Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

TKD Saintek SBMPTN 2016 Kode Naskah


225 No. 31-50 Perhatikan elektron terluar pada atom
pusat Y! Dari 6 elektro terluarnya, 2
31. Energi pengionan atau energi ionisasi
elektron digunakan untuk mengikat atom
X (m = 2). Sisa 4 elektron membentuk 2
adalah energi yang dibutuhkan oleh suatu
pasang elektron bebas (n = 2).
atom untuk melepas elektron. Dengan demikian, tipe molekulnya adalah:
Jika untuk melepas 1 elektron dibutuhkan AXmEn → AX2E2
energi yang besar maka suatu atom Tipe molekul AX2E2 mempunyai bentuk
cenderung tidak melepas elektron. molekul bentuk V (diketahui dari tabel).
Sebaliknya, jika energi Jadi, bentuk molekul senyawa kovalen
ionisasinya kecil maka atom akan X2Y adalah bentuk V (C).
cenderung melepas elektron.
Ibarat membeli suatu barang, seseorang 33. Rumus molekul (RM) merupakan kelipatan
cenderung melepas uangnya untuk barang bilangan bulat dari rumus empiris. Rumus
yang lebih murah. molekul senyawa tersebut adalah:
Perhatikan grafik energi pengionan atom X RM = (NaCO2)n
berikut ini. Rumus molekul inilah yang digunakan dalam
penentuan besar massa molekul relatif (Mr).
Jika 1 mol (NaCO2)n mempunyai massa 134 g
maka:
       Mr (NaCO2)n = gr/mol
(23 + 12 + 2×16)n = 134/1
                       67n = 134
                           n = 2
Sehingga rumus molekul senyawa tersebut
adalah:
Energi ionisasi (EI) ke-1 dan ke-2 jauh (NaCO2)2 → Na2C2O4
lebih kecil daripada EI ke-3, ke-4, dan ke- Jumlah atom C dalam 0,1 mol senyawa
5. Na2C2O4 adalah:
Mula-mula atom X melepas 1 elektron N = banyak atom C dalam Na2C2O4 × mol × L
dengan menggunakan EI ke-1 menjadi X+.     = 2 × 0,1 × 6,02 × 1023
Karena EI ke-2 masih relatif kecil, atom X     = 1,2 × 1023
melepas 1 elektron lagi menjadi X+2. Jadi, jumlah atom karbon dalam 0,1 mol
Sedangkan EI ke-3 sangat besar (lebih dari senyawa tersebut adalah 1,2 × 1023 (A).
3 kali lipat) sehingga atom X tidak 34. Reaksi di atas bila disetarakan akan
melepas elektron lagi. menjadi:
Jadi, unsur X cenderung membentuk ion B2H6 + 6Cl2 → 2BCl3 + 6HCl
X+2 (B). Pada soal di atas, kedua pereaksi diketahui
32. Kita tentukan dulu konfigurasi elektron massanya. Berarti kita harus menentukan
atom X dan Y. pereaksi pembatasnya, yaitu pereaksi yang
habis bereaksi.
17X : 2  8  7    (7 elektron terluar)
Kita mulai dengan menentukan mol dari
8Y   : 2  6        (6 elektron terluar)
B2H6 dan Cl2.
Atom X mempunyai 7 elektron terluar
Mr B2H6 = 2×11 + 6×1
sehingga membutuhkan 1 elektron dari Y
               = 28
agar terpenuhi kaidah oktet (jumlah
mol B2H6 = 5,6/28 mol
elektron terluar = 8). Sedangkan atom Y
                = 0,2 mol
mempunyai 6 elektron terluar sehingga
Mr Cl2 = 2×35,5
membutuh 2 elektron dari X.
            = 71
Senyawa yang terbentuk adalah X2Y atau
mol Cl2 = 4,2/71 mol
YX2 sehingga yang menjadi atom pusat
             = 0,6 mol
adalah Y.
Untuk menentukan pereaksi pembatas,   ΔH = energi ruas kiri – energi ruas kanan
masing-masing mol kita bagi dengan  −17 = 2CO + 6NH − (4NH + 2CN + CO
koefisiennya. Yang memberikan hasil lebih + 2OH)
kecil akan bertindak sebagai pereaksi  −17 = CO + 2NH − 2CN − 2OH
pembatas.  −17 = 745 + 2NH − 2×305 − 2×467
B2H6 → 0,2/1 = 0,2  −17 = 2NH − 799 
Cl2    → 0,6/6 = 0,1 2NH = 782
Dengan demikian, yang bertindak sebagai   NH = 391
pereaksi pembatas adalah Cl2. Artinya, 0,6 mol
Cl2 akan habis bereaksi sedangkan 0,2 mol
Jadi, energi ikatan rata-rata N-H adalah
391 kJ.mol−1 (A).
B2H6 akan tersisa (tidak dapat digunakan
sebagai dasar penghitungan).
37. Kunci penyelesaian soal ini adalah
Berdasarkan pereaksi pembatas ini, kita dapat
mengingat kembali langkah-langkah
menentukan mol HCl melalui perbandingan
menyetarakan reaksi redoks. Metode yang
koefisien.
paling praktis dalam menyetarakan reaksi
mol HCl = 6/6 × 0,6 mol
redoks adalah metode perubahan biloks
              = 0,6 mol
Dengan demikian, massa HCl adalah:
karena metode ini bisa dilakukan baik pada
gr HCl = mol × Mr suasana asam maupun basa.
           = 0,6 × 36,5 Mari kita setarakan reaksi di atas!
           = 21,9 Cl2 mengalami reaksi disproporsionasi
Jadi, massa HCl yang diperoleh dari reaksi (autoredoks) menghasilkan ion Cl− dan
tersebut adalah 21,9 g (C). ClO3−.
Cl2 → Cl− + ClO3−
35. Kita tentukan dulu mol dari Langkah pertama kita cari biloks selain H
pereaksinya. dan O, yaitu biloks dari Cl (ingat, biloks O
Mr NH4NO3 = 2×14 + 4×1 + 3×16 = −2). Kemudian kita cari perubahan
                     = 80 biloks-nya.
mol NH4NO3 = 40/80 mol
                      = 0,5 mol
Karena koefisien N2O sama dengan
koefisien NH4NO3 maka jumlah mol
keduanya juga sama.
mol N2O = 0,5 mol
Pada kondisi yang sama, gas X memiliki Selanjutnya kita kalikan silang perubahan
massa 22 gram. Berarti mol gas X sama tersebut, 5 kita kalikan pada Cl− dan 1 kita
dengan mol gas N2O. kalikan ke ClO3−.
Cl2 → 5Cl− + 1ClO3−
Akibatnya, jumlah Cl di ruas kanan
menjadi 6. Agar sama, ruas kiri kita
kalikan 3. Diperoleh:
3Cl2 → 5Cl− + 1ClO3−
Penyetaraan bisa dilanjutkan dengan
menyetarakan jumlah atom O dan jumlah
Jadi, massa molekul relatif (Mr) gas X muatan. Namun, itu tidak perlu kita
adalah 44 (B). lakukan karena pertanyaannya bukan
36. Untuk mempermudah memahami soal penyetaraan.
di atas, ada baiknya kita gambar struktur Perhatikan pertanyaan pada soal!
ikatannya. Jumlah mol ion ClO3− yang dihasilkan
CO2 + 2NH3 → (NH2)2CO + H2O dari 1 mol Cl2 adalah…
Karena kita sudah mendapatkan koefisien
reaksi maka jumlah mol ClO3− dapat
ditentukan melalui perbandingan koefisien.
Perubahan entalpi reaksi di atas adalah:
mol ClO3− = 1/3 mol Cl2
                 = 1/3× 1 mol  PO2 = 1 − x 
                 = 1/3 mol        = 1 − 0,25 
      = 0,75
Jadi, jumlah mol ion ClO3− yang dihasilkan POF2 = 2x 
dari 1 mol Cl2 adalah 1/3 mol (B).          = 2×0,25 
         = 0,5
38. Soal ini hanya panjang kalimat tetapi Dengan demikian, harga Kp adalah:
jawabannya mudah ditebak.
Perhatikan konsep berikut!
katoda : terjadi reaksi reduksi (E0 besar)
anoda  : terjadi reaksi oksidasi (E0 kecil)
Jika suatu spesi mempunyai potensial reduksi
yang lebih besar dari yang lain maka spesi
tersebut cenderung mengalami reduksi. Jadi, tetapan kesetimbangan tekanan reaksi
Pada soal di atas, Cu2+ mempunyai potensial tersebut adalah 1,333 (E).
reduksi paling besar. Sehingga Cu2+ akan 41. Penurunan titik beku larutan
mengalami reduksi lebih dahulu membentuk dirumuskan sebagai:
endapan Cu.
Cu2+(aq) + 2e− → Cu(s)
Jadi, spesi yang pertama kali terbentuk pada Sesuai dengan data pada soal, rumus di
katoda adalah Cu (C). atas bisa diubah menjadi (n = jumlah mol):
39. Reaksi pada soal di atas bila
disetarakan akan menjadi:
Larutan A adalah 0,01 mol urea yang
2H2S + SO2 → 3S + 2H2O  merupakan larutan nonelektrolit (i = 1)
Sementara itu, laju reaksi sebanding sehingga penurunan titik didihnya adalah:
dengan koefisien reaksi. 
laju reaksi ~ koefisien
Sehingga diperoleh:
vH2S : vS = 2 : 3
Jadi, perbandingan laju pengurangan Sedangkan larutan B merupakan larutan
H2S(g) terhadap laju pertambahan S(s) per elektrolit yang terdiri dari:
satuan waktu adalah 2 : 3 (D). NaBr       i = 2   (1 Na+, 1 Br−)
Na2SO4   i = 3   (2Na+ dan 1 SO42−)
40. Misalkan gas O2 yang bereaksi
Karena NaBr dan Na2SO4 mempunyai
adalah x atm (kita pilih gas O2 karena jumlah mol yang sama serta dilarutkan
koefisiennya 1). dalam pelarut yang sama maka penurunan
titik beku larutan B adalah:
2F2(g) + O2(g) ⇌ 2OF2(g)
mula-mula : 1 1 -
reaksi : 2x x 2x
setimbang : 1 − 2x 1 − x 2x
Pada keadaan setimbang, tekanan total gas
adalah 1,75 atm. Dengan demikian, perbandingan ∆tfA :
(1 − 2x) + (1 − x) + 2x = 1,75  ∆tfB adalah:
                            2 − x = 1,75 
                                  x = 2 − 1,75 
                                     = 0,25
Berdasarkan nilai x ini, kita tentukan
tekanan parsial masing-masing gas pada Jadi, perbandingan penurunan titik beku
keadaan setimbang. larutan A terhadap larutan B adalah 2 : 1
(E).
PF2 = 1 − 2x  42. Persamaan reaksi yang terjadi antara
      = 1 − 2×0,25  natrium hidroksida dan asam sianida
      = 0,5
adalah:

NaOH + HCN → NaCN + H2O


mula-
: 0,10 0,15 - -
mula
reaksi : 0,10 0,10 0,10 0,10
HCl berkonjugasi dengan Cl−. Karena HCl
sisa : - 0,05 0,10 0,10 kelebihan 1 H+ terhadap Cl− maka HCl
bertindak sebagai asam sedangkan
Sisa asam lemah HCN dan garam NaCN
Cl− bertindak sebagai basa. Demikian juga
tersebut akan membentuk larutan
dengan H2O dan H3O+.
penyangga asam. pH larutan penyangga
asam dapat dicari melalui rumus:

Teori Lewis
Asam : akseptor elektron (kekurangan
elektron/lebih positif)
Basa  : donor elektron (kelebihan
elektron/lebih negatif)

Teori ini sama saja dengan teori Bronsted-


Jadi, pH larutan yang diperoleh adalah 10 Lowry. Kelebihannya, teori Lewis dapat
− log 2 (C). menentukan asam/basa meskipun suatu
43. iga teori asam basa yang perlu diketahui, senyawa tidak mengandung unsur H.
yaitu:
Berdasarkan ketiga teori di atas, reaksi yang
berlangsung pada soal hanya bisa ditentukan
asam/basanya dengan teori Lewis (karena
Teori Arrhenius tidak ada kandungan unsur H).
Asam : zat yang di dalam air melepaskan ion
H+.
           Ciri: ruas kanan terdapat H+
           Contoh:
           HCl(aq) → H+ + Cl−

Basa : zat yang di dalam air melepaskan ion


OH− SO3 lebih positif daripada SO42− sehingga
          Ciri: ruas kanan terdapat OH− SO3 bertindak sebagai asam sedangkan
          Contoh: SO42−bertindak sebagai basa. Demikian juga
          NaOH(aq) → Na+ + OH− dengan CO2 dan CO32−.

Jadi, pernyataan yang benar adalah


SO3 bertindak sebagai asam Lewis (E).
Teori Bronsted-Lowry
Teori ini dikenal sebagai teori asam basa 44. Isomer cis-trans hanya terjadi pada
konjugasi/pasangan. senyawa karbon: 

Asam : donor proton (kelebihan 1 H+ terhadap


konjugatnya)
 golongan alkena dan sikloalkana
Basa  : akseptor proton (kekurangan 1  atom yang berikatan rangkap
H+ terhadap konjugatnya) (untuk alkena) masing-masing harus
mengikat dua gugus yang berbeda
Contoh:   terdapat dua atom C (untuk
sikloalkana) yang masing-masing
mengikat dua gugus yang berbeda
Gambar senyawa yang disajikan pada soal 45. Metil asetat termasuk golongan ester.
di atas termasuk golongan sikloalkana Sehingga reaksi di atas adalah reaksi
kecuali gambar 2. Gambar 2 adalah esterifikasi.
golongan sikloalkena (terdapat ikatan
rangkap). [opsi A, C, dan E salah] CH3COOH + CH3OH → CH3COOCH3 +
H2O 
Sekarang kita bandingkan gambar 1 dan
gambar 3. Pada gambar 1 terdapat 2 atom
C yang mengikat gugus berbeda. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi
Sedangkan pada gambar 3 hanya ada 1 substitusi karena terjadi pertukaran antara
atom C yang mengikat gugus berbeda. atom H pada CH3COOH dengan gugus
Sehingga sudah pasti yang mempunyai CH3− pada CH3OH. Namun sayang sekali
isomer cis-trans adalah gambar 1. reaksi substitusi tidak ada pada opsi
jawaban.
Mari kita perhatikan senyawa gambar 1.
Anggap saja gugus yang diikat adalah Mari kita ulas satu per satu jenis reaksi
gugus X. pada setiap opsi jawaban!

 Reaksi eliminasi adalah reaksi


pembentukan ikatan rangkap.
Pada reaksi di atas tidak terdapat ikatan
rangkap. [opsi A salah]
 Reaksi kondensasi adalah reaksi
penggabungan dua senyawa yang
menghasilkan senyawa lebih besar. Dalam
Perhatikan, 2 atom C yang berwarna biru reaksi ini juga dihasilkan senyawa yang
masing-masing mengikat 2 gugus yang sederhana.
berbeda, yaitu X dan H. Sedangkan atom Pada reaksi di atas terjadi penggabungan
C yang lain mengikat gugus yang sama, antara asam asetat dan metanol
yaitu H saja. membentuk metil asetat (senyawa lebih
besar) dan air (senyawa sederhana). [opsi
Sekarang perhatikan B benar]
isomer cis dan trans yang terjadi pada
gambar berikut ini!  Reaksi hidrolisis adalah reaksi
penguraian suatu senyawa oleh air.
Reaksi kebalikan dari reaksi di atas
merupakan reaksi hidrolisis ester. [opsi C
salah]
 Reaksi oksidasi adalah reaksi
peningkatan bilangan oksidasi.
Karena reaksi di atas merupakan reaksi
substitusi maka tidak mungkin terjadi
perubahan bilangan oksidasi. [opsi D
salah]
Isomer cis terjadi apabila gugus yang  Reaksi adisi adalah reaksi
sejenis terletak bersebelahan. Sedangkan pemutusan ikatan rangkap (kebalikan
isomer trans terjadi bila gugus yang reaksi eliminasi).
sejenis berseberangan. Pada reaksi di atas tidak terdapat ikatan
rangkap. [opsi E salah]
Jadi, senyawa yang mempunyai Jadi, jenis reaksi yang terjadi adalah reaksi
isomer cis-trans adalah senyawa nomor kondensasi (B).
1(D).

Anda mungkin juga menyukai