ETIOLOGI
1. Faktor biologis
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa gangguan panik berhubungan
dengan abnormalitas struktur dan fungsi otak, pada otak terdapat beberapa neurotransmiter
yang mengalami gangguan fungsi, antara lain serotonin, GABA ( Gama Amino Butiric
Acid) dan norepinefrin.
Neurotransmitter yang berpengaruh pada Gangguan Panik adalah Epinefrin,
serotonin, dan Gama Amino Butytric Acid (GABA).
Zat-zat yang bisa menginduksi terjadinya “Serangan Panik” (Panicogen) antara lain
- Carbon Dioksida (5 s/d 35%)
- Sodium Laktat dan Bicarbonat
- Bahan Neurokimia yang bekerja melalui sistem Neurotansmitter spesifik (yohimbin,
alfa 2-adrenergik receptor antagonist, mchloriphenylpiperazine.mCP, bahan yang
berefek sero-tonergik)
- Cholecystokinin dan caffein
- Isoproterenol
Faktor Risiko Biologis
- Faktor risiko biologis untuk timbulnya gangguan panik dibagi menjadi faktor risiko
neuroanatomis dan neurotransmitter. Faktor risiko neuroanatomis adalah sensitivitas
area-area peka stress di otak terhadap stimulus stressor internal maupun eksternal.
- Area sensor stress mencakup amigdala, thalamus, hipokampus. Area respons terhadap
stress yang mencakup thalamus, korteks sensorik, korteks frontalis, locus coeruleus,
dan periaqueductal gray matter.
- Faktor neurotransmitter adalah akibat perubahan pada sistem reseptor GABA-
benzodiazepine dan serotonin. Proses ini biasanya berhubungan dengan proses fear
conditioning.
2. Faktor genetik
Pada keturunan pertama penderita dengan gangguan panik dengan agorafobia
memiliki risiko 4 sampai dengan 8 kali lipat untuk mengalami gangguan yang sama.
Keluarga Generasi pertama pasigotien, Gangguan panik 4-8 kali beresiko untuk gangguan ini. Kembar
monozigot risiko lebih besar daripada dizigot. Walaupun studi yang terkontrol baik mengenai
dasar genetik gangguan panikdan agorafobia jumlahnya sedikit, dan saat ini mengdukung
kesimpulan bahwagangguan ini memiliki komponen genetik yang khas.
- Faktor risiko lingkungan dan genetik merupakan faktor resiko untuk timbulnya
gangguan panik. Pengalaman masa kecil yang buruk (misalnya paparan terhadap
kekerasan fisik atau seksual) bisa memicu timbulnya gangguan panik di masa dewasa.
- Genetik : Gangguan panik juga mempunyai faktor genetik yang kuat. Penelitian
menunjukkan adanya risiko sebesar 40% untuk mengalami gangguan panik bila ada
keluarga derajat pertama (first degree relative) mengalami gangguan ini. Kandidat
gen yang diperkirakan bertanggung jawab bersifat multifaktorial, diantaranya adalah
gen COMT dan SLC6A4.
3. Faktor psikososial
REFERENSI :
- Yaunin Y. Gangguan Panik dengan Agorafobia. Majalah Kedokteran Andalas
No.2.Vol.36.2012. 126 (unand.ac.id)