net/publication/338649491
CITATIONS READS
0 904
2 authors, including:
8 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Hanik Susilawati Muamarah on 11 October 2020.
DANA DESA UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa memberikan mandat kepada
Pemerintah untuk mengalokasikan Dana Desa. Dana Desa diberikan
kepada setiap desa, menjadi salah satu sumber pendapatan desa dalam
rangka mendukung tugas dan fungsi desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan desa. Penyaluran Dana Desa dilakukan
Hanik Susilawati Muamarah1, Emik secara bertahap dari pemerintah pusat (APBN) ke Kabupaten/Kota
(APBD), dan selanjutnya ke Desa (APBDes). Dalam penggunaan dana
Suyani2
desa, terdapat beberapa kewajiban pajak yang harus dilakukan oleh
Desa. Sebagai suatu satuan kerja yang mengelola dana yang berasal
dari APBN/APBD/APBDes, Desa merupakan pemotong/pemungut pajak.
1). Pajak, Politeknik Keuangan Negara Dengan demikian, desa harus memahami kewajiban sebagai pemotong/
STAN pemungut pajak. Berdasarkan Evaluasi yang dilakukan beberapa unit
2). Pajak, Politeknik Keuangan Negara Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2017, diketahui bahwa pelaksanaan
STAN kewajiban perpajakan ini masih perlu adanya perbaikan. Politeknik
Keuangan Negara STAN (PKN STAN) melihat perlunya pendampingan
kepada beberapa Desa untuk memastikan pelaksanaan kewajiban
Email : perpajakan terkait dana desa. Desa yang menjadi objek pendampingan
hanik.muamarah@pknstan.ac.id adalah Desa Cisereh, Desa Margasari, Desa Pematang, dan Desa
Tegalsari yang berada di Kabupaten Tangerang. Berdasarkan hasil
evaluasi dan pendampingan diketahui bahwa secara umum Desa telah
melakukan pemotongan/pemungutan pajak namun belum melakukan
pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP).
Kata Kunci: Dana Desa, pemotongan dan pemungutan pajak, SPT Masa
Abstract
Village law number 6/2014 gives mandate to the authority to allocate
village fund. Village fund is given to every village, as one of income
source to run their duties in term of village governance and encourage
village development. Village fund distribution is implemented in several
stages, from central government to regional government (Kabupaten/
kota), and to village. In term of village fund expenditure, village has
obligation according to tax regulation, as a tax withholder. So, village has
to understand their obligation as a tax withholder, such as identify the
object and the recipient of fund, also the rate of withholding tax. Several
units in Directorate General of Taxation (DGT), conduct an evaluation and
found that many village hasn’t do the tax obligation in term of village
fund properly. Accourding to that fact, Politeknik Keuangan Negara STAN
(PKN STAN) identify the needs of accompaniment to villages until they
can perform their tax obligation based on tax rules. The accompaniment
is implemented in four Villages in Kabupaten Tangerang. The Villages are
Cisereh, Margasari, Pematang, and Tegalsari. The results said that these
villages haven’t done their tax obligation optimally, especially about filing
tax return to KPP
96
PEMAJAKAN DANA DESA
Hanik Susilawati Muamarah, Emik Suyani
Ismilizar (2016) melakukan penelitian terhadap dihitung melalui aplikasi juga tidak benar.
tingkat kepatuhan Bendahara Pemerintah dalam
PKN STAN sebagai perguruan tinggi vokasi yang
penyetoran pajak di Pemerintah Kabupaten Kerinci,
memfokuskan diri dalam pengelolaan keuangan
dan menemukan bahwa tingkat kepatuhan terkait
negara, berupaya untuk meningkatkan kepatuhan
penyetoran belum menunjukkan 100% karena
pemenuhan kewajiban perpajakan terkait dana
penyetoran dilakukan melewati batas waktu
desa. Upaya peningkatan kepatuhan ini diawali
penyetoran, sedangkan tingkat kepatuhan dalam
dengan pendampingan agar desa dapat
pelaporan pajak 0 atau tidak pernah melaporkan
mengidentifikasi objek pemotongan/pemungutan
pajak yang telah disetorkan sebelumnya. Ratnafuri
pajak, penerapan tarif, sampai dengan pelaporan
dan Herawati (2014) melakukan penelitian terkait
SPT Masa kepada administratur pajak, dalam hal ini
pelaksanaan pemotongan dan pemungutan pajak
Kantor Pelayanan Pajak.
oleh Bendaharawan Pemerintah di Dinas Pendidikan
Kabupaten Bangkalan dan menemukan bahwa
pelaksanaan pemotongan dan pemungutan
MASALAH
pajak yang dilakukan oleh Bendaharawan pada
Dinas Pendidikan Kabupaten Bangkalan masih Penggunaan dana desa difokuskan pada
belum optimal dan tidak sesuai dengan ketentuan dua hal, yaitu pembangunan infrastruktur dan
perpajakan yang berlaku. kesejahteraan perangkat desa. Untuk merealisasikan
hal tersebut, tentunya terdapat pihak-pihak yang
Ketidakpatuhan ini bisa disebabkan karena
terlibat. Misalnya dalam pembangunan jalan,
kurangnya pengetahuan perpajakan maupun
dapat melibatkan rekanan baik terkait pembelian
pengawasan dari instansi di atasnya. Adriani
bahan baku, maupun dalam pelaksanaan
(2000:25) menyatakan bahwa pengetahuan
pekerjaan. Dengan demikian, desa menjadi
perpajakan adalah pengetahuan mengenai
pihak yang memberikan penghasilan pada para
konsep ketentuan umum di bidang perpajakan,
rekanan tersebut. Desa juga merupakan pihak
jenis pajak yang berlaku di Indonesia mulai dari
yang memperoleh manfaat atas pekerjaan yang
subyek pajak, obyek pajak, tarif pajak, perhitungan
dilakukan rekanan.
pajak terutang, pencatatan pajak terutang, sampai
dengan bagaimana pengisian pelaporan pajak. UU PPh mendefinisikan penghasilan sebagai
Nur Hidayati (2008), mengemukakan indikator setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
pengetahuan perpajakan, yang terdiri dari : diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
1. Pengetahuan mengenai batas waktu
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
pembayaran dan pelaporan.
untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
2. Pengetahuan mengenai ketentuan umum dan bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
tata cara perpajakan. apa pun. Terdapat beberapa jenis penghasilan,
yang pelunasan pajaknya dilakukan dengan
3. Pengetahuan mengenai sistem perpajakan.
pemotongan pemungutan, yaitu PPh Pasal 21,
Sampai saat ini, pelaksanaan kewajiban PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 15, PPh Pasal
perpajakan oleh desa dilakukan menggunakan 26, dan PPh Pasal 4 ayat (2). Apabila melihat dari
Aplikasi SISKEUDES. Desa melakukan input atas pengeluaran dana desa, pengeluaran yang paling
transaksi yang terkait pemotongan/pemungutan sering terjadi adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh
Pajak Penghasilan maupun PPN, selanjutnya Pasal 23, dan PPh Pasal 4 ayat (2).
besarnya Pajak akan dihitung secara otomatis oleh
Selain atas penghasilan, Desa juga merupakan
aplikasi tersebut.
pemungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas
Pengawasan pelaksanaan pengelolaan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau
keuangan negara, salah satunya adalah perolehan Jasa Kena Pajak (JKP). Transaksi yang
penggunaan dana desa, merupakan kewenangan umum dilakukan terkait PPN adalah transaksi
dari Badan Pengawasan Keuangan dan pembelian barang atau perolehan jasa dari pihak
Pembangunan (BPKP). Aplikasi SISKEUDES, juga ketiga, misal pembelian alat tulis kantor, pembelian
merupakan salah satu cara dari BPKP untuk seragam untuk keperluan dinas, pembelian
mengawasai pengelolaan dana desa. Namun komputer, perolehan jasa perawatan AC kantor,
demikian, aplikasi ini baru sebatas penghitungan dan sebagainya.
besarnya pajak, dan belum mengakomodasi terkait
Jenis pajak yang lain terkait penggunaan dana
pelaporan.
desa adalah bea meterai. Bea meterai merupakan
Selain itu, penggunaan aplikasi ini sebenarnya pajak atas dokumen, yang pelunasannya dilakukan
juga tergantung dari pemahaman desa terkait menggunakan benda meterai. Dokumen yang
objek pemotongan/pemungutan pajak. Apabila lazim digunakan terkait penggunaan dana desa
desa salah melakukan identifikasi atas objek antara lain kuitansi pembayaran, Surat Perintah
pemotongan/pemungutan, maka pajak yang Kerja (kontrak) dan sebagainya.
97
JURNAL KUAT : KEUANGAN DAN AKUNTANSI TERAPAN
Volume 1, Nomor 2, Maret 2019 : Hal 95-103
98
PEMAJAKAN DANA DESA
Hanik Susilawati Muamarah, Emik Suyani
PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau dipotong atas transaksi yang disebutkan dalam
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk Pasal 4 ayat (2) UU PPh, yaitu:
apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib
a) penghasilan berupa hadiah undian;
Pajak orang pribadi dalam negeri. Bendahara
b) penghasilan dari transaksi pengalihan harta
akan melakukan pemotongan PPh Pasal 21
berupa tanah dan/ atau bangunan, usaha
ketika membayar gaji, upah, honorarium,
jasa konstruksi, usaha real estate;
atau sejenisnya yang dibayarkan kepada
c) persewaan tanah dan/atau bangunan;
orang pribadi. PPh Pasal 21, bagi bendahara,
dan
terutang di akhir bulan saat terjadinya
d) penghasilan tertentu lainnya, yang diatur
pembayaran atau dibebankan sebagai biaya.
dengan atau berdasarkan Peraturan
Penghitungan PPh Pasal 21 berbeda-beda
Pemerintah
tergantung jenis pegawainya. Secara umum
bendahara membayarkan kepada pegawai 5. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan/atau Pajak
tetap, pegawai tidak tetap, bukan pegawai, Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
dan peserta kegiatan.
PPN dan/atau PPnBM adalah pajak atas
2. PPh Pasal 22 konsumsi yang dikenakan atas penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
PPh Pasal 22 adalah pajak yang dipungut
oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan.
sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang. Tidak dikenakan PPh Pasal PPN dan PPnBM tidak dipungut oleh bendahara
22 atas: dalam hal:
99
JURNAL KUAT : KEUANGAN DAN AKUNTANSI TERAPAN
Volume 1, Nomor 2, Maret 2019 : Hal 95-103
100
PEMAJAKAN DANA DESA
Hanik Susilawati Muamarah, Emik Suyani
penghasilan dan atas penghasilan tersebut telah dana yang bersumber dari APBN/APBD adalah
dilakukan pemotongan/pemungutan pajak. status penerima pembayaran. Apabila penerima
Pentingnya bukti potong/pungut utamanya muncul pembayaran adalah PNS atau anggota TNI/Polri
ketika pelaporan SPT Tahunan oleh masing-masing akan dikenakan PPh yang bersifat final, sedangkan
Wajib Pajak. apabila penerima pembayaran adalah non PNS
atau non anggota TNI/Polri, PPh yang dikenakan
Selama ini Bendahara Desa memahami bahwa
tidak bersifat final.
pelaporan yang utamanya mereka lakukan adalah
pelaporan ke pemerintah Kabupaten Tangerang. Bendahara Desa dituntut memiliki kemampuan
Dalam pelaporan tersebut, yang menjadi concern untuk melakukan identifikasi atas jenis pajak terkait
utama adalah terkait penyetoran pajaknya saja. suatu transaksi. Apabila identifikasi atas transaksi
Hal tersebut mengakibatkan Bendahara Desa tidak dilakukan dengan benar, maka setelah transaksi
menganggap penting penyampaian SPT Masa ke diinput dalam Aplikasi SISKEUDES, output yang
KPP dan tidak merasa perlu untuk memahami cara diberikan oleh aplikasi mengenai besarnya pajak
pengisian SPT Masa. yang dipotong juga benar.
b. Asistensi mengenai cara pengisian SPT Masa Untuk mempermudah Bendahara Desa, maka
dan pembuatan bukti potong/pungut. dibuat suatu panduan ringkas terkait identifikasi
transaksi maupun pelaporan pajak yang telah
Karena Bendahara Desa tersebut belum ada
dipoton/dipungut. Panduan tersebut dapat dilihat
yang melakukan pelaporan SPT Masa, Tim dari PKN
pada Lampiran.
STAN selanjutnya melakukan asistensi mengenai
cara pengisian SPT Masa secara manual (hard
copy). SPT Masa yang diajarkan adalah SPT Masa
KESIMPULAN
PPh Pasal 21/26, SPT Masa PPh Pasal 22, SPT Masa
PPh Pasal 23/26, dan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat Secara umum bendahara desa Cisereh, Desa
(2). SPT Masa PPN bagi Pemungut tidak diajarkan Margasari, Desa Pematang, dan Desa Tegalsari telah
karena berdasarkan hasil wawancara, Bendahara melakukan kewajiban perpajakan dengan baik
Desa sangat jarang melakukan transaksi dengan terkait pemotongan/pemungutan dan penyetoran.
Pengusaha Kena Pajak (PKP). Hal tersebut sangat dibantu oleh aplikasi SISKEUDES,
Pengisian SPT Masa dilakukan berdasarkan yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak
rekapitulasi pemotongan/pemungutan pajak yang yang dipotong/dipungut. Kewajiban yang belum
telah dilakukan oleh Bendahara Desa dalam suatu dilakukan adalah pembuatan bukti potong/pungut
masa pajak. Hal yang perlu diisi dalam SPT Masa
dan pelaporan SPT Masa ke KPP.
antara lain jumlah penerima penghasilan, jumlah
bruto, dasar pengenaan pajak, jumlah pajak yang Pendampingan yang dilakukan oleh PKN STAN
dipotong/dipungut, tanggal penyetoran pajak, diharapkan mampu mendorong pelaksanaan
serta tanggal dan nomor bukti potong/pungut. kewajiban perpajakan ke arah yang lebih
Karena tanggal dan nomor bukti potong/pungut baik. Proses pendampingan difokuskan pada
adalah salah satu elemen yang diperlukan agar
pelaporan dan proses identifikasi transaksi. Dengan
SPT memenuhi kriteria benar, jelas, dan lengkap,
pendampingan ini diharapkan ke depannya, setiap
maka asistensi juga dilakukan untuk membuat
bukti potong/pungut sesuai dengan ketentuan desa melakukan kewajiban perpajakannya dengan
yang berlaku. Selanjutnya tim asistensi juga baik sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.
menyampaikan mengenai batas waktu pelaporan
Untuk meningkatkan kepatuhan terkait
masing-masing SPT Masa sesuai dengan ketentuan
pelaporan, dapat disarankan kepada unit
yang berlaku.
pengembang aplikasi SISKEUDES agar memasukkan
c. Asistensi terkait identifikasi transaksi penentuan fitur pelaporan dan pembuatan bukti potong/
jenis transaksi dan ketentuan perpajakan terkait
pungut. Sehingga pihak desa tidak perlu repot
transaksi.
membuat laporan secara manual. Selain itu,
Transaksi yang terjadi terkait penggunaan untuk mendorong kepatuhan, Direktorat Jenderal
dana desa, pada umumnya adalah transaksi yang
Pajak dalam hal ini KPP Pratama Tigaraksa dapat
bersifat rutin dan berulang. Transaksi yang umum
berkoordinasi dengan Kabupaten Tangerang, agar
terjadi adalah pembelian barang, baik terkait
administrasi pemerintahan maupun dalam rangka menjadikan bukti pelaporan SPT Masa sebagai
pembangunan sarana fisik (infrastruktur), transaksi salah satu dokumen yang harus disampaikan
pembayaran baik kepada narasumber maupun dalam laporan pertanggungjawaban penggunaan
kepada pegawai tidak tetap di Desa, maupun dana desa, mengingat sampai saat ini, kewajiban
transaksi pembayaran kepada pihak pemberi jasa. perpajakan dianggap sudah selesai apabila
Hal yang perlu diperhatikan juga terkait penggunaan bendahara telah melakukan penyetoran pajak.
101
JURNAL KUAT : KEUANGAN DAN AKUNTANSI TERAPAN
Volume 1, Nomor 2, Maret 2019 : Hal 95-103
102
PEMAJAKAN DANA DESA
Hanik Susilawati Muamarah, Emik Suyani
Lampiran
Pedoman Pemotongan/Pemungutan Pajak
Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP berlaku ketentuan sebagai berikut:
Objek PPh Pasal 21 : dikenakan tarif 20% lebih tinggi, untuk PPh 21 yang tidak final
Objek PPh Pasal 22 : dikenakan tarif 100% lebih tinggi
Objek PPh Pasal 23 : dikenakan tarif 100% lebih tinggi
103