Anda di halaman 1dari 24

III-1

REALISASI ANTENA MIKROSTRIP SEGITIGA ARRAY


EMPAT ELEMEN DENGAN TEKNIK PENCATUAN
PROXIMITY COUPLING PADA FREKUENSI 2500–2600 MHz

Sanam Herlambang, S.ST,.MT ,


2
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012
E-mail : San_am57@yahoo.com
Sanam.herlambang@polban.ac.id

ABSTRAK

Pada jurnal ini telah direalisasikan sebuah antenna mikrostrip Segitiga


array empat elemen pada frekuensi 2500 MHz – 2600 MHz dengan menggunakan
teknik pencatuan proximity coupling. Antena ini digunakan untuk aplikasi
Worldwide Interoperability for Microwave Access (WIMAX). Untuk perancangan
dan simulasi digunakan software CST Studio Suite 2012. Bahan yang
digunakan adalah PCB epoxy (FR4) double layer dengan ketebalan bahan
1.6 mm dan e r 4.3. Hasil pengukuran menunjukan bahwa antenna ini
bekerja pada frekuensi 2500.0 – 2624.0 MHz dengan bandwidth 124 MHz.
Dengan frekuensi tengah 2550.4 MHz pada VSWR 1.21 dan return loss 20.16 dB.
Dengan hasil pengukuran tersebut maka karakteristik antenna ini telah memenuhi
spesifikasi untuk aplikasi WIMAX.

Kata Kunci : WIMAX, Mikrostrip, array, proximity coupling, CST.

1. PENDAHULUAN
Teknologi wireless saat ini menjadi teknologi utama dalam dunia
telekomunikasi yang terus mengalami perkembangan dari hari ke hari. Dengan
adanya wireless, proses komunikasi bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Berbagai teknologi ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
layanan komunikasi bergerak. Teknologi tersebut salah satunya adalah WIMAX
(Worldwide Interoperability for Microwave Access) yang beroperasi pada
frekuensi 2.3 GHz, 2.5 GHz, dan 3.5 GHz. Pada tugas akhir ini antena yang akan
direalisasikan beroperasi pada frekuensi 2.5 - 2.6 GHz.
Mengacu pada perkembangan tersebut agar WIMAX dapat bekerja
dengan baik, maka di butuhkan sebuah antena untuk mentransmisikan data.
Antena yang digunakan harus kompatibel, ringan, berukuran kecil, sistem
produksi yang sederhana, mudah terintegrasi dengan rangkaian, bentuk menarik
serta mampu bekerja pada band frekuensi lebar. Antena mikrostrip merupakan
salah satu antena yang mampu memberikan kebutuhan tersebut. Dengan bentuk
III-2
bidang mikrostrip yang bermacam-macam seperti lingkaran, segitiga, cincin, dan
segiempat antena mikrostrip mampu disesuaikan dalam pemasangannya atau
dengan kata lain antena mikrostrip lebih mudah dalam penempatannya. Penulis
mencoba merealisasikan antena Mikrostrip yang dapat digunakan untuk aplikasi
WIMAX yaitu antena array empat elemen. Antena ini beroperasi pada band
frekuensi 2.5 - 2.6 GHz pada sisi jaringan sangat berguna untuk komunikasi
wireless, dan frekuensi tersebut merupakan mayoritas digunakan u n t u k
mobile WIMAX.

2. PERANCANGAN ANTENA

2.1 Diagram Alir Perancangan Antena

Gambar II-1. Diagram Alir Pembuatan Antena Mikrostrip WIMAX


III-3

2.2 Penentuan Spesifikasi Antena


Langkah awal dalam merancang dan mengimplementasikan antena
mikrostrip adalah menentukan spesifikasi antena yang akan dibuat.. Spesifikasi
inilah yang menjadi acuan hasil yang harus dicapai dalam pembuatan antena.
Adapun spesifikasi antena yang akan realisasikan adalah sebagai berikut:
2.2.1Frekuensi kerja : 2500 - 2600 MHz
2.2.2Bandwidth : 100 MHz

2.2.3VSWR : 2
2.2.4Pola radiasi : Direksional
2.2.5Polarisasi : Linear
2.2.6 Gain : 5 dBi
2.2.7Bentuk patch : Segitiga
2.2.8Material dielektrik : FR4 epoxy
2.2.9Jumlah elemen 4
2.2.10 Konektor : SMA
2.2.11 Impedansi : 50 Ω

2.3 Perancangan Dimensi Antena


2.3.1Karakteristik Bahan Antena Mikrostrip

Pada antena mikrostrip yang dirancang menggunakan material tembaga


untuk patch dan ground plane, sedangkan untuk substrat menggunakan FR4-
epoxy. Karakteristik material yang akan digunakan untuk antena mikrostrip adalah
sebagai berikut:

2.3.1.1 Patch (tembaga)


2.3.1.1.1 Permitivitas relative (εr) 1
2.3.1.1.2 Permeabilitas relative : 0.99991
2.3.1.1.3 Ketebalan : 0.035 mm

2.3.1.2 Dielektrik
2.3.1.2.1 Permitivitas relative : 4.3
2.3.1.2.2 Permeabilitas relative 1
2.3.1.2.3 Ketebalan : 1.6 mm

2.3.2Konstruksi dan Teknik Pencatuan


Konstruksi antena yang dipilih pada perancangan adalah antena mikrostrip
III-4
segitiga yang disusun array sebanyak empat elemen. Dengan konstruksi ini
antena dapat menghasilkan gain sesuai spesifikasi awal yaitu 5 dB. Antena
mikrostrip patch segitiga ini dicatu dengan teknik proximity coupling dengan dua
layer dimana saluran mikrostripline-nya berada pada layer kedua, sedangkan pada
layer pertama terdapat patch. Gambar II-2 menunjukkan antena mikrostrip array
patch Segitiga yang akan dirancang.

(a) Tampak Atas (Layer Atas)

(b) Tampak Atas (Layer kedua)

c) Tampak Samping

Gambar II-2. Bentuk Antena Mikrostrip Patch segitiga Array 4 Elemen


III-5

2.3.3Perhitungan Dimensi Antena Segitiga Sama Sisi


Antena patch Segitiga ini menggunakan frekuensi :

Berdasarkan nilai parameter dan karakteristik bahan substrat seperti


frekuensi tengah 2.55 GHz dan permitivitas relative (Ԑr) dari FR4 epoxy adalah
4.3 selanjutnya untuk mendapatkan panjang sisi segitiga sama sisi dapat
digunakan persamaan lebar patch :

Dari perhitungan di atas didapatkan nilai efektif yang digunakan sebagai


panjang sisi patch segitiga sama sisi seperti yang ditunjukkan pada gambar II-3.
Ukuran inilah yang dijadikan sebagai simulsi rancangan awal. Ukuran panjang sisi
patch ini dapat berubah jika hasil simulasi belum memenuhi hasil yang
diharapkan.

Gambar II-3. Dimensi Patch Antenna Segitiga Sama Sisi


III-6

2.3.4 Dimensi Ground Plane


Secara ideal ground plane yang digunakan memiliki luas dan tebal tidak
terhingga (infinite ground plane). Namun kondisi ini tidak mungkin
direalisasikan, sehingga disiasati dengan menghitung luas minimum groundplane
dengan persamaan berikut ini:

= 68.42 mm

2.3.5 Jarak Antar Elemen


Jarak antar elemen antenna array sangat berpengaruh terhadap besarnya
directivity, oleh karena itu jarak antar elemen yang digunakan harus ditentukan
sedemikian rupa agar antenna dapat menghasilkan directivity yang optimal. Jarak
antar elemen antenna harus lebih besar dari 0.5 λ0. Selain itu jarak antar elemen
antenna juga dapat mempengaruhi besarnya bandwidth yang dihasilkan.
Jarak antar elemen = 0.5 λ0 = 0.5 x 117.65 mm = 58.82 mm

2.3.6 Feeding Network


Pada saat pencatu antena mikrostrip akan dihubungkan dengan konektor
SMA 50 Ω. Dengan demikian dalam perancangan pencatu antenna mikrostrip
perlu impedansi masukan (Zin) 50 Ω. Untuk mendapatkan nilai impedansi saluran
pencatu 50Ω, dapat dilakukan dengan mencari lebar saluran pencatu. Lebar
saluran pencatu bisa dihitung dengan perhitungan saluran. Dengan memasukan
nilai εr = 4.3 dan Z0 = 50 Ω, Z0 = 35.355 Ω dan untuk Z0 = 100 Ω, maka hasilnya
ditunjukkan pada gambar II-4.

Gambar II-4. Feeding Network Antena Mikrostrip


III-7

Pada gambar di atas digunakan saluran pencatu yang memiliki impedansi


100 Ω,, 50 Ω, dan 35,355 Ω, lebar salurannya adalah :

1. Untuk saluran 100 Ω:

2. Untuk saluran 50 Ω

3. Untuk saluran 35.355 Ω

A=
III-8

= 3.333

= 5.33 mm

Jadi melalui hasil perhitungan secara lengkap di perlihatkan pada gambar II-5.

(a) Patch

(b) Groundplane
IV-2

(c) feeding

Gambar II-5. Dimensi Antenna Hasil Perhitungan

2.4 Realisasi Alat


Gambar II-6 merupakan dimensi akhir antena susun 4 elemen yang akan
dilakukan pencetakan.

(a) Patch
85 mm

(b) Groundplane
IV-3

(c) Feeding

Gambar II-6. Dimensi Akhir Antena Susun 4 Elemen yang akan dicetak

4. PENGUKURAN ANTENA

4.1 Pengukuran return loss, bandwidth dan VSWR


Pengukuran return loss dilakukan untuk mengetahui besarnya
perbandingan daya yang dipantulkan kembali dengan daya yang datang akibat
dari ketidaksesuaian antara impedansi antena dengan impedansi saluran transmisi.

4.1.1 Hasil Pengukuran


a) Hasil Fabrikasi Antenna ke-1
Data hasil pengukuran antena ke-1, ditunjukan pada gambar IV-1 dan tabel IV-1

Gambar IV-1. Hasil Pengukuran Return Loss Fungsi Frekuensi Antena ke-1

Nilai return loss yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut :
IV-4

Tabel IV-1. Hasil Pengukuran Return Loss Antena ke-1

Frekuensi (MHz) Return Loss (dB)


fc = 2642.4 19.18

RL = -20 log ρ
19.18 = -20 log ρ
-0.959 = log ρ
ρ = 0.1099

VSWR = = .
= 1.25
.

Dari hasil pengukuran retur loss dengan menggunakan Anritsu Site Master
SS331D didapat return loss sebesar 19.18 dB pada M1 dengan frekuensi 2642.4
MHz pada VSWR 1.25. Antenna ini memiliki frekuensi yang bergeser sebesar 92
MHz dari frekuensi awal yang menjadi tolak ukur spesifikasi antenna yang
diinginkan. Maka antenna mengalami perubahan dimensi agar menghasilkan nilai
frekuensi tengah yang diinginkan.

b) Hasil Fabrikasi Antenna ke-2


Data hasil pengukuran antena ke-2, ditunjukan pada gambar IV-2 dan tabel IV-2

Gambar IV-2. Hasil Pengukuran Return Loss Fungsi Frekuensi Antena ke-2
IV-5

Nilai return loss yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut :

Tabel IV-2. Hasil Pengukuran Return Loss Antena ke-2

Frekuensi (MHz) Return Loss (dB)


fl = 2517.4 10.14
fc = 2550.4 13.50
fh = 2589.1 10.07

fl = 2517.4 MHz
fh = 2589.1 MHz
BW = fh – fl
= 2589.1 – 2517.4
= 71.7 MHz

RL = -20 log ρ
13.50 = -20 log ρ
-0.675 = log ρ
ρ = 0.2113
.
VSWR = = = = 1.54
.

Dari hasil pengukuran retur loss dengan menggunakan Anritsu Site Master
SS331D didapat return loss sebesar 13.50 dB pada M1 dengan frekuensi 2550.4
MHz pada VSWR 1.54 dengan besar bandwidth sebesar 71.7 MHz.

c) Hasil Fabrikasi Antenna ke-3


Data hasil pengukuran antena ke-2, ditunjukan pada gambar IV-3 dan IV-3
IV-6

Gambar IV-3. Hasil Pengukuran Return Loss Fungsi Frekuensi Antena ke-3

Nilai return loss yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut :

Tabel IV-3. Hasil Pengukuran Return Loss Antena ke-3

Frekuensi (MHz) Return Loss (dB)


fl = 2517.4 10.24
fc = 2550.4 16.52
fh = 2600.8 10.44

fl = 2517.4 MHz
fh = 2600.8 MHz
BW = fh – fl
= 2600.8 – 2517.4
= 83.4 MHz

RL = -20 log ρ
16.52 = -20 log ρ
-0.826 = log ρ
ρ = 0.149

VSWR = = .
= 1.35
.
IV-7

Dari hasil pengukuran retur loss dengan menggunakan Anritsu Site Master
SS331D didapat return loss sebesar 16.52 dB pada M1 dengan frekuensi 2550.4
MHz pada VSWR 1.35 dengan besar bandwidth sebesar 83.4 MHz.

d) Hasil Fabrikasi Antenna ke-4


Gambar IV-4 menunjukkan hasil pengukuran return loss dan frekuensi
tengah pada antena mikrostrip segitiga ke-4 dengan range frekuensi 2000 – 3000
MHz. Antena mikrostrip ke-4 ini merupakan antena yang dipilih sebagai alat
proyek akhir karena memiliki hasil pengukuran yang paling baik, dengan
frekuensi tengah yang diinginkan, serta bandwidth yang cukup lebar. Hasil
pengukuran Return Loss diperlihatkan pada gambar IV-4 dan tabel IV-4.

Gambar IV-4. Hasil Pengukuran Return Loss Fungsi Frekuensi Antena ke-4

Nilai return loss yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut :

Tabel IV-4. Hasil Pengukuran Return Loss Antena ke-4

Frekuensi (MHz) Return Loss (dB)


fl = 2500.0 10.01
fc = 2550.4 20.16
fh = 2624.0 10.02
IV-8

fl = 2500.0 MHz
fh = 2624.0 MHz
BW = fh – fl
= 2624.0 – 2500.0
= 124 MHz

Dari hasil pengukuran retur loss dengan menggunakan Anritsu Site Master
SS331D didapat return loss sebesar 20.16 dB pada M1 dengan frekuensi 2550.0
MHz. Untuk mengetahui besar bandwidth dari antenna yang diukur dari gambar
IV-5. yaitu dengan menempatkan garis M2 dan M3 di ±10 dB. Dengan begitu
akan mengetahui fL dan fH dari antenna yang kita ukur, maka besar bandwidth dari
antenna yang diukur sebesar 124 MHz. Hasil pengukuran VSWR diperlihatkan
pada gambar IV-5 dan tabel IV-5.

Gambar IV-5. Hasil Pengukuran VSWR Antena ke-4

Tabel IV-5. Hasil Pengukuran VSWR Antena ke-4

Frekuensi (MHz) VSWR


fl = 2500.0 1.92
fc = 2550.4 1.21
fh = 2624.0 1.94

Dari hasil pengukuran didapat VSWR sebesar 1.21 dengan frekuensi


2550.0 MHz.
IV-9

RL = -20 log ρ
20.16 = -20 log ρ
-1.008 = log ρ
ρ = 0.098

VSWR = = .
= 1.217
.
IV-10

4.1.2 Analisis Hasil Pengukuran


Dari hasil pengukuran pada ke-empat antena terlihat bahwa frekuensi kerja
antena bergeser, perubahan return loss dan bandwidth yang dihasilkan dari
fabrikasi ke-1 hingga ke-4. Untuk membandingkan hasil pengukuran dan
simulasi, dibuat tabel perbandingan seperti yang digambarkan pada tabel IV-6.

Tabel IV-6. Perbandingan Hasil Pengukuran Fabrikasi Antena

Parameter Pengukuran Antena ke -


1 2 3 4
2639.0 – 2517.4 - 2517.4 - 2500.0 -
Frekuensi Kerja (MHz)
2709.0 2589.1 2600.8 2624.0
Frekuensi Tengah (MHz) 2642.4 2550.4 2550.4 2550.4
Return Loss (dB) 19.18 13.50 16.52 20.16
Bandwidth (MHz) 70 71.7 83.4 124
VSWR 1.25 1.54 1.35 1.217

Dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya perbedaan antara hasil


pengukuran dengan hasil simulasi adalah sebagai berikut :
1. Proses fabrikasi yang tidak presisi yang menyebabkan perbedaan
ukuran dimensi patch antena antara hasil perhitungan, simulasi, dan
realisasi.
2. Adanya perubahan pada fisik antena karena pengeboran, penambahan
baut dan dudukan konektor.
3. Pengukuran yang dilakukan tidak di ruangan bebas pantul, sehingga
hasil pengukuran antenna mikrostrip ini tidak sesuai dengan hasil
simulasi.
4. Diakibatkan karena pemakaian casing pada antenna yang dirancang.
Dimana casing tersebut menyebabkan pergeseran frekuensi. Seharusnya
bahan yang digunakan untuk pembuatan casing terbuat dari bahan yang
cocok yang tidak menyebabkan penyimpangan pada antenna yang
dirancang.

4.2 Pengukuran Gain


Pada dasarnya, gain antenna adalah perbandingan antara intensitas radiasi
maksimum antena terhadap intensitas radiasi maksimum dari suatu antenna
referensi dengan daya masuk yang sama.
Metoda yang digunakan dalam pengukuran ini yaitu metode perbandingan
level daya antara DUT (Device Under Test) dengan antenna referensi.

4.2.1 Hasil Pengukuran


Hasil pengukuran gain bisa dilihat pada tabel IV-7 berikut :
IV-11

Gambar IV-6. Hasil Pengukuran Vout P1

Gambar IV-7. Hasil Pengukuran Vout P2

Tabel IV-7. Hasil Pengukuran Gain


Sampel Referensi (-dBm) DUT(-dBm)
1 -22.07 -25.79

Dari hasil pengukuran, dapat diketahui besar gain antenna pada


frekuensi 2.55 GHz dengan menggunakan persamaan berikut :
Gain = P1 - P2 + Gref dBi
= - 25.79 – (- 22.07) + 12 dBi
= 8.28 dBi

4.3 Pengukuran Pola Radiasi


Pola Radiasi dari suatu antenna merupakan gambaran dari intensitas
pancaran antenna sebagai fungsi dari parameter koordinat bola (θ.ɸ). Pengukuran
pola radiasi bisa dilakukan di lapangan terbuka. Pengukuran pola radiasi bertujuan
untuk mengetahui pola pancaran/radiasi dari patch antenna. Pengukuran pola
radiasi dilakukan terhadap pola bidang E (E-Plane) dan bidang H (H-Plane).
IV-12

4.3.1 Hasil Pengukuran Pola Radiasi

Pengukuran polaradiasi dilakukan secara vertikal dan horizontal. Data


hasil pengukuran didapat dalam bentuk level daya seperti yang terlihat pada tabel

IV-8 dan tabel IV-9. Level daya yang diperoleh kemudian dinormalisasi dan
diplot pola radiasinya seperti pada gambar IV-8 dan gambar IV-9.

Tabel IV-8. Hasil Pengukuran Pola Radiasi H-Plane

Arah Level Normalisir Arah Level Normalisir


Antena Daya Antena Daya
(derajat) (dBm) (derajat) (dBm)
0 -25.2 0 180 -44.9 -19.7
10 -26.4 -1.2 190 -45.7 -20.5
20 -27.1 -1.9 200 -46.8 -21.6
30 -28.3 -3.1 210 -54.6 -29.4
40 -30.9 -5.7 220 -48.3 -23.1
50 -34.1 -8.8 230 -46.5 -21.3
60 -36.1 -10.8 240 -45.4 -20.2
70 -38.4 -13.2 250 -44.3 -19.1
80 -40.8 -15.6 260 -43.9 -18.7
90 -42.4 -17.2 270 -43.5 -18.3
100 -44.5 -19.3 280 -42.7 -17.5
110 -46.3 -21.1 290 -41.6 -16.4
120 -46.7 -21.5 300 -39.4 -14.2
130 -46.4 -21.2 310 -37.1 -11.8
140 -45.9 -20.7 320 -34.5 -9.3
150 -45.3 -20.1 330 -30.4 -5.2
160 -44.7 -19.5 340 -28.3 -3.1
170 -44.4 -19.2 350 -27.1 -1.8
H-Plane IV-13
0
3403500 10 20
330 30
320 -5 40
310 -10 50
300 -15 60
290 -20 70
280 -25 80
270 -30 90 H-Plane
260 100
250 110
240 120
230 130
220 140
210 150
200190 170160
180

Gambar IV-8. Plot Pola Radiasi Bidang H-Plane

Tabel IV-9. Hasil Pengukuran Pola Radiasi E-Plane

Arah Level Normalisir Arah Level Normalisir


Antena Daya Antena Daya
(derajat) (dBm) (derajat) (dBm)
0 -25.2 0 180 -39.3 -14.1
10 -26.2 -1 190 -39.7 -14.5
20 -27.6 -2.4 200 -40.5 -15.3
30 -28.3 -3.1 210 -47.7 -22.5
40 -29.1 -3.9 220 -49.2 -24
50 -30.3 -5.1 230 -44.9 -19.7
60 -31.5 -6.3 240 -42.1 -16.9
70 -33.4 -8.2 250 -40.1 -14.9
80 -35.1 -9.9 260 -36.8 -11.6
90 -36.2 -11 270 -36.3 -11.1
100 -36.6 -11.4 280 -35.7 -10.5
110 -40.1 -14.9 290 -33.9 -8.7
120 -42.7 -17.5 300 -31.2 -6
130 -44.2 -19 310 -30.8 -5.6
140 -49.8 -24.6 320 -29.9 -4.7
150 -47.6 -22.4 330 -28.5 -3.3
160 -40.5 -15.3 340 -27.4 -2.2
170 -39.7 -14.5 350 -26.7 -1.5
E-Plane
IV-14
0
3403500 10 20
330 30
320 -5 40
310 -10 50
300 60
290 -15 70
280 -20 80
270 -25 90 E-Plane
260 100
250 110
240 120
230 130
220 140
210 150
200190 70160
1
180

Gambar IV-9. Plot Pola Radiasi E-Plane

4.4 Pengukuran Polarisasi


Polarisasi antena merupakan arah gerak medan listrik dari gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena pada lobe utamanya. Pengukuran
polarisasi sebuah antena dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar daya
yang diterima oleh suatu antena ketika antena penerima diputar-putar searah
jarum jam posisinya.

4.4.1 Hasil Pengukuran Polarisasi

Tabel IV-10. Hasil Pengukuran Polarisasi

Arah Level Normalisir Arah Level Normalisir


Antena Daya Antena Daya
(derajat) (dBm) (derajat) (dBm)
0 -47.6 -1.3 180 -47.2 -0.9
10 -46.8 -0.5 190 -48.1 -1.8
20 -47.7 -1.4 200 -46.6 -0.3
30 -51.3 -5 210 -50.3 -4
40 -54.3 -8 220 -55.1 -8.8
50 -56.1 -9.8 230 -59.7 -13.4
60 -57.4 -11.1 240 -62.8 -16.5
70 -58.5 -12.2 250 -63.1 -16.7
80 -60.9 -14.6 260 -63.4 -17.1
90 -63.1 -16.7 270 -63.9 -17.6
100 -63.1 -16.7 280 -63.2 -16.9
110 -63.2 -16.9 290 -61.9 -15.6
120 -62.9 -16.6 300 -61.1 -14.7
130 -61.1 -14.7 310 -56.3 -10
140 -54.8 -8.5 320 -54.2 -7.9
IV-15
150 -49.6 -3.3 330 -51.9 -5.6
160 -46.3 0 340 -47.3 -1
170 -48.7 -2.4 350 -46.3 0

Polarisasi
0
350 1020
330340
320 3040
310 -5 50
300 -10 60
290 70
280 -15 80
270 -20 90 Polarisasi
260 100
250 110
240 120
230 130
220 140
210200 150
190 17016
180

Gambar IV-10. Plot Polarisasi


5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perancangan dan realisasi antenna mikrostrip array


empat elemen dengan teknik pencatuan proximity coupling pada frekuensi 2500
MHz – 2600 MHz ini, dapat disimpulkan :
1. Pada perancangan ini telah direalisasikan antena mikrostrip array segitiga
dengan empat elemen yang dengan menggunakan teknik pencatuan
Proximity Coupling didapatkan bandwidth sebesar 124 MHz, Dengan
frekuensi kerja hasil pengukuran yaitu pada 2550 MHz. Dengan frekuensi
kerja awal yaitu 2500 – 2600 MHz.
2. Pola radiasi yang dihasilkan adalah pola radiasi direksional dengan gain
antenna hasil pengukuran sebesar 8.28 dBi yang mana semakin banyak
jumlah elemen dari suatu antenna array maka akan semakin besar pula
gain dan directivitynya.
3. Perubahan dimensi antenna akibat proses fabrikasi yang tidak sempurna,
dapat menyebabkan penyimpangan seperti pergeseran frekuensi operasi
antenna yang bisa disebabkan oleh kondisi kabel dan konektor yang tidak
match, solderan dan faktor lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Andri, Moch. Realisasi Antena Mikrostrip Array Segitiga Dua Elemen
Untuk Aplikasi WIMAX Pada Band Frekuensi 2.3 Ghz – 2.4 Ghz.
(Laporan Proyek Akhir). Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri
Bandung. 2014.
[2] Balanis, Constantine A. Antenna Theory :Analysis and Design, 2nd ed.
John Wiley & Sons, Ltd. 1997.
[3] Balanis, Constantine A. Antenna Theory-Analysis and Design, 3rd ed.
New York: Wiley, 2005.
[4] Bekti, Dafit B. Realisasi Antena Mikrostrip Dengan Tekni Pencatuan
Aperture Coupled Pada Frekuensi 2.4 – 2.4835 GHz. Proyek
Akhir. Politeknik Negeri Bandung. 2012.
[5] Handayani, Yuniar. Realisasi Antena Mikrostrip Susun Empat Elemen
Dengan Teknik Pencatuan Proximity Coupling Pada Frekuensi 2.5 – 2.6
Ghz. (Laporan Proyek Akhir). Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri
Bandung. 2014.
[6] Hidayat, Taufal. Rancang Bangun Antena Mikrostrip Susun
Menggunakan Jenis Pencatuan Aperture Coupled Dengan Slot
Berbentuk Jam Pasir. Proyek Akhir. Universitas Indonesia. 2012.
[7] http://id.wikipedia.org/wiki/Antena_(radio) dan Ensiklopedia.
[8] Mushliha, Mita. Realisasi antenna mikrostrip susun dua elemen dengan
teknik pencatuan proximity coupling pada frekuensi 2.4 – 2.4835 GHz.
(Laporan Proyek Akhir). Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri
Bandung. 2012.
[9] Nurfithriani, Mitha. Realisasi antenna mikrostrip dengan teknik
pencatuan proximity coupling pada frekuensi 2400-2483.5 MHz untuk
aplikasi WLAN. (Laporan Proyek Akhir). Jurusan Teknik Elektro,
Politeknik Negeri Bandung. 2013.
[10] Siahaan, Yuliana. Realisasi antenna mikrostrip susun dua elemen
dengan teknik pencatuan proximity coupling untuk range frekuensi
2.3 – 2.4

GHz. (Laporan Proyek Akhir). Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri


Bandung. 2011.
[11] Simanjuntak, Asep B. Modul Matakuliah Antena. POLBAN.
Bandung. 2008.
[12] Sulaeman, Enceng. Teknik Frekuensi Tinggi dan Gelombang Mikro.
Politeknik Negeri Bandung.
[13] Zulkifli, fitri Yuli. Rancang Bnagun Antena Mikrostrip Segitiga.
ProyekAkhir. Universitas Indonesia. 2008.

Anda mungkin juga menyukai