Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BIOPROSES

IMOBILISASI ENZIM DENGAN METODE


PENGIKATAN SECARA KOVALEN
Nama Dosen: Ir. Unung Leoanggraini, MT

Kelompok / Kelas : 5 / 2A D3 Teknik Kimia


Nama

: 1. Aldi Muhamad R.
2. Arif Imanuddin
3. Faisal Riadi
4. Ghina Haifa
5. Lutfi Arif Rachman
6. Rd. Ergieva E.P.C

Tanggal Penugasan

: 22 Desember 2015

Tanggal Pengumpulan

: 4 Januari 2016

NIM. 141411002
NIM. 141411003
NIM. 141411010
NIM. 141411012
NIM. 141411016
NIM. 141411025

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2016
BAB I

PENDAHULUAN

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Imobilisasi Enzim
Pada umumnya penggunaan enzim hanya terbatas sekali pakai saja, sehingga setiap
mulai pengolahan atau analisis harus menggunakan enzim baru. Untuk mengatasi kekurangan
kekurangan dalam penggunaan enzim konvensional, teknologi enzim membuat enzim
terimobilisasi baik untuk tujuan proses pengolahan dengan sistem batch maupun proses
dengan sistem kontinyu. Enzim terimobilisasi adalah suatu enzim yang secara fisik maupun
kimia tidak bebas bergerak sehingga dapat dikendalikan atau diatur kapan enzim harus
kontak dengan substrat (Firmasnyah, 2012). Definisi lain dari enzim terimobilisasi menurut
Chibata, 1978 adalah enzim yang secara fisik ditempatkan di dalam suatu daerah/ruang
tertentu, sehingga dapat menahan aktivitas katalitiknya serta dapat digunakan secara
berulang-ulang dan kontinyu (Hartoto, 2008).
Imobilisasi enzim adalah suatu proses di mana pergerakan molekul enzim ditahan
pada tempat tertentu dalam suatu ruang reaksi kima yang dikatalisnya. Proses ini dapat
dilakukan dengan cara mengikatkan molekul enzim tersebut pada suatu bahan pendukung
(matriks) tertentu melalui pengikatan kimia atau menahan secara fisik dalam suatu rongga
bahan pendukung. Hal ini dimungkinkan karena molekul enzim yang struktural globular
(tertier maupun kuartener) mempunyai gugus hidrofilik yang mengarah keluar dari
permukaan molekul enzim. Gugus fungsi inilah yang berikatan dengan gugus fungsi bahan
pendukung untuk membentuk ikatan kovalen atau non kovalen (Firmasnyah, 2012).
Kelebihan dari imobilisasi enzim adalah sebagai berikut ini (Hartoto, 2008).
a.
b.
c.
d.
e.

Dapat digunakan berulang


Penghentian proses cepat
Kestabilan lebih baik dengan adanya ikatan pada imobilisasi
Hasil tidak terkontaminasi enzim, untuk pangan dan farmasi
Dapat digunakan untuk tujuan analisis, misalnya menentukan umur tengah enzim dan

perkiraan penurunan aktivitas


f. Dapat digunakan untuk proses kontinyu
g. Pengontrolan lebih baik

2.2 Metode Imobilisasi Enzim


Metode imobilisasi enzim ada tiga jenis, yaitu carrier-binding, pengikatsilangan
(cross linking), dan penjebakan.
2.2.1 Carrier-binding
Metode carrier-binding merupakan metode tertua dalam imobilisasi enzim. Dengan
metode ini, enzim akan dikat ke dalam suatu pembawa yang bersifat tidak dapat larut di
dalam air. Pada metode ini, jumlah enzim yang terikat pada pembawa dan aktivitas enzim
setelah diimobilisasi bergantung pada sifat pembawanya. Pemilihan jenis pembawa akan
bergantung pada karakteristik enzim seperti: ukuran partikel, luas permukaan, perbandingan
gugus hidrofob dengan hidrofil, dan komposisi kimia enzim.

Gambar 2.1 Imobilisasi enzim dengan teknik carrier-binding


(Carrier-Binding, 2014)
Pada umumnya, perbandingan gugus hidrofil dan konsentrasi dari enzim terikat yang
tinggi akan menghasilkan aktivitas enzim terimobilisasi yang lebih tinggi. Beberapa jenis
pembawa yang digunakan adalah turunan polisakarida seperti, selulosa, dekstran, agarosa,
dan gel poliakrilamid. Metode carrier-binding dibagi menjadi tiga jenis, yaitu adsorpsi fisik,
pengikatan secara ionik, dan pengikatan secara kovalen.
2.2.2 Pengikatsilangan (cross linking)
Imobilisasi enzim dengan teknik ini didasarkan pada pengikatsilangan antara enzim
dengan pembawa. Pengikatsilangan enzim ini biasanya dilakukan oleh pereaksi bifungsi atau
multifungsil. Dengan teknik ini, enzim akan terikat cukup kuat pada pembawa, sehingga
kemungkinan untuk terjadi desorpsi enzim sangat kecil. Walaupun demikian, teknik ini dapat
menyebabkan terjadi perubahan sisi aktif enzim secara bermakna dan aktivitas enzim setelah
diimobilisasi menjadi sangat rendah.

Gambar 2.2 Imobilisasi enzim secara cross-linking


(Cross-Linking, 2014)

Pereaksi yang paling banyak digunakan untuk pengikatsilangan enzim dengan


pembawa adalah glutaraldehid.
2.2.3 Penjebakan Enzim
Imobilisasi enzim dengan teknik penjebakan didasarkan pada penempatan enzim di
dalam kisi-kisi matriks polimer atau membran. Teknik ini berbeda dengan teknik imobilisasi
dengan pengikatan secara kovalen maupun secara pengikatan silang, karena enzim tidak
terikat pada kisi-kisi membran atau polimer. Terdapat dua jenis penjebakan enzim, yaitu
penjebakan ke dalam kisi dan penjebakan ke dalam kapsul berukuran mikro.
Penjebakan ke dalam kisi biasanya menggunakan polimer baik polimer alami
ataupun polimer sintetis. Beberapa polimer sintetis yang sering digunakan adalah
poliakrilamid dan polivinilalkohol, sedangkan polimer alami yang sering digunakan adalah
pati. Penjebakan ke dalam kapsul berukuran mikro melibatkan pemasukan enzim ke dalam
membran polimer yang sifatnya semipermeabel.

Gambar 2.3 Imobilisasi enzim dengan teknik penjebakan


(Entrapping Enzymes, 2014)

2.3 Metode Imobilisasi Enzim dengan Pengikatan Secara Kovalen


Metode imobilisasi enzim dengan teknik ini didasarkan pada pengikatan enzim pada
pembawa melalui ikatan kovalen. Gugus fungsi yang sering terlibat dalam proses imobilisasi
enzim dengan teknik ini adalah gugus amino, gugus hidroksil, gugus karboksil, gugus
fenolik, gugus tiol, gugus imidazol, gugus treonin, gugus sulfhidril, dan gugus indol
(Covalent Binding Mode, 2014). Kondisi yang harus dicapai untuk proses imobilisasi
enzim dengan teknik ini lebih rumit jika dibandingkan dengan teknik pengikatan secara ionik
dan adsorpsi fisik. Imobilisasi enzim dengan pengikatan secara kovalen dapat menyebabkan
perubahan pada konformasi enzim sehingga dapat terjadi penurunan aktivitas enzim yang
cukup besar.
Pembawa yang memiliki gugus hidroksil (polisakarida, manik gelass) diaktivasi
dengan cyanogen bromide menghasilkan turunan imidokarbonat yang reaktif lalu berikatan
dengan gugus amino enzim:

Gambar 2.4 Mekanisme Pengikatan Secara Kovalen 1


(Hartoto, 2008)
Pembawa turunan diazonium yang memiliki gugus amino diaktivasi untuk
imobilisasi enzim:

Gambar 2.5 Mekanisme Pengikatan Secara Kovalen 2


(Hartoto, 2008).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Firmasnyah. 2012. Metode Immobilisasi Enzim.

http://mcfirmansyah.blogspot.co.id/

2012/04/metode-immobilisasi-enzim.html [4 Januari 2016].


Hartoto, Liesbetini. 2008. Imobilisasi Enzim https://khairulanam.files.wordpress.com/
2010/08/enzim-imobil-s2-revisi.pdf [4 Januari 2016].
Rensselaer Polytechnic Institute. 2014. Carrier-Binding http://www.rpi.edu/dept/chemeng/Biotech-Environ/IMMOB/carrier.htm [4 Januari 2016].
____________________________. 2014. Covalent Binding Mode

http://www.rpi.edu/

dept/chem-eng/Biotech-Environ/IMMOB/covalent.htm [4 Januari 2016].


____________________________. 2014. Cross-Linking http://www.rpi.edu/dept/chemeng/Biotech-Environ/IMMOB/crosslink.htm [4 Januari 2016].
____________________________. 2014. Entrapping Enzymes http://www.rpi.edu/dept/
chem-eng/Biotech-Environ/IMMOB/entrap.htm [4 Januari 2016].

Anda mungkin juga menyukai