Anda di halaman 1dari 5

Imobilisasi Enzim

● Enzim terimobilisasi adalah suatu enzim yang dilekatkan pada


suatu bahan yang inert dan tidak larut seperti sodium alginate.
● Suatu enzim yang teramobil memiliki arti bahwa gerakannya
dalam ruang dibatasi secara sempurna atau hanya dalam daerah
yang sangat terbatas. Pada umumnya dalam keadaan demikian,
enzim dibentuk menjadi tidak larut dalam air dengan beberapa
tujuan. Pertama, bentuk demikian akan memudahkan untuk
memperoleh kembali enzim dari cairan media yang merupakan
faktor penting dalam ekonomi reaktor enzim. Kedua, bagi seorang
ahli kimia sangat berguna sebagai model sistem bagi enzim yang
secara normal berhubungan dengan membrane sel hidup.
● Faktor yang mempengaruhi imobilisasi enzim :
Jumlah enzim yang ditambahkan,
waktu amobilisasi,
pH,
suhu, dan
konsentrasi garam.
● Faktor pertama yaitu suhu. Enzim mempercepat terjadinya
reaksi kimia pada suatu selhidup. Dalam batas-batas suhu tertentu,
kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim akan naik bila suhunya
naik. Reaksi yang paling cepat terjadi pada suhu
optimum(Rodwell,1987). Suhu yang terlalu tinggi akan
menyebabkan enzim terdenaturasi(Poedjiadi, 1994). Pada suhu 0
C enzim tidak aktif (tidak rusak) dan dapat kembali aktif pada
suhu normal (Lay, 1992).
● Faktor yang kedua yaitu pH. Enzim pada umumnya bersifat
amfolitik, yang berarti enzim mempunyai konstanta disosiasi pada
gugus asam maupun gugus basanya,terutama pada gugus residu
terminal karboksil dan gugus terminal aminonya, diperkirakan
perubahan kereaktifan enzim diakibatkan akibat perubahan pH
lingkungan (Winarno,1989).

● Faktor ketiga yaitu konsentrasi enzim yang teramobilisasi.


Semakin tinggi konsentrasi enzim amobil maka kecepatan reaksi
akan semakin meningkat hingga pada batas konsentrasi tertentu
dimana hasil hidrolisis akan konstan dengan naiknyakonsentrasi
enzim yang disebabkan penambahan enzim sudah tidak efektif
lagi(Reed,1975).
● Faktor keempat yaitu konsentrasi substrat. Kecepatan reaksi
enzimatis pada umumnya tergantung pada konsentrasi substrat.
Kecepatan reaksi akan meningkat apabila konsentrasi substrat
meningkat. Peningkatan kecepatan reaksi ini akan semakin kecil
hingga tercapai suatu titik batas yang pada akhirnya penambahan
konsentrasi subtrat hanya akan sedikit meningkatkan kecepatan
reaksi (Lehninger, 1982).
● Faktor yang terakhir yaitu aktivator dan inhibitor. Beberapa
enzim memerlukan aktivator dalam reaksi katalisnya. Aktivator
adalah senyawa atau ion yang dapat meningkatkan kecepatan
reaksi enzimatis. Komponen kimia yang membentuk enzim
disebut juga kofaktor. Kofaktor tersebut dapat berupa ion-ion
anorganik seperti Zn, Fe, Ca, Mn, Cu dan Mg atau dapat pula
sebagai molekul organik kompleks yang disebut
koenzim(Martoharsono, 1984). inhibitor merupakan suatu zat
kimia tertentu yang dapat menghambat aktivitas enzim. Pada
umumnya cara kerja inhibitor adalah dengan menyerang sisi aktif
enzim sehingga enzim tidak dapat berikatan dengan substrat
sehingga fungsi katalitiknya terganggu (Winarno, 1989).
● Metode untuk immobilisasi enzim dapat dibagi atas 3 kategori
dasar, yaitu metode carrier-binding, metode ikat silang (cross-
linking), metode penjebakan (entrapping),serta adsorpsi fisik ke
dalam suatu pembawa inert.
● Metode carrier-binding dibagi menjadi tiga berdasarkan cara
pengikatan enzimnya, yaitu adsorpsi fisika, pengikatan ionik dan
pengikatan kovalen.
● Metode adsorpsi fisika berdasarkan pada adsorpsi fisika dari
protein enzim pada permukaan pembawa yang tidak larut dalam

air. Kelemahan dari metode ini dimana enzim yang diserap dapat
bocor selama pemakaian karena gaya ikat antara protein enzim
dan pembawa kekuatan ikatannya lemah.
Kelebihannya yaitu dalam kondisi lunak, aktivitas enzim tetap
tinggi serta dapatdiregenerasi. Contoh “carrier” untuk
adsorbsi fisik yaitu karbon aktif, hidroksil apatit,gelas
porous, gel Ca-fosfat, tanah liat, dan pati.
Metode ini bekerja berdasarkan pada interaksi fisik non spesifik
antara enzim dengan permukaan dari matriks, yang dapat
dilakukan dengan pencampuran suatu larutan enzim dengan
konsentrasi tertentu dengan suatu padatan dengan daya
penggerak adalah sifat hydrophobic dan jembatan garam.
Keuntungan utama dari metode adsorpsi ini serupadengan
metode insolubilisasi enzim, dimana tidak ada reagen yang
digunakan danmemiliki tahapan aktivasi yang sangat
sederhana.
● Metode kedua yaitu pengikatan ionik. Metode pengikatan ionik
berdasarkan pengikatan ionik dari protein enzim pada pembawa
yang tidak larut dalam air yang mengandung residu penukar ion.
Kelemahan metode ini dimana kebocoran dapat terjadi dimana
dalam larutan substrat dengan kekuatan ionik yang tinggi atau
pada variasi pH.
● Terakhir yaitu metode pengikatan kovalen, pada metode ini
terbentuk ikatan kovalen antara enzim dengan carrier yang tidak
larut dalam air sehingga ikatannya kuat dan tidak mudah rusak.
Gugus fungsional enzim yang berperan yaitu -amino, atau
-karboksil, sulfuhidril, hidroksil, imidazol, dan fenolik.
● metode ikat silang (cross linking). Metode ini berdasarkan
pembentukan ikatan kimia seperti dalam metode ikat kovalen,
namun pembawa yang tidak larut dalam air tidak digunakan dalam
metode ini. Imobilisasi enzim dilakukan dengan pembentukan ikat
silang intermolekuler diantara molekul enzim dengan penambahan
reagent bi- atau multifungsional. Pereaksi umumnya mempunyai 2

gugus fungsional identik yang bereaksi dengan residu asam


amino.
● metode penjebakan (entrapping). Metode penjebakan ini
berdasarkan pengikatan enzim dalamkisi matriks polimer atau
melingkupi enzim dalam membrane semipermeabel dan
dibagimenjadi tipe kisi dan mikrokapsul.
● metode penjebakan tipe kisi (lattice type), metode penjebakan
tipe kisi meliputi penjebakan enzim dalam bidang batas
(interstitial space) dari suatu ikat silang polimer yang tidak larut
dalam air misalnya gel matriks.
● tipe metode mikrokapsul, yaitu penjebakan dengan cara
mikrokapsul melibatkan pelingkupan enzim dengan membran
polimer semipermeable.
● Prosedur untuk mikroenkapsulasi enzim dapat dibagi ke dalam
tiga kategori, yaitu polimerisasi interfasial, pengeringan cair
(liquid drying), serta pemisahan fase (phase separation)
(Chibata,1978).
● Metode penjebakan yang umum untuk mikroorganisme dalam
butiran adalahionotropic gelation dari makromolekul dengan
kation multivalen.
● Penjebakan dapat terjadi dengan mencampurkan
mikroorganisme dengan polimer anionik dan kemudian diikat–
silang larutan tersebut dengan kation multivalen sehingga
membentuk struktur yang menjebak mikroorganisme tersebut.
● Stabilitas dari enzim ditentukan dengan lamanya pemakaian
dimana enzim tersebutmasih aktif dan dapat mengkatalisis.
Stabilitas dari enzim berdasarkan teknik imobilisasi yang
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai