Anda di halaman 1dari 38

PENGELOLAAN TANAH DAN AIR

POTENSI DAN KENDALA SERTA


PELUANG PENGEMBANGAN LAHAN KERING #2
Dosen Akademisi : Dr.Ir. Wanti Mindari, M.P.
Dosen Praktisi: Dr. Ir. Popi Rejekiningrum, M.S.

Program Studi Agroteknologi


Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur
PENGELOLAAN TANAH DAN AIR
POTENSI DAN KENDALA SERTA
PELUANG PENGEMBANGAN LAHAN KERING #2

Dosen Akademisi : Dr.Ir. Wanti Mindari, M.P.


Dosen Praktisi: Dr. Ir. Popi Rejekiningrum, M.S.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” JAWA TIMUR
PENGELOLAAN TANAH DAN AIR
Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
1. Konsep Pengelolaan Tanah dan Air
2. Potensi dan Kendala Pengelolaan Tanah dan Air
3. Pengelolaan Tanah dan Air di Berbagai Agroekosistem
4. Teknologi Pengelolaan Tanah dan Air
POKOK BAHASAN
I • SUMBERDAYA LAHAN INDONESIA

• POTENSI & KARAKTERISTIK LAHAN


II KERING

III • KENDALA DAN PERMASALAHAN

IV • PELUANG PENGEMBANGAN
I
SUMBERDAYA LAHAN INDONESIA
Non rawa : 9,4 jt ha

Lahan Rawa (32,6 Jt Ha)


Basah • R. Ps. Surut 8.9 Jt Ha
42 Jt Ha • R. Lebak 25.2 Jt Ha
• Gambut (13.4 Jt Ha)

Lahan Lahan Kering


Kering - LK tidak masam: 37,1 jt ha
144,5 Jt Ha - LK masam: 107,4 jt ha
(LKIK : 10,7 jt ha)
Daratan Indonesia
191,1 Juta Ha Ket: Warna biru LSO
Lain-lain
Ekosistem Ha Masam Non Masam
4,6 Jt Ha
Lahan Kering 144,473,211 107,357,633 37,115,579
Lahan Rawa 34,926,552 33,419,323 1,507,229
Lahan Basah/ 8,638,537 5,684,231 2,954,306
Sawah
Lain-lain 3,054,832
Total 191,093,132 146,461,187 41,577,114
Persentase 76.64 28.39
Sumber: BBSDLP (2020)
LAHAN SUB-OPTIMAL (LSO)/LAHAN MARJINAL
➢ lahan yang secara alamiah mempunyai produktivitas
rendah → faktor internal/inheren (bahan induk, sifat
fisik, kimia & biologi tanah) dan/atau faktor eksternal
(curah hujan eratik/ekstrim & suhu ekstrim) &
pengelolaan

✓Lahan kering iklim kering (LKIK)


✓Lahan kering masam (LKM)
✓Lahan rawa pasang surut (LPS)
✓Lahan rawa lebak (LRL)
✓Lahan gambut (LG)
Dll
2% Lahan

SUMBERDAYA LAHAN INDONESIA Rawa


(18%)
Lahan
Basah (4%)
Lahan
Kering
✓ Dataran Rendah (< 700 m dpl) dan Dataran Tinggi (> 700 m dpl) (76%)
✓ Iklim Basah (CH > 2000 mm) dan Iklim Kering (CH < 2000 mm)
✓ Tanah masam (pH < 5,5) dan Tidak Masam (pH > 5,5)

Tidak
Dataran Dataran Iklim Iklim Masam Masam TOTAL
Ekosistem Rendah (DR) Tinggi (DT) Basah (IB) Kering (IK) (MA) (TM) (Ha)

Kering 111.329.332 33.143.879 133.722.331 10.750.881 107.357.633 37.115.579 144.473.211


Rawa 34.858.444 68.108 34.368.078 558.473 33.419.323 1.507.229 34.926.552
Basah 8.411.729 226.808 7.296.992 1.341.545 5.684.231 2.954.306 8.638.537
Lain-lain (Perkotaan, tubuh air, tebing, bekas tambang, dll) 3.054.832
TOTAL (Ha) 191.093.132

Sumber: BBSDLP (2020)


II
DEFINISI
Lahan kering:
❖ Hamparan lahan yang tidak pernah
tergenang/digenangi air pada sebagian
besar waktu dalam setahun (Hidayat dan
Mulyani, 2003; Mulyani dan Sarwani, 2013)
❖ Berada di dataran rendah (DR), dataran
tinggi (DT), iklim basah (IB), dan iklim kering
(IK) datar sampai berbukit/bergunung
❖ Dimanfaatkan oleh beragam komoditas
pangan, tahunan, hortikultura, ternak, dan
non pertanian
3
LAHAN KERING (1) Dataran Rendah
Sekitar 76% LAHAN KERING berada di Dataran Rendah (< 700 m dpl)
Dataran Rendah (DR, Ha) Lahan
Iklim Basah Iklim Kering Subtotal DR Tidak 28.870.000 Ha
Pulau (IB) (IK) Masam
(Ha)
Subtotal IB Subtotal IK Lahan 82.459.332 Ha
Masam
Sumatera 22.399.193 429.035 22.828.228
Jawa 6.137.293 1.173.717 7.311.010 Keterangan:
Bali dan NT 1.210.695 4.424.795 5.635.490 • Dataran Rendah (<700 m)
• Dataran Tinggi (>700 m)
Kalimantan 40.038.174 0 40.038.174 • Iklim Basah (CH tahunan
>2000 mm)
Sulawesi 8.082.917 2.115.463 10.198.379 • Iklim Kering (CH tahunan
Maluku 6.287.056 0 6.287.056 < 2000 mm)
• Tanah Masam (pH < 5,5)
Papua 17.851.940 1.179.055 19.030.995 • Tanah Tidak Masam (pH >
5,5).
INDONESIA 102.007.267 9.322.065 111.329.332
LAHAN KERING (2) Dataran Tinggi
Sisanya 24% LAHAN KERING berada di Dataran Tinggi (> 700 m dpl)

Dataran Tinggi Lahan


Iklim Basah Iklim Kering Tidak 8.245.579 Ha
Pulau Subtotal DR Masam
(IB) (IK) (Ha)
Subtotal IB Subtotal IK Lahan 24.898.300 Ha
Masam
Sumatera 10.426.569 0 10.426.569
Jawa 2.454.816 508.781 2.963.598 Keterangan:
Bali dan NT 415.979 652.942 1.068.921 • Dataran Rendah (<700 m)
• Dataran Tinggi (>700 m)
Kalimantan 1.576.445 0 1.576.445 • Iklim Basah (CH tahunan
Sulawesi 6.109.154 267.093 6.376.246 >2000 mm)
• Iklim Kering (CH tahunan
Maluku 1.162.130 0 1.162.130 < 2000 mm)
Papua 9.569.970 0 9.569.970 • Tanah Masam (pH < 5,5)
• Tanah Tidak Masam (pH > 5,5)
INDONESIA 31.715.064 1.428.816 33.143.879
PENYEBARAN LAHAN KERING
DATARAN DATARAN
JUMLAH
RENDAH TINGGI
DATARAN DATARAN ------ x 1000 ha---------- DATARAN DATARAN
JUMLAH JUMLAH
RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI
10.198,4 6.376,3 16.575,7
------ x 1000 ha---------- ------ x 1000 ha----------

40.038,2 1.576,5 42.473,7 6.287,1 1.162,1 7.449,2

DATARAN DATARAN
JUMLAH
RENDAH TINGGI
------ x 1000 ha----------

22.828,2 10.423,6 33.251,8

DATARAN DATARAN DATARAN DATARAN DATARAN DATARAN


JUMLAH JUMLAH JUMLAH
RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI
------ x 1000 ha---------- ------ x 1000 ha----------
------ x 1000 ha----------
7.311,0 2.963,6 10.274,6 19.031,0 9.570,0 28.601,0
5.635,5 1.068,9 6.704,4
KARAKTERISTIK KIMIA, FISIKA, BIOLOGI DI LAHAN KERING
Lahan Kering
Karakteristik
DRIB DRIK DTIB DTIK
Elevasi (m dpl) < 700 < 700 > 700 > 700
Curah hujan (mm) > 2000 < 2000 > 2000 < 2000
Tanah:
Ordo Entisols, Inceptisols, Entisols, Inceptisols Entisols, Inceptisols Entisols, Inceptisols,
Ultisols, Oxisols, Spodosols Alfisols, Mollisols, Vertisols Ultisols, Oxisols, Andisols Andisols, Alfisols, Mollisols

Regim kelembaban Udik Ustik Udik Ustik

Solum Tebal Tipis Tebal Tipis


Fragmen kasar Krokos, berbatu Berbatu, singkapan batuan Krokos, berbatu Berbatu, singkapan batuan

Tekstur Halus-sedang Sedang-kasar berbatu Halus-sedang Sedang-kasar berbatu


Kimia:
pH <5.5 >5.5 <5.5 >5.5
BO (%) <1,5 <1,5 <1,5 >1.0
Kej. Al (%) >10 <10 >10 <10
Kej. basa (%) <50 >50 <50 >50
KTK (cmol/kg) <16 >16 <16 >16
Penyebaran Sumatera, Kalimantan, Jatim, Bali, NTB, NTT, Aceh, Sumut, Sumbar, Jatim, Bali, NTB, NTT
Jabar, Jateng, Papua, Papua Sulteng, Sultra, Kaltim Jatim, Sulsel, Sulut, Papua,
Barat, Malut Papua Barat
KARAKTERISTIK LKIK (HASIL PENELITIAN)
➢ Umumnya pelapukan dan ➢ Umumnya LKIK di Indonesia mengalami ➢ Ekosistem yang tidak pernah
hancuran batuan induk tanah degradasi disebabkan erosi dan kurang tergenang atau digenangi air
di wilayah beriklim kering tidak tepatnya pengelolaan pertanian pada sebagian besar waktu
seintensif di wilayah beriklim (Suwardjo dan Nurida 1993 dalam dalam setahun atau sepanjang
basah sehingga pembentukan Nurida dan Jubaidah 2014). Degradasi waktu, dan berada pada wilayah
tanah terhambat dan solum lahan menyebabkan status bahan dengan total hujan kurang dari
tanah dangkal, berbatu dan organik berada pada level rendah-sangat 2.000 mm/tahun, dan rata-rata
banyak ditemukan sungkapan rendah (Rachman dan Dariah 2008). bulan basah hanya 3-5 bulan
batuan→ banyak dijumpai di ➢ Penelitian Mateus et al. (2016) di (BBSDLP 2012).
NTT dan NTB. kabupaten Kupang menemukan bahwa ➢ Menurut klasifikasi Schmidt dan
➢ Bahan induk yang banyak kandungan karbon organik tanah berada Ferguson, curah hujan di wilayah
ditemukan adalah batu kapur, pada kategori rendah berkisar antara beriklim kering termasuk tipe D,
batu gamping, sedimen dan 1,47- 2,24%. E dan F, dan umumnya terdapat
volkanik. ➢ Agregat tanah kurang mantap, peka di wilayah NTB dan NTT.
➢ Pencucian basa-basa rendah, terhadap degradasi lahan terutama ➢ Curah hujan bersifat eratik
sehingga umumnya kejenuhan erosi, kandungan hara utama (N, P, dan dengan distribusi curah hujan
basa >50% (eutrik), pH tanah K) relatif rendah. Ameliorasi tanah sepanjang tahun tidak merata,
netral dan cenderung agak sangat jarang dilakukan petani sehingga sehingga hanya dapat ditanami
alkalis (Mulyani et al. 2013; mempercepat degradasi tanah. satu kali.
Mulyani dan Sarwani 2013)
KARAKTERISTIK LAHAN KERING
BERDASARKAN TIPOLOGI LAHANNYA
Lahan Kering Iklim Kering (LKIK) Lahan Kering Masam (LKM)
✓ CH rendah < 2.000 mm) ✓ CH tinggi > 2000 mm
✓ BB 3-4 bulan ✓ BB > 6 bulan
✓ BK >7-8 bulan ✓ pH masam (pH < 5)
✓ Kelangkaan sumber air ✓ Kejenuhan Al tinggi
✓ pH agak alkalis (pH > 7,5) ✓ Kahat hara makro (NPK)
✓ Solum dangkal dan dan mikro
berbatu/berkapur ✓ Tingkat kesuburan rendah
✓ Tingkat kesuburan sedang ✓ Produktivitas rendah
✓ Produktivitas sedang ✓ Sebaran paling luas
III
KENDALA DAN PERMASALAHAN LAHAN KERING IKLIM KERING

BIOFISIK LINGKUNGAN SOSEK

✓ Curah hujan rendah ✓Tingginya konsentrasi sisa ✓Rendahnya tingkat Pendidikan


✓ Kelangkaan air pestisida ✓Terbatasnya pemilikan lahan
✓ Lahan berada di wilayah ✓Pencemaran logam berat (limbah ✓Fragmentasi lahan
berombak & bergunung industri & bekas tambang) ✓Pergeseran status penguasaan
✓ Solum dangkal & berbatu ✓Pencemaran tanah dan air oleh lahan dari hak milik menjadi lahan
✓ Kesuburan tanah rendah (fisik, NO3- akibat penggunaan pupuk N sakap atau sewa
kimia, biologi) yang berlebihan ✓Dukungan teknologi, kelembagaan,
✓ Potensi erosi & degradasi lahan ✓Penurunan cadangan karbon (C) akses thd input produksi,
tinggi permodalan yg terbatas
PERMASALAHAN LAHAN KERING MASAM
SUMBER KEMASAMAN TANAH

Hidrolisis Al menghasilkan asam

CO2 dari respirasi mikroba/atmosphere

CO2 larut dalam air ----H2CO3


CO2 + H2O H2CO3

Anthropogenic hujan asam Fungsional group bahan organik


N dan S oksida menghasilkan hujan asam COOH COO- + H+

Eksudat akar melepas H+


Umumnya unsur hara tersedia antara pH 5.5-
7 sebaliknya unsur toxin tersedia pada pH
rendah. Terutama unsur hara Phosphorus
menjadi terikat kuat di tanah masam

KAPUR/
DOLOMIT
pH >5.5
Unsur hara
dari pupuk
diserap
tanaman

PUPUK
http://www.traylorchemical.com/images/faqs/phchart.jpg This Photo by Unknown Author is licensed under C C BY-SA-NC
IV
KOMPOSISI LAHAN POTENSIAL TERSEDIA UNTUK
PENGEMBANGAN PERTANIAN
❑ Hanya 21,51% lahan Areal Penggunaan Lain (APL):
potensial tersedia berada Lahan di luar kawasan hutan
di kawasan APL; 58.85% yang dapat dimanfaatkan untuk
19,64% berbagai tujuan ekonomi
berada di kawasan HP;
dan 19,64% di kawasan Areal Hutan Produksi Konversi
(HPK): Lahan hutan produksi
21,51% 58,85% HPK. yang berpotensi untuk
→ APL sudah dimiliki dikonversi menjadi APL setelah
perorangan, melalui proses administrasi
sempit, terpencar Areal Hutan Produksi (HP):
→ HP dan HPK perlu legal Hutan produksi yang berpotensi
APL HPK HP aspek lebih panjang, perlu dijadikan sebagai APL setelah
melalui proses yang lebih
kebijakan pemerintah panjang (dibandingkan HPK)
terkait izin penggunaan
lahan di kawasan hutan
KETERSEDIAAN LAHAN KERING
Ketersediaan lahan Kering (Ha)
Pulau Tanaman Tanaman Tanaman Penggembalaan Total (Ha)
Pangan (TP) Sayuran (TS) Tahunan (TT) Ternak (PT)
Sumatera 1.422.161 10.082 2.642.166 0 4.074.409
Jawa 175.654 131.873 1.149.270 0 1.456.797
Bali & NT 374.631 11.086 1.096.950 260.691 1.743.358
Kalimantan 2.035.820 0 5.978.184 111.390 8.125.394
Sulawesi 231.936 0 1.286.357 140.934 1.659.227
Maluku 450.902 1.049 1.124.972 371.096 1.948.019
Papua 2.665.933 0 3.073.877 47.244 5.787.054
Indonesia 7.357.037 154.090 16.351.776 931.355 24.794.258
Keterangan: Sumber BBSDLP (2015)
TP = tanaman pangan, TS = tanaman sayuran dataran tinggi, TT= tanaman tahunan termasuk buah-buahan, PT = penggembalaan ternak.
Lahan berada padakawasan APL,HPK dan HP.

11
POTENSI LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANAGAN
PADI, JAGUNG, KEDELE (PAJALE)
(a) Potensi dan peluang peningkatan produktivitas lahan
eksisting
(b) Peningkatan IP dan atau perluasan areal tanam di lahan
eksisting
(c) Perbaikan pola tanam untuk peningkatan produksi dan
nilai tambah ekonomi
(d) Perluasan areal pada lahan kering alternatif (kawasan
atau areal pertanaman perkebunan atau tanaman
tahunan lain, kehutanan, dan perkarangan)
(e) Perluasan areal baru atau ekstenstifikasi pada lahan baru
PETA POTENSI KETERSEDIAAN LAHAN UNTUK
PENGEMBANGAN PERTANIAN DI PULAU SUMATERA
PETA POTENSI KETERSEDIAAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN
DI PULAU KALIMANTAN
Peluang lahan Perluasan Areal
Tanam Baru (PATB) di LK Eksisting

Seluruh aktivitas budidaya pertanian Tan. Sela kelapa, sawit, karet


+83,6 juta ha (BPN 2019):
▪ 17,8 juta ha perkebunan
▪ 16,2 juta ha LK/tegalan Peningkatan IP, penyediaan SDA

▪ 7,4 juta ha lahan sawah


▪ 21,7 juta ha kb campuran
▪ 20,5 juta ha lahan tidur/terlantar

Pemanfaatan lahan tidur atau terlantar


PETA POTENSI
DAN
PENGEMBANGAN
TANAMAN
PANGAN PADA
LAHAN KERING

NUSA TENGGARA TIMUR NUSA TENGGARA BARAT

18
Tersedia di 511 kab/kota 19
Informasi:
Pola I
Pola D
Pola E
Pola C

20
CONTOH PENINGKATAN IP DI TEGALAN

Peta Desain Irigasi

21
PENYEDIAAN AIR DI LAHAN KERING
Embung Sumur Air Tanah Dalam
Waduk mikro untuk memanen Sumur bor berdiameter 6-8 inci
aliran permukaan dan curah dengan kedalaman lebih dari > 80
hujan sebagai sumber irigasi meter yang dibuat pada wilayah
suplementer di MK akuifer sedang - tinggi
Dam Parit Long Storage
Membendung aliran parit atau Tampungan air memanjang
sungai kecil serta berfungsi menyimpan luapan
mendistribusikannya untuk air sungai/air saluran irigasi
mengairi lahan di sekitarnya pada akhir musim hujan

spillway
intake
Pompanisasi dan Pipanisasi
Teknik Irigasi
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI HEMAT AIR UNTUK EFISIENSI IRIGASI
DI LKIK KAB. SUMBAWA BARAT, NTB

Pemasangan jaringan irigasi dan penanaman jagung di MK 2021 (IP 100 menjadi IP 200)
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Anda mungkin juga menyukai