Anda di halaman 1dari 18

NASIONAL

JURNAL 1.
Judul ANALISIS KEPADATAN TANAH PADA JALAN LINGKAR
SELATAN RUAS JALAN CISAAT SUKABUMI
Jurnal Jurnal Ilmiah Teknik Sipil
Volume dan Halaman Vol. 1, dan 9 halaman
Tahun 2019
Penulis Januri Ismayana , Bambang Jatmika , Rico Sihotang
Reviewer Pandhu Dewanata
Tanggal 04 Oktober 2022
Latar Belakang Jalan merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi
kebutuhan hidup masyarakat, kerusakan jalan dapat berdampak
pada kondisi sosial dan ekonomi terutama pada sarana
transportasi darat (Alamsyah 2001 dan Basuki 1986). Beberapa
bentuk kerusakan pada jalan yaitu perubahan bentuk lapisan
permukaan jalan berupa lubang (potholes), bergelombang
(rutting), retak-retak dan pelepasan butiran (ravelling) serta
gerusan tepi yang menyebabkan kinerja jalan menjadi menurun
(Fletcher et al. 1991 dan Yildirim et al. 2011). Kerusakan yang
sering dialami pada jalur lingkar selatan yaitu berupa lubang
(potholes), sehingga banyak tambalan untuk menutupi lubang
pada jalan jalur lingkar selatan.
Tujuan Dibangunnya landasan jalan jalur lingkar selatan ini memberikan
sedikit pengurangan kemacetan pada jalan umum khususnya rute
cibadak - sukabumi, sekaligus mempersingkat perjalanan untuk
menempuh tujuan. Keberadaan jalur lingkar selatan ini sangat
dinikmati oleh masyarakat sekitar, selain digunakan untuk akses
jalan alternatif secara tidak langsung kawasan ini sering
dijadikan tempat berolah raga pada hari libur, dan dijadikan
tempat perbelanjaan bermacam–macam kebutuhan pada hari
minggu, tetapi dengan adanya tempat perbelanjaan pada hari
minggu mengakibatkan kemacetan total. Akan tetapi pada
kontruksi jalan jalur lingkar selatan ada sebagian landasan yang
bergelombang (rutting), entah itu dari kontur tanah atau dari
urugan tanah yang kurang padat pada saat pelaksanaan dan pada
saat pengasapalan.
Metode Penelitian dilakukan pada lokasi pembangunan pekerjaan jalan
yang berlokasi di Jalan Lingkar Selatan, dengan ruas jalan
Sukabumi menuju Cisaat. Penelitian dimulai dengan mensurvei
lokasi untuk mengetahui kontur tanah dan keadaan pada jalan
jalur lingkar selatan. Waktu penelitiam ini dilakukan pada bulan
Januari 2017, dengan mensurvei lokasi penelitian untuk
persiapan penyusunan pada tugas akhir/skripsi ini. Dengan
mencari kebutuhan-kebutuhan data untuk mempermudah peneliti
dalam proses penelitian pada jalan jalur lingkar selatan, dan
mencari referensi dari buku yang terkait dalam penelitian ini.
Hasil Penelitian Data tanah yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data
sekunder yang didapatkan dari Dinas Pekerjaan Umum (PU)
yang terletak di Jl. Panggleseran, No. 20, Kec. Cikembar.
Adapun data tersebut disajikan pada Tabel 1. Pengujian
dilakukan sesuai prosedur SNI 03-1969- 1990. Hasil pengukuran
menunjukkan kandungan kadar dalam tanah yang memiliki rata-
rata total 35,29 gram. Data mengenai saringan agregat dapat
dijelaskan melalui pengujian yang berbebeda dari masing-masing
sampel, sehingga akan menghasilkan persen tertahan dan persen
lolos. Berat jenis tanah yang dianalisa memiliki bobot semacam
partikel (particle density), hal ini menunjukan kerapatan tanah
secara keseluruhan. Tingkat uji pemadatan tanah dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan, uji langsung kepadatan dilapangan
dan membawa sampel tanah yang diuji kepadatannya
dilaboratorium, karena hasil tanah uji pada saat dilapangan
belum tentu padat. Selain itu pelaksanaan yang dilakukan
dilaboratorium menggunakan standar proctor, dengan
menggunakan alat standar proctor tersebut dapat menghasilakn
nilai dari pengujian tersebut, untuk mengetahui berat isi dan
kadar air tanah yang sudah dipadatkan
Kesimpulan Dengan melihat hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kontruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan
pengikat, lapisan-lapisannya bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar.

2. Kontruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu


perkerasan yang menggunakan semen (Portland cement)
sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan atau lapis
pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipukul
oleh pelat beton.

3. Kontruksi perkerasan komposit (composite pavement),


yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan
perkerasan lentur diatas perkerasan kaku, atau
perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.

4. Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan


aspal sebagai bahan pengikat. Pada umumnya perkerasan
lentur baik digunakan untuk jalan yang melayani beban
lalu lintas ringan sampai sedang.
JURNAL 2.
Judul STUDI GEOTEKNIK PENGARUH MUKA AIR TANAH
TERHADAP KESTABILAN LERENG TAMBANG
BATUBARA
Jurnal Jurnal Ilmiah Teknik Sipil
Volume dan Halaman Vol. 1, No. 1 dan 11 halaman
Tahun November 2019
Penulis Jioni Santo Frans1, dan Muhammad Hafizh Nurfalaq
Reviewer Pandhu Dewanata
Tanggal 04 Oktober 2022
Latar Belakang Massa batuan memiliki kesetimbangan gaya yang bisa terganggu
akibat terjadinya perubahan kondisi massa batuan, baik secara
alamiah maupun aktivitas manusia. Sebagai respon, massa
batuan akan mengalami ketidakstabilan untuk mencapai
kesetimbangan baru dan memicu terjadinya longsor. Lereng yang
tidak stabil akan berdampak terhadap faktor keselamatan,
ekonomi, dan sosial. Air tanah memiliki permasalahan tersendiri
dalam pengelolaan tambang. Tekanan air pori dapat
menimbulkan gaya angkat dan menurunkan kekuatan massa
batuan penyusun lereng serta mempengaruhi kestabilan suatu
lereng. Daerah penelitian memiliki muka air tanah relatif dekat
dengan permukaan dan menyebabkan lereng berada dalam
kondisi hampir jenuh. Penelitian ini bertujuan sebagai studi
pengaruh muka air tanah terhadap kestabilan lereng tambang
batubara di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan
meliputi pengumpulan data primer melalui observasi lapangan
untuk mengumpulkan data-data teknis terkait dan pengumpulan
data sekunder melalui studi literatur. Analisa kestabilan lereng
dilakukan untuk mendapatkan rekomendasi dengan nilai Faktor
Keamanan minimum 1,30. Hasil penelitian menunjukkan muka
air tanah memiliki hubungan berbanding terbalik terhadap nilai
Faktor Keamanan. Rekomendasinya yaitu melakukan dewatering
menggunakan drain hole. Target penurunan muka air tanah pada
dinding tambang yaitu RL+40 pada area sidewall dan RL+65
pada area highwall. Altenatif lain adalah dengan melandaikan
sudut lereng keseluruhan. Lereng tambang daerah penelitian
direkomendasikan untuk dilakukan pelandaian dengan sudut
lereng keseluruhan berkisar 24°.
Tujuan Penelitian ini memiliki tujuan untuk melakukan studi mengenai
pengaruh muka air tanah terhadap kestabilan lereng tambang
batubara di daerah penelitian. Sehingga dapat disusun
pendekatan maupun rekomendasi slope engineering untuk
mencegah terjadinya slope failure yang dipengaruhi muka air
tanah
Metode METODE GEOLOGI REGIONAL Secara regional, kondisi
geologi daerah penelitian berada pada lembar Painan dan bagian
Timur Laut lembar Siberut, Sumatra. Daerah penelitian
melingkupi Formasi Sinamar yang berumur Oligiosen dengan
tebal mencapai 750 meter. Formasi Sinamar (Tos) terdiri dari:
batupasir, berwarna abu-abu hingga abu-abu terang, berbutir
halus hingga sedang, menyudut tanggung, loose. Batulempung
berwarna abu–abu hingga abu–abu kecoklatan-kemerahan,
sedikit pasiran, lunak. Batulanau, berwarna abu–abu hingga abu-
abu kehijauhan, kompak. Batubara berwarna hitam kusam
sampai hitam mengkilap, kilap dull, agak keras, mengandung
damar tebal sampai 15 cm. Hal ini juga terkonfirmasi dengan
keberadaan konglomerat, batulempung, batupasir, dan lapisan
batubara di daerah penelitian. Formasi Sinamar merupakan
endapan darat dengan lingkungan rawa-rawa (limnik). Di atasnya
diendapkan Formasi Rantau Ikil (Tmr) yang terdiri dari
batulempung hijau bersifat gampingan, napal dan sisipan
batugamping berlapis, mencirikan lingkungan danau. Kedua
Formasi tersebut secara tidak selaras ditutupi oleh Endapan
Vulkanik Kuarter yang berasal dari pegunungan barisan di
sebelah Barat akibat kegiatan magmatisma. Beberapa
penyelidikan terdahulu menyimpulkan, bahwa Formasi Sinamar
diendapkan dalam kondisi peralihan, di mana bagian bawah
formasi menunjukkan lingkungan daratan yang diendapkan pada
masa Oligosen Akhir, sedangkan bagian atas formasi diendapkan
dalam lingkungan laut pada masa Miosen Bawah. Endapan
vulkanik tersebar tidak merata di daerah penyelidikan, terdiri dari
breksi laharik, aglomerat dan konglomerat. Breksi, berwarna
hitam, keras, masadasar pasir kasar tufaan, fragmen berupa
batuan beku andesit, berwarna abu-abu hingga abu-abu
kehitaman, bentuk membulat–menyudut tanggung, ukuran
kerikil sampai boulder.
Hasil Penelitian Berdasarkan empat (4) hasil analisa pada rencana pelandaian
sudut kemiringan lereng keseluruhan di atas, diketahui bahwa
sudut kemiringan lereng keseluruhan berdampak pada nilai
Faktor Keamanan lereng tersebut. Seperti halnya dengan
pengaruh muka air tanah, hasil analisa menunjukkan hubungan
berbanding terbalik antara sudut kemiringan lereng keseluruhan
dengan nilai Faktor Kamanan lereng. Semakin landai lereng yang
dibentuk, akan menghasilkan nilai Faktor Keamanan yang
semakin meningkat. Adapun nilai pengaruh rata-rata adalah
97,88% dengan area sidewall Barat memiliki nilai pengaruh
terbesar (99,58%).Hasil analisa kestabilan lereng di atas
menunjukkan bahwa lereng tambang baik sidewall maupun
highwall perlu dilakukan pelandaian (layback) dengan sudut
kemiringan keseluruhan ≤ 24°. Dari hasil analisa yang dilakukan
terhadap dua model kondisi lereng desain rencana tahunan,
menunjukkan nilai Faktor Keamanan (FK) lereng < 1,30. Hal ini
mengindikasikan lereng termasuk kelas labil – kritis (Bowles,
1989). Oleh karena itu, sangat direkomendasikan untuk
dilakukan upaya slope engineering untuk menaikkan nilai Faktor
Keamanan lereng. Secara umum upaya stabilisasi lereng dapat
dilakukan dengan menambah gaya penahan atau mengurangi
gaya penggerak yang bekerja pada lereng. Dalam studi ini, upaya
stabilisasi yang diusulkan adalah dengan mengurangi gaya
penggerak. Metode yang diusulkan yaitu dengan melakukan
depressurization melalui drain hole maupun dengan melakukan
pelandaian (layback) lereng keseluruhan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa kestabilan lereng yang telah dilakukan,
penulis menarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1) Keberadaan dan muka air tanah pada sebuah lereng
tambang memiliki pengaruh terhadap kestabilan lereng
tersebut.
2) Penurunan muka air tanah memiliki hubungan
berbanding terbalik dengan peningkatan nilai Faktor
Keamanan sebuah lereng.
3) Untuk mencapai nilai Faktor Keamanan standar (FK =
1,30), diusulkan dilakukan upaya depressurization
dengan target muka air tanah pada elevasi RL+40 untuk
sidewall sisi Barat dan RL+60 untuk area highwall.
4) Upaya lain terkait peningkatan kestabilan lereng yang
diusulkan adalah dengan melakukan pelandaian
(layback) lereng, dengan target sudut lereng keseluruhan
(overall slope angle) 25°.
5) Sistem manajemen seepage dan drainase air
permukaan di daerah penelitian perlu diperhatikan. 6)
Kajian lanjutan terkait hidrogeologi dan tekanan air pori
pada lereng highwall perlu dilakukan.
JURNAL 3.
Judul PERBANDINGAN NILAI DAYA DUKUNG TANAH DASAR BADAN JALAN
YANG DISTABILISASI SEMEN DAN ABU SEKAM PADI
Jurnal Jurnal Ilmiah Teknik Sipil
Volume dan Halaman VOL. 2 NO 4
Tahun JANUARI 2008
Penulis I Gusti Ayu Suarini, Ismawati
Reviewer Pandhu Dewanata
Tanggal 04 Oktober 2022
Latar Belakang Jalan raya memegang peranan yang sangat penting untuk
memperlancar arus barang, jasa dan mempercepat komunikasi antar
wilayah. Agar jalan raya dapat berfungsi sesuai dengan harapan, perlu
diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi pelayanan
konstruksi tersebut, antara lain sifat tanah dasar dimana perkerasan
jalan diletakkan di atasnya.
Tujuan tudi ini bertujuan untuk membandingkan nilai daya dukung tanah
dasar badan jalan yang distabilisasi dengan semen dan abu sekam
padi. Dipilihnya abu sekam padi karena bahan ini mengandung bahan
pozzolan yaitu silikat dalam jumlah yang banyak serta merupakan
limbah pertanian yang mudah didapatkan di Pulau Lombok. Dengan
menggunakan bahan stabilisasi yang lebih optimum dalam
meningkatkan daya dukung tanah dasar, diharapkan potensi
kegagalan konstruksi jalan akan dapat dikurangi.
Metode Penelitian yang dilakukan terdiri dari pengujian sifat-sifat fisik dan
mekanis tanah yang meliputi gradasi, berat jenis, batas cair, batas
plastis, kadar air optimum dan tingkat kepadatan maksimum.
Pengujian CBR laboratorium dilakukan pada sampel tanah tanpa
rendaman dan dengan rendaman. Pengujian gradasi sesuai dengan
prosedur AASHTO T-27-82 (American Association of State Highway
and Transportation Officials, 1982). Adapun pengujian berat jenis
mengikuti prosedur AASHTO T-100-74 atau ASTM D-854-5 (American
Society for Testing and Materials,1991). Pengujian batas cair
mengikuti prosedur AASHTO T-89-81 dan pengujian batas plastis
mengikuti prosedur AASHTO T-90-81. Percobaan pemadatan
dilakukan berdasarkan prosedur AASHTO T-180-74, sedangkan
pengujian CBR mengikuti prosedur ASTM D 1883-87.
Hasil Penelitian lempung Tanak Awu memiliki warna kehitaman pada saat basah
sedangkan pada saat kering berwarna abu-abu kehitaman. Dari
hasil pemeriksaan kadar air, sampel tanah memiliki kadar air
awal = 49,87%. Berdasarkan hasil uji specific gravity, diketahui
bahwa berat jenis tanah sebesar 2,70. Pengujian batas-batas
Atterberg menunjukkan bahwa sampel tanah memiliki batas cair
(Liquid Limit) = 129,40% dan batas plastis (Plastic Limit) =
45,3%. Batas cair yang lebih besar dari 100% merupakan salah
satu ciri umum yang dimiliki oleh jenis tanah lempung ekspansif.
Indeks plastisitas (Plasticity Index) = 84,1% diperoleh dari
selisih antara batas cair dan batas plastis. Nilai PI > 17%
termasuk kategori plastisitas tinggi, umumnya dimiliki oleh
tanah lempung yang bersifat kohesif (Hardiyatmo, 1992).
Kesimpulan Penambahan semen dan abu sekam padi telah
meningkatkan nilai daya dukung tanah secara signifikan.
Daya dukung tanah lempung yang distabilisasi semen
setelah direndam dalam air lebih besar daripada nilai
CBR tanpa rendaman. Hal yang sebaliknya terjadi pada
tanah yang distabilisasi abu sekam padi, yaitu nilai CBR
mengalami penurunan setelah sampel terendam dalam
air. Pemberian semen dan abu sekam padi telah
menurunkan nilai indeks plastisitas tanah dari 84,1%
menjadi 59,41% dan 50,18%. Penurunan nilai PI tersebut
dapat mengurangi potensi pengembangan dan
penyusutan tanah. Dari hasil uji pemadatan dengan
Proctor standar diperoleh nilai γdmaks = 1,165 gr/cm3
dan kadar air optimum sebesar 37,5%. Penambahan
semen dan abu sekam padi yang mengisi rongga pori
tanah telah meningkatkan γdmaks masing-masing
menjadi 1,282 g/cm3 dan 1,232 g/cm
JURNAL 4.
Judul NALISIS DAYA DUKUNG TANAH DAN BEBAN KENDARAAN TERHADAP
KERUSAKAN PERKERASAN JALAN PADA RUAS JALAN RAYA METRO-
TANJUNGKARI
Jurnal Jurnal Ilmiah Teknik Sipil
Volume dan Halaman VOL. 9 NO 2
Tahun MEI 2020
Penulis Septyanto Kurniawan , Ida Hadijah , Danang Alma Rizqi Ma’ruf
Reviewer Pandhu Dewanata
Tanggal 04 Oktober 2022
Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta
di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel” (UU No. 38 tahun 2004).
Tujuan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta
di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel (UU No. 38 tahun 2004). Menurut Bina Marga dalam Tata Cara
Perencnaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK)
No.017/T/BNKT/1990, daerah milik jalan (Damija) adalah ruang
sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang
dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hal tertentu sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Metode Dalam melakukan berbagai tahapan di mulai dari penelitian tanah
yang di dapat dari lokasi penelitian dan survei lalu lintas untuk
menentukan beban kendaraan :
1. Penelitian tanah a. Penentuan titik pengambilan sempel tanah b.
Pengambilan sempel di lakukan di 3 titik sejauh 1.000 M. c.
Pengambilan tanah di lokasi penelitian menggunakan boor tangan. d.
Penelitian tanah di laboratorium dengan menggunakan metode CBR
(Calivornia Bearing Ratio) e. Pengolahan data dari penelitian tanah
yang di lakukan di laboratorium.
2. Survey lalu lintas a. Melakukan survei lalu lintas dengan cara
pengmbilan data lalu lintas di lokasi penelitian di tengah-tengah lokasi
penelitian dengan jarak pengamatan 200 M. b. Survei selama 7 hari di
lakukan secara acak selama 1 bulan. c. Pengolahan data survei sesuai
klasifikasi jenis kendaraan. Setelah pengambilan data yang ada di
lapangan selesai, langkah selanjutnya yaitu analisis data yang di dapat
di lokasi penelitian dengan data pendukung penelitian.
Hasil Penelitian Dari hasil pengamatan yang dilakukan nilai daya dukung tanah yang
berada di lokasi penelitian sangat jauh dari nilai standar yang di
tentukan yaitu CBR 6%. Sedangkan yang di temukan di lokasi
penelitian, tanah tersebut memiliki fariasi nilai yang beragam yang
dapat di liat di gambar grafik di bawah ini: Gambar 6. Grafik Daya
Dukung Tanah Dari Nilai CBR Dapat kita lihat dari grafik di atas nilai
CBR yang di dapatkan dari penelitian tanah hanya sampai di titik 3.83,
sedangkan jika kita analisis dengan nilai setandar yang di tentukan
nilai 3.83 sangat jauh dari nilai standar yang di tentukan yaitu 6%. Dari
pernyataan di atas dapat kita simpulkan daya dukung 166 TAPAK Vol.
9 No. 2 Mei 2020 e-ISSN ; 2548-6209 p-ISSN ; 2089-2098 tanah yang
ada di lokasi penelitian salah satu penyebab kerusakan jalan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan survei kondisi jalan jenis
kerusakan yang terjadi pada Ruas Jalan Raya Metro-Tanjungkari (STA
19+600 s/d 20+600) adalah Retak, Distorsi, berlubang (rusak berat) 2.
Faktor penyebab secara umum karena daya dukung tanah yang jauh
dari ketentuan nilai daya dukung tanah standar. 3. Ruas jalan Raya
Metro-Tanjungkari (STA 19+600 s/d 20+600) yang seharus nya beban
kendaraan nya 8 Ton, Akan tetapi kendaraan yang melintas adalah
kendaraan dengan beban lebih dari 8 Ton. Sehingga mengakibatkan
Kerusakan perkerasan yang di sebabkan adanya kendaraan dengan
muatan yang melebihi beban standar yang melintasi ruas jalan
MetroTanjungkari
JURNAL 5.
Judul ANALISIS DAYA DUKUNG TANAH PADA PERENCANAAN SARANA DAN
PRASARANA UMUM
Jurnal Jurnal Ilmiah Teknik Sipil
Volume dan Halaman VOL. 2 NO. 1
Tahun APRIL 2018
Penulis Bambang Harimei S
Reviewer Pandhu Dewanata
Tanggal 04 Oktober 2022
Latar Belakang ruang terbuka hijau pada perkotaan dirasakan perlu untuk diadakan.
Untuk maksud pengadaan ruang terbuka hijau Pemkab Kutai
Kartanegara membangun sarana dan prasarana umum. Nama rencana
pembangunan kawasan promenade terletak. Salah satu rencana
kegiatan adalah pembangunan area bermain bagi anak-anak. Agar
pembangunan yang akan dibangun bisa kuat dan kokoh perlu kiranya,
diteliti tentang daya dukung tanah bawah permukaan pada tempat
pembangunan.
Tujuan Data ini, dapat digunakan dalama menentukan sruktur bangunan, tipe
pondasi dan lain-lainnya sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki tanah
dilokasi “Perencanaan Pengembangan Kawasan Promenade
Tenggarong”. Hal tersebut sangat penting untuk memunjang segi
ekonomis, segi keselamatan baik bangunan, pemakain maupun
pekerja ya ada. Dalam memilih jenis pondasi haruslah berdasarkan
daya dukung tanah. Hal ini dikarena, fondasi berfungsi untuk
menyalurkan beban secara langsung pada bagian dalam lapisan
tanah. Ada berapa macam lapisan tanah, dalam hal ini diambil dua
lapisan tanah.
Metode Pada penelitian ini, terdiri dari dua phase, phase pertama yaitu
pengujian sifat sifat fisis tanah : kadar air, berat jenis, atternberg limit
dan analisa butir. Phase kedua yaitu pengujian sifat mekanis tanah
lempung yaitu: pemadatan, DCP dan CBR. Setelah dilakukan
pengambilan data di dapatkan nilai qc, Mv, α dan nilai CBR di masing
titik pengambilan sampel. Adapun hasil dari pengolahan dat Setelah
melakukan langkah selanjutnya menentukan hubungan antara
Kedalaman dan jumlah kumpulan, selain itu, ditentukan hubungan
antara DCP dan CBR di setiap pengambilan sampel. Adapun ahsil
dapat di liahat pada Gambar 3. Analisis selnjutnya dilakukan pada titik
sampel DCP 2, adapun hasilnya dapat. Pada umumnya gambar 3 dan 4
memberi informasi sifat fisis tanah pada daerah penelitian bahwa
untuk mencapai kedalaman yang diinginkan diperlukan jumlah
pukulan yang banyak
Hasil Penelitian Harga CBR dihitung pada harga penetrasi 0 dan 20 m, dengan cara
membagi beban pada penetrasi ini masing-masing dengan beban
sebesar 3000 dan 4500 pound. CBR adalah perbandingan antara
beban penetrasi suatu bahan terhadap beban standar dengan
kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Huruf b
menunujukan CBR dengan DCP berbanding lurus, hal ini dapat dilihat
nilai CBR berawal dari 100 % dan turun sampai pada 1,5 %. Hal yang
sama pada penuruanan grafik di alami DCP 5, 6 mm/blow dan
berakhir 100 mm/blow. Sedangkan Nilai qc pada titik sampel 20 - 23
kg/cm2 dan Mv sebesar 0,025 – 0,046 cm2/kgdanα sebesar 1,5 hingga
4Nilainilai dari parameter ini apabila dikonfirmasikan penelitian dari
Gardner (1975) menyebutkan bahwa sifat fisis dari sampel DCP 1
adalah ML – Low plasticity loam.
Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan dapat di tarik kesimpulan antara lain ; 1.
Lokasi titik DCP 1 dan DCP 2 mempunyai nilai qc berkisar antara 20 -
24 kg/cm2 , Mv berkisar 0,025 - 0,056 cm2 /kg dan α sebesar 1,5
hingga 4.Serta masing-masing sampel mempunyai nilai CBR lebih
besar dari 2%. 2. Nilai-nilai dari parameter point 1. apabila
dikonfirmasikan penelitian dari Mitchell dan Gardner (1975)
menyebutkan bahwa sifat fisis dari sampel DCP 1 adalah ML – Low
plasticity loam.
INTERNASIONAL
JURNAL 1.
Judul Study on Geotechnical Properties of Diesel Oil Contaminated
Soil
Jurnal Jurnal Ilmiah Teknik Sipil
Volume dan Halaman Vol. 2 dan 5 halaman
Tahun October 2014
Penulis Dr.Solly George , Aswathy EA , Berlin Sabu , Krishnaprabha NP , Maria
George
Reviewer Pandhu Dewanata
Tanggal 04 Oktober 2022
Latar Belakang Soil contamination by engine oil causes huge damage to the
environment. This basically takes place due to oil exploration,
transportation, production and processing, leakage of diesel
products from oil tankers, spills due to vehicular accidents, from
buried pipelines etc. The hydrocarbons present in the oil
influences the quality and physical properties of oil contaminated
soil. These hydrocarbons infiltrate into the soil through pore
spaces and collect at the top of the ground level. Some major
tasks are needed to be performed for remediation and
reclamation of contaminated area. For this knowledge of the
geotechnical properties and behaviour of contaminated soils is
required. This study aimed to investigate the geotechnical
properties of engine oilcontaminated sandy soil. The amount of
oil added to soil was varied at 0%, 4%, 8% and 12% of the dried
weight of samples. Results showed that the oil contamination
decreased the liquid limit, plastic limit. The MDD value was
found to be decreasing whereas value of OMC was increasing as
a result of increasing amount of oil added into the soil. This
indicates that the addition of oil has adverse effects to the
geotechnical properties of the studied soil. This affects the safety
of civil engineering structures. The results from the study will be
used for geotechnical purposes and will benefit engineers for the
safe and economic construction of structures on contaminated
land.
Tujuan The Engine oil contamination of soil is very common in areas in
the vicinity motor mechanic workshops. It has been reported that
the engineering properties of such soil are drastically changed
and made unsuitable for supporting engineering structures. At
the sites with excessive oil contamination, vertical settlement of
tanks, cracking of pipelines etc. are usually expected to occur.
Not only highways, but garages, petrol stations, oil storage sites
etc. are common sites contaminated with oil, especially engine
oil. The extent of contamination has a lot to do with the chemical
composition of contaminant and properties of the soil. For any
application of these contaminated soil, knowledge of
geotechnical properties and behaviour of contaminated soil.
Metode A. Sample Collection: The soil sample was collected from the
premises of Mar Athanasius College of Engineering,
Kothamangalam.
B. Sample preparation: The diesel oil was used in this study.
The degree of contamination is defined as percentage of volume
of oil with respect to dry weight of soil. Each portion of soil for
sampling was mixed thoroughly with diesel at different
percentage of 0, 4, 8 and 12 to the dry weight of soil. The
samples were kept in air tight container for one week to attain a
stage of homogeneous mixture. These samples then were used to
determine the engineering properties of soil. The tests were
generally carried out on the soil samples in accordance with the
procedure outlined by Indian standards.
Hasil Penelitian Atterberg limits: The results from the liquid limit, plastic limit
and shrinkage limit tests for the soil samples at various
percentage of oil content have been shown in Fig 2, 3 and 4. The
result of the addition of engine oil into the sandy soil has clearly
affected the index properties of the contaminated soils. The
increase in oil content in soils caused the reduction of water
content in the liquid and plastic limit. The presence of
hydrocarbons in engine oil, which is non-polarizing liquid has
caused reduction in thickness of water film around the soil
particles.
Kesimpulan The study demonstrates the contamination of local soil by diesel
and its influence on geotechnical characteristics.  Results
indicated that CBR value for 4% diesel was higher than that of
uncontaminated soil while for 8% and 12% it got reduced.  The
liquid limit and plastic limit of the contaminated soil showed a
decreasing trend while for unconfined compressive strength it
showed a rising trend. The atterberg limits of contaminated soils
were lower than that of uncontaminated soils. The role of oil is
quite similar to water, it increases the chance of inter-particle
slippage, thus reduce the shear strength of the contaminated
soils. The maximum dry density dropped due to the increased
content of engine oil. The increased inter-slippage of soil
particles reduces the shear strength of soil. The results clearly
showed that the oil contamination on soil system has negatively
influenced the geotechnical properties of the soil. Soil
contamination by engine oil causes huge damage to the
environment.

JURNAL 2.
Judul Characterization of the correlation structure of residual CPT
profiles in sand deposits
Jurnal Jurnal Ilmiah Teknik Sipil
Volume dan Halaman Vol. 11 No. 1
Tahun MAY 2013
Penulis Eslami Kenarsari , R. Jamshidi Chenari , A. Eslami
Reviewer Pandhu Dewanata
Tanggal 04 Oktober 2022
Latar Belakang The geomechanical characterization of a soil deposit involves
both deterministic and statistical approaches. The correct
approach for this characterization consists of defining a trend,
expressed by a regression analysis, and the residual variability of
the geotechnical properties which is termed stochastic
heterogeneity. However, Baecher [1] emphasizes that the
distinction between trend and stochastic variation is not inherent
to the soil but to the modeler. The evaluation of stochastic
variations which can be seen as a convenient way to describe the
variability of a soil property has attracted extreme attention of
researchers for last three decades. This variation of soil
properties can be precisely described by three parameters: mean,
coefficient of variation and the scale of fluctuation.
Tujuan Since the first advent of the correlation concept and the
definition of the scale of fluctuation by Vanmarcke [2], various
techniques have been developed by subsequent researchers for
the identification of the correlation structure of geotechnical
data. Vanmarcke’s expeditive method [2], direct integration of
sample autocorrelation function [3], autocorrelation model fitting
[4], variance reduction function [5, 6, 7] and Bartlett’s limit
methods [8] are suggested methods in literature; However there
is no bias to any specific method. Current study focuses on the
calculation of the scale of fluctuation in order to identify the
correlation structure of CPT data. Cone penetration profiles
performed in sandy materials adopted to evaluate the correlation
structure of cone tip resistance of sandy materials and to
compare different methods. In this way some inaccuracies raised
by trend removal techniques are pointed out and appropriate
trend model for sandy materials are recommended
Metode A. Sample Collection: The soil sample was collected from the
premises of Mar Athanasius College of Engineering,
Kothamangalam.
B. Sample preparation: The diesel oil was used in this study.
The degree of contamination is defined as percentage of volume
of oil with respect to dry weight of soil. Each portion of soil for
sampling was mixed thoroughly with diesel at different
percentage of 0, 4, 8 and 12 to the dry weight of soil. The
samples were kept in air tight container for one week to attain a
stage of homogeneous mixture. These samples then were used to
determine the engineering properties of soil. The tests were
generally carried out on the soil samples in accordance with the
procedure outlined by Indian standards.
Hasil Penelitian The unique nature of soil and rock materials which are often
highly variable, even within a short distance, makes geotechnical
engineering much more an art than the other disciplines within
civil engineering. The variation of properties from one location
to another within a soil or rock mass is termed spatial variability.
During the last decades, several models have been proposed to
make explicit the affecting factors on overall variability and
magnitude of each source of uncertainty. These models identify
that the primary sources of geotechnical variability are inherent
soil variability, measurement error and transformation
uncertainty [17, 18, 19, 20]. Inherent soil variability is due to
complex process of geomaterials formation such as
sedimentation, weathering, stress history and time; Measurement
error resulted from equipment, procedural-operator and field
effects while transformation errors occur when fields or
laboratory measurements are transformed to design soil
properties with empirical or other correlation models. Although
the inherent variability is common in soil layer which is
homogeneous, in terms of composition, in majority of cases in
geotechnical engineering, one will encounter with soil strata with
different lithological origins. This type of variability called
lithological heterogeneity results from the formation of soil
layers from decomposition of different parental materials. So,
along with the inherent variability in natural alluvial deposits,
there is generally another source of variability manifested in the
form of soft/stiff layers embedded in a stiffer/softer media or the
inclusion of pockets of different lithology within a more uniform
soil mass, but this is excluded in this study. Inherent variability
in geotechnical properties can be modeled by eq. (1) in which a
depth dependent geotechnical property, x is decomposed into the
deterministic component, t and the fluctuating component, w that
totally represent the inherent soil variability. Figure 3 shows
schematically the inherent and lithological variabilities where
different layers are resulted from lithological heterogeneity. x(z)
= t(z) + w(z) (1) A rational means of quantifying inherent
variability is to model w(z) as a homogeneous (stationary)
random function or field [3]. This function is considered to be
statistically homogeneous if (i) the mean and variance of w do
not change with depth; and (ii) the correlation between the
deviations at two different depths is a function only of their
separation distance, rather than their absolute positions [19].
Fenton [5] asserted that data detrending is performed essentially
to obtain a spatially independent fluctuating component, w(z).
This condition is desirable because the statistical procedures
employed are based on the assumption that data samples consist
of statistically independent and identically distributed
observations. 4. Correlation Structure The first step in evaluation
of the correlation structure of CPT data lines in the estimation of
the sample autocovariance function and the sample
autocorrelation functions of the detrended data. Such functions
may be estimated for stochastic processes which are not
homogenous as defined earlier but at least weakly stationary. In
CPT testing, values are read at discrete, possibly constant, spatial
interval, Δz. Hence, the autocovariance and autocorrelation
functions are also estimated at a discrete number of points over
the spatial interval Ld.
Kesimpulan Cone penetration test is one of the most useful and versatile in-
situ tests employed to determine the spatial variability of sandy
soils. CPT data from six different sites, all representing sandy
deposits were selected in order to study the stochastic properties
of them. In this regard, five different established methods i.e.
VXP, SAI, AMF, BLM and VRF were adopted to investigate the
correlation structure of the CPT profiles. Scale of the fluctuation
was calculated as the key parameter to evaluate the correlation
behavior of CPT data using the above mentioned procedures.
Trend removal technique was shown to have a critical effect on
the scale of fluctuation of the CPT residuals. It was emphasized
that quadratic trend models will render more realistic correlation
properties of CPT residuals due to the better regression of the
deterministic component of the CPT profile. The mean estimated
scale of fluctuation acquired from different procedures proved to
vary from 0.44-2 meter which lies within the available range in
the literature. Another observation of this study is regarding the
comparison of different procedures to calculate the scale of
fluctuation of CPT residuals. This means that other three
methods namely SAI, AMF and BLM give more consistent
results.
SEMINAR
“REVIEW JURNAL”

DISUSUN OLEH:
PANDHU FEWANATA
2018 22 201 107

UNIVERSITAS MUSAMUS
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2021

Anda mungkin juga menyukai