Anda di halaman 1dari 11

Destilasi-Dehidrasi Bioetanol dari Nira

Aren dan Karakteristiknya

A. LAY, P.M. PASANG DAN TEUKU A. IQBAL

Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado


Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado 95001
Diterima 14 September 2010 / Direvisi 12 Oktober 2010 / Disetujui 30 November 2010

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Bengkel Rakayasa Alat Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma
L ain, selama bulan A gustus-Desember 2009. Penelitian menggunakan metode observasi
terhadap proses destilasi dan dehidrasi bioetanol. Perlakuan terdiri dari: kondisi bahan baku
etanol dengan karakteristik beragam. Sampel yang dianalisisi sebanyak 25 sampel. Proses
pengolahan bioetanol menggunakan destilator-dehidrator sistem sinambung. Pengamatan
meliputi karakteristik suhu destilasi, bahan olah dan bioetanol hasil pengolahan serta neraca
massa. A nalisis data menggunakan regresi berganda dengan metode OL S (Ordinary least
squares). H asil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik bioetanol dengan kadar etanol
tinggi, mengandung kadar gula yang tinggi dan larutan bersifat netral, sedangkan yang
berkadar etanol rendah mengandung kadar gula rendah dan bersifat masam. Pada proses
destilasi-dehidrasi bioetanol dengan suhu terkontrol, akan meningkatkan kadar etanol, kadar
gula dan pH bioetanol. Bioetanol dengan kadar etanol 95,0-96,0 % mengandung kadar gula 18,0-
18,5 % dengan pH 7,0-7,38. Bioetanol dengan kadar etanol 30,0-35,0 % didestilasi dan dehidrasi
menghasilkan bioetanol kadar 95,0-96,0 % sebanyak 29,1 % .

Kata kunci: Nira aren, destilasi, dehidrasi, karakteristik bioetanol, neraca massa

ABSTRACT

Destilation-Dehidration of Bioethanol from Sugar Palm Sap


and i t s Characteristics
The experiment was conducted in Engineering Repair of Indonesia Coconut and Other Palmae
Research Institute, during A ugust to December 2009. The research used observation methods of
destilllation and dehydration process of bioethanol. Treatments consisted of condition of raw
material of ethanol with varying characteristics. Twenty five samples were analyzed in this
study. Destillation and dehydration process of bioethanol was used continuous system.
Observation included the characteristics of distillation temperature, characteristics of bioetanol
before and after processing, and material balance of bioetahnol. A nalysis of data using multiple
regression with OL S (Ordinary leas squares) method. The results showed that characteristics of
bioethanol with high ethanol content, contain high sugar content and neutral acidity solution.
W here as the low ethanol content , contain low sugar levels and high acidity solution. In the
distillation-dehydration process of bioethanol with temprature controlled will increase the
ethanol content, sugar content and pH of bioethanol. Bioethanol with 95-96 % ethanol content,
sugar content of 18.0 to 18.5 % and pH 7.0-7.38. Bioethanol with contont 30.0 to 35.0, destlled
and sehydrated could produce beoethnol content of 95.0-96.0 as much as 29.1 % .

Key words: Sugar palm sap, destillation, dehydration, characteritics bioetanol, material balance.

Buletin Palma No. 39, Desember 2010 1


A. Lay, P.M. Pasang dan Teuku A.

PENDAHULUAN tidak seragam dan tidak diketahui


dengan pasti. Untuk mengatasi perma-
Pengolahan nira aren menjadi salahan ini, perlu dilakukan: (a)
etanol lebih sederhana dibandingkan pati Pemasangan termokopel pada wadah
sagu dan ubi kayu, karena nira dalam pemasakan nira hasil fermentasi, untuk
bentuk cair dan bersifat mobil dalam kontrol suhu pemasakan dan
proses fermentasi (Dalibard, 1999). penyulingan,
Pengolahan etanol dari bahan bergula (b) Letak tungku harus di atas permu-
seperti nira aren, proses pengolahan kaan tanah agar memudahkan kontrol
lebih mudah dibanding bahan berpati kayu bakar dan pembakaran lebih
efektif, (c) Pengukuran kadar etanol
dan bahan selulosa (Prihandana et al., dengan alkohol meter (Karouw dan Lay,

2008). Nira aren merupakan bahan baku 2006).


potensial untuk diolah menjadi etanol. Pada proses pemurnian etanol
Proses pengolahan yang umum dilaku- diperlukan proses lanjut yakni proses
kan petani aren adalah fermentasi destilasi dan dehidrasi. Penggunaan
alami (tanpa menggunakan ragi). alat destilator-dehidrator sistem
Di Sulawesi Utara, pengolahan sinambung, dengan sistem proses
etanol dari nira aren dilakukan dengan destilasi-dehidrasi yang berlangsung
cara fermentasi, yaitu dengan cara pe- secara kon-tinu dalam satu sistem
nyimpanan nira dalam wadah penam- proses. Bioetanol kasar yang berkadar
pung selama 2- 4 hari tanpa penggunaan etanol 30-35% dapat dimurni- kan
ragi. Proses pengolahan dilakukan menjadi etanol kadar 95-96% (Lay,
dengan cara penyulingan hasil fermen- 2009).
tasi nira menggunakan alat sederhana, Proses destilasi bertujuan untuk
wadah pemasakan menggunakan drum, memisahkan etanol dari campuran
proses destilasi menggunakan bambu etanol-air. Titik didih etanol adalah 780C
yang saling bersambungan dengan pan- dan titik didih air adalah 100 0C sehingga
jang 21-24 m. Penentuan kadar etanol dengan pemanasan pada suhu 780C
dilakukan berdasarkan kebiasaan dengan dengan metode destilasi maka etanol
pengamatan pada hasil penyu-lingan, dapat dipisahkan dari campuran
yaitu tetesan cairan etanol pada botol etanol- air. Kadar maksimum etanol
pertama dan kedua diperkirakan kadar yang dapat diperoleh dengan cara
etanol 40-45% , tetesan cairan pada botol destilasi biasa adalah 96% dan bersifat
ketiga sampai kelima kadar etanol 30- larutan azeo- tropik, (3) proses
35% dan tetesan selanjutnya diper- dehidrasi larutan azeotropik untuk
kirakan kadar etanol 20-25% . Untuk meningkatkan kadar bioetanol menjadi
keseragaman kadar etanol, dilakukan 99,5% merupakan cara yang popular
pencampuran etanol hasil penyulingan, untuk menghasilkan etanol absolut
dan dari tujuh liter nira aren hasil (Tjokoroadikoesoemo, 1986).
fermentasi akan menghasilkan satu Dilaporkan Mathewson (1980)
liter etanol kadar 30-35% (Lay et al., 2004). bahwa untuk memperoleh etanol absolut
Permasalahan yang dihadapi oleh dari etanol 96% menggunakan molecular
sieve, yaitu suatu absorben sintetis ber-
bentuk pellet yang dapat secara selektif
mengikat molekul air. Selain murah har-

2 Destilasi-Dehidrasi Bioetanol dari Nira Aren dan Karakteristiknya


Destilasi-Dehidrasi Bioetanol dari Nira Aren dan Karakteristiknya
pengolah etanol (bahasa lokal captikus) ganya, metode ini tidak meninggalkan
pada tingkat petani, adalah kadar
residu pada etanol yang diperoleh.
etanol

Buletin Palma No. 39, Desember 2010 3


Destilasi-Dehidrasi Bioetanol dari Nira Aren dan Karakteristiknya

Molecular sieve yang telah terpakai dapat


dipakai kembali setelah dikeringkan Proses pengolahan bioetanol
menggunakan destilator-dehidrator sis-
pda suhu tertentu.
tem sinambung. Sebelum bahan baku
Permasalahan yang dihadapi
(etanol kasar) diumpankan ke dalam
dalam pemurnian alkohol, antara lain
tangki evaporator (tangki pemanasan)
beragamnya kadar etanol yang dihasil-
dilakukan pengukuran awal terhadap
kan petani dan unit pengolahan skala
kadar etanol, gula dan pH bahan baku
kecil, pengendalian suhu dan kaitannya
(etanol kasar dari nira aren).
dengan kondisi etanol yang akan
Selanjutnya etanol kasar yang berada di
dihasilkan dan massa produk etanol.
dalam tangki dipanaskan
Untuk itu perlu diteliti karakteristik suhu
menggunakan kompor, pengaturan
pada proses destilasi dan bioetanol dan
suhu dilakukan dengan memperbesar/
karakteristik bioetanol yang dihasilkan.
memperkecil nyala api kompor. Suhu
pemanasan terbaca pada termo-kopel
BAHAN DAN M ETODE yang dipasang pada tangki pemasakan
dan kolom destilasi. Etanol kasar yang
telah melewati kolom des- tilasi dan
Bahan penelitian adalah etanol
kasar dari nira aren yang dihasilkan dehidrator ditampung dalam wadah
petani dan unit pengolahan skala kecil, tertutup, agar tidak terjadi kontak
bahan bahan bakar minyak tanah untuk dengan udara luar yang akan menurun-
proses pengolahan, saringan molekuler kan kadar bioetanol.
dan air proses. Alat yang digunakan Pengamatan meliputi suhu des-
terdiri dari alat pengolahan etanol, tilasi dan bahan olah serta bioetanol hasil
kompor, alat uji karakteristik etanol pengolahan. Suhu destilasi terdiri dari
(alkohol tester, pH meter digital, hand- suhu tangki pemanasan, suhu kolom
refractometer) dan alat pembantu lapang. destilator, suhu awal menetes/mengalir
bioetanol pada corong pengeluaran,
Penelitian dilaksanakan di Bengkel
Rakayasa Alat Balai Penelitian Tanaman suhu bioetanol produk akhir dan neraca
Kelapa dan Palama Lain, selama bulan massa bioetanol. Karakteristik bahan
Agustus-Desember 2009. Penelitian baku dan hasil olah bioetanol meliputi
menggunakan metode observasi terha- kadar etanol, kadar gula dan kemasaman
dap proses destilasi dan destilasi bio- (pH). Pengukuran suhu destilasi meng-
etanol. Perlakuan terdiri dari: Kondisi gunakan thermokoppel yang terpasang
bahan baku etanol yang terkumpul pada masing unit operasi, kadar etanol
pada dengan alkohol terster, kemasaman (pH)
menggunakan pH meter digital Sutton dan
penelitian ini, dengan karakteristik bera- kadar gula dengan Handrefractometer
gam sebanyak 25 contoh yang terdiri Atago. Analisis data menggunakan re-
dari: 2 contoh dengan kadar etanol gresi berganda pada ulangan yang
30,0% , kadar gula 9,0°Brix, pH 4,12; tidak sama, dengan metode OLS (Ordinary
10 contoh dengan kadar etanol 35,0% , least squares).
kadar gula 12,1°Brix, dan pH 4,59;
10 contoh dengan kadar etanol 83,0% ,
kadar gula 18,2-18,8°Brix, pH 7,0-7,05,
dan 3 contoh dengan kadar etanol 90,5%
, kadar gula 18,5°Brix, pH 7,0.

Buletin Palma No. 39, Desember 2010 1


A. Lay, P.M. Pasang dan Teuku A.

HASIL DAN PEMBAHASAN diolah melalui proses destilasi-dehidrasi,


dengan karakteristik suhu seperti tertera
Destilasi dan Dehidrasi pada Tabel 1.
Penggunaan suhu pemanasan
Proses destilasi adalah proses dilakukan bertahap sesuai dengan
pengolahan bioetanol yang terkait kadar etanol bahan baku. Berdasarkan
dengan peningkatan kadar etanol Tabel 1, menunjukkan bahwa
dengan penggunaan suhu pada tangki perubahan suhu pada tangki masak
penguapan dan pengendalian suhu mengikuti jumlah etanol yang
kolom destilasi. Sedangkan dehidrasi dikandung bahan baku, sedangkan
terkait dengan peningkatan kadar etanol suhu destilator dipengaruhi kecepatan
melalui penggunaan hidrat (zeolit aliran air pendingin destilasi, untuk
sintetis 3 Å) yang mempunyai kemam- kestabilan suhu destilator kecepatan
puan untuk menyerap air yang dikan- aliran air destilasi kurang lebih 20 L/
dung bioetanol dalam sistem proses jam.
tertutup.

Tabel 1. Variasi suhu pada proses destilasi-dehidrasi bioetanol


Table 1. Tempratrures variation on destillated-dehydrated process
No. Jumlah Suhu tangki Suhu kolom Suhu menetes awal Suhu bioetanol
contoh penguapan Destilator bioetanol Bioethanol
Samples Evaporating tank Colum destilator Dehydrated flowing temprature
temprature temprature bioethanol
1 2 84,5-90,0 80,0-87,0 80,0-81,0 29,0-31,5
2 10 81,0-90,0 80,0-88,0 80,0-81,0 28,5-31,5
3 10 79,0-85,0 79,0-80,0 79,0-79,5 29,0-32,0
4 3 79,0-84,0 79,0-80,0 78,5-79,0 29.5-32,0

Proses destilasi merupakan proses


perubahan fasa cair menjadi gas pada Suhu tangki penguapan lebih
tinggi dari suhu pada kolom destilasi,
destilator, yang terjadi akibat pemanasan
walaupun kondisi kadar bioetanol sangat
pada campuran fasa cair, untuk
beragam, yakni 30-90,5% , namun suhu
menguapkan komponen fasa tertentu
awal menetes/mengalir bioetanol hasil
seperti etanol, berdasarkan per-bedaan
destilasi dan dehidrasi relatif seragam,
titik didih dan tekanan uap (Gozan,
yakni berkisar 79-82ºC. Produk akhir
2006). Fasa uap etanol akan menjadi cair
bioetanol dengan suhu relatif seragam,
dengan adanya proses kondensasi yang
yakni 28,5-32ºC, suhu ini merupakan
terjadi dalam konden-sor dengan suhu
suhu ruang pengolahan bioetanol. Suhu
ruang yang rendah dengan
tangki penguapan dan suhu destilasi
menggunakan aliran air pada kondensor
relatif seragam pada saat menetes/
(Bernasconi et al., 1995).
mengalirnya etanol hasil destilasi dan
Penggunaan suhu pemanasan
dehidrasi, suhu tangki penguapan cen-
dilakukan bertahap sesuai dengan
derung meningkat, sedangkan suhu
kadar etanol bahan baku. Bioetanol
destilasi relatif stabil. Makin tinggi
yang

2 Destilasi-Dehidrasi Bioetanol dari Nira Aren dan Karakteristiknya


Destilasi-Dehidrasi Bioetanol dari Nira Aren dan Karakteristiknya

kadar etanol bahan baku, makin rendah


suhu tangki penguapan dan suhu hanya memerlukan banyak waktu dan
peralatan, melainkan juga energi panas
destilasi. Pada pemanasan bahan baku
pada setiap tahap proses pemanasan,
etanol berkadar 30-35% menjadi 83-90% ,
seperti panas harus dikeluarkan ke air
membutuhkan suhu tangki penguapan
pendingin pada proses kondensasi.
79,5-88,5ºC dan suhu destilasi 81,0-
Lebih menguntungkan jika penguapan
88,5ºC, sedangkan untuk mendapatkan
dan kondensasi berulang dilaksanakan
etanol berkadar 95-96% dari bioetanol
dalam satu unit proses, dengan tahap-
dengan kadar 83,0-90,5ºC dengan suhu
tahap yang disusun satu diatas yang lain,
tangki penguapan 79,0-85,0ºC.
sehingga panas kondensasi dari sebuah
Dilaporkan Gozan (2006) bahwa
tahap akan digunakan pada tahap
sistem kesetimbangan uap-cair dan fraksi
berikutnya.
massa etanol pada tekanan 1 atm
dipengaruhi oleh suhu, yakni: (1) suhu
78,3ºC fraksi massa etanol dalam uap Karakteristik Bioetanol Setelah Proses
Destilasi-Dehidrasi
100% , (2) suhu 79,1-80,1ºC fraksi massa
etanol 82,2- 85,8% , dan (3) suhu 81,0- Kadar Etanol
87,3ºC fraksi massa etanol 65,6-79,4% .
Dilaporkan Hambali et al. (2008) bahwa Kadar etanol awal (X1) dan pH
bahan baku (X2) berpengaruh nyata
suhu tangki penguapan etanol berkisar
terhadap kadar etanol akhir (Y1), se-
78-100ºC.
dangkan faktor lain tidak mempe-
Proses dehidrasi dengan menggu- ngaruhi kadar etanol yang dihasilkan.
nakan zeolit sentetis dapat membantu
Hubungan tersebut mengikuti persama-
proses pemunian bioetanol dengan
an regresi: Y1 = 152,71 +0,18 X1 – 2,59 X2 +
meningkatkan kadar etanol. Hasil peng-
5,94 X3 – 0.04 X4 + 0,08 X5. Pengaruh
amatan dilaboratorium Balai Penelitian
Kelapa dan Tanaman Palma Lain, nyata dari faktor-faktor yang mempenga-
ruhi nilai Y1 sebesar 92,33 dan 7,67%
menunjukkan bahwa proses destilasi
diluar faktor yang diamati.
terhadap bioetanol dengan kadar
etanol 30-33% , menggunakan alat Pada Tabel 2, menunjukkan bahwa
tingginya kemasaman pada larutan
destilasi tunggal dapat meningkatkan
alkohol sebagai bahan baku, ditandai
kadar etanol menjadi 72-77% ,
dengan pH berkisar 4,12-4,49, yang
sedangkan pada alat destilator-dehidrator
disebabkan adanya senyawa asam yang
bioetanol ber- kadar etanol 30% , akan
masih bercampur dalam bahan baku,
menghasilkan bioetanol dengan kadar
dengan adanya proses destilasi pada
etanol 80-93% , atau lebih tinggi 8-11% ,
suhu tertentu, yang menguap adalah
yang merupakan peran dari proses
cairan etanol-air, sedangkan senyawa
dehidrasi dengan adanya saringan
asam yang terdapat pada bahan baku
molekuler.
tertinggal dalam tangki pemanasan.
Untuk menghasilkan etanol dari Pada destilasi berulang dengan
bahan baku berkadar etanol 30-35% men-
pemanasan tertentu, terjadi kenaikan
jadi 95-96% , proses destilasi-dehidrasi
kadar etanol, namun pH tidak meng-
dilakukan sebanyak 2 kali. Cara ini
alami penurunan. Kemasaman larutan
memerlukan waktu yang lama dan
banyak energi. Menurut Bernasconi et al. alkohol stabil pada kadar diatas 93,0-
(1995) bahwa destilasi berulang tidak 95,0% dengan pH berkisar 7,0-7,38.

Buletin Palma No. 39, Desember 2010 2


A. Lay, P.M. Pasang dan Teuku A.

Kondisi yang sama juga dijumpai pada


etanol komersial yang berkadar 90-95% . Untuk meningkatkan kadar etanol
96% menjadi 99,5% tidak dapat dilaku-
Kadar etanol kasar yang diguna-
kan dengan destilasi biasa, disebabkan
kan sebagai bahan baku penelitian
campuran etanol dengan air pada kadar
bervariasi yaitu 30-90,5% , setelah di-
etanol 96% merupakan campuran
destilasi dan dehidrasi, kadar etanol
azeotrop. Pada kondisi ini tekanan uap
mengalami peningkatan menjadi 80,0-
air dan etanol sama sehingga hasil
95% . Proses destilasi dan dehidrasi
destilasi menghasilkan kadar yang sama.
dilakukan untuk meningkatkan kadar
Untuk menghasilkan kadar etanol di atas
etanol, ternyata kadar etanol akhir yang
99% diperlukan proses dehidrasi dengan
diperoleh belum mencapai kadar mak- menggunakan moleculer sieve. Daya
simun etanol yang dapat diperoleh serap air pada larutan bioetanol oleh
dengan cara destilasi biasa, yaitu 96% . moleculer sieve untuk pemurnian bio-
Destilasi dilakukan untuk mening- etanol, sehingga dalam proses dehidrasi
katkan kadar etanol dapat dilakukan menganjurkan penggunaan bioetanol
dengan mendestilasi hasil fermentasi berkadar etanol lebih dari 90% , karena
nira kadar etanol awal 30% mengalami jumlah air yang dikandung bioetanol
peningkatan kadar yang paling tinggi relatif sedikit, dan proses pengolahan
dibandingkan dengan lainnya, hal ini akan lebih efektif (Fornoff, 1981).
disebabkan karena masih banyaknya
senyawa alkohol yang terkandung di
dalam bahan baku berkadar etanol 30% .

Tabel 2. Karakteristik bioetanol dari nira aren sebelum proses destilasi-dehidrasi


Table 2. Bioethanol characteristics from palm neera before destillated-dehydrated process
Kadar gula (°Brix)
Contoh Kadar tanol (%) pH
No. Sugar content
Samples Ethanol content (%) Acidity
(°Brix)
1 2 90,0 18,5-19,0 6,02-6,05
2 10 80,0-93,0 18,5-19,0 6,16-6,96
3 10 93,0-95,0 18,0-19,0 7,00-7,28
4 3 95,0-96,0 18,0 7,19-7,38

Suhu yang digunakan pada tangki Kadar gula


pemanasan dan kolom destilasi
berkisar 79o-88,5oC, suhu tersebut Kadar gula bahan baku (X2) dan
berada di- bawah titik didih air pH awal (X3) berpengaruhnyata atau
sehingga tidak memberikan pengaruh positif terhadap kadar gula pada
yang positif terhadap kadar etanol. larutan etanol akhir (Y2), sedangkan
Kadar gula yang tidak memberikan faktor lainnya adalah negatif.
pengaruh positif terhadap kadar Hubungan ter- sebut mengikuti
etanol, karena bahan yang digunakan persamaan regresi: Y2 = 25,5 - 0,05 X1
dalam bentuk etanol kasar di mana + 0,15 X2 + 0,27 X3 –
proses fermentasi dalam mengurai 0.01 X4 + 0,08 X5. Pengaruh nyata dari
gula menjadi etanol sudah terhenti. faktor-faktor yang mempe-ngaruhi nilai
Y2 sebesar 53,0% dan 47,0% diluar faktor

2 Destilasi-Dehidrasi Bioetanol dari Nira Aren dan Karakteristiknya


Destilasi-Dehidrasi Bioetanol dari Nira Aren dan Karakteristiknya
yang diamati.

Buletin Palma No. 39, Desember 2010 2


A. Lay, P.M. Pasang dan Teuku A.

Makin tinggi kadar etanol


semakin tinggi pula kadar gula larutan. ningkatnya kadar etanol, asam-asam
yang terdapat pada bahan baku etanol
Hal ini ditandai dengan kadar etanol
akan terpisah karena tidak ikut menguap
30- 35% , kadar gula larutan etanol 9,0-
dalam proses destilasi ulang, sebagai
12,1°Brix, dan pada larutan etanol ber-
akibat suhu tangki rendah (79-85ºC) dan
kadar 95-96% dengan kadar gula
suhu destilasi yang rendah (79-80ºC).
18,0°Brix. Kadar gula tertinggi yakni
18,5-19,0°Brix dijumpai pada etanol Makin tinggi kadar etanol semakin
rendah kesamanan larutan, kedaan ini
berkadar 83,0-95,0% . Meningkatnya
diindikasikan pada bahan baku dengan
kadar gula dengan meningkatnya kadar
kadar etanol 30-35% , pH larutan adalah
etanol disebabkan senyawa asam dan
4,15-4,59. Larutan etanol dengan kadar
sebagian komponen air telah terpisah
83% dengan pH 7,05, selanjutnya pada
dari larutan etanol pada proses
hasil olah dengan kadar etanol 95-96%
destilasi dan dehidrasi.
dengan pH 7,03-7,38. Larutan etanol
Zat-zat yang terlarut seperti gu
mencapai pH netral (pH 7) pada kadar
(sukrosa, glukosa, fruktosa dan lain-lain),
83,0-96,0% . Meningkatnya pH larutan
garam-garam klorida, atau asam sulfat
etanol disebabkan terpisahnya asam-
dari kalium, natrium, kalsium dan lain-
asam yang dikandung nira karena tidak
lain, merespon sebagai °Brix. °Brix ialah
menguap pada suhu pemanasan tangki
zat padat terlarut dlam suatu larutan
79,0-83,3ºC dan suhu destilasi 78-80ºC.
(gram per 100 gram larutam) yang di-
Asam-asam ini, merupakan bahan sisa
hitung sebagai sukrosa. Pada Tabel 2,
dalam proses destlasi dalam bentuk
diatas, menunjukkan bahwa kadar gula
lumpur cair atau limbah.
dari larutan etanol mengalami pening-
katan seiring dengan meningkatnya Menurut Arrhenius dalam Goutara
dan W ijandi (1975) bahwa asam adalah
kadar etanol.
zat-zat yang dalam air melepaskan ion
hidronium (H3O+) sedangkan basa
Kemasaman (pH)
melepaskan ion hidroksida (OH-). Bila
Kadar gula bahan baku (X2), pH pH meningkat di atas 7, konsentrasi ion
(X3) dan suhu tangki (X4) berpengaruh (OH-) akan meningkat, dan konsentrasi
nyata atau positif terhadap kemasaman ion (OH-) akan berkurang. Hal ini,
larutan etanol akhir (Y3), sedangkan sejalan dengan hasil penelitian yang
faktor lainnya adalah negatif. Hubung- diperoleh, di mana kadar alkohol awal
an tersebut mengikuti persamaan regre- berpengaruh positf terhadap pH akhir
si: Y3 = 14,45 + 0,006 X1+ 0,44 X2 – 1,21 etanol, semakin tingginya kadar etanol
X3 + 0.0001 X4 - 0,092 X5. Pengaruh menyebabkan pH etanol meningkat.
nyata dari faktor-faktor yang mempe- Sukrosa dapat mempengaruhi pH la-
ngaruhi nilai Y3 sebesar 84,13% dan rutan asam atau basa dari hasil peneli-
15,87% diluar faktor yang diamati. tian, menunjukkan bahwa pH etanol
Bioetanol berkadar etanol 30-35% sesudah pengolahan dipengaruhi oleh
bersifat masam atau pH rendah, yang kadar gula sehingga pH etanol berada
ditandai dengan pH 4,12-4,59, sedangkan pada pH netral.
yang bersifat netral pH 7,0-7,38. Pada
larutan etanol berkadar 83-96 % , pada
proses destilasi berulang dengan me-

2 Destilasi-Dehidrasi Bioetanol dari Nira Aren dan Karakteristiknya


Destilasi-Dehidrasi Bioetanol dari Nira Aren dan Karakteristiknya

Neraca massa bioetanol


Neraca massa hasil destilasi dan
Berdasarkan nilai rata-rata neraca dehidrasi bietanol dengan kadar etanol
massa hasil destilasi dan dehidrasi 30-35% menghasilkan 38,8% bioetanol
bietanol sesuai kadar etanol sebagai kadar 83% , bioetanol dengan kadar
berikut: (a) Bioetanol dengan kadar etanol 83% menghasilkan 88,2% bio-
30-35% sebanyak 50 L menghasilkan etanol kadar 90,5 dan bioetanol dengan
38,8% bioetanol kadar 83% atau 19,4 L, kadar etanol 90,5% menghasilkan 85,0% .
(b) Bioetanol dengan kadar etanol 83% Bioetanol dengan kadar etanol 30-35%
sebanyak 17 L, menghasilkan 88,2 % akan menghasilkan bioetanol kadar 95,0-
bioetanol atau sebanyak 15 L kadar 96,0% sebanyak 29,1% .
90,5 dan (c) Bioetanol dengan kadar
etanol 90,5% sebanyak 10 L, DAFTAR PUSTAKA
menghasilkan 85,0% atau 8,5 L.
Bioetanol sebanyak Bernasconi, Gaster GA, Hauser H,
50 L dengan kadar etanol 30-35% akan Stanbe H, dan Schneiter E. 1995.
menghasilkan bioetanol kadar 95,0-96,0% Chemical technologie, Teil 2.
sebanyak 29,1% atau 14,55 L. Diterjemahkan oleh Lienda
Handojo. PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
K ESIM PULAN Dalibard C. 1999. Overall view on the
traditional of tapping palm trees
Pemurnian bioetanol me-lalui and prospects for animal pro-
proses destilasi-dehidrasi dari kadar duction. Livestock research rural
etanol 30,0-35,0% menjadi 80,0-93,0% develop-ment, 11(1):1-53.
membutuhkan pengendalian suhu tangki Fornoff LL. 1981. Process for dehydrating
pemanas 81,0-90ºC dan suhu kolom ethanol and for the production of
destilasi 80,0-82,0ºC, sedangkan pemur- gasohol. United States Patent
nian bioetanol dari kadar 83,0-90,5% 4.273.621.
menjadi 93,0-96,0% membutuhkan Goutara dan Soesarsono W ijandi. 1975.
Dasar pengolahan gula.
pengendalian suhu tangki pemanas
Departemen Teknologi Hasil
79,0 - 85,0% dan suhu kolom destilasi
Pertanian, Fatemeta, Institut
79,0 - 80,0ºC.
Pertanian Bogor. Bogor.
Proses destilasi-dehidrasi bioeta-
nol dapat meningkatkan kadar etanol, Gozan M. 2006. Absorbsi, leaching dan
ekstraksi pada industri kimia.
kadar gula dan pH bioetanol. Bioetanol
Penerbit Universitas Indonesia
kadar etanol 95-96% , mengandung gula (UI-Press), Jakarta.
18,0-19,0°Brix dan pH 7,0-7,38 (netral).
Hambali E, Mujdalipah S, Tambunan
Kadar etanol awal dan pH bahan baku AH, Pattiwiri AW , Hendroko R.
berpengaruh nyata terhadap kadar 2008. Teknologi bioenergi. Agro-
bioetanol akhir. Kadar gula bahan baku Media. Jakarta.
dan pH awal berpengaruh nyata ter-
Karouw S dan Lay A. 2006. Nira aren
hadap kadar gula bioetanol akhir. dan teknik pengendalian produk
Sedangkan kadar gula dan suhu tangki olahan. Buletin Palma; (31):116-
penguapan berpengaruh nyata 125.
terhadap pH larutan bioetanol.

Buletin Palma No. 39, Desember 2010 2


A. Lay, P.M. Pasang dan Teuku A.

Lay A, Hutapea RTP, Tuyuwale J,


Sondakh JO, dan Polakitan AL. Prihandana R, Noerwijati K, Adinurani
PG, Setyaningsih D, Setiadi S,
2004. Pengembangan komoditas
Hendroko RR. 2008. Bioetanol
aren di Daerah Minahasa
Ubikayu: Bahan Bakar Masa Depan.
Sulawesi Utara. Prosiding Seminar
P.T. AgroMedia Pustaka, Jakarta
Nasional Pengembangan Tanaman
Aren. Tondano, Juni 2004. Tjokroadikoesoemo PS. 1986. HFS dan
industri ubi kayu lainnya.
Lay A. 2009. Rekayasa teknologi alat
pengolahan bioetanol dari nira Penerbit Gramedia, Jakarta.
aren. Buletin Palma; (37):100-114.
Mathewson SW . 1980. Drying the
alcohol. Chapter 12. In: the manual
for the home and farm
production of alcohol fuel.
California: Ten Speed Press.

2 Destilasi-Dehidrasi Bioetanol dari Nira Aren dan Karakteristiknya

Anda mungkin juga menyukai