Anda di halaman 1dari 30

SORGUM : INISIASI DAULAT PANGAN DAN GIZI S ERTA EKONOMI BERBASIS MASYARAKAT:

BELAJAR DARI PRAKTIK DI TAPAK DI FLORES - ADONARA- SOLOR- LEMBATA,NTT

Jakarta ,7 Oktober 2022,


Alam Lestari Untuk Manusia Kini
dan Masa Depan Anak Negeri
Table of Content
Yayasan KEHATI: Pengelola Dana Hibah Lingkungan sejak 1994

Content 1 Berdiri pada 12 Januari 1994 dinisiasi oleh beberapa tokoh dipimpin Prof. Dr. Emil Salim,
dengan dana awal dalam bentuk Endowment Fund US$16.5 juta dari USAID.
Content 2
Yayasan KEHATI menghimpun dan mengelola pendanaan untuk disalurkan dalam bentuk dana
Content 3 hibah, fasilitasi, konsultasi dan berbagai dukungan lain guna menunjang program pelestarian
keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan.
Content 4
Content 5
Selama lebih dari dua dekade, telah mengelola dan menyalurkan dana
hibah lebih dari US$ 200 juta kepada lebih dari 1000 NGO lokal .
Sumber pendanaan berasal dari Endowment Fund KEHATI, donor
multilateral dan bilateral, lembaga filantropi, koporasi, lembaga
keuangan, crowd funding.

www.kehati.or.id @yayasankehati
Program Pengembangan Sorgum Berbasis Komunitas

Kegiatan :
• Pendam pingan dan Penguatan
Cakupan Intervensi:
Sumber Dukungan: K EHATI: 35 Desa,19 K eca m a tan,6
Petani(B udidaya –pasca panen – kabupaten –
tahun 2013 pengolahan). Flores/Solor/Lembata
• Penguatan kelembagaan: /Manggarai Raya/adonara
• kelembagan kelompok
• K elembagaan ekonomi(UB -
koperasi)
Stakeholder :
• Pelibatan anak m u da (penyadaran), Luasan Intervensi:
Pe mda ,K euskupan, PT, >300 Ha
K e m e ntan,Privat sektor,
kader posyandu dan
LSM.Peneliti CO,perem puan,
• M e mbangun kerja sama
dan jejaring di lokal,regional, nasional.
• Outreach,Publikasi,Promosi (lokal-
internasional)
Mitra Kerja sama: 1.Yaspensel • Penanam a n sorgu m Penerima Manfaat:
Larantuka 2.Aliansi petani Langsung:
• Pengembangan usaha
Lembor.3.P2SKP Lebih 1000 anggota petani
berbasis sorgum (UMKM)
(Perhimpunan Petani
(60% pere m puan)
Sorgum untuk Kedaulatan
Pangan),AYO Indonesia,

Riki Frindos
Pembelajaran Program Sorgum KEHATI
Berbasis Komunitas
- dari hulu ke hilir

• Reinventiig dan pengembangan benih dan


sumber pangan lokal
• Budidaya
• Pengolahan pasca-panen
• Pengembangan produk olahan sorgum
• K a m panye dan Gerakan konsumsi sorgum untuk
pangan dan gizi serta olahan lain.
• Pe m anfaatan limbahsorgum

Peningkatan kapasitas /& kelembagaan lokal

Riki Frindos
Tantangan dari “Batu Bertanah”
Manggarai Raya : Pantura Manggarai Raya
Flores Timur
Pelatihan dasar perbenihan dan pasca panen
Aktivitas Pelatihan pembuatan produk turunan sorgum
Pelatihan budidaya hortikultura dan empon-empon
Pelatihan business plan

Lembata
Pelatihan pembuatan pupuk bokasi limbah sorgum
Pelatihan pembuatan pakan dari limbah sorgum
Pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari limbah sorgum

Manggarai Timur
Penetapan Desa Melo & Desa Golo Ndari sebagai desa model
sorgum
Sorgum desa Melo telah memperoleh sertifikat organic
Kelompok tani Desa Golo Ndari ditetapkan sebagai kelompok
penangkar benih sorgum bersertifikat
Panen sorgum bersama Bupati Manggarai Timur & paroki gereja
Perempuan Dalam Rantai Nilai Sorgum

Budidaya

Pasca Panen

Pengolahan dan konsumsi

Pemasaran
LOKASI
Tahapan Pengembangan dan Pemanfaatan Pangan Lokal
Sorgum Berbasis Masyarakat

Fase Fase Fase Fase


Inisiasi Pertumbuhan Pengembangan Kemandirian
Petikan Pelajaran

Ekologi: Sosial:
1. Keragaman sorgum terjaga dan Perlindungan 1. Gempur stunting dengan Solor (Sorgum kelor)
Varietas 2. Kader Posyandu Gempur Stunting dengan “Solor” (sorgum
2. Jasa Ekosisitem: Desawisata. kelor).
3. Konservasi cendana, kapas. 3. Sistem pangan komunitas terbangun-cadangan sa
4. Budidaya secara lestari 4. tiga UBSP sorgum dan 1 koperasi
5. Satu PAUD sorgum
6. Perempuan sebagai ketua kelompok tani
7. kelompok wanita tani konservasi

Ekonomi: Kebijakan:
1. Usaha Produktif Olahan Sorgum: beras, sereal, 1. Alokasi dana desa untuk pangan lokal
mie, gula cair, pop gum, tepung, olahan kuliner. 2. Meluas Sistem pangan: komunitas dusun-desa
2. Optimalisasi zerowaste: silase untuk ternal, sapu, 3. Gerakan gempur stunting dengan pangan lokal sorgum: 1
partisi/kemasan (inisiasi)-Biomaterial LIPI puskesmas–tingkat kabupaten
3. Rumah produksi olahan sorgum 4. Regulasi Pengembangan sorgum1 dusun–Desa–
4. Toko olahan sorgum Kecamatan-Kabupaten-NTT.
5. Pusat Belajar Sorgum 5. Dukungan Infrastruktur Pemda
Terkait Pada Aichi Target CBD
Terkait Pada Sustainable
Development Goals (SDGs)

Terkait Pada Perubahan Iklim

Upaya adaptasi berbasis komunitas dengan


potensi lokal
Konklusi
Pengembangan Diversifikasi Pangan :

1. Sesuai agroklimat dan kearifan lokal


2. Budidaya lestari menjadi kekuatan dan daya saing dalam
pengembangan pangan local yang adaptif terhadap krisis
(iklim,bencana,pandemic) .
3. Partisipasi masyarakat menjadi kekuatan
4. Pendampingan kelembagaan dan sinergi para pihak
Inisiasi
Desa wisata

Jasa
Limgkungan
Literasi Populer

Seri Pangan
Nusantara

Kerjasama

Kepustakaan
Populer
Gramedia
LANGKAH KE DEPAN Tokoh informal, (tokoh
agama, adat
(keuskupan),budaya

KL (kemntan,
Privatsector
Dikbud, PDT,
(CSR/off taker),
Kemendagri,
individu
kemkes,
Pemda,KLHK,dll
Bergerak
Bersama

Media, Artisan
Akademisi
Pangan,seniman,
(PT,
Filantropis,
BRIN,ASOSIA
komunitas minat
SI,DLL)
khusus

Masyarakat,KSM, LSM
lokal, nasional
Hasil survei kepada 500 responden (2021)

apakah memungkinkan
apakah memungkinkan
sorgum menjadi sumber
menggantikan beras?
pangan masyarakat?
Identifikasi factor kekuatan (S) Identifikasi Kelemahan (W)

1. Sorgum sebagai bagian tradisi dan budaya 1. Tingkat konsumsi yang masih rendah
masyarakat dibandingkan bahan pangan lain semisal beras
2. Pengalaman yang Panjang masyarakat 2. Penyimpanan hasil panen tidak tahan lama
dalam usaha tani sorgum karena serangan hama Gudang
3. Kemampuan adaptasi yang tinggi pada 3. Manajemen usaha tani masih belum kuat di
distuasi lingkungan ekstrim dan sesuai tingkat petani
dengan karakteristik agroekologi NTT 4. Persaingan usaha tani dengan komoditas lainnya
4. Daya tahan hama dan penyakit yang tinggi 5. Teknologi dalam budidaya dan pengolahan
5. Kontinuitas produksi yang tinggi dengan belum cukup memadai
kemampuan ratun yang dimiliki 6. Disparitas harga yang tinggi dibandingkan
6. Resiko kegagalan budidaya yang rendah dengan beras
7. Budidaya mudah dilakukan dan dapat 7. Kapasitas teknis dan kelembagaan masih rendah
tumbuh di seluruh wilayah 8. Dukungan parapihak, terutama pemerintah
8. Memiliki kandungan gizi yang tinggi daerah dan desa yang masih kurang
Identifikasi Peluang (O) Identifikasi ancaman (T)

1. Berkembangnya perakitan dan


bantuan benih sorgum yang dilakukan 1. Kebijakan pemerintah yang masih
pemerintah dan parpihak lainnya berorientasi pada pangan pokok
2. Terbukanya niche market produk utama seperti beras
sorgum dan turunannya sebagai 2. Perubahan preferensi dan pola
dampak dari meningkatnya kesadaran konsumsi yang terus berubah makin
dan isu pangan sehat serta kesehatan tidak beragam
3. Kesesuaian agroekosistem untuk 3. Adanya dominasi produk pangan
pengembangan sorgum impor
4. Pengalaman keberhasilan masa lalu 4. Pengembangan kawasan/estate
5. Reorientasi pembangunan nasional pangan yang monocrop termasuk di
dan keluasan pemerintah desa dalam NTT
membangun dirinya
6. Berkembangnya tujuan pemanfaatan
sorgum, tidak hanya untuk pangan
namun pakan dan energi
Rencana pengembangan sorgum
Aspek kapasitas petani

1. Penguatan kapasitas petani melalui proses sekolah lapang, pendidikan, pendampingan dan ujicoba pada level
produksi, pengolahan dan pemasaran
2. Melakukan advokasi dan kampanye secara kontinu termasuk didalamnya menyebarluaskan keberhasilan yang
ada
3. Meningkatkan dukungan ketersediaan dan akses terhadap teknologi baik pada level produksi maupun
pengolahan dan konsumsi
4. Melakukan penguatan pada kelembagaan petani
5. Meningkatkan insentif bagi petani pembudidaya sorgum dalam bentuk kemudahan akses permodalan, harga
dan lainnya
6. Meningkatkan ketersediaan lahan untuk budidaya

Aspek peningkatan produksi

1.Fasilitasi perbaikan Teknik budidaya


2.Meningkatkan keterhubungan dengan “industry pengolahan” skala komunitas
3.Konservasi dan pemuliaan serta ketersediaan benih yang kuat
4.Pengembangan dan penyediaan teknologi pengolahan
5.Dukungan permodalan dan fasilitasi lainnya
6.Mengembangkan pelestarian plasma nutfah dan benih lokal sorgum
Aspek pengembangan produk olahan pangan sorgum

1.Peningkatan kapasitas petani dalam pengolahan produk


2.Fasilitasi teknologi pengolahan produk sehingga muncul inovasi
3.Pengembangan/inovasi produk, brand, pengemasan dan lainnya yang sesuai
dengan perkembangan permintaan konsumen

Aspek penguatan pasar dan distribusi

1.Pengembangan model pemasaran skala lokal (online offline) sehingga mampu


menguntungkan petani dan menekan disparitas dengan harga beras
2.Fasilitasi teknologi dan pengetahuan tetang penyimpanan, pengolahan dan pengemasan
3.Kampanye kepada para pihak secara terencana
4.Penguatan kelembagaan pemasaran petani
Aspek penguatan konsumsi sorgum pada tingkat konsumen

1. Penguatan kesadaran dan pemahaman melalui integrase dengan Pendidikan dan kegiatan di
lembaga pendidikan, misalnya PMTAS dengan produk dari sorgum
2. Peningkatan kesadaran dan kapasitas keluarga, terutama ibu rumah tangga dalam pengelolaan
dan konsumsi sorgum
3. Keberagaman produk olahan sorgum
4. Kampanye public secara kontinue

Aspek penguatan kondisi pendukung/kebijakan

1. Kolaborasi parapihak yang memiliki interest terhadap pengembangan sorgum


2. Integrasi dengan rencana pembangunan desa sehingga upaya pengembangan sorgum
menjadi strategi pembangunan desa
3. Penguatan kebijakan dan integrasi rencana pengembangan sorgum dengan pembangunan
baik pada level desa maupun kabupaten antara lain terkait: lahan budidaya sorgum, harga dan
pasar, perlindungan dan pemberdayaan petani sorgum, budidaya dan pengembangan benih.
Pengembangan bisnis model sorgum sirkular

Model bisnis yang ditumbuhkembangkan dari, oleh,


dan untuk Petani untuk memperkuat dan
memperjuangkan kepentingan petani
off farm
Model bisnis yang terdiri dari unit usaha dengan
diferensiasi jenis usaha dalam satu rantai nilai
komoditas sorgum.
on farm
+
Model bisnis yang menggabungkan unit usaha on
farm dan off farm sekaligus dalam satu kawasan
atau landsekap yang bisa jadi levelnya kecamatan
atau beberapa desa.

Skala pengorganisasian bisnis petani berubah dari level


dusun /kampung (KT) , desa ke kecamatan
BUMDES

KELOMPOK
TANI

KOPERASI PETANI
PENJUALAN SARANA
PERTANIAN
SORGUM

KOPERASI PETANI
PENGOLAHAN
PRODUK
PANGAN KOPERASI PRODUKSI
DISTRIBUSI PENGOLAHAN PRODUKSI

SORGUM KELOMPOK
SORGUM TANI

BUMDES

KOPERASI PETANI
PEMBUATAN
TEPUNG SORGUM

KELOMPOK
TANI BUMDES
KECAMATAN
Tahapan pengembangan bisnis model sorgum

PERANCANGAN PENYUSUNAN PEMBENTUKAN PENGUATAN


LANGKAH PERSIAPAN KONSOLIDASI MODEL BISNIS PEMANDIRIAN
KORPORASI UNIT USAHA BISNIS

Identifikasi potensi & Konsolidasi usaha Rancangan struktur Penyusunan Implementasi Optimalisasi sumber Penguatan
SUBSTANSI masalah usaha bisnis plan usaha pembiayaan, manajemen
(waktu tanam,
BISNIS diversifikasi usaha, dan bisnis
varietas,
teknologi dll) promosi usaha

identifikasi dan Konsolidasi Merancang badan Penyusunan Penetapan jenis Penguatan Penguatan
SUBSTANSI petani manajamen manajemen
mapping SDM & usaha, struktur administrasi dan badan usaha
BISNIS tiap koperasi dan internal-eksternal
Stakeholder koperasi, dll manajemen usaha (koperasi, PT, dll)
kelompok tani
PRESIDEN JOKOWI DAN SORGUM

• Indonesia salah satu negara


pengimpor gandum terbesar
dunia
• Rata-rata volu m e importgandum
8,3 juta/tahun dengan nilai U S D
2,4 miliar/tahun
• Im por gandum dari Ukraina
(produsen gandum terbesar
dunia) terganggu oleh invasi
Rusia
• Pe m erintah RI m l a i
m e irik sorgum sebagai
pengganti gandum

Riki Frindos
Terima Kasih
Puji Sumedi Hanggarawati-Yayasan KEHATI
Maria Loretha - (YASPENSEL)

Anda mungkin juga menyukai