Asosiasi Pelatihan Mengemudi
Asosiasi Pelatihan Mengemudi
ASOSIASI
PELATIHAN MENGEMUDI INDONESIA
(APMI)
Bandung
Juni 2011
Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia
(APMI)
Kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Departemen
Perhubungan RI mencatat, pada tahun 2009 telah terjadi kecelakaan sebanyak 216 kejadian per hari.
Dari jumlah tersebut 110 korban meninggal dunia.
Dirjen Perhubungan Darat mengatakan bahwa korban kecelakaan lalu lintas didominasi oleh usia
15-20tahun. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah keprihatinan tersendiri bagi keberadaan
generasi penerus bangsa.
Sebuah survey yang dilakukan di beberapa sekolah SMA di Bandung baru-baru ini, 71% pelajar SMA
pernah mengalami kecelakaan lalu lintas. Data dari beberapa media bahkan menunjukan bahwa di
beberapa daerah pelajar mendominasi persentase korban kecelakaan lalu lintas. Di Bantul Jawa
Tengah 75% dari kecelakaan lalu lintas korbannya adalah pelajar, di Sumatra Utara 80% korban
kecelakaan adalah pejar, dan di Pemalang malah mencapai 85%.
Densitas kendaraan sepeda motor di Indonesia pada akhir tahun 2008 mencapai 1:4,5 ( AISI
mencatat jumlah sepeda motor sampai tahun 2008 mencapai 49 juta unit dan jumlah penduduk
sekitar 225 juta), yang berarti terdapat 1 unit sepeda motor setiap 4,5 orang penduduk Indonesia.
Setiap tahun, penjualan mobil dapat mencapai 600.000 unit, berarti setiap bulannya rata-rata ada
50.000 unit mobil baru yang semakin menambah sesak di jalan. Padahal pertumbuhan luas jalan
tidak secepat pertumbuhan jumlah kendaraan.
Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan sarana jalan sebagai
ruang berlalu lintas yang aman akan meningkatkan resiko yang semakin besar dalam berlalu lintas.
Satu hal yang dipandang sangat penting untuk dilaksanakan dalam mengurangi resiko kecelakaan
lalu lintas adalah perlunya edukasi tentang perilaku aman dan teknik berkendaraan yang selalu
mengutamakan keselamatan. Selain itu, tidak jarang piranti teknologi yang terdapat pada mobil-
mobil baru belum difahami dengan benar oleh pemakainya.
Pendidikan Non Formal mempunyai peran yang sangat penting dalam hal ini. Malului lembaga
pelatihan Teknik Mengemudi, masyarakat tidak hanya belajar tentang bagaimana cara
mengemudikan kendaraan semata, tapi selain itu siswa mendapatkan pendidikan sikap bagaimana
agar dapat mengemudikan kendaraan dengan aman. Lembaga Pelatihan Teknik Mengemudi harus
fokus dalam melaksanakan pelatihan tentang keselamatan berkendaraan bagi semua lapisan
masyarakat, baik untuk mobil maupun sepeda motor.
Manusia modern sekarang ini, tidak dapat lepas dari kebutuhan transportasi. Setiap aktifitasnya,
dari pagi hingga malam, dari anak kecil hingga dewasa, bahkan dari sejak lahir sampai meninggal,
manusia membutuhkan transportasi. Dan yang mempunyai peran utama dalam mengantarkan kita
saat kita berkendaraan adalah pengemudinya. Pengemudi adalah outcome dari Pendidikan Non
Formal.
Satu hal yang penting untuk segera dilakukan adalah perlunya pengumpulan sumber daya program-
program pendidikan mengemudi sehingga terbentuk upaya pengembangan pemikiran dan praktek
pelatihan mengemudi yang lebih baik. Disamping itu diperlukan pula suatu upaya untuk memandang
pentingnya pelatihan mengemudi sebagi suatu disiplin yang spesifik dan sangat dibutuhkan dalam
upaya pengembangan dan pembangunan moral dan disiplin berlalulintas bangsa Indonesia. Dalam
kesempatan ini diperlukan wadah untuk seluruh lembaga pelatihan mengemudi, dalam bentuk
asosiasi lembaga-lembaga pelatihan pengemudi di Indonesia.
Keterampilan Mengemudi adalah keterampilan yang sangat diperlukan untuk Indonesia Modern.
Dalam Pembangunan Bangsa, akan semakin banyak barang dan manusia yang diangkut dan
dipindahkan memerlukan alat transportasi. Hal ini akan terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya pembangunan Negara. Kendaraan pun jumlahnya akan semakin meningkat pula.
Keterampilan Mengemudi tidaklah semudah yang tampak di mata. Mengemudi bukan sekedar
mampu menjalankan kendaraan, tetapi keterampilan dan tidakan yang cepat dalam meminimalkan
resiko, pengelolaan emosi, dan tanggung jawab yang besar. Baik tanggung jawab kepada
penumpang atau barang yang dibawanya, juga tanggung jawab kepada pengguna jalan yang laing,
serta tanggung jawab kepada keluarga.
Untuk itu semua, maka diperlukan Lembaga Pelatihan Mengemudi yang Bertanggung jawab, yang
mempunyai mutu pelatihan dan sarana yang menunjang seluruh kebutuhan keselamatan
berkendaraan dalam mendukung Pembangunan Indonesia.
Bahwa atas dasar pemikiran di atas, dibentuklah Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia yang
disingkat APMI yang mewadahi seluruh Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Mengemudi,Kursus
Mengemudi atau Lembaga Sejenis lainnya, untuk menyatukan VISI dan MISI .
Dengan memohon ridho Tuhan Yang Maha Esa, maka pada hari ini Selasa,tanggal 14 Juni 2011
bertempat di Bandung,berdirilah organisasi Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia (APMI)
Pendiri:
Berry Herlambang
ANGGARAN DASAR
Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia
(APMI)
LANDASAN IDIIL
LANDASAN MATERIIL
1. Pendidikan adalah harkat Bangsa dan Negara.. Dengan pendidikan yang berkualitas maka
kesejahtaan masyarakat dapat diwujudkan sebaik-baiknya.
2. Disiplin, Tertib dan Etika,merupakan dasar tujuan dalam segala bidang pendidikan,
pengajaran dan kegiatan belajar mengajar.
3. Keselamatan adalah hal yang harus diutamakan dari setiap aktivitas.
3
AZAS ORGANISASI
Azas organisasi APMI adalah Gotong Royong dan Kebersamaan
4
TUJUAN ORGANISASI
5
VISI dan MISI
1. VISI : Terbentuknya lembaga pendidikan dan pelatihan mengemudi yang dapat menciptakan
pengemudi yang kompeten di masyarakat, yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan mengamudi yang memadai, serta memiliki perilaku disiplin dan aman
berlalu lintas untuk mendukung pembangunan nasional.
2. MISI : -Meningkatkan kompetensi pendidikan dan pelatihan yang mengutamakan prinsip-
prinsip keselamatan berkendaraan.
-Mengembangkan sarana dan prasarana serta materi pembelajaran yang sesuai dengan
keperkembangan teknologi keselamatan dan teknologi transportasi terkini.
-Membangun kemitraan dengan pemerintah dan institusi lain
6
WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
1. APMI didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
2. Dewan Pimpinan Pusat Organisasi APMI berkedudukan di Ibu Kota Negara atau Ibu Kota
Provinsi yang dekat dengan Ibu Kota Negara.
3. Dewan Pimpinan Daerah Organisasi dibentuk disetiap Daerah Provinsi berkedudukan di ibu kota
provinsi atau yang dekat dengan ibu kota provinsi.
7
KEANGGOTAAN
1. Anggota APMI adalah Sekolah Mengemudi, Lembaga Pelatihan Mengemudi, atau lainya yang
sejenis.
2. Anggota APMI harus mempunyai ijin resmi dari dinas terkait dan atau berbentuk Badan Hukum
yang sah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
3. Anggota APMI sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diatas diwakili satu orang yang ditunjuk
dan mendapat mandat, memiliki 1 (satu) suara.
4. Ketentuan dan tata cara keanggotaan diatur pada Anggaran Rumah Tangga (ART) APMI.
8
ANGGOTA LUAR BIASA
1. Anggota Luar Biasa adalah perorangan yang karena dedikasinya kepada organisasi APMI
dan/atau bidang pendidikan nasional khususnya pendidikan dan pelatihan mengemudi berhak
mendapat kehormatan sebagai Anggota Luar Biasa.
2. Anggota Luar Biasa dipilih dan diangkat oleh Dewan Pimpinan pusat atas prakarsa sendiri atau
usulan dari Dewan Pimpinan Daerah.
3. Keanggotan Anggota Luar Biasa bersifat seumur hidup, kecuali apabila yang bersangkutan
menyatakan mengundurkan diri, meninggal dunia atau ditentukan lain oleh Rapat Anggota.
4. Anggota Luar Biasa tidak memiliki Hak Suara dalam rapat-rapat organisasi.
5. Tata cara pemilihan dan pengangkatan Anggota Luar Biasa diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga (ART) organisasi APMI.
9
KEDAULATAN
1. Kedaulatan organisasi berada pada Anggota yang diwujudkan dalam :
a. Rapat Anggota ditingkat Pusat, dihadiri oleh Perwakilan Anggota Daerah
b. Rapat Anggota ditingkat Daerah,dihadiri oleh masing-masing perwakilan dari Lembaga
Pelatihan yang terdaftar sebagai anggota.
10
DEWAN PEMBINA
12
KEUANGAN DAN HARTA BENDA ORGANISASI
1. Sumber keuangan utama organisasi berasal dari :
a. Uang Pangkal Anggota
b. Iuran Anggota setiap periode tertentu
2. Sumber keuangan penunjang organisasi berasal dari :
a. Sumbangan yang tidak mengikat
b. Sumbangan dengan persyaratan
c. Usaha dan kerjasam dengan lembaga lain
d. Sumber-sumber lain yang sah
3. Harta benda kekayaan organisasi berasal dari :
a. Penggunaan Anggaran Belanja Organisasi
b. Sumbangan yang tidak mengikat
c. Sumbangan dengan persyaratan sumber-sumber lain yang sah.
4. Dewan pimpinan disetiap tingkat kepengurusan bertanggung jawab atas semua penggunaan
keuangan organisasi ditingkat kepengurusannya masing-masing.
5. Disetiap akhir tahun fiscal,Dewan pimpinan disetiap tingkat kepengurusan melaporkan
penggunaan keuangan organisasi kepada Dewan Pimpinan Pusat. Selanjutnya Dewan Pimpinan
Pusat Wajib melaporkan penggunaa seluruh keuangan organisasi pada setiap anggota.
6. Ketentuan dan pengaturan penggunaan keuangan organisasi diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART) organisasi.
13
SEKRETARIAT
Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat,Dewan Pimpinan Daerah dapat mengangkat tenaga
professional sebagai karyawan untuk menunjang kerja organisasi.
14
LEMBAGA SERTIFIKASI KOMPETENSI
1. Lembaga sertifikasi adalah kelengkapan organisasi APMI.
2. Lembaga Sertifikasi Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi selain Surat Ijin Mengemudi
(SIM) yang sudah jelas penyelenggaranya adalah Pihak Kepolisian Negara.
3. Lembaga Sertifikasi Kompetensi yang dimaksud adalah dalam kaitannya dengan penerapan
kaidah-kaidah dan standar-standar keselamatan berkendaraan.
4. Lembaga sertifikasi bersifat independent,tidak dapat dipengaruhi Dewan pengurus,Rapat
Anggota dan lembaga-lembaga lain dari luar organisasi .
5. Lembaga Sertifikasi Mengemudi berafiliasi dengan Lembaga Sertifikasi Nasional.
6. Keputusan Lembaga Sertifikasi Kompetensi Mengemudi adalah mutlak
7. Pimpinan dan Anggota Lembaga Sertifikasi Kompetensi Mengemudi dipilih dan diangkat oleh
Dewan Pimpinan Pusat Berasal dari kalangan professional,pejabat fungsional Lembaga
Negara,akademisi dan praktisi transportasi darat.
15
16
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
1. Perubahan Anggaran Dasar diteteapkan dan disyahkan oleh Rapat Anggota tingkat pusat yang
dihadiri oleh Perwakilan Anggota tingkat wilayah.
2. Ketentuan-ketentuan tentang Perubahan Anggaran Dasar diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).
17
PEMBUBARAN ORGANISASI
1. Pembubaran organisasi diputuskan oleh Musyawarah Anggota Luar Biasa.
2. Perubahan organisasi hanya dapat dilakukan dengan keputusan Munas yang diundang untuk
membicarakan pembubaran, dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya tiga perempat dari jumlah
anggota, serta keputusannya diambil oleh sekurang-kurangnya tiga perempat dari yang hadir.
3. Apabila APMI Pusat dibubarkan,maka harta benda/karyawan organisasi setelah
diperhitungkansegala hutang piutangnya diserahkan kepada badan-badan social yang
ditentukan MUNAS.
4. Ketentuan-ketentuan tentang pembubaran organisasi diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).
18
KETENTUAN PENUTUP
1. Anggaran Dasar ditetapkan dan disyahkan pada Rapat Pleno pembentukan Organisasi APMI di
Bandung pada tanggal 23 Juli 2019 dihadiri oleh para pendiri yang selanjutnya menjadi Anggota
organisasi APMI.
2. Hal-hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga (ART).
3. Anggaran Rumah Tangga sebagai penjaaran pelaksanaan Anggaran Dasar disyahkan oleh Rapat
Anggota tingkat pusat.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia
(APMI)
BAB I
UMUM
Pasal 1
Dasar Penyusunan
1) Anggaran Rumah Tangga disusun berdasarkan pada Anggaran Dasar APMI yang ditetapkan dan
disahkan dalam rapat Badan Pendiri di Bandung tanggal 14 Juni 2011.
2) Anggaran Rumah Tangga ini merupakan satu kesatuaan yang tidak terpisahkan dari Anggaran
Dasar APMI
BAB II
ORGANISASI, PENGURUS dan ANGGOTA
Pasal 2
Tempat Kedudukan
1) Pimpinan Pusat APMI Berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia atau Ibu Kota
Provinsi yang terdekat sebagai Pimpinan tertinggi yang mempimpin organisasi secara
keseluruhan
2) Pimpinan Daerah APMI berkedudukan di ibu koa Provinsi sebagai Pimpinan yang memimpin
organisasi ditingkat Provinsi
3) Pimpinan Cabang APMI berkedudukan di ibu kota Kabupaten atau Kota sebagai Pemimpin yang
memimpin organisasi ditingkat Kabupaten atau Kota
Pasal 3
Cabang
1) Cabang adalah kesatuan Penyelenggara APMI di Kabupaten/Kota yang terdiri dari sekurang-
kurangnya 5 (lima) lembaga yang pernah atau sedang meyelenggarakan program
2) Pengesahan pendirian Cabang dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan
Daerah
Pasal 4
Daerah
1) Daerah adalah kesatuan Cabang di Provinsi yang terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) cabang
yang berfungsi melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi serta pembinaan
administrasi dan penyelenggaraan amal usaha
2) Pengesahan pendirian daerah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
Pasal 5
Pengurus Pusat
Pasal 6
Pengurus Daerah
Pasal 8
Pemilihan Pengurus
Pasal 9
Masa Jabatan
1) Masa Jabatan Pengurus Daerah, Pengurus Cabang, sama dengan masa jabatan Pengurus Pusat.
2) Pergantian Pengurus Daerah, Pengurus cabang disesuaikan dengan pergantian Pengurus Pusat
dan pelaksanaannya dilakukan setelah Musyawarah Nasional.
Pasal 10
Keanggotaan
BAB III
MUSYAWARAH
Pasal 11
Musyawarah Nasoinal (Munas)
Pasal 12
Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub)
1) Munas Luar Biasa diadakan apabila keberadaan organisasi terancam dan/atau terjadi
kevacuman kepemimpinan
2) Undangan dan acara Munaslub harus sudah sampai kepada peserta selambat-lambatnya 1
(satu) bulan sebelumnya
3) Ketentuan-ketentuan pasal 17 berlaku bagi penyelenggaraan munaslub
Pasal 13
Musyawarah Daerah
1) Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pengurus Daerah.
2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib, dan susunan acara Musyawarah daerah diatur oleh
Pengurus Daerah.
3) Undangan dan acara Musyawarah Daerah dikirim kepada peserta selembat-lambatnya 1 (satu)
bulan sebelum Musyawarah Daerah berlangsung.
4) Musyawarah Wilayah dihadiri oleh :
a. Pengurus Daerah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Pengurus Pusat.
b. Pengurus Cabang yang jumlahnya ditetapkan oleh Pengurus Daerah
c. Wakil Cabang yang jumlahnya ditetapkan oleh Pengurus Daerah berdasarkan atas
pertimbangan jumlah anggotanya.
d. Undangan khusus dari kalangan organisasi yang ditentukan oleh Pengurus Daerah
e. Peninjau Musyawarah Daerah ialah mereka yang diundang oleh Pengurus Daerah
f. Peserta Musyawarah Daerah mempunyai hak suara dan hak bicara, kecuali Undangan
Khusus dan Peninjau yang hanya mempunyai hak bicara
Pasal 14
Musyawarah Cabang .
1) Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pengurus Daerah
2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib dan susunan acara Musyawarah Cabang diatur oleh
Pengurus Daerah.
3) Undangan acara Musyawarah Cabang dikirim kepada peserta selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan sebelum Musyawarah Cabang berlangsung.
4) Musyawarah Cabang dihadiri oleh :
a. Pengurus Cabang atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Pengurus Daerah.
b. Wakil Cabang yang jumlahnya ditetapkan oleh Pengurus Cabang.
c. Wakil Penyelenggara APMI yang jumlahnya yang ditetapkan oleh Pengurus Cabang.
d. Undangan khusus dari kalangan Organisasi yang ditentukan oleh Pengurus Daerah.
e. Peninjau Musyawarah Cabang ialah mereka yang diundang oleh Pengurus Cabang.
f. Peserta Musyawarah Cabang mempunyai hak suara dan hak bicara, kecuali undangan
khusus dan {eninjau yang hanya mempunyai hak bicara.
Pasal 15
Rapat Pimpinan
1) Rapat pimpinan adalah permusyawaratan dalam organisasi pada tingkat Pusat sampai dengan
Cabang yang berkedudukan dibawah Musyaarah pada masing-masing tingkatan yang diadakan
oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan organisasi untuk membicarakan permasalahan dan/atau
memutuskan kebijakan organisasi.
2) Acara rapat Pimpinan :
a. Laporan Pimpinan.
b. Masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya musyawarah.
c. Masalah yang oleh Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, atau menurut Musyawarah
diserahkan kepada Rapat Pimpinan.
d. Masalah yang akan dibicarakan dalam Musyawarah, sebagai pembicaraan pendahuluan.
e. Usul-usul.
3) Rapat Pimpinan pada setiap tingkatan diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu masa
jabatan.
4) Setiap Peserta Rapat Pimpinan mempunyai hak suara dan bicara.
Pasal 16
Keabsahan Musyawarah
1) Musyawarah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh dua pertiga anggota rapat
2) Apabila Anggota Musyawarah yang hadir tidak memenuhi jumlah dua pertiga, maka
musyawarah ditunda selama 1 (satu) jam dan setelah itu dapat dibuka kembali.apabila anggota
yang hadir masih belum memenuhi jumlah dua pertiga, maka musyawarah ditunda lagi selama 1
(satu) jam dan setelah itu dapat dibuka serta dinyatakan sah tanpa memandang jumlah
kehadiran Anggota Musyawarah.
Pasal 17
Keputusan Musyawarah
1) Keputusan Musyawarah diusahakan diambil dengan cara mufakat.
2) Apabila keputusan secara mufakat tidak tercapai maka dilakukan pemungutan suara dengan
suara terbanyak
3) Pemungutan suara dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup/rahasia
BAB IV
PELAPORAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
Laporan Tahunan
Pasal 19
Pengawasan
Bab V
KEUANGAN dan KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 20
Keuangan dan Kekayaan
1) Ketentuan-ketentuan tentang keuangan yang tercantum dalam Anggaran Dasar diatur oleh
Pimpinan Pusat.
2) Pengelolaan keuangan dalam organisasi diwujudkan melalui system Anggaran Pendapatan dan
Belanja Organisasi yang ketentuannya ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
3) Ketentuan-ketentuan tentang pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan organisasi ditetapkan
oleh Pimpinan Pusat
4) Pertanggungjawaban keuangan dan kekayaan organisasi pada Musyawarah pada setiap
tingkatan diperiksa keabsahannya oleh Tim Pemeriksa yang dibentuk oleh Rapat Pimpinan pada
setiap tingkartan
BAB VI
KETENTUAN LAIN DAN PENUTUP
Pasal 21
Ketentuan lain-lain
1) Organisasi menggunakan Tahun Takwim dimulai pada tanggal 1 januari dan terakhir pada
tanggal 31 Desember.
2) a.Surat resmi organisasi ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris
b.Surat resmi mengenai masalah keuangan ditandatangani oleh Ketua bersama Bendahara
c.Surat-surat yang bersifat rutin dapat ditandatangi oleh sekretaris
Pasal 22
Penutup
Anggaran Rumah Tangga ini telah dilakukan perubahan pertama dan telah ditetapkan /disyahkan
pada Rapat Kordinasi Nasional APMI di Bandung pada tanggal 23 Juli 2019 dihadiri oleh Pendiri,
Pengurus DPP APMI dan DPD APMI.
Bandung , 23 Juli 2019