Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

“KOPLING MANUAL PADA MESIN BUBUT”

DOSEN PEMBIMBING

Nama : Ir. Bambang Hermani, MT.

DI SUSUN OLEH

Nama : Agung Nugraha


Npm : C21201191009
Kelas : 5A

Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon
Tahun akademik 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan Teknik Mesin diarahkan untuk menjawab kebutuhan Industri


Nasional akan sarjana industri (industrial engineers) yang memiliki kemampuan
pada bidang proses produksi, proses operasi yang efisien dan efektif untuk
menuju yang terbaik (excellence). Ilmu proses produksi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang mesin-mesin yang berkaitan erat dengan kegiatan produksi
khususnya pada bidang industri. Selain mempelajari tentang definisi dari mesin
tersebut ilmu ini juga menerangkan cara penggunaan atau pengoperasian baik
dari mesin konvensional maupun non konvensional. Hal tersebut dilakukan
karena proses produksi pada dunia industri tidak pernah lepas dari alat-alat dan
mesin-mesin sebagai teknologi dasar yang digunakan dalam kegiatan produksi.
Setelah mengetahui dan memahami teknologi tersebut, maka pengetahuan akan
penggunaan dapat diketahui dan maintenance dapat dilakukan dengan baik,
dengan pemahaman yang lebih dapatmengoptimalkan solusi dalam menghadapi
hambatan-hambatan yang ada selama kegiatan produksi tersebut berlangsung.

1.2 Perumusan Masalah

Berikut adalah perumusan masalah pada masing-masing modul dalam


laporan akhir ini. Permasalahan yang terdapat dalam Laporan Akhir Praktikum
Proses Produksi ini merupakan pembahasan mengenai kopling mesinnya
dimana jarang sekali materi yang di cari.

1.3 Tujuan Umum

Tujuan mempelajari ilmu proses produksi terutama dalam mempelajari


kopling mesin bubut, diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman
terhadap teknologi yang sangat erat kaitannya dalam bidang industri. Selain itu
juga dapat menambah kemampuan dalam mengoperasikan beragam mesin dan
membuat produk dengan kualitas yang baik.

1.4 Tujuan Khusus

Laporan Akhir Praktikum Proses Produksi mempunyai beberapa tujuan


khusus. Berikut ini merupakan tujuan khusus pembuatan laporan akhir ini.

1) Mempelajari kopling mesin bubut


2) Membuat gambar selama proses kerja berlangsung dengan standar
gambar teknik yang benar, serta mempelajari penggunaan software
autocad 2016
3) Menganalisa hasil data

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mesin Bubut
Mesin Bubut adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk
memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses
pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda
kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar
dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut
gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan.

Klatc/Clutch (sering disebut dengan kampas kopling atau kopling yang


berasal dari bahasa Belanda,Koppeling) adalah alat mekanis yang digunakan
untuk transmisi atau penerus daya dan putaran dari satu komponen ke
komponen lain ketika diaktifkan (dihubungkan), bekerja lembut. Umumnya
dihubungkan atau dikendalikan pada suatu waktu tertentu, dengan pengendalian
torsi atau kecepatan putar yang akan diteruskan dengan cara dihubungkan atau
dilepaskan dalam waktu tertentu dari poros mesin/motor pengerak mula ke
poros transmisi atau komponen poros yang digerakan lainnya. Klatc dipasang
diantara poros pengerak dan poros digerakan dimana daya ditransmisikan. Klatc
digunakan dengan cara menghubungkan dua poros yang berputar, di mana salah
satu poros menjadi penggeraknya. Dalam kasus ini, satu poros (poros
penggerak) terpasang dengan motor atau sumber daya lain sementara poros
yang lain (poros yang digerakkan) terhubung dengan beban kerja dan berputar
pada kecepatan yang sama ataupun berputar dengan kecepatan putar yang
berbeda.

2.2 PRINSIP KERJA KLATC/KOPLING


Klatc gesrek bekerja atas dasar atau berbasis pada gaya gesrekan yang
dihasilkan diantara dua atau lebih kampas kopling, dalam permukaan kontak
dari kampas dan gaya tekan dua cakram klatc tersebut lihat gambar bawah.
Sedangkan gaya tekan aksial pada plat/kampas klatc bekerja tegak lurus
pada permukaan bidang gesrek, merupakan gaya aksial,dipastikan dari gaya
pegas, gaya magnet, gaya hidrolik sebagai gaya aksial kopling atau gaya
F(Gbr.2.) penyebab terjadinya gesrekan antara permukaan cakram dengan
permukaan kampas dan mencegah berputarnya cakram kampas terhadap satu
sama lain, oleh karena berlaku koefesien gesrekan µ maka jumlah gaya
gesrekan Fg = F .µ dalam keadaan bekerja klatc tidak boleh slip jadi Fg≤F .
µ( Newton ) bentuk aya ini adalah gaya tangensial karena gesrekan klatc yang
berputar. Dimana bentuk bidanggesrekan adalah lingkaran dengan lebar b (m)
dengan demikian dapat diasumsikantitik tangkap gaya Fg terletak di tengah –
tengah atau pada jarak radius rata – rata bidang gesreksampai ke titik pusat
sumbu poros.

Dengan pendekatan momen terhadap sumbu poros dari suatu gaya Fg


yang menyilang poros tegak lurus pada jarak r (= Radius rata – rata luas bidang
berbentuk cincin saling bergesrekan) M =Fg . r untuk tidak terjadi slip secara
umum berlaku M≤F . µ . r atau F≥M/[ µ . r]. Gaya – gaya luar ketika klatc
dihubungkan diatasi oleh besarnya momen M, dihasilkan oleh gesrekan pada
waktu t=0, dan dipercepat oleh poros penggerak mulai bertambah besar dari = 0
samapi maksimum, dimana poros yang digerakan mengalami percepatan pada
saat t0 momen M pada klatc menjadi lebih besar daripada momen puntir/Torsi
Mω yang ditimbulkan oleh tahanan gesrekan dan tahanan gaya luar lainya yang
¿

bekerja pada poros yang digerakan. Kerja seharga A0 =∫ M . ω1 . dt , yang


0

diberikan oleh gayagesrekan dari t=0 samapai t=t0, seluruhnya diubah menjadi
kalor/panas. Dari t0 sampai t1 momen gesrekan betambah besar dari momen
puntir/TorsiMω sampai harga tertinggi Mk, kerena itu poros yang berputar terus
dipercepat dengan lebih besar oleh momen percepatan Mv = Mk – Mω.

2.3 Pentransmisian Daya/pemindahan Daya


Daya motor bensin, solar dan motor listrik adalah pengerak mula atau
pembangkit daya dari konversi energi, daya tersebut dipindahkan ke transmisi
dan roda atau mesin produksi melalui Alat mekanis disebut klatc/kopling, jika
antara poros pengerak dan poros yang digerakan sudah terhubung maka
perpindahan/pertranmisian berjalan statis, artinya seutuhnya daya dan putaran
diterima oleh mesin/kotak roda gigi, tanpa adanya perubahan atau kerugian
apapun pada setiap waktu, dimana poros pengerak dipasang satu kesatuan
dengan motor pengerak mula dan poros yang digerakan dipasang satu kesatuan
dengan mesin. Dalam pengunaannya sesuai fungsi alat klatc/kopling suatu
waktu harus dilbuka dan dihubungkan berulang seiring keadaanya.
Perpindahan dari keadaan berhenti/klatc terbuka dimana pada poros
yang digerakan, daya P2=0 dan putaran poros n2=0 dan momen klatc
M2=0.Perpindahan dari keadaan berputar klatc terhubung pada poros digerakan
yang gerakan terdapat, daya P2=P1 dan putaran poros n2=n1 dan momen klatc
M2=M1.terjadi dalam kondisi berangsur – angsur/ tidak seketika.

Gambar.3. diagram perpindahan Momen dan putaran sudut

Pada saat t=0, untuk kemudian klatc dihubungkan maka setelah t=t
terhubung sepenuhnya, dalam kurun waktu tersebut bagian klatc yang pada
awalnya terhenti berangsur – angsur mulai berputar hingga sampai n=n1.
Dalam keadaan tersebut dibutuhkan suatu momen tambahan yang akan
memberi kecepatan pada klatc. Bagian – bagian mesin yang digerakan pada
sa’at bersamaan turut bergerak hal ini membutuhkan momen tambahan disebut
momem percepatan yang terdiri dari momen percepatan yang berfungsi
memberikan momen kecepatan pada bagian klatc dan mesin sebesar : Mp =
Mpk + Mpm [Nm] Dimana Mp = momen percepatan, Mpk = momen percepatan
kopling, dan Mpm = Momen percepatan mesin.Pada perputaran awal
klatc/kopling perlu adanya momen puntir/Torsi sebesar=Mω, untuk perputaran
poros yang digerakan seketika setelah hubungan poros pengerak dan poros
digerakan tersambung penuh, oleh karena proses penyambungan poros
digerakan berjalan berangsur – angsur, maka selama waktu t detik klatc/kopling
tidak mendapat tekanan aksial gaya F yang tidak seketika besar karenanya
terjadi gesrekan yang dihasilkan antara bidang gesrekan plat/kampas klatc
tersebut oleh sebab itu momen yang dibutuhkan sewaktu terhubung, momen
gesrek maksimum :Mg = Mω + Mpk + Mpm [Nm]. Untuk persyaratan yang
harus dipenuhi maka Mg harus dibandingkan terhadap momen kemampuan
koplingMk dengan syarat Mk¿Mg perbedaan selisih MkdanMg≈ 10 [N].

METODOLOGI PERANCANGAN

Spesifikasi kopling manual mesin bubut


Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ), memiliki
spesifikasi sebagai berikut :
1. Daya maksimum (N) : 7,5 kW
2. Putaran pada daya maksimum (n) : 100 rpm
3. Torsi maximum ( T ) : 14,4 kgm
4. Putaran pada torsi maximum ( n ) : 4200 rpm
Rumus-rumus yang Digunakan
Torsi maksimum Kopling plat gesek bekerja karena adanya gaya
gesek (U) dengan permukaan, sehingga menyebabkan terjadinya momen
puntir pada poros yang di gerakkan. Momen ini bekerja dalam waktu tr
sampai putaran kedua poros sama. Pada keaadan terhubung tidak terjadi
slip dan putaran kedua poros sama dengan putaran awal poros penggerak,
sehingga dapat dibuat persamaan :
Mr = Mb + Mh
Dimana :
Mr = Torsi gesek [kgf.cm]
Mb = momen puntir poros transmisi [kgf.cm]
Mh = Torsi percepatan [kgf.cm]
Nilai Mh dapat dihitung dengan persamaan :
M h = 71620 N/n
Dengan :
Mh = Torsi maksimum [kgf.cm]
N = Daya maksimum [hp]
n = putaran poros [rpm]
71620 = konstanta korelasi satuan

Torsi Gesek
Harga torsi gesek didapat dari hubungan :
Mr = C . Mh
Dengan :
Mr = Torsi gesek [kgf.cm]
C = Konstanta
Harga C dapat dipilih dari tabel pada lampiran, harga ini berkisar antara 2-3
untuk mesin bubut.

Kerja Gesek dan Daya Gesekan


Kerja gesek ditentukan dari hubungan antara torsi, putaran, dan waktu
terjadinya
slip yaitu :
Mr . n. tr
Ar =
1910
Dimana :
Ar = Kerja gesek [kgf.cm]
Mr = Torsi gesek [kgf.cm]
N = Putaran [rpm]
tR = Waktu penyambungan / slip [detik]
1910 = Faktor korelasi satuan
Harga daya gesek dapat ditentukan dari hubungan kerja gesek dengan frekuensi
penggunaan kopling, yaitu jumlah penekanan atau pelepasan kopling persatuan
waktu yaitu :
Ar . z
Nr =
27 x 104

Dimana :
Nr = Daya gesek [hp]
z = Frekuensi penekanan kopling dalam satu jam
27×104 = Faktor korelasi satuan
Diameter Rata-rata Plat kopling Gesrek
Diameter rata-rata plat gesek ditentukan dengan menggunakan
persamaan untuk diameter rata-rata, yaitu :

[ ]
0,4
Nr
d = 71,5 b 0,5
KT . . j . n
d

dimana :

d = Diameter rata-rata pelat [cm]


b/d = Ratio antara lebar pelat terhadap diameter rata-rata
j = Jumlah pelat koplingg gesrek kopling
KT = Parameter koefisien gesrek
n = Putaran
Pengujian Harga KT dan KU
Untuk memeriksa apakah harga KT dan KU masih dalam batas-batas
yang diizinkan setelah adanya pembulatan-pembulatan dalam perhitungan,
maka jika harga KT tidak berbeda jauh dengan pemilihan harga awal dan harga
KU masih berkisar antara 2-8 maka rancangan ini dapat dilanjutkan :
N f .1000
KT = 0,5
b . dj . v

2. M r
KU =
b . d 2. j

Kecepatan tangensial adalah : v = π.d.n/60

Luas Bidang Tekan


Tekanan permukaan terjadi akibat adanya gaya tekan yang mengenai
satuan luas bidang tekan, gaya ini dipengaruhi oleh koefisien gesek sebesar μ =
0.3, dan ini adalah koefisien gesek bahan permukaan pelat gesek yang kita
pilah. Luas bidang tekan sama dengan luas permukaan pelat dan dapat diperoleh
dari hubungan :
F = π.b.d.j.Y
Dimana :
F = Luas bidang tekan [cm2]
Y = Faktor koreksi luas permukaan akibat pengurangan luas alur

Tekanan Rata-rata Permukaan


Tekanan rata-rata dicari dari hubungan torsi maksimum, diameter rata-
rata, koefisien gesekan dan luas bidang tekan :
2. M r
p =
π .d .F
Dimana :
p = Tekanan permukaan rata-rata [kgf/cm2]
μ = Koefisien gesek
F = Luas bidang tekan [cm2]

Tekanan Permukaan Maksimum


Tekanan permukaan maksimum digunakan untuk memilih pelat gesek
yang cocok dan aman. Pada lampiran tebal tertulis harga-harga tekanan untuk
bahan pelat gesek. Hubungan antara tekanan maksimum dan tekanan rata-rata
adalah :
d
Pmax = p [kgf/cm2]
dt

Umur Pelat Gesek


Daya saing pelat gesek sangat ditentukan oleh umur dari pelat gesek itu.
Umur pelat gesek ditentukan dari hubungan antara volume keausan spesifik dan
gaya gesek, sedangkan untuk menghitung volume keausan digunakan rumus :
Vv = F.Sv
Dengan :
Vv = Volume keausan [cm3]
F = Luas permukaan bidang tekan [cm2]
Sv = Batas keausan [cm]
Umur pelat gesek akhirnya dapat ditentukan dari persamaan :

Vv
LB =
Qv . N R

B
Dimana :
LB = Umur pelat gesek [jam]
Vv = Volume keausan [cm3]
Qv = Keausan spesifik

Temperatur Kerja Plat dan Kopling


Temperature kerja kopling harus memenuhi temperature yang diizinkan,
karena apabila melewati batas yang diizinkan akan menyebabkan pelat gesek
cepat sekali aus sehingga umur kopling akan lebih pendek. Temperature kerja
kopling dipengaruhi oleh koefisien perpindahan panas dari rumah kopling, luas
perpindahan panas dan temperature sekeliling, temperature kerja kopling adalah
:
t = tL+∆t
dengan :
t = Temperatur kerja kopling
tL = Temperatur lingkungan
∆t = Kenaikan temperature
Semua parameter dalam satuan °C. sementara itu kenaikan temperatur dapat
diketahui dengan persamaan :
632. N R
∆t =
F K .∝ K
Dengan :
FK = Luas permukaan bidang pendingin [m2]
ɑK = Koefisien perpindahan panas [kkal/m°C.jam]
luas permukaan bidang pendingin dapat diketahui dengan rumus :
π . ( d k −d i )
2 2
FK = π.dk.bk +
4
Dimana :
dk = Diameter terluar atau diameter rumah kopling [cm]
bk = Lebar rumah kopling [cm]
koefisien perpindahan panas, dari rumah kopling dapat diketahui dari hubungan
berikut :
ɑK = 4.5+6(vk)3/4
dengan :
π . d k .n
vk =
60
vk = Kecepatan tangensial rumah kopling [m/det]
maka kenaikan temperatur dapat dihitung dari hubungan sebagai berikut :
632. N R
ts =
Fk . α k
dengan :
NR = Daya gesek
Fk = Luas permukaaan bidang pendingin
αk = Koefisien perpindahan panas

Analisis Pegas
Pegas berfungsi sebagai peredam getaran dan penahan gaya permukaan
terhadap pelat gesek. Pegas ini juga berfungsi sebagai penerus daya dari HUB
ke pelat. Pada pegas ini bekerja momen torsi yang mengakibatkan tegangan
geser.
Tegangan ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Mt
τ= 2.h
2. π . r
Dengan :
Mt = Momen torsi maksimum
h = Panjang pegas
r = Diameter pegas

Analisis Tegangan Pada Pegas Diafragma


Pada rumah kopling terdapat pegas diafragma yang berbentuk cincin
(bellivelle spring) pada pegas ini terdapat gaya P yang dapat melakukan
pemasangan dan pelepasan kopling. Tengangan yang terjadi pada pegas ini
didapat dari persamaan berikut :
K i . E . t2
σ =
b2
dimana
Ki = Konstanta pegas untuk steel bellivelle spring
t = Tebal pegas
E = Modulus elastisitas

HASIL DAN ANALISA

Hasil Perhitungan Perhitungan Torsi Maksimum


Pemilihan torsi maksimum didasarkan pada harga paling tinggi antara
torsi maksimum yang diperoleh dari data spesifikasi dengan harga torsi
maksimum (statik) yang diperoleh melalui hubungan daya maksimum dan
putarannya. Dasar pemilihan torsi yang lebih besar karena perhitungan
didasarkan pada beban maksimum yang mungkin terjadi berdasarkan faktor
keamanan. Dengan diketahuinya beban maksimum, pemilihan bahan yang akan
digunakan dapat dilakukan dengan baik dan mempunyai kekuatan di atas beban
maksimum. Dari persamaan, maka torsi maksimum adalah :
109
Mh = 71620 .
6000
Mh = 1302 kgf.cm
Dalam hal ini harga torsi maksimum yang diperoleh dari data spesifikasi
ternyata lebih besar daripada harga torsi maksimum (statik), maka untuk
menjaga keamanan pemakaian dipilih harga torsi yang lebih tinggi, yaitu

Perhitungan Torsi Gesek


Dengan diketahuinya harga Mh, maka dapat ditentukan besarnya torsi
gesek. Harga C dapat dipilih dari tabel 1 pada lampiran II, yang mana ini
berkisar antara 2 – 3 untuk mesin bubut. Dengan memilih C = 2,2 maka
diperoleh harga torsi gesek sebesar :
Mr = 2,2 X 1302 = 2864,4 kgm.cm

Perhitungan Kerja Gesek dan Daya Gesek


Dari persamaan (3), dengan mengasumsikan tR = 0,5 detik, maka
besarnya kerja gesek yang dihasilkan adalah :
Ar = 2864,4*4200*0,5/1910
Ar = 3149,34 kgm.cm
Dari cara kerja gesek ini, dengan mengasumsikan pemakaian kopling rata-rata
pada kondisi apapun adalah 60 kali tiap jam, didapatkan besarnya daya gesek
adalah :
Nr = 3149,4*60/27x104
Nr = 188960,4/27x104
Nr = 0,69 hp

Perhitungan Diameter Rata-Rata Plat Gesek


Harga KT dan b/d dapat diketahui dari tabel 2 pada lampiran II. Harga-harga
Tersebut diambil berdasarkan jumlah pelat gesek, dalam hal ini untuk mesin
bubut jumlah pelat gesek yang dimiliki j = 2, maka akan Diketahui dari tabel
bahwa harga KT berkisar antara 1 – 1,6 dan harga b/d berkisar antara 0,15 –
0,3.. Dengan memilih harga KT = 1,5 dan harga b/d = 0,175 ,
maka akan didapat harga diameter rata-rata sebagai berikut :
[ ]
0,4
0,69
d = 71,5
1,5∗0,75∗2. 42000,5

[ ]
0,4
0,69
= 71,5
34,2
0,4
= 71,5 [ 0,02 ]
= 14,95 (Cm)
Sehingga lebar pelat akan diperoleh dengan subtitusi harga d ke dalam rasio b/d,
yaitu
: b/d = 0,175
b = 0,175 x 14,95
b = 2,61 cm

Dari harga ini dapat ditentukan besarnya diameter dalam pelat ( d1 ) dan
Diameter
luar pelat ( d0 ). Diameter dalam pelat ( d1 ) :
di =d – b = 14,95 – 2,61
di = 12,34 (cm)
diameter luar plat kopling [do]
do = d + b = 14,95 + 2,61
do = 17,56 [cm]

Pengujian Harga KT dan KU


Untuk memeriksa apakah harga KT danKU masih dalam batas-batas
yang Diizinkan,
terlebih dahulu ditentukan besarnya kecepatan tangensial pelat gesek, yaitu :
−2
3,14∗14,95∗10 ∗4200
v=
60
v = 32,86 [m/s]
sehingga
0,69∗1000
KT =
2,61∗[ 17,56 ]∗2∗32,860,5
690
KT =
525,44
KT = 1,31 kgf.cm2
Ternyata harga KT tidak jauh berbeda dengan pemilihan harga awal, maka
harga KT
dapat diterima. Selanjutnya dilakukan pengecekan harga KU sesuai dengan pers
[7].
2∗2864,4
KU = 2
x2
2,6∗14,95
KU = 5728,8/1166,6
KU = 4,91x10-3
Harga Ku dapat diterima karena masih mendekati harga dalam batas yang
diizinkan.

Perhitungan Luas Bidang Tekan


Dari data di atas dan dengan memakai persamaan (9), serta diasumsikan Y =
0,9 , maka luas bidang tekan dapat dicari, yaitu :
F = 3,14*2,61*14,95*2*0,9
F = 220,53 cm2

Perhitungan Tekanan Rata-Rata Permukaan


Dengan mengasumsikan koefisien gesek dari permukaan gesek (μ) = 0,3
, maka tekanan rata-rata adalah :
2∗2864,4
P=
0,3∗14,95∗220,53
P =5,79 kgm/cm2

Perhitungan Tekanan Maksimum Permukaan


Tekanan maksimum permukaan digunakan untuk memilih pelat gesek yang
cocok dan aman. Pada tabel 2 pada lampiran II tertulis harga-harga tekanan
untuk bahan pelat gesek. Dari persamaan (11) didapatkan besarnya tekanan
maksimum permukaan adalah
Pmaks = 5,79 * [1,95/1,34]
= 7,01 kgf/cm2
Dengan asumsi koefisien gesek dari permukaan gesek adalah 0,1 dan tekanan
maksimum yang diizinkan agar keamanan selama pemakaian terjamin adalah
3,22 kgf/cm2, maka dari tabel 2 pada lampiran II dapat disimpulkan bahwa
permukaan pelat gesek dapat terbuat dari bahan Asbestos Pressed Hidraulically
with plastic, yang mempunyai limit koefisien gesek antara 0,2 – 0,35 dan
tekanan permukaan yang diizinkan antara 0,5 – 80 kgf /cm 2. Jadi, bahan ini
sesuai digunakan untuk rancangan, karena tekanan maksimum permukaan
gesek yang dirancang masih berada dalam batas tersebut.

Perhitungan Umur Plat Gesek


Umur pelat gesek ditentukan dari hubungan antara volume keausan
spesifik dan daya gesek. Dengan adanya paku keling, maka tebal lapisan
permukaan gesek yang aus diukur dengan keadaan paku keling tersebut adalah
2 mm dan ini sama dengan tebal keausan maksimum dari pelat gesek.
VV = F * keadaan paku keeling * j
VV = 220,53*0,2*2
VV = 88,212 cm3
Dengan asumsi Qv = 0,125 , maka :
LB = 88,212 / [0,125*0,69]
LB = 9,77 Jam

Perhitungan Temperatur Kerja Pelat dan Kopling


Temperatur yang terjadi pada pelat gesek dipengaruhi oleh besarnya daya gesek
(Nf) yang bekerja pada pelat tersebut. Makin besar daya gesek, makin tinggi
temperature yang terjadi, sehingga dalam pemilihan bahan haruslah bahan yang
mempunyai ketahanan yang baik terhadap temperatur yang tinggi atau
temperatur yang terjadi tidak melebihi jangkauan yang diizinkan untuk pelat
tersebut. Dengan asumsi temperatur lingkungan adalah 300C, temperatur kerja
kopling adalah :
dk = asumsi
dk = do + [ 2*3 ]cm
dk = 5 cm
Karena itu
dk = do + [2*3] cm
dk = 17,56 + 6
dk = 23,56 cm
3,14 ( 233,562−12,34 2 )
Fk = 3,14*23,56*5 +
4
Fk = 686,08 cm2

Koefisien perpindahan panas dari rumah kopling dapat diketahui dari hubungan
Pada
persamaan (17), dimana kecepatan tangensial yang dihasilkan adalah :
3,14∗23,56∗4200
Vk =
60
Vk = 5178,488 cm/s
Vk = 51,78 m/s
Sehingga
αK = 4,55 + 6*[ 51,78 ]3/4
αK = 202,67 kkal/mOC.jam
Dengan data-data di atas dapat dicari kenaikan temperatur sebagai berikut :
632∗0,69
∆t = −4
686,08∗10 ∗202,67
∆ t = 436,08 / [ 13,90x10 ]
-3

∆t = 31,37 OC
Sehingga temperatur kerja kopling ( asumsi temperatur lingkungan 20OC)
Adalah:
t = 20OC + 31,37OC
t = 51,37 OC
Berdasarkan tabel 2 pada lampiran II temperatur kerja yang diizinkan untuk
Asbestos Pressed Hidraulically with Plastic sampai 500 OC, jadi temperaturkerja
kopling hasil rancangan dapat diterima karena masih dalam batas yang
diizinkan.

Bahan permukaan kontak p. (kg /mm 2 )


Ktring Dilumasi

Besi cor dan besi cor 0,1 ,20 0,08W,12 0,09—0,17


Best cor dan perunggu 0,1 ,20 0,1 ,2fi 0,05W,08
Besi cor dan asbes (ditenun) 0,35-—0,65 0,007—0,07
Best cor dan serat 0,05-0,10 0,0S-11,10 0,005-0,03
Best cor dan kayu 0,10-0,35 0,02—0,03

Kerja penghubungan yang diizinkan dibatasi menurut banyaknya


penghubungan dalam suatu jangka waktu tertentu. Kenaikan temperatur juga
dibatasi. Umur plat gesek juga harus dihitung.
Sekalipun untuk kopling plat yang sederhana, sebanyak mungkin segi
yang penting harus diperhatikan, agar kopling dapat bekerja dengan halus
dan aman, karena kopling adalah suatu bagian yang penting. Suatu contoh
perhitungan sederhana akan diberikan di bawah ini tanpa suatu diagram.

[Contoh 3.2] Rencanakan sebuah kopling plat tunggal untuk meneruskan


daya sebesar 7,5 (kW) pada 100 (rpm). Anggaplah besarnya perbandingan
diameter D | D z 0,8, koefisien gesekan p = 0,2, dan tekanan permukaan
yang diizinkan pada bidang gesek p. -- 0,02 (kg/mm').

[Penyelesaian]
1. P = 7,5 (Kw), n1 = 100 (rpm)
2. Dengan menganggap daya nominal motor sebesar 7,5
(kW)
3. Pd —— 1 x 7,5 = 7,5 (kW)
4. T —— 9,74 x 10’ x 7,5/100 = 73050 (kg mm)
π
5. F —— ( )( D 22 — D 21 ) Pa = ( π /4)(1 — 0,82) D 22 x 0,02 =
4
0,00565 D22
6. rm —- ( D 1+ D2)/4 = (0,8 + 1)D2/4 = 0,45 D2
7. T —- µF × rm = 0,2 x 0,00565 D22x 0,45 D 2 = 0,0005085 D32
=
508,5 x 10−6 D 32
3
8. 73050 = 508,5 x 10−6 D2

3 = 523,7 (mm) —> 530 (mm)


0

10
D2 -- 530 (mm)

D 1= 0,8 x 530 =
424 (mm)
Dalam contoh ini, ukuran kopling hanya ditentukan dari perhitungan momen
saja. Tetapi, dalam praktek karena percepatan dll. turut menentukan, maka
perhitungan seperti di atas tidak cukup. Di bawah ini akan diberikan cara yang
lebih lengkap.
1) Mula-mula ditentukan cara pelayanan pada mesin yang akan dipakai
seperti: manual atau otomatik, langsung atau jarak jauh, serta macam pelayanan
seperti: manual, hidrolik, numatik, atau magnitik [Gambar 3.5(a), (b), (c)].
2) Tentukan macam kopling menurut besarnya momen yang akan
diteruskan, plat tunggal atau plat banyak.
3) Pertimbangkan macam dan karakteristik momen dari penggerak mula. Jika

Anda mungkin juga menyukai