Anda di halaman 1dari 4

Study Case Pendidikan Kewarganegaraan

Kasus Penganiayaan dan Pelecehan Seksual Anak Panti Asuhan di Kota Malang

Dosen Pengampu :

Delfiyan Widiyanto, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 4 :

Bagas Putra Satria (2110801022)

Diana Lukitasari (2120801048)

Imtinan Najla Rafifah (2120801034)

Raden Roro Delfia R.F. (2140801098)

Syahla Nismara (2110801002)

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIDAR

2022
PENDAHULUAN

1.1 Uraian Kasus

Pada kamis 18 November 2021 lalu terjadi kasus pelanggaran HAM di Malang, Jawa
Timur. Korban berinisial NH (13 Thn) mengalami penganiayaan sekaligus pelecehan seksual.
Peristiwa ini bermula ketika NH yang merupakan anak panti asuhan di Malang dibawa ke
suatu tempat oleh tetangganya di panti asuhan dan kemudian dilecehkan oleh laki-laki yang
sudah memiliki istri.

Kejadian itu diketahui oleh istri siri dari pelaku pelecehan. Bersamaan dengan itu istri
dari pelaku membawa beberapa temannya untuk mengintrograsi korban hingga melakukan
tindak kekerasan dan menyebarkan video penganiayaan tersebut di sosial media hingga
sempat viral. Menurut Kasat Reskrim Polresta Malang di kpta, Kompol Tinton Yudha
Riambodo mengatakan bahwa motif dari kekerasan dilatarbelakangi adanya rasa cemburu
dan kesal dari istri pelaku yang juga menjadi pelaku penganiayaan saat mengetahui suaminya
tidur dengan korban.

Video penganiayaan tersebut diketahui oleh sahabat dari korban yang kemudian
memberitahukan kepada Ibu dari Korban. Ibu korban kemudian melaporkan kasus tersebut ke
Polresta Malang Kota. Setelah pengaduan tersebut, pihak Polresta Malang Kota bergerak
cepat menangkap pelaku dugaan penganiayaan dan pelecehan seksual terhadap NH. AKBP
Budi Hermanto menyampaikan terdapat 10 pelaku yang ditangkap di Malporesta Malang
Kota yang terdiri dari 8 pelaku merupakan teman korban yang tinggal di sekitar panti
asuhan,sedangkan 2 orang lainnya merupakan pelaku pelecehan seksual dan istrinya.
PEMBAHASAN

1.2 Analisis Kasus dan Keterkaitannya Dengan Konsep Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang
Maha Esa kepada setiap individu di bumi. Setiap orang wajib menjaga, melindungi serta
menghormati haknya setiap orang. HAM juga telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999, menjelaskan bahwa hak asasi manusia merupakan seperangkat haknya telah
melekat pada setiap individu sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan wajib dijunjung
tinggi, dihormati dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang.

Hak-hak tersebut antara lain haknya untuk hidup, keamanan, tidak diganggu,
kebebasan dari perbudakan serta penyiksaan. Jika seseorang atau sekelompok orang tidak
memberikan hak semestinya terhadap seseorang atau sekelompok orang maka akan diberi
hukum pidana penjara sementara atau paling berat penjara seumur hidup.

Faktor penyebab adanya pelanggaran HAM terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan
internal.

 Faktor Internal :
1. Tidak mempunyai kesadaran HAM
2. Intoleransi terhadap perbedaan
3. Mempunyai keinginan untuk balas dendam
4. Tidak mempunyai rasa empati
5. Kondisi psikologis
6. Kondisi keuangan
 Faktor Eksternal :
1. Penyalahgunaan kekuasaan
2. Struktur politik dan sosial
3. Sistem hukum lemah
4. Kesenjangan ekonomi
5. Penyalahgunaan teknologi
6. Tidak ada sosialisasi terkait tentang HAM

Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa pelaku melakukan penganiayaan disebabkan
oleh faktor internal dan faktor eksternal, seperti tidak mempunyai kesadaran HAM,
mempunyai keinginan untuk balas dendam, tidak mempunyai rasa empati, kesenjangan
ekonomi, dan tidak adanya sosialisasi terkait tentang HAM. Diketahui bahwa semua pelaku
masih berstatus anak secara usia, untuk itu pentingnya mempelajari dan memahami tentang
HAM sejak dini. Faktor mempunyai keinginan balas dendam dan tidak mempunyai rasa
empati dikarenakan pelaku merasa cemburu dan kesal saat mengetahui suaminya tidur
dengan korban sehingga pelaku tega melakukan penganiayaan. Hal ini terjadi karena
kesenjangan ekonomi dan kurangnya komunikasi antar keluarga.
 Keterkaitan Pelecehan Seksual dengan Anak Usia Dini

Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak di mana orang
dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual. Pelecehan
ini bisa menyebabkan trauma terhadap korban yang sudah dilecehkan. Kasus kekerasan
seksual pada anak yang begitu memprihatinkan membuat orang tua yang memiliki anak kecil
menjadi lebih waspada dan takut akan keselamatan anaknya. Komunikasi yang baik harus
diterapkan antara orang tua dan anak agar tercipta hubungan yang positif. Komunikasi harus
dibangun mulai dari anak usia dini, hal ini bertujuan agar terciptanya hubungan yang baik
antara orang tua dan anak agar tercipta hubungan yang harmonis. Keluarga yang memiliki
kemampuan mengasuh anak dengan baik dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk
membekali dan melindungi anak dari kekerasan dan kekerasan terhadap anak maka dapatkah
komunikasi antara orang tua dan anak sangat diperlukan, melalui pendidikan seks bagi anak,
mengekspresikan diri secara jujur, komunikasi Interpersonal Harmonis, contohnya dengan
menggunakan bahasa yang baik dan motivasi untuk mandiri.

 Dampak Pelecehan Seksual Untuk Anak Usia Dini


1. Anak menjadi pribadi yang tertutup dan tidak percaya diri.
2. Timbul perasaan bersalah, setres, bahkan depresi.
3. Timbul ketakutan atau fobia tertentu.
4. Susah makan dan tidur, serta mengalami mimpi buruk.
5. Terdapat penyakit menular seksual.
6. Tidak bersosialisasi dengan lingkungan luar.

 Penyebab Terjadinya Pelecehan Seksual


Penyebab utamanya adalah kemiskinan, masalah hubungan sosial baik dalam keluarga
atau komunitas, faktor kelalaian orang tua, faktor rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku,
penyimpangan perilaku sosial (masalah psikososial). Kurangnya pengawasan orang tua
terhadap anaknnya. Lemahnya kontrol sosial primer masyarakat dan hukum dan pengaruh
nilai sosial kebudayaan di lingkungan sosial tertentu

 Cara Mencegah Terjadinya Kekerasan Seksual Pada Anak Usia Dini


1. Menjalin komunikasi dan kehangatan dengan anak.
2. Memberikan edukasi seks pada anak.
3. Melakukan deteksi dini.
4. Mengajarkan anak untuk membuat batasan.

1.3 Penegakan Hukum

Anda mungkin juga menyukai