Klatc/Clutch (sering disebut dengan kampas kopling atau kopling yang berasal dari bahasa
Belanda,Koppeling) adalah alat mekanis yang digunakan untuk transmisi atau penerus daya dan
putaran dari satu komponen ke komponen lainketika diaktifkan (dihubungkan), bekerja lembut.
Umumnya dihubungkan atau dikendalikan pada suatu waktu tertentu, dengan pengendalian torsi
atau kecepatan putar yang akan diteruskan dengan cara dihubungkan atau dilepaskan dalam
waktu tertentu dari poros mesin/motor pengerak mula ke poros transmisi atau komponen poros
yang digerakan lainnya. Klatc dipasang diantara poros pengerak dan poros digerakan dimana
daya ditransmisikan.Klatc digunakandengan cara menghubungkan dua poros yang berputar, di
mana salah satu poros menjadi penggeraknya. Dalam kasus ini, satu poros (poros penggerak)
terpasang dengan motor atau sumber daya lain sementara poros yang lain (poros yang
digerakkan) terhubung dengan beban kerja dan berputar pada kecepatan yang sama ataupun
berputar dengan kecepatan putar yang berbeda. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Clutch).
Gambar.2. Diff elemen bentuk gelang disederhanakan dari plat kopling tunggal
sampai ke titik pusat sumbu poros. Dengan pendekatan momen terhadap sumbu poros dari suatu
gaya Fg yang menyilang poros tegak lurus pada jarak r (= Radius rata – rata luas bidang
berbentuk cincin saling bergesrekan) M =Fg . r untuk tidak terjadi slip secara umum berlaku
M≤F . µ . r atau F≥M/[ µ . r]. Gaya – gaya luar ketika klatc dihubungkan diatasi oleh besarnya
momen M, dihasilkan oleh gesrekan pada waktu t=0, dan dipercepat oleh poros penggerak mulai
bertambah besar dari = 0 samapi maksimum, dimana poros yang digerakan mengalami
percepatan pada saat t0 momen M pada klatc menjadi lebih besar daripada momen puntir/Torsi
Mω yang ditimbulkan oleh tahanan gesrekan dan tahanan gaya luar lainya yang bekerja pada
¿
poros yang digerakan. Kerja seharga A0 =∫ M . ω1 . dt , yang diberikan oleh gayagesrekan dari
0
t=0 samapai t=t0, seluruhnya diubah menjadi kalor/panas. Dari t 0 sampai t1 momen gesrekan
betambah besar dari momen puntir/TorsiMω sampai harga tertinggi Mk, kerena itu poros yang
berputar terus dipercepat dengan lebih besar oleh momen percepatan Mv = Mk – Mω.
Gambar.2. Posisi klatc/kopling gbr kiri terbuka dan gbr kanan terhubung
Perpindahan dari keadaan berhenti/klatc terbuka dimana pada poros yang digerakan, daya P2=0
dan putaran poros n2=0 dan momen klatc M2=0.Perpindahan dari keadaan berputar klatc
terhubung pada poros digerakan yang gerakan terdapat, daya P2=P1 dan putaran poros n2=n1
dan momen klatc M2=M1.terjadi dalam kondisi berangsur – angsur/ tidak seketika.
Gambar.3. diagram perpindahan Momen dan putaran sudut
Pada saat t=0, untuk kemudian klatc dihubungkan maka setelah t=t terhubung sepenuhnya,
dalam kurun waktu tersebut bagian klatc yang pada awalnya terhenti berangsur – angsur mulai
berputar hingga sampai n=n1. Dalam keadaan tersebut dibutuhkan suatu momen tambahan yang
akan memberi kecepatan pada klatc. Bagian – bagian mesin yang digerakan pada sa’at
bersamaan turut bergerak hal ini membutuhkan momen tambahan disebut momem percepatan
yang terdiri dari momen percepatan yang berfungsi memberikan momen kecepatan pada bagian
klatc dan mesin sebesar : Mp = Mpk + Mpm [Nm]
Dimana Mp = momen percepatan, Mpk = momen percepatan kopling, dan Mpm = Momen
percepatan mesin.Pada perputaran awal klatc/kopling perlu adanya momen puntir/Torsi
sebesar=Mω, untuk perputaran poros yang digerakan seketika setelah hubungan poros pengerak
dan poros digerakan tersambung penuh, oleh karena proses penyambungan poros digerakan
berjalan berangsur – angsur, maka selama waktu t detik klatc/kopling tidak mendapat tekanan
aksial gaya F yang tidak seketika besar karenanya terjadi gesrekan yang dihasilkan antara bidang
gesrekan plat/kampas klatc tersebut oleh sebab itu momen yang dibutuhkan sewaktu terhubung,
momen gesrek maksimum :Mg = Mω + Mpk + Mpm [Nm].
Untuk persyaratan yang harus dipenuhi maka Mg harus dibandingkan terhadap momen
kemampuan koplingMk dengan syarat Mk¿Mg perbedaan selisih MkdanMg≈ 10 [N].
METODOLOGI PERANCANGAN
Mr = Mb + Mh
Dimana :
Mr = Torsi gesek [kgf.cm]
Mb = momen puntir poros transmisi [kgf.cm]
Mh = Torsi percepatan [kgf.cm]
Nilai Mh dapat dihitung dengan persamaan :
M h = 71620 N/n
Dengan :
Mh = Torsi maksimum [kgf.cm]
N = Daya maksimum [hp]
n = putaran poros [rpm]
71620 = konstanta korelasi satuan
Torsi Gesek
Harga torsi gesek didapat dari hubungan :
Mr = C . Mh
Dengan :
Mr = Torsi gesek [kgf.cm]
C = Konstanta
Harga C dapat dipilih dari tabel pada lampiran, harga ini berkisar antara 2-3 untuk
kendaraan roda empat ringan.
Kerja Gesek dan Daya Gesekan
Kerja gesek ditentukan dari hubungan antara torsi, putaran, dan waktu terjadinya
slip yaitu :
Mr . n. tr
Ar = 1910
Dimana :
Ar = Kerja gesek [kgf.cm]
Mr = Torsi gesek [kgf.cm]
n = Putaran [rpm]
tR = Waktu penyambungan / slip [detik]
1910 = Faktor korelasi satuan
Harga daya gesek dapat ditentukan dari hubungan kerja gesek dengan frekuensi
penggunaan kopling, yaitu jumlah penekanan atau pelepasan kopling persatuan waktu
yaitu :
Ar . z
Nr =
27 x 104
Dimana :
Nr = Daya gesek [hp]
z = Frekuensi penekanan kopling dalam satu jam
27×104 = Faktor korelasi satuan
Diameter Rata-rata Plat kopling Gesrek
Diameter rata-rata plat gesek ditentukan dengan menggunakan persamaan untuk diameter
rata-rata, yaitu :
[ ]
0,4
Nr
d = 71,5 b
K T . . j . n0,5
d
dimana :
2. M r
KU = 2. j
b.d
Kecepatan tangensial adalah : v = π.d.n/60
Luas Bidang Tekan
Tekanan permukaan terjadi akibat adanya gaya tekan yang mengenai satuan luas bidang
tekan, gaya ini dipengaruhi oleh koefisien gesek sebesar μ = 0.3, dan ini adalah koefisien
gesek bahan permukaan pelat gesek yang kita pilah. Luas bidang tekan sama dengan luas
permukaan pelat dan dapat diperoleh dari hubungan :
F = π.b.d.j.Y
Dimana :
F = Luas bidang tekan [cm2]
Y = Faktor koreksi luas permukaan akibat pengurangan luas alur
Tekanan Rata-rata Permukaan
Tekanan rata-rata dicari dari hubungan torsi maksimum, diameter rata-rata,
koefisien gesekan dan luas bidang tekan :
2. M r
p =
π .d .F
Dimana :
p = Tekanan permukaan rata-rata [kgf/cm2]
μ = Koefisien gesek
F = Luas bidang tekan [cm2]
Tekanan Permukaan Maksimum
Tekanan permukaan maksimum digunakan untuk memilih pelat gesek yang cocok
dan aman. Pada lampiran tebal tertulis harga-harga tekanan untuk bahan pelat gesek.
Hubungan antara tekanan maksimum dan tekanan rata-rata adalah :
d
Pmax = p d [kgf/cm2]
t
Vv
LB =
Qv . N R
B
Dimana :
LB = Umur pelat gesek [jam]
Vv = Volume keausan [cm3]
Qv = Keausan spesifik
Temperatur Kerja Plat dan Kopling
Temperature kerja kopling harus memenuhi temperature yang diizinkan, karena apabila
melewati batas yang diizinkan akan menyebabkan pelat gesek cepat sekali aus sehingga umur
kopling akan lebih pendek. Temperature kerja kopling dipengaruhi oleh koefisien perpindahan
panas dari rumah kopling, luas perpindahan panas dan temperature sekeliling, temperature kerja
kopling adalah :
t = tL+∆t
dengan :
t = Temperatur kerja kopling
tL = Temperatur lingkungan
∆t = Kenaikan temperature
Semua parameter dalam satuan °C. sementara itu kenaikan temperatur dapat diketahui
dengan persamaan :
632. N R
∆t =
F K .∝ K
Dengan :
FK = Luas permukaan bidang pendingin [m2]
ɑK = Koefisien perpindahan panas [kkal/m°C.jam]
luas permukaan bidang pendingin dapat diketahui dengan rumus :
π . ( d k −d i )
2 2
FK = π.dk.bk +
4
Dimana :
dk = Diameter terluar atau diameter rumah kopling [cm]
bk = Lebar rumah kopling [cm]
koefisien perpindahan panas, dari rumah kopling dapat diketahui dari hubungan
berikut :
ɑK = 4.5+6(vk)3/4
dengan :
π . d k .n
vk =
60
vk = Kecepatan tangensial rumah kopling [m/det]
maka kenaikan temperatur dapat dihitung dari hubungan sebagai berikut :
632. N R
ts =
Fk. α k
dengan :
NR = Daya gesek
Fk = Luas permukaaan bidang pendingin
αk = Koefisien perpindahan panas
Pemasangan Paku Keling
Paku keeling yang dipasang pada pelat gesek dan pelat penghubung berfungsi
untuk meneruskan putaran pelat gesek ke pelat penghubung dan seterusnya ke HUB, dan
selanjutnya keporos. Untuk perhitungan pemasangan paku keeling didapat dengan
menggunakan perhitungan berikut. Gaya yang dialami oleh setiap paku keeling
didapatkan dengan menggunakan persamaan berikut :
2. M R
Fk =
Z
Dengan :
Fk = Gaya yang diterima masing-masing paku keeling
MR = Torsi gesek
Z = Jumlah paku keeling
Dimensi paku keeling diketahui dengan menggunakan persamaan berikut :
d =
√ 4. F k
τ .3,14
dengan :
Fk = Gaya yang diterima masing-masing paku keeling
τ = Tegangan geser material paku keeling
Analisis Pegas
Pegas berfungsi sebagai peredam getaran dan penahan gaya permukaan terhadap
pelat gesek. Pegas ini juga berfungsi sebagai penerus daya dari HUB ke pelat. Pada pegas
ini bekerja momen torsi yang mengakibatkan tegangan geser.
Tegangan ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Mt
τ=
2. π . r 2.h
Dengan :
Mt = Momen torsi maksimum
h = Panjang pegas
r = Diameter pegas
Analisis Tegangan Pada Pegas Diafragma
Pada rumah kopling terdapat pegas diafragma yang berbentuk cincin (bellivelle
spring) pada pegas ini terdapat gaya P yang dapat melakukan pemasangan dan pelepasan
kopling. Tengangan yang terjadi pada pegas ini didapat dari persamaan berikut :
2
Ki. E . t
σ = 2
b
dimana
Ki = Konstanta pegas untuk steel bellivelle spring
t = Tebal pegas
E = Modulus elastisitas
HASIL DAN ANALISA
Hasil Perhitungan Perhitungan Torsi Maksimum
Pemilihan torsi maksimum didasarkan pada harga paling tinggi antara torsi
maksimum yang diperoleh dari data spesifikasi dengan harga torsi maksimum (statik)
yang diperoleh melalui hubungan daya maksimum dan putarannya. Dasar pemilihan torsi
yang lebih besar karena perhitungan didasarkan pada beban maksimum yang mungkin
terjadi berdasarkan faktor keamanan. Dengan diketahuinya beban maksimum, pemilihan
bahan yang akan digunakan dapat dilakukan dengan baik dan mempunyai kekuatan di
atas beban maksimum. Dari persamaan, maka torsi maksimum adalah :
109
Mh = 71620 .
6000
Mh = 1302 kgf.cm
Dalam hal ini harga torsi maksimum yang diperoleh dari data spesifikasi ternyata
lebih besar daripada harga torsi maksimum (statik), maka untuk menjaga keamanan
pemakaian dipilih harga torsi yang lebih tinggi, yaitu
Mh = 1302 kgf.cm dengan kecepatan putar mesin n = 4200 rpm
Perhitungan Torsi Gesek
Dengan diketahuinya harga Mh, maka dapat ditentukan besarnya torsi gesek. Harga C
dapat dipilih dari tabel 1 pada lampiran II, yang mana ini berkisar antara 2 – 3 untuk
kendaraan motor. Dengan memilih C = 2,2 maka diperoleh harga torsi gesek sebesar :
Mr = 2,2 X 1302 = 2864,4 kgm.cm
Perhitungan Kerja Gesek dan Daya Gesek
Dari persamaan (3), dengan mengasumsikan t R = 0,5 detik, maka besarnya kerja gesek
yang dihasilkan adalah :
Ar = 2864,4*4200*0,5/1910
Ar = 3149,34 kgm.cm
Dari cara kerja gesek ini, dengan mengasumsikan pemakaian kopling rata-rata pada
kondisi jalan apapun adalah 60 kali tiap jam, didapatkan besarnya daya gesek adalah :
Nr = 3149,4*60/27x104
Nr = 188960,4/27x104
Nr = 0,69 hp
Perhitungan Diameter Rata-Rata Plat Gesek
Harga KT dan b/d dapat diketahui dari tabel 2 pada lampiran II. Harga-harga Tersebut
diambil berdasarkan jumlah pelat gesek, dalam hal ini untuk TOYOTA kijang super
jumlah pelat gesek yang dimiliki j = 2, maka akan Diketahui dari tabel bahwa harga K T
berkisar antara 1 – 1,6 dan harga b/d berkisar antara 0,15 – 0,3.. Dengan memilih harga
KT = 1,5 dan harga b/d = 0,175 ,
maka akan didapat harga diameter rata-rata sebagai berikut :
[ ]
0,4
0,69
d = 71,5
1,5∗0,75∗2. 42000,5
[ ]
0,4
0,69
= 71,5
34,2
∆t = 31,37 OC
Sehingga temperatur kerja kopling ( asumsi temperatur lingkungan 20OC) Adalah:
t = 20OC + 31,37OC
t = 51,37 OC
Berdasarkan tabel 2 pada lampiran II temperatur kerja yang diizinkan untuk Asbestos
Pressed Hidraulically with Plastic sampai 500 OC, jadi temperaturkerja kopling hasil
rancangan dapat diterima karena masih dalam batas yang diizinkan.
PAKU KEELING
Pada motor TOYOTA kijang super ini digunakan tiga macam paku keling yang berbeda
fungsi, yaitu :
1. Paku keling untuk permukaan gesek dengan plat penghubung Torsi (Mr) = 2864,4
kgm . cm Jarak keling ke pusat( r ) adalah 5 cm
FR = Mr / r = 2864,4 ( kgf.m ) / 10 cm
= 286,4 kgf = 2864,4 kg
Jumlah keling yang digunakan ada 18 buah, maka gaya geser yang ditanggung satu buah
kopling adalah :
FR1 = 2864,4 / 118 = 159,113 [N]
Jumlah patahan yang diasumsikan adalah 2 (n = 2) Untuk bahan paku keling digunakan
AIMg3F18, dengan Fs = 2 dan τmax = 27 Mpa didapatkan :
τmax = 27 Mpa /2 = 13,5 Mpa
Maka diameter paku keling yang diizinkan adalah :
d=
√ 4∗159,13
3,14∗2∗13,5
d=
√ 636,52
84,78
d = 2,7 mm diameter paku keeling dibulatkan 3 mm
dpk =
√ 4∗F R 1
π∗n∗τ max
dpk =
√ 4∗22,73
3,14∗3∗13,5
dpk = 2,6 dibulatkan 3 mm
3.Paku keeling untuk penghubung dengan HUB
Torsi ( Mr ) = 28644 kgfcm
Jarak keeling kepusat r adalah 5,5 cm
FR1 = Mr / r
FR1 = 2864,4 kgf.m / 5,5 cm
FR1 = 520,8 kgf = 52080 N
Jumlah paku keeling yang digunakan ada 16 buah, maka gaya geser yang ditanggung satu buah
kopling adalah
FR1 = 5208 / 18
FR1 = 289,3 N
Jumlah patahan yang diasumsikan adalah 4 ( n = 4 )
Untuk bahan paku keeling yang digunakan AIMg3F18, dengan Fs =2 dan σmax =27 Mpa,
didapatkan
σmax = 27 Mpa / 2
σmax = 13,5 Mpa
Maka diameter paku keeling yang sesuai adalah :
dpk =
√ 4∗289,3
3,14∗4∗13,5
dpk = 2,6 dibulatkan 3 mm
Poros
Untuk perancangan poros, hal yang sangat berpengaruh adalah torsi dari kopling, Didapatkan
harga torsi gesek dari kopling adalah 28644 kgf.cm yang setelah dikonversikan ke satuan SI
menjadi : 28,644 x 9,81 = 280,99 Nm = 28099764 Nmm
Material yang diambil untuk poros ini adalah AISI 4340 COLD DRAWN dengan σyp = 99000 psi
atau 682,8 Mpa Dengan menggunakan rumus perhitungan poros dan harga tegangan geser, kita
akan mendapatkan harga diameter poros minimum, yaitu
d=
√
3 16∗280990 Nmm
3,14∗682,8 Nmm
2
d = √3 2096,95 mm2
d = 12,8 mm dibulatkan 13 mm
Logan Fluid or Air actuated clutches Ortlinghaus mechanical clutches
Pertama, bagian yang dilingkari merah disebut rotor. Ini adalah bagian yang bergerak
bersama dengan sumbu. Ketika daya dihidupkan, kumparan yang dibangun ke bagian
ini disebut stator diisi. Seluruh stator kemudian memainkan peran seperti magnet.
Gaya magnet yang dihasilkan di sini melewati bagian rotor dan menarik bagian yang
disebut armature. Bagian yang berputar pada rangka merah dan bagian jangkar
bersentuhan erat dan katrol menjadi dapat bergerak.
Ketika daya dimatikan, sirkuit magnetik menghilang dan rotor kehilangan kekuatannya
untuk menarik angker. Selanjutnya, armature kembali ke posisi semula karena adanya
bagian yang disebut pegas daun yang terletak di antara puli ini dan armature. Dengan
cara ini, kopling dilepaskan dan transmisi daya terputus.