifan layanan bimbingan kelompok dengan teknik


bermain peran untuk meningkatkan efikasi diri dalam belajar siswa kelas
VIII smpn 5 surakarta. Skripsi pada Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan: tidak
diterbitkan.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang


rentang kehidupan. Jakarta: Gramedia.

Indahsari, N, W. (2017). Hubungan sikap belajar dan efikasi diri terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas v SDN gugus Ahmad Yani. Skripsi pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Negeri
Semarang: tidak diterbitkan

Jayanti, U. (2017). Bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama untuk


meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik kelas VIII SMPN 4 Bandar
Lampung. Skripsi pada Program Studi Bimbingan dan Konseling: tidak
diterbitkan

Karimah, A. (2019). Efektivitas teknik role playing untuk mereduksi perilaku


agresif siswa (Studi pra eksperimen kelas X SMA 2 Daar El Qolom Tahun
Ajaran 2019/2020. Skripsi pada Program Studi Bimbingan dan Konseling
UNTIRTA: tidak diterbitkan

Karlina, D. (2016). Pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik


sosiodrama terhadap perilaku asertif siswa kelas IX SMPN 25 Semarang.
Skripsi pada Program Studi Bimbingan dan KonselingUniversitas Negeri
Semarang: tidak diterbitkan

Kusrieni, D. (2014). Hubungan efikasi diri dengan perilaku menyontek. Jurnal


Psikopedagogia. 3(2):102

Latifah, U. (2017). Aspek perkembangan pada anak sekolah dasar. Academica


Journal of Multidisciplirary Studies. 1(2): 187-188

Lubis, A. Yessy, E. dan Vira, A. (2017). Bimbingan kelompok dengan teknik


sosiodrama meningkatkan regulasi emosi pada siswa SMA di Kota
Bengkulu. Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling. 1(1): 48-49
83

Mahmudi, M. H dan Suroso. (2014). Efikasi diri, dukungan sosial, dan


penyesuaian diri dalam belajar. Jurnal Psikologi Indonesia. 3(2): 183 -194.

Nasrudin, M, H. (2017).Pengaruh konformitas teman sebaya terhadap perilaku


deliquency minum-minuman keras pada remaja desa kranding kecamatan
mojo kabupaten Kediri. Skripsi pada Program Studi Tasawuf dan
Psikoterapi: tidak diterbitkan

Nur’aini, E, P. (2014). Pengembangan model bimbingan kelompok dengan teknik


sosiodrama untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa. Jurnal Bimbingan
Konseling. 3(2): 109-110

Pratiwi, S, M. (2018). Efektivitas layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama


dalam meningkatkan percaya diri peserta didik kelas VII di SMPN 26
Bandar Lampung. Skripsi pada Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung: tidak diterbitkan

Purwanto, A. (2015). Pengaruh efikasi diri terhadap perilaku menyontek siswa


kelas v seklah dasar negeri se-gugus II. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta: tidak diterbitkan

Raditiana, Y. (2013). Pengembangan model peer guidance untuk meningkatkan


self efficacy siswa kelas VIII H SMPN 2 Salatiga. Skripsi pada Program
Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana: tidak
diterbitkan

Rahmayanti, W. (2020). Meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa


dengan teknik mind mipping. Skripsi pada Program Studi Bimbingan dan
Konseling: tidak diterbitkan

Rini, A, M, F. (2015). Pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku prososial


siswa kelas VIII SMPN 7 Semarang. Skripsi pada Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan

Rizqi, P, R. (2014). Upaya meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa


melalui layanan informasi karier pada siswa kelas XI Administrasi
Perkantoran (AP) 1 SMKN 2 Tegal. Skripsi pada Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan

Rusniawati, U. (2019). Kontribusi efikasi diri terhadap perilaku menyontek siswa


pada siswa kelas x man se-kabupaten Lebak Banten. Skripsi pada Program
Studi Bimbingan dan Konseling UNTIRTA: tidak diterbitkan
Santrok, J, W. (2017). Psikologi pendidikan edisi kedua. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
84

Saputro, K, Z. (2017). Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja.


Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama. 17(1): 26
Sarwono, J. (2018). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Sa’adah, M. (2011). Efektivitas teknik sosiodrama untuk meningkatkan percaya


diri siswa. bandung: TESIS BK Pascasarjana UPI

Seha, N. Bachtiar, A. Oktaviantina, A, D. Rukmini, dan Sehabudin (2014). Fungsi


teater rakyat ubrug bagi mahasiswa Banten. Jurnal Atavisme Edisi 2014.
17(1): 108-109

Sekaran, Uma dan Bougie, R. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis Pendekatan
Pengembangan-Keahlian. Jakarta. Salemba Empat.

Setyawan, A. (2014). Pengaruh efikasi diri, kecakapan sosial dan informasi karir
terhadap kematangan untuk berkarir. Skripsi pada Program Studi
Pendidikan Teknik Mekatronika: tidak diterbitkan

Shinta, y. (2019). Pengaruh pemahaman akuntansi pajak dan penerapan e-filing


terhadap kepatuhan wajib pajak (survey pada kantor pelayanan pajak
pratama Bandung Cibeunying. Skripsi pada Program Studi Akuntansi
Universitas Pasundan Bandung: tidak diterbitkan

Siregar, T, S. (2015). Efektivitaa metode psikodrama salam meningkatkan


kemampuan bermain drama oleh siswa kelas XI SMAN 1 Stabat. Jurnal
Edukasi Kultura. 2(2): 117-118

Sri, R. dan Sundari, S. (2014). Perkembangan anak dan remaja. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya

Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,


dan r&d. Bandung: CV Alfabeta

________. (2016). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,


kualitatif, dan r&d. Bandung: CV Alfabeta

________. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung:


CV Alfabeta

Suroyya, N. (2016) Efektifitas terapi spiritual emotional freedom technique


(SEFT) dalam menurunkan stress akibat penyusunan skripsi pada
mahasiswa fakultas ushuluddin, adab dan dakwah IAIN Tulungagung
angkatan 2012. Skripsi pada Program Studi Tasawuh dan Psikoterapi
Instritut Agama Islam Negeri Tulungagung: tidak diterbitkan.
85

Syaefullah dan Inhad Syaefullah. (2015). Upaya meningkatkan efikasi diri


akademik melalui diskusi kelompok pada siswa kelas viii di smp negeri 3
bukateja purbalingga.Skripsi pada Program Studi Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan UNY: tidak diterbitkan
Ulfah, S, H. (2015). Efikasi diri mahasiswa yang bekerja pada saat penyusunan
skripsi. Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Wahdania, Ulfiani, R. dan Sri, S. (2017). Pengaruh Efikasi Diri, Harga Diri, dan
Motivasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik kelas X SMA
Negeri 1 Bulupoddo Kab. Sinjai. Jurnal Matematika dan Pembelajaran.
5(1): 68

Widhiarso, W. (2017). Pengembangan skala psikologi: Lima kategori respon


ataukah empat kategori respon. Yogyakarta: UGM

Wirawan, S dan Eko. A. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Yusuf, A,M. (2014). Metodologi penelitian kuanti, kuali dan penelitian


gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group

Yusuf, S. dan Sugandhi, N.M. (2017). Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Daftar Pustaka

Ahmadi. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta. (Hal 17)

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta. (Hal 34)

Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Hal 31)

Daradjat, Z. (1990). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung. (Hal 9)

Djaali. (2007), Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. (Hal 13)

Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. (Hal 13)

Effendi, S.V dan Praja, J.S. (2003) Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa. (Hal
2)

Hurlock. E.B. (2003). Psikologi Perkembangan (edisi pertama). Jakarta: Erlangga.


(Hal 10)
86

---------------- (2004). Psikologi Perkembangan (edisi kedua). Jakarta: PT. Gelora


Aksara Pratama. (Hal 14)

Idris, M. (2016). Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Siswa


Pada Kelas Xi Sma Nusantara Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2015/2016. Universitas Lampung. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Tidak di Terbitkan. (Hal 5)

Insano. (2004). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Press. (Hal 17)

Khairani, M. (2014). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Presindo. (Hal 13,


15)

Monks, (2009). Tahap Perkembangan Masa Remaja. Medical Journal New Jersey
Muagman, 1980. Jakarta: Grafindo Jakarta. (Hal 11)

Munir. et al. (2017). Pengaruh Penggunaan Metode Role Playing Terhadap Minat
Belajar Siswa Kelas X Pada Materi Virus Di Sma Azharyah Palembang.
Jurnal Florea. 1(4). (Hal 5)

Prayitno. (2008). Farmakologi Dasar. Jakarta: Penerbit Lenskopi. (Hal 18, 19, 20)

Prayitno dan Amti, E, (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:


Rineka Cipta. (Hal 17)
Rafael. (2012). Pengaruh Bimbingan Melalui Teknik Role Playing Untuk
Menanggulangi Perilaku Bullying Siswa. Bandung: Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan. (Hal 4)

Rohmah, C.O. (2017). Pengaruh Penggunaan Gadget Dan Lingkungan Belajar


Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi
Perkantoran Smk Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Yogyakarta. Fakultas
Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak Diterbitkan. (Hal 16)

Rusmiati. (2017). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi
Ekonomi Siswa MA Al Fattah Sumbermulyo. UTILITY Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dan Ekonomi. 1(1). (Hal 1)

Sapriya. et al. (2007). Konsep Dasar IPS di SD. Bandung: Laboratorium Pendidik
Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia. (Hal 5, 7)

Santrock, J.W. (1995). Perkembangan Masa Hidup (Edisi Kelima). Alih bahasa
oleh Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga. (Hal 24)

Sardiman. (2009). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Surabaya: Rajawali


Pers. (Hal 2)
87

Sardini. et al. (2013). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Pelajaran
Ekonomi Siswa Kelas XI Ips Man Pontianak. Pontianak. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tanjungpura. Tidak
Diterbitkan. (Hal 5)

Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. (Hal 10)

-------------------- (2008). Demonstrasi Anarksi Rusak Citra Gerakan Mahasiswa.


www.sinarharapan.com (Sabtu, 28 Juni 2008). (Hal 12)

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka


Cipta. (Hal 4, 6, 13, 29 )

Sri, R dan Sundari, S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT


Rineka Cipta. (Hal 9)

Subana, M dan Sudrajat, (2005), Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung:


Pustaka Setia (Hal 31)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (edisi


kedua). Bandung: Alfabeta. (Hal 33)

----------- (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (edisi


ketiga). ----------- (Hal 31, 33, 39, )

----------- (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (edisi


keempat). -------- (Hal 36, 37)

Surya, Moh (1988), Dasar- Dasar Konseling Pendidikan (Konsep dan Teori),
Yogyakarta: Kota Kembang. (Hal 22, 24

Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. (Hal 6)

----------- (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. (Hal 12)

Syaiful, S (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung. (Hal 1)

----------- (2010). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung:


Alfabeta. (Hal 7, 26

Tohirin. (2013). Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah. Jakarta;


PT Raja Grafindo Persada. (Hal 3)
Yusuf, S, (2004), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya. (Hal 9)
88

Djamarah, S. B dan Aswan, Z. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT


Rineka Cipta (Hal 28)
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135

PANDUAN PERLAKUAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK


SOSIODRAMA “UBRUG” TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA
di
SMP NEGERI 5 KOTA SERANG

1. PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Sarlito Wirawan S. & Eko A. (2009:11) mengungkapkan
bahwa batas usia remaja menurut WHO yaitu 10-20 tahun, yaitu remaja awal
10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Siswa yang menduduki bangku
Sekolah Menengah Pertama (SMP) biasanya memiliki beberapa karakteristik
seperti adanya perubahan fisik baik laki-laki dan perempuan, perubahan
perilaku dan juga sikap juga berkembang dengan pesat pula. Perubahan yang
terjadi seperti perubahan emosi, perubahan tubuh, perubahan minat dan
perilaku, serta remaja lebih bersikap ambisius terhadap sesuatu.
Perilaku siswa yang tidak yakin akan kemampuan yang dimiliki sangat
berpengaruh terhadap kehidupannya karena manusia hidup dalam lingkungan
sosial, sehingga apabila perilaku tersebut tidak segera diatasi maka
dikhawatirkan akan merusak moral anak bangsa. Salah satu yang perlu
dikembangkan dalam sebuah perilaku yaitu harus adanya efikasi diri.
Bandura (2001:470) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan manusia
pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian
terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkunganya, serta
yakin jika efikasi diri adalah fondasi keagenan manusia. Oleh sebab itu
efikasi diri sangat perlu dimiliki oleh setiap siswa karena merupakan salah
satu aspek pengetahuan tentang diri atau self knowledge yang paling
berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya banyak yang mendukung
menggunakan layanan bimbingan kelompok. Salah satunya Syaefullah dan
Syefullah. I (2015) menerapkan layanan bimbingan kelompok mengenai
upaya meningkatkan efikasi diri akademik melalui diskusi kelompok pada
136

siswa kelas VIII A di SMP Negeri 3 Bukateja Purbalingga. Hasil


penelitiannya didapatkan hasil yang signifikan yaitu diskusi kelompok dapat
meningkatkan efikasi diri dibuktikan dengan perolehan skor efikasi diri
akademik rata-rata dari hasil pra siklus 87,63 (61%) dan siklus I sebesar
103,38 (78%) kemudian siklus II sebesar 112,16 (78%) yang dikategorikan
efikasi diri akademik tinggi yang berarti bahwa siswa telah mempunyai
keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya, mampu dan percaya diri
dalam menyelesaikan masalah. Adapun peningktan skor efikasi diri akademik
dari pra siklus ke siklus sebesar 24,5
Berdasarkan hasil penelitian diatas, peranan guru Bimbingan dan
Konseling (BK) dalam meningkatkan efikasi diri siswa yang rendah di SMP
Negeri 5 Kota Serang Kecamatan Kasemen. Treatmen yang akan berikan
menggunakan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik sosiodrama
“Ubrug”. Hal ini diharapkan agar meningkatkan efikasi diri siswa sehingga
mereka bisa lebih yakin lagi akan kemampuan yang dimiliki.

2. WAKTU
Pemberian uji coba instrumen sampai dengan melakukan treatmen dan
posttest akan di laksanakan selama ± 1 bulan dengan 8 replikasi berupa tiap
layanan diberi waktu pelaksanaan sekitar 45 menit.

3. TUJUAN
Beberapa tujuan dari pemberian treatmen yaitu:
1. Secara khusus, treatmen ini berguna agar siswa memiliki rasa percaya diri
serta keyakinan yang ada di dalam dirinya. Sebab efikasi diri berupaya
untuk memahami fungsi individu dalam pengendalian diri, pengaturan
proses berpikir, motivasi, kondisi afektif, dan psikologis
2. Secara umum, treatmen ini berguna agar siswa mampu
mengimplementasikan tidak hanya dalam ruang lingkup sekolah, namun
juga dalam kehidupan sehari-hari. Sebab perilaku siswa yang tidak yakin
akan kemampuan yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap
137

kehidupannya karena manusia hidup dalam lingkungan sosial, sehingga


apabila perilaku tersebut tidak segera diatasi maka dikhawatirkan akan
merusak moral anak bangsa.

4. MANFAAT
Manfaat dari adanya treatmen yang akan diberikan kepada siswa yaitu
agar siswa lebih yakin akan kemampuan yang dimilikinya. Meningkatkan
efikasi diri siswa akan membuat siswa lebih yakin terhadap kemampuan yang
dimilikinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, serta mendorong siswa
untuk tetap selalu optimis terhadap masalah atau hambatan yang sedang
dihadapi.

5. PROSEDUR
a. Persiapan
1. Persiapan tempat dan ruangan: tempat akan disiapkan ketika sudah
memiliki data siswa serta sudah mengurus perijinan dari sekolah.
Syarat ruangan: tenang, bersih, terdapat ventilasi udara/ jendela, dan
tidak mengganggu kelas yang lain
2. Persiapan pakaian: menginformasikan pakaian pada saat pengisian
lembar persetujuan dan diulangi dengan menginformasikannya
menjelang latihan dengan kordinasi dilakukan oleh pihak sekolah
Syarat pakaian: Pakaian harus longgar serta disesuaikan dengan peran
yang dimainkan, serta hal-hal yang mengganggu jalannya latihan
(atribut yang tidak diperlukan) dilepas terlebih dahulu, bagi yang
membawa HP mohon untuk di silent.
3. Persiapan tempat dan vasilitas saat menjelang latihan.
Persiapan satu jam sebelum kelengkapan vasilitas treatmen berupa:
a. Ruangan secukupnya
b. Sound system
c. Recording
d. Alat tradisional (kendang, gong kecil/besar, dan gamelan)
138

e. Pakaian dan Make up


f. Lembar observasi selama jalannya latihan
g. Lembar evaluasi setelah jalannya rangkaian latihan
b. Pelaksanaan latihan
Saat pelaksanaan ada beberapa rangkaian yang perlu dilakukan peneliti
dan responden dalam latihan, antara lain:
- Sampaikan terimakasih atas keterlibatan dalam latihan : untuk
menjalin kerjasama saat latihan
- Sampaikan maksud dan tujuan proses latihan
- Sampaikan prosedur saat latihan
- Sampaikan bahwa selama nanti jalannya latihan, penelitian akan
melakukan observasi selama jalannya latihan
- Sampaikan sesudah treatmen bahwa peneliti akan melakukan
wawancara mengenai perasaan atau pengalaman subjek saat menjalani
treatmen.
- Sampaikan terimakasih dan permohonan untuk keterlibatan subjek
dalam latihan berikutnya.
c. Tahapan Bimbingan Kelompok
Suatu proses layanan sangat ditentukan pada tahapan-tahapan yang hadrus
dilalui sehingga akan terarah, runtut, dan tepat pada sasaran. Menurut
Prayitno (1995) bahwa tahapan-tahapan bimbingan kelompok ada empat
tahap, yaitu: tahap pembentukan, tahap perlihan, tahap kegiatan dan tahap
pengakhiran.
a) Tahap Pembentukan: Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap
pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu
kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun
harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing,
sebagian, maupun seluruh anggota.
139

b) Tahap Peralihan: Pada tahap peralihan pemimpin kelompok harus


berperan aktif membawa susana, keseriusan dan keyakinan anggota
kelompok dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
c) Tahap Inti: Tahap inti merupakan tahap pembahasan masalah-masalah
yang akan dibahas dalam bimbingan kelompok, meliputi: Tanya
jawab antar anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang
belum jelas menyangkut masalah atau topik yang dibahas, dan
anggota dan pemimpin kelompok membahas masalah atau topik
tersebut secara mendalam dan tuntas.
d) Tahap Pengakhiran: Dalam tahap pengakhiran merupakan akhir dari
seluruh kegiatan bimbingan kelompok. Pada tahap ini anggota
kelompok mengungkapkan kesan dan pesan dan evaluasi akhir
terhadap kegiatan bimbingan kelompok
e) Tahap Pengakhiran
Pada hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok
itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali
untuk melakukan kegiatan. Setelah kegiatan kelompok memasuki
pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan
pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota
kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari dalam
suasana kelompok, pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.
d. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah treatmen selesai diberikan dengan
memberikan lembar evaluasi berisi beberapa pernyataan terkait
pengalaman yang dialami subjek dan hasil diskusi tentang perasaan
selama proses treatmen

6. INTSTRUKSI
a. Terimakasih atas keterlibatan dalam latihan
140

Terimakasih atas kehadiran adik-adik pada kesempatan kali ini untuk


mengikuti rangkaian latihan treatment sebagai upaya mengurangi rasa
ketidakyakinan yang ada pada diri adik-adik semuanya.
Sebelumnya persiapkan diri adik-adik dalam posisi yang tenang dan tidak
perlu takut akan hal apapun. Bagi adik-adik semua yang merasa
menggunakan atribut yang tidak diperlukan, mohon untuk dilepas dan
diletakkan dalam tas. Bagi yang membawa kebetulan membawa HP,
mohon untuk dimatikan agar tidak mengganggu konsentrasi adik-adik
semua saat mengikuti rangkaian kegiatan ini. Pada tema kegiatan dan
pemerannya nanti akan saya tentukan dan saya arahkan dengan tepat apa
yang harus adik-adik lakukan.
b. Maksud dan tujuan proses latihan
Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya pada saat adik-adik
mengisi lembar persetujuan mengikuti latihan. Bahwa latihan ini
bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri serta keyakinan yang ada
pada diri adik-adik semuanya. Latihan ini tidak cukup hanya dengan satu
kali dipraktekkan, maka perlu adanya kerjasama adik-adik dalam
mempraktekkannya sesuai jadwal yang ada untuk mencapai keadaan
yakin terhadap kemampuan yang dimiliki.
c. Prosedur saat latihan
Pada proses latihan ini, adik-adik akan diminta untuk berkonsentrasi
terhadap tema yang akan dibawakan serta peran yang sudah ditentukan.
Tidak lupa sebelum latihan dimulai harus membaca doa. Setiap peran
yang didapat, dimohon untuk memerankannya secara maksimal hingga
waktu ditetapkan selesai untuk latihan. Pada tiap bagian akan di arahkan
dengan tepat tentang gerakan/posisi yang harus adik-adik lakukan agar
tidak keluar jalur dari tema dan peran yang diperankan.
Hal penting dan yang harus diperhatikan pada setiap latihan adalah
sebagai berikut:
1. Tetap konsentrasi pada setiap latihan
141

2. Keluarkan imajinasi adik-adik apa yang harus dilakukan sesuai


dengan peran yang diperankan tanpa naskah.
3. Sesuaikan mimik mukanya dengan keadaan yang sedang terjadi pada
saat latihan.
4. Kekonsistenan adik-adik semua untuk rutin latihan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
Untuk para pemula rasa malu dan gugup pasti ada, oleh karenanya
kita harus belajar sama-sama dengan sungguh-sungguh agar terus
terlatih, dan menampilkannya secara maksimal baik saat latihan maupun
setelah latihan. Hingga adik-adik akan merasakan bahwa lama-kelamaan
latihan ini akan berjalan dengan mudahnya.
d. Observasi
Observasi selama jalannya latihan dilakukan oleh peneliti dengan mengisi
lembaran observasi yang telah dipersiapkan. Observasi mencakup aspek:
- Suasana jalannya latihan
- Kepatuhan subjek dalam mengikuti latihan
- Ada tidaknya yang membatalkan latihan
- Gambaran kenyamanan subjek yang perankan
- Kondisi gugup dan malu yang dirasakan subjek selama latihan
e. Refleksi hasil kegiatan
Refleksi hasil kegiatan mengenai:
- Pengalaman subjek selama jalannya latihan
- Adakah hambatan atau gangguan yang dirasakan
- Rasa gugup dan malu yang dialami subjek
- Rasa kenyamanan apa yang paling dirasakan subjek saat jalannya
latihan dan setelah berakhirnya latihan.

f. Terimakasih dan permohonan untuk keterlibatan subjek dalam latihan


berikutnya
“Demikian latihan yang kita lakukan untuk hari ini. Saya ucapkan
terimakasih banyak atas keterlibatan adik-adik selama proses latihan.
142

Semoga bermanfaat bagi adik-adik dan bisa dikembangkan lagi ide-


idenya untuk latihan berikutnya. Kita bertemu lagi dalam sesi latihan
berikutnya sesuai jadwal yang telah kita sepakati bersama sebelumnya”

7. TEMA LATIHAN
1. Kebakaran
• Pemeran :
Ibu Sekar –
2 anak pr –
1 anak lk –
5 warga –
6 anak warga –
• Durasi : 1x45 menit

Diceritakan ada sebuah desa bernama “Desa Gembira Ria” yang


warganya selalu hidup rukun aman sentosa. Namun setelah kedatangan
warga baru yang sombong, banyak warga yang tidak suka kepadanya,
namanya Sekar. Sekar memiliki 3 anak, 2 perempuan dan 1 laki-laki.
Salah satu anak perempuannya itu sangat dimanja oleh ibu nya. Ia kerap
pamer kepada teman seusianya di desa itu, tidak sedikit teman-temannya
yang kurang mampu sering diolok olehnya. Hingga akhirnya pada saat
anak manja itu pulang malam dari sekolahnya, ia kelaparan dan mencoba
untuk membuat makanan. Namun apalah daya ia tidak bisa memasak dan
penggorengannya pun jatuh lalu api membakar beberapa bagian yang ada
didapurnya. Ia dan sekeluarga teriak-teriak meminta pertolongan warga
dan warga yang melilat kejadian itu pun langsung membantunya.
Hingga akhirnya Sekar dan salah satu anaknya menyadari bahwa
kita tidak boleh sombong, hidup harus selalu bersosialisasi sebab kita
pasti akan membutuhkan pertolongan dari orang lain mau bagaimana
pun. Keesokan harinya warga yang memiliki anak seusia sekar sering
kali diajak main kerumahnya, dan juga saling berbagi jika memiliki
143

banyak makanan. Sekar pun menjadi sangat ramah kepada para warga
dan saling membantu jika ada warga yang kesulitan.
2. Gotong Royong
• Pemeran :
5 pasang suami istri –
4 warga –
3 anak warga –
Pak RT dan Istri –
3 penjaga mushola
3 tukang sampah –
• Durasi : 1x45 menit

Diceritakan di sebuah desa bernama “Desa Gembira Ria” yang


warganya selalu hidup rukun aman sentosa. Pada suatu hari ada
pengumuman dari ketua RT.03 untuk melakukan gotong royong bersama
setiap hari minggu nya. Desa Gembira Ria termasuk salah satu desa yang
bersih diantara desa-desa disekitarnya. Para istri pun biasanya selalu
menyediakan makanan untuk para suaminya, atau bahkan mereka selalu
makan bersama hasil panenannya selama ini agar kegiatan gotong royong
dan bersilaturahmi antar warga terasa sangat hangat. Biasanya para
warga kebanyakan menanam sayuran, singkong, ubi, papaya, kelapa
muda bahkan manga.
Kegiatan gotong royong sengaja dilakukan secara rutin agar
kerjasama antar warga masih tetap dilestarikan, serta menjalin
silaturahmi yang tetap terjaga. Selain itu, kegiatan tolong menolong juga
mampu diterapkan kepada anak agar meraka tidak sungkan untuk
meminta tolong atau saling menolong.

3. Cerdas Cermat
• Pemeran :
6 orang cerdas cermat -
(1 kelompok 3 orang)
2 juri -
144

2 orang teman -
5 penonton -
• Durasi : 1x45 menit
Sebuah sekolah bernama “SMP Maju Terus”, memiliki siswa yang
tidak begitu banyak tetapi rata-rata dari mereka sangat sekali ingin
sekolah. Sekolah ini dekat sekali dengan desa “Gembira Ria” tempat
rumah mereka. Pada suatu hari kedatangan murid baru dari kalangan
orang kaya bernama Firhan, dia sombong dan juga egois. Suatu ketika di
sekolah tersebut akan mengadakan lomba cerdas cermat bagi seluruh
kelas VIII, dan siswa baru itu pun mengikuti lombanya karena merasa ia
pernah sekolah di kota dan ilmunya pun pasti lebih banyak daripada yang
tinggal di desa. Terbentuklah 2 kelompok dengan masing-masing 3
anggota. Ternyata setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh juri, ia selalu
ingin menjawabnya tanpa harus berdiskusi terlebih dahulu kepada dua
temannya. Alih-alih ingin terlihat hebat dan lebih menonjol dibandingkan
teman yang lainnya karena berhasil membunyikan bel, justru jawabannya
terdapat beberapa yang salah karena tidak didiskusi terlebih dahulu
kepada teman yang lainnya. Hal ini yang membuat tim kelompoknya
kalah dan dan akhirnya kelompok lawan yang menang. Banyak yang
menyoraki anak baru itu dan membuatnya merasa malu dan bersalah
kepada teman kelompoknya.
Akhirnya teman-teman yang lainnya pun ikut menyemangati anak
baru itu seusai acara cerdas cermat selesai. Bahwa kita tidak boleh
menyombongkan diri atas ilmu yang kita punya, sebab ilmu itu sangat
luas dan alangkah lebih baiknya jika kita amalkan daripada harus
disombongkan. Tinggal dikota atau di desa itu sama saja, tinggal
bagaimana kita mampu menyerap ilmu yang diberikan guru kepada kita.
Semenjak kejadian itu, Firhan lebih sering membaca buku lagi di
perpustakaan bersama teman-temannya dan apabila ada ilmu yang tidak
dimengeriti akan didiskusikan lagi bersama teman-teman yang lainnya.
145

4. Sahabatku
• Pemeran :
Karin –
Ibu Karin –
5 sahabat Karin –
Wali kelas –
4 orang –
3 orang kaka kelas –
• Durasi : 1x45 menit

Pada suatu hari, diceritakan ada 6 orang sahabat yang sudah


berteman semenjak memasuki sekolah menengah pertama (SMP). Salah
satu orangtua dari mereka ayahnya telah meninggal, yaitu Karin. 2 bulan
lamanya ditinggal oleh sang Ayah membuat Karin mengalami penurunan
dalam nilai pelajaran disekolahnya. Ia sering datang telat kesekolah,
terkadang lupa mengerjakan PR, dan juga terlihat lebih murung dari hari-
hari biasanya. Ada saja yang tidak suka melihat kesedihan ini sehingga
tidak sedikit karin sering diledekin oleh teman-teman yang lainnya.
Namun karena keaktifan Karin di dalam organisasi sekolah, membuatnya
memiliki banyak teman termasuk kakak kelas nya. Namanya hidup, ada
yang berusaha untuk menjatuhkan, ada pula yang tak henti untuk
membangkitkan. Di sisi lain, tidak banyak pula yang bisa dilakukan oleh
ibu Karin selain memberikan semangat kepada anak kesayangannya.
Wali kelas Karin sempat mempertanayakan hal ini langsung kepada
Karin. Setelah mendengarkan ceritanya langsung, wali kelas memberikan
penguatan agar Karin bisa terus semangat menjalani hari-hari nya tanpa
seorang ayah. Tak ingin melihat sahabatnya terus menerus seperti ini,
akhirnya sahabat yang lainnya pun ikut menghibur dan membantu
melupakan memori buruk yang dialami Karin. Sehingga tak lama dari
kejadian keterpurukannya ini, membuat Karin lebih semangat lagi karena
masih dikelilingi oleh para sahabat yang menyayanginya dan juga masih
memiliki seorang ibu yang selalu ada saat ia merasa terpuruk.
146

8. PENUTUP
Adik-adik, mari sekarang kita bersantai sejenak karena latihan hari ini
telah selesai. Berikan tepuk tangan untuk kita semua karena telah berhasil
melewati latihan pertama secara maksimal. Diharapkan untuk latihan
berikutnya harus lebih semangat lagi, fokus, penghayatan yang lebih
mendalam terhadap peran agar terus menjadi lebih baik lagi untuk latihan-
latihan berikutnya.
Adik-adik masih boleh bersantai atau duduk sejenak , sesudah itu kita
akan bicarakan apa yang terjadi pada diri adik-adik dan rasakan. Penting
untuk diketahui bila adik-adik sudah terampil dalam memainkan peran
meskipun masih banyak yang gugup dan kurang percaya diri. Namun saya
mengapresiasikan untuk adik-adik semua karena sudah mau untuk ikut
bergabung dalam hal ini.
147

DOKUMENTASI

Proses Diberikan Perlakuan


148
149

Saat Treatment
150

Daftar Pustaka
Wirawan, S dan Eko. A. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Bandura, A. (2001). Guide for constructing celf efficacy scales. Diakses 08
Oktober 2014 pukul 17:36 wib)
Prayitno. (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Dasar Dan
Profil. Jakarta: Ghalia Indonesia
Syaefullah dan Inhad Syaefullah. (2015). Upaya meningkatkan efikasi diri
akademik melalui diskusi kelompok pada siswa kelas viii di smp negeri 3
bukateja purbalingga.Skripsi pada Program Studi Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan UNY: tidak diterbitkan
151
152
153

Anda mungkin juga menyukai