Anda di halaman 1dari 17

SABAR

Diajukan untuk memenuhi tugas mentoring

REYNALDI PRATAMA SAPUTRA

E31141005

POLITEKNIK TEDC BANDUNG


INFORMATIKA
‫‪Daftar Isi‬‬
‫‪BAB I‬‬
‫‪.. 1‬ذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذ ‪Penaduluan‬‬
‫‪. 1‬ذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذ ‪1.1 Pengertian sabar‬‬
‫‪. 2‬ذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذ ‪1.2 Macam-macam sabar‬‬
‫‪ 8‬ذذذذذذذذذذذذذذذذ ‪1.3 Rahasia Syukur, Sabar, dan Istighfar‬‬
‫‪.. 12‬ذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذ ‪1.4 Keutamaan sabar‬‬
‫‪BAB II‬‬
‫‪ 14‬ذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذ ‪Kesimpulan‬‬
‫‪..‬ذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذ ‪Daftar Pustaka‬‬ ‫‪15‬‬
BAB I
PENDAHULUAN
Kesabaran adalah salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan
sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar
memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman,
adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran,
sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Sabar juga memiliki dimensi
untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar
lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat dikatakan tidak sabar, jika ia
menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah
diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur,
kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah.

1.1 Pengertian Sabar

Sabar berasal dari kata “ ‫ ص ب‬- ‫ي ص ب‬ yang artinya menahan. Dan menurut istilah para
ulama anta lain :
¤ Syaikh Muhammad bin Shalih Al „Utsaimin rahimahullah
“Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari
perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam
menghadapi takdir Allah”
Dari pendapat di atass dapat ditarik kesimpulan bahwa sabar adalah “menahan diri dari
kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan
menahan anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya”.
Itulah pengertian sabar yang harus kita tanamkan dalam diri kita. Dan sabar ini tidak identik
dengan cobaan saja. Karena menahan diri untuk tidak bersikap berlebihan, atau menahan diri
dari pemborosan harta bagi yang mampu juga merupakan bagian dari sabar. Sabar harus kita
terapkan dalam setiap aspek kehidupan kita. Bukan hanya ketika kita dalam kesulitan, tapi
ketika dalam kemudahaan dan kesenangan juga kita harus tetap menjadikan sabar sebagai
aspek kehidupan kita.

1
1.2 Macam-macam sabar
Syaikh Muhammad bin Shalih Al „Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar itu terbagi menjadi
tiga macam:
1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT
Menahan diri kita agar tetap istiqomah dalam menjalankan apa yang diperintahkan oleh
Allah SWT adalah bagian dari perintah Allah SWT. Kita harus tetap sabar menjalankan itu
semua, karena Allah telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang menjalankan perintah-
Nya dengan baik sesuai syariat yang telah Allah SWT turunkan. Mulai dari shalat, zakat,
puasa, dakwah, dan lain-lain. Itu semua harus kita jalani dengan sabar.
2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah SWT
Tenar sekali salah satu lagu yang dinyanyikan oleh Raja Dangdut H.Rhoma Irama dimana
ada sebagian liriknya yang berbunyi “mengapa semua yang asik-asik, itu diharamkan?
mengapa semua yang enak-enak itu dilarang?” karena semua itu adalah memang godaan
setan yang merayu kita dengan kenikmatan-kenikmatan dunyawi. Semua kenikmatan itu
hanya semua, karena jalan yang ditunjukan oleh setan itu tidaklah berakhir kecuali di neraka.
Dan kita sebagi umat Islam harus bersabar dari apa yang dilarang oleh Allah SWT. Yakinlah
bahwa semua larangan itu pasti ada maksudnya. Tidaklah Allah SWT melarang kita untuk
berbuat dosa, kecuali dalam dosa itu pasti ada sebuah kerugian yang akan didapat jika kita
melakukannya.
3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah SWT
Jika ada salah satu dari kita ditakdirkan dengan kondisi fisik yang kurang, maka kita juga
harus tetap bersabar. Karena bersabar dengan ketentuan Allah SWT merupakan salah satu
dari macam sabar. Dan balasan lain dari sabar kita itu adalah surga. Rasulallah SAW
bersabda: sesungguhnya Allah SWT berfirman “Jika hambaku diuji dengan kedua matanya
dan dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya dengan surga” (HR. Bukhori).
Semoga Allah SWT menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang sabar dalam menjalankan
perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan dari apa yang telah ditakdirkan-Nya. Dan kita
harus tetap melatih sifat sabar ini dalam kehidupan kita sehingga nantinya kita akan dapat
menyikapi semua aspek hidup ini dengan sabar.

2
Sabar menahan cobaan memang bukan hal yang mudah, tapi itu juga bukan sebuah hal yang
mustahil. Kedudukan orang-orang yang sabar di mata Allah SWT sangat tinggi. Kita bisa
mengambil pelajaran dari sauri tauldan kita Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah seorang
penyabar, dikisahkan setelah Rasulullah wafat – Abu bakar RA mendatangi seorang
pengemis Yahudi buta dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai
mnyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, “Siapakah kamu?” Abubakar RA
menjawab, “Aku orang yang biasa datang”. “Bukan! Engkau bukan orang yang biasa
mendatangiku,”jawab si pengemis buta itu. “Orang yang biasa mendatangiku itu selalu
menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya, setelah
itu ia berikan padaku dengan mulutnya sendiri”. Abubakar tidak dapat menahan airmatanya,
ia menangis sambil berkata dengan pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa
datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada.
Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW”. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar
RA ia pun menangis dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu
menghinanya, memfitnahnya, ia tidah pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku
dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia”. Pengemis Yahudi buta tersebut
akhirnya bersyhadat dihadapan Abubakar RA.
Siapa yang tidak terketuk hatinya dengan kisah ini. Kita bisa melihat dari kisah diatas
bagaimana Rasullah SAW begitu sabarnya dalam berdakwah dan menghadapi pengemis
Yahudi itu. Walaupun Beliau disakiti dengan hinaan, fitnah, dll. Tapi Beliau tetap
menunjukan kemulian akhlaknya. Dan kita sebagai umat Islam dan pengikutnya, jelaslah
harus mengikuti akhlak Beliau. Dan Allah SWT juga telah memrintahkan kepada kita untuk
sabar di dalam firman-Nya “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu‟,”
(QS. Al-Baqarah:45). Dalam ayat ini kata “Sabar” digandengkan dengan “shalat”, dan kita
mengetahui bahwa shalat itu hukumnya wajib. Dan jika ada dua kata perintah dalam satu
konteks ini maka dalam hal ini sabar juga merupakan suatu hal yang wajib. Allah SWT
mewajibkan kita bersabar dalam ayat ini.
Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba
akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi
berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam

3
iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi
kehidupan di dalam tubuh.”
Sahabat Indonesia yang kualitas hatinya menentukan kualitas rejekinya, berikut adalah
resume dari acara Mario Teguh Golden Ways MetroTV, edisi 22 Agustus 2010, dengan
Topik “Sabar Sampai Kapan?“. Kesabaran adalah masalah hati tetapi solusi kesabaran dapat
ditemukan dalam jalan2 yang terang. Dalam bahasan ini kita akan mempelajari bagaimana
membangun kesabaran yang tidak lagi bertentangan dengan rasa hormat kepada diri kita;
tetapi melalui cara pandang yang logis, sehingga kita menjadi pribadi yang sabar karena
tujuannya jelas.
Kesabaran bukanlah sebuah sifat tetapi sebuah keputusan karena pengertian yang baik,
sebetulnya tidak ada orang yang punya sifat sabar.
Kesabaran adalah pengertian yang dibutuhkan untuk bersikap baik, selama menunggu hasil
dari upaya kita. Pengertiannya karena upaya itu membutuhkan waktu untuk baik,
membutuhkan do‟a untuk dijawab, maka kita bersabar.
Bahwa dalam membangun kesabaran ada yang harus ditunggu, dan yang paling sering
berhasil dalam proses menunggu adalah yang sibuk. Maka sibuk-lah dalam menunggu,
karena semua orang sedang menunggu, dan yang paling akhir adalah menunggu
kematian.Maka jadilah pribadi yang sibuk dalam menunggu supaya hasil yang didapat
sesuai.Kesabaran ini tidak akan lengkap tanpa definisi berikutnya. Dalam menghadapi
sebuah kesulitan, menjadikan yang tadinya sulit menjadi mudah.Contoh sederhana, jika ada
rotan dan ada akar yang lebih dahulu dipakai tentunya rotan, tetapi jika tidak ada rotan maka
akarlah yang dipakai.Ingatlah janji Tuhan “Bersama setiap kesulitan, datang kemudahan”,
tetapi kita manusiawi sekali untuk hanya memperhatikan kesulitan.Sehingga orang yang
ramah terhadap kehidupan melihat kehidupan ini seharusnya mudah, karena tidak ada niatan
Tuhan menyulitkan Kita.Jadi kalau ada kesulitan itu kita seharusnya senang, karena
bersamanya ada kemudahan hanya saja kita belum lihat. Jadi kalau datang sebuah kesulitan
segera palingkan wajah anda untuk melihat kemudahannya.Jadi kalau kita ikhlas, Tuhan itu
memberikan kita kesulitan supaya hidup kita mudah.Setiap orang pasti menginginkan
sesuatu, tetapi belum tentu setiap orang berkeinginan besar dan mempunyai rencana besar;
karena banyak sekali orang tidak tahu mau jadi apa.Tuhan memiliki rencana bagi setiap jiwa
dan setan sangat bersemangat menggagalkan jiwa muda yang dilahirkan dengan rencana

4
besar. Untuk itu setan meniupkan rasa malas ke hati anda sehingga anda gemar menunda dan
ahli mengatakan tidak mungkin. Lalu bersahabat dan bergaul dengan sesama pemalas.Berapa
banyak orang tua yang seharusnya sekarnag menjadi pejabat tinggi, pemuka masyarakat,
yang berpengaruh tetapi memboroskan waktu hidupnya semasa muda dan sekarang
menyesal. Dan berapa banyak anak muda yang meniru cara yang sama, sekarang.Semakin
buruknya masalah yang mengganggu anda, menunjukan semakin besarnya rencana Tuhan
bagi anda. Semakin anda direncanakan jadi orang besar, maka semakin besar pula kekuatan
setan untuk menganggu anda.Pada dasarnya semua orang pemalas, tetapi yang bisa berhasil
adalah yang tetap bekerja walaupun dia malas.Tidak boleh kita memaksakan sesuatu yang
harusnya terjadi karena proses yang panjang dan baik, sekarang. Kita marah tentang
kehidupan, karena kita minta yang seharusnya dicapai dengan proses yang baik, tetapi
hasilnya sekarang. Orang yang tidak punya pilihan harus bersabar kepada satu2nya pilihan.
Kalau anda tidak suka dengan satu pilihan, jadilah pribadi yang pilihannya banyak.Orang
berabar itu harus cerdik, bukan masalah sifat tetapi masalah keputusan tentang pengertian
yang baik.Ada yang dinamakan istilah Jangkar Prilaku, jadi semua pengertian yang baru kita
terima seyogyanya segera ditransfer dalam bentuk tindakan.Orang yang pengetiannya dalam
bentuk tindakan tidak lagi harus menghafal. Sehingga pikirannya terbuka luas bagi
pengertian-pengertian baru.Orang yang kurang bertindak, kapasitas pikirannya cepat habis,
orang yang banyak betindak dan menjadikan pengetian sebagai prilaku kesehariannya, ia
tidak lagi banyak berfikir.Orang yang menjadikan do‟a-do‟anya sebagai prilakunya, tidak
banyak lagi dia harus berdo‟a karena kehidupannya adalah do‟a. Sehingga dia tidak lagi
melafalkan do‟a secara formal tetapi berharapan besar untuk bisa membantu orang yang
kekurangan, maka langsung diberikan kesempatan untuk berejeki baik, bagi sedekah yang
lebih besar.
Jika anda bertemu orang, selalu temukan cara supaya orang itu menyukai dirinya sendiri. Jika
anda menemukan cara terhadap orang lain untuk melihat dirinya berdiri dibawah sinar yang
lebih terang, anda akan dicintai orang, anda akan dilibatkan dalam pergaulan2 baik, anda
akan lebih dicintai istri anda.
Maka mulai dari sekarang, lihatlah setiap orang sebagai target penggembiraan. Dan tanpa
sadar kita membangun kekuatan diluar diri kita,untuk membantu kita menjadi pribadi yang
gembira.

5
Kalau anda mengeluh tentang lambannya kehidupan, maka cek yang anda kerjakan. Apakah
keinginan anda besar tetapi yang anda lakukan kecil?, Jika jawabannya „ya‟ maka anda sulit
bersabar.
Inginkan yang besar, perhatikan orang lain bagaimana mencapai kebesaran, ikhlaslah
rayakan kehebatan orang lain, jangan dengki orang berhasil.
Iri itu bahaya, karena membuat kita dengki orang kaya, padahal tidak semua orang kaya,
kaya dengan ketidak-jujuran.
Salah satu cara untuk mengenali diri dan kemudian tubuh adalah mengakui kehebatan orang
lain. Dengannya kita lebih ikhlas melihat diri sebagai pribadi yang harus belajar.
Jadi kalau yang kita inginkan besar, maka tertariklah kepada orang2 yang berhasil melakukan
hal2 yang besar; lalu tiru-lah dia. Meniru sesuatu sesuatu yang baik, membuat yang lemah
dalam kehidupan kita lemah. Sehingga jika kita bersabar, kita bersabar dalam perjalanan
naik. Bukan bersabar menyesuaikan diri dengan kelemahan.
Semua keberhasilan terbaik anda datang setelah kekecewaan yang anda hadapi dengan sabar.
Jika kita sudah jujur, sudah bekerja keras, sudah patuh sama Tuhan tetapi belum berhasil,
tidak ada cara lain kecuali bersabar.
Kita akan bersabar selama kesabaran dibutuhkan, sampai kapanpun tidak ada batasnya.
Tuhan berjanji “Bersama kesulitan ada kemudahan” dan janji itu diulang dua kali. Marilah
kita membiasakan diri untuk menerima kesulitan dengan damai, lalu menjernihkan pikiran
untuk melihat kemudahan yang datang bersama kesulitan.
Kapanpun kesulitan itu datang kepada anda, upayakanlah untuk mencari hal2 yang sekarang
menjadi mudah bagi anda. Lalu perhatikan apa yang terjadi.
Rasulullah saw bersabda,"Demi Allah, saya tidak takut dengan kemiskinan kalian, akan
tetapi saya takut jikalau dunia menjadi lapang bagi kalian sebagaimana umat sebelum kalian
sehingga mereka saling memperebutkannya."
Gejala inilah yang nampak di tengah-tengah masyarakat kita. Sebuah pola hidup baru bagi
sebuah masyarakat agraris. Gotong royong lambat laun pupus oleh egoisme individu yang
berkembang. Kejujuran hilang ditutupi dengan kebohongan. Persaudaraan sulit ditemukan
kecuali di dalamnya terdapat uang. Kesombongan menggeser sifat lugu, sopan, dan
ketawadhuan. Perubahan cara pandang ini selanjutnya mengubah gaya hidup masyarakat.

6
Akan tetapi, jika masyarakat kita tidak berusaha untuk mencari kekayaan duniawi ini,
masyarakat kita akan menjadi masyarakat bawah yang lemah dan mudah diombang-
ambingkan. Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah
dari pada seorang mukmin yang lemah." Dengan logika sederhana pun, seseorang pasti akan
membenarkan hadits ini. Logika ini membentuk sebuah asumsi, jika umat ini ingin menjadi
besar sudah saatnya meninggalkan idealismenya menuju pada hal-hal yang pragmatis. Kita
harus membangun rumah sakit, lembaga pendidikan, panti asuhan, dan lembaga-lembaga lain
yang memiliki tujuan membantu kehidupan umat. Untuk melaksanakan hal tersebut tidak
mungkin terlaksana dengan finansial yang lemah. Beranjak dari pemikiran ini, manakah yang
lebih baik antara orang miskin yang sabar dengan orang kaya yang bersyukur? Seorang
idealis mungkin akan memilih poin pertama, sebaliknya orang yang pragmatis akan memilih
poin yang kedua. Pertanyaan ini terlihat sederhana, tetapi tidak mudah untuk menjawabnya.
Bahkan, para ulama telah berselisih pendapat mengenai hal ini. Abu Ishaq bin Syaqilan,
Qadhi Abu Ya'la, dan para pengikutnya mengatakan bahwa orang miskin yang bersabar itu
lebih baik. Sebaliknya, Ibnu Qutaibah dan jamaahnya berpendapat bahwa orang kaya yang
bersyukur lebih baik. Jika kita runut ke belakang, kita akan temukan orang-orang miskin
yang sabar, bahkan yang berpredikat nabi sekalipun. Mereka adalah Isa bin Maryam as,
Yahya bin Zakaria as, Ali bin Abi Thalib, Abi Dzar Al-Ghifari, Mush'ab bin Umair, dan
Salman AI-Farisi. Sedangkan orang-orang kaya yang bersyukur, di antaranya Ibrahim as,
Ayub as, Dawud as, Sulaiman as, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah, Zubeir,
Sa'ad bin Muadz ra, dan masih banyak lagi. Lalu mana yang paling baik?Kalau kebenaran
kita sandarkan hanya kepada akal, jawaban tersebut tidak akan ditemukan. Tetapi jika standar
kebenaran adalah Al-Qur`an, jawaban tersebut sangat jelas. Allah SWT berfirman :
‫سي ي‬ ‫ج ق ك ا ال‬ ‫ا ثى ك‬ ‫جع‬ ‫ك ا ل تع ف ا ق ب ئ ل شع ب ك‬ ‫اك‬ ‫هع‬
‫ه ا ات ق ك‬ ‫خ بي ع ي‬
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara
kalian" (QS Al-Hujurat: 13).
Lalu, seperti apa takwa yang diinginkan Islam? Kalau kita kembali runut dalam Al-Qur'an
jawabannya akan semakin terlihat. Allah SWT berfirman :
‫هف تق‬ ‫ض‬ ‫ي غ ف ي ضع ف ح س ف‬ ‫هل ك‬ ‫ح ي شك‬
"Maka bertakwalah sesuai kadar kemampuan kalian." (QS At-Taghabun: 16)

7
Artinya, stressing point dari lafal "takwa" adalah proses, dalam hal ini adalah usaha. Yakni,
usaha seorang hamba untuk menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (QS AI-Hasr:
7).

Artinya, kebaikan bukan terletak pada kaya-miskinnya, tetapi lebih pada syukur dan
sabarnya. Bertolak dari hal ini maka kita akan temukan golongan ketiga yang sangat sulit
untuk dicari pada zaman ini. Golongan ini mendapat dua predikat sekaligus; miskin dan
kaya. Karena kesederhanaannya golongan ini terlihat miskin, di sisi lain merupakan golongan
orang yang berada dengan pendapatan yang melimpah. Dia adalah Nabi kita Muhammad
saw. Wallahu a'lam.

1.3 Rahasia Syukur, Sabar, dan Istighfar

Dalam mukaddimah kitab Al Waabilush Shayyib, Imam Ibnul Qayyim mengulas tiga hal di
atas dengan sangat mengagumkan. Beliau mengatakan bahwa kehidupan manusia berputar
pada tiga poros: Syukur, Sabar, dan Istighfar. Seseorang takkan lepas dari salah satu dari tiga
keadaan:
1- Ia mendapat curahan nikmat yang tak terhingga dari Allah, dan inilah mengharuskannya
untuk bersyukur. Syukur memiliki tiga rukun, yang bila ketiganya diamalkan, berarti seorang
hamba dianggap telah mewujudkan hakikat syukur tersebut, meski kuantitasnya masih jauh
dari „cukup‟. Ketiga rukun tersebut adalah: a- Mengakui dalam hati bahwa nikmat tersebut
dari Allah. b-Mengucapkannya dengan lisan. c-Menggunakan kenikmatan tersebut untuk
menggapai ridha Allah, karena Dia-lah yang memberikannya.
Inilah rukun-rukun syukur yang mesti dipenuhi
2- Atau, boleh jadi Allah mengujinya dengan berbagai ujian, dan kewajiban hamba saat itu
ialah bersabar. Definisi sabar itu sendiri meliputi tiga hal: a-Menahan hati dari perasaan
marah, kesal, dan dongkol terhadap ketentuan Allah. b-Menahan lisan dari berkeluh kesah
dan menggerutu akan takdir Allah. c-Menahan anggota badan dari bermaksiat seperti

8
menampar wajah, menyobek pakaian, (atau membanting pintu, piring) dan perbuatan lain
yang menunjukkan sikap „tidak terima‟ thd keputusan Allah.
Perlu kita pahami bahwa Allah menguji hamba-Nya bukan karena Dia ingin membinasakan
si hamba, namun untuk mengetes sejauh mana penghambaan kita terhadap-Nya. Kalaulah
Allah mewajibkan sejumlah peribadatan (yaitu hal-hal yang menjadikan kita sebagai
abdi/budak-nya Allah) saat kita dalam kondisi lapang; maka Allah juga mewajibkan
sejumlah peribadatan kala kita dalam kondisi sempit.
Banyak orang yang ringan untuk melakukan peribadatan tipe pertama, karena biasanya hal
tersebut selaras dengan keinginannya. Akan tetapi yang lebih penting dan utama adalah
peribadatan tipe kedua, yang sering kali tidak selaras dengan keinginan yang bersangkutan.
Ibnul Qayyim lantas mencontohkan bahwa berwudhu di musim panas menggunakan air
dingin; mempergauli isteri cantik yang dicintai, memberi nafkah kepada anak-isteri saat
banyak duit; adalah ibadah. Demikian pula berwudhu dengan sempurna dengan air dingin di
musim dingin dan menafkahi anak-isteri saat kondisi ekonomi terjepit, juga termasuk ibadah;
tapi nilainya begitu jauh antara ibadah tipe pertama dengan ibadah tipe kedua. Yang kedua
jauh lebih bernilai dibandingkan yang pertama, karena itulah ibadah yang sesungguhnya,
yang membuktikan penghambaan seorang hamba kepada Khaliqnya.
Oleh sebab itu, Allah berjanji akan mencukupi hamba-hamba-Nya, sebagaimana firman
Allah,
‫ه لي‬ ‫عب بك‬
Bukankah Allah-lah yang mencukupi (segala kebutuhan) hamba-Nya?” (QS. Az Zumar:
36).
Tingkat kecukupan tersebut tentulah berbanding lurus dengan tingkat penghambaan masing-
masing hamba. Makin tinggi ia memperbudak dirinya demi kesenangan Allah yang
konsekuensinya harus mengorbankan kesenangan pribadinya, maka makin tinggi pula kadar
pencukupan yang Allah berikan kepadanya. Akibatnya, sang hamba akan senantiasa dicukupi
oleh Allah dan termasuk dalam golongan yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:
‫عب‬ ‫ع ي ل لي‬ ‫كفى‬ ‫كي ب ب‬
(Sesungguhnya, engkau (Iblis) tidak memiliki kekuasaan atas hamba-hamba-Ku, dan
cukuplah Rabb-mu (Hai Muhammad) sebagai wakil (penolong)” (QS. Al Isra‟: 65).

9
Hamba-hamba yang dimaksud dalam ayat ini adalah hamba yang mendapatkan pencukupan
dari Allah dalam ayat sebelumnya, yaitu mereka yang benar-benar menghambakan dirinya
kepada Allah, baik dalam kondisi menyenangkan maupun menyusahkan. Inilah hamba-
hamba yang terjaga dari gangguan syaithan, alias syaithan tidak bisa menguasai mereka dan
menyeret mereka kepada makarnya, kecuali saat hamba tersebut lengah saja.
Sebab bagaimana pun juga, setiap manusia tidak akan bebas 100% dari gangguan syaithan
selama dia adalah manusia. Ia pasti akan termakan bisikan syaithan suatu ketika. Namun
bedanya, orang yang benar-benar merealisasikan „ubudiyyah (peribadatan) kepada Allah
hanya akan terganggu oleh syaithan di saat dirinya lengah saja, yakni saat dirinya tidak bisa
menolak gangguan tersebut‫ ذ‬saat itulah dia termakan hasutan syaithan dan melakukan
pelanggaran.
dengan demikian, ia akan beralih ke kondisi berikutnya:
3- Yaitu begitu ia melakukan dosa, segera lah ia memohon ampun (beristighfar) kepada
Allah. Ini merupakan solusi luar biasa saat seorang hamba terjerumus dalam dosa. Bila ia
hamba yang bertakwa, ia akan selalu terbayang oleh dosanya, hingga dosa yang dilakukan
tadi justeru berdampak positif terhadapnya di kemudian hari. Ibnul Qayyim lantas menukil
ucapan Syaikhul Islam Abu Isma‟il Al Harawi yang mengatakan bahwa konon para salaf
mengatakan: “Seseorang mungkin melakukan suatu dosa, yang karenanya ia masuk Jannah;
dan ia mungkin melakukan ketaatan, yang karenanya ia masuk Neraka”. Bagaimana kok
begitu? Bila ALlah menghendaki kebaikan atas seseorang, Allah akan menjadikannya
terjerumus dalam suatu dosa (padahal sebelumnya ia seorang yang shalih dan gemar beramal
shalih). Dosa tersebut akan selalu terbayang di depan matanya, mengusik jiwanya,
mengganggu tidurnya dan membuatnya selalu gelisah. Ia takut bahwa semua keshalihannya
tadi akan sia-sia karena dosa tersebut, hingga dengan demikian ia menjadi takluk di hadapan
Allah, takut kepada-Nya, mengharap rahmat dan maghfirah-Nya, serta bertaubat kepada-
Nya. Nah, akibat dosa yang satu tadi, ia terhindar dari penyakit „ujub (kagum) terhadap
keshalihannya selama ini, yang boleh jadi akan membinasakan dirinya, dan tersebab itulah ia
akan masuk Jannah.
Namun sebaliknya orang yang melakukan suatu amalan besar, ia bisa jadi akan celaka akibat
amalnya tersebut. Yakni bila ia merasa kagum dengan dirinya yang bisa beramal „shalih‟
seperti itu. Nah, kekaguman ini akan membatalkan amalnya dan menjadikannya „lupa diri‟.

10
Maka bila Allah tidak mengujinya dengan suatu dosa yang mendorongnya untuk taubat,
niscaya orang ini akan celaka dan masuk Neraka.
Demikian kurang lebih penuturan beliau dalam mukaddimah kitab tadi, semoga kita
terinspirasi dengan tulisan yang bersahaja ini.
Dalam sebuah buku yang berjudul “Jihad al-Nafs” karya Ayatullah Mazhahiri (Beirut: Al-
Mahijjah Al-Baidha, 1993, hal. 69-70) diceritakan bahwa pada masa Rasulullah SAW, ada
seorang istri sholihah yang memiliki anak kecil yang sakit.
Ketika suaminya bekerja di tempat jauh, anaknya itu wafat. Istri itu duduk dan menangisi
kepergian anaknya itu. Tiba-tiba ia berhenti menangis dan sadar bahwa sebentar lagi
suaminya pulang ke rumah. Ia bergumam, jika saya menangis terus di samping jenazah
anakku ini, kehidupan tidak akan dikembalikan kepadanya dan akan melukai perasaan
suamiku. Padahal ia pulang dalam keadaan lelah. Ia cepat-cepat meletakkan anaknya yang
wafat itu pada suatu tempat.
Datanglah suaminya itu dari tempat kerjanya. Sang istri pun menyambutnya dengan senyum
dan penuh kasih sayang. Ia sediakan makanan kesukaannya dan membasuh kaki suaminya
itu.
Mana anak kita yang sakit?” tanya suami. Istrinya menjawab, “Alhamdulillah ia sudah
lebih baik.” Sang istri mengajak suaminya untuk tidur hingga terbangun menjelang waktu
subuh. Sang suami bangun, mandi, dan shalat sunah. Saat suami akan berangkat ke mesjid
untuk shalat shubuh berjamaah, istrinya berkata dengan tenang, “Suamiku aku ingin
menyampaikan sesuatu padamu”.
Silahkan, sebutkan,” kata suaminya. Sang istri pun berkata, “Jika ada yang menitipkan
amanat kepada kita, lalu pada saatnya diambil dari kita, bagaimana pendapatmu jika amanat
itu kita tahan dan kita tidak mau memberikan kepadanya?”
Itu perbuatan paling akhlak yang buruk dan bisa disebut khianat dalam beramal. Itu
merupakan perbuatan yang sangat tercela. Kita wajib mengembalikan amanat itu kepada
pemiliknya bila dminta,” jawab suaminya.
Sudah tiga tahun, Allah menitipkan amanat kepada kita. Hari kemarin, dengan kehendak-
Nya, Allah mengambil amanat itu dari kita. Anak kita sekarang wafat. Ia ada di kamar
sebelah. Sekarang berangkatlah engkau dan lakukanlah shalat,” timpah sang Istri.

11
Suami itu melihat anaknya dan kemudian pergi ke masjid untuk shalat berjamaah di masjid
Nabi. Seusai suami itu mengkabarkan kematian anaknya. Nabi Muhammad SAW langsung
mendekatinya seraya berkata, “Diberkatilah malam kamu yang tadi itu. Malam ketika suami
istri bersabar dalam menghadapi musibah”.
Begitulah seharusnya menyikapi ujian. Yakni dengan bersabar dan tawakal kepada Allah.
Namun tidak semua orang bisa memiliki kecerdasan emosional yang tinggi seperti pasangan
tersebut.
Arti Sabar
Definisi sabar menurut sufi ternama Dzun-nun Al-Mishri, “Sabar ialah menajuhi
perselisihan, bersikap tenang dalam menghadapi cobaan yang menyesakkan hati, dan
menampakkan rasa kecukupan ketika ditimpa kesusahan dalam kehidupan”. Sedikit berbeda
dengan Ar-Raghib Al-Ashfihani, yang mengatakan bahwa sabar memiliki makna yang
berbeda sesuai dengan konteks kejadiannya. Menahan diri saat ditimpa musibah dinamakan
shabr (sabar), sedangkan lawan katanya jaza‟ (gelisah, cemas, risau), menahan diri dalam
peperangan dinamakan syaja‟ah (keberanian) dan lawan katanya jubn (pengecut, lari dari
peperangan), menahan diri dari kata-kata kasar disebut kitman (diam) dan lawan katanya
ihdzar/hadzar (mengecam, marah). Namun secara umum, semua yang berkaitan dengan
menahan biasanya dikategorikan sabar.

1.4 Keutamaan Sabar


Mengenai sabar, Allah SWT berfirman
‫ي‬ ‫ا ال ي‬ ‫ا ات ق ا ه ا ص ب ا ءا‬ ‫اب‬ ‫ي ل ع ك‬ ‫ت ف ح‬
wahai sekalian orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu sekalian dan teguhkanlah
kesabaranmu itu dan tetaplah bersiap siaga” (Q.S. Ali Imran : 200).
Ayat ini memerintahkan untuk bersabar dalam menjalani ketaatan ketika mengalami
musibah, menahan diri dari maksiat dengan jalan beribadah dan berjuang melawan
kekufuran, serta bersiap siaga penuh untuk berjihad di jalan Allah SWT.Dalam Al-Quran
‫ي ف ىا‬ ‫ال ص ب‬ ‫ب غ ي اج‬ ‫حس‬
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa
batas” (Q.S. Az-Zumar:10).

12
Tentang ayat ini, Sayyidina Ali bin Abu Thalib menerangkan, setiap orang yang mencapai
derajat muthi‟ (orang yang taat), kelak akan ditimbang amalnya dengan timbangan atau
takaran. Berbeda dengan orang yang berderajat shabir (orang yang sabar), mereka ini
mengeruk pahala laksana mengeruk debu yang tidak terhitung jumlahnya.
Sungguh luar biasa derajat orang sabar. Selain mendapatkan pahala yang besar, juga
dikatakan sebagai bagian dari iman. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Ad-
Dailami dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
‫صف ال ص ب‬ ‫ااي‬
Kesabaran adalah setengah dari iman”.
Begitulah keutamaan dan pentingnya bersabar, termasuk dalam menjalankannya. Insya
Allah, setiap kali kita bersabar atas sesuatu yang tidak kita kehendaki dan bersabar atas apa
yang belum kita kehendaki, pasti berbuah pahala dan hikmah yang tak ternilai.

13
BAB II
KESIMPULAN
sabar adalah “menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal,
menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya”.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al „Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar itu terbagi menjadi
tiga macam:
1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT
Menahan diri kita agar tetap istiqomah dalam menjalankan apa yang diperintahkan oleh
Allah SWT.
2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah SWT
Kita sebagi umat Islam harus bersabar dari apa yang dilarang oleh Allah SWT. Yakinlah
bahwa semua larangan itu pasti ada maksudnya. Tidaklah Allah SWT melarang kita untuk
berbuat dosa, kecuali dalam dosa itu pasti ada sebuah kerugian yang akan didapat jika kita
melakukannya.
3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah SWT
Jika ada salah satu dari kita ditakdirkan dengan kondisi fisik yang kurang, maka kita juga
harus tetap bersabar. Karena bersabar dengan ketentuan Allah SWT merupakan salah satu
dari macam sabar. Dan balasan lain dari sabar kita itu adalah surga.
Keutamaan Sabar
Mengenai sabar, Allah SWT berfirman
‫ي‬ ‫ا ال ي‬ ‫ا ات ق ا ه ا ص ب ا ءا‬ ‫اب‬ ‫ي ل ع ك‬ ‫ت ف ح‬
wahai sekalian orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu sekalian dan teguhkanlah
kesabaranmu itu dan tetaplah bersiap siaga” (Q.S. Ali Imran : 200).
Ayat ini memerintahkan untuk bersabar dalam menjalani ketaatan ketika mengalami
musibah, menahan diri dari maksiat dengan jalan beribadah dan berjuang melawan
kekufuran, serta bersiap siaga penuh untuk berjihad di jalan Allah SWT.Dalam Al-Quran
‫ي ف ىا‬ ‫ال ص ب‬ ‫ب غ ي اج‬ ‫حس‬
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa
batas” (Q.S. Az-Zumar:10).
Tentang ayat ini, Sayyidina Ali bin Abu Thalib menerangkan, setiap orang yang mencapai
derajat muthi‟ (orang yang taat), kelak akan ditimbang amalnya dengan timbangan atau
14
takaran. Berbeda dengan orang yang berderajat shabir (orang yang sabar), mereka ini
mengeruk pahala laksana mengeruk debu yang tidak terhitung jumlahnya.
Sungguh luar biasa derajat orang sabar. Selain mendapatkan pahala yang besar, juga
dikatakan sebagai bagian dari iman. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Ad-
Dailami dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
‫صف ال ص ب‬ ‫ااي‬
Kesabaran adalah setengah dari iman”.

2.1 Daftar Pustaka


http://metsn-hasby.blogspot.com/
http://uswah25hasanah.blogspot.com/2012/09/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_23.html

15

Anda mungkin juga menyukai