Anda di halaman 1dari 20

Pembentukan

ASOSIASI
PELATIHAN MENGEMUDI INDONESIA
(APMI)

Bandung
Juni 2011
Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia
(APMI)

Kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Departemen
Perhubungan RI mencatat, pada tahun 2009 telah terjadi kecelakaan sebanyak 216 kejadian per hari.
Dari jumlah tersebut 110 korban meninggal dunia.

Dirjen Perhubungan Darat mengatakan bahwa korban kecelakaan lalu lintas didominasi oleh usia
15-20tahun. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah keprihatinan tersendiri bagi keberadaan
generasi penerus bangsa.

Sebuah survey yang dilakukan di beberapa sekolah SMA di Bandung baru-baru ini, 71% pelajar SMA
pernah mengalami kecelakaan lalu lintas. Data dari beberapa media bahkan menunjukan bahwa di
beberapa daerah pelajar mendominasi persentase korban kecelakaan lalu lintas. Di Bantul Jawa
Tengah 75% dari kecelakaan lalu lintas korbannya adalah pelajar, di Sumatra Utara 80% korban
kecelakaan adalah pejar, dan di Pemalang malah mencapai 85%.

Peran Pendidikan Non Formal dalam keselamatan berkendaraan

Densitas kendaraan sepeda motor di Indonesia pada akhir tahun 2008 mencapai 1:4,5 ( AISI
mencatat jumlah sepeda motor sampai tahun 2008 mencapai 49 juta unit dan jumlah penduduk
sekitar 225 juta), yang berarti terdapat 1 unit sepeda motor setiap 4,5 orang penduduk Indonesia.
Setiap tahun, penjualan mobil dapat mencapai 600.000 unit, berarti setiap bulannya rata-rata ada
50.000 unit mobil baru yang semakin menambah sesak di jalan. Padahal pertumbuhan luas jalan
tidak secepat pertumbuhan jumlah kendaraan.

Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan sarana jalan sebagai
ruang berlalu lintas yang aman akan meningkatkan resiko yang semakin besar dalam berlalu lintas.
Satu hal yang dipandang sangat penting untuk dilaksanakan dalam mengurangi resiko kecelakaan
lalu lintas adalah perlunya edukasi tentang perilaku aman dan teknik berkendaraan yang selalu
mengutamakan keselamatan. Selain itu, tidak jarang piranti teknologi yang terdapat pada mobil-
mobil baru belum difahami dengan benar oleh pemakainya.

Pendidikan Non Formal mempunyai peran yang sangat penting dalam hal ini. Malului lembaga
pelatihan Teknik Mengemudi, masyarakat tidak hanya belajar tentang bagaimana cara
mengemudikan kendaraan semata, tapi selain itu siswa mendapatkan pendidikan sikap bagaimana
agar dapat mengemudikan kendaraan dengan aman. Lembaga Pelatihan Teknik Mengemudi harus
fokus dalam melaksanakan pelatihan tentang keselamatan berkendaraan bagi semua lapisan
masyarakat, baik untuk mobil maupun sepeda motor.
Manusia modern sekarang ini, tidak dapat lepas dari kebutuhan transportasi. Setiap aktifitasnya,
dari pagi hingga malam, dari anak kecil hingga dewasa, bahkan dari sejak lahir sampai meninggal,
manusia membutuhkan transportasi. Dan yang mempunyai peran utama dalam mengantarkan kita
saat kita berkendaraan adalah pengemudinya. Pengemudi adalah outcome dari Pendidikan Non
Formal.

Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia (APMI)

Satu hal yang penting untuk segera dilakukan adalah perlunya pengumpulan sumber daya program-
program pendidikan mengemudi sehingga terbentuk upaya pengembangan pemikiran dan praktek
pelatihan mengemudi yang lebih baik. Disamping itu diperlukan pula suatu upaya untuk memandang
pentingnya pelatihan mengemudi sebagi suatu disiplin yang spesifik dan sangat dibutuhkan dalam
upaya pengembangan dan pembangunan moral dan disiplin berlalulintas bangsa Indonesia. Dalam
kesempatan ini diperlukan wadah untuk seluruh lembaga pelatihan mengemudi, dalam bentuk
asosiasi lembaga-lembaga pelatihan pengemudi di Indonesia.

Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia (APMI) merupakan organisasi perhimpunan lembaga


pelatihan mengemudi yang ada di Indonesia. Asosiasi ini terbentuk mengingat pentingnya
keterampilan mengemudi yang baik dalam mendukung pembangunan nasional. APMI ingin
mengumpulkan sumber-sumber daya di berbagai lembaga pendidikan/pelatihan di Indonesia agar
status kemajuan pelatihan mengemudi di Indonesia dapat di dorong kedepan, menuju pada makin
konkritnya peran pelatihan mengemudi didalam kehidupan bangsa Indonesia.
MUKADIMAH

Keterampilan Mengemudi adalah keterampilan yang sangat diperlukan untuk Indonesia Modern.
Dalam Pembangunan Bangsa, akan semakin banyak barang dan manusia yang diangkut dan
dipindahkan memerlukan alat transportasi. Hal ini akan terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya pembangunan Negara. Kendaraan pun jumlahnya akan semakin meningkat pula.

Keterampilan Mengemudi tidaklah semudah yang tampak di mata. Mengemudi bukan sekedar
mampu menjalankan kendaraan, tetapi keterampilan dan tidakan yang cepat dalam meminimalkan
resiko, pengelolaan emosi, dan tanggung jawab yang besar. Baik tanggung jawab kepada
penumpang atau barang yang dibawanya, juga tanggung jawab kepada pengguna jalan yang laing,
serta tanggung jawab kepada keluarga.

Untuk itu semua, maka diperlukan Lembaga Pelatihan Mengemudi yang Bertanggung jawab, yang
mempunyai mutu pelatihan dan sarana yang menunjang seluruh kebutuhan keselamatan
berkendaraan dalam mendukung Pembangunan Indonesia.

Bahwa atas dasar pemikiran di atas, dibentuklah Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia yang
disingkat APMI yang mewadahi seluruh Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Mengemudi,Kursus
Mengemudi atau Lembaga Sejenis lainnya, untuk menyatukan VISI dan MISI .

Dengan memohon ridho Tuhan Yang Maha Esa, maka pada hari ini Selasa,tanggal 14 Juni 2011
bertempat di Bandung,berdirilah organisasi Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia (APMI)

Pendiri:
Berry Herlambang
ANGGARAN DASAR
Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia
(APMI)

LANDASAN IDIIL

Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara 1945

LANDASAN MATERIIL

1. Pendidikan adalah harkat Bangsa dan Negara.. Dengan pendidikan yang berkualitas maka
kesejahtaan masyarakat dapat diwujudkan sebaik-baiknya.
2. Disiplin, Tertib dan Etika,merupakan dasar tujuan dalam segala bidang pendidikan,
pengajaran dan kegiatan belajar mengajar.
3. Keselamatan adalah hal yang harus diutamakan dari setiap aktivitas.

3
AZAS ORGANISASI
Azas organisasi APMI adalah Gotong Royong dan Kebersamaan

4
TUJUAN ORGANISASI

APMI adalah organisasi profesi pelatihan mengemudi yang memiliki tujuan :


1. Membangun kerjasama antar anggota dalam meningkatkan pelayanan dan kesempatan
pendidikan dan pelatihan mengemudi kepada masyarakat luas.
2. Menggalang potensi-potensi internal yang dimiliki para anggota menjadi menjadi kekuatan
sinergik dan secara bersama-sama menjadikannya sebagai agen-agen penyebaran
kedisiplinan melalui pendidikan dan pelatihan mengemudi.
3. Meningkatkan kemampuan anggota dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
mengemudi, sehingga memenuhi syarat-syarat professional yang disepakati dalam
organisasi APMI.
4. Mendukung upaya pemerintah dalam membangun dan membina pengemudi yang memiliki
kompetensi yang sesuai dengan yang disyaratkan.
5. Menggalang kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki idealisme dan perhatian dalam
bidang pendidikan dan pelatihan yang profesional, yang dapat menciptakan pengemudi yang
berkompeten.

5
VISI dan MISI
1. VISI : Terbentuknya lembaga pendidikan dan pelatihan mengemudi yang dapat menciptakan
pengemudi yang kompeten di masyarakat, yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan mengamudi yang memadai, serta memiliki perilaku disiplin dan aman
berlalu lintas untuk mendukung pembangunan nasional.
2. MISI : -Meningkatkan kompetensi pendidikan dan pelatihan yang mengutamakan prinsip-
prinsip keselamatan berkendaraan.
-Mengembangkan sarana dan prasarana serta materi pembelajaran yang sesuai dengan
keperkembangan teknologi keselamatan dan teknologi transportasi terkini.
-Membangun kemitraan dengan pemerintah dan institusi lain

6
WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
1. APMI didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
2. Dewan Pimpinan Pusat Organisasi APMI berkedudukan di Ibu Kota Negara atau Ibu Kota
Provinsi yang dekat dengan Ibu Kota Negara.
3. Dewan Pimpinan Daerah Organisasi dibentuk disetiap Daerah Provinsi berkedudukan di ibu kota
provinsi atau yang dekat dengan ibu kota provinsi.

7
KEANGGOTAAN
1. Anggota APMI adalah Sekolah Mengemudi, Lembaga Pelatihan Mengemudi, atau lainya yang
sejenis.
2. Anggota APMI harus mempunyai ijin resmi dari dinas terkait dan atau berbentuk Badan Hukum
yang sah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
3. Anggota APMI sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diatas diwakili satu orang yang ditunjuk
dan mendapat mandat, memiliki 1 (satu) suara.
4. Ketentuan dan tata cara keanggotaan diatur pada Anggaran Rumah Tangga (ART) APMI.

8
ANGGOTA LUAR BIASA
1. Anggota Luar Biasa adalah perorangan yang karena dedikasinya kepada organisasi APMI
dan/atau bidang pendidikan nasional khususnya pendidikan dan pelatihan mengemudi berhak
mendapat kehormatan sebagai Anggota Luar Biasa.
2. Anggota Luar Biasa dipilih dan diangkat oleh Dewan Pimpinan pusat atas prakarsa sendiri atau
usulan dari Dewan Pimpinan Daerah.
3. Keanggotan Anggota Luar Biasa bersifat seumur hidup, kecuali apabila yang bersangkutan
menyatakan mengundurkan diri, meninggal dunia atau ditentukan lain oleh Rapat Anggota.
4. Anggota Luar Biasa tidak memiliki Hak Suara dalam rapat-rapat organisasi.
5. Tata cara pemilihan dan pengangkatan Anggota Luar Biasa diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga (ART) organisasi APMI.

9
KEDAULATAN
1. Kedaulatan organisasi berada pada Anggota yang diwujudkan dalam :
a. Rapat Anggota ditingkat Pusat, dihadiri oleh Perwakilan Anggota Daerah
b. Rapat Anggota ditingkat Daerah,dihadiri oleh masing-masing perwakilan dari Lembaga
Pelatihan yang terdaftar sebagai anggota.

2. Perwakilan Anggota dibentuk oleh Anggota sesuai tingkat hirarkisnya.


3. Musyawarah Nasional organisasi diselenggarakan dan hadiri oleh Dewan Pimpinan
Pusat,Dewan Pimpinan Daerah, dan Perwakilan Anggota untuk Setiap 5 (lima) tahun
4. Musyawarah Luar Biasa adalah sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 1/2 ditambah 1 (satu)
Perwakilan Anggota Daerah. Diselengarakan berdasarkan permintaan 2/3 jumlah Anggota
organisasi APMI
5. Rapat Anggota,Musyawarah Nasional dan Musyawarah Luar Biasa adalah perangkat organisasi
dan merupakan kekusaan tertinggi organisasi APMI.
6. Ketentuan dan mekanisme Rapat Anggota, Musyawarah Nasional Dan Musyawarah Luar Biasa
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga organisasi (ART).

10

DEWAN PEMBINA

1. Dewan Pembina terdiri dari empat unsur :


a. Kementerian Pendidikan Nasional
b. Kementerian Ketenagakerjaan
c. Kepolisian Republik Indonesia
d. Kemeterian Perhubungan
2. Dewan Pembina Sekurang-kurangnya terdiri dari satu orang untuk setiap unsur.
3. Dewan Pembina merupakan Anggota Luar Biasa Organisasi, dipilih dan diangkat Dewan
Pengurus Pusat Berdasarkan kesediaan yang bersangkutan untuk waktu yang tidak ditentukan.
4. Dewan Pembina merupakan lembaga fasilitator orgaisasi dalam kegiatan-kegiatan pembinaan
anggota dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
11
DEWAN PIMPINAN
1. Dewan Pimpinan APMI adalah perangkat organisasi tertinggi ditingkatnya masing-masing.
Dipilih dan diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun oleh Perwakilan Anggota.
2. Dewan pimpinan dibentuk dan diputuskan oleh dan Rapat Anggota.
3. Dewan Pimpinan bertugas untuk melaksanakan tujuan organisasi sesuai dengan uraian yang
tertuang dalam pasal (4) Anggaran Dasar Organisasi APMI,keputusan Rapat Anggota di masing-
masing tingkatan, Musyawarah Nasional dan Musyawarah Luar Biasa dan ketentuan-ketentuan
dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) organisasi.
4. Tata cara pemilihan dan pengangkatan diatur dalam Anggaran Rumah TAngga (ART) organisasi
APMI.

12
KEUANGAN DAN HARTA BENDA ORGANISASI
1. Sumber keuangan utama organisasi berasal dari :
a. Uang Pangkal Anggota
b. Iuran Anggota setiap periode tertentu
2. Sumber keuangan penunjang organisasi berasal dari :
a. Sumbangan yang tidak mengikat
b. Sumbangan dengan persyaratan
c. Usaha dan kerjasam dengan lembaga lain
d. Sumber-sumber lain yang sah
3. Harta benda kekayaan organisasi berasal dari :
a. Penggunaan Anggaran Belanja Organisasi
b. Sumbangan yang tidak mengikat
c. Sumbangan dengan persyaratan sumber-sumber lain yang sah.
4. Dewan pimpinan disetiap tingkat kepengurusan bertanggung jawab atas semua penggunaan
keuangan organisasi ditingkat kepengurusannya masing-masing.
5. Disetiap akhir tahun fiscal,Dewan pimpinan disetiap tingkat kepengurusan melaporkan
penggunaan keuangan organisasi kepada Dewan Pimpinan Pusat. Selanjutnya Dewan Pimpinan
Pusat Wajib melaporkan penggunaa seluruh keuangan organisasi pada setiap anggota.
6. Ketentuan dan pengaturan penggunaan keuangan organisasi diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART) organisasi.

13
SEKRETARIAT
Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat,Dewan Pimpinan Daerah dapat mengangkat tenaga
professional sebagai karyawan untuk menunjang kerja organisasi.
14
LEMBAGA SERTIFIKASI KOMPETENSI
1. Lembaga sertifikasi adalah kelengkapan organisasi APMI.
2. Lembaga Sertifikasi Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi selain Surat Ijin Mengemudi
(SIM) yang sudah jelas penyelenggaranya adalah Pihak Kepolisian Negara.
3. Lembaga Sertifikasi Kompetensi yang dimaksud adalah dalam kaitannya dengan penerapan
kaidah-kaidah dan standar-standar keselamatan berkendaraan.
4. Lembaga sertifikasi bersifat independent,tidak dapat dipengaruhi Dewan pengurus,Rapat
Anggota dan lembaga-lembaga lain dari luar organisasi .
5. Lembaga Sertifikasi Mengemudi berafiliasi dengan Lembaga Sertifikasi Nasional.
6. Keputusan Lembaga Sertifikasi Kompetensi Mengemudi adalah mutlak
7. Pimpinan dan Anggota Lembaga Sertifikasi Kompetensi Mengemudi dipilih dan diangkat oleh
Dewan Pimpinan Pusat Berasal dari kalangan professional,pejabat fungsional Lembaga
Negara,akademisi dan praktisi transportasi darat.

15

KETENTUAN LEMBAGA SERTIFIKASI KOMPETENSI MENGEMUDI

1. Lembaga Sertifikasi Kompetensi Mengemudi mengeluarkan Sertifikat untuk Instruktur dan


Peserta Didik Anggota APMI, serta sertifikasi profesi atau sertifikasi kompetensi pengemudi
yang telah diuji pada tempat uji kompetensi anggota APMI
2. Tata cara (system) kerja keluar dan kedalam diatur oleh Pengelola Lembaga Sertifikasi
Mengemudi.

16
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
1. Perubahan Anggaran Dasar diteteapkan dan disyahkan oleh Rapat Anggota tingkat pusat yang
dihadiri oleh Perwakilan Anggota tingkat wilayah.
2. Ketentuan-ketentuan tentang Perubahan Anggaran Dasar diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).

17
PEMBUBARAN ORGANISASI
1. Pembubaran organisasi diputuskan oleh Musyawarah Anggota Luar Biasa.
2. Perubahan organisasi hanya dapat dilakukan dengan keputusan Munas yang diundang untuk
membicarakan pembubaran, dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya tiga perempat dari jumlah
anggota, serta keputusannya diambil oleh sekurang-kurangnya tiga perempat dari yang hadir.
3. Apabila APMI Pusat dibubarkan,maka harta benda/karyawan organisasi setelah
diperhitungkansegala hutang piutangnya diserahkan kepada badan-badan social yang
ditentukan MUNAS.
4. Ketentuan-ketentuan tentang pembubaran organisasi diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).
18

KETENTUAN PENUTUP

1. Anggaran Dasar ditetapkan dan disyahkan pada Rapat Pleno pembentukan Organisasi APMI di
Bandung pada tanggal 23 Juli 2019 dihadiri oleh para pendiri yang selanjutnya menjadi Anggota
organisasi APMI.
2. Hal-hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga (ART).
3. Anggaran Rumah Tangga sebagai penjaaran pelaksanaan Anggaran Dasar disyahkan oleh Rapat
Anggota tingkat pusat.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia
(APMI)

BAB I
UMUM

Pasal 1
Dasar Penyusunan

1) Anggaran Rumah Tangga disusun berdasarkan pada Anggaran Dasar APMI yang ditetapkan dan
disahkan dalam rapat Badan Pendiri di Bandung tanggal 14 Juni 2011.
2) Anggaran Rumah Tangga ini merupakan satu kesatuaan yang tidak terpisahkan dari Anggaran
Dasar APMI

BAB II
ORGANISASI, PENGURUS dan ANGGOTA

Pasal 2
Tempat Kedudukan

1) Pimpinan Pusat APMI Berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia atau Ibu Kota
Provinsi yang terdekat sebagai Pimpinan tertinggi yang mempimpin organisasi secara
keseluruhan
2) Pimpinan Daerah APMI berkedudukan di ibu koa Provinsi sebagai Pimpinan yang memimpin
organisasi ditingkat Provinsi
3) Pimpinan Cabang APMI berkedudukan di ibu kota Kabupaten atau Kota sebagai Pemimpin yang
memimpin organisasi ditingkat Kabupaten atau Kota

Pasal 3
Cabang

1) Cabang adalah kesatuan Penyelenggara APMI di Kabupaten/Kota yang terdiri dari sekurang-
kurangnya 5 (lima) lembaga yang pernah atau sedang meyelenggarakan program
2) Pengesahan pendirian Cabang dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan
Daerah
Pasal 4
Daerah

1) Daerah adalah kesatuan Cabang di Provinsi yang terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) cabang
yang berfungsi melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi serta pembinaan
administrasi dan penyelenggaraan amal usaha
2) Pengesahan pendirian daerah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.

Pasal 5
Pengurus Pusat

1) Pengurus pusat menetapkan kebijakan organisasi berdasarkan keputusan Munas, serta


memimpin dan mengendalikan pelaksanaanya.
2) Pengurus pusat membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang bagi para anggotanya.
3) Kantor pusat berkedudukan di ibu kota Negara atau Ibu Kota Provinsi yang dekat dengan Ibu
Kota Negara Republik Indonesia.
4) Pengurus pusat mengurus Pimpinan Harian yang sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Umum, dan Bendaraha Umum

Pasal 6
Pengurus Daerah

1) Pengurus Daerah mempunyai fungsi dan tugas:


a. Menetapkan kebijakan organisasi di Provinsinya berdasarkan kebijakan Pengurus Pusat dan
Keputusan Musyawarah/Rapat Pimpinan tingkat daerah, memimpin serta mengendalikan
pelaksanaannya.
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan Pengurus Pusat.
c. Melakukan Pembinaan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan kegiatan peningkatan
kualitas program APMI dan kemitraan di Kabupaten/Kota
2) Pengurus Daerah berkantor di ibu kota Provinsi.
3) Pengurus Daerah menetapkan Pimpinan Harian yang sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua,
Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara Umum.
Pasal 7
Pengurus Cabang

1) Pengurus Cabang mempunyai fungsi dan tugas:


1) Menetapkan kebijakan organisasi di Kabupaten/Kota berdasarkan kebijakan Pimpinan
diatasnya dan keputusan Musyawarah/Rapat Pimpinan tingkat Kabupaten/Kota, memimpin
serta mengendalikan pelaksanaannya.
2) Memimpina dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan/instruksi Pengurus Pusat dan
Pengurus Daerah.
3) Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan kegiatan peningkatan
kualitas program APMI dan Kemitraan di Kabupaten/Kota.
2) Pengurus Cabang berkantor di ibu kota Kabupaten/Kota.
3) Pengurus Cabang menetapkan Pimpinan Harian yang sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua,
Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.

Pasal 8
Pemilihan Pengurus

1) Syarat menjadi Pengurus organisasi:


a. Setia kepada prinsip-prinsip dasar perjuangan organisasi APMI
b. Dapat menjadi teladan dalam organisasi
c. Taat kepada garis kebijakan pimpinan organisasi
d. Memiliki kecakapan dan mampu menjalankan tugasnya.
e. Berpengalaman dalam kepemimpinan di lingkungan organisasi dalam hal pendidikan/
pelatihan mengemudi.
2) Penyimpangan dari ketentuan ayat (1) pasal ini hanya dilakukan atas keputusan Pimpinan Pusat.
3) Pemilihan Pengurus dapat dilakukan secara langsung atau formatur atas musyawarah masing-
masing.
4) Pelaksanaan pemilihan Pengurus dilakukan oleh panitia pemilihan dengan ketentuan :
a. Panitia Pemilihan Pengurus Pusat ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
b. Panitian Pemilihan Pengurus Daerah, Pengurus Cabang ditetapkan oleh Rapat Pimpinan atas
usul Pimpinan Organisasi pada setiap tingkatan.
5) Pelaksanaan pemilihan Pengurus diatur berdasarkan tata tertib pemilihan dengan ketentuan :
a. Tata tertib pemilihan Pengurus Pusat ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
b. Tata tertib pemilihan Pengurus Daerah, Pengurus Cabang ditetapkan oleh Rapat Pimpinan
atas usul pimpinan organisasi pada setiap tingkatan

Pasal 9
Masa Jabatan

1) Masa Jabatan Pengurus Daerah, Pengurus Cabang, sama dengan masa jabatan Pengurus Pusat.
2) Pergantian Pengurus Daerah, Pengurus cabang disesuaikan dengan pergantian Pengurus Pusat
dan pelaksanaannya dilakukan setelah Musyawarah Nasional.
Pasal 10
Keanggotaan

1) Anggota APMI harus memenuhi persyaratan sbb :


a. Warga Negara Indonesia
b. Laki-laki dan perempuan yang sudah berumur 21 tahun atau sudah menikah.
c. Menyetujui maksud dan tujuan organisasi
d. Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha organisasi.
e. Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal yang besarnya ditetapkan oleh Pengurus
Pusat
2) Tata cara permintaan menjadi anggota diatur sbb :
a. Mengajukan secara tertulis kepada Pengurus Pusat dengan menisci surat isian yang telah
ditetapkan disertai kelengkapan syarat-syaratnya melalui Pengurus Daerah.
b. Pengurus Daerah meneruskan permintaan tersebutt kepada Pengurus Pusat dengan disertai
pertimbangannya.
3) Pengurus Pusat dapat memberi Kartu Tanda Anggota Organisasi kepada calon yang telah
disetujui melalui Pengurus Cabang yang bersangkutan.
4) Pengurus Pusat dapat melimpahkan wewenang penerimaan permintaan menjadi anggota dan
memberikan Kartu Tanda Anggota kepada Pengurus Pusat untuk masing-masing daerah yang
dimaksudkan.
5) Kewajiban Anggota :
a. Menjaga nama baik dan setia kepada organisasi serta perjuangannya.
b. Berpegang teguh kepada Kepribadian serta Keyakinan dan cita-cita Hidup Organisasi.
c. Taat kepada peraturan organisasi, keputusan-keputusan musyawarah, dan kebijakn
Pengurus pusat.
6) Hak anggota :
a. Menyatakan pendapat, memilih, dan dipilih dalam suatu pemusyawaratan.
b. Hak anggota dilaksanakn sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam organisasi.
7) Berakhirnya Keanggotaan :
a. Meninggal dunia
b. Atas permintaan sendiri.
c. Keputusan Pengurus Pusat karena melanggar disiplin organisasi dan merusak nama baik
organisasi.
8) Tata cara pemberhentian anggota :
a. Pengurus Cabang berdasarkan bukti yang dapat dipertanggung jawabkan mengusulkan
pemberhentian anggota kepada Pengurus Cabang.
b. Pengurus Daerah, setelah melukukan penelitian, dan pemberhentian anggota kepada
Pengurus Pusat.
c. Pengurus Daerah, selama menunggu proses pengusulan pemberhentian anggota kepada
Pengurus pusat, dapat melakukan pemberhentian sementara (skorsing) yang berlaku paling
lama 6 bulan.
d. Pengurus Pusat, setelah menerima usulan pemberhentian anggota memutuskan,
memberhentikan atau tidak memberhentikan 6 (enam) bulan sejak diusulkan oleh Pengurus
Daerah.
e. Anggota yang diusulkan pemberhentian anggotanya selama proses pengusulan berlangsung,
dapat mengajukan keberatan kepada Pengurus cabang,, Pengurus Daerah, dan Pengurus
Pusat. Sedangkan setelah keputusan pemberhentian dikeluarkan, yang bersangkutan dapat
mengajukan keberatan kepada Pengurus Pusat.
f. Pengurus Pusat membentuk suatu tim yang diserahi tugas untuk mempelajari keberatan
yang diajukan oleh anggota yang diberhentikan dan kemudian Pengurus Pusat memberikan
keputusan akhir setelah mendengarkan pertimbangan tim.
g. Keputusan pemberhentian anggota diumumkan dalam Berita Resmi APMI.
9) Pengurus dalam organisasi yang telah habis masa jabatan, tetap menjalankan tugasnya sampai
dilakukan serah terima dengan Pengurus yang baru.
10) Setiap pergantian Pengurus organisasi harus menjamin adanya peningkatan kinerja,
penyegaran dan kaderisasi Pengurus.

BAB III
MUSYAWARAH

Pasal 11
Musyawarah Nasoinal (Munas)

1) Munas diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pengurus Pusat.


2) ketentuan tentang pelaksanaan,tata tertib dan susunan acara Munas diatur oleh Pengurus
Pusat.
3) Undangan dan acara Munas dikirim pada peserta Munas selambat-lambatnya.1 (satu) bulan
sebelum Munas berlangsung.
4) Peserta Munas terdiri dari::
a. Pengurus Pusat.
b. Pengurus Daerah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Pengurus Pusat.
c. Pengurus Cabang atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Pengurus Daerah.
d. Undangan khusus dari kalangan organisasi yang ditentukan oleh Pengurus Pusat.
e. Peninjau muktamar, ialah mereka yang diundang oleh Pengurus Pusat.
5) Peserta Munas mempunyai hak suara dan hak bicara, kecuali undangan khusus dan peninjau
yang hanya mempunyai hak bicara.

Pasal 12
Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub)

1) Munas Luar Biasa diadakan apabila keberadaan organisasi terancam dan/atau terjadi
kevacuman kepemimpinan
2) Undangan dan acara Munaslub harus sudah sampai kepada peserta selambat-lambatnya 1
(satu) bulan sebelumnya
3) Ketentuan-ketentuan pasal 17 berlaku bagi penyelenggaraan munaslub
Pasal 13
Musyawarah Daerah

1) Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pengurus Daerah.
2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib, dan susunan acara Musyawarah daerah diatur oleh
Pengurus Daerah.
3) Undangan dan acara Musyawarah Daerah dikirim kepada peserta selembat-lambatnya 1 (satu)
bulan sebelum Musyawarah Daerah berlangsung.
4) Musyawarah Wilayah dihadiri oleh :
a. Pengurus Daerah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Pengurus Pusat.
b. Pengurus Cabang yang jumlahnya ditetapkan oleh Pengurus Daerah
c. Wakil Cabang yang jumlahnya ditetapkan oleh Pengurus Daerah berdasarkan atas
pertimbangan jumlah anggotanya.
d. Undangan khusus dari kalangan organisasi yang ditentukan oleh Pengurus Daerah
e. Peninjau Musyawarah Daerah ialah mereka yang diundang oleh Pengurus Daerah
f. Peserta Musyawarah Daerah mempunyai hak suara dan hak bicara, kecuali Undangan
Khusus dan Peninjau yang hanya mempunyai hak bicara

Pasal 14
Musyawarah Cabang .

1) Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pengurus Daerah
2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib dan susunan acara Musyawarah Cabang diatur oleh
Pengurus Daerah.
3) Undangan acara Musyawarah Cabang dikirim kepada peserta selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan sebelum Musyawarah Cabang berlangsung.
4) Musyawarah Cabang dihadiri oleh :
a. Pengurus Cabang atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Pengurus Daerah.
b. Wakil Cabang yang jumlahnya ditetapkan oleh Pengurus Cabang.
c. Wakil Penyelenggara APMI yang jumlahnya yang ditetapkan oleh Pengurus Cabang.
d. Undangan khusus dari kalangan Organisasi yang ditentukan oleh Pengurus Daerah.
e. Peninjau Musyawarah Cabang ialah mereka yang diundang oleh Pengurus Cabang.
f. Peserta Musyawarah Cabang mempunyai hak suara dan hak bicara, kecuali undangan
khusus dan {eninjau yang hanya mempunyai hak bicara.

Pasal 15
Rapat Pimpinan
1) Rapat pimpinan adalah permusyawaratan dalam organisasi pada tingkat Pusat sampai dengan
Cabang yang berkedudukan dibawah Musyaarah pada masing-masing tingkatan yang diadakan
oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan organisasi untuk membicarakan permasalahan dan/atau
memutuskan kebijakan organisasi.
2) Acara rapat Pimpinan :
a. Laporan Pimpinan.
b. Masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya musyawarah.
c. Masalah yang oleh Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, atau menurut Musyawarah
diserahkan kepada Rapat Pimpinan.
d. Masalah yang akan dibicarakan dalam Musyawarah, sebagai pembicaraan pendahuluan.
e. Usul-usul.
3) Rapat Pimpinan pada setiap tingkatan diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu masa
jabatan.
4) Setiap Peserta Rapat Pimpinan mempunyai hak suara dan bicara.

Pasal 16
Keabsahan Musyawarah

1) Musyawarah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh dua pertiga anggota rapat
2) Apabila Anggota Musyawarah yang hadir tidak memenuhi jumlah dua pertiga, maka
musyawarah ditunda selama 1 (satu) jam dan setelah itu dapat dibuka kembali.apabila anggota
yang hadir masih belum memenuhi jumlah dua pertiga, maka musyawarah ditunda lagi selama 1
(satu) jam dan setelah itu dapat dibuka serta dinyatakan sah tanpa memandang jumlah
kehadiran Anggota Musyawarah.

Pasal 17
Keputusan Musyawarah
1) Keputusan Musyawarah diusahakan diambil dengan cara mufakat.
2) Apabila keputusan secara mufakat tidak tercapai maka dilakukan pemungutan suara dengan
suara terbanyak
3) Pemungutan suara dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup/rahasia

BAB IV
PELAPORAN DAN PENGAWASAN

Pasal 18
Laporan Tahunan

1) Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang berkewajiban membuat laporan tahunan tentang


perkembangan organisasi, yang disampaikan kepada pimpinan diatasnya untuk dipelajari dan
ditindaklanjuti.
2) Pimpinan Pusat membuat laporan Tahunan organisasi dan diumumkan melalui Berita Resmi
organisasi.

Pasal 19
Pengawasan

1) Pimpinan organisasi pada setiap tingkatan berkewajiban melakukan pengawasan terhadap


pengelolaan keuangan da kekayaan organisasi.
2) Apibila terdapat penyimpangan dalam pengelolaan dalam keuangan dan kekayaan organisasi
maka pelakunya diberi sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bab V
KEUANGAN dan KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 20
Keuangan dan Kekayaan

1) Ketentuan-ketentuan tentang keuangan yang tercantum dalam Anggaran Dasar diatur oleh
Pimpinan Pusat.
2) Pengelolaan keuangan dalam organisasi diwujudkan melalui system Anggaran Pendapatan dan
Belanja Organisasi yang ketentuannya ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
3) Ketentuan-ketentuan tentang pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan organisasi ditetapkan
oleh Pimpinan Pusat
4) Pertanggungjawaban keuangan dan kekayaan organisasi pada Musyawarah pada setiap
tingkatan diperiksa keabsahannya oleh Tim Pemeriksa yang dibentuk oleh Rapat Pimpinan pada
setiap tingkartan

BAB VI
KETENTUAN LAIN DAN PENUTUP

Pasal 21
Ketentuan lain-lain

1) Organisasi menggunakan Tahun Takwim dimulai pada tanggal 1 januari dan terakhir pada
tanggal 31 Desember.
2) a.Surat resmi organisasi ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris
b.Surat resmi mengenai masalah keuangan ditandatangani oleh Ketua bersama Bendahara
c.Surat-surat yang bersifat rutin dapat ditandatangi oleh sekretaris

Pasal 22
Penutup

Anggaran Rumah Tangga ini telah dilakukan perubahan pertama dan telah ditetapkan /disyahkan
pada Rapat Kordinasi Nasional APMI di Bandung pada tanggal 23 Juli 2019 dihadiri oleh Pendiri,
Pengurus DPP APMI dan DPD APMI.
Bandung , 23 Juli 2019

Dewan Pengurus Pusat


Asosiasi Pelatihan Mengemudi Indonesia

Ketua Umum Sekretaris Umum

Berry Herlambang Syamsul Bahri, SIP., SE.

Anda mungkin juga menyukai