Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI

Antena Mikrostrip

DOSEN PENGAMPU:
DELSINA FAIZA, S.T., M.T.

OLEH:
NADILA SEPTIA
19065041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
A. Dasar Teori

Antena microstrip adalah suatu konduktor metal yang menempel diatas ground
plane yang diantaranya terdapat bahan dielektrik seperti tampak pada Gambar 1. Antena
microstrip merupakan antena yang memiliki massa ringan, mudah untuk difabrikasi,
dengan sifatnya yang konformal sehingga dapat ditempatkan pada hampir semua jenis
permukaan dan ukurannya kecil dibandingkan dengan antena jenis lain.
Karena sifat yang dimilikinya, antena microstrip sangat sesuai dengan
kebutuhan saat ini sehingga dapat di-integrasikan dengan peralatan telekomunikasi lain
yang berukuran kecil, akan tetapi antenna microstrip juga memiliki beberapa
kekurangan yaitu: bandwidth yang sempit, gain dan directivity yang kecil, serta
efisiensi rendah.

Gambar 1 Struktur Antena


Microstrip
Antena mikrostrip terdiri dari tiga lapisan. Lapisan tersebut adalah conducting
patch, substrat dielektrik , dan groundplane. Masing-masing dari bagian ini memiliki
fungsi yang berbeda.

a. Conducting patch,
Patch ini berfungsi untuk meradiasikan gelombang elektromagnetik ke udara,
terletak paling atas dari keseluruhan sistem antena. Patch terbuat dari bahan
konduktor, misal tembaga. Bentuk patch bisa bermacam- macam, lingkaran,
rectangular, segitiga, ataupun bentuk circular ring. Bentuk patch tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
b. Substrat dielektrik.
Substrat dielektrik berfungsi sebagi media penyalur GEM dari catuan.
Karakteristik substrat sangat berpengaruh pada besar parameter-parameter
antena. Pada antena mikrostrip, semakin tinggi besar permitivitas relatif, ukuran
conducting patch akan semakin kecil dan sebagai akibatnya memperkecil daerah
radiasi. Pengaruh ketebalan substrat dielektrik terhadap parameter antena adalah
pada bandwidth. Penambahan ketebalan substrat akan memperbesar bandwidth.
tetapi berpengaruh terhadap timbulnya gelombang permukaan (surface wave).
c. Ground plane.
Ground plane antena mikrostrip bisa terbuat dari bahan konduktor, yang
berfungsi sebagai reflector dari gelombang elektromagnetik. Bentuk konduktor
bisa bermacam-macam tetapi yang pada umumnya digunakan adalah berbentuk
persegi empat dan lingkaran karena bisa lebih mudah dianalisis. Adapun jenis-
jenis antena mikrostrip terlihat pada Gambar 2.2.

Antena microstrip adalah salah satu jenis antena wireless yang paling popular
digunakan saat ini. Ada beberapa alasan kenapa antena microstrip sangat terkenal:
1. Sangat mudah difabrikasi.
2. Selaras dengan permukaan nonplanar.
3. Sangat murah karena hanya dengan menggunakan papan cetak sirkuit.
4. Fleksibel sehingga menghasilkan berbagai macam pola dan polarisasi yang berbeda.
5. Strukturnya sangat kuat.

Gambar 2 Jenis – jenis Antena


Microstrip
B. HASIL FABRIKASI ANTENNA

 Parameter yang digunakan

C. HASIL DATA, ANALISA DAN PEMBAHASAN


Dari hasil simulasi maka didapat antenna yang seperti gambar dibawah ini ;
Gambar 3.1 E-Field/fisik antenna
Dari gambar di atas kita dapat melakukan simulasi dengan ketentuan seperti
dalam diperhitungan di atas. Beberapa parameter yang harus dianalisa adalah S-
Parameter, E-Field, 3D Farfield, Polar Farfield, serta VSWR.
Jika patch dan substrate-nya sudah terbentuk maka langkah selanjutnya yaitu
melakukan analisa pada S-parameter-nya. Hasil data dari praktikum simulasi setting
untuk S-parameter adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2 S-parameter


Dari gambar diatas kita mengukur Scattering parameters, Scattering
parameters sendiri merupakan term yang popular untuk gelombang elektromagnetik
frekuensi tinggi. Untuk memulai pengukuran kita mengatur XZ plane magnetic (Ht-0)
dan thermal-nya isothermal(T-conat). Serta kita menggunakan frekuensi 2,4GHz dan
menggunakan tipe E-field. Dan untuk menampilkan visualisasinya kita menggunakan
2 macam, pertama visualisasi 2D dan visualisasi 3D.

Gambar 3.3 VSWR


VSWR merupakan perbandingan antara ampiltudo gelombang berdiri
(standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Koefisien refleksi
tegangan (Γ) memiliki nilai kompleks, yang merepresentasikan besarnya magnitude
dan fasa dari refleksi. Return loss adalah salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui berapa banyak daya yang hilang pada beban dan tidak kembali sebagai
pantulan. RL adalah parameter seperti VSWR yang menentukan matching antara
antena dan transmitter

Gambar 3.4 Directivity (Farfield)


Gambar 3.5 Directivity (Polar)

Pada gambar 3.4 dan 3.5 di atas menunjukkan output dari Directivity simulasi
baik itu farfield 3D dan. polar Jika kita lihat level warna dari gambar 3.4 bisa diukur
pada gambar 3.5. Pada direcivity polar pada frequency yang kita ukur di 2,4GHz
menghasilkan main lobe magnitude sebesar 1,5 dBi dan main lobe direction sebesar
49,0degree. Serta nilai Directivity sendiri adalah 3.319 dBi bisa dilihat level
warnanya, dengan Rad efficience sebersar dan Total efficience sebesar -4.401dB.

Gambar 3.6 Gain (farfield)


Gambar 3.7 Gain (polar)
Gambar di atas merupakan hasil simulasi output Gain secara polar dan farfield.
Jika kita lihat level warna dari gambar 3.6 bisa diukur pada gambar 3.7. Untuk
frequency kita ukur tetap di 2,4 Ghz dan pada bagian polar untuk main lobe magnitude
sebesar -2,5 dB, main lobe direction sebesar 49.0 degree. Sedangkan pada farfield
nilai gain-nya adalah sebesar -0,7281 dB dan dengan nilai itu warna dari hasil simulasi
berubah. Koefisien pantulan (reflection coefficient) adalah perbandingan antara
tegangan pantulan dengan tegangan maju (forward voltage).

Gambar 3.8 Realized Gain (Farfield)


Gambar 3.9 Realized Gain (polar)
Gambar di atas merupakan hasil simulasi output Realized Gain secara farfield
3D dan secara polar. Jika kita lihat level warna dari gambar 3.8 dan gambar 3.9 untuk
frequency kita ukur tetap di 2,4 Ghz dan pada hasil simulasi di parameter polar main
lobe magnitude yang dihasilkan sebesar -2,5 dBi dan main lobe direction sebesar
49,0degree. Dan untuk parameter farfield nilai dari realized gain sebesar -0,7218 dB.

Gambar 3.10 E-Field (farfield)


Gambar 3.11 E-Field (Polar)
Gambar di atas merupakan hasil simulasi output E-field secara farfield dan
polar. Untuk frequency kita ukur tetap di 2,4 Ghz dan pada polar untuk main lobe
magnitude yang dihasilkan sebesar 12,3 dBV/m, dan main lobe direction sebesar 6.0
degree. Sedangkan untuk farfield pada nilai e-field-nya sendiri adalah 14,05 dBV/m.

Gambar 3.12 H-Field (farfield)


Gambar 3.13 H-Field (polar)
Gambar di atas merupakan hasil simulasi output H-Field secara farfield 3D dan
polar. Jika kita lihat level warna dari gambar 3.12 dan gambar 3.13. Pada polar untuk
frequency kita ukur tetap di 2,4Ghz dan untuk main lobe magnitude yang dihasilkan
sebesar -39,3 dBA/M, main lobe direction sebesar 49.0 degree. Untuk nilai h-field
sebesar -37,47 dBA/m. Dan jika menurut toerinya H-field adalah vektor kuantitas
( memiliki magnitudo dan arah ).

D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan simulasi menggunakan software CST, maka
dapat kita simpulkan bahwa, Frekuensi 2,4GHz Untuk masing-masing parameter S-
Parameter, E-Field, 3D Farfield, Polar Farfield, serta VSWR. Frekuensi 2,4GHz yang
kita buat membuat grafik VSWR minimun bernilai 1GHz, kemudian nilai dari e-field
adalah 1,72e+04 V/m dan itu merupakan nilai maksimalnya. Parameter farfield 3D
nilai directivity adalah 3.319 dBi akan berwarna merah pada saat simulasi. Dan
Parameter farfield polar mempunyai nilai side lobe level sebesar -2,9 dB.

Anda mungkin juga menyukai