Anda di halaman 1dari 24

Aplikasi Teknologi

Enzim dalam
Bioteknologi
Kelompok 1 :
1. Dhea Sabrina Aprillia
2. Kurnia Putri Indrawan
3. Maysyarah Ardiana
4. Yosefin Nisa Aulia
01 Produksi enzim

Permurnian enzim dan


02 imobilisasi enzim
CONTENT Enzim-enzim yang diproduksi
03
secara bioteknologi

04 Peluang pengembangan teknologi


enzim di Indonesia
1
Produksi Enzim
Produksi Enzim
Produksi enzim komersial telah berkembang selama satu abad
terakhir dalam volume dan jumlah produk yang semakin
meningkat seiring dengan semakin meluasnya pasar dan
meningkatnya permintaan biokatalis baru. Mikroorganisme
merupakan sumber utama enzim, namun beberapa enzim juga
dapat di peroleh dari sumber hewan dan tanaman. Produksi enzim
secara tradisional sangat bergantung pada “sumber alami”, namun
dengan adanya teknologi rekayasa genetika, enzim dapat di
produksi dari mikroorganisme maupun tanaman transgenic.
Teknik Produksi
Enzim
Secara komersial teknik produksi enzim dapat
menggunakan fermentasi padat maupun cair
tergantung mikroorganisme yang digunakan,
namun fermentasi cair lebih disukai karenaa
kondisinya yang aseptic dan pengendalian
prosesnya lebih mudah dilakukan.

Pada produksi enzim dengan fermentasi terendam,


kultur mikroorganisme yang dipilih dengan hati –
hati ditumbuhkan pada tangki fermentasi yang
berisi medium kaya nutrisi dan dilakukan secara
aerobic. Mikroorganisme akan memanfaatkan
nutrisi yang ada untuk menghasilkan enzim yang
diinginkan. Biasanya, enzim disekresikan ke dalam
media fermentasi. Berkat perkembangan teknologi
fermentasi skala besar, produksi enzim dapat
dilakukan di fermentor dengan volume hingga 1.000
meter kubik. Saat ini produksi enzim yang berasal
dari mikroba menyumbang proporsi yang signifikan
dari keseluruhan output industry bioteknologi.
Teknik Produksi Enzim
Pemanenan enzim dari medium fermentasi
dilakukan, pertama dengan memisahkan sel-sel
mikroba dengan sentrifugasi atau mikrofiltrasi.
Pada umumnya, enzim untuk keperluan industri
bersifat ekstraseluler yaitu disekresikan oleh sel ke
lingkungan eksternal, sehingga enzim akan tetap
dalam medium fermentasi setelah biomassa sel
dipisahkan. Biomassa sel dapat digunakan sebagai
pakan untuk ternak, seperti yang dilakukan di
produsen enzim Novozymes. Agar dapat
digunakan sebagai pakan ternak, biomassa
diperlakukan dengan kapur untuk menonaktifkan
mikroorganisme dan menstabilkannya selama
penyimpanan. Enzim yang terdapat dalam medium
kemudian dipekatkan dengan penguapan, filtrasi
membran atau kristalisasi tergantung pada sifat
enzim dan aplikasinya. Jika diperlukan enzim
murni, misalnya untuk keperluan R & D, maka
dilakukan pemurnian dengan kromatografi dan /
atau dengan elektroforesis.
Teknik Produksi
Enzim
Beberapa aplikasi tertentu (misalnya pada industri
deterjen) membutuhkan produk enzim dalam bentuk
granula sehingga enzim kasar harus diolah menjadi
butiran / granula agar dapat digunakan dengan nyaman
dan tidak membentuk debu. Industri pengguna lain lebih
memilih produk enzim cair karena lebih mudah
penggunaannya dan dapat dicampur dengan mudah pada
konsentrasi yang diinginkan dengan bahan-bahan cair
lainnya. Beberapa enzim setelah diproduksi perlu
dilakukan imobilisasi.
Glukosa isomerase yang digunakan memproduksi
sirup fruktosa dari glukosa, biasanya diimobilisasi pada
permukaan partikel dari bahan yang stabil misalnya,
alginat, dan dimasukkan pada kolom reaksi sehingga
prosesnya berlangsung secara kontinyu. Enzim-enzim
yang diimobilisasi, memiliki umur pakai yang lebih
panjang dan dapat terus digunakan hingga lebih dari
satu tahun. Tahapan lain yang dilakukan dalam produksi
enzim adalah formulasi enzim sesuai dengan aplikasi
industri yang menggunakannya.
Teknik Produksi Enzim

Produksi enzim secara industri saat ini sangat mengandalkan metode


fermentasi tangki dalam (deep tank). Penggunaan mikroorganisme
sebagai sumber bahan produksi enzim dikembangkan dengan beberapa
alasan penting, yaitu:
1. Secara normal mempunyai aktivitas spesifik yang tinggi per unit
berat kering produk.
2. Fluktuasi musiman dari bahan mentah dan kemungkinan
kekurangan makanan kaitannya dengan perubahan iklim.
3. Mikroba mempunyai karakteristik cakupan yang lebih luas, seperti
cakupan pH, dan resistansi temperatur.
4. Industri genetika sangat meningkat sehingga memungkinkan
mengoptimalisasi hasil dan tipe enzim melalui seleksi strain,
mutasi, induksi dan seleksi kondisi pertumbuhan, yang akhir-
akhir ini, menggunakan inovasi teknologi transfer gen.
Beberapa enzim yang digunakan dalam skala
industri adalah enzim ekstraseluler, enzim yang
secara normal dihasilkan oleh mikroorganisme
sesuai dengan substratnya dalam lingkungan
eksternal dan dapat disamakan dengan enzim
pencernaan pada manusia dan hewan.

Kemudian ketika mikroorganisme memproduksi


enzim untuk memisahkan molekul eksternal besar
agar bisa dicerna biasanya digunakan media
fermentasi. Dalam fermentasi sari dari kultivasi
mikroorganisme tertentu, seperti contoh, bakteri,
yeast atau filamentous jamur, dijadikan sumber
utama protease, amilase dan sedikit selolosa,
lipase, dsb.
Kebanyakan industri enzim hidrolase mampu bertindak tanpa
komplek kofaktor, yang segera dipisahkan dari
mikroorganisme tanpa merusak dinding sel dan larut dalam
air. Beberapa enzim intraseluler, sekarang juga banyak
diproduksi secara industri dan diantaranya glukosa oksidase
untuk pengawetan makanan, asparginase untuk terapi
kanker, dan penicilin asilase untuk antibiotikTahap
pemulihan standar untuk enzim ekstraseluler seperti berikut:
memindah mikroorganisme, mengkonsentrasikan,
penambahan bahan pengawet, standarisasi dan pengepakan.
Untuk ekstraksi enzim intraseluler memerlukan cara
mekanis, fisik atau gangguan kimiapada dinding sel atau
membran.
2
Permurnian enzim dan
imobilisasi enzim
Pemurnian Enzim
Pemurnian bertujuan untuk Memisahkan
enzim yang diinginkan dari senyawa yang tidak
dikehendaki. Tahap-tahap pemurnian tergantung
dari tujuan akhir, apakah untuk tujuan komersial
atau tujuan riset. Enzim yang kasar atau yang
dimurnikan sebagian masih dapat dipakai untuk
komersial, sedangkan enzim yang murni atau
hampir murni digunakan dalam riset atau dipakai
dalam produk analitik.
Untuk tujuan riset, biasanya digunakan untuk
mempelajari aktivitas enzim, struktur dan
fungsinya. Jumlah dari protein yang telah
dimurnikan tidak hanya bergantung pada
material awal tetapi juga proses. Ada protein
yang hilang pada setiap tahap pemurnian.
Karena itu, untuk memaksimalkan proses
diusahakan sesedikit mungkin tahap pemurnian
yang digunakan (Harris dan Angal, 1993).
Permurnian enzim dan
imobilisasi enzim
Harris (1989) menyebutkan ada tiga strategi dalam pemurnian enzim yang harus
diperhatikan :
1) kualitas ; perlu tindakan untuk mempertahanakan aktivitas protein dengan cara mengurangi
proteolisis dan denaturasi,
2) kuantitas ; pemakaian akhir dari protein murni akan menentukan kualitas enzim yang
diperlukan,
3) ekonomis merupakan kunci penting bila akan dipakai dalam industri atau diterapkan dalam
skala laboratorium.
Pemurnian protein dilakukan berdasarkan sifat kelarutan, ukuran, muatan afinitas pengikat
spesifik dari protein itu sendiri. Oleh karena itu, campuran protein selanjutnya dipisahkan
dengan berbagai seri pemisahan
IMOBILITAS ENZIM

Imobilisasi enzim merupakan suatu


proses dimana pergerakan molekul
enzim dalam ruang tempat reaksi Keadaan ini membuat enzim dapat menjadi aktif
ditahan sedemikian rupa sehingga sehingga dapat digunakan kembali (berulang- ulang)
terbentuk sistem enzim yang aktif dan dan tidak berdifusi ke dalam campuran reaksi. Sistem
tidak larut dalam air (Sari,2014). ini memiliki keunggulan dalam hal efisiensi dan
peningkatan kualitas produk sehingga banyak
industri yang menggunakan suatu reaksi dengan
katalis enzim. Adapun untuk mengukur persentase
konsentrasi lipase yang berhasil terimobilisasi dalam
suatu support dapat menggunakan pengukuran enzim
loading. Pengukuran enzim loading dapat dihitung
melalui perbandingan antara jumlah konsentrasi
enzim yang terimobilisasi dengan jumlah enzim
sebelum dilakukannya imobilisasi.
Metode tersebut mempengaruhi aktivitas katalis enzim. Terdapat beberapa metode imobillisasi
lipase dengan berbagai jenis support, yaitu:

a.
d. Cross-Linking
Entrapment b. Carrier- c. Adsorpsi
(Penjebakan) Binding
3
Enzim-Enzim Yang
Diproduksi secara
Bioteknologi
Pengertian
Istilah bioteknologi mempunyai pengertian
sebagai penerapan teknik-teknik biologi,
biokimia dan rekayasa dalam pengolahan
bahan dengan memanfaatkan agensia jasad
hidup dankomponankomponen untuk
menghasilkan barang dan jasa (whitaker,
1972).
Enzim memiliki peran sebagai
Enzim merupakan biomolekul organik biokatalisator dalam perubahan
kompleks biasanya tersusun atas polipeptida substansi kimia. Enzim sebagai
(protein globuler). Enzim memiliki bentuk biokatalisator berperan
(konformasi) tertentu yang spesifik terutama mempercepat terjadinya suatu
pada sisi tempat berikatan dengan substrat reaksi tetapi tidak ikut bereaksi. Zat
sehingga enzim hanya berikatan dengan yang dikerjain oleh enzim disebut
substrat yang spesifik atau terbatas. Enzim substrat, sedangkan hasilnya
bersifat spesifik sebab memiliki tempat aktif disebut dengan produk. Pada
yang mengakomodasi substratnya. prinsipnya, nggak hidup tanpa
enzim.
Sebagai contoh, dalam
metabolisme glukosa yaitu
perubahan glukosa menjadi
alkohol atau asam laktat
melibatkan berbagai jenis enzim
yang terdapat dalam mikroba
fermenter. Selain itu, produk dari
reaksi awal digunakan sebagai
substrat reaksi enzim berikutnya
dan seterusnya sampai dihasilkan
produk akhir.
4
Peluang Pengembangan
teknologi
enzim di Indonesia
Peluang Pengembangan teknologi
enzim di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara dengan


kekayaan hayati dan biodiversitas yang sangat
melimpah. Keragaman hayati (mikroorganisme) dan
biodiversitas tersebut memberikan potensi bagi
pemanfaatannya untuk pengembangan produk
bioteknologi salah satunya adalah produk enzim
(biokatalis).
Mikroorganisme ini merupakan aset yang sangat
penting, dengan sentuhan teknologi, mikroorganisme
tersebut akan dapat menghasilkan enzim komersial
yang memiliki harga dan nilai tambah. Dengan
melakukan rekayasa genetik mikroorganisme, akan
didapat  enzim dengan karakter dan spesifikasi yang
sesuai dengan kebutuhan di industri.
Direktur Pusat Teknologi Bioindustri BPPT
Asep Riswoko mengatakan kegiatan FGD ini
dimaksudkan untuk menjalin diskusi dengan
para pakar terkait mengenai bisnis plan untuk
pembangunan Industri enzim di Indonesia.
Saat ini demam pasar untuk enzim sangat
diminati terumata untuk industri seperti
makanan, minuman, pakan ternak, dan
manufaktur seperti pengelolaan komuditas
seperti sawit, palm, tekstil dan karet serta
untuk obat - obatan seperti produk kosmetik.
Untuk itu pula Puslitbang Bioteknologi LIPI
Teknologi enzim ini sangat tinggi telah dan sedang melaksanakan serentetan
peminatnya di pasaran, namun sayangnya penelitian. Penelitian dan pengembangan
belum mempunyai produk lokal, Oleh
yang dilakukan termasuk isolasi dan
karena itu dibutuhkan kerja sama antara
BPPT dengan kalangan industri dan pakar seleksi intensif terhadap mikroba lokal
dari akademisi, lembaga IPTEK dan dari Indonesia, memformulasikan kondisi kimia
pemerintah. Peranan pemerintah dalam hal dan fisik dan rekayasa reaktor untuk
ini adalah untuk memberikan feedback dan aplikasi mikroba terpilih dalam produksi
dukungan dalam rencana untuk enzim amilolitik. Dalam kegiatan tahun
membangun industri enzim di Indonesia,
1989/1990 kelompok teknologi enzim telah
berhasil mengumpulkan sebanyak 62 isolat
bakteri (17 diantaranya bersifat thermofil),
16 biak khamir dan 87 biak kapang
amilolitik. Optimasi proses produksi enzim
amilolitik .
THANKYOU
KELOMPOK 1

Anda mungkin juga menyukai