SKRIPSI
oleh
Muhamad.Yusril.Nugraha
NIM 1606071
i
2
BAB I
PENDAHULUAN
laktat. Menurut Septiani, (2010, hlm 15) “penimbunan asam laktat dapat
menyebabkan terjadinya kelelahan”. Asam laktat dalam otot akan menghambat
kerja enzim-enzim dan mengganggu reaksi kimia di dalam otot. Dikatakan oleh
Widiyanto, (2012 hlm 7) “keadaan ini akan menghambat kontraksi otot sehingga
menjadi lemah dan akhirnya otot menjadi kelelahan”.
Seorang atlet dibutuhkan latihan yang intensif sehingga tubuh semakin
bertambah kuat saat melakukan pertandingan agar pada saat pertandingan atlet
tersebut mempunyai stamina yang bugar tetapi dibalik tingkat intensitas latihan
yang padat/tinggi juga tingkat kelelahan pun akan semakin meningkat. Menurut
Bompa, (2009 hlm 3) “ketika seorang atlet melakukan pelatihan dalam volume
besar atau pada intensitas sangat tinggi, kebugaran akan meningkat tetapi
kelelahan juga akan meningkat”. Maka diperlukan usaha untuk mengurangi
tingkat kelelahan dengan melaksanakan program recovery pada atlet yang
bersangkutan. Seperti yang dijelaskan oleh Parwata, (2015, hlm 2), “recovery
dibagi menjadi dua yaitu Recovery Aktif dan Recovery Pasif”. Recovery aktif
adalah latihan dengan intensitas rendah atau ringan.pemulihan aktif (recovery)
mengacu pada pemulihan dari latihan menggunakan intensitas kegiatan rendah
dengan tujuan untuk pemulihan. Pemulihan aktif membantu membersihkan otot-
otot dari asam laktat yang menyebabkan rasa sakit dan kelelahan. Recovery pasif
yaitu latihan yang tidak melibatkan aktifitas atau dilakukan duduk diam atau
aktifitas istirahat total. Jadi recovery pasif yaitu suatu aktivitas fisik tanpa adanya
aktifitas fisik, yaitu diam, istirahat total (duduk, terlentang atau tidur). Kelelahan
dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu lelah mental dan lelah fisik. Lelah mental
biasanya disebabkan karena kerja mental sedangakan lelah fisik karena pekerjaan
otot. Pemulihan sangat penting setelah melaksanakan program latihan atau
pertandingan. Pemulihan (recovery) adalah mengembalikan kondisi tubuh
sebelum pertandingan, pemahaman ini sangat penting bagi atlet dan pelatih dalam
melakukan program pelatihan untuk mendapatkan hasil atau prestasi yang terbaik.
Pemulihan secara cepat merupakan hal yang penting dilakukan oleh seorang
atlet gulat gaya bebas. Hal ini merupakan pondasi yang baik untuk menunjang
performance terbaik bagi atlet selanjutnya. Jika para atlet gagal dalam pemulihan
yang baik, maka atlet tidak dapat memberikan performance terbaik, mudah sakit
4
dengan 30 menit akan timbul fase vasodilatasi yang terjadi intermiten selama 4
sampai 6 menit”. Periode ini dikenal sebagai respon hunting. Respon hunting
terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat dari jaringan
mengalami anoxia jaringan. Dalam keadaan dingin, hipotalamus akan mengatur
otot rangka untuk vasokonstriksi secara aktif. Hal ini akan menyebabkan
seseorang mengigil dan meningkatkan suhu badan. Pada saat yang sama, kelenjar
adrenal akan mensekresikan hormon adrenalin dan noradrenalin, adapun tiroid
akan mensekresikan hormon tiroksin, semua hormon ini bertujuan untuk
meningkatkan suhu badan dengan cara meningkatkan metabolisme tubuh.
Meningkatnya suhu dalam tubuh membuat peredaran darah menjadi lancar
sehingga suplai glukosa dan oksigen dalam otot terpenuhi untuk proses energi, hal
ini akan membantu proses pemulihan kelelahan pada otot.
Berdasarkan permasalahan yang ada, atlet gulat gaya bebas yang telah
melakukan latihan dan perlombaan ini masa pemulihan (recovery) terbilang cukup
lama, maka dari itu penulis ingin meneliti pengaruh cryotherapy Cold Water
Immersion (CWI) terhadap recovery atlet gulat gaya bebas
TINJAUAN PUSTAKA
9
tugasnya. Dihubunginya beberapa tokoh olahraga yang ada di Bandung
diantaranya Batling Ong, Ong Sik Lok, M.Cc. M.F. Siregar, M.Sc., H.B.
Alisahbana dan Abdul Djalil di Indonesia.
7. Koordinasi (Coordination)
Dalam olahraga gulat gerakan koordinasi adalah kemampuan yang
dikuasai oleh pegulat, karena gerakan dalam ollahraga gulat sangatlah
kompleks, seperti yang dikemukakan oleh Rusli Lutan, (2000: 77)
“Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan
berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh
ketepatan”.
8. Keseimbangan (Balance)
Dibidang olahraga banyak hal yang harus dilakukan atlet dalam
masalah keseimbangan ini, baik dalam menghilangkan ataupun
mempertahankan keseimbangan. Keolahraga gulat, seporang pegulat
akan berhasil menjatuhkan lawannya apabila keseimbangan pegulat
lawannya hilang. Seperti yang dikemukakan oleh M. Sajoto (1995:9)
“Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-
organ syaraf otot, seperti dalam hand stand atau dalam mencapai
keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu”.
9. Ketepatan (Accuracy)
Dalam melakukan serangan pada olahraga gulatm dengan teknik
yang baik pegulat haruslah melakukan serangan dengan ketepatan yang
baik, sehingga lawan akan kesulitan untuk melakukan blok (tahanan).
Seperti yang dikemukakan oleh M. Sajoto (1995:9) “Kemampuan
seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu
sasaran”. Sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu
objek langsung yang harus dikenal dengan salah satu bagian tubuh.
10. Reaksi (Reaction)
Dapat suatu pergulatan, reaksi yang cepat sangatkan diperlukan
baik oleh pegulat yang melakukan serangan maupun pegulat yang
diserang. Seperti yang dikemukakan oleh M. Satojo (1995: 10)
“Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dengan
menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf atau
feeling lainnya”. Pegulat yang melakukan serangan haruslah mempunyai
reaksi yang cepat serangannya meleset atau dapat di blok pegulat lawan.
Pegulat harus segera kembali ke posisi siap atau menggunakan teknik
yang dapat dilakukan, bagi pegulat yang diserang, segeralah melakukan
pengeblokan serangan, sehingga membutuhkan latihan fisik untuk
reaksi.
2.6 Latihan Sparing
Dalam olahraga, istilah sparing adalah jenis latihan bertanding yang
menggunakan pihak lain sebagai partner berlatih dan bertanding sehingga latihan
menjadi lebih menarik dan menantang. Sebelum melakukan latihan sparing atlet
gulat melakukan pemanan terlebih dahulu, dengan peregangan otot diteruskan
dengan lari 10 menit, lalu melakukan senam gulat setelah itu melakukan pasang
kepala, pik-plak, dan setelah itu atlet diistirahatkan 2 menit untuk minum, setelah
selesai istirahat atlet melakukan latihan semi sparing dengan waktu 2 menit x 4
ronde, setelah latihan semi sparing atlet gulat mempersiapkan untuk melakukan
full sparing dengan waktu 5 menit x 2 ronde. Setelah melakukan sparing atlet
diistirahatkan 10 menit lalu atlet mengikuti program perendaman air es dengan
metode Cryotherapy.
2.7 Cryotherapy
Cryotherapy adalah teknik penyembuhan menggunakan es dan air es dalam
pengobatan cedera. Secara fisiologi es mengurangi aktivitas metabolisme dalam
jaringan sehingga mencegah kerusakan jaringan sekunder dan mengurangi sinyal
rasa sakit ke sistem saraf pusat. Terapi es mengurangi rasa sakit dapat membantu
untuk mengurangi pengembangan pembengkakak. Oleh karena itu Cryotherapy
biasanya digunakan oleh atlet professional untuk memulihkan diri dari cedera.
2.8 Kelelahan
Kelelahan bisa diistilahkan dengan kecapekan, kepenatan, atau kepayahan.
Secara umum, mengacu pada kondisi tubuh yang tidak bertenaga lagi karena
aktivitas yang begitu tinggi. Prestasi yang baik didukung pula oleh performa yang
baik, salah satu penyebab menurunnya performa seseorang bisa diakibatkan oleh
kelelahan. Menurut Giriwijoyo & Zafar Sidik, (2010, hlm 31) tentang kelelahan
adalah “menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang di sebabkan
oleh karena melakukan kerja atau olahraga”.
Kelelahan fisik yang disebabkan oleh melakukan pekerjaan sehingga
menurunnya kualitas dan kuantitas kerja/gerak fisik, bila lingkupnya dipersempit
pada kualitas gerakan, maka kelelahan ditujukan oleh menurunnya kualitas gerak.
Semakin tinggi aktivitas yang di lakukan maka semakin cepat pula kelelahan akan
timbul. Seperti yang dijelaskan Mulyana, (2011, hlm 4) “kelelahan merupakan
faktor penyebab dalam penurunan performa seseorang setelah olahraga”. Seorang
atlet akan sulit menampilkan kemampuan yang maksimal pada saat betanding jika
mengalami kelelahan. Kelelahan merupakan suatu proses alami yang terjadi pada
seseorang ketika melakukan olahraga. Disebutkan juga oleh Giriwijoyo, (2010,
hlm 15) “aktivitas fisik yang harus dipertahankan pada intensitas yang relative
tinggi selama dua sampai tiga menit setiap olahraga, sumber daya yang digunakan
untuk kontraksi otot adalah anaerobic yang akan menghasilkan zat sampah yaitu
asam laktat”. Pada saat seorang atlet melakukan aktivias fisik yang tinggi tingkat
kelelahan pada tubuh seseorang akan semakin meningkat, apalagi kapasitas kerja
otot yang semakin lama akan semakin mengencang seiring penggunaan aktivitas
yang tinggi. Apalagi ketika melakukan olahraga yang bersifat anaerobik yang
semakin meninggi maka akan diikuti dengan meningginya aerobik. Seiring
dengan meningginya aktivitas dari tubuh itu sendiri maka resiko tubuh mengalami
kelelahan fisik itu akan semakin besar. Seperti dikutip dari Alpert, (2010, hlm 19),
“kelelahan yang dialami seorang atlet akan menurunkan performanya maka ari itu
pemulihan merupakan hal penting pada saat latihan serta dalam kompetisi antara
pertandingan dan selama turnamen dilakukan”. Dengan keleahan yang besar
seperti itu maka latihan saja tidak cukup untuk seorang atlet memulihkan
performa terbaiknya seperti sedia kala, maka dari itu butuh waktu pemulihan.
Dengan pemulihan tersebut maka kelelahan akan dapat dikurangi dan dapat
mencapai kondisi terbaiknya. Diperkirakan sebanyak 20% dari semua atlet cabang
olahraga mengalami overtraining syndrome, seperti yang dikemukaan oleh Alpert,
(2010, hlm 108) “overtraining syndrome dapat didefinisikan sebagai titik akhir
dimana atlet mengalami kelelahan kronis dan pemulihan yang tidak memadai”.
2.9 Recovery
Bagi pemain sudah keharusan dalam berolahraga kompetitif, setiap kali
berlatih, berlomba atau bertanding harus mengeluarkan energy yang maksimal.
Dampaknya tentu lelah fisik dan mental keadaan tersebut tentu tidak boleh
dibiarkan, karena akan menimbulkan berbagai dampak negatif, diantaranya adalah
menurunnya daya tahan otot, seperti yang dikemukaan oleh Matjan, (2012, hlm
31)
Upaya yang harus dilakukan adalah melakukan pemulihan dengan sebaik-
baiknya dengan berbagai tenik yang berdasarkan iptek olahraga diantaranya
adalah Metode recovery alami, recovery dengan physiotherapeutic, dan
recovery secara psikologis.
Recovery juga dapat dilihat dari fase-fase segi biologisnya seperti fase
sebelum memulai latihan, fase latihan dan fase setelah melakukan latihan yang
selanjutnya akan dilakukan recovery/pemulihan. Seperti yang disampaikan oleh
Purnomo, (2011, hlm 156) “Dilihat dari fasenya fungsi biologis pada latihan
terbagi menjadi tiga fase yaitu fase sebelum latihan, fase latihan dan fase setelah
latihan atau pemulihan”.
Dilain sisi recovery juga dapat diartikan sebagai bagian dari olahraga pada
saat setelah melakukan latihan dan tanding, seperti yang dikemukakan oleh
Dalleck, (2017, hlm 1) “Bahwa fase pemulihan adalah masa pengembalian
kondisi tubuh pada keadaan sebelum latihan. Pemulihan dari berlatih dan
bertanding merupakan komponen terpenting dari keseluruhan paradigma latihan
olahraga”.
Kelompok A (Eksperimen)
O’1 O’2
Pre Test X1 Post Test
Treatment CWI
Pengambilan Pengambilan
Keputusan Keputusan
Kelompok B (Kontrol)
O’1 O’2
Pre Test X2 Post Test
3
Pengambilan Konvensional Pengambilan
Keputusan Keptusan
28
Sedangkan untuk alur penelitian, penulis menggambarkan seperti pada
gambar dibawah ini:
Populasi
Sampel
Tes Awal
Kelompok A
Kelompok B
metode Cryotherapy
Metode
Cold Water
konvensional
Immersion
Tes Akhir
Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan
3.3.1. Populasi
Dalam mencari sumber data penelitian perlunya dilakukan penentuan
populasi dan sampel yang akan diteliti, sehingga peneliti memperkirakan sesuatu
sesuai dengan apa yang diinginkan menurut Sugiyono, (2010 hlm 117) “Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah UKM
PAMOR anggota aktif kuliah dengan jumlah anggota 10 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi sebagai sumber
informasi/data. Sampel yang akan diambil sebagai percobaan harus diperhatikan.
Menurut Lautan, Berliana dan Sunaryadi, (2007, hlm. 80) menjelaskan bahwa
“Sampel adalah kelompok yang digunakan dalam penelitian dimana
data/informasi itu diperoleh”. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan tersebut adalah atlet gulat Scorpion
Wrestling Club dengan jumlah 10 orang.
3.4.2 Stopwatch
Stopwatch merupakan alat pengukur waktu yang memiliki tingkat
keakuratan paling tinggi di banding jam atau arloji. Berbeda dengan jam yang
selalu berjalan, stopwatch dapat diaktifkan dan dimatikan sesuai dengan
kebutuhan pengguna. Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur
lamanya waktu. Adapun cara penggunaan dari stopwatch yaitu;
1. Mempersiapkan stopwatch yang akan digunakan untuk mengukur waktu
2. Memastikan kondisi stopwatch dalam keadaan nol atau sudah terkalibrasi
3. Menekan tombol start atau mulai untuk memulai pengukuran waktu
4. Menekan tombol stop atau berhenti untuk mengakhiri pengukuran waktu
5. Membaca hasil pengukuran waktu
6. Untuk mengulangi pengukuran waktu, yang harus dilakukan adalah
menekan tombol start atau stop 1 kali dan jarum akan kembali ke nol.
Kemudian tekan tombol start lagi untuk kembali memulai pengukuran
waktu dan tekan stop untuk mengakhiri.
Gambar 3.2 Stopwacth
(Sumber: Google)